IDENTIFIKASI FORMALDEHID DALAM PERALATAN MINUM MELAMIN YANG MENDAPAT PERLAKUAN PEMANASAN DENGAN BERBAGAI MACAM SUHU KARYA TULIS ILMIAH OLEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI FORMALDEHID DALAM PERALATAN MINUM MELAMIN YANG MENDAPAT PERLAKUAN PEMANASAN DENGAN BERBAGAI MACAM SUHU KARYA TULIS ILMIAH OLEH"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI FORMALDEHID DALAM PERALATAN MINUM MELAMIN YANG MENDAPAT PERLAKUAN PEMANASAN DENGAN BERBAGAI MACAM SUHU KARYA TULIS ILMIAH OLEH ARIFIN SHOLEH NIM AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS

2 2 IDENTIFIKASI FORMALDEHID DALAM PERALATAN MINUM MELAMIN YANG MENDAPAT PERLAKUAN PEMANASAN DENGAN BERBAGAI MACAM SUHU KARYA TULIS ILMIAH Diajukan kepada Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang Untuk memenuhi salah satu persyaratan Dalam menyelesaikan program DIII Bidang Analis Farmasi dan Makanan OLEH ARIFIN SHOLEH NIM AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2010

3 3 Karya tulis ilmiah Oleh Arifin Sholeh Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan Pembimbing Erna Susanti, S.Si, Apt

4 4 LEMBAR PERSEMBAHAN Dengarkanlah suara hatimu karena disanalah kamu akan mendapatkan ketenangan jiwa Alhamdulillah, akhirnya 19 Agustus pukul wib perjuangan panjang ku ini menemukan titik terangnya, Ucapan syukur akan kebesaran Allah Swt yang telah memberikan kesempatan pada diriku tuk menjalani dan merasakan semua ini. Terima kasih Tuhan, terima kasih atas pembelajaran yang diberikan pada hambamu ini, dan ampunilah hambamu ini yang terkadang harus memilih jalan yang salah untuk menemukan suatu kebenaran Jalan panjang dan berliku, penuh halangan dan rintangan yang mengiringi penulisan KTI ini telah membuatku bertambah yakin akan kebesarannya,.. Sabar dan ikhlas, dua kata yang makin aku pahami maknanya, gampang mengucapkan tapi susah diamalkan. Hasil karya ini kupersembahkan Untuk kedua orang tuaku yang penuh kasih sayang serta do a dan dukungannya Untuk adikku yang telah memotivasiku Untuk teman-teman mahasiswa angkatan 2006 dan 2007 Untuk semuanya yang tak sempat disebutkan namanya satu persatu terimakasih sedalam-dalamnya.

5 5 ABSTRAK Sholeh, Arifin Identifikasi Formaldehid dalam Peralatan Minum Melamin yang Mendapat Perlakuan Pemanasan dengan Berbagai Macam Suhu. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang, Pembimbing Erna Susanti, S.Si.,Apt. Kata Kunci : Identifikasi, Formaldehid, Depolimerisasi Melamin, Peralatan Minum dari Melamin, Pemanasan. Peralatan minum yang terbuat dari melamin mempunyai dampak buruk bagi kesehatan apabila salah dalam penggunaannya. Penggunaan yang salah dapat berupa paparan panas oleh minuman, gesekan dan tergerusnya permukaan melamin yang dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi melamin hingga senyawa formaldehid terlepas dan bersifat racun. Apabila formaldehid masuk dalam tubuh manusia akan berdampak buruk bagi kesehatan. Dari dampak tersebut maka diperlukan identifikasi terdapat atau tidak terdapatnya formaldehid dalam peralatan minum melamin yang mendapat perlakuan pemanasan. Perlakuan ini didasarkan pada kebiasaan masyarakat yang seringkali menggunakan peralatan minum dari melamin untuk minuman panas. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi peralatan minum yang terbuat dari melamin yang dijual di Pasar Warujayeng Nganjuk. Ditentukan dari jenis peralatan minum yang terbuat dari melamin yaitu gelas melamin dengan karekteristik tertentu yaitu warna agak kusam, tidak terdapat label food grade atau petunjuk aman penggunaan, terdapat tulisan MELAMINE WARE yang tercetak dibagian bawah gelas dan biasanya dijual dengan harga relatif murah. Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini adalah kegiatan mengidentifikasi formaldehid hasi depolimerisasi melamin dalam peralatan minum yang dijual di Pasar Warujayeng Nganjuk yang mendapat perlakuan pemanasan dengan menggunakan metode reaksi warna. Adapun proses identifikasi yang dilakukan yaitu gelas melamin diberi perlakuan pemanasan berupa air panas dengan suhu yang telah ditentukan. Setelah 15 menit, air didestilasi sampai diperoleh destilat. Kemudian destilat ditambah dengan pereaksi tertentu, lalu diamati perubahan yang terjadi dengan blanko sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gelas yang terbuat dari melamin yang diberi perlakuan pemanasan berupa air panas dan digunakan secara berulang-ulang dengan suhu perlakuan semakin besar akan mengakibatkan formaldehid dari melamin akan terlepas. Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disarankan kepada masyarakat yang menggunakan peralatan minum yang terbuat dari melamin agar lebih berhati-hati dengan tidak menggunakan peralatan minum tersebut dalam kondisi panas karena akan memicu terlepasnya formaldehid dari melamin.

6 6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuni-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul Identifikasi Formaldehid Dalam Peralatan Minum Melamin Yang Mendapat Perlakuan Pemanasan Dengan Berbagai Macam Suhu ini dengan repat waktu. Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program D III di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. Sentot Joko Rahardjo, S.Si., selaku direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 2. Ibu Erna susanti, S.Si, Apt., selaku dosen pebimbing. 3. Bapak Hendik K.D, S.Si dan Bapak Fransisco, S.Si. Apt., selaku dosen penguji. 4. Bapak dan Ibu dosen Akademi Analis dan Makanan serta semua staf. 5. Kedua orang tua, kakak, dan adikku yang memberikan doa serta motivasi.

7 7 6. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang langsung maupun tak langsung yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat diharapkan. Semoga karya tulis ini dapat berguna dan bermanfaat. Malang,Agustus 2010 Penulis

8 8 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Daftar Istilah... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Melamin Tinjauan Tentang Formaldehid Kerangka Penelitian Hipotesis Penelitian... 19

9 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Populasi dan Samapel Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Definisi Operasional Variabel BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Identifikasi Formaldehid dalam Sampel Larutan uji BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pengulangan Suhu Perlakuan I dan II Pengulangan Suhu Perlakuan III BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Saran DAFTAR RUJUKAN... 40

10 10 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Formaldehid Dalam Sampel Tabel 4.2 Hasil Larutan Uji... 30

11 11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Struktur Melamin... 8 Gambar 2.2 Struktur Formaldehid Gambar 4.1 Identifikasi formaldehid dalam sampel (Gelas Melamin) Gambar 4.2 Pengulangan suhu perlakuan II destilat sampel suhu 40, 60, 80, dan C ditambah pereaksi Asam Kromatropat Gambar 4.3 Pengulangan suhu perlakuan II destilat sampel suhu 40, 60, 80, dan C ditambah pereaksi Schiff Gambar 4.4 Pengulangan suhu perlakuan II destilat sampel suhu 40, 60, 80, dan C ditambah pereaksi KMNO Gambar 4.5 Pengulangan suhu perlakuan III destilat sampel suhu 40, 60, 80, dan C ditambah pereaksi Asam Kromatropat Gambar 4.6 Pengulangan suhu perlakuan III destilat sampel suhu 40, 60, 80, dan C ditambah pereaksi Schiff Gambar 4.7 Pengulangan suhu perlakuan III destilat sampel suhu 40, 60, 80, dan C ditambah pereaksi KMNO Gambar 1 Sampel gelas melamin Gambar 2 Proses destilasi Gambar 3 Reaksi Formaldehid dengan Asam Kromatropat... 42

