Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara. Sitti Musdalifah DB"

Transkripsi

1 Analisis Meningkatkan kemampuan berbicara Sitti Musdalifah DB Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Imu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar Abstrak Tujuan penulisan ini untuk mengetahui keterampilan dalam berbicara, mengetahui faktorfaktor penunjang dalam keterampilan berbicara, serta mengetahui metode dan tekhnik dalam berbicara. Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam berbicara. Keywords: kemampuan berbicara, faktor-faktor, strategi, metode dan tekhnik. A. Pendahuluan Pada era globalisasi seperti sekarang ini komunikasi menjadi hal yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi yaitu berbicara itu sendiri merupakan cara manusia untuk mengutarakan maksud dan tujuan. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Kemampuan dalam berbicara tentunya dapat ditingkatkan dengan cara tertentu. Kemampuan berbicara yang baik pula, dapat menunjang kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu semakin jauh dari penguasaan. Dalam menyampaikan pesan, seseorang menggunakan bahasa, dalam hal ini ragam bahasa lisan. Seseorang yang menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat mengerti atau memahaminya. Apabila isi pesan itu dapat diketahui oleh penerima pesan, maka akan terjadi komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi tersebut pada akhirnya akan menimbulkan pengertian atau pemahaman terhadap isi pesan bagi penerimanya.

2 B. Pembahasan 1. Pengertian kemampuan berbicara Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial (Tarigan, 1981:15). Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraanya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia sedang mengkomunikasikan gagasan gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Mulgrave dalam Tarigan, 1981:4-5). Linguis (dalam Tarigan, 1981: 3-4) mengatakan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebut kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosakata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Arsjad dan Mukti U. S. 4 (1993:23) mengemukakan bahwa Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, baik ketika berbicara, presentasi, menyampaikan pendapat, berdebat, atau kegiatan lainnya. Kemampuan berbicara identik dengan penggunaan bahasa secara tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang

3 disampaikan. Selain itu, sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara mendukung keberhasilan dalam berbicara (Apriawan. 2007). Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan kepada pendengar. pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, danpenempatan persendian (juncture). Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerakan tangan dan mimik pembicaraan (Arsjad dan Mukti, 2006: 17). Menurut Knower (dalam Tarigan, 1981 : 17-18) seorang pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang kesemuanya diperlukan dalam menyatakan pikiran atau pendapat kepada orang lain,diantaranya : 1. Sang pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu : suatu pikiran (a thought). 2. Sang pembicara adalah pemakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan menjadi katakata. 3. Sang pembicara adalah sesuatu yang ingin disimak, ingin didengarkan, menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara. 4. Sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang diperhatikan dan dibaca melalui mata. 1.1.Tujuan berbicara Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade). Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan tujuan berbicara diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau

4 reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, namun juga menghendaki reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak. Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara ialah untuk: (1) memberitahukan sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar, dan (3) menghibur pendengar. Pendapat ini mempunyai maksud yang sama dengan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara umum ialah untuk memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi dari pendengar atau penerima informasi Pentingnya kemampuan berbicara Kemampuan berbicara mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan berbicara, siswa akan dapat menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain. Atar (1992 dalam Fatmawati 1997:51) mengemukakan bahwa : a. diterima baik dalam pergaulan, disebabkan karena tidak menyinggung perasaan lawan bicara. b. mempunyai banyak sahabat sebab dapat berkomunikasi dengan baik dan menarik c. dapat menyumbangkan fikiran yang berharga bagi teman-teman yang memerlukan berkat kepandaiannya menyampaikan gagasan dan cara pemecahannya. d. mempunyai kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin memerlukan kemampuan berbicara dengan orang yang dipimpinnya. e. mempunyai peluang yang lebih sukses dalam mencari ilmu dan memberikan ilmu kepada orang lain.

