MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE SHOW AND TELL DI TK ABA VII PURWOSARI GUNUNGKIDUL SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE SHOW AND TELL DI TK ABA VII PURWOSARI GUNUNGKIDUL SKRIPSI"

Transkripsi

1 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE SHOW AND TELL DI TK ABA VII PURWOSARI GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Titin Lastutiasih NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2017 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO Berbicaralah, niscaya kalian akan dikenal karena sesungguhnya seseorang tersembunyi di bawah lidahnya. (sayquotable.com) Sampaikan gagasan, pikiran, dan perasaanmu kepada siapa saja yang berhak mengetahuinya. Berbicaralah, niscaya mereka akan mengerti maksudmu. (Penulis) v

6 PERSEMBAHAN Tugas Akhir Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Ibu dan Ayah tercinta yang senantiasa memberi doa restu atas setiap langkah perjuanganku. 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. vi

7 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE SHOW AND TELL DI TK ABA VII PURWOSARI GUNUNGKIDUL Oleh Titin Lastutiasih NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari. Metode show and tell dipilih karena dapat melatih anak dalam berbicara saat menceritakan segala hal yang ingin diungkapkan anak. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif yang menggunakan Model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian adalah 10 anak berusia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari. Objek penelitian ini yaitu keterampilan berbicara anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila jumlah anak yang masuk pada kriteria baik (76%-100%) mencapai persentase 70%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak meningkat setelah adanya tindakan melalui metode show and tell. Berdasarkan data kegiatan pratindakan menunjukkan persentase jumlah anak yang mempunyai keterampilan berbicara dengan kriteria baik sebesar 20%. Pada Siklus I keterampilan berbicara anak dengan kriteria baik menjadi 40%. Pada Siklus II keterampilan berbicara anak dengan kriteria baik kembali mengalami peningkatan menjadi 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena persentase sudah mencapai angka yang ditentukan, yaitu 70%. Kata kunci: keterampilan berbicara, metode show and tell. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt atas berkat rahmat dan karunia-nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan dengan judul Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun melalui Metode Show and Tell di TK ABA VII Purwosari Gunungkidul dapat disusun sesuai harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberi kesempatan kepada penulis untuk dapat menuntut ilmu di UNY. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian serta motivasi pada penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Sugito, M.A., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Arumi Savitri F, S.Psi, M.A., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan masukan kepada penulisan skripsi ini. 5. Ayah dan Ibu yang selalu mendukung dan memotivasi untuk terselesaikan skripsi ini. 6. Kepala TK ABA VII Purwosari dan seluruh guru yang telah membantu serta izin untuk melaksanakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini. 7. Teman-teman mahasiswa S1 PGPAUD angkatan Sahabat dan teman seperjuangan Naniek Nurhayati, Maria Ulfah, Ika Retnaningsih, Dyah Uswatun, dan Ghina Amalia yang selalu memberi bantuan serta semangat. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah Swt dan viii

9 Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya. Yogyakarta, 5 Juni 2017 Penulis Titin Lastutiasih NIM ix

10 DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 7 C. Pembatasan Masalah... 7 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penelitian... 8 F. Manfaat Penelitian... 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun Perkembangan Bahasa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Aspek-aspek Perkembangan Bahasa Karakteristik Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun B. Keterampilan Berbicara Konsep Dasar Keterampilan Berbicara Pengertian Berbicara Tujuan Berbicara Aspek-aspek Keterampilan Berbicara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara Penilaian Keterampilan Berbicara C. Metode Show and Tell Pengertian Metode Pembelajaran Pengertian Metode Show and Tell Bentuk-bentuk Media dalam Penerapan Metode Show and Tell Manfaat Metode Show and Tell Kelebihan dan Kelemahan Metode Show and Tell D. Metode Show and Tell sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Anak E. Kerangka Pikir F. Hipotesis Tindakan x

11 BAB III METODE PENELITIAN...56 A. Jenis Penelitian...56 B. Subjek dan Objek Penelitian...56 C. Setting Penelitian...57 D. Desain Penelitian...57 E. Rencana Tindakan...60 F. Metode Pengumpulan Data...62 G. Instrumen Penelitian...64 H. Metode Analisis Data...66 I. Indikator Keberhasilan...67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...68 A. Hasil Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi Sebelum Tindakan Tindakan Penelitian...70 B. Pembahasan Hasil Penelitian C. Keterbatasan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kisi-Kisi Observasi Keterampilan Berbicara Tabel 2. Kesesuaian Kriteria Penilaian Tabel 3. Data Tenaga Pengajar di TK ABA VII Purwosari Tabel 4. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan Tabel 5. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan Tabel 6. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Sikus I Tabel 7. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus I Tabel 8. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Sikus II Tabel 9. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus II Tabel 10. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II Tabel 11. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Anak Tabel 12. Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara hal xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pikir Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis & Mc Taggart Gambar 3. Model Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Gambar 4. Grafik Persentase Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II hal xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Rubrik dan Lembar Observasi Lampiran 2. Lembar Hasil Observasi Lampiran 3. Persentase Hasil Observasi Lampiran 4. Dokumentasi Selama Tindakan Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Lampiran 6. Lembar Surat Ijin dan Surat Pernyataan xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari bahasa. Syamsu Yusuf (2007: 118) menjelaskan bahwa bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Termasuk pada anak usia dini, bahasa sebagai alat interaksi terhadap orang-orang di lingkungannya. Hal tersebut ditegaskan oleh Daroah (2013: 2) bahwa fungsi bahasa bagi anak usia dini yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan, sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak, dan sebagai alat untuk menyatakan perasaan maupun buah pikiran kepada orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengomunikasikan kebutuhan, pikiran, dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempunyai makna. Tadkiroatun Musfiroh (2005: 8) memaparkan bahwa perkembangan bahasa anak meliputi perkembangan fonologis (yakni mengenal dan memproduksi suara), perkembangan kosakata, perkembangan semantik atau makna kata, perkembangan sintaksis atau penyusunan kalimat, dan perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa untuk keperluan komunikasi. Pada anak usia dini, terdapat fase-fase perkembangan bahasa. Fase perkembangan bahasa dimulai dari jeritan dan teriakan, kemudian ocehan, hingga pada ocehan yang sistematis melalui peniruan dan pengujaran. Setelah itu, perbendaharaan kata berangsur-angsur berkembang, susunan dan pola kalimat bertambah, dan akhirnya anak dapat mengapresiasikan bahasa melalui pemilihan kata dan penyusunan kalimat (Syakir & Abdul Azhim, 2004: 3). 1

16 Syamsu Yusuf (2007: 121) memaparkan teori constructive dari Vygotsky dan Piaget bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain. Interaksi dengan orang lain menyebabkan pengetahuan, nilai, dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi interaksi sosial dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak. Teori Perkembangan Vygotsky memandang bahwa bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi sosial yang hampa. Vygotsky yakin bahwa anak-anak yang mempunyai kebiasaan berbicara terhadap dirinya sendiri lebih berkompeten secara sosial daripada anak-anak yang jarang berbicara dengan dirinya sendiri, karena pembicaraan pribadi merupakan suatu transisi awal untuk lebih dapat berkomunikasi secara sosial. Keterampilan bahasa anak memiliki peranan penting bagi kehidupan anak. Peranan bahasa bagi anak usia dini antara lain bahasa sebagai sarana untuk berpikir, bahasa sebagai sarana untuk mendengarkan, bahasa sebagai sarana untuk melakukan kegiatan berbicara, dan bahasa mempunyai peranan untuk membaca dan menulis (Suhartono, 2005: 13). Bahasa sebagai sarana untuk melakukan kegiatan berbicara merupakan implementasi dari bahasa lisan. Bahasa lisan seseorang dapat ditunjukkan dari kata-kata yang terucap dan tersambung dalam suatu kalimat saat berbicara. Sardjono (2005: 7) menyatakan bahwa bicara atau wicara sebagai suatu kemungkinan manusia mengucapkan bunyi-bunyi bahasa melalui organ-organ artikulasi (organ-organ alat wicara). Henry Guntur Tarigan (2008: 16) juga mengemukakan bahwa bicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk 2

17 mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Ernawulan Syaodih (2005: 49) memaparkan perkembangan kriteria keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah anak sudah dapat mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, dapat menyusun kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan, dan kata sandang. Pada masa akhir usia taman kanak-kanak, umumnya anak sudah mampu berkata-kata sederhana, cara berbicara mereka telah lancar, dapat dimengerti, dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan. Rita Kurnia (2009: 37) mengemukakan teori dari Owens bahwa anak usia 5-6 tahun memperkaya kemampuan berbicaranya melalui pengulangan. Anak sering mengulangi kosakata yang baru dan unik sekalipun belum memahami artinya. Anak menggunakan fast wrapping dalam mengembangkan keterampilan berbicaranya yaitu suatu proses di mana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam dialog. Arman Agung (2008: 1) menjelaskan bahwa keterampilan berbicara anak dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor fisik berkaitan dengan organ-organ berbicara sedangkan faktor psikis meliputi kepribadian, karakter, bakat, tingkat inteligensi, dan kreativtas. Sementara itu, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara berasal dari luar individu, meliputi tingkat pendidikan, 3

18 kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Pada anak TK, faktor eksternal ini dapat diperoleh salah satunya dalam pembelajaran di sekolah. Berdasarkan observasi pada tanggal 1 Oktober 2016, TK ABA VII Purwosari mempunyai jumlah siswa sebanyak 22 anak yang terdiri dari 12 anak berusia 4-5 tahun dan 10 anak berusia 5-6 tahun. Di sekolah tersebut hanya terdapat satu ruang kelas sehingga seluruh anak dengan kelompok usia yang berbeda digabungkan dalam satu ruangan dengan kegiatan pembelajaran yang sama yaitu mengacu pada indikator pembelajaran untuk Kelompok B. Data observasi ditambah dengan wawancara terhadap Kepala Sekolah dan satu guru kelas di TK ABA VII Purwosari. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dari sepuluh anak yang mempunyai rentang usia 5-6 tahun terdapat enam anak belum memenuhi kriteria keterampilan berbicara sesuai usianya seperti yang telah diungkapkan sebelumnya oleh Ernawulan Syaodih (2005: 49). Enam anak tersebut cenderung membutuhkan pertanyaan stimulatif dari guru agar ikut berpartisipasi dalam interaksi lisan di kelas. Kegiatan menyampaikan pendapat di kelas terkait pengalaman ataupun hasil karya belum dapat dilakukan oleh anak tanpa bantuan guru. Hal ini terlihat pada saat guru menjelaskan di depan kelas, anak-anak cenderung diam saja dan hanya melontarkan 3 hingga 5 kata dalam berpendapat. Penyampaian pendapat tersebut terjadi apabila anak ditunjuk secara langsung satu per satu oleh guru. Bahkan tiga dari sepuluh anak usia 5-6 tahun masih menjawab pertanyaan guru hanya dengan gelengan dan anggukan. Masalah tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya guru belum memberikan banyak kesempatan kepada anak untuk bercerita atau 4

19 mengungkapkan pemikiran dan perasaannya ketika di dalam kelas. Hal itu ditunjukkan dari jarangnya guru menggunakan metode bercerita yang melibatkan anak sebagai penceritanya. Selain itu, kurang meratanya kesempatan anak untuk berpartisipasi aktif melalui interaksi lisan dengan guru, yang disebabkan jumlah siswa yang terlalu banyak di dalam kelas. Ada beberapa metode yang dapat diterapkan pada saat pembelajaran guna meningkatkan keterampilan berbicara anak. Metode pembelajaran tersebut meliputi metode bermain, bercakap-cakap, tanya jawab, pemberian tugas, bercerita, demonstrasi, proyek, dan bermain peran. Namun, metode yang diterapkan oleh guru di TK ABA VII Purwosari kurang optimal dalam menstimulasi keterampilan berbicara anak. Metode yang sering digunakan guru TK ABA VII Purwosari saat pembelajaran di kelas adalah metode tanya jawab dan pemberian tugas. Metode tanya jawab digunakan guru pada saat pembukaan dan apersepsi saja. Pada pembelajaran inti dan penutup, metode tanya jawab jarang digunakan. Hal tersebut disebabkan karena penggunaan metode pemberian tugas yang dominan pada pembelajaran inti. Sementara itu, pada akhir pembelajaran recall seringkali dilupakan oleh guru karena kehabisan waktu akibat waktu istirahat terlalu lama. Penggunaan metode pemberian tugas juga masih menunjukkan respon yang kurang positif. Metode pemberian tugas yang biasanya diterapkan oleh guru adalah memberikan Lembar Kerja Anak (LKA) yang lebih menitikberatkan pada aspek perkembangan kognitif dan motorik. Setelah mendapat LKA, anak cenderung diam dan fokus mengerjakan tugasnya masing-masing. Seringnya 5

20 penggunaan metode pemberian tugas kurang memberi kesempatan anak untuk menyampaikan suatu pendapat atau ide yang dimilikinya melalui interaksi berbicara dengan teman maupun guru. Kurangnya kesempatan yang dimiliki anak menyebabkan keterampilan anak dalam berbicara belum terlihat. Anak berbicara dengan singkat saat menjawab pertanyaan guru bahkan beberapa anak hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan. Enam dari sepuluh anak belum mempunyai keberanian menyatakan pendapatnya sendiri tanpa ditunjuk guru terlebih dahulu. Kemudian anak masih memerlukan waktu lama untuk berpikir saat menyatakan pendapatnya. Anak juga masih berbicara dengan ekspresi yang datar dengan pengucapan kata yang lirih. Hal-hal tersebut menunjukkan jika keterampilan berbicara anak masih kurang. Berdasarkan masalah yang terjadi, dapat ditentukan metode pembelajaran yang sesuai sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan metode show and tell yang sesuai dengan prosedur. Show and tell merupakan kegiatan menunjukkan sesuatu kepada audiens dan menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu itu (Tadkiroatun Musfiroh, 2011: 5). Metode ini dapat mempermudah anak dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan terkait benda yang ditunjukkannya. Ketika guru maupun anak menunjukkan benda yang konkret ketika bercerita, maka akan membantu anak untuk memunculkan memori terkait benda sehingga anak lebih mudah menceritakan pengalamannya dengan benda tersebut (Tadkiroatun Musfiroh, 2011: 6). 6

21 Proses pelaksanaan metode show and tell di TK ABA VII Purwosari belum optimal dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak sehingga menarik perhatian peneliti untuk memperbaiki proses pelaksanaan metode tersebut. Terdapat beberapa kelebihan dari metode show and tell, yakni sangat sederhana sehingga mudah diterapkan pada anak, menggunakan benda yang bersifat konkret sehingga memudahkan anak untuk bercerita, memberikan kesempatan pada semua anak untuk terlibat aktif, efektif mengembangkan kemampuan berbicara di depan umum (public speaking), serta melatih anak melakukan pemecahan masalah (problem solving). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan sebagai berikut: 1. Anak belum terlibat aktif saat kegiatan pembelajaran. 2. Perkembangan bahasa terutama keterampilan berbicara anak belum distimulasi dengan metode pembelajaran yang tepat 3. Keterampilan berbicara anak masih kurang. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dibatasi pada keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari masih kurang. 7

22 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun melalui metode show and tell. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi perkembangan ilmu bahasa, terutama tentang keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun. b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. c. Menambah wawasan dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan keterampilan berbicara anak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1) Memberikan informasi dalam merencanakan proses pembelajaran yang menarik pada metode bercerita. 2) Memberi gambaran pada guru dalam memilih metode yang paling sesuai bagi anak dalam pembelajaran. 8

23 3) Menambah pengalaman guru untuk meningkatkan kemampuan profesional sebagai pendidik. b. Bagi Sekolah 1) Mendorong sekolah dalam memberikan informasi kepada orangtua terkait perkembangan anak. 2) Mendorong sekolah untuk melakukan kerjasama dengan orangtua supaya terjadi keselarasan dalam menstimulasi perkembangan anak di sekolah maupun di rumah. c. Bagi Peneliti 1) Memberikan bekal peneliti sebagai calon guru untuk menghadapi permasalahan di dalam kelas. 2) Memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti melalui penelitian ini. 9

24 BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun 1. Perkembangan Bahasa Bahasa merupakan representasi mental yang diekspresikan dalam bahasa berpikir dan ekspresi konseptual yang disebut mentalese (Fodor, 1981; Noeng Muhajir, 2007; Harun Rasyid, 2012: 109). Syamsu Yusuf (2007: 118) mengatakan bahwa bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa orang membangun konsep secara aktif, berkelanjutan, produktif, dan sistematis. Muhammad Nur Mustakim (2005: 122) menyampaikan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi di sini dimaksudkan bahwa semua pernyataan pikiran, perasaan, dan kehendak seseorang kepada orang lain menggunakan bahasa. Bahasa juga dapat digunakan untuk mencari informasi, menyampaikan informasi, dan menyatukan ikatan bagi orang yang ingin bersatu. Berbagai kegiatan membutuhkan serta menggunakan bahasa. Oleh karena itu, bahasa merupakan suatu perilaku nyata yang diucapkan dan dilaksanakan oleh seseorang. Tadkiroatun Musfiroh (2005: 8) menyebutkan perkembangan bahasa anak meliputi perkembangan fonologis (yakni mengenal dan memproduksi suara), perkembangan kosakata, perkembangan semantik atau makna kata, perkembangan sintaksis atau penyusunan kalimat, dan perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa untuk keperluan komunikasi. Pada anak usia dini, terdapat fase-fase perkembangan bahasa. Fase perkembangan bahasa dimulai dari jeritan dan 10

25 teriakan, kemudian ocehan, hingga pada ocehan yang sistematis melalui peniruan dan pengujaran. Setelah itu, perbendaharaan kata berangsur-angsur berkembang, susunan dan pola kalimat bertambah, dan akhirnya anak dapat mengapresiasikan bahasa melalui pemilihan kata dan penyusunan kalimat (Syakir & Abdul Azhim, 2004: 3). Perkembangan bahasa berkaitan erat dengan perkembangan berpikir anak. Perkembangan berpikir anak dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dari dua atau tiga kata. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai tugas pokok perkembangan bahasa. Tugas pokok perkembangan bahasa menurut Syamsu Yusuf (2007: 119) antara lain sebagai berikut: a. Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain; b. Pengembangan perbendaharaan kata; c. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat; dan d. Ucapan Syamsu Yusuf (2007: 121) memaparkan teori constructive dari Vygotsky dan Piaget bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain. Interaksi dengan orang lain menyebabkan pengetahuan, nilai, dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi interaksi sosial dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak. Teori Perkembangan Vygotsky memandang bahwa bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi sosial yang hampa. Vygotsky yakin bahwa anak-anak yang mempunyai kebiasaan berbicara terhadap dirinya 11

26 sendiri lebih berkompeten secara sosial daripada anak-anak yang jarang berbicara dengan dirinya sendiri, karena pembicaraan pribadi merupakan suatu transisi awal untuk lebih dapat berkomunikasi secara sosial. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa adalah proses mental seseorang yang dibentuk melalui interaksi sebagai sarana komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi adalah sarana untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain. Perkembangan bahasa meliputi perkembangan fonologis, perkembangan kosakata, perkembangan semantik, perkembangan sintaksis, dan perkembangan pragmatis. Sementara itu, tugas pokok perkembangan bahasa meliputi pemahaman, pengembangan perbendaharaan kata, penyusunan kata menjadi kalimat, dan ucapan. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Syamsu Yusuf (2007: 121) memaparkan teori dari Piaget bahwa percakapan anak-anak yang bersifat egosentris dan berorientasi non-sosial. Anak-anak berbicara sendiri untuk mengatur perilaku dan mengarahkan diri. Piaget juga menekankan bahwa percakapan anak kecil yang egosentris mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka. Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah faktor kesehatan, inteligensi, status sosial ekonomi keluarga, jenis kelamin, dan hubungan keluarga. Tarmansyah (dalam Enny Zubaidah, 2003: 16) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara pada anak. Faktor tersebut adalah: (a) kondisi jasmani dan kemampuan motorik; (b) kesehatan umum; (c) kecerdasan; (d) sikap lingkungan; (e) faktor sosial ekonomi; (f) jenis 12

27 kelamin; (g) kedwibahasaan; dan (h) neurologi. Penjelasan lebih lanjut dari delapan faktor di atas adalah sebagai berikut: a. Kondisi dan Kemampuan Motorik Tarmansyah (dalam Enny Zubaidah 2003: 16) menguraikan bahwa seorang anak yang mempunyai kondisi fisik sehat, tentunya mempunyai kemampuan gerakan yang lincah dan penuh energi. Anak yang demikian akan selalu bergairah dan lincah dalam bergerak dan selalu ingin tahu benda-benda yang ada di sekitarnya. Benda-benda tersebut dapat diasosiasikan anak menjadi sebuah pengertian. Selanjutnya pengertian tersebut dilahirkan dalam bentuk bahasa. Konsep bahasa pada anak yang kondisi fisiknya normal tentunya berbeda dengan anak yang mempunyai kondisi fisik terganggu. Anak yang mempunyai kondisi fisik normal akan mempunyai konsep bahasa yang lebih lengkap dibandingkan dengan anak yang kondisi fisiknya terganggu. Hal ini jelas akan mempengaruhi kemampuan berbahasa anak. Dengan demikian, akan terjadi perbedaan kemampuan berbahasa dan berbicara antara anak yang kondisi fisiknya normal dan anak yang kondisi fisiknya terganggu. b. Kesehatan Umum Salah satu faktor yang mempengaruhi belajar bahasa dan bicara adalah keadaan kesehatan umum anak. Hal tersebut terjadi karena kesehatan umum yang baik dapat menunjang perkembangan anak, termasuk di dalamnya perkembangan bahasa dan bicara. Dengan demikian, anak yang tidak berpenyakitan akan mengenal lingkungannya secara utuh sehingga anak mampu mengekspresikannya dalam bentuk bahasa dan bicara, namun anak yang memiliki gangguan kesehatan 13

28 secara umum tentunya tidak akan mampu mengekspresikan perasaannya melalui bahasa dan bicara. Adanya gangguan pada kesehatan anak akan berpengaruh dalam perkembangan bahasa dan bicara. Hal ini terjadi sehubungan dengan berkurangnya kesempatan anak untuk memperoleh pengalaman dari lingkungannya. Selain itu, mungkin anak yang kesehatannya kurang baik menjadi berkurang minatnya untuk ikut aktif melakukan kegiatan, sehingga menyebabkan kurangnya input yang diperlukan untuk membentuk konsep bahasa dan perbendaharaan pengertian. c. Kecerdasan Faktor kecerdasan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak. Kecerdasan pada anak meliputi fungsi mental intelektual. Selain itu, anak yang mempunyai kategori inteligensi tinggi akan mampu berbicara lebih awal. Sebaliknya, anak yang mempunyai kecerdasan rendah akan terlambat dalam kemampuan berbahasa dan berbicaranya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan atau inteligensi berpengaruh terhadap kemampuan bahasa dan bicara. d. Sikap Lingkungan Proses pemerolehan bahasa anak diawali dengan kemampuan mendengar, kemudian meniru suara yang didengar dari lingkungannya. Dalam proses semacam ini, anak tidak akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan yang pernah didengarnya. Oleh karena itu, keluarga haruslah memberi kesempatan kepada anak untuk belajar berbahasa dan berbicara melalui pengalaman yang pernah didengarnya. 14

29 Lingkungan lain yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak adalah lingkungan bermain, baik tetangga maupun sekolah. Kedua lingkungan tersebut sangat besar peranannya. Oleh karena lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, maka lingkungan anak hendaknya lingkungan yang dapat menimbulkan minat untuk berkomunikasi. e. Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara. Hal tersebut dimungkinkan karena sosial ekonomi seseorang memberikan dampak terhadap hal-hal yang berkaitan dengan berbahasa dan berbicara. Misalnya berkaitan dengan pendidikan, fasilitas di rumah dan di sekolah, pengetahuan, pergaulan, makanan, dan sebagainya. Makanan dapat mempengaruhi kesehatan. Makanan yang bergizi akan memberikan pengaruh positif untuk perkembangan sel otak. Perkembangan sel dalam otak inilah yang pada akhirnya dapat digunakan untuk mencerna semua rangsangan dari luar dan rangsangan tersebut akan melahirkan respon dalam bentuk bahasa atau bicara. Anak yang perkembangan sel otaknya kurang menguntungkan karena pengaruh gizi yang tidak baik tentulah kurang memberikan dampak positif bagi perkembangan bahasa dan bicaranya. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan makan anaknya secara memadai. Hal tersebut memberikan dampak terhadap perkembangan bahasa dan bicara anak karena sel otak yang berkembang dapat merangsang bahasa dan bicara anak. Demikian juga halnya dengan pengaruh dari pendidikan yang tinggi, fasilitas anak yang serba 15

30 terpenuhi, dan pergaulan yang menguntungkan. Semua itu dapat memberikan pengaruh positif bagi perkembangan bahasa dan bicara anak. f. Jenis Kelamin Perkembangan bahasa antara anak laki-laki dan perempuan relatif lebih cepat anak perempuan. Oleh karena itu, perbendaharaan bahasa lebih banyak dimiliki oleh anak perempuan. Demikian juga dalam hal ucapan, anak perempuan lebih jelas artikulasinya. Lebih lanjut dikatakan oleh Tarmansyah bahwa pada dasarnya secara biologis anak perempuan lebih cepat mencapai masa kematangannya. Jadi, yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak antara lain adalah masalah pertimbangan biologisnya. Perbedaan kondisi fisik pada anak laki-laki dan perempuan inilah yang mempengaruhi perkembangan bahasanya. Hal ini memberi konsekuensi pula pada kondisi kesiapan anak dalam menggunakan bahasanya. Anak yang memiliki kondisi fisik yang sehat tentulah selalu siap. Jika anak selalu dalam kondisi siap, tentulah akan memiliki perhatian yang penuh terhadap rangsangan yang datang termasuk rangsangan dalam berbahasa. g. Kedwibahasaan Kedwibahasaan atau bilingualism adalah kondisi di mana seseorang berada di lingkungan orang yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Kondisi demikian dapat mempengaruhi atau memberikan akibat bagi perkembangan bahasa dan bicara anak. Ada anggapan bahwa anak usia dini dapat belajar bahasa yang berbeda sekaligus. Namun jika dalam penggunaannya bersamaan dan bahasa yang dipergunakan berbeda, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan 16

31 bicara anak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kedwibahasaan antara lain faktor waktu, tempat, sosiobudaya, situasi, dan medium pengungkapannya (Kridalaksana dalam Enny Zubaidah, 2003: 20). h. Neurologis Neurologis adalah suatu keadaan di mana syaraf dipelajari sebagai suatu ilmu yang dapat digunakan untuk mendukung dalam hal tertentu. Neurologis dalam bicara adalah bentuk layanan yang dapat diberikan kepada anak yang mengalami gangguan bicara. Oleh karena itu, penyebab gangguan bicara dapat dilihat dari keadaan neurologisnya. Beberapa faktor neurologis yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak meliputi: (1) bagaimana struktur susunan syarafnya; (2) bagaimana fungsi susunan syarafnya; (3) bagaimana peranan susunan syarafnya; dan (4) bagaimana syaraf yang berhubungan dengan organ bicaranya. Struktur susunan syaraf merupakan bagian penting yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara pada anak. Sistem syaraf dapat dibagi menjadi dua susunan ini, yaitu susunan syaraf pusat dan syaraf ferifer. Sistem syaraf tersebut berfungsi sebagai sarana untuk mempersiapkan seseorang dalam melakukan kegiatan. Dengan demikian, jika anak tidak menghargai terhadap sesuatu, berarti anak tidak akan melakukan sesuatu pula. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan bahasa dan bicara anak tidak mengalami perkembangan sebagaimana mestinya. Fungsi susunan syaraf juga mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak. Hal ini berarti jika susunan syarafnya tidak berfungsi, maka dengan 17

32 sendirinya akan mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak. Susunan syaraf yang berperan terhadap perkembangan bahasa dan bicara ini antara lain yang menyarafi otot pengunyah, otot wajah dan kepala, otot refleks batuk, otot penelan, otot pernapasan, otot lidah, otot pangkal lidah, dan otot lain yang berada di sekitar organ bicara. Susunan syaraf tersebut tentulah memiliki peranan dalam perkembangan bahasa dan bicara anak. Anak dapat berkembang bahasa dan bicaranya jika otot yang menyarafi organ bicara tersebut mempunyai peranan. Syaraf spinal yang berhubungan dengan organ bicara, mempunyai peranan untuk menghubungkan syaraf di otak dengan an-terior horn di spinal cord, yaitu syaraf yang mempengaruhi gerakan otot pernapasan yang diperlukan untuk berbicara. Uraian di atas cukup beralasan, seperti yang dikemukakan oleh Glazer dan Searfoss (dalam Enny Zubaidah, 2003: 21), bahwa faktor neurologi dapat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak, baik karena faktor kerusakan pada sistem syaraf pusat maupun sindrom perbedaan klinis. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa seorang anak antara lain kondisi jasmani dan kemampuan motorik, kesehatan umum, kecerdasan, sikap lingkungan, faktor sosial ekonomi, jenis kelamin, kedwibahasaan, dan neurologi. Semua faktor tersebut berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak, sehingga semua faktor sangat penting untuk diperhatikan. 18

