EFEK SALIVA MANUSIA PADA PROLIFERASI DAN MIGRASI FIBROBLAS JARINGAN KULIT NORMAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEK SALIVA MANUSIA PADA PROLIFERASI DAN MIGRASI FIBROBLAS JARINGAN KULIT NORMAL"

Transkripsi

1 Artikel Asli EFEK SALIVA MANUSIA PADA PROLIFERASI DAN MIGRASI FIBROBLAS JARINGAN KULIT NORMAL Rent Fajarwati, Lutia Utami, Vincentia Theodora IP, Y. Widodo Wirohadidjojo Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ABSTRAK Pada fase proliferasipenyembuhan luka, proliferasi dan migrasi fibroblas berperan penting. Kedua aktivitas tersebut membutuhkan berbagai faktor pertumbuhan. Saliva mengandung komponen protein dengan berbagai macamfungsi biologi yang penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan kavum oris, selain itu mengandung berbagai faktor pertumbuhan yang berperan dalam penyembuhan lukapada kulit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh saliva manusia pada fase proliferasi penyembuhan luka menggunakan model fibroblas kulit normal. Fibroblas kulit normal manusia dibiakkan sampai turunan keenam, dan dipacu dengan 25% & 50% saliva manusia yang diisolasi dari seorang relawan yang dipuasakan 1 jam, 2 jam dan 6 jam. Proliferasi fibroblas dinilai dengan esaiformasan biru dan migrasi fibroblas dinilai dengan esai goresan. Perbedaan respons diuji dengan Friedman dan post-hoc dengan Wilcoxon pada data yang tidak terdistribusi normal. Terdapat peningkatan rerata indeks proliferasi fibroblas pada semua kelompok perlakuan saliva (puasa 1 jam 25%, puasa 1 jam 50%, puasa 2 jam 25%, danpuasa 2 jam 50%) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan indeks proliferasi fibroblas secara bermakna (p<0,05) dijumpai pada kelompok yang mendapat perlakuan saliva puasa 1 jam 25%, saliva puasa 1 jam 50%, dan saliva puasa 2 jam 25%. Rerata persentase migrasi fibroblas pada semua kelompok perlakuan saliva puasa (puasa 1 jam 25%, puasa 1 jam 50%, puasa 2 jam 25%, dan puasa 2 jam 50%) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol mengalami peningkatan dan bermakna signifikan secara statistik (p<0,05). Saliva merupakan sumber faktor pertumbuhan yang mampu mempercepat fase proliferasi penyembuhan luka. (MDVI2016:42 /S: 2S -6S) Kata kunci: saliva, migrasi fibroblas, proliferasi fibroblas, fibroblas kulit manusia, penyembuhan luka. ABSTRACT In the proliferation phase of wound healing, proliferation and migration offibroblastsplay important roles. Both of these activities need various growth factors. Human saliva is a biological source of growth factors that play a role in wound healing of skin. The aim of this study is to identify the effect of human saliva in the proliferation phase of wound healing using fibroblasts model of human normal skin. Cultured normal human skin fibroblasts sixth passage is divided into 7 groups, the control group and the group were treated with 1 hour, 2 hours, and 6 hours fasting saliva, each of which consists of a concentration of 25% and 50%. Fibroblasts proliferation was measured using blue formazan assay, and fibroblasts migration was measured using scratch assay. Comparation of mean index of fibroblasts proliferation and percentage of fibroblasts migration was analyzed with Friedman and post-hoc by Wilcoxon test. In all group (who was given 25% 1 hour fasting saliva, 50% 1 hour fasting saliva, 25% 2 hours fasting saliva, and 50% 2 hours fasting), the mean proliferation index are increased compared to the control group. The increase of the index of fibroblasts proliferation were significant (p < 0.05) in the group who was given 25% saliva, both after 1 hour and 2 hours fasting. The mean percentage of fibroblasts migration in all group (who was given 25% 1 hour fasting saliva, 50% 1 hour fasting saliva, 25% 2 hours fasting saliva, and 50% 2 hours fasting saliva) compared to the control group were increased and statistically significant. As a conclusion, saliva is a source of growth factors that can accelerate proliferation phase of wound healing. (MDVI2016:42 /S: 2S-6S) Korespondensi: Gedung Radiopoetro Lantai 3, Jl. Farmako, Sekip, Yogyakarta Telpon/Fax reni.faj arwati@yahoo.com Keywords: saliva, fibroblasts migration, fibroblasts proliferation, human skin fibroblasts, wound healing. 2S

2 R Fajarwati, dkk Efek saliva manusia pada proliferasi dan migrasiflbroblasjaringan kulit normal PENDAHULUAN Penyembuhan luka merupakan proses dinamis yang terdiri atas empat fase, yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka akan melibatkan interaksi yang rumit antara sitokin, kemokin dan berbagai faktor pertumbuhan. Faktor pertumbuhan merupakan polipeptida yang mengawali pertumbuhan, diferensiasi dan metabolisme sel, serta mengatur proses perbaikan jaringan. Faktor pertumbuhan terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, namun berperan besar dalam proses penyembuhan luka. 1 ' 2 ' 3 Selain dalam darah, faktor pertumbuhan juga ditemukan pada saliva. 4-5 Saliva mengandung berbagai protein dengan fungsi biologis yang berbeda-beda dalam mempertahankan kesehatan rongga mulut. Protein tersebut berfungsi untuk melumasi rongga mulut, membantu remineralisasi permukaan gigi, mengawali proses pencernaan makanan, proteksi terhadap mikroba, dan mempertahankan integritas mukosa. Fungsi yang disebut terakhir, disebabkan oleh faktor pertumbuhan yang terkandung dalam saliva. 6 Saliva telah lama diketahui sebagai sumber faktor pertumbuhan dan berperan dalam proses penyembuhan luka. Hal ini berawal dari pengamatan pada perilaku hewan yang menjilati luka pada tubuhnya sendiri, yang ternyata dapat memicu proses penyembuhan luka. 7 Terdapat banyak penelitian in vitro maupun in vivo mengenai saliva tikus dan penyembuhan luka. Saliva merupakan sumber faktor pertumbuhan, antara lain epidermal growth factor (EOF), basic fibroblast growth factor (bfgf), nerve growth factor (NGF), transforming growth factor alpha and beta (TGF-a TGF-$), dan insulinlike growth factor I and II (IGF-I, IGF-II). Berbagai faktor pertumbuhan tersebut dapat menstimulasi berbagai sel inflamatorik ke area luka, menginduksi proliferasi keratinosit dan fibroblas, angiogenesis, dan jaringan granulasi. 1 ' 8 ' 9 Aplikasi substansi kaya faktor pertumbuhan untuk penyembuhan luka, seperti platelet rich plasma (PRP) 10 ' 11 atau platelet rich fibrin (PRP) 12 ' 13 telah banyak dilakukan, namun diperlukan prosedur persiapan yang bersifat invasif dan memerlukan metode khusus serta biaya yang tinggi. Saliva diharapkan dapat berperan sebagai alternatif terapi penyembuhan pada luka berdasarkan komponen faktor pertumbuhan yang ada di dalamnya, dengan aplikasi yang mudah dan biaya yang murah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh saliva manusia pada fase proliferasi penyembuhan luka menggunakan model fibroblas kulit normal, khususnya efek pada proliferasi dan migrasi fibroblas. METODE Fibroblas manusia dari preputium anak laki-laki yang sehat (sampel diperoleh dari kulit preputium anak yang disirkumsisi di salah satu klinik swasta di daerah Yogyakarta) dikultur menggunakan teknik eksplantasi sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Fresney. 14 Sel fibroblas tersebut dikultur secara terpisah dalam Dulbecco s Modified Eagle s Medium (DMEM) Gibco yang mengandung 4.5 g/l D-glukosa, 2 mmol/l L-glutamine, 2.5 mg/l amfoterisin B, 100 ug/l streptomisin, 100 unit/l penisilin, dan 10% bovine serum. Kultur sel yang dibiakkan sampai tunman keenam digunakan dalam percobaan ini. Fibroblas yang dikultur kemudian dipindahkan ke dalam lempeng sumuran mikro (microwell plate) yang memiliki 96 sumuran, dan masing-masing berisi 10 4 sel dalam phosphate buffer saline (PBS). Lempeng sumuran mikro kemudian dipindahkan dari inkubator dan ditempatkan dalam tudung alir laminer (laminary flow hood). Medium diambil dari setiap sumuran dan dicuci dengan PBS steril dua kali. Dua ratus mikro liter saliva manusia yang diisolasi dari seorang relawan setelah puasa 1 jam, 2 jam, dan 6 jam, dan masingmasing terdiri atas 2 konsentrasi; 25%, dan 50% lalu ditambahkan. Sebagai kontrol digunakan DMEM dan fetal bovine serum (FBS) 10%. Setelah inkubasi selama 72 jam pada suhu 37 dan CCh 5%, keluarkan lempeng sumuran mikro dari inkubator. Masing-masing kelompok penelitian dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Pengukuran proliferasi fibroblas mengacu pada protocol 3-(4,5-dimethylthiazole-2-y\)-2,5- diphenyltetrazolium bromide atau disingkat MTT 10 dengan sedikit modifikasi. Pengerjaan medium dilakukan dalam kondisi gelap, medium dari setiap lempeng sumuran disedot dan dibuang, dicuci dengan PBS steril sebanyak 3 kali, kemudian buang. Selanjutnya dimasukkan medium lengkap pertumbuhan fibroblas ke dalam masing-masing sumuran sebanyak 200 n'bsl, ditambahkan 50 n'bsl MTT berkadar 50 mg/ml dalam PBS steril. Firing petri kemudian dibungkus dengan aluminium foil dan diinkubasikan 4-8 jam dalam inkubator 37 C CCh 5%. Setelah inkubasi selesai, semua larutan supernatan (MTT dan medium) dibuang. Selanjutnya ditambahkan 200 ul larutan dimethyl sulfoxide (DMSO) 99% dan 50 ul buffer glisin di atasnya. Warna biru pada setiap sumuran dibaca densitas optiknya dengan spektro-foto-meter panjang gelombang 570 nm. Migrasi fibroblas diukur dengan metoda Liang dkk., 15 yaitu penyempurnaan metode invitro scratch assay yang dikembangkan oleh Lampugnani 16 dan Yarrow dkk. 17 Segera setelah diinkubasi selama 72 jam, PBS diganti dengan 2 ml medium lengkap pertumbuhan fibroblas, kemudian dilakukan goresan pada dasar sumuran menggunakan ujung biru pipet mikro, medium disedot dan sumuran dicuci dengan PBS sampai sel yang terlepas terangkat. Pada pencucian terakhir dilakukan rekaman citra biakan dengan kamera moticam. Citra mikroskopis direkam dengan pembesaran 400 kali dan rekaman difokuskan pada garis goresan. Setelah citra mikroskopis dipindahkan dalam format JPEG, pixel ruang kosong dan pixel warna biru (gambaran dari fibroblas) 3S

3 MDVI Pengaruh fototerapi narrowband UV- B terhadap Vol. 42 No. Suplemen Tahun S-6S dihitung dengan program komputer. Selanjutnya, persentase migrasi ditentukan dengan rumus: Migrasi=100%- {(pixelkosong/(pixelkosong+pixelbiru)x\qq%}. Data penelitian diolah dan disajikan dalam bentuk grafik dan dianalisis secara statistik. Perbedaan rerata indeks proliferasi dan persentase migrasi fibroblas dianalisis dengan uji Friedman karena data-data tidak terdistribusi 3 normal dan dilanjutkan dengan analisis post hoc menggunakan uji Wilcoxon. Perbedaan rerata disebut bermakna apabila p<0,05. HASIL Proliferasi fibroblast Terdapat peningkatan rerata indeks proliferasi fibroblas yang bermakna secara statistik (p<0,05) pada kelompok yang diberi saliva puasa 1 jam konsentrasi 25%, 1 jam konsentrasi 50% dan 2 jam konsentrasi 25% dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan saliva puasa 2 jam konsentrasi 50%, 6 jam konsentrasi 25% dan 6 jam konsentrasi 50% rerata indeks proliferasi fibroblas meningkat namun tidak bermakna secara statistik (p>0,05). (Gambar 1). Perbandingan antar konsentrasi saliva dengan jam puasa yang sama didapatkan hasil bahwa pemberian saliva puasa 1 jam konsentrasi 50% menunjukkan penurunan rerata indeks proliferasi fibroblas secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan pemberian saliva puasa 1 jam konsentrasi 25%. Demikian juga pada perlakuan saliva puasa 2 jam konsentrasi 50%, juga mengalami penurunan rerata indeks proliferasi fibroblas secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan saliva puasa 2 jam konsentrasi 25%. Hasil berbeda ditemukan pada perlakuan saliva puasa 6 jam, yaitu pada konsentrasi 50% menunjukkan penurunan rerata indeks proliferasi fibroblas dibandingkan konsentrasi 25% namun secara statistik tidak berbeda bermakna (px),05). (Gambar 1). Gambar 1.Grafik perbandingan rerata indeks proliferasi fibroblas pada berbagai konsentrasi saliva 1, 2 dan 6 jam puasa. 4S

4 R Fajarwati, dkk Efek saliva manusia pada proliferasi dan migrasiflbroblasjaringan kulit normal Migrasi flbroblas Perbandingan rerata persentase migrasi flbroblas (jumlah flbroblas yang bergerak mendekati garis yang telah digoreskan) pada kelompok perlakuan saliva puasa 1 jam konsentrasi 25%, saliva puasa 1 jam konsentrasi 50%, saliva puasa 2 jam konsentrasi 25%, saliva puasa 2 jam konsentrasi 50%, saliva puasa 6 jam konsentrasi 25% dan saliva puasa 6 jam konsentrasi 50% masing-masing dibandingkan dengan kontrol menunjukkan hasil peningkatan yang signifikan secara statistik (p<0,05). Perbandingan antar konsentrasi saliva dengan jam puasa yang sama didapatkan hasil bahwa pemberian saliva puasa 1 jam konsentrasi 50% menunjukkan peningkatan rerata persentase migrasi flbroblas secara tidak bermakna (p>0,05) dibandingkan dengan saliva puasa 1 jam konsentrasi 25%. Pemberian saliva puasa 2 jam 4 konsentrasi 50% menunjukkan peningkatan rerata persentase migrasi flbroblas secara tidak bermakna (p>0,05) dibandingkan dengan saliva puasa 2 jam konsentrasi 25%, sedangkan pemberian saliva puasa 6 jam konsentrasi 50% menunjukkan penurunan rerata persentase migrasi flbroblas secara statistik tidak bermakna (p>0,05) dibandingkan dengan saliva puasa 6 jam konsentrasi 25% (Gambar 2). Gambar 2.Grafik perbandingan rerata persentase migrasi flbroblas pada berbagai konsentrasi saliva 1,2 dan 6 jam puasa. PEMBAHASAN Penyembuhan luka di rongga mulut mengalami waktu yang lebih singkat bila dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain. Salah satu faktor yang terlibat dalam fenomena ini adalah saliva yang berperan dalam penyembuhan luka oral. Saliva menciptakan lingkungan yang lembab, sehingga meningkatkan kelangsungan hidup dan fungsi berbagai sel inflamasi yang sangat penting untuk penyembuhan luka. Selain itu, saliva mengandung protein yang berperan dalam berbagai tahap penyembuhan luka intraoral. 18 ' 19 Abbasian dkk. melakukan penelitian in vivo menggunakan mencit. Sebuah insisi dibuat pada bagian ventral dan dorsal tubuh mencit. Kemudian dilakukan pengamatan dan hasilnya menunjukkan bahwa luka pada sisi ventral lebih cepat sembuh karena mencit dapat menjilati luka tersebut dengan lebih mudah. 4 Grossman dkk juga meneliti efek ekstrak saliva tikus pada proliferasi kultur sel kulit sebagai model untuk proses penyembuhan luka. Penelitian tersebut menemukan bahwa setiap kelenjar ludah berefek spesifik pada penyembuhan luka dan kombinasi dari semuanya menunjukkan efek aditif. 7 Sialadenektomi dan desalivasi 5S

5 MDVI Pengaruh fototerapi narrowband UV- B terhadap Vol. 42 No. Suplemen Tahun S-6S selektif pada penelitian dengan hewan menunjukkan bahwa kelenjar submandibula dan sublingua adalah kelenjar yang paling bertanggungjawab dalam penyembuhan pada kulit atau mukosa oral Pada penelitian ini, hasil proliferasi fibroblas menunjukkan peningkatan rerata indeks proliferasi fibroblas yang bermakna secara statistik pada kelompok 25% saliva puasa 1 jam, 25% saliva puasa 2 jam dan 50% saliva puasa 1 jam yang dibandingkan dengan kontrol. Pada kelompok 50% saliva puasa 2 jam, 25% saliva puasa 6 jam dan 50% saliva puasa 6 jam menunjukkan hasil peningkatan rerata indeks proliferasi fibroblas yang tidak bermakna secara statistik dibandingkan dengan kelompok kontrol (Gambar 1). Pemberian konsentrasi 50% saliva puasa 1 jam dan 2 jam menunjukkan penurunan rerata indeks proliferasi fibroblast yang bermakna secara statistik dibandingkan dengan kelompok konsentrasi 25% dengan jam puasa yang sama. Hasil perbandingan konsentrasi 50% saliva puasa 6 jam dibandingkan dengan konsentrasi 25% pada jam puasa yang sama juga menunjukkan penurunan rerata indeks proliferasi fibroblas, namun tidak bermakna secara statistik. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian saliva konsentrasi 25% menimbulkan efek peningkatan proliferasi fibroblas yang lebih baik dibandingkan saliva konsentrasi 50%. Hasil pada migrasi fibroblas, menunjukkan peningkatan rerata persentase migrasi fibroblas yang bermakna secara statistik pada semua kelompok yang mendapat perlakuan konsentrasi 25% dan 50% saliva puasa 1 jam, 2 jam maupun 6 jam dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rerata persentase migrasi fibroblast pada kelompok 50% saliva puasa 1 dan 2 jam dibandingkan dengan kelompok 25% saliva puasa jam yang sama, menunjukkan penurunan yang tidak bermakna secara statistik. Sebaliknya, kelompok 50% saliva puasa 6 jam dibandingkan 25% saliva puasa 6 jam menunjukkan peningkatan rerata persentase migrasi fibroblas yang juga tidak bermakna secara statistik (Gambar 2). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian saliva meningkatkan migrasi fibroblas, namun besarnya konsentrasi saliva tidak berpengaruh pada migrasi fibroblas. Efek menguntungkan aplikasi faktor pertumbuhan eksterna pada penyembuhan luka seperti yang telah dibuktikan secara in vitro, berimplikasi bahwa protein merupakan kunci utama yang berperan pada penyembuhan luka. 21 Sejauh ini, kami belum menemukan literatur mengenai korelasi antara durasi puasa dengan kadar faktor pertumbuhan pada saliva. Jadi, hasil dari penelitian ini dapat menjadi hipotesis untuk penelitian-penelitian di masa mendatang untuk menemukan jenis faktor pertumbuhan apa dalam saliva yang bertanggungjawab pada peningkatan proliferasi dan migrasi fibroblas dan hubungannya dengan lama puasa sebelum pengambilan sampel saliva. Sebagai kesimpulan penelitian ini, saliva merupakan sumber faktor pertumbuhan yang mampu mempercepat fase proliferasi penyembuhan luka (meningkatkan indeks proliferasi dan persentase migrasi fibroblas). DAFTAR PUSTAKA 1. Singer AJ, Clark RAF. Cutaneous wound healing. NEJM. 1999;341: Falanga V and Iwamoto S. Mecanism of Wound repair, Wound Healing, and Wound Dressing. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, penyunting. Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill Book, Co; p Diegelmann RF, Evans MC. Wound healing: An overview of acute, fibrotic and delayed healing. Front Biosci. 2004;9: Abbasian B, Azizi S, Esmaeili A. Effects of rat's licking behavior on cutaneous wound healing. Iran J Basic Med Sci. 2010;13(1): Ishizaki H, Westermark A, Setten G, Pyykko I. Basic fibroblast growth factor (bfgf) in saliva-physiological and clinical implications. Act Otolaryngol. 2000;543: Oxford GE, Jonsson R, Olofsson J, Zelles T, Humphreyes-Beher MG. Elevated levels of human salivary epidermal growth factor after oral and juxtaoral surgery. J Oral Maxillofac Surg. 1999;57: Grossman N, Binyamin L, Bodner L. Effect of rat salivary glands effect on the proliferation of cultured skin cells-a wound healing model. Cell Tissue Bank. 2004;5: Fujisawa K, Miyamoto Y, Nagayama M. Basic fibroblast growth factor and epidermal growth factor reverse impaired ulcer healing of the rabbit oral mucosa. J Oral Pathol Med. 2003;32: Fabian TK, Fejerdy P. Saliva in Health, Disease, Chemical Biology of. Wiley Encyclopedia of Chemical Biology. 2007: Dhillon RS, Schwarz EM, Maloney MD. Platelet-rich plasma therapy-future or trend?. Arthritis Res &Ther. 2012;14: Vijayaraghavan N, Mohapatra DP, Friji MT, Kumar D, Arjun A, Bibilash BS, dkk. Role of autologous platelet rich plasma (APRP) in wound healing. JSWCR. 2014;7: Naik B, Karunakar P, Jayadev M, Marshal VR. Role of platelet rich fibrin in wound healing: A critical review. J Conserv Dent. 2013;6: Chignon SB, Georgiou CA, Fontas E, David S, Dumas P, Ihrai T, dkk. Efficacy of leukocyte and platelet-rich fibrin in wound healing: a randomized controlled clinical trial. Plast Reconstr Surg. 2012;130: Freshney RI. Culture of animal cells: a manual of basic technique. Edisi ke-4. New York: Willey-Liss; 2000.p Liang CC, Park AY, Guan JL. In vitro scratch assay: a convinient and inexpensive method for analysis of cell migration in vitro. Nat Protoc. 2007; 2: Lampugnani MG. Cell migration into a wounded area in vitro. Methods Mol Biol. 1999;96: Yarrow JC, Perlman ZE, Westwood NJ, Mitchinson TJ. A highthroughput cell migration assay using scratch wound healing, a comparation of image-based readout methods. BMC Biotechnol. 2004;4: Brand HS, Veerman EC. Saliva and wound healing. Chin J Dent Res. 2013;16: Almeida PDV, Gregio AMT, Machado MAN, Lima AAS, Azevedo LR. Saliva Composition and function: A comprehensive review. J Contemp Dent Pract. 2008;9: Bodner L. Effect of parotid, submandibular, and sublingual saliva on wound healing in rats. Comp Biochem Physiol. 1991;100A: Werner S, Grose R. Regulation of wound healing by growth factors and cytokines. Physiol Rev. 2003;83: S

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris in vitro. B. Sampel Penelitian Subjek penelitian ini adalah Human Dermal Fibroblast,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Luka sering terjadi pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun infeksi. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi empat fase, yaitu fase hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling.

Lebih terperinci

E. Keaslian Penelitian (Tabel.1) No Penulis Judul Hasil

E. Keaslian Penelitian (Tabel.1) No Penulis Judul Hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang sangat dinamik, karena melalui fase inflamasi, proliferasi dan remodeling, penutupan luka segera dapat mengurangi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Alur Penelitian Kultur Sel dari Penyimpanan Nitrogen Cair Inkubasi selama 48 jam dalam inkubator dengan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental 4.2. Tempat Penelitian 1. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA

PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA ABSTRAK PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA L. (MENGKUDU) SECARA ORAL PADA MUKOSA LABIAL TIKUS WISTAR Luka adalah hal yang wajar

Lebih terperinci

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka ABSTRAK Luka di dalam rongga mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan pembedahan. Proses penyembuhan luka dapat secara alami, dan dapat dipercepat dengan bantuan obat-obatan, dalam bidang kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel Langerhans di epidermis, yakni sel efektor imunogen pada kulit, penurunan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN ABSTRAK PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN Rahman Abdi Nugraha, 2015. Pembimbing 1 : Harijadi Pramono,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor selama 3 bulan, terhitung

Lebih terperinci

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI 120100185 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 i LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EPIGALLOCATECHIN-3-GALLAT

PENGARUH PEMBERIAN EPIGALLOCATECHIN-3-GALLAT ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EPIGALLOCATECHIN-3-GALLAT (EGCG) DAN EPIGALLOCATECHIN (EGC) DALAM TEH HIJAU TERHADAP PROLIFERASI SEL LEUKOSIT MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI COLITIS DENGAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA EFEK PEMBERIAN GRAFT TULANG BERBENTUK PASTA DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI DAN KONSENTRASI TERHADAP VIABILITAS SEL OSTEOBLAS, IN VITRO SKRIPSI NADHIA ANINDHITA HARSAS 0205000591 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Limabelas persen dari berat badan manusia merupakan kulit (Wasitaatmadja, 2011). Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang memiliki fungsi

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf (Hirayama), autoklaf konvensional,

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 5 Dokumen nomor : 0301501 Tanggal : Mengganti nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME)

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME) Halaman 1 dari 5 FARMASI UGM Dokumen nomor : CCRC0201500 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster ABSTRAK EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster Kamajaya Mulyana, 2014; Pembimbing : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes Luka pada kulit sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Regenerasi jaringan periodontal merupakan tujuan utama terapi periodontal (Uraz dkk., 2013). Salah satu tindakan terapi periodontal ialah bedah periodontal sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

Fetus Hamster. Ginjal Fetus Hamster FBS

Fetus Hamster. Ginjal Fetus Hamster FBS 55 Lampiran 1. Kerangka Konsep Penelitian Fetus Hamster Ginjal Fetus Hamster Vitamin E FBS Media DMEM Konsentrasi: 1. 0 µm 2. 25 µm 3. 50 µm 4. 75 µm 5. 100 µm 6. 125 µm Vitamin Asam Amino Garam Glukosa

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA Fredrica, 2016. Pembimbing I : Roro Wahyudianingsih, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka

Lebih terperinci

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah ABSTRAK Latar belakang Luka yang sering ditemukan didalam rongga mulut adalah luka ulserasi. Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut, ulser biasanya terasa sakit seringkali

Lebih terperinci

Suplementasi bfgf ( basic Fibroblast Growth Factor) Meningkatkan Kecepatan Migrasi Sel Kultur HDF (Human Dermal Fibroblast) Pada Model Luka in Vitro

Suplementasi bfgf ( basic Fibroblast Growth Factor) Meningkatkan Kecepatan Migrasi Sel Kultur HDF (Human Dermal Fibroblast) Pada Model Luka in Vitro JURNAL KEDOKTERAN YARSI 25 (2) : 101-107 (2017) Suplementasi bfgf ( basic Fibroblast Growth Factor) Meningkatkan Kecepatan Migrasi Sel Kultur HDF (Human Dermal Fibroblast) Pada Model Luka in Vitro Supplementation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. membantu proses penyembuhan luka. Pada awalnya platelet diperkirakan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. membantu proses penyembuhan luka. Pada awalnya platelet diperkirakan hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penggunaan produk darah autolog sudah banyak digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka. Pada awalnya platelet diperkirakan hanya berguna pada proses

Lebih terperinci

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita *

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita * PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA Sartika Puspita * * Pogram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Pulpa gigi dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap proliferasi sel ginjal fetus hamster yang dikultur primer merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap proliferasi sel ginjal fetus hamster yang dikultur primer merupakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang peran pemberian vitamin E dalam media DMEM terhadap proliferasi sel ginjal fetus hamster yang dikultur primer merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor (PGFs) sebagai mediator biologis dalam proses regenerasi periodontal. Bahan-bahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal merupakan gejala klinis utama dari penyakit periodontal. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang dikenal, supraboni

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP PROLIFERASI SEL LEUKOSIT MENCIT JANTAN GALUR DDY YANG DIINDUKSI KOLITIS DENGAN DSS Elsa Angelie, 2008 Pembimbing I : Khie Khiong, M.Si.,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000 ) dengan kultur in

BAB IV METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000 ) dengan kultur in BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian Eksperimental, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, Viabilitas, dan Abnormalitas Kultur Primer Sel Paru-Paru Fetus Hamster Yang Dipapar Etanol

Lebih terperinci

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER ABSTRAK PENGARUH TUMBUKAN DAUN SIRIH (Piper betle) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER Dandy Pasandha, 2016 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI

PROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI Halaman 1 dari 7 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 8 Dokumen nomor : 0301301 Tanggal : Mengganti nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf

Lebih terperinci

PADA RADANG KRONIS. INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT

PADA RADANG KRONIS. INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT INDUKSI EKSTRAK ANGGUR (Vitis vinifera) TERHADAP EKSPRESI IFN-γ PADA RADANG KRONIS INDUCTION OF Vitis vinifera EXTRACT AGAINST IFN-γ EXPRESSION IN CHRONIC INFLAMMATION ABSTRACT Background : Wound is a

Lebih terperinci

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa Tugas Akhir SB 091351 Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa Ika Puspita Ningrum 1507100059 DOSEN PEMBIMBING: Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si N. D. Kuswytasari,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, autoklaf Hirayama,

Lebih terperinci

PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST

PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST i PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST (CM-REF) DENGAN DAN TANPA LEUKEMIA INHIBITORY FACTOR (LIF) DALAM MEDIUM TERHADAP TINGKAT PROLIFERASI DAN SIFAT PLURIPOTENSI MESENCHYMAL STEM CELL

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data Sampel dalam penelitian ini adalah usapan (swab) dari lesi mukosa mulut subyek

Lebih terperinci

ABSTRAK. AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa Linn.) TERHADAP LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN DEWASA

ABSTRAK. AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa Linn.) TERHADAP LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN DEWASA ABSTRAK AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa Linn.) TERHADAP LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN DEWASA Derrick, 1110205 Pembimbing: Dr. dr. Iwan Budiman, MS, MM, M.Kes, AIF

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Subjek Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah C. albicans yang diperoleh dari usapan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN D. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan adalah rendang iradiasi yang memiliki waktu penyinaran yang berbeda-beda (11 November 2006, DIPA 14 Juni 2007, dan no label 14 Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase kerusakan, viabilitas, dan abnormalitas sel yang dipapar etanol pada kultur sel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil pengumpulan data dari observasi makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang pengaruh kasa hidrogel paduan kitosan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hingga saat ini luka bakar masih dapat menjadi penyebab mortalitas dan morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health Organization

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER. Pembimbing II: Hartini Tiono, dr.

ABSTRAK. PENGARUH BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER. Pembimbing II: Hartini Tiono, dr. ABSTRAK PENGARUH BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER Andrea Hertanto, 2008. Pembimbing I: Sri Utami Sugeng, Dra., M. Kes. Pembimbing II: Hartini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan sel kultur primer fibroblas. Gambar 8 menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen yang berbeda untuk

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : -

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : - Hal. 1 dari 8 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC Paraf Nama Sendy Junedi Adam Hermawan Muthi Ikawati Edy Meiyanto Tanggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN Richard Ezra Putra, 2010. Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II: Fen Tih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri pada saat ini. Penemuan dan penelitian yang baru pun sangat dinantikan dan dibutuhkan manfaatnya.

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 7 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Dyaningtyas Dewi PP Rifki Febriansah Adam Hermawan Edy Meiyanto Tanggal 20

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF JUS BUAH JERUK LEMON (Citrus limon (L.) Burm.f.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF JUS BUAH JERUK LEMON (Citrus limon (L.) Burm.f.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN ABSTRAK EFEK GASTROPROTEKTIF JUS BUAH JERUK LEMON (Citrus limon (L.) Burm.f.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN Malvin Owen Hardicar, 2016, Pembimbing Utama : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr.,

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER Niken Tania Wijaya, 2014. Pembimbing I: Rita Tjokropranoto,

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT NAMA : dr. Nani Widjaja NIM : 1490751072 PROGRAM STUDI : ILMU BIOMEDIK JUDUL TESIS :PEMBERIAN GROWTH HORMONE MENINGKATKAN NEOVASKULARISASI, JUMLAH SEL FIBROBLAS DAN EPITELISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikarenakan luka bakar menyebabkan cedera kronis yang bersifat nonhealing,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikarenakan luka bakar menyebabkan cedera kronis yang bersifat nonhealing, BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu cedera yang sangat beresiko. Hal ini dikarenakan luka bakar menyebabkan cedera kronis yang bersifat nonhealing, yang pada kondisi lebih

Lebih terperinci

Pembimbing I : Dr. Diana K Jasaputra, dr,m Kes Pembimbing II: Adrian Suhendra, dr, SpPK, M Kes

Pembimbing I : Dr. Diana K Jasaputra, dr,m Kes Pembimbing II: Adrian Suhendra, dr, SpPK, M Kes ABSTRAK EFEK INFUSA BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill), KUMIS KUCING (Orhtosiphon spicatus Backer), SERTA KOMBINASINYA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN Gede Mahatma,2010;

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang

BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, stem sel telah menjadi topik utama pembicaraan banyak ilmuwan, ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang menyusunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan alkohol sebagai minuman yang sudah tentu bertentangan dengan ajaran islam saat ini ada kecenderungan meningkat di masyarakat. Penggunaan alkohol terutama

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL

ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL dan SALEP SERBUK DAUN SOSOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lamk)) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT Adi Kurnia Suprapto, 2012. Pembimbing I : Fen Tih, dr.,m.kes.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 2. Gambar daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) a Keterangan: a. Gambar daun poguntano b. Gambar simplisia daun poguntano

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK CENDAWAN ULAT CINA (Cordyceps sinensis [Berk.] Sacc.) TERHADAP KADAR IL-2 MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI CCl 4

ABSTRAK. EFEK CENDAWAN ULAT CINA (Cordyceps sinensis [Berk.] Sacc.) TERHADAP KADAR IL-2 MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI CCl 4 ABSTRAK EFEK CENDAWAN ULAT CINA (Cordyceps sinensis [Berk.] Sacc.) TERHADAP KADAR IL-2 MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI CCl 4 Noval Kurniawan, 2009. Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr.,

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA Nurshalati Tahar 1, Haeria 2, Hamdana 3 Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu contoh luka terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka adalah suatu diskontinuitas jaringan yang disebabkan karena trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Bentuk dari

Lebih terperinci

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Nekrosis jaringan pulpa dan penyakit periodontal, misalnya, dapat menyebabkan

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER. : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER. : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER Doni Surya; 2016 Pembimbing I Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Luka

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data C. albicans strain ATCC 10231 yang diperoleh dari Departemen Parasitologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera saraf tepi merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pasca trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan maksilofasial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang kedokteran gigi. Indikasi pencabutan gigi bervariasi seperti pernyakit periodontal,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Shella Hudaya, 2008 Pembimbing I : Khie Khiong, S.Si,M.Si.,M.Pharm.Sc,Ph.D Pembimbing II : Hana Ratnawati, dr., M.Kes

ABSTRAK. Shella Hudaya, 2008 Pembimbing I : Khie Khiong, S.Si,M.Si.,M.Pharm.Sc,Ph.D Pembimbing II : Hana Ratnawati, dr., M.Kes ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP JUMLAH LIMFOSIT PADA LIMPA MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINOKULASI Listeria monocytogenes Shella Hudaya, 2008 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian tentang Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- dimetilbenz(α)antrasen

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH

UJI SITOTOKSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH UJI SITOTOKSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) DAN KULIT BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SKRIPSI Oleh : NISWATUN NURUL FAUZI K100130178

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH TERHADAP ANGIOGENESIS PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI MARMUT

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH TERHADAP ANGIOGENESIS PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI MARMUT EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH TERHADAP ANGIOGENESIS PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI MARMUT SKRIPSI Oleh: ANGELINA PUTRI LESTARI 021211131019 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Kemaladewi Yulianti, 1210194 ; Pembimbing I : Fenny, dr.,sp.pk,m.kes Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN Linda Lingas, 2016 ; Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr., M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN Dyota Sulia Mutiari, 2014 Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra dr., M. Kes.

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN ABSTRAK EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN Melissa Chandra, 2014, Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Sampel Penelitian Dan Bahan Uji Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel kanker skuamosa mulut

Lebih terperinci

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si. SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA 04111004066 Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si. PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT

ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT Sebastian Hadinata, 2014, 1 st Tutor : Heddy Herdiman,

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER ABSTRAK PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Dimpuulina Erna M, 2011 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng Dra., M.kes. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahapan dalam siklus sel. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat an Nuh :

BAB I PENDAHULUAN. tahapan dalam siklus sel. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat an Nuh : 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri kehidupan sel ditandai dengan terjadinya proliferasi. Proliferasi merupakan pertumbuhan yang disebabkan oleh pembelahan sel yang aktif dan bukan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH

ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH Helen Sustantine Restiany, 1310199, Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.Mkes. Pembimbing II : Dr. Hana Ratnawati,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Lampiran 1 Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Lampiran 2 Gambar tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Lampiran 3 Gambar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI PEPAYA (Carica papaya Linn) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI PEPAYA (Carica papaya Linn) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI PEPAYA (Carica papaya Linn) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Lauw Audry Chrysilla Putri, 2016 Pembimbing 1 : dr. Sijani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian didapatkan dari perhitungan jumlah fibroblas dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan jumlah

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENURUNAN EKSPRESI TNF-α DAN PENINGKATAN JUMLAH PEMBULUH DARAH PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK GARDENIA JASMINOIDES (Penelitian Eksperimental dengan menggunakan binatang

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR Jane Haryanto, 2012 ; Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt. Pembimbing II : Penny Setyawati M.,

Lebih terperinci