12 12 Gambar 4 Reaksi Formaldehid dengan Shiff Gambar 3 Reaksi Formaldehid dengan KMNO

13 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara global, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup manusia. Pada kenyataannya, gaya hidup masyarakat industri ditandai dengan pemakaian produk berbasis kimia. Hal itu merupakan tantangan yang besar terhadap bahan kimia bagi lingkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Salah satu industri yang memanfaatkan bahan kimia dalam proses produksinya adalah industri peralatan rumah tangga yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wadah makanan dan minuman seperti piring, gelas, mangkok, sendok dan peralatan makan lainnya Peralatan makan dan minum banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang terbuat dari berbagai jenis bahan. Salah satunya adalah melamin. Produk pecah belah melamin begitu banyaknya sehingga barang ini tak hanya bisa dibeli ditoko tertentu, tetapi juga di pasar tradisional sampai dipedagang kaki lima Peralatan minum yang terbuat dari melamin disatu sisi menawarkan banyak kelebihan. Selain desain warna yang beragam dan menarik, fungsinya juga lebih unggul dibanding peralatan minum lain yang terbuat dari keramik, logam atau kaca. Melamin lebih ringan, kuat dan tidak mudah pecah. Harga peralatan

14 14 melamin pun relatif labih murah dibanding yang terbuat dari keramik misalnya (HARJONO,2006). Namun dibalik kelebihannya, sebagian orang tidak menyadari bahwa melamin berpotensi membahayakan kesehatan manusia karena melamin menghasilkan monomer beracun yang disebut formaldehid. Senyawa yang tahan panas ini dipilih karena dianggap sangat cocok digunakan sebagai wadah makanan panas (Imam,2007). Beberapa zat dapat berpindah dari wadah makanan ke makanan yang ada didalamnya. Kebanyakan zat kimia yang dapat berpindah dari bahan pengemas yang terbuat dari bahan polimer. Polimer sendiri biasanya bersifat inert (komposisi aman), tetapi komponen-komponennya monomer yang terdapat dalam jumlah tertentu, sisa reaktan, zat antara, bahan bantu pengolahan, pelarut, dan zat tambahan plastic, serta reaksi sampingan dan degradasi kimia dapat berpindah ke dalam makanan yang bersentuhan dengannya (Lu.C1995). Beberapa waktu lalu Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) melansir hasil penelitian mengenai kandungan formalin dalam wadah-wadah melamin. Penelitian yang dilakukan bulan September 2004 lalu itu membuahkan hasil yang mengejutkan. Peralatan makan dari melamin yang kini amat mudah ditemui di pasaran, banyak yang mengandung formalin dalam konsentrasi tinggi (http//villany.blogsome.com/) Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Dewa yang mengidentifikasi formaldehid dalam peralatan makan rumah tangga yang sampelnya diambil dipasar besar kota Malang. Diketahui bahwa melamin mengalami depolimerisasi

15 15 menjadi formaldehid setelah dimasuki air panas pada suhu C dalam waktu pemaparan selama 15 menit. Melamin pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun Pada produksi awal, kalsium sianamida diubah menjadi disiandiamida, kemudian dipanaskan di atas titik leburnya untuk menghasilkan melamin. Namun, pada zaman sekarang, kebanyakan pabrik industri menggunakan urea untuk menghasilkan melamin melalui reaksi berikut: 6 (NH 2 ) 2 CO C 3 H 6 N NH CO 2 Pertama-tama, urea terurai menjadi asam sianat pada reaksi endomik: (NH 2 ) 2 CO HCNO + NH 3. Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk melamina dan karbon dioksida: 6 HCNO C 3 H 6 N CO 2. Reaksi kedua adalah eksotermik, namun keseluruhan proses reaksi bersifat endotermik. ( http//suryadh.wordpres.com/ ) Formaldehid dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena ada proses depolimerisasi. Akibat proses ini, formaldehid terlepas menjadi monomer yang bersifat racun. Pemicunya bisa berupa paparan panas, sinar ultraviolet, gesekan dan tergerusnya permukaan melamin hingga formaldehid terlepas. Meski tahan direntang suhu C, tapi karena menyerap panas, melamin tak tahan terpapar panas terlalu tinggi, apalagi terpapar dalam jangka waktu lama dan biasanya perangkat melamin sering digunakan untuk membuat minuman teh, kopi, atau makanan berkuah panas. Bila piring atau gelas tersebut terkena

16 16 makanan atau minuman panas maka bahan formaldehid yang terdapat dalam gelas akan larut (Anonimous,2005). Pengguna yang mengonsumsi makanan atau minuman panas yang sudah terkontaminasi formaldehid secara terus menerus, lambat laun akan mengakibatkan kerusakan hati, ginjal dan jantung, dan jangka panjang dapat berpeluang terkena penyakit kanker (Imam,2007) Begitu buruknya akibat yang ditimbulkan formaldehid bagi kesehatan manusia maka timbul niat penulis untuk mengidentifikasi formaldehid dalam peralatan minum melamin yang beredar dipasar Warujayeng Nganjuk. Adapun suhu air yang digunakan dalam penelitian ini adalah suhu 40,60,80, dan C, alasan peneliti mangambil suhu tersebut karena berdasarkan kebiasaan masyarakat yang sering menggunakan peralatan minum melamin dalam kondisi hangat sampai panas, dan berdasarkan DepKes,2000 menyatakan bahwa penyajian makanan basah (kuah, sop, gulai) disajikan pada suhu diatas 60 0 C dan untuk air mendidih pada suhu C. Air yang dimasukkan dalam gelas melamin dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, alasan peneliti melakukan pengulangan sebanyak 3 kali karena berdasarkan kebiasaan masyarakat yang menggunakan peralatan minum melamin secara berulang-ulang. 1.2 Rumusan Masalah Pernyataan Penelitian Formalin dapat ditemukan di peralatan minum yang mendapat perlakuan pemanasan karena terjadi depolimerisasi melamin sehingga perlu diadakan

17 17 identifikasi terhadap formalin dalam peralatan minum dengan perlakuan pemanasan pada suhu 40, 60, 80, dan 100 C dengan waktu perlakuan 15 menit Adapun pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut Apakah terdapat formaldehid hasil depolimerisasi melamin dalam peralatan minum yang beredar dipasar Warujayeng Nganjuk dengan menggunakan metode kualitatif reaksi warna dengan perlakuan pemanasan pada suhu 40, 60, 80, dan 100 C dengan waktu perlakuan 15 menit. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Tujuan umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi ada tidaknya formaldehid hasil depolimerisasi melamin dalam peralatan minum yang mendapat perlakuan pemanasan dalam berbagai macam suhu Tujuan khusus Untuk mengetahui hubungan antara perbedaan suhu pemanasan dengan ada tidaknya formalin yang dilepas sebagai hasil depolimerisasi melamin.

