BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pendidikan Jasmani a. Pengertian Pendidikan Jasmani Pengertian-pengertian pendidikan jasmani telah banyak dibuat dan disusun oleh para ahli. Berikut pengertian pendidikan jasmani menurut pendapat beberapa ahli antara lain : Menurut Samsudin (2008:2) mendefinisikan: Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Menurut Aip Syaifuddin dan muhadi (1991:4) mendefinisikan: Pendidikan Jasmani adalah suatu proses melalui aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusun secara sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut pendidikan jasmani tidak semata-mata mengembangkan keterampilan jasmani, tetapi pendidikan jasmani juga dapat mengembangkan keterampilan motorik,pengetahuan, sikap hidup sehat, sikap sportifitas, kecerdasan emosional, dan pembentukan karakter individu. b. Tujuan Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Aip Syaifuddin dan muhadi (1991:5) adalah sebagai berikut : (1) Mengacu perkembangan dan aktifitas system peredaran darah, pencernaan, pernafasan, dan persyaratan. (2) Memacu pertumbuhan commit to jasmani user seperti bertambah tinggi dan berat badan. 7

2 (3) Menanamkan nilai-nilai disiplin, kerjasama, sportifitas, tenggang rasa. (4) Meningkatkan keterampilan melalui kegiatan aktifitas jasmani dan memiliki sifat yang positif terhadap peningkatan melalui aktifitas jasmani. (5) Meningkatkan kesegaran jasmani. (6) Meningkatkan pengetahuan pendidikan jasmani. (7) Menanamkan kegemaran untuk melakukan aktifitas jasmani. Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu pendidikan jasmani juga mencakup aspek mental, emosional dan spiritual. Dengan demikian tujuan pendidikan jasmani berkaitan dengan pengembangan aktifitas fisik maupun jiwa, sehingga nantinya mempersiapkan siswa untuk terjun dalam masyarakat secara maksimal Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Menurut pendapat Gagne yang dikutip Agus Suprijono (2009:2) Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Menurut pendapat morgan yang dikutip Agus Suprijono (2009:3) belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut pendapat JS. Husdarta dan Yudha M. Saputra (2010:2), belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang diperoleh langsung dari suatu aktivitas dan pengalaman yang dilakukan secara terencana commit oleh to individu user didalam suatu lingkungan.

3 b. Pengertian Pembelajaran Menurut pendapat Agus Suprijono (2009:13) pembelajaran menurut makna berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.menurut Jamil Suprihatiningrum, (2012:75) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Menurut pendapat Sanjaya yang dikutip Jamil Suprihatiningrum, (2012:76) dikatakan bahwa: Pembelajaran adalah terjemahan dari instruction,yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar audio, dan lain sebagainya sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilisator dalam belajar mengajar. Berdasarkan pendapat para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melalui proses, cara dan perbuatan pembelajaran yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar dengan menggunakan berbagai macam alat informasi dari lingkungan yang berupa media pembelajaran Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut pendapat Gagne & Briggs yang dikutip Jamil Suprihatiningrum,(2012:37) hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Menurut pendapat Reigeluth yang dikutip Jamil Suprihatiningrum (2012:37) hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. commit Menurut to user pendapat Agus Suprijono,(2009:5),

4 hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan menurut Blom yang dikutip Agus Suprijono,(2009:6), hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa pengertian hasil belajar adalah suatu ukuran nilai dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui kemampuan yang mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.yang perlu diingat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. b. Aspek-aspek Hasil Belajar Menurut Krathwohl, Bloom & Masia yang dikutip Jamil Suprihatiningrum,(2012:38-45). 4. Pencak Silat (1) Aspek kognitif Kognitif adalah keampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif. (2) Aspek afektif Afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. (3) Aspek psikomotorik Psikomotorik mencangkup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. a. Pengertian Pencak Silat Menurut Mulyana,(2013:86) bahwa : Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip Mulyana,(2013:85) Pencak silat memiliki permainan 10

5 (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang, dan membela diri, baik dengan atau tanpa senjata. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencak silat merupakan hasil budaya manusia Indonesia yang mempunyai tujuan untuk membela dan mempertahankan diri dari segala marabahaya untuk mencapai keselarasan dan keselamatan hidup dan meningkatkan rasa taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Seiring dengan kemajuan dunia olahraga, pencak silat menjadi salah satu cabang olahraga yang ikut berkembang ke ranah olahraga prestasi yang telah dipertandingkan di berbagai event, baik nasional maupun internasional. Menurut hasil Munas IPSI XIII (2012:1) Ada empat kategori pertandingan pencak silat. Kategori tersebut adalah : (1) Kategori Tanding, kategori yang menampilkan 2 ( dua ) orang pesilat dari sudut yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu: menangkis / mengelak/mengena/menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan; menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dengan memanfaatkan kekayaan teknik dan jurus. (2) Kategori Tunggal, kategori yang menampilkan seorang Pesilat memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori tunggal. (3) Kategori Ganda adalah kategori yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari tim yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan yang dimulai dari tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ganda. 11