33 3. Aspek-aspek Perkembangan Bahasa Aspek perkembangan bahasa anak menurut Seefeld & Wasik (2008: ) meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang dijelaskan lebih rinci sebagai berikut: a. Mendengarkan Mendengarkan merupakan kemampuan awal anak yang sangat penting dalam kehidupan sebelum berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan mendengarkan bagi anak digunakan untuk memahami lingkungan sekitar. Mengajarkan anak untuk mendengarkan akan memperbesar peluang untuk belajar bahasa dan ide baru. b. Berbicara Berbicara merupakan salah satu cara untuk belajar bahasa. Anak harus berbicara dengan cara-cara yang dapat dimengerti dan didengar oleh orang lain jika ingin menyampaikan ide maupun perasaan. c. Membaca Membaca merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki anak untuk memasuki sekolah dasar. Pembelajaran di TK hanya mengajarkan tentang keterampilan pada anak sebagai persiapan untuk belajar membaca. d. Menulis Menulis merupakan cara yang semakin rumit bagi anak untuk menyampaikan ide, meminta sesuatu, mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan, serta memberi kesenangan. Anak mulai menulis dengan membut 19

34 coretan, membuat gambar, dan akan berkembang seiring dengan berkembangnya pengetahuan anak tentang tulisan. Tadkiroatun Musfiroh (2005: 8) menyebutkan aspek perkembangan bahasa anak meliputi perkembangan fonologis (yakni mengenal dan memproduksi suara), perkembangan kosakata, perkembangan semantik atau makna kata, perkembangan sintaksis atau penyusunan kalimat, dan perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa untuk keperluan komunikasi. Sementara itu, Enny Zubaidah (2003: 34-35) menyatakan bahwa aspek perkembangan bahasa tersebut disebut sebagai komponen bahasa. Penjelasan lebih rinci terkait komponen bahasa tersebut antara lain sebagai berikut: a. Perkembangan Fonologi Perkembangan fonologi berkenanaan dengan adanya pertumbuhan dan produksi sistem bunyi dalam bahasa. Bagian terkecil dari sistem bunyi tersebut dikenal dengan istilah fonem yang dihasilkan sejak bayi lahir hingga usia satu tahun. Fonem vokal diekspresikan lebih dahulu oleh anak usia 4-6 bulan daripada fonem konsonan. Fonem seperti m dan a dikombinasikan oleh anak sehingga menjadi ma-ma-ma. b. Perkembangan Morfologi Perkembangan morfologi berkenaan dengan pertumbuhan dan produksi arti bahasa. Bagian terkecil dari arti bahasa tersebut dikenal dengan istilah morfem. Sebagai contoh, anak mengucapkan mam yang dapat berarti makan. Ketika anak dapat mengucapkan satu kata seperti bola, mungkin berarti saya ingin main bola. 20

35 c. Perkembangan Sintaksis Sintaksis berkaitan dengan aturan bahasa yang meliputi keteraturan dan fungsi kata. Perkembangan sintaksis merupakan produksi kata-kata yang bermakna dan sesuai dengan aturan yang menghasilkan pemikiran dan kalimat yang utuh. Anak bereksperimen dengan sintaksis sejak usia 6 tahun pertama perkembangannya. Pada dua tahun pertama, anak tidak melibatkan kata sandang, kata sifat, maupun kata keterangan dalam mengomunikasikan maksud dan perasaannya. Seiring perkembangan berbahasa, anak mulai melibatkan komponen fonologi dan morfologi lebih banyak dalam mengucapkan kalimat. Selanjutnya ketika anak mulai menggunakan kalimat yang lebih panjang, anak juga menggunakan intonasi dalam menanyakan suatu informasi dengan memberikan penekanan pada kalimatnya. d. Perkembangan Semantik Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan berbagai arti kata. Perkembangan semantik terjadi dengan kecepatan yang lebih lambat dan lama dibandingkan perkembangan anak dalam memahami fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Perkembangan semantik yang dinamis tidak terlepas dari adanya berbagai cara baru dan berbeda yang dipelajari dan digunakan oleh anak maupun orang dewasa. Perkembangan semantik bermula saat anak berusia 9-12 bulan, yaitu ketika anak menggunakan kata benda, kata kerja, dan seiring perkembangannya anak menggunakan kata sifat maupun kata keterangan. 21

36 e. Perkembangan Pragmatik Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam mengekspresikan minat dan maksud seseorang dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Sejak anak masih berusia dini, anak sudah melibatkan komponen pragmatik agar keinginannya tercapai. Ada beragam aturan dalam menggunakan bahasa yang tepat pada situasi sosial yang berbeda. Seseorang dikatakan memiliki kompetensi berkomunikasi ketika memahami penggunaan bahasa tersebut sesuai aturan yang berlaku. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek perkembangan bahasa meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada anak usia dini, kemampuan yang pertama kali berkembang adalah mendengarkan. Kemudian diikuti dengan kemampuan berbicara, membaca, dan menulis. Di dalam aspek-aspek perkembangan bahasa tersebut terdapat komponen-komponen bahasa meliputi fonologis (yakni mengenal dan memproduksi suara), kosakata, semantik atau makna kata, sintaksis atau penyusunan kalimat, dan pragmatik. 4. Karakteristik Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun Martini Jamaris (2006: 5) menyebutkan perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun yaitu: (a) anak sudah dapat mengucapkan lebih dari kosakata, lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-halus), (b) anak usia 5-6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, dan (c) anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. Percakapan yang dilakukan oleh anak

37 tahun telah menyangkut berbagai komentar terhadap apa yang dilakukan dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya. Muhammad Nur Mustakim (2005: 129) menunjukkan hasil penelitian Loban, Hunt, dan Cazda bahwa karakteristik berbicara anak usia 5 dan 6 tahun antara lain anak suka berbicara kepada seseorang, tertarik menggunakan kata-kata baru dan luas, banyak bertanya, tata bahasa akurat dan beralasan, menggunakan bahasa yang sesuai, dapat mendefinisikan dengan bahasa yang sederhana, menggunakan bahasa dengan agresi, dan sangat aktif berbicara. Ernawulan Syaodih (2005: 49) memaparkan kriteria perkembangan keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah anak sudah dapat mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, dapat menyusun kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan, dan kata sandang. Pada masa akhir usia taman kanak-kanak, umumnya anak sudah mampu berkata-kata sederhana, cara berbicara mereka telah lancar, dapat dimengerti, dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan. Rita Kurnia (2009: 37) mengemukakan teori dari Owens bahwa anak usia 5-6 tahun memperkaya kemampuan berbicara melalui pengulangan. Anak sering mengulangi kosakata yang baru dan unik sekalipun belum memahami artinya. Anak menggunakan fast wrapping dalam mengembangkan keterampilan berbicaranya yaitu suatu proses di mana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam dialog. 23

38 Dari beberapa pengertian karakteristik bahasa anak di atas, karakteristik perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun meliputi: (a) mengucapkan lebih dari kosakata; (b) menyusun kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata; (c) dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana; (d) dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan kata sandang; (e) suka berbicara dan umumnya berbicara kepada seseorang; (f) tertarik menggunakan kata-kata baru dan luas; serta (h) banyak bertanya. B. Keterampilan Berbicara 1. Konsep Dasar Keterampilan Berbicara Henry Guntur Tarigan (2008: 1) menyebutkan keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik di sekolah meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan mendengarkan atau menyimak (listening skills), membaca (reading skills), berbicara (speaking skills), dan menulis (writing skills). Keterampilan berasal dari kata dasar terampil yang berarti cakap, mampu, dan cekatan dalam menyelesaikan tugas. Menerampilkan berarti membuat menjadi terampil atau memberikan keterampilan. Keterampilan secara bahasa adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan kecakapan dalam pemakaian bahasa baik secara lisan maupun tulis, sedangkan keterampilan secara tematis adalah kesanggupan pemakai bahasa untuk menanggapi secara benar stimulus lisan atau tulisan, menggunakan pola gramatikal dan kosakata secara tepat, dan menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain. 24

39 Seseorang dikatakan mempunyai keterampilan apabila orang tersebut mempunyai kesanggupan untuk berbuat dan melakukan tindakan dengan mudah dan tepat setelah melalui belajar (Sulastri, 2008: 9). Agar terampil seseorang harus belajar, artinya keterampilan seseorang tidak serta-merta bisa terampil melainkan harus dengan pembelajaran terlebih dahulu. Semakin seseorang termotivasi mau belajar maka keterampilannya akan semakin terasah. Demikian halnya dengan keterampilan berbahasa, semakin sering belajar dan berlatih secara rutin dan teratur dalam berkomunikasi aktif maka kemampuan berbahasanya menjadi lebih terampil. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara anak menunjukkan peningkatan jika sering berlatih atau belajar. Semakin anak diberi kesempatan belajar dan berlatih, anak akan semakin berkembang dan terampil termasuk dalam kemampuan berbahasanya. Dengan demikian, peran guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan memilih pendekatan, metode, dan teknik yang tepat dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan keterampilan berbahasa anak. 2. Pengertian Berbicara Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan dua orang atau lebih dan para partisipannya berperan sebagai pembicara maupun yang memberi reaksi terhadap apa yang didengarnya serta memberi kontribusi dengan segera (Sulastri, 2008: 13). Berbicara sebagai cara berkomunikasi antara pembicara dan 25

40 pendengar. Komunikasi lisan memerlukan keterampilan berbicara dan saling pengertian antara pembicara dan pendengar (Sulastri, 2008: 14). Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau katakata untuk mengekspresikan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak pada saat dia mengomunikasikan gagasannya, dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Henry Guntur Tarigan, 2008: 16). Sardjono (2005: 7) menyatakan teori dari Varekamp bahwa bicara atau wicara sebagai suatu kemungkinan manusia mengucapkan bunyi-bunyi bahasa melalui organ-organ artikulasi (organ-organ alat wicara). Berbicara merupakan suatu aktivtas komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia normal. Dengan berbicara maka manusia bisa saling berkomunikasi, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, serta mengungkapkan perasaan (Kusuma Wijaya, 2009: 18). Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkan untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, 26

41 dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain (Iskandarwassid & Dadang Sunendar, 2011: 241). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan sebuah proses komunikasi aktif dengan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi serta mengucapkan kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain. Keterampilan berbicara adalah keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. 3. Tujuan Berbicara Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum, yaitu memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade) (Henry Guntur Tarigan, 2008: 16). Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya dan dapat mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan, akan tetapi bagaimana mengemukakannya. Program tujuan pengajaran keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap 27

42 individu untuk dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan (Iskandarwassid & Dadang Sunendar, 2011: 242). Tujuan tersebut mencakup hal-hal berikut: a. Kemudahan Berbicara Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. Peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan diri yang tumbuh melalui latihan. b. Kejelasan Peserta didik berlatih berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik melalui latihan seperti berdiskusi, seminar, wawancara, atau memandu acara dalam suatu gelar wicara, yang semuanya membutuhkan keterampilan mengatur cara berpikir yang logis dan jelas sehingga kejelasan berbicara tersebut dapat tercapai. c. Bertanggungjawab Latihan berbicara yang baik menekankan pembicara untuk bertanggungjawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguhsungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya. Latihan demikian akan menghindarkan peserta didik dari berbicara yang tidak bertanggungjawab atau bersilat lidah yang mengelabui kebenaran. 28

43 d. Membentuk Pendengaran yang Kritis Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan program ini. Di sini peserta didik perlu belajar mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara. e. Membentuk Kebiasaan Keterampilan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini sangat penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang. Sejalan dengan tujuan berbicara di atas, ketercapaian tujuan pembicaraan merupakan salah satu indikator terpenting dalam kegiatan berbicara (Abidin Yunus, 2012: 130). Beberapa indikator ketercapaian tujuan berbicara adalah sebagai berikut: 1) Pemahaman Pendengar Tujuan dapat dikatakan tercapai jika pembicara mampu meningkatkan pengertian dan pemahaman pendengar. Artinya, pendengar mampu menerima dan memahami secara cermat gagasan yang disampaikan oleh pembicara sehingga terdapat kesamaan antara maksud pembicara dan pendengar. 2) Perhatian Pendengar Tujuan dapat dikatakan tercapai jika pembicara mampu menumbuhkan perhatian pendengar untuk menyimak secara sungguh-sungguh segala sesuatu yang disampaikan pembicara. 3) Cara Pandang Pendengar Tujuan ini dapat dikatakan tercapai jika pembicara mampu memengaruhi cara pandang pendengar agar sesuai dengan cara pandang dirinya. 29

44 4) Perilaku Pendengar Indikator terakhir adalah berubahnya perilaku pendengar setelah menyimak pemaparan dan gagasan yang dilakukan pembicara. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara adalah berkomunikasi untuk menyampaikan pikiran secara efektif dan memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Selain itu, tujuan pengembangan keterampilan berbicara meliputi kemudahan berbicara, kejelasan, bertanggungjawab, membentuk pendengaran yang kritis, dan membentuk kebiasaan. Sedangkan indikator ketercapaian tujuan berbicara antara lain pemahaman pendengar, perhatian pendengar, cara pandang pendengar, dan perilaku pendengar. 4. Aspek-aspek Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara merupakan pengungkapan diri secara lisan yang terdiri dari unsur-unsur nonkebahasaan dan kebahasaan. Unsur-unsur nonkebahasaan yang dapat menunjang keterampilan berbicara diungkapkan oleh Soenardi Djiwandono (1996: 68) yaitu sebagai berikut: a. Keberanian, yaitu keberanian dalam mengemukakan pendapat, seperti anak mampu menceritakan pengalaman yang dialami. Selain itu, keberanian untuk berpihak terhadap gagasan yang sudah diyakini keberaniannya. b. Kelancaran, yaitu lancar dalam berbicara sangat ditunjang oleh penguasaan materi atau bahan yang baik. Penguasaan kosakata akan membantu dalam penguasaan materi pembicaraan. 30

45 c. Ekspresi atau gerak-gerik tubuh, sangat diperlukan dalam menunjang keefektifan berbicara. Arti pembicaraan tersebut dapat dipahami melalui ekspresi tubuh yang ditunjukkan pembicara. Aspek kebahasaan dalam keterampilan berbicara diungkapkan oleh Hurlock (2000: ) yaitu sebagai berikut: a. Pengucapan Setiap anak berbeda-beda dalam ketepatan pengucapan dan logatnya. Perbedaan ketepatan mengucapkan tergantung pada tingkat perkembangan mekanisme suara, serta bimbingan yang diterima dalam mengaitkan suara ke dalam kata yang berarti. Perbedaan logat disebabkan karena meniru model yang pengucapannya berbeda dengan yang biasa digunakan anak. b. Pengembangan Kosakata Anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi dalam mengembangkan kosakata yang dimiliki. Anak-anak lebih dahulu mempelajari arti kata yang sangat dibutuhkannya. Peningkatan jumlah kosakata tidak hanya karena mempelajari kata-kata baru, tetapi juga karena mempelajari arti baru bagi kata-kata lama. Perbedaan individual dalam ukuran kosakata pada setiap tingkat usia antara lain disebabkan oleh perbedaan kecerdasan, pengaruh lingkungan, kesempatan belajar, dan motivasi belajar. c. Pembentukan Kalimat Pada mulanya anak menggunakan kalimat satu kata yakni kata benda atau kata kerja. Kemudian kata tersebut digabungkan dengan isyarat untuk mengungkapkan suatu pikiran utuh yang dapat dipahami orang lain. Anak di 31

46 bawah usia delapan tahun mulai menggunakan kalimat lebih lengkap sejalan dengan bertambah lengkapnya tata bahasa yang dimiliki. Pada setiap tingkatan usia, anak memperlihatkan perbedaan individual yang menonjol dalam pembentukan kalimat baik mengenai panjang maupun mengenai polanya. Julia Maria van Tiel (2007: ) menyatakan bahwa seorang anak berbicara dengan bahasa yang baik dapat dilihat dari aspek-aspek berbicara sebagai berikut: a. Aspek Fonologi Anak dapat membedakan bunyi yang diucapkan oleh orang di sekitarnya. Anak juga dapat membentuk bunyi dengan cara, urutan, serta penempatan yang benar dalam sebuah kata. b. Aspek Gramatika Aspek ini dibagi menjadi aspek morfologi, yaitu anak mampu mengenal kata kerja dan kata benda untuk membentuk kalimat (aspek sintaksis). c. Aspek Semantik Pada aspek ini anak mampu memahami apa yang diucapkan atau arti dari sebuah kata. Misalnya arti kata kursi. Kursi artinya sebuah benda yang punya empat kaki yang ada senderannya dan kita bisa duduk di atasnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek yang dapat menunjang keterampilan berbicara terdiri dari aspek nonkebahasaan dan aspek kebahasaan. Aspek nonkebahasaan meliputi keberanian, kelancaran, dan ekspresi atau gerak-gerik tubuh. Sedangkan aspek kebahasaan meliputi pengucapan, 32

47 pengembangan kosakata, dan pembentukan kalimat yang di dalamnya terdapat aspek fonologi, gramatika, dan semantik. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara Bicara merupakan keterampilan bagi anak, sehingga berbicara dapat dipelajari dengan beberapa metode yang berbeda. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara anak. Menurut Arman Agung (2008: 1) ada dua faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara yaitu faktor internal dan eksternal. a. Faktor internal Faktor internal merupakan segala potensi yang ada dalam diri seseorang. Faktor internal meliputi faktor fisik maupun non fisik (psikis), berikut adalah penjelasan lengkapnya: 1) Faktor Fisik Faktor fisik merupakan faktor yang menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan di dalam berbicara, di dalam hal ini meliputi pita suara, lidah, gigi, dan bibir. 2) Faktor Non Fisik (Psikis) Faktor non fisik (psikis) merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang dan tidak berhubungan dengan fisik. Faktor psikis keterampilan berbicara meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Kepribadian (Kharisma) Kepribadian yang dimiliki mempengaruhi cara seseorang dalam berbicara. 33

48 b) Karakter dan Temperamen Karakter merupakan hasil dari cara berpikir dan berperilaku. Karakter dimulai dari pola pikir yang kemudian diwujudkan dalam tindakan, yang bila dilakukan secara terus-menerus akan menjadi suatu kebiasaan. Karakter atau sering disebut juga temperamen merupakan sifat batin yang secara tetap memengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran seseorang. Misalnya karakter periang, penyedih, pemberani, teliti, dan sebagainya. c) Bakat (Talenta) Bakat adalah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada seseorang. Bakat perlu digali hingga muncul ke permukaan (karena pada dasarnya bakat adalah sesuatu yang telah ada sebelumnya). d) Tingkat Inteligensi Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. e) Kreativitas Kreativitas memiliki kedudukan yang hampir sama dengan inteligensi. KreatiVtas adalah salah satu ciri dari berpikir inteligen karena keduanya merupakan manifestasi dari berpikir kognitif. Berpikir kreatif yang diasah akan mampu memunculkan keterampilan-keterampilan tertentu pada individu, termasuk keterampilan berbicara. 34

49 b. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Pada anak TK faktor eksternal ini dapat diperoleh salah satunya dalam pembelajaran di sekolah. Dhieni Nurbiana (2005: 3.7) menjelaskan tiga tahap perkembangan berbicara anak menurut Vygotsky yaitu sebagai berikut: a. Tahap Eksternal Tahap eksternal terjadi ketika anak berbicara secara eksternal di mana sumber berpikir berasal dari luar diri anak. Sumber berpikir ini sebagian besar dari orang dewasa yang memberikan pengarahan, informasi, dan melakukan tanya jawab dengan anak. Sumber yang lain bisa berasal dari teman sebaya, yaitu pada saat anak berbicara dan bertukar pendapat dengan teman lain di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sekitar rumah anak. Dalam lingkungan sekolah inilah keterampilan berbicara anak dapat dikembangkan, yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif di mana anak diberi kesempatan untuk mengeluarkan dan saling bertukar pendapat dengan teman lain dalam satu kelompoknya. b. Tahap Egosentris Tahap egosentris adalah tahap di mana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan. Pada tahap ini anak mempunyai pendapat dan pikiran sendiri untuk berbicara tanpa memandang apakah itu benar atau salah, yang terpenting adalah mengeluarkan apa yang ada dalam benaknya sesuai dengan pikiran anak sendiri tanpa peduli perkataan orang lain. 35

50 c. Tahap Internal Pada tahap internal proses berpikir anak telah memiliki penghayatan sepenuhnya. Anak sudah dapat mengerti tentang apa yang akan dia bicarakan dengan orang lain. Keterampilan berbicara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar diri anak. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Hurlock (2000:185) bahwa keterampilan berbicara dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: a. Persiapan Fisik untuk Berbicara Kemampuan berbicara tergantung pada kematangan mekanisme bicara. Sebelum semua organ bicara mencapai bentuk yang lebih matang, saraf dan otot mekanisme suara tidak dapat menghasilkan bunyi yang diperlukan bagi kata-kata. b. Kesiapan Mental untuk Berbicara Kesiapan mental untuk berbicara tergantung pada kematangan otak, khususnya bagian-bagian asosiasi otak. Biasanya kesiapan tersebut berkembang di antara umur 12 sampai 18 bulan dan dalam perkembangan bicara yang dipandang sebagai saat dapat diajar. c. Model yang Baik untuk Ditiru Model yang baik untuk ditiru diperlukan agar anak tahu bagaimana mengucapkan kata dengan benar. Model tersebut mungkin orang di lingkungan sekitar anak. Jika anak kekurangan model yang baik, maka anak akan sulit belajar berbicara dan hasil yang dicapai berada di bawah kemampuan anak. 36

51 d. Kesempatan untuk Berpraktik Jika anak tidak diberikan kesempatan untuk berpraktik maka mereka akan putus asa dan motivasi anak menjadi rendah. e. Motivasi Jika anak mengetahui bahwa mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan tanpa memintanya, dan jika anak tahu bahwa pengganti bicara seperti tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut, maka motivasi anak untuk belajar berbicara akan melemah. f. Bimbingan Cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah menyediakan model yang baik, mengadakan kata-kata dengan jelas, serta memberikan bantuan mengikuti model. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara anak dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor fisik berkaitan dengan organ-organ berbicara sedangkan faktor psikis meliputi kepribadian, karakter, bakat, tingkat inteligensi, dan kreativtas. Faktor internal yang mempengaruhi keterampilan berbicara anak meliputi tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Perkembangan keterampilan berbicara dapat dilihat dari tahap internal, tahap egosentris, dan tahap eksternal yang secara umum dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental untuk berbicara, model yang baik untuk ditiru, kesempatan untuk berpraktik, motivasi, dan bimbingan. 37

52 6. Penilaian Ketrampilan Berbicara Dhieni Nurbiana (2005: 35) memaparkan beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran keterampilan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi: (a) ketepatan ucapan; (b) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesua; (c) pilihan kata; dan (d) ketepatan sasaran pembicaraan. Aspek nonkebahasaan meliputi: (a) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat; (b) kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain; (c) kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara; (d) relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu. Henry Guntur Tarigan (2008: 28) menyatakan teori yang diungkapkan oleh Brooks bahwa dalam mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang pada prinsipnya harus memperhatikan lima faktor berikut: a. Apakah bunyi vokal dan konsonan diucapkan dengan baik? Kata-kata yang diucapkan anak dalam berbicara harus sesuai dengan bunyi yang sebenarnya, misalnya anak tidak cedal dan jelas dalam melafalkan hurufhuruf dalam pengucapannya. b. Apakah pola-pola intonasi, naik turunnya suara tekanan suku kata memuaskan? Pola intonasi yang dimaksud adalah dalam penekanan atau pengucapan pada akhir kata atau kalimat. Apakah anak sudah bisa memberi penekanan pada katakata tertentu atau hanya datar dalam pengucapan kata. 38

53 c. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang dipergunakan? Hal ini bisa dipahami ketika anak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan atau hanya asal mengucapkan saja. Anak-anak kadang hanya meniru orang lain tanpa memahami arti kata yang diucapkan. d. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat? Dalam pengucapan kalimat apakah anak sudah dapat mengucapkan sesuai dengan pola subjek predikat objek atau terbalik-balik bahkan diulang-ulang. e. Sejauh manakah kelancaran yang tercermin bila seseorang berbicara? Kelancaran yang dimaksud untuk anak adalah ketika dalam berbicara anak tidak tersendat-sendat, tidak terbata-bata dan tidak banyak diam. Faktor-faktor dalam mengevaluasi keterampilan berbicara tersebut sesuai dengan aspek keterampilan berbicara nonkebahasaan dan kebahasaan yang telah dijelaskan oleh Soenardi Djiwandono (1996: 68) dan Hurlock (2000: ). Aspek nonkebahasaan terdiri dari keberanian, kelancaran, dan ekspresi atau gerakgerik tubuh sedangkan aspek kebahasaan terdiri dari pengucapan, pengembangan kosakata, dan pembentukan kalimat. Jadi, penilaian keterampilan berbicara anak yang digunakan dalam penelitian ini mencakup unsur-unsur sebagai berikut: a. keberanian; b. kelancaran; c. ekspresi atau gerak-gerik tubuh; d. pengucapan; e. pengembangan kosakata; 39

54 f. pembentukan kalimat. C. Metode Show and Tell 1. Pengertian Metode Pembelajaran Tri Mulyani (2000: 134) memaparkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapaianya prestasi belajar anak yang memuaskan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sugihartono (2007: 81) mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran agar memperoleh hasil yang optimal. Pemanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan yang dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu. Oleh karena itu, metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode harus menunjang pencapaian tujuan tersebut. Jadi, sebaiknya guru menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. 40

55 Adapun macam-macam metode pembelajaran untuk anak prasekolah yaitu sebagai berikut: a. Metode Bermain Peran Sugihartono (2007: 83) memaparkan bahwa metode bermain peran merupakan metode mengajar melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara memerankan suatu tokoh baik tokoh hidup atau benda mati. Metode ini dapat mengembangkan penghayatan, tanggung jawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari. b. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi yaitu cara penyajian materi dengan memeragakan atau menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari (Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, 2002: 154). c. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan cara penyajian materi pembelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh anak didik (Sugihartono, 2007: 82). d. Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas merupakan bentuk interaksi belajar mengajar ditandai dengan adanya satu atau sejumlah tugas yang diberikan oleh guru (Tri Mulyani, 2000: 18). e. Metode Karyawisata Metode karyawisata adalah metode penyampaian materi dengan cara membawa anak didik langsung ke obyek luar kelas atau lingkungan kehidupan nyata agar anak dapat mengamati atau mengalami secara langsung. 41

56 f. Metode Bercerita Metode bercerita merupakan metode penyampaian dari guru kepada anak dengan cara guru menyampaikan materi melalui bahasa lisan. Metode bercerita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu metode bercerita dengan alat peraga dan metode bercerita tanpa alat peraga. Metode bercerita dengan alat peraga adalah metode bercerita dengan alat bantu. Alat peraga yang biasa digunakan dalam bercerita antara lain buku, gambar, boneka, gambar gerak, dan benda lainnya. Sedangkan metode bercerita secara langsung dengan hanya mengandalkan kualitas suara, ekspresi wajah, serta gerak tangan dan tubuh disebut sebagai metode bercerita tanpa alat peraga (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 141). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran agar memperoleh hasil yang optimal. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode-metode pembelajaran tersebut meliputi metode bermain peran, demonstrasi, tanya jawab, pemberian tugas, karyawisata, dan bercerita. Berdasarkan beberapa metode pembelajaran tersebut, guru hendaknya memilih metode yang dipandang tepat dalam kegiatan pembelajarannya, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat dicapai secara optimal. 2. Pengertian Metode Show and Tell Henry Alexis Rudolf Tilaar (2013: 103) menjelaskan bahwa show and tell adalah kegiatan yang mengutamakan kemampuan berkomunikasi sederhana. 42

57 Tujuan kegiatan ini adalah melatih anak berbicara di depan kelas dan membiasakan anak peka terhadap hal-hal sederhana sehari-hari. Sementara itu, Slamet Suyanto (2005: 145) menyatakan bahwa metode show and tell digunakan untuk mengungkapkan kemampuan, perasaan, dan keinginan anak. Setiap hari guru dapat meminta dua atau tiga orang anak untuk bercerita apa saja yang ingin diungkapkan. Saat anak bercerita, guru dapat melakukan asesmen pada anak tersebut dan guru juga dapat melanjutkan topik yang dibicarakan anak sebagai pembelajaran. Tadkiroatun Musfiroh (2011: 5) mendefinisikan show and tell merupakan kegiatan menunjukkan sesuatu kepada audiens dan menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu itu. Metode show and tell mengacu pada tiga bidang utama, yaitu edukasi, musik, dan teater. Di antara tiga bidang tersebut, metode show and tell edukatif yang paling diandalkan di negara barat. Metode show and tell dimanfaatkan untuk tiga ranah sekaligus. Tiga ranah tersebut adalah show and tell educative for speaking (show and tell edukatif untuk berbicara), show and tell educative for record playing toys (show and tell untuk bermain dengan mainan), dan show and tell for children s book (show and tell untuk buku anak). Mengacu pada uraian di atas, metode show and tell adalah suatu metode pembelajaran dengan anak menunjukkan benda dan anak menyatakan pendapat, mengungkapkan perasaan, keinginan, maupun pengalaman terkait dengan benda tersebut. 43