5 f. mempunyai kemampuan untuk sukses dalam menjalankan pekerjaan yang ada kaitannya dengan orang lain karena kemampuannya berbicara atau berkomunikasi. Berdasarkan kenyataan sehari-hari,maka kemampuan berbicara sangat penting untuk dimiliki seseorang. Dengan demikian, kemampuan berbicara harus dipelajari sejak dini agar terampil berbicara sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh penyimak. 1.3.Tes kemampuan berbicara Ahmad Rofi uddin dan Darmiyati Zuhdi (2002: ) mengemukakan bahwa secara umum, bentuk tes yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan berbicara adalah tes subjektif yang berisi perintah untuk melakukan kegiatan berbicara. Beberapa tes yang dapat digunakan antara lain: 1. Tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar. Tes ini dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan sehubungan dengan rangkaian gambar atau menceritakan rangkaian gambar. 2. Tes wawancara, yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa yang sudah cukup memadahi. 3. Bercerita, yang dilakukan dengan cara mengungkapkan sesuatu (pengalamannya atau topik tertentu). 4. Diskusi, dengan cara meminta mendiskusikan topik tertentu. 5. Ujaran terstruktur, yang meliputi mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah kalimat dan membuat kalimat. Selanjutnya, Puji Santoso, dkk (2006: ) mengemukakan bahwa ada tiga jenis tes yang dapat digunakan untuk menilai aatau mengukur kemampuan berbicara, yaitu tes respons terbatas, tes terpandu dan tes wawancara. a. Tes Respons Terbatas Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara secara terbatas atau secara singkat. Tes jenis ini mencakup beberapa macam tes, yaitu: 1. Tes respons terarah. Tes ini dilakukan dengan cara meminta menirukan isyarat (cue) yang disampaikan.

6 2. Tes isyarat atau penanda gambar. Tes ini menggunakan gambar sebagai sarana untuk mengukur kemampuan berbicara. 3. Tes berbicara nyaring. Tes ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk membaca dengan bersuara kalimat atau paragraf yang disediakan oleh guru. b. Tes Terpandu Tes ini dilakukan dengan cara memberikan panduan untuk mendorong menampilkan kemampuan berbicaranya. Tes ini meliputi tes parafrase, tes penjelasan, dan tes bermain peran terpandu. c. Tes Wawancara Tes wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai dan meminta untuk bersikap wajar, tidak dibuat-buat, dan tidak bersikap kasar Aspek kemampuan berbicara Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, selain harus memberikan kesan yang baik, penguasaan berbicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan serta berbicara dengan jelas dan tegas. (Arsyad dan Mukti 1988:103) aspek-aspek keefektifan berbieara diantaranya adalah aspek-aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan itu antara lain, ketepatan sasaran, ketepatan berbicara, penenpatan tekanan pembicaraan atau perwakilan kalimat. Aspek kebahasaan yaitu sikap yang wajar, pandangan, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak gerik dan mimik, kenyaringan suara, relevansi dan penguasaan topik. Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek kemampuan berbicara antara lain: a. Ketepatan Pengucapan Ketepatan pengucapan merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan dalam memproduksi bunyi bahasa yang meliputi artikulasi yaitu bagairnana posisi alat bicara seperti lidah, gigi, bibir, dan langit-langit pada waktu membentuk bunyi, baik vokal maupun konsonan. Kemampuan pengucapan atau pelafalan terdiri dari keterampilan untuk mengucapkan bunyi segmental yakni vokal dan konsonan dan bunyibunyi supramental berupa tekanan dan intonasinya. (Datmodiharjo, 1982:48) menyatakan bahwa pengucapan bahasa dianggap baik diantara kalimat-