6 (4) Kategori Regu,kategori yang menampilkan 3( tiga) orang Pesilat dari tim yang sama memperagakan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori regu. 12 b. Manfaat Pencak Silat Manfaat Pencak Silat terdiri dari 1) Pencak Silat sebagai Pendidikan, 2) Pencak Silat sebagai Pendidikan Jasmani. Secara singkat Manfaat Pencak Silat tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Pencak Silat Sebagai Pendidikan Pencak silat merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia yang bernilai luhur. Nilai-nilai luhur pencak silat terkandung dalam jati diri yang meliputi 3 hal pokok sebagai satu kesatuan, yaitu : a) Budaya Indonesia sebagai asal dan coraknya, b) Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya, c) Pembinaan mental spiritual/budi pekerti, beladiri, seni, dan olahraga sebagai aspek integral dari substansinya. Pencak silat yang dihayati keseluruhan nilai-nilainya akan mempunyai manfaat yang besar, bukan saja bagi individu yang mempelajarinya tetapi juga bagi masyarakat. Pendidikan pencak silat mempunyai manfaat individual dan sosial. Pendidikan pencak silat dapat memberi sumbangan dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam rangka pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, serta merupakan pembangun karakter national Bangsa Indonesia (character and nation building). Pendidikan pada dasarnya adalah pembangunan sumberdaya manusia (human investmen, human resource development). commit to Pendidikan user pencak silat yang berakar

7 13 pada budaya Indonesia serta mencakup segi mental dan fisik secara integral diharapkan dapat membentuk manusia seutuhnya yang berkualitas diantaranya : (1) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (2) Berkepribadian dan mencintai budaya Indonesia. (3) Memiliki rasa percaya diri. (4) Menjaga martabat diri. (5) Mampu menguasai dan mengendalikan diri. (6) Mempunyai rasa tanggunga jawab serta disiplin pribadi dan sosial. (7) Senantiasa menegakan kebenaran kejujuran dan keadilan serta tahan uji dalam menghadapi cobaan dan godaan. (8) Menghormati sesama manusia, terutama yang lebih tua dan memberi tauladan kepada yang lebih muda. (9) Bersikap damai dan bersahabat kepada siapapun yang baik. (10) Selalu rendah hati, ramah, dan sopan dalam bicara dan pergaulan sosial. (11) Berjiwa besar, berani mawas diri, dan mengoreksi diri, berani meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat, senang memberi maaf pada manusia lain dan mengaku bersalah. (12) Mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan pribadi. (13) Optimis tidak mudah frustasi, dan ikhlas dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan hidup. 2) Pencak Silat Sebagai Pendidikan jasmani Pendidikan jasmani adalah suatu kegiatan yang bersifat mendidik dengan memanfaatkan kegiatan menggerakkan semua anggota tubuh kita secara terkoordinasi agar jasmani kita sehat. Pencak silat yang pada hakekatnya adalah kegiatan jasmani yang didalamnya terkandung aspek olahraga, juga merupakan wahana pendidikan commit jasmani to user yang memiliki tujuan tertetu.

8 antara lain : Tujuan pencak silat sebagai sarana pendidikan jasmani (a) Tujuan untuk mencapai kesehatan, (b) Tujuan rekreasi, (c) Tujuan prestasi. c. Teknik Dasar Pencak Silat 1) Pengertian Teknik Dasar Pencak Silat Menurut Johansyah Lubis (2004:7): Teknik dasar pencak silat adalah suatu gerak, terencana, terarah, terkoordinasi dan terkendali yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan yaitu aspek mental spiritual, aspek bela diri, aspek olahraga, dan aspek seni budaya. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa teknik dasar pencak silat adalah suatu gerak yang terkoordinasi mencangkup aspek beladiri, olahraga dan seni budaya. 2) Macam-Macam Teknik Dasar Pencak Silat menurut Johansyah Lubis (2004:8) diantaranya : (a) Pukulan adalah semua jenis teknik menyerang yang dilakukan dengan menggunakan tangan dalam osisi terkepal. Jenis pukulan diantaranya adalah pukulan depan, pukulan samping, pukulan sangkol, tebasan, tusukan dll. (b) Belaan adalah upaya untuk menggagalkan serangan dengan tangkisan dan hindaran. Belaan terbagi menjadi dua : tangkisan dan hindaran. (c) Tangkapan adalah suatu teknik menangkap tangan, kaki ataupun anggota badan lawan dengan satu atau dua tangan dan akan dilanjutkan dengan gerakan lain. terdiri dari kuncian dan bantingan. (d) Hindaran adalah suatu teknik menggagalkan serangan lawan yang dilakuakn tanpa menyentuh tubuh lawan (alat serang). Terdiri dari elakan, egosan dan kelitan. (e) Pasang adalah sikap taktik untuk menghadapi lawan yang berpola menyerang atau menyambut. (f) Jatuhan adalah teknik yang dikhususkan untuk menjatuhkan lawan dengan menggunakan komponen serangan kaki commit dan to tangan. user 14