58 3. Bentuk-bentuk Penerapan Metode Show and Tell Tadkiroatun Musfiroh (2011: 34) menyebutkan beberapa jenis show and tell yang dapat diterapkan, yaitu show and tell dengan benda pribadi, show and tell dengan makanan, dan show and tell dengan gambar dan foto. a. Show and Tell dengan Benda Pribadi Anak dapat membawa benda-benda pribadi untuk digunakan saat melakukan show and tell. b. Show and Tell dengan Makanan Makanan adalah benda yang dibutuhkan anak dan memiliki jangkauan yang kuat untuk mengembangkan tanggung jawab dan kemandirian. Ketika anak sedang show and tell, anak dapat bercerita mengenai rasa, bahan utama untuk membuat makanan, warna, dan sebagainya. c. Show and Tell dengan Gambar dan Foto Gambar dan foto relatif efektif untuk menstimulasi kemampuan bertata krama, tanggung jawab, dan kemandirian. Bagi anak, kemampuan tersebut dapat diterima dengan baik melalui cerita yang dibantu dengan media gambar atau foto. Henry Alexis Rudolf Tilaar (2013: 103) menyatakan bahwa show and tell dapat diterapkan dengan menunjukkan sesuatu seperti alat permainan baru, hadiah ulang tahun, makanan oleh-oleh dari saudara, perangkat makan, atau semua benda yang dianggap barang baru ataupun menarik bagi anak. Hoerr (2007: 94-95) juga menambahkan bahwa anak dapat show and tell menggunakan hasil karya atau proyek yang telah dibuat. Misalnya, anak membuat diorama yang menunjukkan adegan dari novel atau suku kehidupan suku asli Amerika. Pada hari berikutnya 44

59 anak berdiri di samping diorama dan bercerita tentang diorama yang menunjukkan beberapa aspek kehidupan suku tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka penerapan metode show and tell dapat menggunakan makanan, gambar atau foto, alat permainan baru, hadiah ulang tahun, perangkat makan, hasil karya anak, dan semua benda yang dianggap menarik bagi anak. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media gambar. 4. Manfaat Metode Show and Tell Laurie Patsalides (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2011: 8-9) memaparkan berbagai manfaat metode show and tell dalam mengembangkan beberapa aspek dalam kemampuan bahasa. Berbagai manfaat tersebut meliputi: (a) anak belajar berbicara dan menyimak; (b) menjadi pendengar dan memperkenalkan diri; (c) membuat penyelidikan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan; (d) membuat hubungan antara respon anak dengan anak yang lain; (e) antisipasi dan observasi; (f) praktik keterampilan berbincang kritis; (g) praktik bercerita; (h) belajar kesamaan dan perbedaan; (i) menggunakan kosakata; (j) menggunakan bahasa deskriptif; (k) mengucapkan terima kasih; (l) dan meningkatkan rasa percaya diri. Euis Rohaeti (2011: 26) juga memaparkan hasil penelitian Webbervilleschool bahwa show and tell mampu mengembangkan keterampilan berbicara atau oral language skills dan sangat efektif untuk mengenalkan kemampuan public speaking karena berkenaan dengan kemampuan bertanya dan berbicara dalam gramatika yang lengkap. 45

60 Berdasarkan pada beberapa manfaat metode show and tell di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa manfaat metode show and tell yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan berbicara anak. Manfaat tersebut antara lain anak dapat belajar berbicara dan menyimak, praktik keterampilan berbincang kritis, praktik bercerita, dapat menggunakan kosakata, menggunakan bahasa deskriptif, mampu mengembangkan keterampilan berbicara atau oral language skills, dan sangat efektif untuk mengenalkan kemampuan public speaking. 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Show and Tell Tadkiroatun Musfiroh (2011: 6) menyebutkan beberapa kelebihan dari metode show and tell menurut Amode, yaitu sebagai berikut: a. Metode yang sangat sederhana, sehingga mudah untuk diterapkan pada anak. b. Menggunakan benda yang bersifat konkret, sehingga memudahkan anak untuk bercerita. c. Memberikan kesempatan pada semua anak untuk terlibat aktif karena menekankan pada pendekatan partisipatoris dalam proses pembelajaran. Tadkiroatun Musfiroh (2011: 6) menambahkan kelebihan metode show and tell yaitu: a. Efektif untuk mengembangkan kemampuan berbicara di depan umum (public speaking). Kemampuan berbicara di depan umum (public speaking) merupakan salah satu karakteristik percaya diri. 46

61 b. Melatih anak melakukan pemecahan masalah (problem solving), yakni saat bercerita anak belajar untuk menyusun informasi terkait dengan benda yang ditunjukkan. Selain terdapat kelebihan dari penggunaan metode show and tell, maka terdapat pula kelemahan. Tadkiroatun Musfiroh (2011: 6) menyebutkan kelemahan dari metode show and tell yaitu guru perlu mengelola waktu dengan baik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan show and tell. Selain itu, kelemahan metode show and tell menurut Ari Prasasti (2012: 42-43), antara lain sebagai berikut: a. Penggunaan metode harus selalu dengan pengawasan guru. Hal ini karena metode show and tell memerlukan bimbingan apabila peserta didik kesulitan dalam menceritakan benda yang digunakan. b. Penggunaan metode ini tidak dapat digunakan dalam kondisi mendadak, hal tersebut dikarenakan perlu adanya persiapan benda maupun pengalaman yang akan diceritakan. c. Waktu yang disediakan untuk melakukan show and tell terbatas. Hal ini dikarenakan show and tell dilakukan secara bergiliran, sehingga agar semua anak bisa tampil maka waktu yang disediakan hendaknya cukup banyak. Berdasarkan uraian di atas, metode show and tell memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, penggunaan metode show and tell harus mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan tersebut. Dengan demikian, diharapkan metode show and tell dapat menstimulasi aspek perkembangan anak, terutama aspek bahasa termasuk di dalamnya keterampilan berbicara. 47

62 E. Metode Show and Tell sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Terkait dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, maka dalam penelitian ini menggunakan metode show and tell. Webbervilleschool menjelaskan bahwa metode show and tell merupakan salah satu metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak (Euis Rohaeti, 2011: 26). Terdapat langkah-langkah dalam melaksanakan metode show and tell supaya keterampilan berbicara anak dapat meningkat. Oki Ristya Mutasi Ningsih (2014: 36) menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan show and tell menurut Revermann adalah sebagai berikut. 1. Saat hari-hari tertentu, anak-anak diberi tahu agar membawa benda favorit untuk ditunjukkan dan diceritakan di depan kelas. 2. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk tampil menunjukkan dan menceritakan benda yang dibawa dari rumah. Saat tampil anak akan menjadi pusat perhatian bagi teman-temannya. 3. Anak-anak yang lain mengajukan pertanyaan kepada anak yang sedang tampil. Pertanyaan yang diajukan jumlahnya harus ditetapkan sebelumnya. Penerapan metode ini dilakukan dengan guru memberi contoh berupa benda nyata untuk anak. Fungsi benda tersebut sebagai penstimulus anak untuk mengungkapkan ide, gagasan, perasaan maupun pengalaman tentang benda yang ditunjukkan anak. Berdasar pada uraian dan teori yang telah dijelaskan mengenai pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara, maka metode show and tell dapat menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran di taman kanak-kanak. 48

63 Tadkiroatun Musfiroh (2011: 35-36) menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan show and tell adalah sebagai berikut. 1. Anak membentuk lingkaran di lantai beralas (karpet, tikar, dan sejenisnya). 2. Setiap kelompok terdiri dari 7-10 anak. 3. Membuka kegiatan dengan salam. 4. Membimbing salah satu anak untuk memimpin doa bersama. 5. Menyapa anak satu per satu dengan menyebutkan namanya. 6. Memberikan kata-kata yang baik serta membangkitkan minat anak. 7. Memberi kesempatan kepada anak untuk menunjukkan benda yang akan digunakan untuk show and tell. 8. Menjelaskan tata cara show and tell. Apabila diperlukan, guru dapat memberi contoh cara melakukan show and tell. Hal ini dilakukan selama 5 menit. Ari Prasasti (2012: 48) menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran di taman kanak-kanak dengan menggunakan metode show and tell terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan Kegiatan perencanaan dilakukan oleh guru dan peneliti dengan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: a. Menentukan waktu pelaksanaan pembelajaran, baik hari/ tanggal maupun alokasi waktu pembelajaran. 49

64 b. Menentukan tempat pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan di dalam atau di luar kelas. c. Menentukan tema dalam pembelajaran. d. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH). e. Menyiapkan alat dan sumber belajar yang akan digunakan. f. Menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan. 2. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan terdiri dari 3 kegiatan pokok, yaitu pembukaan, inti, dan penutup. a. Kegiatan Pembukaan (Kegiatan Awal) 1) Guru mengondisikan anak dengan kegiatan pemanasan atau kegiatan fisik motorik di luar kelas, dapat disertai dengan kegiatan menyanyi maupun tepuk-tepuk. 2) Guru melakukan apersepsi, dengan menyebut tema pada hari itu dan mengenalkan apa saja yang berkaitan dengan tema, melalui tanya jawab atau percakapan. 3) Guru menjelaskan tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan memberi contoh cara melakukan kegiatan tersebut. b. Kegiatan Inti Kegiatan inti terdiri dari 3 kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan dasar maupun pengembangan perilaku atau pembiasaan. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada kegiatan inti adalah dengan menggunakan metode show and tell. Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode show and tell. 50

65 1) Persiapan Guru mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum kegiatan dimulai, meliputi: a) Benda yang akan digunakan dalam pembelajaran dengan metode show and tell disesuaikan dengan tema pada hari itu. b) Lembar pengamatan (lembar observasi), digunakan untuk menilai keterampilan berbicara anak selama pembelajaran menggunakan metode show and tell. 2) Pelaksanaan, yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan metode show and tell. Berikut ini adalah urutan kegiatan dengan menggunakan metode tersebut: a) Anak telah berada dalam kelompok kecil. b) Anak dikondisikan oleh guru, yaitu dengan tanya jawab terkait tema hari itu, terkait benda yang dibawa anak dari rumah atau benda yang dibawa anak ke rumah, ataupun dengan menyanyi sesuai dengan tema hari itu. c) Anak diberi contoh oleh guru tentang bagaimana menunjukkan dan menceritakan benda yang dibawa ke sekolah atau benda pemberian guru. Guru bercerita dengan menggunakan benda pribadi guru yang dibawa dari rumah, atau bercerita tentang pengalamannya yang tidak jauh beda dengan pengalaman anak terkait dengan benda yang dibawa pulang anak. d) Anak diajak untuk menceritakan benda yang dibawa ke sekolah atau bercerita pengalamannya secara bergiliran. e) Anak diberi stimulasi dengan memberikan pertanyaan stimulatif apabila anak kesulitan dalam menyampaikan maksudnya. 51

66 f) Anak yang mau bercerita diberi hadiah atau pujian (reward). g) Selama anak melaksanakan kegiatan, peneliti mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung. 3) Evaluasi Kegiatan selanjutnya adalah guru dan peneliti melakukan evaluasi atau penilaian terhadap perkembangan keterampilan berbicara anak. Observer mencatat perkembangan keterampilan berbicara anak yang telah dipersiapkan sebelumnya. c. Kegiatan Penutup (Kegiatan Akhir) Kegiatan penutup merupakan kegiatan recalling atau mendiskusikan kembali dan evaluasi tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama satu hari dengan bercakap-cakap ataupun tanya jawab. Guru menutup pembelajaran dengan bernyanyi, tepuk, ataupun cerita yang mengandung nilai moral, kemudian berdoa lalu pulang. d. Evaluasi Guru melakukan evaluasi tentang kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu hari dengan memberikan penilaian perkembangan yang telah dicapai pada masing-masing anak. Berdasarkan uraian di atas, metode show and tell sebagai upaya meningkatkan keterampilan berbicara anak mempunyai langkah-langkah dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah pelaksanaan show and tell yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada langkah-langkah dari Ari Prasasti. Langkahlangkah tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi metode show 52

67 and tell. Pelaksanaan metode show and tell dijabarkan mulai dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah pelaksanaan metode show and tell saat pembelajaran, meliputi: (1) anak berada dalam kelompok kecil; (2) anak dan guru melakukan tanya jawab terkait tema; (3) anak diberi contoh bagaimana melakukan metode show and tell; (4) anak melakukan show and tell secara bergiliran; (5) anak diberi reward berupa pujian. F. Kerangka Pikir Keterampilan berbicara merupakan sebuah keterampilan berkomunikasi aktif dengan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi serta mengucapkan kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain. Tujuan peningkatan keterampilan berbicara anak adalah agar anak dapat mengungkapkan isi hatinya (pendapat atau sikap) secara lisan, mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat, dan berminat menggunakan bahasa yang baik. Data observasi ditambah dengan wawancara terhadap Kepala Sekolah dan satu guru kelas di TK ABA VII Purwosari menyatakan dari sepuluh anak yang mempunyai rentang usia 5-6 tahun, terdapat enam anak belum memenuhi kriteria keterampilan berbicara sesuai usianya. Enam anak tersebut cenderung membutuhkan pertanyaan stimulatif dari guru agar ikut berpartisipasi dalam interaksi lisan di kelas. Kegiatan menyampaikan pendapat di kelas terkait pengalaman ataupun hasil karya belum dapat dilakukan oleh anak tanpa bantuan guru. Hal ini terlihat pada saat guru menjelaskan di depan kelas, anak-anak cenderung diam saja dan hanya melontarkan tiga hingga lima kata dalam 53

68 berpendapat. Penyampaian pendapat tersebut terjadi apabila nama anak ditunjuk secara langsung satu per satu oleh guru. Keterampilan berbicara anak dapat ditingkatkan melalui metode show and tell. Metode show and tell adalah metode pembelajaran dengan kegiatan anak menunjukkan benda dan menyatakan pendapat, mengungkapkan perasaan, keinginan, maupun pengalaman terkait dengan benda tersebut. Ketika anak sedang show and tell dan mengungkapkan segala hal tentang benda yang ditunjukkannya, maka anak akan memproduksi bunyi-bunyi artikulasi serta mengucapkan katakata untuk mengekpresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan terkait benda itu. Setelah anak show and tell, guru dan anak-anak memberikan penguatan berupa reward, sehingga keterampilan berbicara anak akan semakin meningkat karena mendapatkan pengakuan. Pengakuan dan penguatan yang diberikan guru dan anak-anak diharapkan dapat mendorong anak untuk show and tell pada kesempatan berikutnya serta meningkatkan keterampilan berbicara anak dalam melakukan kegiatan lainnya. 54

69 berikut ini: Merujuk pada uraian di atas, kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1 Keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari masih perlu distimulasi, sehingga diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari meningkat. Metode show and tell -Anak berada dalam kelompok kecil -Anak dan guru melakukan tanya jawab terkait tema -Anak diberi contoh bagaimana melakukan metode show and tell -Anak melakukan show and tell secara bergiliran -Anak diberi reward berupa pujian Gambar 1. Kerangka Pikir G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari dapat ditingkatkan melalui metode show and tell. 55

70 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan ini termasuk penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri sebagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan terencana pada situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Wina Sanjaya, 2011: 26). Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2010: 9). Kolaboratif berarti melibatkan semua orang yang bertanggungjawab untuk tindakan dalam meningkatkan pendidikan (Samsu Sumadayo, 2013: 29). Kolaborasi antara guru dan peneliti sangat penting dalam menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi (Suharsimi Arikunto, 2006: 63). B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran (Sarwiji Suwandi, 2010: 55). Terkait dengan penelitian ini, maka subjek penelitian adalah anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari yang terdiri dari 7 anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Sementara itu, objek dalam 56

71 penelitian ini adalah peningkatan keterampilan berbicara melalui metode show and tell pada anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari Gunungkidul. C. Setting Penelitian Setting penelitian mengacu pada tempat dan waktu penelitian dilakukan. Tempat dan waktu penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan di TK ABA VII Purwosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017, tepatnya pada bulan Februari hingga April D. Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan minimal dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Desain penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah desain penelitian tindakan Model Kemmis dan Mc Taggart. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang diungkapkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Pardjono (2007: 22) mengungkapkan bahwa model ini dapat mencakup beberapa siklus dan pada masing-masing siklus meliputi 3 tahapan, seperti pada Gambar 2 berikut ini. 57

72 Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis & Mc Taggart (Pardjono, 2007: 22) Keterangan: Siklus I: 1. Perencanaan (Plan) 2. Tindakan dan Observasi (Act and Observe) 3. Refleksi (Reflect) Siklus II: 4. Perencanaan Hasil Rvisi (Rvised Plan) 5. Tindakan dan Observasi (Act and Observe) 6. Refleksi (Reflect) Tahapan-tahapan tersebut berlangsung secara berulang-ulang sampai tujuan penelitian tercapai. Jika tujuan penelitian pada Siklus II belum tercapai artinya masih diperlukan Siklus III dan seterusnya. Pelaksanaan siklus berikutnya dengan cara memperhatikan hasil pada tahap refleksi siklus sebelumnya. Hasil refleksi tersebut sebagai dasar pelaksanaan siklus berikutnya. 58

73 Penelitian ini mengadopsi Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Mc Taggart seperti yang ada di Gambar 3 berikut ini: Siklus I Perencanaan Peneliti bersama guru berkoordinasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menyiapkan RPPH dan kegiatan show and tell. Menyiapkan instrumen observasi. Menata lingkungan belajar. Tindakan dan Observasi Guru memberikan apersepsi sesuai tema, kemudian memberi pengarahan terkait metode show and tell. Memperkenalkan metode show and tell dengan melakukan contoh sederhana. Guru membimbing dan memotivasi anak melakukan metode show and tell. Peneliti mengamati dan mencatat perkembangan keterampilan berbicara sesuai instrumen yang telah Gambar 3 Model Penelitian Tindakan Kelas Siklus I direncanakan. Pada penelitian tindakan kelas, jika Siklus I belum berhasil, maka peneliti akan melakukan tindakan Siklus II. Tahapan pada Siklus II sama dengan tahapan Refleksi yang dilakukan dengan Siklus I, Peneliti hanya dalam bersama Siklus guru melakukan II peneliti penilaian terlebih dahulu dan evaluasi sesuai hasil pengamatan dan pencatatan serta mendiskusikan untuk keputusan bersama. mencari solusi untuk memperbaiki kekurangan yang dilakukan pada Siklus I. Mengambil keputusan bersama dan melakukan evaluasi terhadap keterampilan berbicara anak. E. Rencana Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus yang terdiri dari tiga langkah seperti model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Pada setiap siklus dilakukan selama satu tema. Kegiatan pembelajaran pada setiap siklus menggunakan metode show and tell untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Anak menggunakan benda- 59

74 benda pribadi, benda-benda yang disiapkan guru, makanan, foto, gambar, ataupun hasil karya anak sendiri sebagai media show and tell. Pada akhir tindakan dilakukan kegiatan evaluasi dan diskusi untuk mengetahui efektivitas pembelajaran, tingkat keberhasilan hasil belajar siswa, dan berbagai kesulitan atau kendala yang ditemui. Hasil evaluasi pelaksanaan metode show and tell tersebut akan mendasari penentuan kegiatan belajar pada siklus berikutnya. Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Rencana Pratindakan Pada tahap ini anak belum melakukan pembelajaran yang menggunakan metode show and tell. Tahap ini merupakan prasiklus yang berupa tahapan pratindakan untuk mengetahui sejauh mana keterampilan anak dalam berbicara. Anak hanya melakukan kegiatan pembelajaran seperti sebelumnya yaitu pembelajaran yang diberikan oleh guru untuk mengetahui tingkat keterampilan anak dalam berbicara. 2. Tindakan a. Perencanaan Perencanaan dilakukan oleh peneliti dengan koordinasi bersama guru mengenai pembelajaran yang akan digunakan. Adapun yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini yaitu sebagai berikut: 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. 2) Menyiapkan RPPH. 3) Menentukan bentuk metode show and tell yang dipilih. 60

75 4) Menetapkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita melalui metode show and tell. 5) Menata lingkungan belajar. 6) Menyediakan instrumen pengamatan pembelajaran. b. Tindakan dan Observasi Pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui metode show and tell diawali dengan guru memberikan pengarahan kepada anak cara melakukan metode show and tell. Pada pelaksanaan anak-anak diperkenalkan kegiatan bercerita dengan menunjukkan suatu benda yang diceritakan atau bercerita melalui metode show and tell. Guru memberikan contoh terlebih dahulu kemudian anak diminta melakukan hal yang serupa. Guru membimbing dan memotivasi anak pada saat kegiatan sedang berlangsung. Pada saat pelaksanaan metode show and tell berlangsung, peneliti mengamati dan mencatat perkembangan keterampilan berbicara anak sesuai instrumen yang telah direncanakan. Peneliti juga mencatat hal-hal yang menarik pada anak maupun kegiatan pembelajaran. c. Refleksi Peneliti bersama guru melakukan penilaian dan evaluasi sesuai hasil pengamatan. Kemudian peneliti bersama guru berdiskusi untuk mendapatkan keputusan bersama dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak. Apabila peneliti merasa belum mendapatkan hasil yang optimal pada keterampilan berbicara anak maka pelaksanaan metode show and tell akan lebih ditingkatkan melalui Siklus II agar mencapai indikator keberhasilan. 61

76 F. Metode Pengumpulan Data Suharsimi Arikunto (2005: 100) menyatakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Selain itu, jenis-jenis metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian adalah kuesioner (questionnaire), wawancara (interview), observasi (observation), dokumentasi, ujian atau tes (hasil), dan lain-lain. Berdasarkan penjelasan di atas, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi dan dokumentasi. 1. Observasi Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi nonpartisipatif. Peneliti mengamati proses pembelajaran melalui metode show and tell. Selain itu, observasi pada penelitian ini bukan hanya dilakukan oleh peneliti namun juga oleh salah satu guru dan seorang mahasiswa Program Studi PGPAUD dengan menggunakan lembar instrumen yang sama dengan peneliti. Instrumen tersebut berisi aspek-aspek keterampilan berbicara yang akan diobservasi. Teknik pengumpulan data yang dimaksud di atas disebut dengan triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti peneliti mendapatkan data dari sumber yang berbedabeda dengan teknik yang sama. 2. Dokumentasi Sugiyono (2013: 240) memaparkan bahwa dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, gambar hidup, rekaman suara, atau karya-karya monumental dari seseorang. Penelitian ini 62

77 menggunakan dokumentasi rekaman suara dan video pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dokumentasi ini dilakukan untuk memberikan gambaran secara nyata tentang kegiatan anak dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada saat proses pembelajaran serta untuk memperkuat data yang telah diperoleh. Dokumentasi berupa rekaman suara dan video tersebut mempermudah peneliti dalam melakukan penilaian terhadap keterampilan berbicara anak saat tindakan show and tell dilakukan karena rekaman suara dan video tersebut dapat diulang-ulang. Berdasarkan uraian di atas, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan dokumentasi. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah observasi nonpartisipatif di mana peneliti hanya mengamati proses pembelajaran dengan metode show and tell dan mengisi instrumen observasi yang telah disiapkan. Dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini berupa rekaman suara dan video. G. Instrumen Penelitian Suharsimi Arikunto (2005: 101) menyatakan bahwa instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan penelitiannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah. Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data berupa lembar pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atau observation schedule). Lembar pengamatan merupakan daftar serangkaian kegiatan yang ada dalam penelitian dan sebagai objek yang akan diamati seorang peneliti. Lembar 63

78 pengamatan mencakup beberapa aspek yang menjadi sorotan peneliti untuk diamati secara mendalam guna mengetahui keberhasilan peneliti. Jadi, dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar pengamatan untuk mengetahui keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun melalui metode show and tell. Kisikisi observasi keterampilan berbicara dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Berbicara Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor Keterampilan Nonkebahasaan Keberanian Anak berani melakukan Berbicara show and tell sendiri tanpa disuruh Kelancaran Anak dapat berbicara lancar dan runtut dengan bahasa yang dapat dipahami Ekspresi atau Anak dapat menunjukkan Gerak-gerik Tubuh ekspresi dan gerak tubuh sesuai topik yang dibicarakan Kebahasaan Pengucapan Anak dapat mengucapkan setiap kata dengan tepat, jelas, dan lantang Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Anak dapat menggunakan banyak variasi kata sesuai makna yang akan disampaikan Anak dapat membentuk kalimat dengan pola urutan kata yang lengkap Adapun rubrik penilaian keterampilan anak dalam mengucapkan kata menjadi kalimat sederhana dapat dilihat Tabel 11 pada Lampiran 1 pada halaman 136. Wina Sanjaya (2009: 93) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan checklist atau daftar cek adalah pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang akan diobservasi, sehingga observer tinggal memberi tanda cek ( ) tentang aspek yang diobservasi. Observer memberikan checklist pada tiap-tiap 64

79 aspek sesuai dengan pengamatan. Pemberian checklist dilakukan terhadap anak pada saat anak mengucapkan kata-kata dalam sebuah kalimat. Berdasarkan rubrik penilaian keterampilan berbicara, maka dapat digunakan instrumen observasi berupa checklist yang dapat dilihat pada Tabel 12 pada Lampiran 1 pada halaman 139. H. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian tindakan kelas bertujuan untuk membuktikan tentang ada atau tidaknya perbaikan yang dihasilkan setelah dilakukan penelitian tindakan. Dengan adanya analisis data, maka dapat diketahui seberapa besar mengenai peningkatan kualitas pembelajaran. Pengolahan data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Penelitian ini digambarkan dalam dua bentuk yaitu dengan menggunakan perhitungan dan dijelaskan dalam bentuk teks. Untuk mengetahui persentase kemampuan anak dalam berbicara, maka tingkat keberhasilan dari penelitian ini menggunakan rumus rata-rata (mean). Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut: NP= R/SM x 100% Keterangan: NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap 65

80 Keberhasilan penelitian tindakan kelas ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan. Adapun keberhasilan akan terlihat apabila hasil kegiatan anak dalam berbicara mengalami peningkatan. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah 70% dari jumlah anak mendapatkan nilai dengan kriteria baik. Adapun data tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam empat tingkatan kriteria (Suharsimi Arikunto, 2010: 192) yang dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Kesesuaian Kriteria Penilaian No Persentase % Kriteria Penilaian % Baik % Cukup % Kurang % Tidak Baik I. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampilan berbicara melalui metode show and tell. Peningkatan keterampilan dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase setiap aspek keterampilan yang dikembangkan, yaitu apabila 70% dari jumlah anak mencapai indikator dalam persentase baik (76%-100%). 66

81 A. Hasil Penelitan 1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Lokasi Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di TK ABA VII Purwosari yang terletak di Dusun Karangtengah, Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. TK ABA VII Purwosari terletak di tengah desa, sebelah selatan berbatasan dengan kebun warga, sebelah utara berbatasan dengan sawah, sementara sebelah barat berbatasan dengan SD Giricahyo, dan sebelah timur berbatasan dengan rumah warga. Semua anak yang bersekolah di TK ini adalah anak-anak yang tinggal di wilayah Giricahyo. Letak sekolah ini sangat strategis walaupun berada di wilayah pedesaan, namun halaman sekolah luas dan banyak pohon sehingga udara di lingkungan sekolah terasa sejuk. Kondisi tersebut menyebabkan anak lebih bebas dalam bergerak. Sementara itu, letak sekolah tidak dilalui jalan raya sehingga tidak banyak kendaraan yang lalu lalang di jalan depan sekolah. Kondisi tersebut sangat menguntungkan bagi keamanan anak ketika bermain ke luar halaman sekolah dan mendukung pembelajaran yang kondusif karena suasana yang tidak ramai. Suasana lingkungan sekolah yang kondusif juga menguntungkan peneliti dalam melaksanakan tindakan di luar kelas. b. Sarana Prasarana TK ABA VII Purwosari memiliki satu kelas yang digunakan bersama-sama untuk pembelajaran anak usia 4-5 tahun dan anak usia 5-6 tahun dengan diampu 3 67

82 guru kelas. Ruang kelas tersebut memiliki luas 6m x 4m. TK ABA VII Purwosari juga memiliki satu ruang kepala sekolah yang menjadi satu dengan ruang guru, satu gudang untuk menyimpan Alat Permainan Edukatif (APE) outdoor, dan dua kamar mandi. Adapun fasilitas yang terdapat di ruang kelas yaitu meja kursi untuk peserta didik yang diatur berdasar kelompok, meja dan kursi guru, papan tulis, lemari, loker, Alat Permainan Edukatif (APE) indoor seperti balok, miniatur alat musik, puzzle, dan sebagainya. Alat Permainan Edukatif (APE) outdoor terdiri dari perosotan, ayunan, kapal-kapalan, dan jungkat-jungkit. c. Data Tenaga Pengajar Tenaga pengajar di TK ABA VII Purwosari terdiri dari tiga guru dalam satu kelas dan satu kepala sekolah. Satu di antara tiga guru tersebut adalah PNS sedangakan dua guru lainnya adalah GTY (Guru Tetap Yayasan). Sementara itu, Kepala TK ABA VII Purwosari berstatus sebagai GTY. Latar belakang pendidikan ketiga guru kelas tersebut antara lain S2 Program Studi Psikologi, D2 Program Studi PGSD, dan SMA. Sementara itu, latar belakang pendidikan Kepala TK ABA VII Purwosari adalah S1 Program Studi PGSD. 68

83 Data tenaga pengajar di TK ABA VII Purwosari dapat dilihat secara lebih rinci pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Data Tenaga Pengajar di TK ABA VII Purwosari No Nama TTL Jabatan Mulai Pangkat Bekerja Terakhir 1. Amin Wahyuti, S.Pd.SD Gunungkidul/ Kepala TK Siti Murwaningsih, M.Psi. Gunungkidul/ Guru Penata Muda Tkt.I/ IIIb 3. Sarjinem, A.Ma.Pd.SD Gunungkidul/ Guru Sinta Defi Ipmawati Gunungkidul/ Guru d. Deskripsi Subjek Penelitian TK ABA VII Purwosari memiliki 22 siswa yang terdiri dari 12 anak usia 4-5 tahun dan 10 anak usia 5-6 tahun yang berada dalam satu kelas dengan pembelajaran yang sama. Sementara itu, subjek pada penelitian ini adalah siswa TK ABA VII Purwosari yang berusia 5-6 tahun yang berjumlah 10 siswa, terdiri dari 3 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. 2. Deskripsi Sebelum Tindakan a. Proses Pembelajaran Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di TK ABA VII Purwosari. Pengamatan dilakukan pada hari Kamis tanggal 9 Februari Pengamatan awal dilakukan sejak anak masuk kelas sekitar pukul WIB. 69