7 kalimatnya fungsional nada dan situasional sesuai dengan jenis dan bentuknya, tekanan dan jedanya tepat, keteapatan pelafalan bunyibunyi vokal dan konsonannya dan memiliki pola-pola intonasi yang tepat serta tekanan kata-kata maupun kalimat dengan jelas dan pasti. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengucapan lagu bahasa dianggap baik apabila kalimatkalimat yang diucapkan berfungsi nadanya sesuai dengan situasinys, tekanan jeda juga harus tepat. (Muhajir, 1975:29) mengemukakan bahwa kesalahan dalam mengucapkan konsonan dan vokal akan lain pula artinya apa yang dikatakan pendapat tersebut jelas menyatakan bahwa kesalahan dari pelafalan konsonan dan vokal akan menyebabkan maksud dari ucapan itu; berbeda. b. Kemampuan Gramatikal Kemampuan gramatikal adalah merupakan kemampuan untuk menguasai tata bahasa yang berlaku dalam bahasa tersebut. Kemampuan tata bahasa antara lain adalah kemampuan dalam struktur kata dan menyusunnya dalam bentuk struktur kalimat yang benar. Pembicara yang baik harus menggunakan kalimat yang efektif untuk mempermudah pendengar menangkap isi pembicaraan. Menyusun dan menggunakan kalimat efektif harus langsung mengenai sasaran sehingga mampu meninbulkan pengaruh, meninggalkan kesan atau akibat bagi pendengarnya. Dalam membaca kemampuan gramatikal sangat penting dikuasai seperti kemampuan memahami makna kata, kemampuan memahami kalimat dan lain sebagainya. c. Pembendaharaan Kata Pembendaharaan kata merupakan kesanggupan seseorang untuk mengartikan kata-kata dalam bahasa yang memungkinkan seseorang tersebut memahami pembicaraan orang lain. (Darmaji, 1985:26) menyatakan bahwa kemampuan seseorang mengartikan kata-kata dalam bahasa akan memberikan peluang untuk mengerti dan menggunakan bahasa walaupun secara bahasa jalan. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa bagi seseorang yang memiliki banyak pengertian dari kata-kata bahasa walaupun bersifat pasif, dalam arti kurang

8 menggunakan kaidah yang tepat. Dengan demikian penggunaan kosa kata sangat penting bagi seseorang untuk mampu berbicara. d. Kelancaran Berbicara Kelancaran berbicara seseorang berhubungan langsung dengan bunyi ataupun ujaran. Orang yang dilatih dengan baik akan mampu berbicara dengan cepat dan tepat sehingga mereka akan lancar berbicaranya. Samsuri, (1991:97) mengatakan bahwa orang yang terlatih dalam ilmu bunyi mempunyai pengetahuan dan kemahiran menganalisis dan menghasillcan tiap bunyi bahasa karena ia telah tahu tentang struktur dan fungsi peralatan ujar. Iapun dapat menguraikan dengan setepattepatnya dan sesederhana pembentukan bunyi bahasa sehingga ia sendiri maupun siapa saja yang trelatih dalam ilmu bunyi dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu dengan baik atau betulmenggunakan alat-alat ucapan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kefasehan seseorang mengucapkan kata-kata dalam bahasa akan memperlancar orang tersebut untuk berbicara dalam menyampaikan gagasa.n, fikiran, ide, dan juga perasaannya. e. Penguasaan Topik Dalam pembicaraan formal selalu menuntut persiapan yang baik agar topik yang akan dibicarakan betul-betul dikuasai oleh pembicara. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberaian kelancaraai. Dengan demikian, penguasaan topik sangat penting bahkan. merupakan faktor utama dala.m berbicara; penguasaan topik berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman. Jika pengetahuan dan pengalaman luas maka dengan mudah menguasai topik pembicaraan yang disajikan Faktor penunjang keefektifan berbicara Agar dapat menyampaikan informasi secara efektif sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraanya, juga harus dapat mengevaluasi efek