9 (g) Tendangan merupakan teknik dan taktik serangan yang dipergunakan untuk jarak jangkau jauh dengan menggunakan tungkai sebagai komponen penyerangnya. Macam-macam tendangan diantaranya : tendangan lurus, tendangan tusuk, tendangan kepret, tendangan jejag, tendangan gajul, tendangan T, tendangan celorong, tendangan belakang, tendangan kuda, tendangan taji, tendangan baling, tendangan bawah, tendangan gejig dan tendangan sabit. Disamping itu Macam-Macam Teknik Dasar Pencak Silat menurut R. Kotot Slamet Hariyadi (2003:16) diantaranya : (a) Pukulan adalah semua jenis teknik menyerang yang dilakukan dengan menggunakan tangan dalam posisi terkepal. (b) Belaan suatu upaya menggagalkan serangan lawan dengan tangkisan maupun hindaran. (c) Tangkapan adalah suatu teknik yang dilakukan sebagai gerak pendahuluan atau awalan pada proses pelaksanaan teknik bantingan. (d) Pasang kombinasi sikap kaki dan sikap tangan dengan kuda-kuda maupun tanpa kuda-kuda, yang selalu disertai dengan kesiagaan mental dan indera secara total. (e) Jatuhan adalah teknik yang dikhususkan untuk menjatuhkan lawan, dengan menggunakan komponen serangan kaki dan tangan. (f) Tendangan suatu gerakan yang menggunakan metode lecutan tungkai bawah bersumbu pada lutut, diikuti oleh perputaran pinggang dan dorongan pinggul untuk menambah eksplosifitas tendangan. Macam-macam tendangan diantaranya : tendangan lurus, tendangan T, tendangan jejag, tendangan belakang, tendangan dan tendangan sabit. Berdasarkan pendapat para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa macam-macam teknik dasar diantaranya, pukulan, belaan, tangkapan, hindaran, pasang, jatuhan, tendangan. 15

10 Adapun disini yang akan saya bahas jenis-jenis tendangan tersebut dijabarkan sebagai berikut: (a)tendangan Lurus Johansyah lubis (2004:26) mengatakan tendangan lurus adalah serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya ke arah depan dengan posisi badan menghadap ke depan, dengan kenaanya pangkal jari-jari kaki bagian dalam, dengan sasaran ulu hati dan dagu. bahwa : R. Kotot Slamet Hariyadi (2003:74) juga menjelaskan Tendangan lurus merupakan tendangan termudah dalam pelaksanaanya, meski demikian sangat efektif untuk melumpuhkan lawan, Dari sikap pasang angkat lutut setinggi sasaran kemudian julurkan tungkai bawah ke depan sampai benar-benar lurus sambil mengunci lutut anda (gerakan perlahan) daerah perkenaan dengan pangkal jarijari kaki. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tendangan lurus adalah serangan yang menggunakan tungkai yang lintasannya kearah depan dengan sikap pasang menghadap depan dan angkat lutut setinggi sasaran kemudian julurkan tungkai bawah ke depan sampai benar-benar lurus sampai mengunci lutut dengan daerah perkenaan dengan pangkal jari-jari kaki. 16 Gambar 1.Gerakan tendangan lurus (R. Kotot Slamet Hariyadi 2003: 74)

11 17 (b)tendangan Jejag Johansyah Lubis (2004:27) tendangan jejag ialah serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasanya ke arah depan dengan posisi badan menghadap ke depan, dengan kenaanya punggung kaki, dengan sasaran kemaluan. R. Kotot Slamet Hariyadi (2003:78) juga berpendapat bahwa tendangan jejag adalah teknik tendangan dengan lintasan lurus ke depan dengan menggunakan tumit atau telapak kaki. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tendangan jejag adalah serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai dengan lintasan lurus ke depan dengan menggunakan tumit atau telapak kaki dengan sasaran kemaluan. (c)tendangan Belakang Gambar 2.Gerakan tendangan jejag (R. Kotot Slamet Hariyadi 2003:78) Johansyah Lubis (2004:28) Tendangan sebelah kaki dan tungkai dengan lintasan lurus ke belakang tubuh (membelakangi lawan), dengan sasaran seluruh bagian tubuh. R. Kotot Slamet Hariyadi (2003:78) berpendapat bahwa Tendangan belakang ialah tendangan dengan berbalik terlebih dahulu lintasan lurus ke belakang tubuh (membelakangi lawan), dengan daerah perkenaan tumit.

12 18 Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tendangan belakang adalah serangan dengan menggunakan sebelah kaki dan tungkai dengan lintasan lurus ke belakang tubuh dengan daerah perkenaan tumit dan sasarannya seluruh bagian tubuh. d) Tendangan Samping (T) Gambar 3.Gerakan tendangan belakang (Johansyah Lubis 2004:2008) Johansyah Lubis (2004:28) berpendapat bahwa : Tendangan samping ialah serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya lurus ke depan dan kenaannya pada tumit, telapak kaki dan sisi luar telapak kaki, posisi lurus, biasanya digunakan untuk serangan samping, dengan sasaran seluruh bagian tubuh. R. Kotot Slamet Hariyadi (2003:76) tendangan samping ialah Penamaan teknik tendangan samping merujuk dimana tubuh dan salah satu kaki yang menendang, berada pada posisi miring dengan bertumpu pada salah satu kaki. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tendangan samping (T) adalah serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, dengan posisi tubuh miring dengan bertumpu pada salah satu kaki dengan salah satu kaki menendang perkenaannya pada tumit, telapak kaki, sisi luar telapak kaki dan digunakan untuk serangan samping dengan sasaran seluruh bagian tubuh.