84 Kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada saat pengamatan awal adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal Kegiatan awal berlangsung selama 30 menit pertama yaitu mulai pukul WIB. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa, menyanyikan lagu-lagu, dan melakukan tepuk-tepuk penyemangat. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi, yang diawali dengan tanya jawab antara guru dan anak mengenai macam-macam kendaraan yang diketahui anak. Pada saat awal pembelajaran berlangsung, satu guru menjadi guru utama dan dua guru lainnya menjadi guru pendamping. Selanjutnya anak-anak diajak ke luar kelas untuk mengamati sepeda dan sepeda motor yang ada di parkiran sekolah oleh salah satu guru pendamping. Kemudian guru tersebut menunjukkan satu per satu bagian sepeda dan sepeda motor kepada anak-anak. Setelah itu anak masuk kelas kembali. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti berlangsung selema 60 menit dari pukul WIB. Kegiatan inti dimulai ketika anak masuk kelas kembali setelah mengamati sepeda dan sepeda motor di luar kelas. Kegiatan pertama yang dilakukan anak-anak setelah masuk kelas adalah menyebutkan perbedaaan antara sepeda dan sepeda motor. Kemudian guru utama menulis bagian-bagian yang disebutkan anak pada papan tulis dengan sebuah tabel dua kolom berisikan bagian-bagian sepeda dan sepeda motor. Lalu anak diminta untuk menyalin tulisan guru yang ada di papan tulis pada buku tulis masing-masing. 70

85 Kegiatan kedua adalah memberi nama pada gambar kendaraan darat yang ada pada majalah anak. Kemudian kegiatan yang ketiga adalah mewarnai gambar sepeda. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, kedua guru pendamping mendampingi anak dalam melaksanakan kegiatan sedangkan guru utama memberi penjelasan di depan kelas terkait kegiatan yang akan dilaksanakan. Setelah penjelasan yang dilakukan guru utama dirasa sudah dapat dipahami oleh anak, guru utama juga turut mendampingi anak serta memotivasi anak supaya dapat menyelesaikan tugasnya melalui tanya jawab langsung antara guru dan anak. Masing-masing kegiatan dilakukan secara bergilir oleh masing-masing kelompok. Kelompok Apel menulis perbedaan sepeda dan sepeda motor, Kelompok Nanas memberi nama kendaraan darat pada majalah, dan Kelompok Anggur mewarnai gambar sepeda. Ketika sudah selesai melakukan satu kegiatan, baru kelompok yang sudah selesai tersebut melakukan kegiatan selanjutnya. 3) Kegiatan Akhir Kegiatan pada akhir pembelajaran diisi dengan evaluasi, yaitu tanya jawab terkait kegiatan yang sudah dilaksanakan pada hari itu. Kemudian setelah evaluasi selesai, kegiatan ditutup dengan membaca doa sebelum pulang dan menyanyikan lagu Sayonara. b. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan Hasil observasi awal terhadap keterampilan berbicara anak yang diperoleh saat pengamatan pada kegiatan apersepsi dan evaluasi pembelajaran menunjukkan hasil sebagai berikut. 71

86 Tabel 4. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan No Nama Anak Total Persentase Kriteria Skor (%) 1 Lst 18 75% Cukup 2 Ypi 14 58,33% Cukup 3 Bgs 14 58,33% Cukup 4 And 18 75% Cukup 5 Rva 19 79,17% Baik 6 Rvi 19 79,17% Baik 7 Yni 10 20,83% Tidak Baik 8 Ain 12 50% Cukup 9 Vta 15 62,5% Cukup 10 Zhr 16 66,67% Cukup Berdasarkan Tabel 4 di atas diperoleh data bahwa keterampilan berbicara anak yang menunjukkan kriteria baik sebanyak dua anak ditunjukkan dari hasil persentase dua anak tersebut sudah mencapai 79,17%. Pada saat observasi berlangsung, kedua anak telah memiliki keberanian yang baik ditunjukkan ketika keduanya sudah berani untuk mengungkapkan gagasan mereka ketika pembelajaran berlangsung. Sementara itu, kedua anak sudah mampu berbicara dengan pengucapan yang tepat dan jelas, kosakata yang banyak, dan berbicara dengan kalimat yang dapat dipahami. Hal tersebut ditunjukkan ketika salah satu anak mengatakan: Bagian sepeda motor ada roda, knalpot, stang, jok saat guru menanyakan apa saja bagian dari sepeda motor. (Rvi 0, lampiran halaman 141) Kemudian anak yang masuk pada kriteria cukup sebanyak tujuh anak. Dari ketujuh anak tersebut sebanyak empat anak berani berbicara setelah ditanya langsung oleh guru, empat anak menjawab pertanyaan guru dengan lancar, dan tiga masih perlu waktu berpikir dalam menjawab pertanyaan guru. Kemudian enam anak berbicara dengan pengucapan kata yang tepat dan jelas dan satu anak 72

87 belum jelas dalam mengucapkan kata. Sementara itu, dua anak mampu berbicara dengan kalimat yang dapat dipahami, misalnya saat anak menjawab: Ada roda, knalpot, stang, jok. (Vta 0, lampiran halaman 142) Lima anak berbicara dengan beberapa kata saja, contohnya saat anak menjawab: Spion, knalpot, roda. (Zhr 0, lampiran halaman 142) Keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria tidak baik sebanyak satu anak. Anak tersebut diam saja saat pembelajaran berlangsung tanpa menunjukkan keinginan untuk menjawab pertanyaan dari guru. Anak hanya menjawab dengan satu kata dengan suara lirih saat ditanya langsung oleh guru. Anak hanya menjawab dengan satu kata berikut saat ditanya bagian-bagian motor: Roda (Yni 0, lampiran halaman 141) Apabila dibuat persentase rekapitulasi keterampilan berbicara berdasarkan data di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan No Kriteria Jumlah Anak Persentase (%) 1. aik 2 20% 2. ukup 7 70% 3. urang 0 0% 4. dak Baik 1 10% Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat keterampilan berbicara anak sebelum tindakan yang memiliki kriteria cukup sebanyak dua anak dengan persentase 20%. Sementara itu, anak yang memiliki kriteria cukup sebanyak tujuh anak dengan persentase 70% dan jumlah anak yang mempunyai kriteria tidak baik sebanyak satu anak dengan persentase 10%. Selain itu tidak ada yang mencapai kriteria kurang sehingga persentase kriteria kurang sebesar 0%. 73

88 Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru, kurangnya keterampilan berbicara yang dimiliki oleh anak disebabkan oleh beberapa hal. Guru belum memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk bercerita atau mengungkapkan pemikiran dan perasaannya ketika pembelajaran di dalam kelas. Hal itu ditunjukkan dari kurang meratanya kesempatan anak untuk berpartispasi aktif melalui interaksi lisan dengan guru yang disebabkan jumlah siswa yang terlalu banyak dalam kelas. Selain itu, metode pembelajaran yang dipilih guru juga berpengaruh terhadap keterampilan berbicara anak. Metode yang biasa dilaksanakan oleh guru TK ABA VII Purwosari saat pembelajaran di kelas adalah metode tanya jawab dan pemberian tugas. Metode tanya jawab dilakukan guru pada saat pembukaan dan apersepsi saja. Pada pembelajaran inti lebih dominan menggunakan metode pemberian tugas individual sehingga kurang adanya komunikasi lisan antara anak dan guru ataupun antaranak. Sementara pada akhir pembelajaran, recall atau evaluasi pembelajaran seringkali dilupakan karena kehabisan waktu akibat waktu istirahat yang terlalu lama. Metode pemberian tugas biasanya berupa lembar kerja anak (LKA) yang lebih menitikberatkan pada aspek perkembangan kognitif dan motorik berupa kegiatan menggunting, mencocok, menganyam, dan sebagainya. Setelah mendapat LKA, anak-anak cenderung diam dan fokus mengerjakan tugasnya masing-masing sehingga seringnya penggunaan metode ini kurang memberi kesempatan anak untuk menyampaikan suatu pendapat atau ide gagasan yang dimilikinya melalui interaksi berbicara dengan teman maupun guru. 74

89 Berdasarkan data di atas, peneliti bersama guru kelas menemukan beberapa permasalahan yang kemudian dijadikan oleh peneliti sebagai bahan refleksi untuk menentukan perencanaan dalam pembelajaran pada Siklus I. Beberapa permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut: a. Kurang meratanya kesempatan anak untuk berpartisipasi aktif melalui interaksi lisan terhadap guru disebabkan jumlah siswa yang terlalu banyak. Apalagi metode tanya jawab sebagai salah satu metode yang dapat menstimulasi keterampilan berbicara anak hanya dilakukan pada saat awal pembelajaran saja. b. Penerapan metode pemberian tugas individual pada setiap kegiatan inti menyebabkan anak selalu fokus pada tugasnya masing-masing dan mengurangi interaksi lisan antaranak ataupun dengan guru. Hasil refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru TK ABA VII Purwosari untuk bersama-sama merancang tindakan pada pembelajaran Siklus I. Kesepakatan yang dihasilkan antara peneliti dan guru yakni meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode show and tell. 3. Tindakan Penelitian a. Tindakan Siklus I Berdasarkan hasil observasi sebelum tindakan menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari masih perlu distimulasi. Tujuan distimulasinya keterampilan berbicara bagi anak supaya anak dapat terampil mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya terhadap 75

90 orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, keterampilan berbicara sangat penting sebagai sarana komunikasi anak dengan lingkungannya. Pada refleksi terhadap hasil observasi sebelum tindakan, guru dan peneliti berdiskusi untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang muncul terkait keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari. Hasil refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru untuk bersama-sama merancang tindakan pada pembelajaran Siklus I. Kesepakatan yang dihasilkan antara peneliti dan guru yakni meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode show and tell. Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan yaitu pada tanggal 13 Februari 2017, 16 Februari 2017, 18 Februari 2017, 20 Februari 2017, 22 Februari 2017, dan 25 Februari 2017 dengan tema kendaraan. Setiap pertemuan anak akan melakukan show and tell. Show and tell pada Siklus I menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan tema kendaraan yaitu sepeda motor, mobil, bus, kereta api, kapal laut, dan pesawat. Setiap anak akan melakukan show and tell secara bergiliran sesuai giliran kelompoknya. Pelaksanaan metode show and tell yang dilakukan secara berselang-seling terjadi karena beberapa alasan. Alasan pertama ialah memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan variasi metode pembelajaran saat mengajar. Adanya variasi pembelajaran juga bertujuan untuk menghindari rasa bosan anak terhadap pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Selain variasi metode pembelajaran, pelaksanaan metode show and tell yang berselang-seling terjadi karena ada beberapa aspek perkembangan lain bagi anak yang harus distimulasi juga. 76

91 1) Perencanaan Pada tahap perencanaan, hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu memutuskan metode show and tell sebagai cara yang akan digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. b) Menyiapkan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian) bersama guru tentang materi yang akan disampaikan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. RPPH digunakan oleh guru sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan pada Siklus I dengan memasukkan metode show and tell sebagai variasi metode pembelajaran. c) Menentukan bentuk metode show and tell yang dipilih yaitu menentukan bentuk media apa yang dipilih dalam pelaksanaan metode show and tell pada Siklus I. Pemilihan media memerhatikan tema yang sedang berlaku. Akhirnya media yang terpilih adalah media foto yang berkaitan dengan tema dan dicetak dengan kertas HVS. d) Menetapkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita melalui metode show and tell. Hal ini termasuk menyiapkan gambar-gambar foto yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode show and tell (foto sepeda motor, mobil, bus, kereta api, kapal laut, pesawat terbang). e) Menata lingkungan belajar, yaitu secara kelompok dan di luar kelas. Hal itu disebabkan karena jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas dengan kegiatan masing-masing kelompok yang berbeda menyebabkan peneliti dan guru 77

92 memutuskan untuk melaksanakan metode show and tell di luar kelas supaya anak lebih fokus. f) Menyediakan instrumen pengamatan pembelajaran yang akan digunakan untuk memperoleh data selama penelitian berlangsung. 2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pada pelaksanaan penelitian tindakan Siklus I, peneliti berkolaborasi dengan guru. Terdapat tiga observer yang terdiri dari peneliti, guru kelas, dan mahasiswa Program Studi PGPAUD. Tugas ketiga observer adalah mengamati dan menilai anak yang sedang melakukan show and tell. Sepuluh anak yang masuk dalam usia 5-6 tahun dinilai oleh tiga observer tersebut saat anak melakukan show and tell. Hasil pengamatan dari ketiga obsever kemudian dikomparasikan menjadi satu hasil dalam bentuk rata-rata nilai anak dalam setiap pertemuannya. Sementara itu, tugas guru utama yakni melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang disusun bersama peneliti. Selama pelaksanaan tindakan Siklus I, guru utama bekerjasama dengan guru pendamping untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Berikut deskripsi proses pelaksanaan tindakan Siklus I. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa, menyanyikan lagu-lagu, dan melakukan tepuk-tepuk penyemangat yang dipandu oleh guru utama, sedangkan dua guru lain menjadi guru pendamping. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi yang diawali dengan tanya jawab antara guru dan anak mengenai macam-macam kendaraan yang diketahui anak. Setiap awal pertemuan terjadi tanya jawab dan diskusi antara anak dan guru mengenai ciri-ciri kendaraan yang 78

93 menjadi tema hari itu. Setelah kegiatan awal berlangsung, dilanjutkan dengan kegiatan inti. Kegiatan inti selama enam pertemuan pada tindakan Siklus I tersebut secara lebih rinci adalah sebagai berikut: a) Pertemuan Pertama Pertemuan Pertama Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 13 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema sepeda motor. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain anak mendengarkan demonstrasi metode show and tell, anak menceritakan pengalaman naik sepeda motor dengan metode show and tell, dan menulis perlengkapan naik sepeda motor. Pada pertemuan ini seluruh anak mengikuti seluruh kegiatan secara klasikal dengan urutan yang sama. Seluruh anak mendengarkan demonstrasi guru utama terkait tata cara melakukan metode show and tell serta memerhatikan guru utama dalam memberikan contoh bercerita dengan metode show and tell. Anak ditunjukkan foto dua jenis sepeda motor yaitu motor sport dan motor matic oleh guru. Kemudian guru bercerita menggunakan kedua gambar tersebut dengan metode show and tell sebagai contoh bagi anak. Setelah demonstrasi selesai, barulah guru utama menawarkan kepada anak untuk mencoba bercerita di depan kelas dengan metode show and tell. Anak diarahkan memilih salah satu dari dua foto tersebut untuk dipakai show and tell. Ketika anak mulai melakukan show and tell, peneliti bersama guru kelas yang telah ditunjuk sebagai observer dan satu mahasiswa Program Studi PGPAUD telah siap menilai anak yang bercerita dengan metode show and tell. 79

94 Anak melakukan show and tell dengan menceritakan segala hal yang diketahui terkait sepeda motor baik pada foto yang ditunjukkan atau sepeda motor yang dimiliki. Selain itu, anak juga menceritakan pengalamannya menaiki sepeda motor. Setelah semua anak selesai bercerita tentang pengalamannya terkait sepeda motor, barulah mereka melaksanakan kegiatan ketiga yaitu menulis macammacam perlengkapan yang diperlukan saat mengendarai sepeda motor. Pada pertemuan ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah. Sembilan anak yang masuk sekolah, dua di antaranya sudah menunjukkan keberanian saat bercerita melalui metode show and tell, yaitu Rva dan Rvi. Hal tersebut ditunjukkan ketika Rva dan Rvi berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh guru terlebih dahulu. Bahkan kedua anak ini menawarkan dirinya sendiri untuk bercerita di depan teman-temannya. Sementara itu, pada pertemuan pertama Siklus I ini Lst sudah mampu mengungkapkan gagasannya secara lancar. Contohnya ketika seorang anak mengatakan dengan lancar: Selamat pagi teman-teman. Aku punya gambar motor. Aku ke Pantai Parangtritis sama Ayah naik motor. (Lst 1, lampiran halaman 144) b) Pertemuan Kedua Pertemuan Kedua Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema mobil. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain anak menceritakan pengalaman naik mobil dengan metode show and tell, menghitung jumlah gambar mobil, dan mencocok gambar mobil. Pada pertemuan ini anak-anak yang telah terbagi dalam tiga kelompok melakukan masing-masing kegiatan secara bergiliran. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu bercerita tentang 80

95 pengalamannya naik mobil dengan metode show and tell, Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 2 yaitu menghitung jumlah gambar mobil, dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu mencocok gambar mobil. Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan kemudian mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan dua kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto mobil berwarna merah. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka naik mobil dan menceritakan foto mobil yang mereka tunjukkan sedangkan anak-anak lain dalam satu kelompok mendengarkan. Pada pertemuan ini anak yang berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh guru terlebih dahulu masih Rva dan Rvi. Rvi juga sudah mampu bercerita dengan lancar dan runtut. Contohnya saat seorang anak mengatakan: Hai teman-teman. Aku punya gambar mobil. Aku naik mobil ke pantai. Aku main masak-masakan, berenang, terus aku pulang. (Rvi 2, lampiran halaman 146) Sementara itu, Vta dan Zhr sudah mampu berbicara dengan pengucapan yang jelas, tepat, serta lantang pada pertemuan kedua Siklus I ini. c) Pertemuan Ketiga Pertemuan Ketiga Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema bus. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain membuat bentuk geometri 81

96 dari kertas yang kemudian ditempel pada bagian-bagian gambar bus, menggambar bus, dan menceritakan pengalaman naik bus dengan metode show and tell. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu membuat bentuk geometri dari kertas yang kemudian ditempel pada bagian-bagian gambar bus, Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 2 yaitu menggambar bus, dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu menceritakan pengalaman naik bus dengan metode show and tell. Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan, mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto bus berwarna biru kombinasi putih. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka naik bus dan menceritakan foto bus yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini anak yang berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh meningkat menjadi tiga anak yaitu Rva, Rvi, dan Lst. Rva dan Rvi juga sudah mampu berbicara dengan banyak variasi kata sesuai gagasan yang mereka sampaikan. Misalnya, saat salah satu anak mengatakan: Halo teman-teman. Aku punya bis. Aku naik bis ke candi, ke pantai, ke kolam renang. Aku numpak bis karo mbahku. Aku difoto karo tukang foto. Aku beli baju. Baju dua baru. (Zhr 3, lampiran halaman 149) Sementara itu, Rvi dan Zhr sudah berbicara dengan pengucapan yang jelas, tepat, serta lantang pada pertemuan ini. 82

97 d) Pertemuan Keempat Pertemuan Keempat Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 20 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema kereta api. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain membuat kereta api dari balok, mewarnai gambar kereta api, dan bercerita tentang kereta api dengan metode show and tell. Kegiatan 1 yaitu membuat kereta api dari balok yang dilakukan secara berkompetisi antarkelompok. Setelah kompetisi selesai, barulah Kelompok Apel dan Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu mewarnai gambar kereta api. Sementara itu, Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 3 yaitu bercerita tentang kereta api dengan metode show and tell, dan seterusnya berigilir antarkelompok. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan mewarnai gambar kereta api. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto kereta api di atas rel. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka melihat kereta dan menceritakan foto kereta yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini anak yang melakukan show and tell setelah disuruh guru hanya tinggal satu anak yaitu Ypi. Kesembilan anak lainnya sudah berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh oleh guru terlebih dahulu. Rva dan Rvi masih tetap bercerita dengan menggunakan banyak variasi kata untuk mengungkapkan gagasan mereka. 83

98 Hal tersebut ditunjukkan saat seorang anak mengatakan: Selamat pagi anak-anak. Ini ada gambar kereta api. Aku pernah melihat di Klaten. Terus aku pernah duduk di kereta. Dan aku lari-lari. Aku bersama Rvi, Ayah, Ibu. Setelah itu aku di Klaten. Aku naik kereta ngantuk. Lalu ban keretanya bocor. Dan aku membantu. Aku naik kereta api. Aku pergi agak jauh banget untuk beli hadiah. (Rva 4, lampiran halaman 152) Sementara itu, anak yang berbicara dengan pengucapan jelas, tepat, dan lantang meningkat menjadi empat anak yaitu Rva, Rvi, Lst, dan Adn. e) Pertemuan Kelima Pertemuan Kelima Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema kapal laut. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain melipat kertas menjadi kapal laut, bercerita tentang kapal laut dengan metode show and tell, dan menulis hal-hal yang berkaitan dengan kapal laut. Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 1 yaitu melipat kertas menjadi kapal laut, Kelompok Apel melakukan Kegiatan 2 yaitu bercerita tentang kapal laut dengan metode show and tell, dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu menulis hal-hal yang berkaitan dengan kapal laut. Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan, mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto kapal laut yang berada di tengah lautan. Kemudian anak bercerita 84

99 tentang pengalaman mereka melihat kapal laut dan menceritakan foto kapal laut yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak sudah berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh oleh guru terlebih dahulu. Anak yang berbicara dengan banyak variasi kata dalam mengungkapkan gagasannya meningkat menjadi 3 anak yaitu Rva, Rvi, dan Adn. Adn sudah menggunakan banyak variasi kata ditunjukkan dari pernyataannya: Hai teman-teman. Ini gambar kapal. Ini ada kapalnya, tempat duduknya dan ada pintunya ada kursinya. Mesinnya namanya diesel. Dan kapalnya berjalan di atas air. Ada pintunya. Dan ada kamar mandinya. Ada orangnya. (Adn 5, lampiran halaman 154) Sementara itu, anak yang mengucapkan kata dengan jelas, tepat, dan lantang saat berbicara meningkat menjadi lima anak yaitu Lst, Rva, Rvi, Adn, dan Zhr. f) Pertemuan Keenam Pertemuan Keenam Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 dengan tema kendaraan subtema pesawat. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain menggambar pesawat, memberi angka pada huruf-huruf pembentuk kata pesawat, dan bercerita tentang pesawat dengan metode show and tell. Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 1 yaitu menggambar pesawat, Kelompok Apel melakukan Kegiatan 2 yaitu memberi angka pada huruf-huruf pembentuk kata pesawat, dan Kelompok Apel melakukan Kegiatan 3 yaitu bercerita tentang pesawat dengan metode show and tell. Setelah seluruh anak dalam satu kelompok selesai melakukan satu kegiatan, mereka melakukan kegiatan selanjutnya yang belum mereka coba. Peneliti 85

100 bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Sementara dua guru lainnya mendampingi dua kelompok yang tengah melakukan kegiatan selain kegiatan bercerita dengan metode show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto pesawat yang sedang berada di bandara. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka melihat pesawat dan menceritakan foto pesawat yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak sudah berani melakukan show and tell sendiri tanpa disuruh oleh guru. Rva, Rvi, dan Adn sudah mampu bercerita dengan lancar serta isi cerita yang diungkapkan runtut. Contohnya saat anak berbicara: Aku punya gambar pesawat. Pesawatnya warnanya ada putih merah. Terus ada rodanya, ada bahan bakarnya, terus ada tempat duduknya. Terus ada sayapnya. Pesawatnya ada di bandara. Pesawatnya banyak sekali. Di sana ada yang mau terbang, ada yang mau turun. Terus ada orangnya pilot. Terus banyak penumpangnya. (Adn 6, lampiran halaman 157) Sementara itu, terdapat lima anak yang sudah menunjukkan banyak variasi kata yang sesuai dengan makna yang mereka sampaikan. Lalu pada pertemuan ini Rvi sudah mampu mengungkapkan gagasannya melalui kalimat dengan pola yang lengkap. Kegiatan akhir diisi dengan lagu dan tepuk yang dilakukan secara klasikal. Setelah itu anak bersama guru melakukan kegiatan evaluasi. Guru dan anak melakukan tanya jawab mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari tersebut. Kemudian pembelajaran diakhiri dengan doa sebelum pulang serta ditutup dengan salam. 86

101 Proses pembelajaran Siklus I dilakukan sebanyak enam kali pertemuan dan berjalan sesuai rencana peneliti dan guru. Awalnya anak-anak penasaran dengan gambar-gambar yang telah dipersiapkan, ada yang berdiskusi dengan teman sekelompok, ada yang langsung bertanya pada guru, dan ada yang sekedar mengamati tanpa bereaksi apapun. Setelah diberi penjelasan oleh guru mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan, anak-anak cukup bersemangat untuk melakukan show and tell. Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan, pada pertemuan pertama anak masih terlihat bingung dan canggung untuk melakukan show and tell. Namun seiring berjalannya waktu pada pertemuan-pertemuan selanjutnya anak sudah paham dengan kegiatan yang dilakukan sehingga semakin meningkatkan semangat anak untuk melakukan show and tell. Agar anak lebih termotivasi, guru dan anak-anak yang lain memberikan reward sebagai bentuk penguatan kepada anak yang selesai show and tell. Reward pada Siklus I berupa pujian, jempol, dan tepuk tangan. Penguatan berupa reward semakin meningkatkan keinginan anak dalam berbicara karena mendapatkan sebuah pengakuan dari orang sekitarnya. Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak setelah melaksanakan kegiatan show and tell. 87

102 No Hasil observasi pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 6 di berikut ini: Tabel 6. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus I Rata-rata pencapaian aspek keterampilan Nama berbicara anak dari tiga sumber pada setaip Ratarata Anak pertemuan Persentase (%) Kriteria I II III IV V VI 1. Lst 16,67 16,33 18, ,67 21,33 18,55 77,30% Baik 2. Ypi 12,67 13, ,40 64,17% Cukup 3. Bgs ,33 18,67 12,83 53,45% Cukup 4. Adn - 14,67 14,67 19,67 21,67 21,33 18,40 76,67% Baik 5. Rva 16, , ,33 19,83 82,63% Baik 6. Rvi 16,67 19,67 18, ,67 19,95 83,13% Baik 7. Yni ,33 15,01 62,54% Cukup 8. Ain 12 14,67 15,67 16,33 18, ,39 68,29% Cukup 9. Vta 15 15,67 14, ,67 18,67 16,11 67,13% Cukup 10. Zhr ,33 15,67 19,33 20,33 17,93 74,71% Cukup Berdasarkan Tabel 6 di atas diperoleh data bahwa keterampilan berbicara anak dengan kriteria baik sebanyak empat anak. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase rata-rata hasil penilaian keempat anak dalam enam pertemuan pada Siklus I antara lain 77,30%, 76,67%, 82,63%, dan 83,13%. Rata-rata persentase dari keempat anak tersebut adalah 79,93%. Hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara keempat anak tersebut masuk antara kisaran persentase 76%-100% sehingga masuk pada kriteria baik. Sementara itu, anak dengan kriteria cukup sebanyak enam anak. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase rata-rata hasil penilaian keenam anak dalam enam pertemuan pada Siklus I antara lain 64,17%, 53,45%, 62,54%, 68,29%, 67,13%, dan 74,71%. Rata-rata persentase dari keempat anak tersebut adalah 65,04%. Hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara keenam anak tersebut masuk antara kisaran persentase 51%-75% sehingga masuk pada kriteria cukup. 88

103 Persentase rekapitulasi keterampilan berbicara berdasarkan data di atas dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini: Tabel 7. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus I No Kriteria Jumlah Anak Persentase (%) 1. Baik 4 40% 2. Cukup 6 60% 3. Kurang 0 0% 4. Tidak Baik 0 0% Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dilihat keterampilan berbicara anak pada Siklus I yang memiliki kriteria baik sebanyak empat anak dengan persentase 40%. Sementara itu, yang memiliki kriteria cukup sebanyak enam anak dengan persentase 60%. Pada pelaksanaan Siklus I sudah tidak ada keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria kurang dan tidak baik sehingga persentasenya sebesar 0%. Sebagian anak sudah menunjukkan keberaniannya, hal ini ditunjukkan saat beberapa anak mengajukan dirinya untuk melakukan show and tell, bahkan anak berebut untuk lebih dulu melakukan show and tell. Namun ada juga anak masih diminta oleh guru terlebih dahulu baru mau melakukan show and tell. Pada Pertemuan Pertama dan Kedua hanya dua anak saja yang mau melakukan show and tell tanpa disuruh. Pada Pertemuan Ketiga ada tiga anak yang melakukan show and tell tanpa disuruh. Baru pada Pertemuan Keempat ada sembilan anak yang mau melakukan show and tell tanpa disuruh. Setelah itu pada Pertemuan Kelima dan Pertemuan Keenam seluruh anak sudah berani bercerita dengan metode show and tell tanpa disuruh oleh guru. 89