18 Untuk meningkatkan kewaspadaan tentang bahaya pemakaian alat minum dari melamin. 1.4 Kegunaan penelitian Bagi peneliti berguna untuk mendapat informasi tentang prosedur analisis formaldehid, bahaya dari uraian melamin dari peralatan minum Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bahaya peralatan minum yang terbuat dari melamin Memberikan solusi cara aman menggunakan peralatan minum yang terbuat dari melamin. 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah identifikasi formaldehid hasil depolimerisasi melamin dalam peralatan minum yang di jual di pasar Warujayeng Nganjuk yang mendapat perlakuan pemanasan. Perlakuan pemanasan dilakukan dengan pemberian air pada suhu 40,60,80, dan C selama 15 menit. Proses identifikasi ini manggunakan reaksi warna.

19 19 Keterbatasan dalam penelitian ini adalah karena keterbatasan biaya dan waktu penelitian, peneliti membatasi jumlah sampel dari gelas melamin yang dijual di pasar Warujayeng Nganjuk. 1.6 Definisi istilah Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan zat dalam suatu senyawa atau campuran Melamin adalah persenyawaan (polimerisasi) kimia antara monomer formaldehid dan monomer fenol Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk, didalam formalin terkandung 37% formaldehid dalam air Polimerisasi adalah reaksi pembentukan rantai polimer organik yang panjang dan berulang Peralatan minum adalah gelas yang terbuat dari melamin Perlakuan pemanasan adalah pemanasan dengan menambahkan air panas pada sampel gelas melamin dengan rentang suhu C dalam waktu perlakuan 15 menit.

20 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Melamin Definisi Melamin Melamin adalah senyawa basa organik dengan rumus kimia C 3 H 6 N 6 dan memiliki nama IUPAC 1,3,5-triazina-2,4,6-triamina. Ia hanya sedikit larut dalam air. Melamin adalah trimer dari sianamida, dan seperti sianamida, melamin mengandung 66% nitrogen (berdasarkan massa). Melamin merupakan metabolit dari siromazina, sejenis pestisida. Melamin terbentuk dalam tubuh mamalia yang mengkonsumsi siromazina. Dilaporkan juga siromazina diubah menjadi melamin pada tanaman. ( http//suryadh.wordpres.com/ ) Formaldehid dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena depolimerisasi. Akibat proses ini, formaldehid terlepas menjadi monomer yang bersifat racun. Pemicunya bisa berupa paparan panas, sinar ultraviolet, gesekan, dan tergerusnya permukaan melamin hingga partikel formaldehid terlepas. Melamin pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun Pada produksi awal, kalsium sianamida diubah menjadi disiandiamida, kemudian dipanaskan di atas titik leburnya untuk menghasilkan melamin. Namun, pada zaman sekarang, kebanyakan pabrik industri menggunakan urea untuk menghasilkan melamin melalui reaksi berikut:

21 21 6 (NH 2 ) 2 CO C 3 H 6 N NH CO 2 Pertama-tama, urea terurai menjadi asam sianat pada reaksi endomik: (NH 2 ) 2 CO HCNO + NH 3. Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk melamina dan karbon dioksida: 6 HCNO C 3 H 6 N CO 2. Reaksi kedua adalah eksotermik, namun keseluruhan proses reaksi bersifat endotermik. ( http//suryadh.wordpres.com/ ) Gambar 2.1 Struktur Melamin Nama Sistematis Nama lain 1,3,5-Triazina-2,4,6-triamina Sianurotriamida Sianurotriamina Sianuramida Rumus molekul C 3 H 6 N 6 Penampilan Titik leleh Titik didih Kelarutan dalam air Putih padat 350 C, 623 K, 662 F - 3,1 g/l (20 C)

22 Formaldehida Definisi Formaldehida Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kandungan persen. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan formaldehid persen. Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. formaldehid memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pengawet, serta anti bakteri.formaldehid juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan polimer, dimana salah satu hasilnya adalah menimbulkan warna produk menjadi lebih "muncul". Itu sebabnya formaldehid dipakai di industri plastik. Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin mempunyai banyak nama kimia diantaranya adalah : Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan Methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan formaldehid persen.

23 23 Gambar 2.2 Struktur Formaldehida Nama Sistematis Nama lain Rumus molekul Penampilan Titik leleh Titik didih Kelarutan dalam air Bentuk molekul Bahaya utama Metanal formol, metil aldehida, oksida metilena CH 2 O gas tak berwarna -117 C (156 K) -19,3 C (253,9 K) > 100 g/100 ml (20 C) trigonal planar beracun, mudah terbakar Titik nyala -53 C Penggunaan Formaldehida Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Formaldehid memiliki banyak manfaat, seperti anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea,

24 24 bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formalin juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak.. Di bidang industri kayu sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis. Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampo mobil, lilin dan karpet. Di industri perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran formalin digunakan untuk pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran. Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%. ( wordpress.com ) Besarnya manfaat di bidang industri ini ternyata disalahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan, karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan asin dan beberapa makanan lainnya. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, sebagai bahan pengawet biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen. Bila

25 25 tidak diberi bahan pengawet makanan seperti tahu atau mi basah seringkali tidak bisa tahan dalam lebih dari 12 jam. Formaldehid juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan polimer, dimana salah satu hasilnya adalah menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Sehingga formalin dipakai di industri plastik. bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca. Formalin juga banyak dipakai di produk rumah tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin. Bila piring atau gelas tersebut terkena makanan atau minutan panas maka bahan formalin yang terdapat dalam gelas akan larut. Barang-barang tersebut bila digunakan dalam keadaan dingin sebenarnya tidak berbahaya. Tetapi sangat berbahaya bila wadah-wadah ini dipakai untuk menaruh bahan makanan panas seperti membuat minuman teh, kopi, atau makanan berkuah panas Bahaya Penggunaan Formaldehida Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin. Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran

26 26 pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Formalin termasuk ke dalam karsinogenik yang sudah pasti menyebabkan kanker. Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya bayi dan balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini. Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing masuk ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik siga (sekretori Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak, usus imatur (belum sempurna) atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk dikeluarkan. Hal ini juga akan lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada penderita Autism, penderita alergi dan sebagainya.

27 27 Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah yang banyak, Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. Bila terhirup formalin mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batukbatuk. Kerusakan jaringan sistem saluran pernafasan bisa mengganggu paru-paru berupa pneumonia (radang paru) atau edema paru ( pembengkakan paru). Bila terkena kulit dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata. Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Meskipun dalam jumlah kecil, dalam jangka panjang formalin juga bisa mengakibatkan banyak gangguan organ tubuh. Apabila terhirup dalam jangka

28 28 lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Gangguan otak mengakibatkan efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, gangguan emosi, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi, daya ingat berkurang dan gangguan perilaku lainnya. Dalam jangka panjang dapat terjadi gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak juga bisa terjadi. Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung. Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput mata. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada Identifikasi Formaldehid Adanya kandungan formalin dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu, metode Pemeriksaan hasil uraian formaldehida (Reaksi Asam Kromatropat), pemerikasaan aldehida (Reaksi Schiff), serta adanya tes warna menggunakan kalium permanganat (KMNO 4 ).