13 19 Gambar 4. Gerakan tendangan samping. (Johansyah Lubis 2004:28). d. Teknik Dasar Tendangan Sabit Pencak Silat Menurut Johansyah Lubis (2004: 29) Tendangan Sabit, tendangan yang lintasanya setengah lingkaran kedalam, dengan sasaran seluruh bagian tubuh, dengan punggung telapak kaki atau jari telapak kaki. Senada dengan itu R. Kotot Slamet Hariyadi (2003:75) berpendapat bahwa Tendangan Sabit ialah tendangan yang lintasan gerakannya membentuk garis setengah lingkaran, atau cara kerjanya mirip sabit (clurit) yaitu di ayun dari samping luar menuju ke dalam. Dianalisa dari teknik geraknya, maka benturan pada sasaran terjadi dari arah samping luar menuju arah dalam, dengan perkenaan pada punggung kaki. Efisiensi gerak serta tenaga maksimal diperoleh melalui koordinasi antara tungkai atas dan tungkai bawah yang dilecutkan pada lutut dengan perputaran pinggul searah gerakan kaki. Karena arah serangan yang datangnya dari samping, tendangan sabit ini mudah untuk ditangkap oleh lawan. Mengantisipasi situasi ini, tariklah dengan segera tungkai bawah setelah pelaksanaan tendangan dilakukan. Dari sikap pasang, angkat lutut setinggi sasaran, putar pinggang mengikuti arah lintasan tendangan dan serentak diikuti oleh lecutan tungkai bawah, berpusat pada lutut.

14 20 Tahap-tahap tendangan sabit dalam pencak silat : (1) Sikap awalan pasang untuk persiapan melakukan tendangan : Sikap pasang dengan kuda-kuda tengah serong menghadap kesamping pandangan kedepan. Gambar 5. Gerakan sikap awalan pasang (2) Sikap pelaksanaan Angkat lutut setinggi sasaran, kemudian putar pinggul kearah samping dalam diikuti gerakan telapak kaki yang berputar searah gerakan tendangan. Lecutkan tungkai bawah berpusat pada lutut yang dingkat rata-rata air lalu agak diserongkandan tungkai dilecutkan yang gerakannya membentuk garis setengah lingkaran(clurit), pinggul ikut berputar untuk menambah daya ledak tendangan. Gambar 6. Gerakan Tendangan Sabit (3) Sikap akhir Setelah menendang letakkan kaki kembali seperti sikap pasang.

15 21 Gambar 8. Sikap akhir tendangan sabit 5. Alat Bantu Pembelajaran a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran Menurut Sa dun Akbar,(2013:119), secara umum media adalah alat bantu penyampai pesan pembelajaran. Sedangkan Menurut Azhar Arsyad (2011:3), media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Secara lebih khusus, media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat yang digunakan untuk mempermudah siswa dalam proses belajar. Media harus menunjang tujuan proses belajar mengajar dan membantu proses berpikir siswa agar dapat dengan mudah memahami informasi yang diberikan. Media sering dianggap sebagai alat bantu mengajar guru. Alat bantu yang digunakan adalah alat bantu visual, misalnya gambar, objek, model dan alat-alat yang lain yang dapat memberikan pengalaman, motivasi belajar serta mempermudah siswa dalam belajar. Guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana tetapi dapat mencapai tujuan pengajaran. Selain itu guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Pendapat Smaldino dan Lowther (2008) yang dikutip dari Sri Anitah (2009:4) bahwa media commit pembelajaran to user ialah segala sesuatu yang

16 membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran. Azhar Arsyad (2011:4) mengemukakan Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Media pembelajaran juga bisa digunakan sebagai informasi kepada siswa tentang apa saja yang harus mereka lakukan. Informasi sebagai penyampaian tugas yang harus dilakukan oleh para siswa diharapkan akan membiasakan mereka tentang apa yang harus mereka lakukan, yang lamalama bisa menjadi kebiasaan yang positif. Selain itu juga dapat membantu meringankan tugas guru. Menurut Azhar Arsyad (2011:2), guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi : a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. c. Seluk-beluk proses belajar. d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan. e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran. f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan. g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan. h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran. i. Usaha inovasi dalam media pendidikan. 22 Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa media atau alat bantu adalah alat yang digunakan untuk mempermudah siswa dalam proses pembelajaran dan mempunyai manfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran 1) Fungsi Media Pembelajaran Menurut Azhar Arsyad (2011:15): Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut sikap positif siswa terhadap materi belajar maupun commit terhadap to user proses belajar itu sendiri dapat