104 Kelancaran berbicara anak masih rendah pada awal pertemuan Siklus I. Hal ini ditunjukkan ketika anak-anak masih terbata-bata dan memerlukan waktu berpikir untuk mengungkapkan gagasannya. Namun pada akhir Siklus I beberapa anak sudah lancar dalam menyampaikan gagasannya. Bahkan ada tiga anak sudah runtut dalam berbicara yaitu Rva, Rvi, dan Adn. Hal itu ditunjukkan salah satunya dengan salah satu ungkapan anak berikut: Hai teman-teman. Aku punya gambar pesawat. Aku naik pesawat bersama Mbak Rva. Di dalam pesawat ada pilot yang bisa menerbangkan pesawat. Aku pernah lihat di Klaten. Pesawatnya besar. Warnanya putih dan merah. Aku bersama Ayahku naik pesawat ke atas awan naik turun. (Adn 6, lampiran halaman 157) Ekspresi atau gerak-gerik tubuh anak yang ditunjukkan ketika berbicara masih rendah pada awal Siklus I. Sebagian besar anak masih berbicara dengan ekspresi suara dan ekspresi muka yang datar dan belum sesuai dengan topik yang dibicarakan. Pada akhir Siklus I mulai meningkat dengan sebagian besar anak dapat berekspresi muka dan suara sesuai dengan topik yang dibicarakan walaupun tubuhnya belum bergerak. Bahkan beberapa anak sudah mampu menunjukkan ekspresi dan gerak tubuh sesuai topik yang dibicarakan. Pengucapan anak ketika berbicara pada Siklus I sudah baik. Sebagian besar anak sudah dapat mengucapkan kata dengan tepat dan jelas meskipun masih dengan suara yang lirih. Pada akhir siklus juga sudah ada lima anak yang dapat mengucapkan setiap kata dengan tepat, jelas, dan lantang. Pengembangan kosakata pada awal Siklus I masih rendah. Semua anak masih perlu pancingan guru dengan pertanyaan stimulatif untuk dapat mengungkapkan kata-kata yang ingin mereka sampaikan. Kemudian pertengahan 90

105 Siklus I sebagian anak sudah mampu menyampaikan kata-kata yang ingin disampaikannya sendiri. Bahkan pada akhir Siklus I beberapa anak mampu menggunakan banyak variasi kata sesuai dengan gagasan yang ingin mereka sampaikan. Hal tersebut ditunjukkan dari cerita yang diungkapkan anak berikut: Aku pernah lihat kereta di Klaten. Aku naik kereta bersama Ayah, Ibu, sama Mbak Rva. Ini kereta api. Aku pulang. Aku menceritakan lagi naik kereta api di rumah Farel. Aku sudah pulang ke rumahku sendiri. (Rvi 4, lampiran halaman 151) Pembentukan kalimat pada Pertemuan Kesatu Siklus I menunjukkan beberapa anak masih menyampaikan gagasannya dengan dua kata setiap berbicara yang berisi subjek dan predikat, subjek dan objek, ataupun subjek dan keterangan. Misalnya anak hanya mengatakan: Motor Mondy atau Aku jalan-jalan. (Ypi 1, lampiran halaman 144/ Vta 2, lampiran halaman 144) Pada pertemuan Kedua Siklus I terdapat tiga anak yang sudah mengungkapkan kalimat dengan pola urutan kata yang terdiri dari subjek dilangkapi predikat dan objek atau subjek dilengkapi predikat dan keterangan. Contohnya pada saat anak mengatakan: Aku di Jakarta membeli mainan. (Lst 2, lampiran halaman 143) Kemudian pada Pertemuan Ketiga Siklus I, anak yang memiliki kemampuan pembentukan kalimat yang serupa meningkat menjadi empat anak. Sementara itu, pada Pertemuan Keempat Siklus I terdapat satu anak yang sudah mampu mengungkapkan kalimat dengan pola urutan kata yang lengkap. Kemudian pada Pertemuan Keenam anak yang sudah mampu mengungkapkan kalimat dengan 91

106 pola urutan kata lengkap meningkat menjadi dua anak. Misalnya saat anak mengungkapkan: Aku naik pesawat sama Kakak, Ayah, dan Ibu ke Parangtritis. (Yni 6, lampiran halaman 157) 3) Refleksi Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti dengan guru pada akhir Siklus I, secara umum keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria baik belum mencapai 70% dari jumlah seluruh siswa yang berusia 5-6 tahun sehingga perlu dilaksanakan tindakan pada Siklus II. Permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut. a) Media gambar yang digunakan pada Siklus I hanya terdiri dari satu objek saja, sehingga anak hanya berbicara dengan singkat karena gambar dengan satu objek kurang membantu dalam menggali ingatan anak terkait gambar yang diceritakan. Selain itu, penggunaan media gambar pada Siklus I yang hanya terdiri dari satu objek membuat anak terbatas dalam menyatakan pendapat, mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pengalaman karena anak harus mengingat-ingat pengalamannya lebih lama untuk diceritakan kepada teman-temannya. b) Pelaksanaan show and tell yang dilakukan satu kelompok serempak di luar ruang kelas menyebabkan beberapa anak tidak mau mendengarkan anak lain yang sedang bercerita. Bahkan beberapa anak malah bermain dengan permainan 92

107 outdoor dan anak yang bercerita menjadi kurang fokus. Sedangkan guru dan peneliti harus fokus kepada anak yang sedang melakukan show and tell dan anak lain yang tidak mau mendengarkan kurang dapat terkondisikan. Proses pembelajaran pada Siklus I masih memiliki beberapa kekurangan, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada Siklus II untuk mencapai hasil yang optimal. Diperlukan beberapa langkah untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan dilakukan pada Siklus II. Berikut langkah-langkah perbaikan yang akan dilaksanakan pada Siklus II: a) Pelaksanaan metode show and tell akan menggunakan media gambar yang di dalamnya terdiri dari beberapa objek gambar bukan hanya satu objek saja. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah anak dalam mengungkapkan gagasan terkait gambar yang ditunjukkannya. Semakin banyak objek yang terdapat dalam gambar maka semakin banyak kata yang akan diungkapkan anak untuk menceritakan objek pada gambar tersebut. b) Pelaksanaan metode show and tell dilakukan dengan kelompok kecil yang hanya terdiri dari dua hingga tiga anak dalam satu kloter pelaksanaan metode. Kemudian anak yang belum mendapat jatah melakukan show and tell tetap berada di dalam kelas sehingga anak lebih fokus dalam melakukan show and tell. b. Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil observasi pada tindakan Siklus I menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal itu disebabkan karena beberapa permasalahan yang muncul saat pelaksanaan tindakan Siklus I. Permasalahan tersebut antara lain media gambar dengan satu 93

108 objek yang digunakan saat show and tell menyebabkan anak berbicara dengan singkat dan pelaksanaan metode show and tell dengan banyak anak menyebabkan anak kurang fokus. Refleksi terhadap hasil observasi tindakan pada Siklus I, guru dan peneliti berdiskusi untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang muncul terkait keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari. Solusi atas permasalahan yang muncul pada Siklus I antara lain menggunakan gambar dengan isi beberapa objek bukan hanya satu objek saja dan pelaksanaan metode show and tell dilakukan dengan kelompok kecil yang terdiri dari dua hingga tiga anak setiap kloternya. Hasil refleksi terhadap proses pembelajaran tersebut menjadi dasar bagi peneliti dan guru untuk bersama-sama merancang tindakan pada Siklus II. Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan yaitu pada tanggal 28 Februari 2017, 2 Maret 2017, 4 Maret 2017, 6 Maret 2017, 9 Maret 2017, dan 11 Maret 2017 dengan tema rekreasi. Setiap pertemuan anak akan melakukan show and tell. Show and tell pada Siklus II menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan tema rekreasi yaitu pasar, pasar malam, pantai, kolam renang, candi, dan kebun binatang. Setiap anak akan melakukan show and tell secara bergilir. 1) Perencanaan Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut: 94

109 a) Menyiapkan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian) bersama guru tentang materi yang akan disampaikan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. RPPH digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyampaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada Siklus II. b) Menetapkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita melalui metode show and tell. Hal ini termasuk menyiapkan gambar-gambar yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode show and tell (foto pasar, pasar malam, pantai, kolam renang, candi, kebun binatang). c) Menata lingkungan belajar yaitu secara kelompok dan di luar kelas. Hal itu disebabkan karena jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas dengan kegiatan masing-masing kelompok yang berbeda menyebabkan peneliti dan guru memutuskan untuk melaksanakan metode show and tell di luar kelas supaya anak lebih fokus. d) Menyediakan instrumen pengamatan pembelajaran yang akan digunakan untuk memperoleh data selama penelitian berlangsung. 2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Penelitian tindakan Siklus II peneliti berkolaborasi dengan guru. Tugas peneliti adalah mengamati dan menilai anak yang sedang melakukan show and tell. Tugas guru yakni melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang disusun bersama peneliti. Berikut deskripsi proses pelaksanaan tindakan Siklus II. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa, menyanyikan lagu-lagu, dan melakukan tepuk-tepuk penyemangat yang dipandu oleh guru utama, sedangkan 95

110 dua guru lain menjadi guru pendamping. Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi yang diawali dengan tanya jawab antara guru dan anak mengenai tempat rekreasi yang menjadi tema hari itu. Kegiatan inti selama enam pertemuan pada tindakan Siklus I tersebut secara lebih rinci adalah sebagai berikut: a) Pertemuan Pertama Pertemuan Pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Februari 2017 dengan tema rekreasi subtema pasar. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain bermain peran menjadi pedagang dan pembeli, mewarnai gambar pasar, dan bercerita tentang pasar dengan metode show and tell. Kelompok Apel melakukan Kegiatan 1 yaitu bermain peran menjadi pedagang dan pembeli yang dipandu oleh satu guru, sedangkan Kelompok Nanas dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu mewarnai gambar pasar. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 1 dan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto pasar yang menunjukkan aktivitas jual beli antara pedagang dan pembeli. Kemudian anak melakukan show and tell dengan menceritakan segala hal yang mereka tahu tentang pasar serta pengalamannya saat pergi ke pasar. 96

111 Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian lima anak sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut sementara lima anak lainnya sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Misalnya ketika seorang anak mengatakan: Aku makan sayur kubis. Aku sudah tumbuh besar. Dan aku sudah masuk ke SD. Aku mau ke pasar membeli mainan bersama Ibuku dan Ayahku. Itulah ceritanya. (Rvi 7, lampiran halaman 160) Lalu dua anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat tujuh anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, ada empat anak yang berbicara dengan banyak variasi kata serta dengan pola urutan kata yang lengkap. Misalnya saat seorang anak mengatakan: Halo teman-teman. Aku punya gambar pasar. Aku ke pasar. Aku beli mainan. Aku dibeliin mainan sama Mama. Aku di pasar lihat sayuran, mainan, pedagang, pembeli. Pasarnya bagus, aku pernah lihat di pasar Karangtengah. Pasarnya rame. Aku beli ikan. Aku masak di rumah. Ada yang jualan kangkung, cabai, tomat, wortel, kubis, brokoli, loncang, kubis. (Zhr 7, lampiran halaman 161) b) Pertemuan Kedua Pertemuan Kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema pasar malam. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain bercerita tentang pasar malam dengan metode show and tell, menggunting gambar wahana-wahana yang ada di pasar malam, dan menjodohkan angka pada jumlah huruf pada wahana di pasar malam. Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 2 yaitu menggunting gambar wahana-wahana yang ada di pasar malam, sedangkan Kelompok Apel dan 97

112 Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 3 yaitu menjodohkan angka pada jumlah huruf pada wahana di pasar malam. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2 dan 3, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto wahana-wahana yang ada di pasar malam dan deretan barang yang dijual di pasar malam. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka ketika pergi ke pasar malam dan menceritakan foto pasar malam yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut meningkat menjadi tujuh anak sementara tiga anak lainnya sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Anak yang sudah berbicara lancar dan runtut misalnya saat seorang anak mengatakan: Hai teman-teman. Aku punya gambar pasar malam. Aku di pasar malem terus naik odong-odong, aku beli baju, beli balon, dan beli sepatu. Terus mainan. Terus aku sama Mama dan Ayah. Dan ada balon terus dan ada jajanan. Aku beli jeruk. Dan terus pulang dan terus mainan. Mainan balon. (Lst 8, lampiran halaman 163) Contoh ungkapan anak yang bercerita dengan isi belum runtut adalah sebagai berikut: Hai teman-teman. Aku pernah ke pasar malem. Di sini ada yang aku kirimkan, ada aku Rvi mama dan papa sekeluarga. Aku beli baju. Baju baru 98

113 ini akan aku kugunakan. Aku lebih menyukai baju-baju ini. Di sana rame ada yang main ikan, odong-odong, dan begitulah ceritanya. (Rva 8, lampiran halaman 164) Lalu lima anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat tujuh anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata meningkat menjadi tujuh anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap menjadi lima anak. Hal tersebut ditunjukkan saat anak mengatakan: Halo teman-teman. Aku punya gambar pasar malam. Aku di pasar malam beli tas, balon, baju, celana sepatu, terus mainan. Aku sampe ke rumah. Aku udah mulai mainan. Terus aku mainan sama kakakku, aku di rumah mainan sama kakak dan adik. Di pasar malam aku naik odong-odong, naik kereta api, naik mobil. Terus aku mainan ke kolam renang. (Zhr 8, lampiran halaman 165) c) Pertemuan Ketiga Pertemuan Ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 4 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema pantai. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain bercerita tentang pantai dengan metode show and tell, mewarnai gambar pantai, dan membuat kolase pantai dengan kertas warna. Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu mewarnai gambar pantai, sedangkan Kelompok Nanas dan Kelompok Apel melakukan Kegiatan 3 yaitu membuat kolase pantai dengan kertas warna. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2 dan 3, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. 99

114 Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media dua foto pantai. Foto pertama memperlihatkan suasana pantai dengan banyak pengunjung dilengkapi gambar payung yang berjejer-jejer. Kemudian foto kedua memperlihatkan gambar pantai pasir putih dengan dua kapal yang berada di tepi pantai. Selanjutnya, anak bercerita tentang pengalaman mereka berlibur ke pantai dan menceritakan foto pantai yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah sedangkan sembilan anak yang masuk sekolah telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut meningkat menjadi delapan anak sementara satu anak lainnya sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Anak yang sudah berbicara dengan runtut dapat ditunjukkan ketika seorang anak mengatakan: Hai teman-teman aku punya gambar pantai. Apa ya kira-kira yang ada di gambar pantai ini. Aku pernah ke Pantai Ngobaran. Aku bersama Rvi. Aku dan Ayahku berenang di laut ini. Aku melihat kapal di pantai. Aku beli makanan disana. Dan aku ganti baju kalau udah basah bajunya. Terus aku beli makanan sama Bapak Ibu. Aku juga pernah ke Pantai Depok. Aku berenang bersama teman-temanku. (Rva 9, lampiran halaman 168) Anak berbicara dengan isi cerita belum runtut ditunjukkan ketika seorang anak mengungkapkan: Hai teman-teman. Aku punya gambar pantai. Aku berenang sama Ayah. Ndelok mercon tahun baru sama Kakak. Aku renang, main pasir, sama 100

115 Mbak Wulan sama Mbak Jela. Aku lari-lari. Aku main bola sama Bapak. Aku lihat kapal, ada payung, ada pasir, ada pohon. (Yni 9, lampiran halaman 167) Lalu enam anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat enam anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata meningkat menjadi sembilan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap menjadi tujuh anak. Hal tersebut dapat ditunjukkan ketika seorang anak mengatakan: Halo teman-teman. Aku punya gambar pantai. Aku naik perahu layar. Aku cari ikan di pantai. Terus aku dapat ikan besar. Terus aku makan di rumah, terus aku goreng ikannya, terus aku makan sama temen-temenku. Terus Mama minta dan aku kasih. Terus di pantai aku main pasir. Sekarang aku udah ke payung. Di payung mainan masak-masakkan. Terus udah. (Zhr 9, lampiran halaman 168) d) Pertemuan Keempat Pertemuan Keempat dilaksanakan pada hari Senin, 6 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema kolam renang. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain melakukan pantomim gerakan renang, menjodohkan benda-benda yang ada di kolam renang, dan bercerita tentang kolam renang dengan metode show and tell. Kelompok Apel, Nanas, dan Anggur melakukan Kegiatan 1 secara bersama-sama yaitu melakukan pantomim gerakan renang, kemudian ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2 yaitu menjodohkan benda-benda yang ada di kolam renang. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. 101

116 Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto kolam renang. Foto kolam renang yang digunakan anak saat melakukan show and tell menggambarkan situasi kolam renang dengan banyak pengunjung yang sedang berenang. Selain itu, pada foto tersebut terdapat banyak wahana permainan yang ada di kolam renang pada umumnya. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka saat berlibur ke kolam renang dan menceritakan foto kolam renang yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut meningkat menjadi sembilan anak sementara satu anak sudah berbicara dengan lancar namun isi cerita anak belum runtut. Anak yang sudah runtut dalam mengungkapkan ceritanya adalah sebagai berikut: Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku sudah pernah disana. Di sana aku sudah pernah menyelam. Terus aku menyelam bersama Mbak Rva. Aku bersama teman-temanku. Aku keluar dari kolam renang terus aku mandi pakai sabun. Aku melihat kawan-kawan berenang dan aku berenang lagi. (Rvi 10, lampiran halaman 170) Contoh ungkapan anak yang belum runtut saat menyampaikan ceritanya, sebagai berikut: Hai teman-teman. Aku punya gambar. Ini ada kolam renangnya, ada prosotan. Yang sini ada orangnya banyak. Aku sama Mas Fajar. Terus ini ada bola buat mainan orang. Bolanya ditendang. Aku berenang ke laut ke 102

117 Parangtritis. Terus aku kesini ke plorotan. Aku basah. (Ain 10, lampiran halaman 170) Lalu sembilan anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat tujuh anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata sebanyak sembilan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap menjadi sembilan anak. Hal tersebut ditunjukkan ketika anak mengatakan: Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku pernah liburan ke kolam renang. Aku lihat prosotan, kacamata renang, pelampung, dan ember buat mandi. Dan disana orangnya banyak berenang. Terus aku merosot. Aku pernah melihat tapi gak berenang. Aku pernah makan di sana tapi gak berenang. Besok-besoknya kesana lagi dan berenang sama Mas Isal dan Mbak Elin. (Adn 10, lampiran halaman 171) e) Pertemuan Kelima Pertemuan Kelima dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema candi. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain membuat miniatur candi dengan balok, membuat kolase gambar candi, dan bercerita tentang candi. Kelompok Nanas, Anggur, dan Apel melakukan Kegiatan 1 secara bersama-sama yaitu membuat miniatur candi dengan balok, kemudian dilanjutkan dengan Kegiatan 2 yaitu membuat kolase gambar candi. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. 103

118 Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto Candi Prambanan. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka saat berlibur ke candi dan menceritakan foto candi yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini ada satu anak yang tidak masuk sekolah sedangkan sembilan anak yang masuk sekolah telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut meningkat menjadi sembilan. Hal tersebut ditunjukkan ketika seorang anak mengatakan: Hai teman-teman aku punya gambar candi. Namanya Candi Prambanan. Candinya berbuat batu. Terus patungnya terbuat dari batu. Patungnya juga terbuat dari batu. Patungnya ada di dalam candi. Aku pernah liburan ke sana. Terus aku foto-foto sama Mbak Evy. Terus di sana aku beli oleh-oleh. Terus aku pulang makan. Aku minum aqua. Aku foto-foto di sana. Aku sama Mbak Evy yang lain sama Ibunya. (Adn 11, lampiran halaman 175) Lalu delapan anak sudah mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Terdapat sembilan anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata sebanyak delapan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap sebanyak tujuh anak. Hal tersebut ditunjukkan saat seorang anak mengatakan: 104

119 Halo teman-teman. Aku punya gambar candi. Aku udah pernah ke candi. Aku lihat pemandangan, lihat candi, lihat patung. Aku di dalam melihat patung-patung. Terus aku di sana naik sepeda motor, renang. Aku ke sana sama Mama, Papa, aku, Kakak. Di candi aku melihat rumput, terus aku naik sepeda motor. Aku pulang ke rumah. (Zhr 11, lampiran halaman 175) f) Pertemuan Keenam Pertemuan Keenam dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Maret 2017 dengan tema rekreasi subtema kebun binatang. Ada tiga kegiatan inti yang dilaksanakan pada hari tersebut. Ketiga kegiatan tersebut antara lain menghitung gambar binatang, bermain maze kebun binatang, dan bercerita tentang kebun binatang dengan metode show and tell. Kelompok Nanas melakukan Kegiatan 1 yaitu menghitung gambar binatang, sedangkan Kelompok Apel dan Kelompok Anggur melakukan Kegiatan 2 yaitu bermain maze kebun binatang. Sementara ketiga kelompok melakukan Kegiatan 1 dan 2, guru utama memanggil beberapa anak antara dua hingga tiga anak untuk melakukan show and tell. Anak yang akan melakukan show and tell dipanggil untuk ke luar kelas. Pelaksanaan show and tell berada di luar kelas dimaksudkan supaya bisa lebih fokus tanpa terganggu anak-anak lain. Peneliti bersama guru dan mahasiswa yang bertindak sebagai observer menilai anak yang melakukan show and tell. Kegiatan show and tell dilakukan dengan menggunakan media foto hewan-hewan yang berada di kebun binatang. Kemudian anak bercerita tentang pengalaman mereka saat berlibur ke kebun binatang dan menceritakan foto hewan di kebun binatang yang mereka tunjukkan. Pada pertemuan ini semua anak telah berani melakukan show and tell tanpa disuruh guru. Kemudian semua anak juga sudah mampu berbicara dengan lancar 105

120 dan runtut, serta menunjukkan ekspresi muka dan suara yang sesuai dengan topik yang diceritakan serta menunjukkan gerak tubuh yang sesuai pula. Hal tersebut ditunjukkan ketika anak mengatakan: Halo teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ada gajah, unta, singa, dan gorilla. Singanya makan daging. Terus ada orang. Dan ada rumput. Terus rumputnya dimakan unta. Dan terus gajahnya mandi. Terus di rumah singa ada pohon dan ada pager. Unta ada pagernya biar gak lepas. Terus ada orang-orang pada mainan. Terus aku naik ayunan. Aku sama Mamak. Terus ada kamar mandi. Ada ular juga, ada singa, ada jerapah, ada kuda, ada penguin. (Lst 12, lampiran halaman 177) Terdapat sembilan anak yang sudah berbicara dengan pengucapan yang tepat, jelas, dan lantang. Sementara itu, anak yang berbicara dengan banyak variasi kata sebanyak sembilan anak serta anak yang berbicara dengan pola urutan kata yang lengkap menjadi sepuluh anak. Hal tersebut ditunjukkan ketika anak mengatakan: Hai teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ini gambarnya ada unta, gajah, singa, gorilla. Terus aku pernah liburan ke sana memberi makan hewan. Hewannya ada ular, ikan, gorilla, gajah, singa, dan lain-lainnya, ini singanya lagi makan sama anaknya. Singanya makan jerapah. Terus jerapahnya mati. Terus gorilanya juga capek. Ini anaknya ada di hutan. Ini ada di kandangnya. Ini ada di air. Ada di kandangnya mau minum. Gorilanya mau mencari makan. Makannya rumput. Terus ini untanya diberi makan orang. Makanannya sayuran. Terus ini gajahnya minum pakai belalainya. Terus belalainya ujungnya bolong dua. (Adn 12, lampiran halaman 179) Kegiatan akhir diisi dengan lagu dan tepuk yang dilakukan secara klasikal. Setelah itu anak bersama guru melakukan kegiatan evaluasi. Mereka melakukan tanya jawab mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari tersebut. Kemudian pembelajaran diakhiri dengan doa sebelum pulang serta ditutup dengan salam. 106

121 Proses pembelajaran Siklus II dilakukan sebanyak enam kali pertemuan dan berjalan sesuai rencana peneliti dan guru. Guru menjelaskan kepada anak-anak mekanisme pelaksanaan show and tell pada Siklus II. Setelah diberi penjelasan oleh guru mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan, anak-anak sangat bersemangat untuk melakukan show and tell. Hal itu ditunjukkan ketika banyak anak yang meminta mendapat giliran awal untuk melakukan show and tell. Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan, pada pertemuan pertama hingga akhir Siklus II anak sudah tidak terlihat bingung dan canggung untuk melakukan show and tell. Bahkan anak sudah terbiasa dengan metode show and tell dan anak terlihat percaya diri ketika bercerita dengan metode show and tell. Pada Siklus II guru tetap memberikan motivasi terhadap anak saat melakukan show and tell. Guru dan anak-anak yang lain memberikan reward sebagai bentuk penguatan kepada anak yang selesai show and tell. Reward pada Siklus II berupa pujian, jempol, dan tepuk tangan. Penguatan berupa reward semakin meningkatkan keinginan anak dalam berbicara karena mendapatkan sebuah pengakuan dari orang di sekitarnya. Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak setelah melaksanakan kegiatan show and tell. 107

122 No Hasil observasi pada Siklus II dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus II Rata-rata pencapaian aspek keterampilan Nama berbicara anak dari tiga sumber pada setaip Ratarata Anak pertemuan Persentase (%) Kriteria I II III IV V VI 1. Lst 21 23, ,38 97,42% Baik 2. Ypi 20, ,67 22, ,66 94,42% Baik 3. Bgs 21,33 21, ,67% Baik 4. Adn ,6 98,33% Baik 5. Rva ,67 98,63% Baik 6. Rvi 23,67 23, ,89 99,54% Baik 7. Yni ,2 88,33% Baik 8. Ain ,67 22, ,72 90,5% Baik 9. Vta 19,67 21, ,67 22,67 23,67 22,17 92,38% Baik 10. Zhr % Baik Berdasarkan Tabel 8 di atas diperoleh data bahwa keterampilan berbicara anak dengan kriteria baik sebanyak 10 anak. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase rata-rata hasil penilaian kesepuluh anak dalam enam pertemuan pada Siklus II antara lain 97,42%, 94,42%, 91,67%, 98,33%, 98,63%, 99,54%, 88,33%, 90,5%, 92,38%, dan 100%. Rata-rata dari hasil persentase tersebut adalah 92,12%. Hasil persentase rata-rata keterampilan berbicara kesepuluh anak tersebut masuk antara kisaran persentase 76%-100% sehingga semua anak yang diteliti sudah masuk pada kriteria baik. Persentase rekapitulasi keterampilan berbicara berdasarkan data di atas dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini: Tabel 9. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak pada Siklus II No Kriteria Jumlah Anak Persentase (%) 1. Baik % 2. Cukup 0 0% 3. Kurang 0 0% 4. Tidak Baik 0 0% 108

123 Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat dilihat keterampilan berbicara anak pada Siklus II yang memiliki kriteria baik sebanyak 10 anak dengan persentase 100%. Sementara itu pada pelaksanaan Siklus II sudah tidak ada keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria cukup, kurang, dan tidak baik sehingga persentase untuk kriteria-kriteria tersebut sebesar 0%. Pada Siklus II semua anak sudah menunjukkan keberaniannya. Anak-anak mulai berebut untuk melakukan show and tell lebih dulu. Pada Siklus II sudah tidak ada anak yang harus diminta guru terlebih dulu untuk melakukan show and tell. Kelancaran berbicara anak sudah meningkat pada Siklus II. Hal ini ditunjukkan ketika anak-anak mengungkapkan gagasannya dengan lancar dan runtut. Meskipun ada beberapa anak yang sudah lancar berbicara namun belum runtut. Anak yang sudah runtut dalam mengungkapkan ceritanya misalnya sebagai berikut: Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku sudah pernah disana. Di sana aku sudah pernah menyelam. Terus aku menyelam bersama Mbak Rva. Aku bersama teman-temanku. Aku keluar dari kolam renang terus aku mandi pakai sabun. Aku melihat kawan-kawan berenang dan aku berenang lagi. (Rvi 10, lampiran halaman 170) Anak yang belum runtut dalam menyampaikan ceritanya misalnya sebagai berikut: Hai teman-teman. Aku punya gambar. Ini ada kolam renangnya, ada prosotan. Yang sini ada orangnya banyak. Aku sama Mas Fajar. Terus ini ada bola buat mainan orang. Bolanya ditendang. Aku berenang ke laut ke Parangtritis. Terus aku kesini ke plorotan. Aku basah. (Ain 10, lampiran halaman 170) 109

124 Ekspresi atau gerak-gerik tubuh anak yang ditunjukkan ketika berbicara sudah meningkat pada Siklus II. Sebagian besar anak sudah berbicara dengan ekspresi suara dan ekspresi muka yang sesuai dengan topik yang dibicarakan. Bahkan pada akhir Siklus II sebagian besar anak dapat berekspresi muka dan suara sesuai dengan topik yang dibicarakan disertai gerak tubuh yang mendukung cerita. Pengucapan anak ketika berbicara pada Siklus II sudah baik. Sebagian besar anak sudah dapat mengucapkan kata dengan tepat, jelas, dan lantang. Hanya ada satu anak yang memang mempunyai karakter suara yang lembut sehingga dalam mengucapkan kata masih tetap terdengar lirih. Pengembangan kosakata pada awal Siklus II sudah meningkat. Bahkan sebagian besar anak sudah menggunakan variasi kata dalam berbicara. Hingga pada akhir Siklus II, sebagian besar anak sudah menggunakan banyak variasi kata dalam berbicara. Tidak ada lagi anak yang masih perlu pancingan guru dengan pertanyaan stimulatif untuk dapat mengungkapkan kata-kata yang ingin mereka sampaikan. Misalnya ketika anak mengatakan: Hai teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ini gambarnya ada unta, gajah, singa, gorilla. Terus aku pernah liburan ke sana memberi makan hewan. Hewannya ada ular, ikan, gorilla, gajah, singa, dan lain-lainnya, ini singanya lagi makan sama anaknya. Singanya makan jerapah. Terus jerapahnya mati. Terus gorilanya juga capek. Ini anaknya ada di hutan. Ini ada di kandangnya. Ini ada di air. Ada di kandangnya mau minum. Gorilanya mau mencari makan. Makannya rumput. Terus ini untanya diberi makan orang. Makanannya sayuran. Terus ini gajahnya minum pakai belalainya. Terus belalainya ujungnya bolong dua. (Adn 12, lampiran halaman 179) Pembentukan kalimat pada awal Siklus II sudah meningkat. Sebagian besar anak sudah mampu berbicara dengan kalimat yang terdiri dari subjek dilengkapi 110