9 komunitasnya terhadap pendengar. Jadi bukan hanya apa yang akan dibicarakan tetapi bagaimana mengemukakannya yang meliputi masalah bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Seseorang yang berbicara di depan orang lain, belum tentu lancar seperti yang diharapkan. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa dia menguasai masalah yang dibicarakan, pembicara juga harus memperhatikan keberanian dan kegairahan. Selain itu, pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan perlu diajarkan kepada siswa agar siswa mempunyai keefektifan kemampuan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan. Faktor penunjang keefektifan berbicara menurut Arsyad (2005: 17-22) diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Faktor kebahasaan Yang termasuk faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara yaitu: a. Ketepatan Ucapan Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik atau sedikitnya dapat mengalihkan perhatian pendengar. b. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi dan Durasi yang sesuai Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadangkadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada,

10 sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. c. Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran, sehingga mampu meninggalkan kesan, menimbulkan pengaruh atau menimbulkan akibat. d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicaraan yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. 2. Faktor nonkebahasaan Yang termasuk faktor nonkebahasaan adalah: a. Sikap yang Wajar, Tenang dan Tidak Kaku Dengan penguasaan materi yang baik setidaknya akan dapat menghilangkan kegugupan dan pembicara dapat bersikap wajar, tenang dan tidak kaku. Dengan sikap yang wajar sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukan otoritas dan intergritas dirinya. Sebaiknya latihan sikap ini ditanamkan lebih awal karena sikap ini merupakan modal utama untuk kesuksesan berbicara. b. Pandangan Harus Diarahkan ke Lawan Bicara Dengan sikap ini pembicara melibatkan pada semua pendengar, pandangan yang tertuju pada satu arah saja akan menimbulkan pendengar kurang memperhatikan. Untuk itu pendengar dan pembicara saling berkaitan dalam kegiatan berbicara.

11 c. Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, mau menerima pendapat orang lain dan bersedia menerima pendapat orang lain dan bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau memang keliru. d. Gerak-Gerik Mimik yang Tepat Hal ini dapat menunjang keefektifan berbicara yang dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. e. Kenyaringan Suara Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat dan jumlah pendengar. Dengan kenyaringan suara, pendengar dapat mendengarkan dengan jelas isi pembicara. f. Kelancaran Bila seorang pembicara lancar berbicara memudahkan penerimaan isi pembicaraannya. g. Relevansi atau Penalaran Gagasan demi gagasan harus berhubungan secara logis. Dengan begitu hubungan kalimat dengan kalimat harus berhubungan dengan topik pembicaraan. h. Penguasaan Topik Tujuan penguasaan topik untuk menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik sangat penting sebagai faktor utama dalam berbicara. 2. Strategi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi kompetensi disebut juga dengan strategi komunikasi atau communication strategies (Thornburry, 2006: 29). Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam strategi komunikasi yaitu: 1) Menggunakan kata-kata yang banyak/tidak langsung (tidak to the point). 2) Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing), contoh: mesjid

12 3) Menggunakan kata-kata yang umum atau sudah dikenal. 4) Menggunakan ekspresi atau alih kode, contoh: menggunakan bahasa yang sopan kepada orang yang lebih tua. 5) Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk meyakinkan maksud yang kita inginkan. Strategi berbicara menurut Modul untuk Profesional Persiapan Pengajaran Asisten dalam Bahasa Asing (Grace Stovall Burkart, ed 1998; Pusat Linguistik Terapan) adalah sebagai berikut: 1) Menggunakan minimal tanggapan Bahasa peserta didik yang kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk berpartisipasi dengan sukses dalam interaksi lisan sering mendengarkan dalam keheningan sementara yang lain yang bicara. Salah satu cara untuk mendorong peserta didik tersebut untuk mulai berpartisipasi adalah untuk membantu mereka membangun suatu persediaan tanggapan minimal yang mereka dapat digunakan dalam berbagai jenis pertukaran.. tanggapan tersebut dapat sangat berguna untuk pemula. Tanggapan Minimal dapat diprediksi bahwa peserta percakapan digunakan untuk menunjukkan pemahaman, perjanjian, keraguan, dan tanggapan lain untuk apa yang dikatakan pembicara lain. Memiliki stok tanggapan tersebut memungkinkan pelajar untuk fokus pada apa peserta lain katakan, tanpa harus secara simultan rencana tanggapan. 2) Menggunakan bahasa untuk berbicara tentang bahasa Bahasa peserta didik sering terlalu malu atau malu untuk mengatakan sesuatu ketika mereka tidak mengerti pembicara lain atau ketika mereka menyadari bahwa mitra percakapan tidak mengerti mereka. Guru dapat membantu siswa mengatasi keengganan ini dengan meyakinkan mereka bahwa kesalahpahaman dan kebutuhan untuk klarifikasi dapat terjadi pada berbagai tipe interaksi, apapun bahasa peserta tingkat keterampilan. Guru juga dapat memberikan strategi siswa dan frase yang digunakan untuk klarifikasi dan cek pemahaman. Dengan mendorong siswa untuk menggunakan frase klarifikasi di kelas saat terjadi kesalahpahaman, dan dengan menanggapi positif ketika mereka melakukannya, guru dapat menciptakan lingkungan praktek otentik di dalam kelas itu sendiri. Ketika mereka mengembangkan kontrol dari strategi berbagai klarifikasi, siswa