29 Reaksi Asam Kromatropat Asam kromatropat P : Asam 1,8-dihidroksinaftaleina-3,6- disulfonat;c 10 H 8 O 8 S 2.2H 2 O; BM 365,32; murni pereaksi.(indonesia, 1995 : 1133) Pemeriksaan hasil urai formaldehida dilakukan dengan menambahkan 10 mg zat kedalam 2 ml asam sulfat pekat yang mengandung 2-3 mg natrium kromotropat, kemudian dipanaskan beberapa menit dengan hati-hati. Terbentuk warna biru sampai ungu. (Auterhoff/kovar, 1987:30) Reaksi Schiff Pereaksi Schiff merupakan sebuah zat warna Fuchsin yang berubah warna jika sulfur oksida dilewatkan kedalamnya. Jika terdapat sedikit aldehid, warnanya akan berubah mejadi merah keungu-unguan yang terang. Akan tetapi, pereaksi ini harus digunakan dalam keadaan dingin, karena keton bisa bereaksi dengan pereaksi ini sangat lambat menghasilkan warna yang sama. Jika dipanaskan, maka reaksi dengan keton akan lebih cepat, sehingga berpotensi memberikan hasil yang membingungkan.( Zat dilarutkan atau disuspensikan dalam air, kemudian diasamkan dengan 3N HCL sampai ph kurang dari 3, lalu ditambahkan pereaksi Schiff yang tak berwarna dengan volume sama banyak. Setelah beberapa waktu terbentuk warna merah sampai ungu. Reaksi blanko terhadap pereaksi perlu dilakukan. (Auterhoff/kovar, 1987:30)

30 Reaksi KMNO 4 Tabung reaksi berisi 10 ml sampel dibubuhi 1 tetes larutan KMNO 4 0,1 N. Larutan sampel yang putih akan menjadi pink (merah jambu). Lama waktu hilangnya warna pink (warna merah jambu) dari tetesan larutan Kalium permanganat kedalam tabung reaksi berisi sampel air hasil polimerisasi melamin menjadi indikator kemungkinan kandungan formalin didalam air hasil polimerisasi melamin tersebut. Jika 1 jam tidak ada perubahan warna (warna pink stabil) berarti sampel tidak mengandung formalin. Jika warna pink larutan kalium permanganat tersebut segera pudar/ hilang menjadi tak berwarna, berarti ada kemungkinan dalam sample air hasil polimerisasi melamin terkandung formalin yang bersifat bereaksi menghilangkan warna (mereduksi) kalium permanganat. ( 2.3 Kerangka Teori Peralatan minum yang terbuat dari melamin yang merupakan persenyawaan (polimerisasi) kimia antara monomer formaldehid dan monomer fenol dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan jika digunakan tidak sebagaimana mestinya. Di dalam penggunaan peralatan minum melamin, paparan panas dan sinar ultraviolet sangat berpotensi memicu terjadinya peristiwa depolimerisasi, akibatnya partikel-partikel formaldehid muncul sebagai monomer dan berbahaya bagi kesehatan. Dampak buruk formaldehid bagi kesehatan yaitu dapat mengakibatkan kerusakan fungsi hati, ginjal, syaraf dan organ lainnya. Formaldehid dalam peralatan minum melamin dapat terlepas, jika medapat perlakukan pemanasan. Penggunaan peralatan makan terbuat dari melamin oleh

31 31 masyarakat sering digunakan untuk makanan dan minuman panas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi melamin. 2.4 Hipotesis Penelitian Hepotesis dalam penelitian ini adalah terdapat formaldehid hasil perurain melamin dalam peralatan minum yang mendapat perlakuan pemanasan dalam berbagai macam suhu.

32 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Untuk mengetahui adanya kandungan formaldehid dalam gelas melamin yang terdapat di pasar Warujayeng Nganjuk yang mendapat perlakuan pemanasan dengan menggunakan metode eksperimen atau percobaan. Dalam metode eksperimen atau percobaan ini, dilakukan pemberian sampel air dengan pemanasan pada suhu 40, 60, 80, dan 100 C. Dimasukkan dalam gelas melamin selama 15 menit. Dari setiap perlakuan yang diberikan dilakukan pengulangan suhu perlakuan sebanyak 3 kali. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir Tahap Persiapan Tahap persiapan dalam penelitian ini adalah penentuan sampel, persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, serta penyusunan prosedur kerja Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini adalah kegiatan mengidentifikasi formaldehid hasi depolimerisasi melamin dalam peralatan minum yang dijual di pasar Warujayeng Nganjuk yang mendapat perlakuan pemanasan pada suhu 40, 60, 80 dan 100 C dengan menggunakan metode reaksi warna.

33 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah peralatan minum dari melamin yang dijual dipasar Warujayeng Nganjuk Sampel dalam penelitian ini diambil dari peralatan minum yang terbuat dari melamin yaitu gelas melamin dengan karekteristik tertentu yaitu warna agak kusam, tidak terdapat label food grade atau petunjuk aman penggunaan, terdapat tulisan MELAMINE WARE yang tercetak dibagian bawah gelas dan biasanya dijual dengan harga relatif murah. Cara pengambilan sampel ini dilakukan dengan melakukan survei dari beberapa toko yang menjual peralatan yang terbuat dari melamin, kemudian diambil sampel sebanyak empat buah dengan karekteristik seperti disebutkan diatas. 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisa Makanan dan Minuman Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu pada awal penyusunan penelitian sampai berakhirnya penelitian yaitu Februari-Juni 2010.

34 Definisi Operasional Variabel Pada penelitian ini menggunakan dua variable yaitu variabel terikat dan variable bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah identifikasi formaldehid, sedangkan untuk variable bebasnya adalah peralatan minum dari melamin dan suhu perlakuan. Tabel 3.1 Variable Terikat dan Bebas No Varible Definisi operasional variable 1 Hasil Suatu parameter yang identifikasi menunjukkan ada tidaknya formaldehid formaldehid dlm suatu sampel. Hasil ukur Hasil positif jika : 1. Penambahan asam kromatropat Terbentuk wana biru sampai ungu. 2. Penambahan reaksi schiff terbentuk wana merah sampai ungu 2 Peralatan min um dan suhu perlakuan Gelas yang terbuat dari melamin 3. Penambahan KMNO 4 Warna ungu pudar. Gelas yang berciri-ciri sebagai berikut : 1. Warna kusam 2. Tidak terdapat label food Grade 3. Terdapat tulisan MELAMINE WARE yang terletak dibagian bawah Gelas

35 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian untuk mengidentifikasi formaldehid dalam peralatan minum melamin yang mendapat perlakuan pemanasan pada suhu 40, 60, 80 dan 100 C adalah sebagai berikut: Alat-alat Timbangan analitik Alat destilasi sederhana Alumunium foil Hot plate Tabung reaksi dan rak tabung reaksi Termometer Lampu Spiritus Asbes Kaki Tiga Becker glass 100, 400 dan 1000 ml. Gelas Ukur 10 dan 100 ml. Gelas ukur Pipet tetes Pipet volume Botol semprot Batang pengaduk

36 Bahan-bahan Sampel yaitu gelas plastik Air panas Aquadest Formalin 40% Asam Kromatropat (C 10 H 8 O 8 S 2 ) Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) Rosanilinklorida Asam Klorida (HCL) Natrium Sulfit (Na 2 S 3 O 4 ) Asam Fosfat (H 3 PO 4 ) Kalium permanganat (KMNO 4 ) 3.6 Pengumpulan Data Beberapa tahap yang perlu dilakukan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tahap Persiapan Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi persiapan alat, persiapan reagensia, persiapan larutan uji dan persiapan blanko positif.

37 Persiapan Alat Dilakukan persiapan alat-alat yang digunakan sebagaimana telah disebutkan dalam instrumen penelitian Persiapan Reagensia Pereaksi Asam Kromatropat Dilarutkan 50 mg asam kromatropat P atau garam natriumnya dalam 100 ml asam sulfat P 75% yang dibuat dengan menambahkan 76,5 ml asam sulfat P 98% ke dalam 23,5 ml aquadest dengan hati-hati Pereaksi Schiff 100 mg rosanilinklorida dilarutkan dalam 50 ml air dengan cara dipanaskan. Setelah ditambahkan 1,25 gr natriun sulfit dan 20 ml HCL 6 N, diencerkan sampai 100 ml Pereaksi KMNO 4 glass. 790 mg kalium permanganat dilarutkan dalam 50 ml air dalam becker Persiapan Larutan Uji Sampel diberi perlakuan pemanasan berupa air panas sesuai suhu yang ditentukan yaitu 40, 60, 80 dan 100 C kemudian dituang dalam gelas melamin, lalu ditutup dengan alumunium foil Setelah beberapa waktu yang ditentukan yaitu 15 menit, air dipindahkan ke dalam labu destilasi.

38 Ditambahkan 2 ml asam fosfat dan batu didih, dikocok Dilakukan destilasi sampai diperoleh destilat sebanyak 25 ml dalam wadah tertutup rapat yang berisi aquadest 3 ml (pipa tercelup aquadest), kemudian ditutup rapat dengan alumunium foil Destilat yang diperoleh digunakan sebagai larutan uji. Perlakuan terhadap sampel (gelas melamin) dilakukan penulangan sebanyak 3 kali, bertujuan untuk mendapat data penelitian yang cukup berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat yaitu menggunakan peralatan minum melamin secara berulang-ulang Persiapan Blanko Positif Air 300 ml dipanaskan sampai beberapa suhu yaitu 40, 60, 80, 100 C, lalu dimasukkan dalam labu destilasi, ditambahkan 2 ml formaldehid 10 % Ditambahkan 2 ml asam fosfat dan batu didih, dikocok Dilakukan proses destilasi sampai diperoleh destilat sebanyak 25 ml dalam wadah tertutup rapat yang berisi aquadest 3 ml (pipa tercelup aquadest), kemudian ditutup rapat dengan alumunium foil Destilat yang diperoleh kemudian dipipet sebanyak 2 ml, dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml reagensia, dipanaskan kemudian muncul warna ungu atau warna ungu pudar.

39 Identifikasi Sampel (Gelas Melamin) Tujuan dari identifikasi gelas melamin yang digunakan sebagai sampel yaitu untuk memperoleh data bahwa dalam sampel (gelas melamin) memang mengandung formaldehid. Adapun metode identifikasi yang dilakukan adalah sebagai berikut Gelas melamin dipotong kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 35 gr Masukkan dalam labu destilat, ditambahkan 250 ml aquadest, 2 ml asam fosfat dan batu didih, dikocok Dilakukan proses destilasi sampai diperoleh destilat sebanyak 25 ml dalam wadah tertutup rapat yang berisi aquadest 3 ml (pipa tercelup aquadest), kemudian ditutup rapat dengan alumunium foil Destilat yang diperoleh kemudian dipipet sebanyak 2 ml, dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2ml reagensia, dipanaskan, lalu hasilnya dibandingkan dengan blanko Tahap Pelaksanaan berikut Pada tahap ini dilakukan analisis kualitatif terhadap larutan uji sebagai Uji utama yang dilakukan yaitu :

40 Dimasukkan 2 ml larutan uji ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml pereaksi asam kromatropat. Diletakkan diatas penangas air yang telah mendidih selama 15 menit, diamati perubahannya dan dibandingakan dengan blanko. Uji pendukung yang dilakukan yaitu Dimasukkan 2 ml larutan uji ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml pereaksi schiff dan 2 tetes asam klorida encer, diamati perubahanya dan dibandingkan dengan blanko Dimasukkan 10 ml larutan uji ke dalam tabung reksi, ditambahkan 1 tetes KMNO 4, diamati perubahanya dan dibandingkan dengan blanko. 3.7 Analisis Data Dalam penelitian ini tidak diperlukan analisis data, hanya diperlukan interpretasi hasil pengamatan. Reaksi dikatakan positif pada uji apabila : Pada penambahan pereaksi asam kromatropat terbentuk warna biru sampai ungu. Reaksi dikatakan positif pada uji pendukung apabila : Pada penambahan reksi schiff terbentuk warna merah sampai ungu Pada penambahan reaksi KMNO4 terbentuk warna ungu pudar Hasil dibandingkan dengan blanko.

41 41 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Identifikasi Formaldehid Dalam Sampel (Gelas Melamin) Identifikasi formaldehid dalam sampel gelas melamin dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data bahwa dalam gelas melamin mengandung formaldehid ataupun tidak. Identifikasi dilakukan dengan memotong kecil-kecil gelas melamin ditambahkan air kemudian didestilasi, lalu destilat diidentifikasi menggunakan metode reaksi warna. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Formaldehid Dalam Sampel (Gelas Melamin) No Pereaksi/Reagensia Sampel Kontrol Positif Kontrol Negatif 1 Asam Kromatropat + + _ 2 Schiff + + _ 3 KMNO _ Keterangan : (+) = Positif Formaldehid (-) = Negatif Formaldehid Hasil identifikasi menunjukkan apabila destilat ditambah pereaksi Asam Kromatropat terbentuk warna biru sampai ungu, ditambah pereaksi Schiff terbentuk warna merah sampai ungu, dan ditambah pereaksi KMNO 4 terbentuk warna ungu pudar. Dalam identifikasi formaldehid dalam gelas melamin digunakan pembanding formaldehid 10% sebagai kontrol positif dan aquadest sebagai kontrol negatif.

42 42 Gambar 4.1. Identifikasi Formaldehid Dalam Sampel (Gelas Melamin) 4.2. Larutan Uji Sampel pada penelitian ini yaitu gelas melamin yang diberi perlakuan pemanasan berupa air panas. Untuk mendapatkan larutan uji dilakukan dengan cara air dipanaskan sampai beberapa suhu yang ditentukan yaitu 100, 80, 60, dan 40 ºC, kemudian dituang ke dalam gelas melamin dan ditutup dengan alumunium foil hingga 15 menit. Setelah itu air dari gelas melamin dimasukkan dalam labu destilasi dan dilakukan proses destilasi sampai diperoleh destilat, kemudian destilat diidentifikasi menggunakan metode reaksi warna.

43 43 Tabel 4.2. Hasil Larutan Uji PSP Pereaksi/Reagensia Suhu perlakuan Blanko Blanko 100ºC 80ºC 60ºC 40ºC Positif Negatif As. Kromatropat + _ I Schiff _ KMNO _ As. Kromatropat + _ + _ II Schiff _ KMNO _ As. Kromatropat _ + _ III Schiff _ KMNO _ Keterangan : PSP = Pengulangan Suhu Perlakuan merupakan pengulangan perlakuan yang sama diberikan pada masing-masing sampel. (+) = Positif Formaldehid (-) = Negatif Formaldehid Pengulangan Suhu Perlakuan I Dari hasil pengamatan secara visual pada pengulangan suhu perlakuan I, destilat sampel suhu 40, 60, 80, dan 100 ºC ditambah pereaksi Asam Kromatropat, tidak bereaksi. Pada destilat sampel suhu 40, dan 60 ºC yang ditambahkan pereaksi Schiff, dan KMNO 4 mengalami reaksi negatif. Pada destilat sampel suhu 80 dan C ditambah pereaksi Schiff terbentuk warna merah sampai ungu dan pada destilat sampel suhu 80 dan C ditambah pereaksi KMNO 4 terbentuk warna ungu pudar.

44 Pengulangan Suhu Perlakuan II Dari hasil pengamatan secara visual pada pengulangan suhu perlakuan II, destilat sampel suhu 100ºC ditambah pereaksi Asam Kromatropat bereaksi dari destilat jernih menjadi keruh. Sedangkan destilat sampel pada suhu 80,60, dan 40 0 C tidak bereaksi. Gambar 4.2. Pengulangan suhu perlakuan II destilat sampel suhu 40,60,80, dan C ditambah pereaksi Asam Kromatropat. Pada pengulangan suhu perlakuan II destilat sampel pada suhu perlakuan 80, dan C ditambah pereaksi Schiff terbentuk warna merah sampai ungu. Intensitas warna merah sampai ungu yang dihasilkan semakin tebal dengan penambahan suhu perlakuan. Intensitas warna merah sampai ungu larutan uji suhu C lebih tebal dibandingkan suhu 80 0 C.

45 45 Gambar 4.3. Pengulangan suhu perlakuan II destilat sampel suhu 40,60,80, dan C ditambah pereaksi Schiff. Sedangkan pada pengulangan suhu perlakuan II destilat sampel suhu 100, dan 80 0 C ditambah pereaksi KMNO 4 terbentuk warna ungu kecoklatan Intensitas warna ungu kecoklatan destilat sampel suhu C lebih tebal dibandingkan intensitas warna ungu kecoklatan destilat sampel suhu 80 0 C.

46 46 Gambar 4.4. Pengulangan suhu perlakuan II destilat sampel suhu 40,60,80, dan C ditambah pereaksi KMNO Pengulangan suhu Perlakuan III Dari hasil pengamatan secara visual pada pengulangan suhu perlakuan III, destilat sampel suhu 60, 80 dan 100ºC ditambah pereaksi Asam Kromatropat terbentuk warna ungu. Intensitas warna ungu destilat sampel suhu C lebih tebal dibandingkan intensitas warna ungu destilat sampel suhu 80 0 C, dan intensitas warna destilat sampel suhu 80 0 C lebih tebal dibandingkan destilat sampel suhu 60 0 C.

47 47 Gambar 4.5. Pengulangan suhu perlakuan III destilat sampel suhu 40,60,80, dan C ditambah pereaksi Asam Kromatropat. Pada pengulangan waktu perlakuan III destilat sampel suhu 40, 60, 80, dan C ditambah pereaksi Schiff terbentuk warna merah sampai ungu.

48 48 Gambar 4.6. Pengulangan waktu perlakuan III destilat sampel suhu 40,60,80, dan C ditambah pereaksi Schiff. Sedangkan pada pengulangan waktu perlakuan III destilat sampel suhu 40, 60, 80, dan C ditambah pereaksi KMNO 4 terbentuk warna ungu pudar. Gambar 4.6. Pengulangan waktu perlakuan III destilat sampel suhu 40,60,80, dan C ditambah pereaksi KMNO 4.

49 49 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pengulangan Suhu Perlakuan I dan II Dari hasil pengamatan secara visual pada pengulangan suhu perlakuan I dan II, destilat sampel suhu 40, dan 60 0 C ditambah pereaksi Schiff dan KMNO 4 tidak bereaksi. Hal ini dikarenakan sampel gelas melamin yg terpapar air panas suhu 40 dan 60 C selama 15 menit belum dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi formaldehid dari melamin. Oleh karena itu membutuhkan suhu pemanasan yang lebih besar agar formaldehid mengalami depolimerisasi. Pada pengulangan suhu perlakuan I destilat sampel suhu 40, 60,80, dan 100 o C ditambah pereaksi Asam Kromatropat tidak bereaksi. Hal ini disebabkan sampel gelas melamin masih baru sehingga belum dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi melamin sehingga membutuhkan perlakuan lagi agar formaldehid mengalami depolimerisasi. Sedangkan pada pengulangan suhu perlakuan II destilat sampel suhu C ditambah pereaksi Asam Kromatropat membentuk warna ungu tipis hal ini dikarenakan kadar formaldehid hasil depolimerisasi melamin masih sedikit. Pada destilat sampel suhu 80 dan C pada pengulangan suhu perlakuan I dan II ditambah pereaksi Schiff terbentuk warna merah sampai ungu dengan intensitas warna ungu yang dihasilkan sampel suhu C lebih tebal dibandingkan dengan sampel suhu 80 0 C. Hal ini disebabkan perbedaan suhu paparan pemanasan pada sampel gelas melamin, sehingga kadar formaldehid

50 50 dalam destilat sampel suhu 80 0 C lebih sedikit dibandingkan dengan destilat sampel suhu C. Sedangkan pada destilat sampel suhu 80 dan C pada suhu perlakuan I dan II ditambah pereaksi KMNO 4 terbentuk warna ungu kecoklatan (ungu pudar). Intensitas warna ungu kecoklatan (ungu pudar) destilat sampel suhu C lebih tebal dibandingkan destilat sampel suhu 80 0 C. Hal ini disebabkan perbedaan suhu paparan pemanasan pada sampel gelas melamin, sehingga kadar formaldehid dalam destilat sampel suhu 80 0 C lebih sedikit dibandingkan dengan destilat sampel C Pengulangan Suhu Perlakuan III Dari hasil pengamatan secara visual pada pengulangan suhu perlakuan III destilat sampel suhu 60, 80, dan C ditambah pereaksi Asam Kromatropat terbentuk warna ungu tipis. Intensitas warna ungu yang dihasilkan semakin tebal dengan bertambah suhu perlakuan yang diberikan. Intensitas warna ungu paling tebal dihasilkan oleh sampel destilat pada suhu C. Hal ini disebabkan gelas melamin sudah terpapar panas sebanyak tiga kali, sehingga formaldehid dalam melamin mengalami depolimerisasi dengan konsentrasi formaldehid cukup tinggi. Pada pengulangan suhu perlakuan III destilat sampel pada suhu 40, 60, 80, dan C ditambah pereaksi Schiff terbentuk warna merah sampai ungu. Intensitas warna merah sampai ungu yang ditimbulkan semakin tebal dengan bertambah tinggi suhu perlakuan yang diberikan. Hal ini disebabkan sampel gelas melamin telah terpapar air panas mulai suhu 40, 60, 80, dan C selama 15 menit sehingga formaldehid dalam melamin mengalami depolimerisasi.

51 51 Sedangkan pada pengulangan suhu perlakuan III destilat sampel pada suhu 40, 60, 80, dan C ditambah pereaksi KMNO 4 terbentuk warna ungu pudar. Intensitas warna merah sampai ungu yang ditimbulkan semakin tebal dengan bertambah tinggi suhu perlakuan yang diberikan. Hal ini disebabkan sampel gelas melamin telah terpapar air panas mulai suhu 40, 60, 80, dan C selama 15 menit sehingga formaldehid dalam melamin mengalami depolimerisasi.

52 52 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang identifikasi formaldehid dalam peralatan minum melamin yang mendapat perlakuan pemanasan dengan berbagai macam suhu maka dapat diambil kesimpulan yaitu terdapat formaldehid hasil depolimerisasi melamin dalam peralatan minum yang mendapat perlakuan pemanasan dan melamin mengalami depolimerisasi menjadi formaldehid dalam peralatan minum yaitu pada suhu air C dengan waktu pemanasan 15 menit Saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disarankan : Kepada masyarakat yang menggunakan peralatan minum yang terbuat dari melamin agar lebih berhati-hati dengan tidak menggunakan peralatan minum tersebut dalam kondisi panas karena akan memicu terlepasnya formaldehid dari melamin Supaya dilakukan penelitian lebih lanjut seperti analisa kuantitatif kandungan formaldehid dari peralatan minum yang terbuat dari melamin.

53 53 DAFTAR RUJUKAN Achmadi, Suminar. Kimia Organik dan Hayati Bandung : ITB. Anomymous, Tanpa tahun. Wikipedia Indonesia. Formaldehid, (online), ( wikipedia Indonesia.org/wiki/formaldehida, diakses 22 desember 2009). Auterhoff, Harry dan Kovar, Karl-Arthu., Identifikasi Obat. Terbitan ke empat Bandung. ITB. Indonesia, Departemen Kesehatan Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan. Indoforum, Amankah Bahan Melamin?, (online), ( diakses 22 Desember 2009). Anomymous, Tanpa tahun, Wikipedia Indonesia. Melamin, (online), ( wikipedia.org/wiki/melamin, diakses 24 Desember 2009). Wilbraham, Anthony C. dan Matta, Michael S. Tanpa tahun. Kimia Organik dan Hayati Bandung : ITB. Anomymous, 2006, Bahaya Melamin, (online), (http//suryadh.wordpress.com, diakses 24 Desember 2009) Anomymous, 2006, Formalin, (online), ( diakses 24 desember 2009).

54 54 Gambar 1. Sampel Gelas Melamin (Terdapat Terdapat tulisan MELAMINE WARE tercetak di bagian bawah gelas) Tampak Samping Tampak Bawah

55 Gambar 2. Proses Destilasi 55

56 Gambar 3. Reaksi Formaldehid dengan Asam Kromatropat 56

57 Gambar 4. Reaksi Formaldehid dengan pereaksi Schiff 57

58 58 Gambar 5. Reaksi Formaldehid dengan KMNO 4 8H + + MNO e H2O + CH 2 O Mn H 2 O CH 2 OH + 2H + 2e 16 H + + 2KMnO H 2 O + 5CH 2 O 2Mn H CH 2 O H+ 3SO 4 + 2K + 3SO K+ 3H 2 SO 4 + 2KMnO 4 + 5CH 2 O 2MnSO 4 + K 2 SO 4 + 3H 2 O + 5CH 2 O 2

Mengenal Formalin. (introduction of Formalin) Disadur dari : Departemen Kesehatan Indonesia

Mengenal Formalin. (introduction of Formalin) Disadur dari : Departemen Kesehatan Indonesia Mengenal Formalin (introduction of Formalin) Disadur dari : Departemen Kesehatan Indonesia Lisensi Tutorial: Copyright 2006 Oke.or.id Seluruh tulisan di oke.or.id dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA ANALISIS MAKANAN I IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR FORMALIN

MAKALAH KIMIA ANALISIS MAKANAN I IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR FORMALIN MAKALAH KIMIA ANALISIS MAKANAN I IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR FORMALIN Tugas makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analisis Makanan I Dosen pengampu Drs. Suseno, M.Si DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

FORMALIN!!! a. Mengenal Formalin b. Nama lain dari formalin c. Manfaat formalin d. Sifat formalin e. Bahaya formalin bagi kesehatan

FORMALIN!!! a. Mengenal Formalin b. Nama lain dari formalin c. Manfaat formalin d. Sifat formalin e. Bahaya formalin bagi kesehatan Semester : II (Dua) Program Studi : Pendidikan Biologi Mata Kuliah Dosen : Pengelolaan Laboratorium : Rabiatul Adawiyah, S.Pd, M.Pd a. Mengenal Formalin b. Nama lain dari formalin c. Manfaat formalin d.

Lebih terperinci

BAB II : CH 2 O. Berat molekul : 30,03. Kelarutan. : mudah. pelarut polar. air dengan. berwarna. ini tidak. terutama. tajam. Jika.

BAB II : CH 2 O. Berat molekul : 30,03. Kelarutan. : mudah. pelarut polar. air dengan. berwarna. ini tidak. terutama. tajam. Jika. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. FORMALIN 1. Sifat fisika-kimiaa Gambar 1. Struktur kimia formaldehid Rumus molekul Berat molekul Titik leleh / titik didih : CH 2 O : 30,03 : -117 C / -19,3 C (berupa gas) Kelarutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Susu 1. Pengertian Susu Susu segar merupakan cairan yang berasal dari sekresi ambing sapi sehat, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Tim Penyusun. Kelompok 6 Kelas C

Kata Pengantar. Tim Penyusun. Kelompok 6 Kelas C Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayah Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan panduan belajar dalam bentuk lembarkerja

Lebih terperinci

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia berbahaya pada makanan sering kita temui pada berbagai jenis produk seperti makanan yang diawetkan, penyedap rasa, pewarna makanan,

Lebih terperinci

Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan

Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan 1 Pendahuluan Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Kebutuhan makan bagi makhluk hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di sektor industri menengah dan industri kecil atau industri rumah tangga. Perkembangan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau mencegah tumbuhnya mikroorganisme, sehingga tidak terjadi proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau mencegah tumbuhnya mikroorganisme, sehingga tidak terjadi proses 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Zat Pengawet 1. Definisi zat pengawet Zat pengawet adalah bahan yang ditambahkan dengan tujuan menghambat atau mencegah tumbuhnya mikroorganisme, sehingga tidak terjadi proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Formalin (CH 2 O) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari hidrogen, oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, methanal, methylen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Pemeriksaan senyawa boraks pada bakso secara kualitatif dilakukan di Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Williem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan. Mengkonsumsi buah-buahan setiap. secara kuantitatif maupun kualitatif (Rukmana, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan. Mengkonsumsi buah-buahan setiap. secara kuantitatif maupun kualitatif (Rukmana, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Berdasarkan data Departemen Pertanian, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah menghasilkan berbagai jenis produk yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Dengan perkembangan produk yang semakin luas,

Lebih terperinci

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH CONTOH KARYA TULIS ILMIAH KARYA TULIS ILMIAH BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN KATA PENGANTAR Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN Formalin Formalin merupakan larutan 40 % formaldehid, termasuk golongan senyawa aldehid atau alkanal, yang mengandung satu atom karbon.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah lab. Kimia DIII Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia menurut provinsi tahun 2011 sekitar 241.182.182

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan merupakan sumber penting protein hewani. Konsumsi daging ayam mencapai hingga 30% dari konsumsi daging

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Ayam Usus ayam adalah bahan makanan hewani yang banyak mengandung protein. Usus ayam merupakan organ bagian dalam ayam yang berfungsi sebagai organ pencernaaan, sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO TUSUK YANG DI JUAL DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO TUSUK YANG DI JUAL DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO TUSUK YANG DI JUAL DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA, 1 Novita Sekarwati, 2 Eva Runi Khristiani 1 Dosen DIII Kesehatan Lingkungan STIKES Wirahusada

Lebih terperinci

KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO TUSUK YANG DI JUAL DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO TUSUK YANG DI JUAL DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 09 NO. 01/ MARET/ 2016 KAJIAN KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO TUSUK YANG DI JUAL DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA Novita Sekarwati 1, Eva Runi Khristiani

Lebih terperinci

BAB 2 DATA & ANALISA

BAB 2 DATA & ANALISA 3 BAB 2 DATA & ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi yang digunakan untuk mendukung kampanye STOP Makan Sembarangan ini diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut: 1. Literatur Pencarian

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan Pengenceran Suatu Larutan B. Tujuan praktikum Melatih menggunakan labu ukur di dalam membuat pengenceran atau suatu larutan. 1 BAB II METODE A. Alat dan Bahan Alat:

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM HANDOUT klik di sini LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina (4301414032) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENGERTIAN LARUTAN

Lebih terperinci

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA 1417031006 Tabel Bahan Kimia Berbahaya No Nama Bahan Kimia Simbol Keterangan 1 Natrium Peroxide Oksidasi Korosif 2 Acrylamide 3 Sodium Hidroxide Korosif 4 Napthalene

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 Oleh KIKI NELLASARI (1113016200043) BINA PUTRI PARISTU (1113016200045) RIZQULLAH ALHAQ F (1113016200047) LOLA MUSTAFALOKA (1113016200049) ISNY

Lebih terperinci

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan.

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan. ASAM DAN BASA A. Asam Apa yang kamu ketahui tentang asam? Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita terhadap suatu rasa masam. Kata asam berasal dari bahasa Latin, yaitu acidus yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN FORMALIN DALAM PIRING MELAMINE YANG DIPERJUALBELIKAN DI MASYARAKAT. Nelma Jurusan Analis Kesehatan, Poltekes Kemenkes, Medan.

STUDI KANDUNGAN FORMALIN DALAM PIRING MELAMINE YANG DIPERJUALBELIKAN DI MASYARAKAT. Nelma Jurusan Analis Kesehatan, Poltekes Kemenkes, Medan. STUDI KANDUNGAN FORMALIN DALAM PIRING MELAMINE YANG DIPERJUALBELIKAN DI MASYARAKAT Nelma Jurusan Analis Kesehatan, Poltekes Kemenkes, Medan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kandungan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Buret 25 ml pyrex - Pipet ukur 10 ml pyrex - Gelas ukur 100 ml pyrex - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex - Labu ukur 100 & 1000 ml pyrex - Botol aquades

Lebih terperinci

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( ) AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan (121411048) Widya Fiqra (121411061) Yulia Endah Permata (121411062) Pengertian Reaksi Terhadap Zat Lain AlCl₃ Kegunaan dan Manfaat MSDS Proses Pembuatan KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT 1. Kertas saring a. Kertas saring biasa b. Kertas saring halus c. Kertas saring Whatman lembar d. Kertas saring Whatman no. 40 e. Kertas saring Whatman no. 42 2. Timbangan

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Paraf Asisten Judul JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Ayam. Unggas merupakan salah satu spesies yang dimanfaatkan oleh manusia

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Ayam. Unggas merupakan salah satu spesies yang dimanfaatkan oleh manusia TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Ayam Unggas merupakan salah satu spesies yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan. Selain karena rasanya yang enak daging unggas juga mengandung banyak sumber

Lebih terperinci

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus OH dan memiliki rumus umum R-OH, dimana R merupakan gugus alkil. Adapun rumus molekul dari alkohol yaitu

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet

Material Safety Data Sheet 0 1 0 Health 1 Fire 0 Reactivity 0 Nama: Calcium sulfate Rumus Kimia: BaSO4 Material Safety Data Sheet Calcium Sulfate MSDS Bagian 1: Identifikasi Produk Personal Protection E Bagian 2: Identifikasi Bahaya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK PADA BAKSO DAGING SAPI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga Acetid acid (Acidum aceticum), akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga Acetid acid (Acidum aceticum), akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Asetat 1. Definisi Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga Acetid acid (Acidum aceticum), akan tetapi di kalangan masyarakat asam asetat biasanya disebut cuka atau asam

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Melamin Melamin adalah suatu basa organik kuat dengan nama formula kimia 3 6 N 6 dan nama IUPA 2,4,6-triamine 1,3,5-triazine-2,4,6-triamine (Anonim c,...). Rumus bangun melamin

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri Selasa, 10 Mei 2014 Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA 1112016200062 Kelompok : Ma wah shofwah Millah hanifah Savira aulia Widya fitriani PROGRAM

Lebih terperinci

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9 Keselamatan Penanganan Bahan Kimia Kuliah 9 Bahan Kimia & Kesehatan Mengetahui apakah suatu gangguan kesehatan berkaitan dengan pekerjaan tidaklah selalu mudah. Jangan mengabaikan pusing-pusing, flu dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog Senyawa nitrogen yang terdapat didalam tumbuhan, sebagian besar adalah protein. Protein terdiri dari 50-55% unsur karbon, 6-8% hidrogen, 20-23% oksigen, 15-18% nitrogen dan 2-4 % sulfur. Protein rata-rata

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 2- ) Resume Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Analitik I Oleh: Dhoni Fadliansyah Wahyu NIM. 109096000004 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Spektrofotometer UV-visibel (Genesys 10), cawan conway dengan penutupnya, pipet ukur, termometer, neraca analitik elektrik C-200D (Inaba Susakusho),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Bakso tusuk yang diperiksa adalah sebanyak 34 sampel yang diambil dari 17 kecamatan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tabel 3 dan 4 berikut adalah hasil

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di UPT. Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berlangsung sejak tanggal 30 Januari hingga 03 Februari

Lebih terperinci

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan Kesadahan Dalam Air Penentuan Kesadahan Dalam Air I. Tujuan 1. Dapat menentukan secara kualitatif dan kuantitatif kation (Ca²+,Mg²+) 2. Dapat membuat larutan an melakukan pengenceran II. Latar Belakang Teori Semua makhluk

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia Kelas : 7 Waktu : 09.30-11.00 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1. Isikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Apakah Pantangan Makanan Ibu Hamil?

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Apakah Pantangan Makanan Ibu Hamil? ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB Diasuh oleh para Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas Apakah Pantangan Makanan Ibu Hamil? Pertanyaan: Malam. Maaf mengganggu. Saya Linda orang Padang tinggal di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al. Kamu tentunya pernah menyaksikan berita tentang penyalah gunaan formalin. Formalin merupakan salah satu contoh senyawa aldehid. Melalui topik ini, kamu tidak hanya akan mempelajari kegunaan aldehid yang

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif Formalin dalam sampel Mie basah. Hasil Uji (+/-)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif Formalin dalam sampel Mie basah. Hasil Uji (+/-) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif Formalin dalam sampel Mie basah Sampel Hasil Uji (+/-) Keterangan Schiff Tidak terjadi perubahan warna Sampel A Tollens Tidak

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH ABSTRAK Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH Ayu Nirmala Sari 1), Diana Anggraeyani 2), Fitria Nelda Fautama

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c. BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL 1 PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL I. TUJUAN PERCOBAAN Menjelaskan prinsip penentuan kadar nitogen atau protein dalam cuplikan dengan metoda mikro kjeldahl secara benar dan jelas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh konsentrasi larutan tawas terhadap protein terlarut dan kandungan asam amino pada ikan tongkol adalah melalui eksperimen di bidang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV Ayu Nitami 0906489681 Mohammad Fauzi Rachman 0906636876 Retno Murti Wulandari 0906636964 Tanggal Praktikum : 5 Mei

Lebih terperinci

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Sampah plastik sangat banyak dijumpai di Indonesia. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah dijejali plastik, bahkan hingga ditimbun dalam tanah. Sampah plastik juga terbawa

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

INTISARI ANALISIS KUALITATIF FORMALIN DALAM TAHU MENTAH DI PASAR ANTASARI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH

INTISARI ANALISIS KUALITATIF FORMALIN DALAM TAHU MENTAH DI PASAR ANTASARI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH INTISARI ANALISIS KUALITATIF FORMALIN DALAM TAHU MENTAH DI PASAR ANTASARI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH Nurul Aulia 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Noor Aisyah 3 Tahu merupakan produk makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan, 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam karya tulis ini adalah jenis penelitian eksperimen yang didukung dengan studi pustaka. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat

Lebih terperinci