125 predikat dan keterangan ataupun subjek dilengkapi predikat dan objek. Bahkan pada akhir Siklus II sebagian besar anak sudah mampu bercerita dengan pola kalimat yang utuh yaitu kalimat yang terdiri dari subjek, predikat, objek, dan keterangan. Hal tersebut dapat ditunjukan ketika anak sudah mampu mengatakan: Hai teman-teman aku punya gambar kebun binatang. Aku pernah lihat unta. Di sana aku melihat singa, unta, dan gajah. Semua aku lhat. Aku lihat sama Mbak Ika, dan sama Ibu dan Ayah, dan bersama Mas Adi. Aku di sana melihat singa. Aku pernah di kebun binatang. Aku bersama Mbak Ika memberi makan gorilla. Aku melihat gajah bersama melihat unta dan singa. Aku melihat semuanya. Aku pernah di kebun binatang bersama Mbak Dita. Terus aku pulang. Terus beli buku. Terus ke kebun binatang melihat ikan buaya. Aku pernah melihat kancil di sana. Aku melihat singa memakan hewan-hewan. (Rvi 12, lampiran halaman 177) 3) Refleksi Kegiatan refleksi pada Siklus II lebih mengarah pada evaluasi proses dan hasil pelaksanaan setiap tindakan. Secara keseluruhan pelaksanaan pada Siklus II berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan guru, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode show and tell untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak telah menunjukkan keberhasilan. Keberhasilan tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 10 di bawah ini: Tabel 10. Rekapitulasi Data Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II No Kriteria Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1. Baik 2 20% 4 40% % 2. Cukup 7 70% 6 60% 0 0% 3. Kurang 0 0% 0 0% 0 0% 4. Tidak Baik 1 10% 0 0% 0 0% 111

126 Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan berbicara anak sebelum tindakan yang masuk dalam kriteria baik sebanyak 2 anak sehingga persentasenya adalah 20%. Keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria cukup sebanyak 7 anak sehingga persentasenya sebesar 70%. Kemudian tidak ada keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria kurang sehingga persentasenya sebesar 0%. Sementara itu, keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria tidak baik sebanyak 1 anak sehingga persentasenya sebesar 10%. Pada Siklus I keterampilan berbicara anak yang berada pada kriteria baik sebanyak 4 anak dengan persentase 40%, kriteria cukup sebanyak 6 anak dengan persentase 60%. Sementara itu, tidak ada lagi keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria kurang dan tidak baik sehingga persentasenya sebesar 0%. Pada Siklus II keterampilan berbicara seluruh anak sudah berada pada kriteria baik sehingga persentasenya sebesar 100%. Sementara itu, sudah tidak ada lagi keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria cukup, kurang, dan tidak baik sehingga persentasenya sebesar 0%. Data pada tabel rekapitulasi keterampilan berbicara anak sebelum tindakan, Siklus I, dan Siklus II dapat dijelaskan melalui Gambar 4 di bawah ini: 112

127 % 70% 10% Sebelum Tindakan 40% 60% Siklus I 100% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Siklus II Baik Cukup Kurang Tidak Baik Gambar 4. Grafik Persentase Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat terlihat jelas peningkatan keterampilan berbicara anak yang masuk pada kriteria baik sebelum tindakan sebesar 20%, Siklus I sebesar 40%, dan Siklus II sebesar 100%. Keberhasilan dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil pada setiap siklus serta pencapaian indikator keberhasilan pada Siklus II yang telah melebihi indikator keberhasilan sebesar 70%. Hasil yang ditunjukkan pada Siklus II juga lebih bagus dibandingkan dengan Siklus I karena persentase peningkatan pada Siklus II lebih besar daripada peningkatan persentase pada Siklus I. Pembelajaran pada Siklus II telah dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencapai indikator keberhasilan. Perbaikan-perbaikan itu antara lain pelaksanaan metode show and tell pada Siklus II menggunakan media gambar yang terdiri dari beberapa objek gambar bukan hanya satu objek saja. Gambar yang terdiri dari beberapa objek akan membantu anak untuk lebih mudah mengungkapkan gagasannya terkait gambar yang ia tunjukan. Hal tersebut karena banyak objek 113

128 yang anak lihat pada gambar akan menyebabkan anak menceritakan satu per satu objek yang menarik baginya bahkan semua objek yang ada pada gambar. Pelaksanaan metode show and tell pada Siklus II juga dilakukan dengan kelompok kecil yang hanya terdiri dari dua hingga tiga anak dalam satu kloter pelaksanaan metode. Sementara itu, anak yang belum mendapat jatah melakukan show and tell tetap berada di dalam kelas sehingga anak lebih fokus dalam melakukan show and tell. Melalui perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan, akhirnya pembelajaran pada Siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil di atas, data yang diperoleh selama penelitian berlangsung tentang keterampilan berbicara dari sepuluh anak mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode show and tell dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Hasil yang dicapai pada Siklus II menjadi dasar bagi peneliti dan guru untuk menghentikan penelitian ini hanya sampai pada Siklus II karena sudah sesuai dengan hipotesis tindakan dan mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari dapat ditingkatkan melalui metode show and tell. Meningkatnya keterampilan berbicara anak dapat dilihat dari hasil observasi sebelum tindakan diperoleh persentase keterampilan berbicara anak yang masuk dalam kriteria baik sebesar 20%, pada pelaksanaan 114

129 Siklus I meningkat menjadi 40%, dan pada pelaksanaan Siklus II kembali mengalami peningkatan menjadi 100%. Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran melalui metode show and tell menunjukkan bahwa anak telah menunjukkan keterampilan mereka dalam berbicara. Hal ini sesuai dengan pendapat Ernawulan Syaodih (2005: 49), bahwa anak usia 5-6 tahun telah menunjukkan perkembangan keterampilan berbicara jika anak sudah mampu berkata-kata sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti, dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan saat berbicara dengan metode show and tell. Melalui pelaksanaan metode show and tell, anak menjadi terampil berbicara melalui pengulangan-pengulangan kosakata yang disampaikan pada setiap pelaksanaan metode show and tell. Hal ini sesuai dengan teori keterampilan berbicara anak oleh Rita Kurnia (2009: 37). Hasil dari tindakan yang dilakukan tersebut sesuai dengan pendapat Tadkiroatun Musfiroh (2011: 8-9) yang menyatakan bahwa manfaat metode show and tell salah satunya adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Hal tersebut dipertegas oleh Euis Rohaeti (2011: 26) yang menyatakan bahwa show and tell mampu mengembangkan keterampilan berbicara atau oral language skills dan sangat efektif untuk mengenalkan kemampuan public speaking karena berkenaan dengan kemampuan berbicara dengan gramatika yang lengkap. Menerapkan metode show and tell akan lebih memotivasi anak untuk berperan aktif dalam proses belajar. Senada dengan pernyataan Tadkiroatun Musfiroh (2011: 6) bahwa metode show and tell memberikan kesempatan pada 115

130 semua anak untuk terlibat aktif karena menekankan pada pendekatan partisipatoris dalam proses pembelajaran. Tadkiroatun Musfiroh (2011: 6) menambahkan bahwa metode show and tell efektif untuk mengembangkan kemampuan berbicara di depan umum (public speaking). Show and tell pada Siklus I menggunakan media gambar yang disesuaikan dengan tema dan subtema pada setiap pertemuan. Gambar berfungsi untuk membuat pesan verbal yang disampaikan anak menjadi konkret. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2011: 34), gambar dan foto relatif efektif untuk menstimulasi kemampuan bertata krama, tanggung jawab, dan kemandirian. Bagi anak, kemampuan tersebut dapat diterima dengan baik melalui cerita yang dibantu dengan media gambar atau foto. Foto dapat menghadirkan benda yang tak mungkin untuk dilihat secara langsung dan dekat tentang segala sesuatu pada ruang dan waktu yang bersamaan. Saat anak melakukan show and tell terlihat kurang fokus karena kondisi kelas yang tidak kondusif. Hal itu karena show and tell dilakukan secara bergiliran, sehingga memerlukan waktu yang lama dalam pelaksanaannya (Ari Prasasti, 2011: 6). Berdasarkan masalah tersebut maka pelaksanaan metode show and tell dilakukan dengan kelompok kecil yang hanya terdiri dari dua hingga tiga anak dalam satu kloter pelaksanaan metode. Kemudian anak yang belum mendapat jatah melakukan show and tell tetap berada di dalam kelas sehingga anak lebih fokus dalam melakukan show and tell. Sebagian anak sudah menunjukkan keberaniannya, hal ini ditunjukkan saat beberapa anak angkat tangan untuk melakukan show and tell, bahkan anak 116

131 berebut untuk lebih dulu melakukan show and tell. Namun ada juga anak yang masih diminta oleh guru terlebih dahulu baru mau melakukan show and tell pada awal pertemuan Siklus I. Namun pada Siklus II seluruh anak sudah berani dalam melakukan show and tell. Artinya, keterampilan berbicara anak meningkat dalam aspek keberanian anak yaitu ditunjukkan dari keberanian anak mengemukakan pendapat seperti menceritakan pengalamannya sendiri (Soenardi Djiwandono,1996: 68). Kelancaran berbicara anak masih rendah pada awal Siklus I. Hal ini ditunjukkan ketika anak-anak masih terbata-bata dan memerlukan waktu berpikir untuk mengungkapkan gagasannya. Kelancaran berbicara anak sudah meningkat pada Siklus II. Hal ini ditunjukkan ketika anak-anak mengungkapkan gagasannya dengan lancar dan runtut. Kelancaran anak dalam berbicara sangat tergantung pada penguasaan materi yang akan dibicarakan. Artinya, kelancaran anak dalam berbicara sangat bergantung pada tingkat inteligensi dan kreativtas anak dalam berpikir (Arman Agung, 2008: 1). Ekspresi atau gerak-gerik tubuh anak yang ditunjukkan ketika berbicara masih rendah pada awal Siklus I. Sebagian besar anak masih berbicara dengan ekspresi suara dan ekspresi muka yang datar dan belum sesuai dengan topik yang dibicarakan. Dhieni Nurbiana (2005: 3.7) menyatakan bahwa anak memahami apa yang diceritakan melalui penghayatan saat berbicara. Melalui penghayatan yang baik akan muncul ekspresi suara, ekspresi muka, bahkan gerak tubuh yang mendukung cerita. Pada akhir Siklus II, ekspresi atau gerak-gerik tubuh anak 117

132 meningkat ditunjukkan dari sebagian besar anak dapat berekspresi muka dan suara sesuai dengan topik yang dibicarakan disertai gerak tubuh. Pengucapan anak ketika berbicara pada Siklus I sudah baik. Sebagian besar anak sudah dapat mengucapkan kata dengan tepat dan jelas meskipun masih dengan suara yang lirih. Pada akhir Siklus II sebagian besar anak sudah dapat mengucapkan setiap kata dengan tepat, jelas, dan lantang. Artinya, keterampilan berbicara anak sudah meningkat pada aspek pengucapan sehingga tujuan berbicara terkait kejelasan tercapai. Seperti halnya pendapat yang diungkapkan oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011: 242) yang mengungkapkan bahwa kejelasan berbicara dapat tercapai ketika anak berbicara dengan tepat dan jelas. Pengembangan kosakata pada awal Siklus I masih rendah. Semua anak masih perlu pancingan guru dengan pertanyaan stimulatif untuk dapat mengungkapkan kata-kata yang ingin mereka sampaikan. Pada Siklus II sebagian besar anak sudah menggunakan variasi kata dalam berbicara, bahkan pada akhir siklus sebagian besar anak sudah menggunakan banyak variasi kata dalam berbicara. Meningkatnya kemampuan pengembangan kosakata anak karena pelaksanaan metode show and tell menyebabkan anak mempelajari kosakata yang akan digunakannya dalam berbicara. Anak akan mempelajari terlebih dahulu arti kata yang dibutuhkannya sehingga jumlah kosakata anak akan meningkat (Hurlock, 2000: ). Pembentukan kalimat pada awal Siklus I masih rendah. Sebagian besar anak masih menyampaikan gagasannya dengan dua kalimat saja yang berisi subjek dan 118

133 predikat, subjek dan objek, ataupun subjek dan keterangan. Pada akhir Siklus II sudah meningkat dengan sebagian besar anak sudah mampu bercerita dengan pola kalimat yang utuh yaitu kalimat yang terdiri dari subjek, predikat, objek, dan keterangan. Artinya, keterampilan berbicara anak dalam aspek gramatika telah meningkat khususnya aspek sintaksis yaitu membentuk kalimat (Julia Maria Van Tiel, 2007: ). Terdapat empat anak yaitu Lst, Adn, Rva, dan Rvi yang dari awal memiliki kestabilan keterampilan berbicara dengan kriteria baik. Hal ini karena keempat anak tersebut dalam kesehariannya di sekolah sering aktif bertanya dan menyatakan pendapat terkait dengan kegiatan maupun materi yang disampaikan oleh guru, memiliki inisiatif sendiri untuk mengerjakan tugas sehingga tidak perlu selalu disuruh, dan berani tampil di kelas seperti bernyanyi, melafalkan doa, dan mengucap syair. Arman Agung (2008: 1) mengungkapkan jika ada faktor internal berupa potensi yang dimiliki anak dapat mempengaruhi keterampilan berbicara anak tersebut. Selain itu, keempat anak sudah berusia 6 tahun. Mereka adalah anak yang memiliki usia tertua dari anak-anak yang diteliti. Usia anak berkaitan dengan kesiapan mental anak untuk berbicara. Hal tersebut didukung oleh Hurlock (2000: 185) bahwa keterampilan berbicara dapat dipengaruhi oleh kesiapan mental anak yang juga tergantung pada kematangan otak bersamaan dengan bertambahnya usia anak. Sementara itu, Ypi pada awal Siklus I masih kurang serius dalam melakukan show and tell. Ypi bersama dengan Bgs selalu berusaha mengganggu teman lain yang akan melakukan show and tell. Namun ketika gilirannya, ia hanya 119

134 bercerita dengan seenaknya saja. Sikap Ypi yang seperti itu menyebabkan keterampilan berbicara Ypi tidak terlihat secara optimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arman Agung (2008: 1) jika kepribadian yang dimiliki mempengaruhi seseorang dalam berbicara. Pada akhir Siklus I dan selama Siklus II berlangsung, Ypi mulai antusias dalam melakukan show and tell dengan baik. Akhirnya, keterampilan berbicara Ypi meningkat ditunjukkan dari perkembangan yang meliputi: (1) Ypi sudah berani melakukan show and tell sendiri; (2) berbicara dengan lancar dan runtut; (3) mampu menunjukkan gerak tubuh dengan ekspresi yang sesuai topik; (4) mampu mengucapkan kata dengan jelas, tepat, dan lantang; (5) menggunakan banyak variasi kata saat berbicara; dan (6) berbicara dengan kalimat yang dapat dipahami. Bgs pada awal Siklus I benar-benar tidak mau melakukan show and tell. Menurut informasi yang disampaikan oleh guru kelas, Bgs adalah karakter anak yang suka berubah mood. Hal tersebut yang menyebabkan Bgs tidak mau melakukan show and tell pada awal Siklus I. Keterampilan berbicara anak memang dapat dipengaruhi oleh faktor karakter dan temperamen (Arman Agung, 2008: 1). Kemudian pada pertemuan berikutnya Bgs mulai mau bercerita meskipun banyak dipancing dengan pertanyaan stimulatif oleh guru. Pada Siklus II Bgs mulai bercerita mandiri namun memakai Bahasa Jawa. Meskipun demikian, Bgs sudah mampu menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara, yaitu: (1) berbicara dengan lancar dan runtut; (2) dapat menunjukkan gerak tubuh dan ekspresi yang sesuai topik; (3) pengucapan kata sudah jelas, tepat, dan 120

135 lantang; (4) mampu menggunakan banyak variasi kata saat berbicara; (5) mengungkapkan kalimat dengan pola urutan kata yang lengkap. Yni mempunyai karakter suara yang lembut. Sehingga ketika diminta untuk berbicara lantang, ia tetap berbicara dengan suara yang lebih lirih dibanding dengan anak lainnya. Artinya, keterampilan berbicara Yni dipengaruhi oleh faktor fisik yaitu karakter suara yang lembut. Sementara itu, pada Pertemuan Pertama dan Kedua Siklus I Yni mau melakukan show and tell jika ditemani oleh Ain namun selanjutnya sudah berani sendiri. Perkembangan keterampilan berbicara Yni pada Siklus II ditunjukkan ketika Yni sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut dengan disertai gerak tubuh dan ekspresi yang mendukung cerita. Selain itu, Yni sudah mampu mengungkapkan kalimat dengan banyak variasi kata. Ain mempunyai keterampilan berbicara yang meningkat dari hari ke hari. Meskipun perkembangannya tidak signifikan namun keterampilan berbicaranya terus meningkat. Ain masih berusia 5 tahun 5 bulan. Kesiapan mental yang dimiliki Ain untuk berbicara bisa dikatakan lebih rendah dibanding anak lainnya karena sama dengan Yni, Ain juga mau melakukan show and tell jika ditemani oleh Yni. Namun setelah semua anak berani melakukan show and tell, Ain juga mau mengajukan dirinya untuk melakukan show and tell sendiri. Perkembangan keterampilan berbicara yang ditunjukkan oleh Ain pada Siklus II yaitu: (1) Yni sudah mampu berbicara dengan lancar dan runtut; (2) sudah mampu mengucapkan kata dengan jelas, tepat, dan lantang; (3) sudah menggunakan beberapa variasi kata saat berbicara; (4) menunjukkan gerak tubuh dan ekspresi yang sesuai dengan 121

136 topik yang diceritakan; dan (5) menyampaikan kalimat dengan pola urutan yang lengkap. Vta mempunyai keterampilan berbicara yang fluktuatif pada awal pertemuan di Siklus I. Artinya, perkembangan keterampilan berbicara Vta mengalami naik turun atau tidak tetap setiap pertemuan. Seperti Bgs, Vta termasuk anak yang sering berubah mood. Ia sering meminta melakukan show and tell pada urutan terakhir. Berdasarkan informasi dari guru, Vta termasuk anak yang memiliki karakter mudah bosan. Meskipun demikian, keterampilan berbicara Vta terus meningkat pada Siklus II meskipun peningkatannya kurang signifikan. Pada akhir Siklus II, Vta sudah dapat menunjukkan keterampilan berbicara di antaranya: (1) dapat berbicara dengan lancar dan runtut; (2) mampu mengucapkan kata dengan jelas, tepat, dan lantang; (3) sudah menggunakan banyak variasi kata; (4) dan mampu mengungkapkan kalimat dengan pola urutan kata yang lengkap. Keterampilan berbicara yang fluktuatif juga dimiliki oleh Zhr pada Siklus I. Pada pertemuan Siklus I Zhr sering sakit sehingga didapat hasil observasi keterampilan berbicara yang tidak stabil. Menurut Tarmansyah (dalam Enny Zubaidah, 2003: 16), seorang anak yang mempunyai kondisi fisik sehat mempunyai gairah yang lebih baik untuk berbicara dibandingkan anak yang memiliki kondisi fisik kurang sehat. Pada Siklus II, setelah kondisi fisik Zhr membaik terjadi kestabilan hasil observasi keterampilan berbicara yang dimiliki Zhr. Bahkan Zhr mendapat skor maksimal secara terus menerus selama Siklus II berlangsung. Keterampilan berbicara yang dimiliki Zhr ditunjukkan dari: (1) Zhr melakukan show and tell sendiri tanpa ditunjuk oleh guru; (2) sudah berbicara 122

137 dengan lancar dan runtut; (3) berbicara dengan gerak tubuh dan ekspresi yang medukung topik; (4) mampu mengucapkan kata dengan jelas, tepat, dan lantang; (5) menggunakan banyak variasi kata saat berbicara; dan (6) mampu mengungkapkan kalimat dengan pola urutan kata yang lengkap. Ditinjau dari data hasil penelitian, terlihat adanya peningkatan keterampilan berbicara anak yang meliputi aspek keberanian, kelancaran, ekspresi atau gerakgerik tubuh, pengucapan, pengembangan kosakata, dan pembentukan kalimat. Peneliti berpendapat bahwa penelitian ini sudah memenuhi kriteria standar keberhasilan yaitu 70% dari seluruh anak sudah mencapai kriteria baik, untuk itu penelitian dianggap berhasil dan dihentikan pada Siklus II. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan pada anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari ini telah diupayakan untuk memperoleh hasil yang maksimal, namun pada kenyataannya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh beberapa keterbatasan, di antaranya sebagai berikut: 1. Penelitian ini terbatas pada mengukur keterampilan berbicara anak TK ABA VII Purwosari dengan menggunakan metode show and tell. 2. Penelitian ini memerlukan waktu yang lama karena anak yang memiliki usia 4-5 tahun dengan anak yang berusia 5-6 tahun dijadikan satu kelas dengan pembelajaran yang sama sehingga anak yang tidak masuk rentang usia 5-6 tahun juga diberi tindakan melalui metode show and tell. 123

138 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari dapat ditingkatkan melalui metode show and tell. Metode show and tell dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: (1) anak berada dalam kelompok kecil; (2) anak dan guru melakukan tanya jawab terkait tema; (3) anak diberi contoh bagaimana melakukan metode show and tell; (4) anak melakukan show and tell secara bergiliran; (5) anak diberi reward berupa pujian. Berdasarkan hasil data observasi pada aspek keberanian, kelancaran, ekspresi atau gerak-gerik tubuh, pengucapan, pengembangan kosakata, dan pembentukan kalimat yang telah diperoleh, keterampilan berbicara setiap siklus mengalami peningkatan. Sebelum adanya tindakan, ketuntasan keterampilan berbicara pada kriteria baik sebesar 20%, pada pelaksanaan tindakan Siklus I meningkat menjadi 40%, dan pada pelaksanaan tindakan Siklus II meningkat menjadi 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan jika penerapan metode show and tell dalam pembelajaran pada 10 anak usia 5-6 tahun di TK ABA VII Purwosari telah mencapai indikator ketercapaian keterampilan berbicara yaitu 70% dari jumlah anak yang diteliti masuk pada kriteria baik (76-100%). 124

139 B. Saran 1. Bagi Guru Diharapkan guru dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui penerapan metode show and tell dengan pengelolaan waktu yang baik dan memperhatikan kondisi kelas. Guru dapat merencanakan penerapan metode show and tell baik secara periodik maupun harian untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Penerapan metode show and tell merupakan bentuk pemberian kesempatan bagi anak untuk menceritakan pengalaman yang mereka punya. Mekanisme penerapan metode harus dilaksanakan dengan kerjasama seluruh guru supaya kelas tetap kondusif saat pelaksanaan metode show and tell. 2. Bagi Sekolah Diharapkan sekolah memiliki kerjasama yang baik dalam melaporkan perkembangan kemampuan anak kepada orangtua khususnya keterampilan berbicara anak, supaya terjadi keselarasan dalam menstimulasi perkembangan anak ketika di sekolah maupun di rumah. 3. Bagi Peneliti Diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui metode show and tell dengan menggunakan benda-benda sesuai dengan tema yang menarik untuk anak, yaitu benda-benda yang dibawa anak dari rumah. Penggunaan benda yang menarik akan membuat anak lebih mudah untuk bercerita sehingga akan berpengaruh pada keterampilan berbicara anak yang semakin meningkat. 125

140 DAFTAR PUSTAKA Abdul Azhim & Syakir. (2004). Membimbing Anak Terampil Berbahasa. Jakarta: Gema Insani. Abidin Yunus. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Ahmad Susanto. (2015). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Ari Prasasti. (2012). Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Show and Tell pada Anak TK kelompok B di TK ABA Kasihan. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Arman Agung. (2008). Keterampilan Berbicara Rethorika dan Berbicara Efektif. Diakses dari pada tanggal 7 September 2016, Jam WIB. Carol, Seefeld dan Barbara A Wasik. (2008).Pendidikan Anak Usia Dini. (Alih bahasa: Pius Nasar).Jakarta: Indeks. Daroah. (2013). Meningkatkan Kemampuan Bahasa melalui Metode Bercerita dengan Media Audio Visual di Kelompok B1 RA Perwanida 02 Slawi. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Dhieni Nurbiana, dkk. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Enny Zubaidah. (2003). Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Draft Buku. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. Ernawulan Syaodih. (2005). Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Euis Rohaeti. (2011). Upaya Guru dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa melalui Metode Show and Tell pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas 2 SDN 3 Cikahuripan Lembang. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. H.A.R Tilaar. (2013). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia. Harun Rasyid. (2012). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gama Media. 126

141 Henry Guntur Tarigan. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Hoerr, T.R. (2007). Buku Kerja Multiple Intelligences. (Alih bahasa: Ary Nilandari). Bandung: Kaifa. Hurlock, E.B. (2000). Perkembangan Anak. (Alih bahasa: Tjandrasa Meitasari). Jakarta: Erlangga. Iskandarwassid & Dadang Sunendar. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Julia Maria Van Tiel. (2007). Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada Media Group. Kusuma Wijaya. (2009). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks. Martini Jamaris. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Gramedia. Muh Nur Mustakim. (2005). Peranan Cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Oki Ristya M. (2014). Meningkatkan Percaya Diri melalui Metode Show and Tell pada Anak Kelompok A TK Marsudi Putra, Dagaran, Palbapang, Bantul, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Pardjono. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lemlit UNY. Rita Kurnia. (2009). Metodologi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Pekanbaru: Cendikia Insani. Samsu Sumadayo. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sarwiji Suwandi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka. Sardjono. (2005). Terapi Wicara. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Slamet Suyanto. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. 127

142 Soenardi Djiwandono. (1996). Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan Yogyakarta: Aditya Medika. Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Sulastri. (2008). Peningkatan Keterampilan Berbicara Formal dalam Bahasa Indonesia Melalui Gelar Wicara. Jakarta: UNJ. Syaiful B. Djamarah & Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Syamsu Yusuf. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tadkiroatun Musfiroh. (2005). Bercerita untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Tadkiroatun Musfiroh. (2011). Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka. Tri Mulyani. (2000). Strategi Pembelajaran (Learning & Teaching Strategy). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks. Wina Sanjaya. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada. Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 128

143 LAMPIRAN 129

144 Lampiran 1 Rubrik dan Lembar Observasi 130

145 Tabel 11. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Anak Indikator Deskriptor Keterangan Skor Keberanian Anak berani Jika anak berani melakukan 4 melakukan show and tell sendiri show and tell sendiri tanpa disuruh tanpa disuruh Anak berani Jika anak berani melakukan 3 melakukan show and tell sendiri show and tell sendiri setelah disuruh guru setelah disuruh guru Anak berani melakukan show and tell dengan ditemani teman atau didampingi guru Anak menolak atau tidak mau melakukan show and tell meskipun sudah dipancing oleh guru Kelancaran Anak mampu berbicara lancar dan runtut dengan bahasa yang dapat dipahami Ekspresi atau Gerak-gerik Tubuh Anak mampu berbicara lancar namun isi cerita belum runtut Anak berbicara dengan terbatabata dan perlu waktu berpikir Anak tidak berbicara sama sekali (hanya diam) meskipun sudah dipancing oleh guru Anak dapat menunjukkan ekspresi dan gerak tubuh sesuai topik yang dibicarakan Jika anak berani melakukan show and tell dengan ditemani teman atau didampingi guru Jika anak menolak atau tidak mau melakukan show and tell meskipun sudah dipancing oleh guru Jika anak mampu berbicara lancar dan runtut dengan bahasa yang dapat dipahami Jika anak mampu berbicara lancar namun isi cerita belum runtut Jika anak berbicara dengan terbata-bata dan perlu waktu berpikir Jika anak tidak berbicara sama sekali (hanya diam) meskipun sudah dipancing oleh guru Jika anak dapat menunjukkan ekspresi dan gerak tubuh sesuai topik yang dibicarakan

146 Anak dapat berekspresi muka dan suara sesuai dengan topik yang dibicarakan namun tubuhnya belum bergerak Anak berbicara dengan ekspresi suara yang tidak sesuai dengan topik yang dibicarakan Anak belum menunjukkan ekspresi atau gerak tubuh saat berbicara Pengucapan Anak dapat mengucapkan setiap kata dengan tepat, jelas, dan lantang Pengembangan Kosakata Anak dapat mengucapkan kata dengan tepat dan jelas namun suara masih lirih Anak dapat mengucapkan kata namun belum tepat dan jelas (misalnya cadel) Anak belum mengucapkan kata sama sekali (hanya diam) meskipun sudah dipancing oleh guru Anak dapat menggunakan banyak variasi kata sesuai makna yang akan disampaikan Anak menggunakan sedikit variasi kata sesuai makna yang akan disampaikan Anak dapat menggunakan beberapa kata dengan bimbingan guru Anak belum dapat menggunakan kosakata meskipun sudah Jika anak dapat berekspresi muka dan suara sesuai dengan topik yang dibicarakan namun tubuhnya belum bergerak Jika anak berbicara dengan ekspresi suara yang tidak sesuai dengan topik yang dibicarakan Jika anak belum menunjukkan eskpresi atau gerak tubuh saat berbicara Jika anak dapat mengucapkan setiap kata dengan tepat, jelas, dan lantang Jika anak dapat mengucapkan kata dengan tepat dan jelas namun suara masih lirih Jika anak dapat mengucapkan kata namun belum tepat dan jelas (misalnya cadel) Jika anak belum mengucapkan kata sama sekali (hanya diam) meskipun sudah dipancing oleh guru Jika anak dapat menggunakan banyak variasi kata sesuai makna yang akan disampaikan Jika anak menggunakan sedikit variasi kata sesuai makna yang akan disampaikan Jika anak dapat menggunakan beberapa kata dengan bimbingan guru Jika anak belum dapat menggunakan kosakata meskipun sudah dipancing oleh