13 akan mendapatkan kepercayaan diri dalam kemampuan mereka untuk mengelola berbagai situasi komunikasi yang mungkin mereka hadapi di luar kelas. Setelah mengetahui langkah-langkah atau strategi dalam meningkatkan kemampuan berbicara, maka kemampuan berbicara diharapkan dapat meningkat. Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya. Kemampuan berbicara yang baik dapat menunjang segala aktifitas yang ada, contohnya: a. Sebagai calon guru tentunya harus memiliki kemampuan berbicara yang baik agar dalam menyampaikan materi kepada siswa akan berjalan dengan baik. b. Ketika dihadapkan pada suatu forum, seminar dan diskusi dipastikan sang partisipan harus memiliki kemampuan berbicara yang sangat baik. Karena di dalam forum tersebut tentunya sang partisipan diajak untuk berargumen yang didukung dengan kemampuan berbicara yang baik. c. Pada situasi wawancara, kemampuan berbicara yang baik tentu diperlukan untuk menunjang kemampuan menjawab pertanyaan dalam wawancara. Dari ketiga contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kemampuan berbicara yang baik sangat penting dalam setiap situasi tertentu Metode dan Teknik Pembelajaran Berbicara a. Metode Pembelajaran Berbicara Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan (Hamalik. 2001). Dengan metode menceritakan kembali kemampuan berbicara di kelas dapat dikembangkan dengan daya berpikirnya. Metode menceritakan kembali yang akan peneliti gunakan adalah menceritakan kembali sebuah dongeng. Dalam penilaian menceritakan kembali, untuk bukti bahwa siswa telah memahami isi bacaan ialah apabila yang bersangkutan dapat menceritakan isi bacaan itu kembali. Menurut Kabayashi (dalam Tarigan, 1981: ), untuk dapat memahami dan menceritakan kembali isi bacaan, maka pembaca harus dapat memilih dan menetapkan:

14 1) Kata Kunci Suatu bacaan dapat diutarakan kembali dengan bantuan sejumlah kata kunci yang terdapat dalam bacaan tersebut. Pembaca harus tepat memilih kata mana yang merupakan kata kunci. 2) Kalimat Topik Suatu bacaan yang panjang dapat disingkat dengan cara mengambil kalimat topik setiap paragraf. 3) Menjawab Pertanyaan Bacaan dapat diringkas isinya melalui pengajuan pertanyaan yang jawabnya dicari melalui pembacaan wacana cerpen. 4) Menyusun Struktur Bahan bacaan pun dapat disingkat dengan cara menyusun gambar skematis, rangkuman dalam bentuk diagram atau sejenisnya. Hal ini dikenal dengan istilah the structure of knowledge. Prinsip yang terkandung dalam the structure of knowledge ialah inti sari, sedikit tetapi berarti banyak atau butir-butir penting. Karena yang diingat atau dihafal itu benarbenar inti sari dari bahan pelajaran. b. Teknik Pembelajaran Berbicara Teknik ialah cara yang lebih khusus atau spesifik yang digunakan untuk mengajar (atau menguji) suatu kemahiran dalam aspek berbahasa. Wujudnya adalah dalam bentuk aktivitas, strategi atau taktik, dan bahan atau alat yang berkaitan untuk menyokongnya. Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu (KBBI, 1995). Teknik merupakan suatu kait, siasat, atau peneuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung. Setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan. Perkembangan teknik lisan seringkali lebih cepat dibandingkan dengan teknik pengajaran menulis, menyimak, dan membaca. Oleh karena itu, pengajar perlu mengkaji teknik mengajar yang sesuai dan memulih strategi-strategi yangmemberikan peluang paling banyak bagi para peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran, perkembangan teknik lisan seringkali lebih cepat dibandingkan dengan teknik pengajaran menulis, menyimak, dan membaca.

15 Ada berbagai aneka teknik pembelajaran berbicara dalam proses belajar mengajar bahasa, antara lain yaitu teknik bermain peran, teknik cerita berantai, teknik berdiskusi, dan teknik menceritakan kembali. Teknik pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah Teknik menceritakan kembali. Teknik menceritakan kembali yaitu teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan melatih keberanian siswa berbicara di depan kelas. Dalam penelitian ini teknik menceritakan kembali yang digunakan berupa menceritakan sebuah dongeng sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Simpulan dan saran A. Simpulan Berbicara merupakan suatu cara manusia berkomunikasi, dimana menjadi hal yang penting yang harus dimiliki oleh manusia umumnya. Berbicara adalah suatu cara manusia mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaaan. Dalam meningkatkan kemampuan berbicara, diperlukan adanya metode, tekhnik, faktor penunjang dan strategi-strategi yang mendukung. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Meningkatkan kemampuan berbicara sangatlah penting dalam menunjang setiap aktifitas yang ada. Kemampuan berbicara yang baik tentu akan mendukung kesempurnaan aktivitas tertentu. B. Saran Penulis menyarankan agar siswa dapat menerapkan dan memahami hal-hal dalam berbicara. Serta menerapkan teknik dan metode dalam kegiatan berbicara. Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara lebih baik.

16 Daftar Pustaka Animous pengertiankemampuanberbicara d/2016/02/pengertian-kemampuan-berbicara-menurut.html. Diakses pada tanggal 1 Mei pukul WITA Animous pengertiantujuandanteskemampuanberbicara com/2013/06/pengertian-tujuan-dan-tes-kemampuan.html. Diakses pada tanggal 1 Mei pukul Animous pengertianberbicaramenurutparaahli 14/12/pengertian-berbicara-menurut-para-ahli.htm. Diakses pada tanggal 1 Mei pukul Animous kemampuanberbicara Diakses pada tanggal 1 Mei pukul Hasanah,khaika strategimeningkatkankemampuanberbicara blogspot.co.id/2016/10/makalah-strategimeningkatkankemampuan.htm.diakses pada tanggal 1 Mei pukul 09.35

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi

Lebih terperinci

sebuah kelas ataupun dalam mengerjakan sesuatu.

sebuah kelas ataupun dalam mengerjakan sesuatu. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Percaya Diri a. Pengertian Percaya Diri Kepercayaan pada diri sendiri akan menentukan keberhasilan dari tindakan-tindakan yang dilakukan. Percaya diri akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran penting yang masuk dalam ujian nasional pada setiap jenjang pendidikan pelajaran yang lebih

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom. Public Speaking Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal Sujanti, M.Ikom. Program Studi

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2 Upaya Peningkatan Pembelajaran... UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1 Oleh: Sri Sudarminah 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA Siti Reski Nanda Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas muhammadiyah makassar siti.reskinanda03@gmailcom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 49 PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Sri Utami Universitas Wisnuwardhana Malang ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa

Lebih terperinci

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA 58 PENGARUH KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Sri Utami Universitas Wisnuwardhana Malang ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia Sesuai dengan fungsinya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah dasar, karena dengan bahasa diharapkan siswa dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mendasar dalam dunia pendidikan ini di samping masalah. peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mendasar dalam dunia pendidikan ini di samping masalah. peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah mendasar dalam dunia pendidikan ini di samping masalah peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan akan pemerataan dalam memperoleh pendidikan, juga masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara yang beraneka ragam. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara yang beraneka ragam. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keterampilan Berbicara Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA. Berbicara untuk Keperluan Akademik. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAHASA INDONESIA. Berbicara untuk Keperluan Akademik. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: BAHASA INDONESIA Berbicara untuk Keperluan Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Menurut Lagousi (1992: 25),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadikan peserta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS VB SD NEGERI KEPUTRAN I YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS VB SD NEGERI KEPUTRAN I YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS VB SD NEGERI KEPUTRAN I YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan III. PROSEDUR PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Konsep Dasar Berbicara Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam bergaul dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi tentunya manusia membutuhkan sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori 1. Hakikat Berbicara a. Definisi Berbicara Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara

Lebih terperinci

III PROSEDUR PENELITIAN

III PROSEDUR PENELITIAN III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu metode permodelan. Metode ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa yang kurang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan pilihan kata yang sesuai di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Gorontalo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan pilihan kata yang sesuai di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Gorontalo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang kemampuan siswa menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh serta alasan mengidolakannya dengan pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana berkomunikasi dengan sesamanya. Kegiatan berkomunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA POP UP

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA POP UP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA POP UP SISWA KELAS III SD NEGERI GEMBONGAN KECAMATAN SENTOLO KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK Riska Emelda 1, Rahayu Fitri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauhjauh BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Berbicara Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tarigan (1987: 15) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. Tarigan (1987: 15) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Berbicara Tarigan (1987: 15) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan serta menyampaikan

Lebih terperinci

PUBLIC SPEAKING. Modul ini membahas tentang seni berbicara di depan umum (public speaking) dan kompetensi seorang public speaker.

PUBLIC SPEAKING. Modul ini membahas tentang seni berbicara di depan umum (public speaking) dan kompetensi seorang public speaker. MODUL PERKULIAHAN PUBLIC SPEAKING Modul ini membahas tentang seni berbicara di depan umum (public speaking) dan kompetensi seorang public speaker. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. a. Pengertian Kemampuan Berbicara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. a. Pengertian Kemampuan Berbicara 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa a. Pengertian Kemampuan Berbicara Kemampuan merupakan kesanggupan dari diri kita untuk berusaha agar tercapai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara merupakan ketrampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses komunikasi kepada orang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan (action research) dan bersifat kolaboratif, yaitu peneliti bersama guru bahasa Indonesia serta guru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah faktor yang kompleks

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH Oleh : HJ. HADIJAH 10.21.0436 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa manusia tidak mungkin dapat berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai alat komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena hampir seluruh aktivitas manusia melibatkan bahasa. Melalui bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berbahasa merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berkedudukan sebagai komunikator, sedangkan

Lebih terperinci

Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY

Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY Dari Kolonel sampai Prajurit Seorang kolonel kepada Perwira Pelaksana Besok malam kira-kira pukul delapan malam Komet Halley akan kelihatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA.

MENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA. MENINGKATKAN PERFORMANSI BERBAHASA DENGAN MENERAPAKAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL (MODEL PENCAPAIAN KONSEP) PADA KEMAMPUAN BERBICARA Aditya Permana STKIP Siliwangi, permanaadit@ymail.com Abstrak Keterampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi dan salah satu alat untuk melahirkan suatu keinginan atau pendapat. Bahasa sebagai alat komunikasi bisa berbentuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara seseorang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara merupakan ketrampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses komunikasi kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II BERBICARA, BERDISKUSI, DAN METODE KARTU-KARTU RESPONS

BAB II BERBICARA, BERDISKUSI, DAN METODE KARTU-KARTU RESPONS BAB II BERBICARA, BERDISKUSI, DAN METODE KARTU-KARTU RESPONS A. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa memiliki beberapa aspek. Salah satu aspek dari berbhasa yaitu berbicara.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. berbicara melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada

BAB V PEMBAHASAN. berbicara melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada BAB V PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan perpaduan antara temuan penelitian dengan teori sesuai dengan pertanyaan penelitian, yaitu tentang peningkatan ketrampilan berbicara melalui penerapan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, yang merupakan satu upaya pembinaan bagi anak melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur berdasarkan prosedur tertentu. Bahasa merupakan sarana berpikir. Manusia dapat berpikir

Lebih terperinci

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB A. Metode Qira ah 1. Latar Belakang Metode Qira ah Banyak penelitian mengenai situasi pengajaran bahasa asing di Amerika Serikat pada saat itu menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh sebab itu, matematika dijadikan salah satu ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Peningkatan. Peningkatan berasal dari tingkat yang berarti, upaya, menaiikan,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Peningkatan. Peningkatan berasal dari tingkat yang berarti, upaya, menaiikan, BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Peningkatan. Peningkatan berasal dari tingkat yang berarti, upaya, menaiikan, mempertinggi, cara, proses, perbuatan meningkatkan kualiatas sesuatu

Lebih terperinci

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF Oleh Dosen Tetap Yayasan FKIP Universitas PGRI Palembang Abstrak Pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek,

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aenurohmah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aenurohmah, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011-2012 MAKALAH Oleh Ricky Firmansyah 1021.0875

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea kalimat yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat meriangkan pembaca, bukan saja

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBINAAN PROGRAM STUDI TAHUN ANGGARAN 2011

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBINAAN PROGRAM STUDI TAHUN ANGGARAN 2011 LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBINAAN PROGRAM STUDI TAHUN ANGGARAN 2011 KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNINERSITAS HASASANUDDIN OLEH Dr. Hj. Nurhayati,

Lebih terperinci

BAB II KURIKULUM, PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA

BAB II KURIKULUM, PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA 1 BAB I PENDAHULUAN Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan untuk meningkatkan keampuan siswa dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tidak akan lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan tujuan menyampaikan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Untuk memenuhi fungsi kemasyarakatan digunakan bahasa sebagai alat komunikasi utama. Bahasa adalah sekumpulan bunyi yang diucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat. Ia banyak memperlihatkan, membicarakan atau menanyakan tentang berbagai hal

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan 522 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan dan saran dipaparkan berdasarkan temuan penelitian dalam menjawab rumusan masalah yang dijabarkan melalui

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Membaca Dengan Menggunakan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Tinauka

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Membaca Dengan Menggunakan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Tinauka Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Membaca Dengan Menggunakan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Tinauka Armiyati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia memiliki kecenderungan untuk berpikir, menyatakan pendapat, keinginan, perasaan serta pengalaman-pengalamannya. Di samping itu, manusia

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA Oleh Novita Tabelessy Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Abstrak:

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA CERITA DAN TEKNIK MENJAWAB PERTANYAAN PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI I KADIPIRO KECAMATAN JUMAPOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 271 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit Mendengarkan : 1. Memahami informasi dari berbagai laporan PEMAN KEGIATAN PEMAN INDIKATOR PENILAIAN WAKTU 1.1 Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan/ informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan adalah meningkatkan empat aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di BAB III PROSEDUR TINDAKAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di sekolah inilah penulis mengajar sejak tahun 1986 sekarang, di Jalan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa perlu memiliki kemahiran dan penguasaan yang baik, agar apa yang disampaikan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan berbicara bahasa Jawa belum sepenuhnya dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Jawa, karena dalam proses belajar mengajar guru masih menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi. Alat komunikasi antarmanusia adalah bahasa, baik itu bahasa lisan atau tulisan.

Lebih terperinci