17 ditingkatkan. Mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan Live dan Lepst (dalam Sumanto, 2012) yang dikutip Sa dun Akbar, (2013:119): mengemukakan fungsi media visual, di antaranya yaitu: (1) fungsi atensi, yakni menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran, (2) fungsi afeksi, yakni menciptakan perasaan senang siswa, (3) fungsi kognisi, yaitu alat bantu memahami dan mengingat informasi. Hal ini sesuai dengan Azhar Arsyad (2011:17) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, membangkitkan rasa senang dan mempengaruhi semangat mereka dalam pelajaran. 2) Manfaat Media Pembelajaran Azhar Arsyad (2011:26) mengatakan bahwa beberapa manfaat dari penggunaan media pembelajaran, yaitu: (a) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. (b) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemauan dan minatnya. (c) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. (d) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya. Media yang digunakan harus dipersiapkan dengan baik dan disajikan dengan menarik sehingga dapat membangkitkan keinginan dan minat baru untuk belajar. Dengan media guru dapat mengatur kelas sehingga waktu belajar dapat commit dimanfaatkan to user dengan efisien. Manfaat media 23

18 dalam proses pembelajaran secara umum adalah memperlancar proses interaksi antara guru dan siswa untuk membantu siswa belajar secara optimal. c. Pertimbangan Pemilihan Media Disamping itu Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000:16) mengatakan bahwa: Kriteria para guru dalam mengevaluasi, memilih, membuat modifikasi pembelajaran dalam penjas adalah: (1) Mendorong partisipasi maksimal oleh siswa (2) Memperhatikan keselamatan. (3) Mengajar efektivitas dan efisiensi gerak. (4) Memenuhi tuntutan perbedaan kemampuan anak. (5) Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. (6) Memperkuat keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya. (7) Mengajar menjadi pemain yang cerdas. (8) Meningkatkan perkembangan emosional dan sosial. 6. Pembelajaran Tendangan Sabit dengan Penggunaan Alat Bantu Bola Jerat Menurut R. Kotot Slamet Hariyadi (2003:75) dikatakan bahwa: Tendangan sabit, merujuk pada namanya, merupakan suatu teknik tendanagan yang lintasan geraknya membentuk garis setengah lingkaran, atau tendangan ini cara kerjanya mirip dengan sabit (arit/clurit), yaitu diayun dari samping luar menuju samping dalam. Dianalisa dari teknik geraknya, maka benturan pada sasaran terjadi dari arah samping luar menuju arah dalam, dengan perkenaan pada punggung kaki. Efisiensi gerak serta tenaga maksimal diperoleh melalui koordinasi antara tungkai atas dan tungkai bawah yang dilecutkan pada lutut dengan perputaran pinggul searah gerakan kaki. Karena arah serangan yang datangnya dari samping, tendangan sabit ini mudah untuk ditangkap oleh lawan. Mengantisipasi situasi ini, tariklah dengan segera tungkai bawah setelah pelaksanaan tendangan dilakukan. Dari sikap pasang, angkat lutut setinggi sasaran. Putar pinggang mengikuti arah lintasan tendangan dan serentak diikuti oleh lecutan tungkai bawah, berpusat pada lutut. Salah satu cara untuk melatih teknik tendangan yang baik dan benar terutama untuk melatih tendangan agar tepat sasaran dengan penggunaan alat bantu yang commit tepat. to Alat user bantu merupakan salah satu media 24

19 25 dalam pembelajaran yang berperan sangat penting untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran lebih konkrit dan mudah dipahami siswa serta lebih menarik. Alat bantu yang dapat digunakan untuk membantu pembelajaran tendangan sabit agar tepat sasaran dengan perkenaan pada punggung telapak kaki dan efisiensi gerak serta tenaga maksimal yang diperoleh melalui koordinasi antara tungkai atas dan tungkai bawah yang dilecutkan pada lutut dengan perputaran pinggul searah gerakan kaki pada Tendangan Sabit dapat dilakukan dengan menggunakan bola jerat. Terpenting adalah bahwa tinggi sasaran dengan alat bantu bola jerat dan alat bantu lainnya tersebut minimal adalah setinggi pinggang siswa bersangkutan. Dengan menggunakan alat bantu bola jerat, siswa diminta melakukan salah satu teknik tendangan yaitu tendangan sabit,dengan terlebih dahulu mengangkat lutut setinggi sasaran dengan memutar pinggul kearah samping dalam, diikuti gerakan punggung telapak kaki yang berputar searah gerakan tendangan bersamaan dengan melecutkan tungkai ke arah bola. Setelah tendangan terbentuk dengan sempurna,maka ia harus menarik kakinya kembali ke sikap pasang. Mula-mula pembelajaran dengan alat bantu bola jerat dapat dilakukan dengan menggunakan kecepatan atau tenaga yang dipergunakan sewaktu melancarkan tendangan dengan tahap, pertama lambat, tujuan yang ingin dicapai adalah mengembangkan kepekaan sensoris siswa agar terbiasa melakukan teknik dengan benar, selain itu pembelajaran ini akan mengembangkan pula keseimbangan tubuh dan otot-otot tungkai. Setelah itu dicapai, tingkatkan kecepatan maupun tenaga yang dipergunakan.namun dengan catatan, kesempurnaan gerak tetap menjadi perhatian utama. Alat alat yang digunakan untuk pembelajaran Tendangan Sabit Pencak Silat melaluai alat bantu bola jerat : 1) Gawang sepak bola. 2) Bola spon.

20 26 3) Jaring bola. 4) Tali ban dalam. 5) Pasak besi Gambar 8. Gawang sepak bola Gambar 9. Bola spon Gambar 10. Jaring bola Gambar 11. Tali ban dalam Gambar 12. Pasak besi

21 Rangkaian alat bantu bola jerat untuk pembelajaran tendangan sabit pencak silat : 27 Gambar 13. Alat bantu bola jerat Gambar 14. Rangkaian gerakan pembelajaran tendangan sabit pencak silat.

22 28 B. Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran teknik dasar pencak silat siswa mengalami kejenuhan terutama untuk teknik dasar tendangan sabit. Mereka beranggapan bahwa teknik ini sulit dilakukan. Maka dari itu tingkat kebenaran gerak teknik dasar tendangan sabit masih jauh dari harapan. Sehingga hasil belajar tendangan sabit kurang maksimal. Untuk dapat belajar Tendangan Sabit tidak cukup hanya belajar tanpa alat. Jarang sekali dalam pembelajaran pencak silat disekolah-sekolah guru menggunakan alat bantu untuk memberikan contoh kepada muridnya. Terdapat banyak alat untuk mempermudah dalam melakukan tendangan diantaranya adalah alat bantu kursi, alat bantu bola jerat, alat bantu tali, pecing/target. Alat bantu bola jerat yang di rasa tepat untuk memecahkan masalah tersebut, dikarenakan, jika dianalisa dari teknik gerak tendanagan sabit, benturan pada sasaran terjadi dari arah samping luar menuju arah dalam, dengan perkenaan pada punggung telapak kaki, maka dengan Alat bantu bola jerat dirasa menjadi media yang tepat untuk melatih perkenaan dari gerakan tendangan sabit. Selain itu alat bantu ini dirasa unik, sehingga membuat siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran pencak silat maka akan semakin termotivasi dalam mencoba tendangan. Sehingga hasil yang dicapai dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal.

23 Kondisi awal Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 13. sebagai berikut : Guru belum menerapkan penggunaan alat bantu bola jerat kepada siswa dalam pembelajaran Tendangan Sabit Siswa kurang aktif dan jenuh saat pembelajaran pencak silat khususnya dalam Tendangan Sabit. - Tingkat kebenaran gerak Tendangan Sabit masih jauh dari harapan. - Hasil belajar Tendangan Sabit kurang maksimal. Tindakan Menerapkan alat bantu bola jerat pada pembelajaran Tendangan Sabit. Siklus I: Guru dan peneliti menyusun bentuk latihan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Tendangan Sabit siswa. Kondisi akhir Melalui penggunaan alat bantu bola jerat dapat meningkatkan hasil belajar Tendangan Sabit siswa baik dalam hal kebenaran gerak. Siklus II : Upaya perbaikan dari tindakan dari siklus I sehingga melalui penggunaan alat bantu bola jerat berhasil meningkatkan hasil belajar Tendangan Sabit. Gambar 15. Kerangka berpikir

B. Kategori Tunggal Kategori yg menampilkan seorang Pesilat memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh

B. Kategori Tunggal Kategori yg menampilkan seorang Pesilat memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh A. Kategori Tanding Kategori yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari sudut yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu: menangkis/mengelak/mengena/menyerang

Lebih terperinci

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB IV BELA DIRI 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Pencak Silat Olahraga bela diri pencak silat merupakan salah satu alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya melestarikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH : KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN DEPAN PADA PESERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT DI SMK AHMAD YANI KEDIRI TAHUN AJARAN 2014-2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan hasil karya budaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun temurun hingga mencapai bentuknya seperti sekarang ini. Definisi Pencak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat memiliki gerakan dasar yang terencana, terarah, terkordinasi, dan terkendali, yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan seperti yang dikemukakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH : KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP TENDANGAN SABIT PADA PESERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT DI SMPN 4 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014-2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat merupakan suatu seni beladiri tradisional yang berasal dari Nusantara yang merupakan warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan atau disebarluaskan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Pencak silat adalah seni beladiri asli Indonesia, yang telah berumur berabad-abad.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Pencak silat adalah seni beladiri asli Indonesia, yang telah berumur berabad-abad. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Hakikat Pencak Silat 2.1.1.1Definisi pencak Silat Pencak silat adalah seni beladiri asli Indonesia, yang telah berumur berabad-abad. Pencak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang di sebut IPSI ( Ikatan Pencak Silat Sealuruh Indonesia ).

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang di sebut IPSI ( Ikatan Pencak Silat Sealuruh Indonesia ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat adalah salah satu seni beladiri budaya bangsa asli Indonesia. Di setiap daerah seluruh Indonesia memiliki macam-macam aliran pencak silat yang berbeda-beda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di berbagai Negara Asia, Malaysia, Brunei,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3. Aktivitas Olahraga Beladiri

Kegiatan Belajar 3. Aktivitas Olahraga Beladiri Kegiatan Belajar 3. Aktivitas Olahraga Beladiri Seni bela diri merupakan cara kesenian yang timbul sebagai salah satu cara seseorang mempertahankan/ membela diri. Pada dasarnya manusia memiliki insting

Lebih terperinci

MELATIH SIKAP DAN GERAK DASAR PENCAK SILAT BAGI PESILAT PEMULA. Oleh: Agung Nugroho, A.M. Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan FIK UNY

MELATIH SIKAP DAN GERAK DASAR PENCAK SILAT BAGI PESILAT PEMULA. Oleh: Agung Nugroho, A.M. Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan FIK UNY MELATIH SIKAP DAN GERAK DASAR PENCAK SILAT BAGI PESILAT PEMULA Oleh: Agung Nugroho, A.M. Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan FIK UNY ABSTRAK Ajaran dalam pencak silat meliputi empat aspek, yaitu aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas. Menurut Tamura dan Amung (2003 : 10) menjelaskan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. lambang IPSI. Ketiga trisula melambangkan unsur seni, beladiri dan olahraga dan

BAB II KAJIAN TEORITIS. lambang IPSI. Ketiga trisula melambangkan unsur seni, beladiri dan olahraga dan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Pencak Silat Ikatan pencak silat indonesia (IPSI) memandang pencak silat sebagai sesuatu kesatuan (catu tunggal), seperti tercermin dalam senjata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu tentu juga didukung oleh kecepatan, kekuatan gerakan dan kemampuan. sencak silat dilakukan dengan cepat dan kuat.

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu tentu juga didukung oleh kecepatan, kekuatan gerakan dan kemampuan. sencak silat dilakukan dengan cepat dan kuat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan cabang olahraga yang menuntut berbagai bentuk gerakan. Untuk dapat melakukan gerakan pada olahraga pencak silat seperti gerakan pukulan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan pendidikan. Hal ini secara tidak langsung menuntut para pendidik berupaya meningkatkan profesionalisme

Lebih terperinci

Damayanti 1, Rif at Hamdy 2, Ari Fauzi Hakim 3

Damayanti 1, Rif at Hamdy 2, Ari Fauzi Hakim 3 UPAYA MENUMBUHKAN DAYA INGAT JURUS SATU REGU PENCAK SILAT DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH NANGA PINOH Damayanti 1, Rif at Hamdy 2, Ari Fauzi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan mengarah pada tujuan pendidikan nasional itu sendiri, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I A. Latar Belakang

BAB I A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Pencak Silat adalah suatu seni beladiri tradisional yang berasal dari Indonesia. Pada saat ini olahraga beladiri pencak silat sangat dikembangkan, mengingat olahraga beladiri pencak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidik dan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. pendidik dan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribabadian, maupun kewajiban sebagai warga Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat adalah gerak bela serang yang teratur menurut sistem, waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dari zaman dahulu kala sudah mengenal berbagai macam seni beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah Pencak Silat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak terlepas dari berbagai macam mata pelajaran yang ada di sekolah. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa untuk menghadapi masa depan. Maka proses pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani (Penjas) pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan kualitas individu secara holistik,

Lebih terperinci

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal dalam sistem pendidikan tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal dalam sistem pendidikan tidak terlepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal dalam sistem pendidikan tidak terlepas dari usaha-usaha peningkatan prestasi belajar anak didik. Kegiatan proses pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Asia setelah diselenggarakanya Kejuaraan Dunia Pecak Silat1 di Jakarta pada

BAB I PENDAHULUAN. dan Asia setelah diselenggarakanya Kejuaraan Dunia Pecak Silat1 di Jakarta pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merujuk pada sejarah, pencak silat merupakan suatu warisan khasanah seni budaya produk bangsa Asean dan khususnya Indonesia. Pada masa perjuangan untuk mencapai

Lebih terperinci

OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN TENDANGAN SABIT PADA ATLET PENCAK SILAT UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN TENDANGAN SABIT PADA ATLET PENCAK SILAT UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG Jurnal Pendidikan Rokania Vol. II (No. 1/017) 1-9 1 HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN TENDANGAN SABIT PADA ATLET PENCAK SILAT UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG Oleh AL AZIS HARDI Universitas PGRI Palembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan olahraga sering kali terkalahkan oleh pendidikan akademis lainya, padahal aspek kesehatan jasmani merupakan aspek penting guna mendukung pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB VIII RENANG 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Olahraga renang merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya mempelajari manusia bergerak. Pilih salah satu gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai aspek pembelajaran utamanya. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, pertumbuhan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP/MTs :... Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : VII (Tujuh )/1 (satu) : Mempraktikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai

Lebih terperinci

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan di sekolah. Pendidikan jasmani menekankan pada suatu proses seseorang sebagai individu

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan. jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.

II. KAJIAN PUSTAKA. pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan. jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga. 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencak silat merupakan olahraga beladiri yang lahir dan berkembang dalam masyarakat rumpun melayu. Pada awalnya pencak silat berfungsi sebagai alat untuk membela diri

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini. 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia Indonesia. Hasil yang diharapkan itu akan dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya manusia sadar bahwa dirinya sebagai individu sekaligus makhluk sosial yang terdiri dari jasmani dan rohani, yang keduanya tidak bisa dipisahkan.

Lebih terperinci

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) 85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian studi kasus yang telah dipaparkan pada bab-bab di atas, mengenai Pendidikan Kepribadian Dan Pembinaan Mental Spiritual Melalui Ilmu

Lebih terperinci

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Secara disadari atau tidak sejak lahir hingga dewasa manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tidak mengenal metode pembelajaran jangan harap dapat melaksanakan proses

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tidak mengenal metode pembelajaran jangan harap dapat melaksanakan proses 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Tinjauan Metode Demonstrasi Dalam menggunakan metode pembelajaran sudah barang tentu guru yang tidak mengenal metode pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan olah raga beladiri asli dari Indonesia, pada mulanya pencak silat diciptakan manusia untuk membela diri dari ancaman binatang buas. Tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai faktor utama keberhasilan pengajaran dituntut kemampuannya untuk dapat menyampaikan bahan ajar kepada siswa dengan baik. Untuk itu guru perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Partisipasi Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah ketrelibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola pelajaran itu sendiri. Hal tersebut bisa dipahami karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola pelajaran itu sendiri. Hal tersebut bisa dipahami karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebagai wadah pendidikan formal mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pembinaan mental-spritual, intelektual dan khususnya pembinaan kualitas

Lebih terperinci

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi yang sudah direncanakan. Jenis metode pembelajaran : Ceramah : penyajian melalui penuturan secara lisan/penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini, pendidikan merupakan salah satu aspek utama sasaran pembangunan bangsa Indonesia yang orientasinya adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan artikulasi aspirasi bangsa dalam menyikapi kegaulan seluruh komponen bangsa tentang kondisi bangsa yang dirasakan mengkhawatirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencak Silat adalah salah satu cabang olahraga yang sudah dipertandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencak Silat adalah salah satu cabang olahraga yang sudah dipertandingkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak Silat adalah salah satu cabang olahraga yang sudah dipertandingkan hingga tingkat Nasional dan Internasional dan Pencak Silat juga merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani yang sehat, sehingga mampu melaksanakan tugas untuk. kepentingan sendiri maupun bagi kepentingan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani yang sehat, sehingga mampu melaksanakan tugas untuk. kepentingan sendiri maupun bagi kepentingan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan jasmani tidak kurang dari subjek lain dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan jasmani pada umumnya merupakan bagian dari kurikulum di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan perlombaan dari kegiatan intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pendidikan Jasmani a. Pengertian Pendidikan Jasmani Pengertian-pengertian pendidikan jasmani telah banyak dibuat dan disusun oleh para ahli. Berikut pengertian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya.

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Ahmadi (2004 : 128) mengemukakan : Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan salah satu olahraga yang memasyarakat. Masyarakat yang melakukan kegiatan olahraga sepak bola mempunyai berbagai tujuan diantaranya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

2.4.1 Menunjukkan kemauan bekerjasama dalam melakukan berbagai aktivitas fisik Menunjukkan perilaku disiplin selama pembelajaran.

2.4.1 Menunjukkan kemauan bekerjasama dalam melakukan berbagai aktivitas fisik Menunjukkan perilaku disiplin selama pembelajaran. I. Penilaian 1. Instrumen Penilaian sikap Indikator : 1.2.1 Tumbuhnya kesadaran bahwa tubuh harus dipelihara dan dibina, sebagai wujud syukur kepada sang Pencipta. 2.2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan pribadi, yang mana pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani penting dilakukan karena

Lebih terperinci

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

GUMELAR ABDULLAH RIZAL, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep prinsip, atau teori oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi yang berlangsung dalam suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran merupakan kegiatan yang formal yang dilakukan di sekolah. Dalam pembelajaran ini terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2007:61) menjelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar untuk meningkatkan kualitas manusia seutuhnya. Disadari atau tidak pendidikan telah membuat perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang olahraga. Olahraga merupakan salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah yang beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dalam menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi kehidupan yang akan datang. Hal tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Anak- anak pada umumnya memiliki kecenderungan ingin selalu bergerak. Bergerak bagi anak- anak merupakan salah satu bagian yang sangat penting di dalam hidupnya. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang berfungsi sebagai tempat proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatan prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

ZANUAR BUDIANTO K

ZANUAR BUDIANTO K UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR MENENDANG DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA MELALUI PENERAPAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 GENTAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013 /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia merupakan pendidikan yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendididikan memegang peranan penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup mendapat perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini berkembang seiring

Lebih terperinci