147 Pembentukan Kalimat dipancing oleh guru Anak dapat membentuk kalimat dengan pola urutan kata yang lengkap (sudah terdiri dari subjek, predikat, objek, keterangan) Anak dapat membentuk kalimat dengan pola urutan kata yang terdiri dari subjek dilengkapi predikat dan objek atau subjek dilengkapi predikat dan keterangan Anak dapat membentuk kalimat dengan pola urutan kata yang hanya terdiri dari subjek dengan objek, subjek dengan predikat, atau subjek dengan keterangan Anak belum dapat membentuk kalimat dan hanya diam meskipun sudah dipancing oleh guru guru Jika anak dapat membentuk kalimat dengan pola urutan kata yang lengkap (sudah terdiri dari subjek, predikat, objek, keterangan) Jika anak dapat membentuk kalimat dengan pola urutan kata yang terdiri dari subjek dilengkapi predikat dan objek atau subjek dilengkapi predikat dan keterangan Jika anak dapat membentuk kalimat dengan pola urutan kata yang hanya terdiri dari subjek dengan objek, subjek dengan predikat, atau subjek dengan keterangan Jika anak belum dapat membentuk kalimat dan hanya diam meskipun sudah dipancing oleh guru

148 No Tabel 12. Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Keterangan: penilaian merujuk pada rubrik di Tabel 11 Nama Aspek-aspek Berbicara Pengembangan Pembentukan Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Kosakata Kalimat

149 Lampiran 2 Lembar Hasil Observasi Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II 135

150 No Nama Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Sebelum Tindakan Tema: Kendaraan Subtema: Sepeda Hari/ Tanggal: Kamis/ 9 Februari 2017 Observer: Peneliti (Titin Lastutiasih) Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 136

151 Kode Nama Anak Lst 0 Ypi 0 Bgs 0 Data kualitatif Sebelum Tindakan Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Anak berani menjawab pertanyaan guru setelah ditunjuk. Anak berani menjawab dengan menirukan jawaban dari temannya. Anak berani menjawab dengan menirukan jawaban dari temannya. Anak menjawab pertanyaan guru dengan lancar saat menjawab. Ketika ditunjuk langsung untuk menjawab pertanyaan, anak berpikir lama dalam menjawab. Ketika ditunjuk langsung untuk menjawab pertanyaan, anak berpikir lama dalam Anak menjawab pertanyaan guru dengan ekspresi wajar (tidak senyumsenyum ataupun cemberut) sesuai dengan topik yang dibicarakan, Anak menjawab pertanyaan dengan ekspresi agak bingung. Anak menjawab pertanyaan dengan ekspresi agak bingung. Anak mengucapkan kata dengan jelas dan tepat saat menjawab, Bagian motor ada spion, roda, jok, rem. Anak mengucapkan kata dengan jelas dan tepat saat menjawab, Roda spion, stang. Anak mengucapkan kata dengan jelas dan tepat saat menjawab, Tidak tahu bu ketika guru menanyakan Pengembangan Kosakata Anak menjawab dengan kata-kata sesuai jawaban yang dibutuhkan yaitu saat menjawab, Bagian motor ada spion, roda, jok, rem. Anak menjawab dengan beberapa kata saja saat menjawab, Roda spion, stang. Anak menjawab dengan beberapa kata saja saat menjawab, Tidak tahu bu belum menunjukkan Pembentukan Kalimat Kalimat yang diucapkan anak sudah dapat dipahami saat menjawab, Bagian motor ada spion, roda, jok, rem. Anak mengungkapkan kalimat hanya dengan kata benda saja ketika mejawab, Roda spion, stang. Anak mengungkapkan kalimat hanya dengan kata kerja saja ketika menjawab, 137

152 Adn 0 Rva 0 Rvi 0 Anak berani menjawab pertanyaan guru setelah ditunjuk. Anak berani mengungkapkan pendapatnya sendiri sebelum ditunjuk guru. Anak berani mengungkapkan pendapatnya sendiri sebelum menjawab. Anak mengungkapkan kata dengan lancar ketika berbicara Saya tahu bagian motor apa saja. Anak lancar dalam menyebutkan bagian-bagian sepeda dan sepeda motor. Anak lancar dalam menyebutkan bagian-bagian Anak menjawab pertanyaan guru dengan ekspresi wajar (tidak senyumsenyum ataupun cemberut) sesuai dengan topik yang dibicarakan, Anak berbicara dengan ekspresi yang wajar dan sesuai dengan topik yang dibicarakan. Anak berbicara dengan ekspresi yang wajar dan bagian lain yang ada pada motor. Anak mengucapkan kata dengan jelas dan tepat saat berbicara Saya tahu bagian motor apa saja. Anak mengucapkan kata-kata dengan jelas dan tepat saat menjawab, Bagian sepeda ada sedel, roda, pedal, rantai. Anak mengucapkan kata-kata dengan jelas dan tepat saat menjawab, Bagian variasi kata. Anak menjawab dengan kata-kata sesuai jawaban yang dibutuhkan saat menjawab, Saya tahu bagian motor apa saja. Anak mengungkapkan banyak jawaban dengan kata yang bervariasi sesuai pertanyaan saat menjawab, Bagian sepeda ada sedel, roda, pedal, rantai. Anak mengungkapkan banyak jawaban dengan kata yang Tidak tahu bu setelah diberi pertanyaan guru. Kalimat yang diucapkan anak sudah dapat dipahami saat menjawab, Saya tahu bagian motor apa saja. Anak menyampaikan kalimat yang sudah dapat dipahami ketika menjawab, Bagian sepeda ada sedel, roda, pedal, rantai. Anak menyampaikan kalimat yang sudah dapat 138

153 Yni 0 Ain 0 Vta 0 ditunjuk guru. Anak mau menjawab pertanyaan dari guru ketika guru mendekat kepadanya. Anak mau menjawab pertanyaan dari guru ketika guru mendekat kepadanya. Anak berani menjawab pertanyaan guru setelah ditunjuk. sepeda dan sepeda motor. Ketika ditunjuk langsung untuk menjawab pertanyaan, anak berpikir lama dalam menjawab. Ketika ditunjuk langsung untuk menjawab pertanyaan, anak berpikir lama dalam menjawab. Anak lancar dalam menyebutkan bagian-bagian sepeda dan sepeda motor. sesuai dengan topik yang dibicarakan. Anak menjawab pertanyaan dengan ekspresi agak bingung. Anak menjawab pertanyaan dengan ekspresi agak bingung. Anak berbicara dengan ekspresi yang wajar dan sesuai dengan topik yang dibicarakan. sepeda motor ada roda, knalpot, stang, jok. Anak kurang jelas saat berbicara karena suara terlalu lirih dan lembut. Anak kurang jelas saat berbicara karena suara terlalu lirih dan lembut. Anak mengucapkan kata-kata dengan jelas dan tepat saat menjawab, Ada roda, knalpot, stang, jok. bervariasi sesuai pertanyaan saat menjawab, Bagian sepeda motor ada roda, knalpot, stang, jok. Anak menjawab dengan satu kata saja saat menjawab, Roda. Anak menjawab dengan beberapa kata saja saat menjawab, Spion, knalpot, roda. Anak menjawab dengan beberapa kata saja saat menjawab, Ada roda, knalpot, stang, jok. dipahami ketika menjawab, Bagian sepeda motor ada roda, knalpot, stang, jok. Anak mengungkapkan hanya satu kata saja ketika mejawab, Roda. Anak mengungkapkan kalimat hanya dengan kata benda saja ketika mejawab, Spion, knalpot, roda. Anak mengungkapkan kalimat hanya dengan kata benda saja ketika mejawab, Ada roda, knalpot, 139

154 stang, jok. Zhr 0 Anak berani menjawab pertanyaan guru setelah ditunjuk. Anak lancar dalam menyebutkan bagian-bagian sepeda dan sepeda motor. Anak berbicara dengan ekspresi yang wajar dan sesuai dengan topik yang dibicarakan. Anak mengucapkan kata-kata dengan jelas dan tepat saat menjawab, Spion, knalpot, roda. Anak menjawab dengan beberapa kata saja saat menjawab, Spion, knalpot, roda. Anak mengungkapkan kalimat hanya dengan kata benda saja ketika mejawab, Spion, knalpot, roda. 140

155 No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus I Pertemuan 1 Tema: Kendaraan Subtema: Sepeda Motor Hari/ Tanggal: Senin/ 13 Februari 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 141

156 No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr Kode Nama Lst 1 Ypi 1 Bgs 1 Adn 1 Hasil Berbicara Anak Siklus I Pertemuan 1 Kode Hal yang Dibicarakan Nama - Selamat pagi temanteman. Aku punya gambar motor. - Aku ke Pantai Parangtritis sama Ayah naik motor. - Motor Mondy - Mengendarai roda - Ke Pantai Depok sama Bapak - Emoh Rvi 1 Ain 1 Yni 1 Vta 1 Hal yang Dibicarakan - Hai anak-anak - Pada hari Minggu aku bersama Ayahku jalanjalan - Aku mau ke Parangtritis - Di pantai aku main masak-masak - Hai teman-teman - Aku mau cerita lo - Motor matik - Ke pantai - Pantai Depok - Roda - Dua - Knalpot - Pantai Parangtritis - Aku mau bercerita temanteman - Sama Bapak, sama Mamak - Jalan-jalan di Depok 142

157 - Main pasir Rva 1 - Motor Mondy - Beli es krim - Dengan kawan-kawan - Sama temen-temen main masak-masakan Zhr 1 No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus I Pertemuan 2 Tema: Kendaraan Subtema:Mobil Hari/ Tanggal: Kamis/ 16 Februari 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 143

158 No Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Nama Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 144

159 Kode Nama Lst 2 Ypi 2 Bgs 2 Adn 2 Rva 2 Hasil Berbicara Anak Siklus I Pertemuan 2 Kode Hal yang Dibicarakan Nama - Ada balon - Ada baju - Ada orangnya banyak - Orangnya membeli - Ada mobilan, plorotan, ada kereta - Aku di Jakarta membeli mainan - Mainan yang banyak - Merah - Ada lampu, ada kaca - Merah - Halo teman-teman - Saya ke alun-alun - Sama bapak - Begini - Mumet - Saya numpak odong-odong - Bentuk begini - Ini bentuk balon Aku naik mobil. Aku ke pantai Baron sama Ngobaran. Di pantai Ngobaran banyak orang-orang main bola. Bisa jalan lagi. Aku menangkap ikan. Ikannya dimakan bersama-sama. Aku ke pantai dua kali. Rvi 2 Ain 2 Yni 2 Vta 2 Zhr 2 Hal yang Dibicarakan Hai teman-teman. Aku punya gambar mobil. Aku naik mobil ke pantai. Aku main masakmasakan, berenang, terus aku pulang. Aku beli buku barbie. Aku bermain bersama kawankawan. Aku main petak umpet. Aku mainan sama mba Rva. Hai teman-teman, aku pumya gambar mobil. Aku pergi ke pantai. Aku main sama mas Dimas. - Gambar mobil. - Warnanya merah - Aku naik mobil sama ibuk. - Terus numpak kapal - Terus aku renang - Ini mobil - Aku jalan-jalan. - Di jalan banyak mobil - Mobilnya begini - Warnanya merah - Hai teman-teman - Mobil merah ada lampunya - Ada kunci mobil - Aku naik mobil 145

160 No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus I Pertemuan 3 Tema: Kendaraan Subtema: Bus Hari/ Tanggal: Sabtu/ 18 Februari 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 146

161 No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr Kode Nama Lst 3 Hasil Berbicara Anak Siklus I Pertemuan 3 Kode Hal yang Dibicarakan Nama Aku jalan-jalan ke candi. Terus aku mainan sama Vta. Terus aku lihat awan. Ada langit biru. Terus ada daun. Ke Galuh aku mainan. Rvi 3 Ypi 3 Ain 3 Bgs 3 Aku numpak bis. Ning candi Prambanan aku foto-foto karo mbak Evi. Yni 3 Hal yang Dibicarakan Kira-kira apa ya yang ada digambar ini? Ada kaca, ada roda, warnanya biru putih. Aku naik bis ke prambanan. Aku diantar rekereasi sama ibu. Aku naik kereta odong-odong. Aka sama teman-teman ke candi lalu ke taman Galuh. Hai teman-teman. Ini ada gamar bis. Ada ban. Ada kaca. Warnanya biru dan putih. Ke pantai, di laut naik bis. Ke candi juga. And 3 Aku lagi di pantai. Di pantai Depok. Aku bermain sama Papa sama Mama, sama adik. Aku pulang. Aku tidur. Vta 3 Halo teman-teman. Aku punya mobil baru. Sama teman-teman naik bis. Aku naik keretakeretaan di candi. 147

162 Rva 3 Halo teman-teman. Ini ada gambar bis. Aku sama Ayahku ke pasar naik bis. Kemudian aku membantu Ayahku di pasar. Membantu beli baju, membeli mainan, topi-topi anak-anak. Terus di bis ada alat-alat ini. Ada ban, ada kaca. Bis ini didirikan oleh Allah dan manusia. Ada tempat duduk. Zhr 3 Halo teman-teman. Aku punya bis. Aku naik bis ke candi, ke pantai, ke kolam renang. Aku numpak bis karo mbahku. Aku difoto karo tukang foto. Aku beli baju. Baju dua baru. No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus I Pertemuan 4 Tema: Kendaraan Subtema: Kereta Api Hari/ Tanggal: Senin/ 20 Februari 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 148

163 No Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 149

164 Kode Nama Lst 4 Ypi 4 Bgs 4 Adn 4 Rva 4 Hasil Berbicara Anak Siklus I Pertemuan 4 Kode Hal yang Dibicarakan Nama Aku punya gambar kereta api. Ada pohon, ada rumah dan rel. Ada mesinnya. Ada mesinnya. Ada klakson. Ada rel. Ada taman. - Ada kereta - Putih - Ada rel - Ada gerbong Aku punya gambar kereta. Ditutup lawange kereta. Ada gerbong. Ini apa bu guru? Aku sudah pernah naik kereta ke Tawangmangu. Halo teman-teman. Aku punya gambar kereta. Ada relnya dan batunya banya. Dan ada masinisnya dan ada orangnya. Banyak orangnya. Aku melihat di stasiun. Keretanya banyak sekali. Selamat pagi anak-anak. Ini ada gambar kereta api. Aku pernah melihat di Klaten. Terus aku pernah duduk di kereta. Dan aku lari-lari. Aku bersama Rvi, Ayah, Ibu. Setelah itu aku di Klaten. Aku naik kereta ngantuk. Lalu ban keretanya bocor. Dan aku membantu. Aku naik kereta api. Aku pergi agak jauh banget untuk beli hadiah. Rvi 4 Ain 4 Yni 4 Vta 4 Zhr 4 Hal yang Dibicarakan Aku pernah lihat kereta di Klaten. Aku naik kereta bersama Ayah, Ibu, sama Mbak Rva. Ini kereta api. Aku pulang. Aku menceritakan lagi naik kereta api di rumah Farel. Aku sudah pulang ke rumahku sendiri. Ini kereta. Aku pernah melihat kereta. Aku naik kereta ke Sumatera. Sama Mas Dimas dan Mas Agung. Hai teman-teman. Ada kereta, ada rel, ada pintu, ada kaca. Keretanya di Jogja. Di Parangtritis aku bersama Mama, Papa, Kakak. Aku main bola. Hai teman-teman. Ini gambar kereta. Aku naik kereta. Ini ada gerobak. Aku lihat kereta di TV. Aku jalan-jalan pakai kereta api di jalan. Nengdi yo Bu Guru aku numpak kereta? Hooh di candi Bu, keretane banter. 150

165 No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus I Pertemuan 5 Tema: Kendaraan Subtema: Kapal Laut Hari/ Tanggal: Rabu/ 22 Februari 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 151

166 No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr Kode Nama Lst 5 Ypi 5 Bgs 5 Hasil Berbicara Anak Siklus I Pertemuan 5 Kode Hal yang Dibicarakan Nama Aku jalan-jalan di bonbin naik kapal sama Mama sama Ayah. Terus ada kapal laut. Ada pak sopir. Terus beli buku. Tersu pulang. Di gambar ada awa, ada air, ada rumah, ada gunung. Sudah. Halo teman-teman. Aku punya gambar kapal lo. Ada kacanya. Kapal di laut. Laut itu besar. Di laut ada ikan. Ikan paus. Ini ada kapal. Ada jendelanya. Kapal di laut. Iki ana tempat duduke. Penumpange akeh. Rvi 5 Ain 5 Yni 5 Hal yang Dibicarakan Ini gambar kapal laut. Kirakira ada apa saja ya di gambar ini? Ada kursi, ada jendela. Aku naik kapal laut di kebun binatang. Aku bersama Mas Adi, Mbak Ika, Bapak, Mbak Rva. Aku pernah naik kapal saat aku masih kecil. Aku naik kapal bersama Mbak Rva. Sudah. Aku punya gambar kapal. Ini ada gambar kapal. Aku naik kapal bersama-sama. Aku liat kapal di pantai. Sudah. Halo tema-teman. Aku punya gambar kapal. Ada kaca warnanya putih. Aku lihat kapal banyak. Ini ada satu, aku lihat di pantai. Ada ikan. Aku 152

167 sama Kakak sama Ibu. Aku lihat kapal banyak. Adn 5 Rva 5 Hai teman-teman. Ini gambar kapal. Ini ada kapalnya, tempat duduknya dan ada pintunya ada kursinya. Mesinnya namanya diesel. Dan kapalnya berjalan di atas air. Ada pintunya. Dan ada kamar mandinya. Ada orangnya. Ini kapal. Aku bersama Rvi sendirian gak dianter. Aku masih kuat sehat. Aku di bonbin ada beberapa binatang yang tersangkut. Ada jerapah, gajah, komodo, ikan, ikan laut. Ada dinasaurus kaya buaya. Jalannya mbrangkang. Ada ayam. Ada kasuari. Ada kasuari lima. Burungnya hitam. Dan aku makan lalu aku pulang dan balik ke kapal. Ibuku juga. Aku melihat ikan alligator namanya. Ikannya besar. Di sana ada buaya banyak. Vta 5 Zhr 5 Aku lihat kapal laut. Aku naik kapal di pantai. Ada kapal, ada awan. Ada yang warnanya putih. Ada air. Aku punya gambar kapal. Aku jalan-jalan ke laut bersama keluargaku. Aku beli es krim dan makan. Aku jalan-jalan ke laut. Aku lihat kapal. Aku pulang sampai rumah. Sudah. 153

168 No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus I Pertemuan 6 Tema: Kendaraan Subtema: Pesawat Hari/ Tanggal: Sabtu/ 25 Februari 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 154

169 No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr Kode Nama Lst 6 Ypi 6 Bgs 6 Hasil Berbicara Anak Siklus I Pertemuan 6 Hal yang Dibicarakan Kode Hal yang Dibicarakan Nama Hai teman-teman, aku punya gambar pesawat. Warnanya merah putih. Ada jendelanya, ada bahan bakarnya. Ada rodanya, ada sayap, ada awan, ada tempat duduk, ada pilotnya. Ada yang terbang ada yang turun. Halo teman-teman. Aku punya gambar pesawat merah putih. Ada kacanya. Roda. Di bandara lihat pesawat. Di Jogja. Di bandara. Rvi 6 Ain 6 Hai teman-teman. Ini gambar pesawat. Iki nggo ngopo yak? Ngeluarke asap. Ban, koco, Yni 6 Hai teman-teman. Aku punya gambar pesawat. Aku naik pesawat bersama Mbak Rva. Di dalam pesawat ada pilot yang bisa menerbangkan pesawat. Aku pernah lihat di Klaten. Pesawatnya besar. Warnanya putih dan merah. Aku bersama Ayahku naik pesawat ke atas awan naik turun. Hai teman-teman. Aku punya gambar pesawat lo. Aku dibilangin. Aku sore-sore lihat lampunya. Ada rodanya, ada sayapnya. Aku tahu di bandara. Aku dan pesawatnya mau pergi. Halo teman-teman, aku punya gambar pesawat. Ada bannya, ada warna merah putih, ada 155

170 Adn 6 Rva 6 swiwi. Iki yo nggo ngopo yak? Nduwur cendelane. Surupsurup kae ndelok lampune kui murip. Mati murip mati murip. Udah. Aku punya gambar pesawat. Pesawatnya warnanya ada putih merah. Terus ada rodanya, ada bahan bakarnya, terus ada tempat duduknya. Terus ada sayapnya. Pesawatnya ada di bandara. Pesawatnya banyak sekali. Di sana ada yang mau terbang, ada yang mau turun. Terus ada orangnya pilot. Terus banyak penumpangnya. Selamat pagi Dek Evi. Aku punya gambar. Di sini ada pesawat, warnanya merah putih. Ada tulisannya. Aku bersama teman-temanku tidak takut. Pesawatnya muncul di bandara. Ada orang bawa helicopter dan aku sama Ibu. Tapi aku tidak takut kalau sendirian. Aku kuat da rajin saat ini. Aku saat kecil di bandara takut. Vta 6 Zhr 6 tulisannya. Aku naik pesawat sama Kakak, Ayah, dan Ibu ke Parangtritis. Aku main plorotan. Aku punya gambar pesawat. Warnanya merah putih. Ada rodanya. Ada sayapnya, ada banyak. Hai teman-teman. Aku punya gambar pesawat. Aku naik pesawat. Aku sampai ke bandara. Pesawatku berhenti. Aku turun. Aku beli tas sama Mama. Tasnya warna biru. Terus dipakai Mama. Aku udah sampai rumah. Aku cerita sama Papa. 156

171 No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus II Pertemuan 1 Tema: Rekreasi Subtema: Pasar Hari/ Tanggal: Selasa/ 28 Februari 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 157

172 No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr Kode Nama Lst 7 Ypi 7 Hasil Berbicara Anak Siklus II Pertemuan 1 Kode Hal yang Dibicarakan Nama Halo teman-teman. Aku punya gambar. Ini ada orang di pasar mau beli sayuran. Ada cabai dan juga wortel. Ada tomat, ada sawi, ada kobis, ada kangkung, ada kentang. Sudah. Hai teman-teman. Ada gambar pasar. Aku ke pasar. Ada cabai, ada sawi, ada pedagang, ada pembeli, ada sayuran. Aku beli wortel, mainan, sama beli kubis buat ngesop. Sama beli cabai, Rvi 7 Ain 7 Hal yang Dibicarakan Hai teman-teman. Aku punya gambar sayur. Ada kubis dan semua sayur-sayuran. Aku sudah pernah makan sayur di rumahku. Aku makan sayur kubis. Aku sudah tumbuh besar. Dan aku sudah masuk ke SD. Aku mau ke pasar membeli mainan bersama Ibuku dan Ayahku. Itulah ceritanya. Hai teman-teman. Ini ada gambar pasar. Aku pernah ke pasar lo. Aku mau beli sayur. Ada yang jual dan ada yang beli. Aku mau beli baju. Di pasar ada sayuran namanya wortel sama sayur. Terus ada 158

173 sama beli brokoli, sama beli tomat. cabai, ada tomat, ada bubur, kitek, sama jepet. Bgs 7 Adn 7 Rva 7 Halo teman-teman. Aku punya gambar pasar lo. Aku neng kono tumbas mainan, wortel, sawi, tomat, karo bakso tusuk. Gek dimaem neng montor gek bali. Hai teman-teman. Aku punya gambar pasar. Ini ada penjual dan pembeli. Pembelinya mau beli sayur. Sayurnya ada tomat, kubis, cabai, wortel, bawang, aku ke pasar membeli rambutan. Aku mau beli apel tapi tidak boleh jadi beli rambutan. Terus membeli gula, gula pasir. Selamat pagi Dek Rvi. Ini ada gambar sayur. Ada cabai, buah-buahan, tomat, setelah itu aku mau membeli sendiri pakai uang. Uangnya banyak dan kubeli mainan lagi. Setelah itu aku beli emas dan aku membeli saos tomat. Aku membeli buku. Aku lihat tomat dan bubur di pasar. Yni 7 Vta 7 Zhr 7 Hai teman-teman. Aku punya gambar sayuran, ada kangkung, ada cabai, ada wortel, ada kentang, ada tomat, ada kubis. Di pasar ada orang. Aku takut Ibu. Hai teman-teman. Ini ada gambar sayuran. Ini di pasar. Ada kubis dan ada tomat. Ada orang beli. Ada wortel dan ada sayuran, ada kangkung, ada pembeli. Sudah banyak. Aku beli cabai begini, Mbah tumbas cabai dua ribu. Dikantongi, ini uangnya dua ribu. Abis itu beli tomat. Halo teman-teman. Aku punya gambar pasar. Aku ke pasar. Aku beli mainan. Aku dibeliin mainan sama Mama. Aku di pasar lihat sayuran, mainan, pedagang, pembeli. Pasarnya bagus, aku pernah lihat di pasar Karangtengah. Pasarnya rame. Aku beli ikan. Aku masak di rumah. Ada yang jualan kangkung, cabai, tomat, wortel, kubis, brokoli, loncang, kubis. 159

174 No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus II Pertemuan 2 Tema: Rekreasi Subtema: Pasar Malam Hari/ Tanggal: Kamis/ 2 Maret 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 160

175 No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr Kode Nama Lst 8 Hasil Berbicara Anak Siklus II Pertemuan 2 Kode Hal yang Dibicarakan Nama Hai teman-teman. Aku punya gambar pasar malam. Aku di pasar malem terus naik odongodong, aku beli baju, beli balon, dan beli sepatu. Terus mainan. Terus aku sama Mama dan Ayah. Dan ada balon terus dan ada jajanan. Aku beli jeruk. Dan terus pulang dan terus mainan. Mainan balon. Rvi 8 Hal yang Dibicarakan Hai teman-teman. Aku punya gambar pasar malem. Aku pernah di pasar malem. Aku pernah beli balon. Dan beli arum manis bersama Mbak Ika, Mas Diki, dan Mbak Rva. Aku pergi ke rumah untuk makan arum manis. Dan aku kesana lagi untuk menjemput Mamaku. Besok lagi, kalau ada pasar malem lagi aku kesana lagi. Aku ingin membeli mainan. Aku main komedi putar. Ak naik kurungan manuk. Di sana rame. Aku beli baju dan celana yang baru. Dan 161

176 Ypi 8 Bgs 8 Adn 8 Rva 8 Hai teman-teman. Aku punya gambar pasar malem lo. Ada balon ada kincir-kincir. Sama ada balon, ada mincing, sama ada berputar, sama ada boneka. Sama beli mainan, monil remot. Sama beli makanan ikan gek dimakan enak. Bar makan permainan mincing sama beli mincing. Iki ono kitiran, balon, mainan iwak-iwakan. Semuanya di pasar malem. Main kuda-kudanan. Neng aku ra tahu. Aku kur neng alun-alun. Aku neng pasar malem karo Pak Tuo karo Lek eny. Gek aku tumbas balon karo tumbas kitiran. Hai teman-teman. Aku punya gambar pasar malem. Di sana ada balon, terus ada baju, terus ada main pancing-pancingan. Di pasar malem pernah main pancing-pancingan dapet banyak. Saya sama Mamak, Bapak, Adik. Hai teman-teman. Aku pernah ke pasar malem. Di sini ada yang aku kirimkan, ada aku Rvi mama dan papa sekeluarga. Aku beli baju. Baju baru ini akan aku kugunakan. Aku lebih menyukai Ain 8 Yni 8 Vta 8 Zhr 8 aku kehujanan. Dan aku beli baju lagi dan aku beli mainan bersama Mbak Rvi. Itulah ceritanya saat aku masih kecil. Hai teman-teman. Ini ada gambar alun-alun. Ini ada baju sama balon. Ada orang yang membeli. Ada gambar kurungan manuk sama ada ikan-ikanan. Ini ada baju dan ada yang membeli. Aku membeli baju sama balon. Hai teman-teman. Aku punya gambar. Aku numpak ini sama Kakak. Ada balon. Aku sama Mama beli mainan. Mainan bongkar pasang. Aku numpak kuda, beli tas warna hijau. Beli sepatu. Halo teman-teman. Aku punya gambar pasar malam lo. Aku disana naik puteran manuk. Terus aku mancing. Aku pun ingin masuk rumah hantu. Terus aku disana ingin beli mainan. Mainannya ada balon terus ada balon. Terus aku ingin naik kuda. Terus aku disana beli tas sama Mama sama Kakak. Halo teman-teman. Aku punya gambar pasar malam. Aku di pasar malam beli tas, balon, baju, celana sepatu, terus mainan. Aku sampe ke 162

177 baju-baju ini. Di sana rame ada yang main ikan, odong-odong, dan begitulah ceritanya. rumah. Aku udah mulai mainan. Terus aku mainan sama kakakku, aku di rumah mainan sama kakak dan adik. Di pasar malam aku naik odong-odong, naik kereta api, naik mobil. Terus aku mainan ke kolam renang. No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus II Pertemuan 3 Tema: Rekreasi Subtema: Pantai Hari/ Tanggal: Sabtu/ 4 Maret 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 163

178 No Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 164

179 Kode Nama Lst 9 Ypi 9 Bgs 9 Hasil Berbicara Anak Siklus II Pertemuan 3 Kode Hal yang Dibicarakan Nama Aku punya gambar pantai. Aku mainan terus aku lihat air terus aku mainan. Terus aku lari. Terus aku lihat pohon dan mainan. Dan ada payung, ada ombak, ada orang. Terus ada kapal dan ada ombak. Terus aku mainan masak-masakan. Terus aku pulang. Hai teman-teman. Aku punya gambar pantai lo. Aku jalanjalan sama mainan pasir, naik perahu, sama berenang, sama lihat paus, sama buat rumahrumahan. Sama beli makanan dan duduk di perahu. Terus pulang dan makan. Bar makan tidur siang. Bar tidur main, sama malam tidur lagi, bangun pagi gek sekolah. Hai teman-teman. Aku punya gambar pantai lo. Aku main cegur-ceguran karo lek Eny karo Bapak. Aku main cegurceguran aku arak keret. Aku mainan pasir-pasiran. Gek aku tumbas peyek sek ono neng pantai kae. Gek aku bandembandeman karo lek Eny nganggo pasir iki. Gek keno sikile. Gek aku melu Mamak medun neng kono kae. Aku ngerti kuda karo ikan paus. Rvi 9 Ain 9 Yni 9 Hal yang Dibicarakan Hai teman-teman aku punya gambar pantai. Apa ya kirakira yang ada di gambar pantai ini. Aku pernah ke Pantai Ngobaran. Aku bersama Rvi. Aku dan Ayahku berenang di laut ini. Aku melihat kapal di pantai. Aku beli makanan disana. Dan aku ganti baju kalau udah basah bajunya. Terus aku beli makanan sama Bapak Ibu. Aku juga pernah ke Pantai Depok. Aku berenang bersama teman-temanku. Aku punya gambar. Ini ada gambar laut. Aku mau main pasir sama Mas Fajar. Terus ini ada kapal. Kapalnya tenggelam. Terus kapalnya enggak diselametin. Di pantai ada ikan mas sama ada payung, sama ada pasir. Pasirnya dibuat kereta. Terus ini ada pantai. Aku melihat pantainya bagus. Aku main sama Mas Fajar, main pasir sama bola. Hai teman-teman. Aku punya gambar pantai. Aku berenang sama Ayah. Ndelok mercon tahun baru sama Kakak. Aku renang, main pasir, sama Mbak Wulan sama Mbak Jela. Aku lari-lari. Aku main bola sama Bapak. Aku lihat kapal, ada payung, ada pasir, ada pohon. 165

180 Adn 9 Vta 9 Rva 9 Hai teman-teman. Aku punya gambar pantai. Aku di pantai berenang di ombak sama Mas. Di pantai lihat ombak. Aku bisa berenang. Ada payung, ada ombak. Aku berjalanjalan di pantai. Aku sama Mamak sama Mas. Aku berenang di ombak. Aku lihat kuda. Kudanya berjalan. Besok aku di pantai lagi. Ke Pantai Parangtritis beli mainan. Kalau Mamak berani aku ke pantai, kalau Mamak gak berani aku gak jadi ke Pantai. Zhr 9 Hai teman-teman. Ada kapal dan ada payung di pantai. Aku di pantai membeli rambutan sama buah naga, anggur, minuman. Orangnya banyak yang duduk di bawah payung. Aku di pantai melihat orangorang berenang. Aku juga ikut berenang, ombaknya banyak, aku nyemplung di ombak. Ada pasirnya. Aku di pantai wetan ada renangnya. Halo teman-teman. Aku punya gambar pantai. Aku naik perahu layar. Aku cari ikan di pantai. Terus aku dapat ikan besar, terus aku makan di rumah, terus aku goreng, terus aku makan sama tementemenku. Terus mama minta dan aku kasih. Terus di pantai aku main pasir. Sekarang aku udah ke payung. Di payung mainan masak-masakkan. Terus udah. 166

181 No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus II Pertemuan 4 Tema: Rekreasi Subtema: Kolam Renang Hari/ Tanggal: Senin/ 6 Maret 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 167

182 No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr Hasil Berbicara Anak Siklus II Pertemuan 4 Kode Nama Hal yang Dibicarakan Kode Nama Lst 10 Ypi 10 Halo teman-teman. Aku punya gambar prosotan di kolam renang. Terus aku renang terus aku beli mainan dan berenang. Terus aku mainan air dengan Mama. Terus aku lihat air dan prosotan. Dan ada orang renang. Aku mainan air sama Mama. Terus ada orang yang berenang dan aku main prosotan. Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku renang sama prosotan. Aku renang gek mentas ke prosotan yang lainnya yang berputar. Sama sudah basah. Aku berenang gek mainan mobilmobilan karo numpak robotrobotan gek naik helikopter. Rvi 10 Ain 10 Hal yang Dibicarakan Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku sudah pernah disana. Di sana aku sudah pernah menyelam. Terus aku menyelam bersama Mbak Rva. Aku bersama teman-temanku. Aku keluar dari kolam renang terus aku mandi pakai sabun. Aku melihat kawan-kawan berenang dan aku berenang lagi. Hai teman-teman. Aku punya gambar. Ini ada kolam renangnya, ada prosotan. Yang sini ada orangnya banyak. Aku sama Mas Fajar. Terus ini ada bola buat mainan orang. Bolanya ditendang. Aku berenang ke laut ke Parangtritis. Terus aku kesini ke plorotan. 168

183 Bgs 10 Adn 10 Rva 10 Abis itu aku pulang sama Mama Papa. Aku sampai rumah tidur. Bangun tidur sekolah, main, tidur siang. Aku lihat TV. Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang lo. Neng kono ono bebek, prosotan. Aku ceguran neng endek-endek gek adikku ceguran neng jero-jero mbok gegrujukan sek neng ember gede kae. Aku kur neng pinggir-pinggir lha sek cetek. Nek adikku sek neng jero gek gegebyuran seko ember gede. Aku neng kono tumbas susu. Hai teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku pernah liburan ke kolam renang. Aku lihat prosotan, kacamata renang, pelampung, dan ember buat mandi. Dan disana orangnya banyak berenang. Terus aku merosot. Aku pernah melihat tapi gak berenang. Aku pernah makan di sana tapi gak berenang. Besok-besoknya kesana lagi dan berenang sama Mas Isal dan Mbak Elin. Selamat pagi Dek Rvi. Ini ada gambar. Ini gambar apa ya namanya? Ini kolam renang. Ini ada prosotan, ada orang renang. Ada kereta yang kecil. Aku ikut. Eretanya cepat. Dan aku menyelam di dalam kolam ini bersama Rvi. Aku mencoba semuanya. Aku punya uang banyak. Ada air, orang, dan semuanya melihat. Ada guru dan anak-anak disini. Yni 10 Vta 10 Zhr 10 Aku basah. Halo teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku renang di kolam renang pakai kaca mata. Aku renang pakai baju renang. Aku di pantai naik kereta. Masku jam berapa metuk aku ke pantai terus ke rumah simbah. Di pantai ada ombak. Ombak itu besar.. Aku takut ombak. Aku mau pulang sama Mama. Aku beli es krim. Halo teman-teman. Aku punya gambar kolam renang lo. Di sini ada airnya, ada plorotannya, ada pelampung dan bebek-bebekan. Di sini ada mainan banyak. Aku rekreasi pakai pelampung. Aku bawa di rumah. Aku punya di rumah. Aku berenang. Aku numpak kereta gantung. Terus aku bar naik kereta gantung aku naik kereta-keretanan. Terus aku ambil gayung untuk mainan. Aku udah pulang. Halo teman-teman. Aku punya gambar kolam renang. Aku dah tahu ke kolam renang. Aku renang. Aku udah terus aku plorotan ke kolam renang. Aku beli mainan ban untuk di kolam renang. Terus aku di sana lihat pemandangan cahaya bagus lo. Aku dari kolam renang aku beli baju yang bagus terus aku keluar dari kolam renang. Renangnya pakai baju renang 169

184 warnanya biru. Terus aku maem ke restoran. No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus II Pertemuan 5 Tema: Rekreasi Subtema: Candi Hari/ Tanggal: Kamis/ 9 Maret 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 170

185 No Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 171

186 Kode Nama Lst 11 Ypi 11 Bgs 11 Hasil Berbicara Anak Siklus II Pertemuan 5 Kode Hal yang Dibicarakan Nama Halo teman-teman. Aku punya gambar candi. Aku pernah ke candi. Patungnya berbentuk batu terus candinya berbentuk batu. Terus aku disana jajan Pop Mie. Terus aku main. Terus aku foto sama Mama. Terus ke kolam renang dan renang. Terus di candi ada patungnya dan orang-orang, dan ada rumput, ada pemoto, dan ada patung. Ada orang. Udah. Hai teman-teman. Aku punya gambar lo, gambar candi. Aku nek kesana lihat candi sama lihat patung sama duduk di batu sama payungan. Sama foto-foto, sama mau pulang beli makanan. Ikan sama mie, sama beli mainan batu-batuan candi. Sama beli mainan mobil-mobilan. Sama beli es krim yang digabung besar. Abis itu aku pulang, terus tidur. Teman-teman aku punya gambar candi lo. Aku dah pernah ke candi terus tumbastumbas balon, tumbas minuman, tumbas mainan, tumbas es jeruk, terus mangga, manggis. Gek neng nduwur ana pesawat gek ana motor GP. Gek le numpak tengtrengteng. Gek enek bakul mainan aku tumbas. Gek aku ngerti kereta gek anu, aku ngerti bis ngerti opo-opo. Gek Rvi 11 Ain 11 Yni 11 Hal yang Dibicarakan Hai teman-teman. Aku punya gambar candi. Aku pernah di candi bersama Mbak Rva. Aku pulang bersama Mbak Rva. Aku pulang untuk belajar. Aku menggambar candi bersama Mbak Rva untuk menceritakan kepada Ayah dan Ibuku. Aku beli oreo dan minuman di candi. Aku ke candi melihat patungpatung ini. Terus aku pulang bersama Ibu dan Bapakku. Hai teman-teman. Aku punya gambar. Ini ada gambar candi. Aku ke sana sama Ibu sama Mas Dimas. Terus aku naik kereta. Terus tumbas dompet. Sama melihat candi. 172

187 aku tumbas es teh, es campur, gek tumbas mainan motormotoran GP. Adn 11 Rva 11 Hai teman-teman aku punya gambar candi. Namanya Candi Prambanan. Candinya berbuat batu. Terus patungnya terbuat dari batu. Patungnya juga terbuat dari batu. Patungnya ada di dalam candi. Aku pernah liburan ke sana. Terus aku foto-foto sama Mbak Evy. Terus di sana aku beli oleholeh. Terus aku pulang makan. Aku minum aqua. Aku fotofoto di sana. Aku sama Mbak Evy yang lain sama Ibunya. Halo teman-teman. Aku punya gambar candi. Aku jalan-jalan ke candi. Aku di sana beli makanan sama boneka. Di sana aku beli tas sama jajanan, sama batik baju, sama baju lagi. Aku numpak kereta sama odong-odong. Aku di sana odong-odongnya berjalan. Aku ke candi berenang di sana. Ada topengnya. Aku di sana lihat topeng dan aku foto sama Mamak. Fotonya sama Mamak aku nganggo kaca mata. Aku di sana beli baju sama tas. Vta 11 Zhr 11 Halo teman-teman. Aku punya gambar candi. Aku dek PAUD itu ke candi kekreasi. Aku membeli candid an berenang. Ada bunga aku membeli. Bunga yang cantik. Ini dan ada rumput. Aku naik kereta. Ada yang daun bersih dan ada bunga. Dan ada rumah. Di candinya ada patung. Bentuknya kayak orang. Ada pesawat. Aku ndelok TV di rumah Viona ada pesawat. Pesawat yang aku ceritakan kae. Halo teman-teman. Aku punya gambar candi. Aku udah pernah ke candi. Aku lihat pemandangan, lihat candi, lihat patung. Aku di dalam melihat patung-patung. Terus aku di sana naik sepeda motor, renang. Aku ke sana sama Mama, Papa, aku, Kakak. Di candi aku melihat rumput, terus aku naik sepeda motor. Aku pulang ke rumah. 173

188 No Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara Siklus II Pertemuan 6 Tema: Rekreasi Subtema: Kebun Binatang Hari/ Tanggal: Sabtu/ 11 Maret 2017 Observer: Titin Lastutiasih (Peneliti) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Observer: Siti Murwaningsih, M.Psi. (Guru Kelas) Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr No Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr 174

189 No Observer: Maria Ulfah (Mahasiswa PGPAUD) Nama Aspek-aspek Berbicara Keberanian Kelancaran Ekspresi Pengucapan Pengembangan Kosakata Pembentukan Kalimat Lst 2. Ypi 3. Bgs 4. Adn 5. Rva 6. Rvi 7. Yni 8. Ain 9. Vta 10. Zhr Kode Nama Lst 12 Hasil Berbicara Anak Siklus II Pertemuan 6 Kode Hal yang Dibicarakan Nama Halo teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ada gajah, unta, singa, dan gorilla. Singanya makan daging. Terus ada orang. Dan ada rumput. Terus rumputnya dimakan unta. Dan terus gajahnya mandi. Terus di rumah singa ada pohon dan ada pager. Unta ada pagernya biar gak lepas. Terus ada orang-orang pada mainan. Terus aku naik ayunan. Aku sama Mamak. Terus ada kamar mandi. Ada ular juga, ada singa, ada jerapah, ada kuda, ada penguin. Rvi 12 Hal yang Dibicarakan Hai teman-teman aku punya gambar kebun binatang. Aku pernah lihat unta. Di sana aku melihat singa, unta, dan gajah. Semua aku lhat. Aku lihat sama Mbak Ika, dan sama Ibu dan Ayah, dan bersama Mas Adi. Aku di sana melihat singa. Aku pernah di kebun binatang. Aku bersama Mbak Ika memberi makan gorilla. Aku melihat gajah bersama melihat unta dan singa. Aku melihat semuanya. Aku pernah di kebun binatang bersama Mbak Dita. Terus aku pulang. Terus beli buku. Terus ke kebun binatang melihat ikan buaya. Aku pernah melihat kancil di sana. Aku melihat singa memakan hewan-hewan. 175

190 Ypi 12 Bgs 12 Adn 12 Hai teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang lo. Ada gambar gajah dan gorilla. Gajahnya mandi berdiri. Ada unta. Sama gorilla makan pisang. Sama singanya makan daging. Sama gajahnya udah mandi. Sama naik kuda. Gajahnya dimasukan ke kandang. Sama ada anak gajah. Ada lima. Sama anaknya sudah besar. Anak gorilla juga sudah besar. Diberi makanan ikan sama ayam. Tak bawa pulang terus tak makan. Halo teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang lo. Aku neng kono salim karo gajah, irunge. Aku neng kono ndelok harimau, gek karo ndelok orang utan, gek ndelok singa. Aku ra ndelok dinasaurus sek ndelok kur Dafa karo Evan. Neng kono ana boyo, gek enek harimau, gek enek kudanil sak omah. Kudanile nyangap. Gek aku ndelok gajah karo unto karo jerapah gek ndelok kupu-kupu warna-warni. Gek ana singa lagi mangan jerapah karo unta. Ana orang utan gede, gek ana orang utan gundul. Gek ana unta lagi mangan suket. Ana harimau tukaran karo singa. Hai teman-teman. Aku punya gambar kebun binatang. Ini gambarnya ada unta, gajah, singa, gorilla. Terus aku pernah liburan ke sana memberi makan hewan. Hewannya ada ular, ikan, Ain 12 Yni 12 Vta 12 Selamat pagi teman-teman. Aku ini punya gambar. Ini ada gambar gorilla, sama rusa, sama gajah, sama singa banyak. Aku pernah ke sana melihat hewan. Hewan rusa sama gajah. Melihat semuanya. Hai teman-teman. Aku punya gambar. Ada singa, gajah, jerapah di kebun binatang. Aku di kebun binatang sama Mama sama Kakak. Aku di sana beli topi. Di sana ada orang. Aku melihat gajah sama singa. Halo teman-teman. Aku punya gambar binatang lo. Di sini ada gajah, singa, gurita, unta. Di sana aku lihat macem-macem. Ada jerapah juga. Terus abis itu aku pun naik gajah. Terus aku naik kereta gantung. Abis ke 176

191 Rva 12 gorilla, gajah, singa, dan lainlainnya, ini singanya lagi makan sama anaknya. Singanya makan jerapah. Terus jerapahnya mati. Terus gorilanya juga capek. Ini anaknya ada di hutan. Ini ada di kandangnya. Ini ada di air. Ada di kandangnya mau minum. Gorilanya mau mencari makan. Makannya rumput. Terus ini untanya diberi makan orang. Makanannya sayuran. Terus ini gajahnya minum pakai belalainya. Terus belalainya ujungnya bolong dua. Halo teman-teman. Aku punya gambar binatang. Ada harimau, ada gajah, ada unta, ada orang utang. Di kebun binatang aku lihat ini sama teman-teman. Temantemannya banyak. Orang utannya jalan. Gajahnya mau makan. Untanya mau makan. Gajahnya bermain. Gajahnya makan rumput. Untanya makan rumput. Aku di sana berenang. Aku di sana melihat apa ya? Aku melihat singa, ada ikan paus. Aku beli es krim. Di sana payungnya banyak. Zhr 12 kebun binatang aku ke kolam renang. Aku renang. Aku bisa renang. Terus aku di sana melihat singaanya lagi makan. Terus bar makan singanya pergi. Terus aku lihat harimau. Abis lihat harimau aku pulang. Halo teman-teman. Aku punya gambar semua hewan. Aku naik gajah di kebun binatang. Terus aku kasih makan gajah. Aku pernah naik gajah. Aku makan di sana lauknya sama ikan. Terus aku renang di kebun binatang, terus aku lihat ikan hiu. Ikan hiunya besar kayak badan harimau. Kalau gak kayak badan macam. Di sana ada harimau, kingkong, gajah, terus unta. Aku pernah naik gajah. 177

192 Lampiran 3 Persentase Hasil Observasi 178

193 Lampiran 2. Persentase Hasil Observasi Persentase Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus I No Nama Siswa Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst ,67 69,46% 2. Ypi ,67 52,79% 3. Bgs % 4. Adn Rva ,33 68,05% 6. Rvi ,67 69,46% 7. Yni % 8. Ain % 9. Vta ,5% 10. Zhr No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 2 Siklus I Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst ,33 68,04% 2. Ypi ,33 55,55% 3. Bgs ,33% 4. Adn ,67 61,13% 5. Rva ,17% 6. Rvi ,67 81,95% 7. Yni ,16% 8. Ain ,67 61,13% 9. Vta ,67 65,29% 10. Zhr ,67% 179

194 No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 3 Siklus I Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst ,33 76,38% 2. Ypi Bgs ,17% 4. Adn ,67 61,12% 5. Rva ,17% 6. Rvi ,67 77,79% 7. Yni Ain ,67 65,23% 9. Vta ,67 61,13% 10. Zhr ,33 76,34% No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 4 Siklus I Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst ,17% 2. Ypi ,33% 3. Bgs ,5% 4. Adn ,67 81,96% 5. Rva ,33 88,88% 6. Rvi ,33% 7. Yni ,5% 8. Ain ,33 68,04% 9. Vta ,5% 10. Zhr ,67 65,29% 180

195 No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 5 Siklus I Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst ,67 81,96% 2. Ypi % 3. Bgs ,33 68,04% 4. Adn ,67 90,29% 5. Rva ,67% 6. Rvi ,67% 7. Yni ,83% 8. Ain ,67 77,79% 9. Vta ,67 73,63% 10. Zhr ,33 80,54% No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 6 Siklus I Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst ,33 88,88% 2. Ypi ,17% 3. Bgs ,67 77,79% 4. Adn ,33 88,88% 5. Rva ,33 88,88% 6. Rvi ,67 94,46% 7. Yni ,33 76,38% 8. Ain ,5% 9. Vta ,67 77,79% 10. Zhr ,33 84,71% 181

196 No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus II Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst ,5% 2. Ypi ,67 86,13% 3. Bgs ,33 88,88% 4. Adn ,83% 5. Rva ,83% 6. Rvi ,67 98,63% 7. Yni ,17% 8. Ain ,17% 9. Vta ,67 81,95% 10. Zhr % No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 2 Siklus II Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst ,33 97,21% 2. Ypi ,67% 3. Bgs ,67 90,30% 4. Adn ,83% 5. Rva ,83% 6. Rvi ,67 98,63% 7. Yni ,33% 8. Ain ,33% 9. Vta ,33 88,88% 10. Zhr % 182

197 No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 3 Siklus II Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst % 2. Ypi ,46% 3. Bgs ,67% 4. Adn Rva % 6. Rvi % 7. Yni ,5% 8. Ain ,46% 9. Vta ,67% 10. Zhr % No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 4 Siklus II Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst % 2. Ypi ,67 94,46% 3. Bgs ,5% 4. Adn % 5. Rva % 6. Rvi % 7. Yni ,83% 8. Ain ,67 94,46% 9. Vta ,67 98,63% 10. Zhr % 183

198 No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 5 Siklus II Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst % 2. Ypi % 3. Bgs ,67% 4. Adn % 5. Rva % 6. Rvi % 7. Yni Ain ,83% 9. Vta ,67 94,46% 10. Zhr % No Nama Siswa Persentase Hasil Observasi Pertemuan 6 Siklus II Skor yang Diperoleh Anak dari Tiga Sumber Rata-rata Persentase Peneliti Guru Mahasiswa 1. Lst % 2. Ypi % 3. Bgs % 4. Adn % 5. Rva % 6. Rvi % 7. Yni ,83% 8. Ain ,83% 9. Vta ,67 98,63% 10. Zhr % 184

199 Lampiran 4 Dokumentasi Selama Tindakan 185

200 Lampiran 3. Dokumentasi Selama Tindakan di TK ABA VII Purwosari TK ABA VII Purwosari tampak depan Kamar mandi TK ABA VII Purwosari Halaman TK ABA VII Purwosari Anak show and tell di depan kelas Anak melakukan show and tell Anak melakukan show and tell 186

201 Lampiran 3. Dokumentasi Selama Tindakan di TK ABA VII Purwosari Anak melakukan show and tell Anak melakukan show and tell Anak melakukan show and tell Anak melakukan show and tell Anak melakukan show and tell Anak melakukan show and tell 187

202 Lampiran 3. Dokumentasi Selama Tindakan di TK ABA VII Purwosari Anak melakukan show and tell Kegiatan bernyanyi bersama Kegiatan pembelajaran di kelas Anak mengerjakan lembar kerja Kegiatan akhir pembelajaran kelas Akhir penelitian di TK ABA VII Purwosari 188

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE SHOW AND TELL

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE SHOW AND TELL Meningkatkan Keterampilan Berbicara... (Titin Lastutiasih) 1 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE SHOW AND TELL IMPROVING SPEAKING SKILL CHILDREN AGE 5-6 YEARS OLD THROUGH

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan (Golden Age) dalam

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU Ramlah 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berbicara anak kelompok B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan periode masa emas bagi perkembangan anak dimana tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni meliputi

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI Desyanti Kemalasari N 1 Ening Widaningsih 2 Winti Ananthia 3 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang meningkatnya

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi ini dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia Sesuai dengan fungsinya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini anak melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa kanak-kanak.

Lebih terperinci

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak-anak merupakan masa perkembangan. Cara mendidik sangat menentukan perkembangan anak terutama pada perkembangan bahasa anak.pendidikan di Taman Kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia ( Depdiknas,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar 8 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar ditaman kanak-kanak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan berkembangnya suatu negara itu dipengaruhi oleh pendidikan dalam negara itu sendiri. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan untuk anak dalam rentang usia empat sampai dengan enam tahun yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MOTTO. sosial. (Suhartono) selama masa perkembangan. (Suhartono) Sebagai orangtua dan guru hendaknya memberikan pengalaman sejak usia dini.

MOTTO. sosial. (Suhartono) selama masa perkembangan. (Suhartono) Sebagai orangtua dan guru hendaknya memberikan pengalaman sejak usia dini. MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK A1DI TK KARTIKA III-38 KENTUNGAN,DEPOK, SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, dipaparkan pula tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak, karena dengan berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Akhadiah ( Suhartono :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat. Ia banyak memperlihatkan, membicarakan atau menanyakan tentang berbagai hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan anak-anak pada rentang usia 0 6 tahun yang. membutuhkan banyak stimulasi untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan anak-anak pada rentang usia 0 6 tahun yang. membutuhkan banyak stimulasi untuk membantu pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan anak-anak pada rentang usia 0 6 tahun yang membutuhkan banyak stimulasi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohaninya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya perubahan yang dilakukan manusia, oleh karena itu pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri sehingga akan melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan kelompok potensial dalam masyarakat yang perlu mendapat perhatian dan proritas khusus, baik para orang tua dan lembaga pendidikan. Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

K A R M I NIM. A53B111043

K A R M I NIM. A53B111043 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN MELALUI METODE BERCERITA DENGAN BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL BERO IV TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014 PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa manusia tidak mungkin dapat berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan anak usia 4-6 tahun. Usia tersebut merupakan masa emas (golden age)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Titik Purwanti NIM

SKRIPSI. Oleh Titik Purwanti NIM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN KARTU BERGAMBAR DI RA BABUSSALAM PREMBULAN GALUR KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran penting yang masuk dalam ujian nasional pada setiap jenjang pendidikan pelajaran yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai karena anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH Verlis Bagia 1 ABSTRAK Permasalahan utama pada penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN

PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN WIWIT SYOFIANI Abstrak Perkembangan kemampuan membaca awal anak masih sangat rendah. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, akhirnya bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, dan menjadi bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10 Menurut pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Mengucap Syair 1. Pengertian Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan perasaan serta sekaligus sebagai alat komunikasi antar manusia. Pengembangan bahasa di

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru

Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru HASMAWATI epidaermipku@gmail.com Guru SDN 153 Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya sejak lahir. Bakat

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI MEDIA FLASH CARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KUNCUP MELATI I GROGOL VIII PARANGTRITIS BANTUL

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI MEDIA FLASH CARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KUNCUP MELATI I GROGOL VIII PARANGTRITIS BANTUL UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI MEDIA FLASH CARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KUNCUP MELATI I GROGOL VIII PARANGTRITIS BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari tumbuh-kembang. Tumbuhkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari tumbuh-kembang. Tumbuhkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari tumbuh-kembang. Tumbuhkembang merupakan proses yang berkelanjutan dan bergantung satu sama lain. Pertumbuhan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar di Taman Kanak-kanak Islam Qurrata A yun Batusangkar

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar di Taman Kanak-kanak Islam Qurrata A yun Batusangkar HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL Judul Nama : Peningkatan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar di Taman Kanak-kanak Islam Qurrata A yun Batusangkar : Aries Safitri NIM : 94011 Jurusan Fakultas : Pendidikan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Metode Bercerita Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

Oleh Varynha Marcha I P NIM

Oleh Varynha Marcha I P NIM PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN MEDIA BULLETIN BOARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TAMAN KANAK-KANAK KUSUMA II BABARSARI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus, salah satunya adalah mempunyai rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah investasi masa depan bagi keluarga dan bangsa yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH KEDUNGSARI KULON PROGO SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH KEDUNGSARI KULON PROGO SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH KEDUNGSARI KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB

Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara Sitti Musdalifah DB Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Imu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar sittimusdalifahdb@gmail.com Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan dalam perkembangan kehidupan anak. Masa-masa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana komunikasi. Hal tersebut terjadi karena sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL 852 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-6 2017 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL IMPROVING THE SPEAKING SKILL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengacu pada perundang-undangan yang berlaku, tentang pengertian pendidikan telah disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK BATUPOARO KOTA BAUBAU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK BATUPOARO KOTA BAUBAU PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK BATUPOARO KOTA BAUBAU Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek 144 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016 PEMANFAATAN SURAT KABAR SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V TAHUN AJARAN 2015/2016 DI SDN 1 TASIKMADU KECAMATAN

Lebih terperinci

Keywords: speaking skill, continous story telling technique, elementary school

Keywords: speaking skill, continous story telling technique, elementary school Meningkatkan Keterampilan Berbicara... (Nirmala Ratna Sari) 157 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI SISWA KELAS IV IMPROVING SPEAKING SKILL OF FOURTH GRADE STUDENTS TROUGHOUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara dalam hal ini menyampaikan pesan merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya

Lebih terperinci

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN SITI LATIFATU NAILI RISLINA; ROSA IMANI KHAN Program Studi PG PAUD Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan pikirannya secara ilmiah dalam komunikasi ilmiah. Sarana yang digunakan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN (1-20) MELALUI MEDIA KARTU ANGKAPADA KELOMPOK B DI TK PERTIWI 53 GEBLAG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN (1-20) MELALUI MEDIA KARTU ANGKAPADA KELOMPOK B DI TK PERTIWI 53 GEBLAG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN (1-20) MELALUI MEDIA KARTU ANGKAPADA KELOMPOK B DI TK PERTIWI 53 GEBLAG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap orang. Melalui bahasa anak akan mampu mengembangkan pergaulan (social skill) dengan orang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan dipersepsikan oleh anak-anak sesuai dengan kemampuan pikiran, perasaan, imajianasi dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan pengalaman, pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah mendukung kepemilikan kompetensi tamatan Sekolah Dasar yang memiliki pengetahuan, nilai,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam bergaul dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi tentunya manusia membutuhkan sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Pengertian keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto (2005: 7) Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA Siti Reski Nanda Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas muhammadiyah makassar siti.reskinanda03@gmailcom

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B 2 TK PETIWI 57 BANGUNHARJO SEWON BANTUL

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B 2 TK PETIWI 57 BANGUNHARJO SEWON BANTUL UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B 2 TK PETIWI 57 BANGUNHARJO SEWON BANTUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom. Public Speaking Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal Sujanti, M.Ikom. Program Studi

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, yang merupakan satu upaya pembinaan bagi anak melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI Ulfa 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Khaerunnisa,2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Khaerunnisa,2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi mengemukakan hasil pemikirannya dan dapat mengekpresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci