PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP DEBT TO ASSET RATIO DAN SYSTEMATIC RISK
|
|
- Suharto Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP DEBT TO ASSET RATIO DAN SYSTEMATIC RISK (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun ) SKRIPSI PUTRI BARLIAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2017 i
2 PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP DEBT TO ASSET RATIO DAN SYSTEMATIC RISK (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun ) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi PUTRI BARLIAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2017 ii
3 iii
4 iv
5 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Putri Barlian NIM : Program Studi : Manajemen Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto, menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar serta bukan hasil dari penjiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila kelak dikemudian hari terbukti ada unsur penjiplakan, saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Purwokerto, 20 Januari 2017 Yang membuat pernyataan Putri Barlian v
6 MOTTO Dari Abdullah Ibnu Amar al- Ash Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: Keridloan Allah tergantung kepada keridloan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua. Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim. Berlelah-lelahlah manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang (Imam Syafi i). Orang yang pandai (sukses) adalah orang yang mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah matinya.(al- Hadist) vi
7 PERSEMBAHAN ب ري ب هلل با هللا م رل با هللا مبس ب Dengan Rahmat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan insya allah rahimnya kepada penulis di akhirat. Nenek dan Kakek yang saya cintai, terima kasih atas do a dan nasihatnya selama ini Kedua orang tua, Bapak Atmo dan Ibu Siti Fatonah yang senantiasa mengucurkan air mata seraya berdo a khusus untuk sang buah hati dan memberikan motivasi dengan tulus ikhlas Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shoghiiraa Kakak tercinta, Elok Sukmawati, S.Si, yang telah mendampingi penulis dalam menyusun skripsi Semoga skripsi ini dapat dijadikan kebanggaan tersendiri (untuk orang tua dan kakak) serta sebagai langkah awal penulis untuk mewujudkan inpian dan cita-cita menjadi kenyataan Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ini dikemudian hari dan memberikan kemudahan dalam segala hal, Aaminn. vii
8 KATA PENGANTAR Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat- Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada: (1) Dr. H. Syamsuhadi Irsyad SH., M.H. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto. (2) Akhmad Darmawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Purwokerto. (3) Hermin Endratno, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. (4) Wida Purwidianti, SE., M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberi masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat pada waktunya. (5) Hermin Endratno, SE., M.Si., selaku dosen penguji I yang telah memberikan banyak masukan, arahan kepada penulisguna menyempurnakan skripsi ini. (6) Akhmad Darmawan, SE., M.Si., selaku dosen penguji II yang telah memberikan banyak masukan yang membangun kepada penulis guna menyempurnakan skripsi ini. (7) Bapak, ibu dosen dan seluruh staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama ini dan segala bantuan serta fasilitas yang diberikan. (8) Kedua orang tua Ibu Siti Fatonah dan Bapak Atmo serta kakak ku Elok Sukmawati, S.Si, yang selalu memberikan do a, memberikan dukungan viii
9 baik moral maupun materiil, nasihat dan motivasi yang tidak terbatas kepada penulis sehingga penulis selalu bersemangat dan optimis menghadapi setiap masalah dalam menyusun skripsi ini. (9) Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. (10) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Purwokerto, 20 Januari 2017 Penulis Putri Barlian ix
10 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Putri Barlian NIM : Program Studi : Manajemen Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jenis Karya : Skripsi menyetujui untuk memberikan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) kepada Universitas Muhammadiyah Purwokerto atas karya ilmiah saya yang berjudul: PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP DEBT TO ASSETS RATIO DAN SYSTEMATIC RISK (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun ) beserta perangkat yang ada (jika diperluan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Purwokerto berhak menyimpan, mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya dengan tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Purwokerto Pada tanggal : 20 Januari 2017 Yang menyatakan, Putri Barlian x
11 PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP DEBT TO ASSET RATIO DAN SYSTEMATIC RISk (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun ) PUTRI BARLIAN 1, WIDA PURWIDIANTI. 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan dewan komisaris terhadap debt to asset ratio dan systematic risk. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun , penelitian ini menggunakan 87 sampel perusahaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling semestara teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi berganda, statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan uji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien regresi uji t (parsial) kepemilikan institusional tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap debt to asse ratio, sementara itu dewan komisaris independen dan dewan komisaris berpengaruh dan signifikan terhadap debt to asset ratio, serta kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan dewan komisaris secara parsial tidak berpengaruh terhadap systematic risk. Kata kunci : Systematic Risk, Debt to Asset Ratio (DAR), kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dewan komisaris. xi
12 THE EFFECTS OF INSTITUSIONAL OWNERSHIP, INDEPENDENT COMMISSIONER BOARD AND COMMISSIONER BOARD ON DEBT TO ASSET RATIO AND SYSTEMATIC RISK (An Empirical Study in Manufacture Firms Listed on Indonesia Stock Exchange in ) PUTRI BARLIAN 1, WIDA PURWIDIANTI. 2 ABSTRACT This research aimed to find out the effects of institusional ownership, independent commissioner board, and commissioner board on debt to assets ratio and systematic risk. The research objects were 87 samples of manufacturing companies registered in Indonesia Stock Exchange within The sampling technique was purposive sampling. The data were analyzed using multiple regression analysis, descriptive statistic, classic assumption test, and hypothesis testing. The research result showed that regression coefficient of test (partial) of institusional ownership had no significant effects on debt to asset ratio. Meanwhile, the independent commissioner board, and commissioner board had significant effects on debt to asset ratio. Furthermore, tehe institusionall ownership, independent commissioner board, and commissioner board partially had no effects on systematic risk. Keywords: Systematic Risk, Debt to Asset Ratio (DAR), institutional ownership, independent commissioner council, commissioner board xii
13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... v MOTTO... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... x ABSTRAK... xi ABSTRACT... xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR... xviii DAFTAR LAMPIRAN... xix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitia... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Agency Cost (Teori Keagenan) Teori Mekanisme Corporate Governance Kepemilikan Institusional Dewan Komisaris Independen Dewan Komisaris Risiko Debt to Asset Ratio B. Penelitian Terdahulu xiii
14 C. Kerangka Pemikiran Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Debt to Asset Ratio Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Debt to Asset Ratio Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Debt to Asset Ratio Pengaruh Kepemililkan Institusional terhadap Systemtic Risk Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Systemtic Risk Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Systemtic Risk D. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Metode Pengumpulan Data D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional dan pengukuran variabel Variabel Dependen a. Debt to Asset Ratio b. Systematic Risk Variabel Independen a. Kepemilikan Institusional b. Dewan Komisaris Independen c. Dewan Komisaris F. Metode Analisis Data Analisis Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas b. Uji Multikolinieritas c. Uji Heteroskedastisitas d. Uji Autokorelasi Analisis Regresi Berganda Uji Kecocokan Model xiv
15 a. Kofisien Determinasi (R 2 ) b. Uji F (Simultan) Pengujian Hipotesis a. Uji t (Parsial) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskriptif Populasi dan Sampel Analisis Statistik Deskriptif Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas b. Uji Multikolinieritas c. Uji Heteroskedastisitas d. Uji Autokorelasi Analisis Regresi Berganda Uji Kecocokan Model a. Kofisien Determinasi (R 2 ) b. Uji Simultan (Uji F) Pengujian Hipotesis a. Uji Parsial (Uji t) B. Pembahasan Pengaruh Kepemilikan Institusional terdapat Debt to Asset Ratio Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Debt to Asset Ratio Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Debt to Asset Ratio Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Systematic Risk Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Systematic Risk Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Systematic Risk BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv
16 DAFTAR TABEL Judul Tabel Hal. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tabel 4.1 Deskripsi Pengambilan Sampel Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Tabel 4.3 Hasli Uji Normalitas Debt to Asset Ratio Tabel 4.4 Hasli Uji Normalitas Systematic Risk Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Debt to Asset Ratio Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Systematic Risk Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Debt to Asset Ratio Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Systematic Risk Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Debt to Asset Ratio Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi Systematic Risk Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Berganda Debt to Asset Ratio Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Berganda Systematic Risk Tabel 4.13 Hasil Uji Adjusted R 2 Debt to Asset Ratio Tabel 4.14 Hasil Uji Adjusted R 2 Systematic Risk Tabel 4.15 Hasil Uji F Debt to Asset Ratio Tabel 4,16 Hasil Uji F Systematic Risk Tabel 4.17 Hasil Uji t Debt to Asset Ratio Tabel 4.18 Hasil Uji t Systematic Risk Tabel 4.19 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel X Terhadap Y 1 dan Y xvi
17 DAFTAR GAMBAR Judul Gambar Hal. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Gambar 3.2 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Pertama Gambar 3.3 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Kedua Gambar 3.4 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Ketiga Gambar 3.5 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Keempat Gambar 3.6 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Kelima Gambar 3.7 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Keenam Gambar 4.8 Daerah Kurva Penolakan Hipotesis Pertama Gambar 4.9 Daerah Kurva Penerimaan Hipotesis Kedua Gambar 4.10 Daerah Kurva Penerimaan Hipotesis Ketiga Gambar 4.11 Daerah Kurva Penolakan Hipotesis Keempat Gambar 4.12 Daerah Kurva Penolakan Hipotesis Kelima Gambar 4.13 Daerah Kurva Penolakan Hipotesis Keenam xvii
18 DAFTAR LAMPIRAN Judul Lampiran Lampiran 1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang dijadikan sampel Lampiran 2 Hasil Olah Data Perusahaan Manufaktur Lampiran 3 Kepemilikan Institusional Lampiran 4 Dewan Komisaris Independen Lampiran 5 Ukuran Dewan Komisaris Lampiran 6 Debt to Asset Ratio (DAR) Lampiran 7 IHSG Lampiran 8 Beta Saham Lampiran 9 Debt to Asset Ratio sebelum dan sesudah Casewise Diagnostic Lampiran 10 Uji R 2 Debt to Asset Ratio sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic Lampiran 11 Uji F Debt to Asset Ratio sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic Lampiran 12 Uji t Debt to Asset Ratio sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic Lampiran 13 Casewise Diagnostic Lampiran 14 Uji Asumsi Klasik Debt to Asset Ratio a. Uji Normalitas b. Uji Autokorelasi c. Uji Multikolinieritas d. Uji Heteroskedastisitas Lampiran 15 Systematic Risk sebelum dan sesudah Casewise Diagnostic Lampiran 16 Uji R 2 Systematic Risk sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic Lampiran 17 Uji F Systematic Risk sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic Lampiran 18 Uji t Systematic Risk sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic Lampiran 19 Uji Asumsi Klasik Systematic Risk a. Uji Normalitas b. Uji Autokorelasi c. Uji Multikolinieritas d. Uji Heteroskedastisitas xviii
19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis yang mulai memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan perusahaan semakin tajam. Hal ini menuntut perusahaan untuk melakukan kegiatan dengan efektif dan efisien agar tetap memilik daya saing dengan perusahaan lain (Pradana & Kiswanto, 2013). Manajemen risiko yang bagus dan terskruktur berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi pengelapan dan melindungi sumber daya perusahaan baik yang berwujud maupun tidak berwujud (Ramadhani, Sari dan Darlis, 2015). Manajemen risiko semakin hangat dalam dunia bisnis khususnya di Amerika Serikat, akibat runtuhnya beberapa perusahaan AS yang baik karena kecurangan maupun penipuan laporan akuntansi seperti yang dialami oleh Enron dan Worldcom membuat beberapa perusahaan berinisiatif untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan perhatian terhadap peran dari manajemen risiko (Sumbramaniam, et al dalam Ramadhani, Sari dan Darlis, 2015). Menurut Ashkhabi dan Agustina (2015) kasus perusahaan dengan hutang yang tinggi terjadi pada tahun 2008 ketika PT. Suba Indah mengalami delisting. Pada tahun 2007, PT. Suba Indah digugat pailit oleh krediturnya atas kewajiban yang tidak dibayar oleh PT. Suba Indah. Suba Indah tercatat memiliki utang kepada Bank Mandiri sebesar RP. 773,88 miliar. Suba Indah juga gagal membayar (default) atas surat sanggup US$ 12 juta kepada 1
20 Commodity Credit Corporation sejak tahun Suba Indah menunggak pembayaran utang kepada Departemen Pertanian Amerika Serikat US$ 11,89 juta. Ditambah lagi bunga yang timbul dari keterlambatan pembayaran utang sebesar US$ 3,23 juta per 31 Desember Kasus utang lain juga terjadi pada PT Sekar Bumi tahun 2009 ketika pelemahan kondisi keuangan perusahaan dan gagal memenuh kewajiban terhadap para kreditur sekitar RP. 943 miliar. Kegagalan memenuhi kewajiban juga dipicu dampak krisis moneter yang juga berdampak pada kinerja keuangan perusahaan yang mengakibatkan PT. Sekar Bumi mengalami delisting. Menurut Pradana dan Kiswanto (2013) Fungsi keuangan merupakan fungsi penting dalam perusahaan. Kebutuhan dana perusahaan bisa berasal dari internal maupun eksternal. Dana yang berasal dari modal sendiri bisa berupa modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Sedangkan dana dari luar perusahaan dapat berupa hutang (debt financing). Menurut Ashkhabi dan Agustina (2015) hutang merupakan salah satu cara memperoleh dana dari pihak eksternal yaitu kreditor. Dana yang diberikan oleh kreditor dalam hal pendanaan terhadap perusahaan tersebut menimbulkan biaya hutang bagi perusahaan, dimana biaya hutang (cost of debt) merupakan tingkat bunga yang diterima oleh kreditor sebagai tingkat pengambilan yang diisyaratkan. Subramanyam dan Wild (2005) mengatakan bahwa struktur modal merupakan salah satu sumber pendanaan ekuitas dan utang pada suatu perusahaan. Sumber pendanaan tersebut dapat dijadikan suatu indikator untuk menilai apakah perusahaan mempunyai stabilitas keuangan dan dapat 2
21 melunasi utang yang ada. Struktur modal yang baik pada perusahaan dapat digunakan sebagai acuan untuk perusahaan memiliki stabilitas keuangan perusahaan dan dapat menghindari risiko gagal untuk membayar hutang. Dengan adanya DAR yang efektif mampu menciptakan keuangan perusahaan dengan kuat dan stabil. Untuk itu, DAR menjadi salah satu yang menjadi faktor pertimbangan yang sangat penting. Oleh karena itu semakin besar nilai hutang, maka risiko yang akan dihadapi perusahaan akan meningkat, khususnya risiko yang terkait dengan ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Hal ini menyebabkan pemegang saham dan kreditur akan meminta tambahan return yang merupakan kenaikan biaya ekuitas dan biaya utang bagi perusahaan (Rebecca, 2012). Menurut Pradana dan Kiswanto (2013) risiko adalah ketidakpastiaan yang dialami oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Sekiman kecil risiko bisnis, akan menyebabkan struktur modal menjadi lebih optimal, sebaliknya, semakin besar risiko bisnis, maka akan semakin kecil tingkat keoptimalan struktur modal. Menurut Husnan (2015) sumber risiko dibagi menjadi 2 yaitu systematic risk dan unsystematic risk. Systematic risk merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan. Risiko sistematis juga sering disebut dengan risiko yang selalu ada tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko sistematis juga disebut dengan risiko pasar (market risk). Disebut risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai 3
22 risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Faktor-faktor tersebut misalnya, kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan lainnya. Faktor-faktor ini menyebabkan ada kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama dan karenanya selalu dalam setiap saham. Prinsip Corporate Governance merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan berinvestasi dalam suatu perusahaan (Amelia dan Yadnyana, 2016). Beberapa prinsip dalam Good Corporate Governance yaitu meliputi Transparansi (Transperency), Akuntabilitas (Accountability), Responsibilitas (Responcibility), Independensi (Independency), Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness). Penerapan Good Corporate Governance memiliki prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya (Saraswati, Sulistyo, dan Mustikowati, 2011). Menurut Corporate Governance Perception Index (2012) tata kelola perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang dapat mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan stakeholder. Tata kelola perusahaan yang baik akan mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan pengelolaan yang cenderung menguntungkan diri sendiri, dan umumnya Good Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan dari para investor. Oleh karena itu Good Corporate Governance dapat mengontrol tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam kepentingan stakeholder. 4
23 Teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut Putri dan Natsir (2006) manajemen sebagai pengelola perusahaan dalam kenyataanya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Kondisi semacam ini dikenal dengan informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Laksana, Jaya 2015). Salah satu pihak eksternal yang memainkan peran penting adalah investor institusional yang sering diproksikan dengan kepemilikan institusional (Kusumaningrum, 2013). Peran kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan memainkan pengaruh yang besar pada pengungkapan manajemen risiko karena aksesibilitas mereka dalam proses partisipasi pengambilan keputusan di manajemen tingkat atas (Iryanti & Irene, 2015). Menurut Ramadhani, Sari & Darlis (2015) komisaris independen yang besar dalam struktur dewan komisaris akan memberikan pengawasan yang lebih baik dan dapat membatasi peluang-peluang kecurangan pihak manajemen. Dengan tindakan independennya, komisaris independen dapat membantu perusahaan untuk membuat kebijakan yang ditetapkan semat-mata untuk kepentingan perusahaan. Fama dan Jensen dalam Sambera (2013) mengatakan bahwa dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian risiko paling penting. Dewan 5
24 komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan (Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), 2002). Menurut Nugroho (2013) yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel lain yaitu ukuran dewan direksi, kepemilikan remunerasi tidak berpengaruh signifikan dan profitabilitas, likuiditas dan asset tangibility berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian yang cukup beragam mengenai Corporate Governance yang telah dilakukan, maka penulis tertarik untuk menguji kembali mengenai Corporate Governance. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Mai M Umar (2010) dengan penelitian perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Iindonesia tahun dengan menggunakan path analysis. Untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan laporan tahunan (annual report) perusahaan pada tahun dan menggunakan metode analisis regresi berganda serta dengan objek perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 6
25 Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur karena disinyalir banyak perusahaan yang tidak membagikan dividen tunai, ketika perusahaan membagikan dividen tunai berarti perusahaan mempunyai dana untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga. Menurut Rebecca (2012) Semakin besar total aset yang dimiliki oleh perusahaan, maka diharapkan perusahaan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk melunasi seluruh kewajibannya di masa yang akan datang sehingga risiko perusahaan mengalami default akan meningkat. Sebagai hasilnya, biaya utang yang ditanggung oleh perusahaan pun menjadi lebih tinggi. Berdasarkan pada uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen, dan Dewan Komisaris terhadap Debt to asstes ratio (DAR) dan Systematic risk pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan tersebut, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap DAR? 2. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap DAR? 3. Apakah dewan komisaris berpengaruh positif terhadap DAR? 4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap systematic risk? 7
26 5. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap systematic risk? 6. Apakah dewan komisaris berpengaruh positif terhadap systematic risk? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di susun, maka tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh negatif kepemilikan institusioal terhadap DAR. b. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan komisaris independen terhadap DAR. c. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan komisaris terhadap DAR. d. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif kepemilikan institusional terhadap systematic risk. e. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan komisaris independen terhadap systematic risk. f. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan komisaris terhadap systematic risk. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti Sebagai acuan terutama untuk penelitian yang berkaitan dengan Corporate Governance terhadap DAR dan systematic risk. 8
27 b. Bagi perusahan Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan atau sebagai pertimbangan yang bermanfaat bagi perusahaan terkait dengan mekanisme tata kelola perusahaan tentang pentingnya pengaruh kepemilikan institusional, komisaris independen dan dewan komisaris terhadap DAR dan systematic risk. c. Bagi masyarakat Penelitian ini sebagai informasi tambahan bagi pembaca yang ingin lebih mengetahui tentang Corporate Governance secara internal. d. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya. e. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk mempertimbangkan dalam berinvestasi. 9
28 BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Teory (Teori Keagenan) Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan adalah teori yang mengungkapkan hubungan kontrak antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Menurut Sugiarto (2009) dalam teori keagenan (agency theory), permasalahan yang muncul karena seorang agen (pihak yang menerima tugas dan wewenang) tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal (pihak yang memberikan tugas atau wewenang) hal ini disebut dengan masalah keagenan (agency problem). Konflik keagenan yang terjadi ini karena adanya asimetri informasi dimana pihak agent sebagai pengelola perusahaan secara langsung lebih memahami kondisi internal perusahaan jika dibandingkan dengan pihak principal yang memiliki sedikit informasi tentang kondisi perusahaan (Ashkhabi dan Agustina, 2015). Teori agensi mampu menjelaskan potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut. Menurut Sugiarto (2009) tindakan agen yang tidak sesuai dengan 10
29 keinginan prinsipal dapat muncul dalam berbagai bentuk yang pada umumnya mendilusi laba perusahaan. Manajer memiliki kepentingan pribadi yang sebagian besar bertentangan dengan kepentingan pemilik perusahaan. Dalam suatu perusahaan konflik kepentingan antara prinsipal dengan agent salah satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas. Kelebihan aliran kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Hal in menyebabkan perbadaan kepentingan karena pemegang saham lebih suka investasi yang berisiko tinggi yang menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi yang dengan risiko yang lebih rendah. Konflik keagenan akan muncul ketika prinsipal menyewa seorang agen untuk mengerjakan suatu pekerjaan, namun agen tidak ikut memperoleh bagian dari apa yang dihasilkannya. Asumsi bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan akan berupaya memaksimumkan nilai perusahaan ternyata tidak selalu terpenuhi. Menurut Eisenhardt (1989) dalam Reminov (2015) menyatakan bahwa teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu : a. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest). b. Manusia memikili daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality). c. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse). 11
30 Dengan demikian, berdasarkan pada asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistik, yaitu mengutamakan kepentingan bagi pribadinya. 2. Teori Mekanisme Corporate Governance Corporate Governance merupakan suatu mekanisme yang didasarkan pada teori keagenan. Penerapan konsep Corporate Governance diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan pemilik (investor) dan pemilik menjadi yakin bahwa agen tidak akan melakukan sesuatu kecurangan untuk kesejahteran agen (Darwis, 2009 dalam Nugroho, 2013). Corporate Governance adalah konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau memonitoring kinerja dari manajemen dan menjamin adanya akuntabilitas dari manajemen terhadap stakeholders dengan dasar pada kerangka peraturan perusahaan. Sedangkan menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI, 2009) corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus atau pegelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang saham kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). 12
31 Corporate Governance merupakan mekanisme pengendalian yang mengatur dan mengelola perusahaan dengan maksud untuk meningkatkan kemakmuran dan akuntabilitas dari perusahaan yang tujuan akhirnya untuk mewujudkan shareholders value. Good Corporate Governance akan membantu terciptanya hubungan yang kondusif untuk perusahaan dan dapat di pertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan yaitu kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan dewan komisaris, dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan dan mengurangi tindakan manajemen untuk berperilaku oportunistik. Menurut Corporate Governance Perception Index (2012) Corporate Governance merupakan salah satu mekanisme yang dapat mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan stakeholder. Konsep dari Corporate Governance ini diajukan untuk tercapainya pengelolaan perusahaan agar lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance meliputi (Effendi, 2016) : 1. Keadilan Menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya. 13
32 2. Transparasi Keterbukaan mengenai informasi kinerja perusahaan, baik tepat waktu maupun akuransinya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan. 3. Akuntabilitas Kejelasan fungsi, struktur, system dan pertanggungjawaban organisasi perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 4. Responsibilitas Perusahaan harus mematuhi hukum dan aturan serta memenuhi tanggungjawab kepada komunitas dan lingkungan dengan tujuan mempertahankan keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang dan dikenal sebagai perusahaan yang baik. 5. Independensi (Kemandirian) Adanya keharusan supaya organ perusahaan bertugas dengan lebih baik dan memberikan keputusan baik bagi perusahaan. Prinsip-prinsip corporate governance yang diterapkan memberikan manfaat diantaranya sebagai berikut: 1. Meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara principal dengan agen. 2. Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal. 3. Menciptakan citra perusahaan 14
33 4. Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah. 5. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik. Manfaat corporate governance menurut Forum for corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) adalah : 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, menigkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden. 3. Kepemilikan Institusional (Institutional Ownership) Menurut Ashkhabi dan Agustina (2015) kepemilikan institusional merupakan salah satu cara untuk mengurangi konflik yang terjadi diantara para pemegang saham dengan manajer. Kepemilikan institusional adalah saham yang dimiliki oleh lembaga institusi seperti pemerintah, institusi keuangan atau bank, institusi badan hukum, perusahaan investasi, institusi luar negeri, dana perwalian institusi lainnya pada akhir tahun. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain: 15
34 a. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji kendala informasi. b. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Kepemilikan institusional juga dapat menjadi mekanisme pengawasan terhadap setiap keputusan yang diambil oleh para pihak manajemen. Hal ini dikarenakan para investor institusional terlibat dalam pengambilan strategi, sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba perusahaan. Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam mengawasi manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional dapat mendorong perusahaan dalam meningkatan pengawasan yang lebih optimal pada perusahaan. Di dalam pengawasan tersebut dapat menjamin kemakmuran pemegang saham, dalam hal ini pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen yang mengawasi mendapat tekanan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Menurut Ashkhabi dan Agustina (2015) dengan adanya pengawasan yang ketat dapat membuat kinerja perusahaan menjadi baik, sehingga kreditur memandang risiko perusahaan rendah. Sedangkan perusahaan dengan kepemilikan institusi rendah akan mempengaruhi 16
35 kinerja karyawan perusahaan tersebut karena kurangnya pengawasan dari pihak luar. Dengan ini manajer akan mengurangi jumlah hutang dan membantu mengurangi biaya keagenan. 4. Dewan Komisaris Independen (Board independent) Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Menurut UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 120 ayat 2, komisaris independen merupakan orang yang diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi, anggota direksi dan atau anggota dewan komisaris lainnya dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan pemegang saham pengendali. Terafiliasi berarti : a. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal. b. Hubungan antara pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari pihak tersebut. c. Hubungan antara 2 perusahaan dimana terdapat satu atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama. d. Hubungan antara perusahaan dan pihak, baik langsung maupun tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut. 17
36 e. Hubungan antara 2 perusahaan yang dikenalkan, baik langsung maupun tidak langsung oleh pihak yanng sama atau hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama. Jumlah komisaris independen perusahaan yang besar, umumnya mempunyai laporan keuangan yang berkualitas, karena ketika komisaris independen akan mengeluarkan keputusan atas dasar kepentingan atau kebutuhan dari perusahaan tidak atas dasar kepentingan pribadi atau golongan semata, karena komisaris independen bukan pegawai dan tidak memiliki saham dalam perusahaan. Menurut Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa non-executuve director komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Fungsi dari komisaris independen yaitu menjalankan monitoring agar manajer tidak bertindak untuk kepentingan diri sendiri yang akan merugikan para pemegang saham dan menimbulkan agency conflict. Dewan komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Keberadaan komisaris independen di Indonesia telah diatur dalam Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor: Kep 315/ BEJ/ perihal Peraturan No 1-A. Keputusan ini berisi tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat Ekuitas selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat pada butir mengenai Ketentuan tentang 18
37 Komisaris Independen. Peraturan Tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik, perusahaan yang tercatat di BEJ wajib memiliki komisaris independen yang jumlah proporsinya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumalah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia dalam Sambera, (2013) kriteria komisaris independen adalah sebagai berikut : a. Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen. b. Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas atau seorang pejebatan dari cara lain yang berhubungan secara langsung dengan pemegang saham mayoritas perusahaan. c. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitas sebagai komisaris tidak lagi menempati posisi seperti itu. d. Komisaris independen bukan merupakan penasihat profesional perusahaan atau perusahaa lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut. e. Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan yang lainnya yang salah satu kelompok. 19
38 f. Komisaris independen tidak memiliki kontrak dengan perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris independen perusahaan tersebut. g. Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun atau hubungan lainya yang dapat atau secara wajar dapat dianggap sebagai campur tangan material dengan kemampuannya sebagai seorang komisaris untuk bertindak dengan kepentingan yang menguntungkan perusahaan. Menurut Yatim (2009) dalam Sambera (2013) yang dilakukan dalam perusahaan yang listing di Bursa Malaysia menunjukkan bahwa komisaris independen menyediakan pengawasan yang lebih baik dan lebih besar atas kebijaksanaan manajemen termasuk kebijakan dalam aktivitas pengambilan risiko. Selanjutnya, para anggota komisaris independen lebih cenderung melihat pelayanan dan pengabdian mereka sebagai bentuk usaha mereka dalam meningkatkan reputasi perusahaan mereka. Sumbramaniam, et al, (2009) dalam Sambera (2013), menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki komisaris independen secara umum dapat dipastikan mempunyai agency cost yang rendah. Hal ini dikarenakan komisaris independen dipandang dapat menyediakan pengawasan dewan yang lebih baik dengan cara melakukan pengawasan independen terhadap dewan direksi serta perusahaan dengan dewan komisaris independen yang besar maka akan berdampak pada kualitas pelaporan keuangan yang baik. 20
39 5. Dewan komisaris (Boards Size) Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggungjawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak yang memiliki peran dalam aktivitas pengawasan. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan, dewan komisaris bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan Good Corporate Governance (KNKG, 2006). Semakin besar anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan manajer dan tentunya akan semakin efektif dalam memonitor aktifitas dari manajemen. Jensen dan Meckling (1976) dalam Malvin (2015) semakin banyak dewan komisaris independen atau pemonitor, konflik yang terjadi kemungkinan akan semakin rendah. Dalam perusahaan, peran komisaris ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Dengan adanya komisaris, diharapkan permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham dapat diminimalisir. Jumlah atau ukuran dewan komisaris sangat berpengaruh terhadap fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris. Menurut Krisnauli (2014) ukuran dewan komisaris merupakan jumlah yang tepat agar dewan komisaris dapat bekerja secara efektif dan menjalankan corporate governance dengan penuh tanggung jawab kepada pemegang saham. Jumlah anggota dewan komisaris harus disesuaikan dengan 21
40 kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas salam pengambilan keputusan. Oleh karena itu antara perusahaan yang satu dengan yang lain pasti mempunyai kepentingan, ukuran dan kompleksitas mereka masing-masing (Sambera, 2013). Perspektif teori keagenan, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengonrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Jensen, 1983 dalam Young dkk, 2001) dalam Melvin (2015). Jumlah anggota yang harus dimiliki dewan komisaris sebaiknya lebih besar atau paling tidak sama dengan jumlah anggota dewan direksi. Hal ini dikarenakan apabila jumlah anggota dewan komisaris lebih sedikit dibandingkan dengan dewan direksi, maka akan terdapat kemungkinan anggota dewan komisaris mendapat tekanan psikologi jika ada perbedaan pendapat antara kedua pihak tersebut (Sambera, 2013). Dengan fungsi kontrol yang dimiliki oleh dewan komisaris, maka dewan komisaris dapat mengontrol setiap tindakan manajer dalam keputusan pendanaan perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang besar dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya karena sulit dalam komunikasi, koordinasi serta pembuatan keputusan. Agar dewan komisaris dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, diantaranya sebagai berikut : 22
41 a. Komposisi dewan komisaris haruslah dibuat sedemikian rupa agar memiliki independensi serta dapat memberikan keputusan yang benar, tepat waktu dan efektif. b. Anggota dewan komisaris haruslah memiliki profesionalitas dalam bentuk integritas dan kapabilitas yang memadai sehingga memungkinkan mereka untuk menjalankan fungsi yang dimilikinya dengan baik. c. Fungsi pengawasan dan konsultasi dewan komisaris haruslah meliputi tindakan pencegahan, perbaikan, dan suspensi. 6. Risiko Risiko merupakan faktor utama yang akan menjadi pertimbangan masyarakat apabila akan berinvestasi dalm suatu produk. Risiko harus sesuai dengan tingkat pengendalian yang diterima oleh investor. Investor selalu dihadapkan pada dua masalah dalam melakukan investasi yaitu return dan risiko yang mempunyai dua komponen yang tidak dapat dihindari dari investasi. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return realisasi yang diterima dengan return yang diharapkan. Risiko dalam melakukan investasi terhadap perusahaan, para pemilik saham akan selalu memperhatikan terhadap risiko yang mungkin akan terjadi. Menurut Ruwita (2012) risiko harus dikelola dengan baik sehingga risiko yang ada tidak berdampak buruk pada perusahaan, tetapi dapat membantu perusahaan dalam memahami ketidakpastian kondisi ekonomi. Pengelolaan atas risiko yang dihadapi perusahaan biasa disebut dengan manajemen risiko. Manajemen risiko yang dipilih setiap perusahaan 23
42 umumnya berbeda satu sama lain, walaupun perusahaan-perusahaan tersebut dalam industri yang sejenis yang mungkin menghadapi risiko yang serupa. Hal ini dikarenakan manajemen yang berbeda memiliki strategi pengelolaan, toleransi terhadap risiko, dan tujuan yang berbeda pula, sehigga penting bagi investor untuk lebih memperhatikan kunci risiko bisnis dan bagaimana setiap risiko dikelola oleh perusahaan. Bagi perusahaan dalam situasi seperti ini penuh dengan risiko dalam memperoleh banyak keuntungan. Risiko sistematis ialah ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. pada perusahaan semakin tinggi risiko sistematis, semakin rendah kemungkinan bagi perusahaan untuk mendapat dana eksternal. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu membiayai dengan dana internal, sehingga perusahaan akan memperbesar saldo laba dan mengurangi besarnya jumlah pembayaran deviden. Risiko sering kali dijadikan sebagai ketidakpastian karenanya risiko mengacu pada adanya variasi nilai antara yang diperkirakan dengan nilai yang di observasi. Menurut Husnan (2015) risiko dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1. Risiko sistematis (systematic risk) adalah risiko yang tidak bisa di deversifikasikan atau dengan kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi perusahaan secara menyeluruh. Systematic risk sering disebut dengan market risk atau risiko pasar karena fluktuasi risiko ini disebabkan oleh faktor kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan kondisi sosial politik, contohnya karena perubahan tingkat suku bunga yang mengakibatkan meningkatnya tingkat keuntungan yang 24
43 disyaratkan atas sekuritas secara keseluruhan, inflasi, resesi ekonomi perubahan kebijakan ekonomi, perubahan kebijakan ekonomi secara menyeluruh, perubahan pengharapan investor terhadap perkembangan ekonomi. 2. Risiko tidak sistematis (Unsystematic risk) atau risiko yang unik adalah risiko yang terjadi karena karakteristik perusahaan atau institusi keuangan yang mengeluarkan sekuritas, berbeda satu dengan yang lain. Unsystematic risk tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan tapi dipengaruhi oleh faktor mikro spesifik perusahaan seperti market share, jajaran manajemen dan laba tahunan. Jika perusahaan mengalami unsystematic risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih bisa dilakukan, karena perbedaan atua keunikan itu maka masing-masing sekuritas memiliki kepekaan yang berbeda terhadap setiap peusahaan pasar. Sebagai contoh, kepekaan sekuritas yang dikeluarkan oleh perusahaan kayu lapis akan berbeda dengan sekuritas yang dikeluarkan oleh perusahaan perakitan mobil, perusahaan pengelolaan makanan atau perusahaan pesawat terbang. Semakin besar jumlah sekuritas dalam portofolio maka semakin kecil risiko yang tidak sistematis. Apabila investor dapat melakukan diversifikasi portofolio secara sempurna atau fully diversified portofolio maka risiko portofolio sama dengan risiko pasar atau market risk. Karena risiko yang tidak sistematis dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi, maka risiko ini menjadi tidak relevan dalam portofolio. 25
44 Dengan demikian yang relevan bagi manajer keuangan atau investor hanya risiko pasar atau risiko yang sistematis. Investor selanjutnya menilai sekuritas berdasarkan harapan terhadap risiko yang sistematis. Investor akan memperoleh tingkat keuntungan sebagai imbalan atas kesediaannya menghadapi risiko yang sistematis. Kontribusi sekuritas terhadap portofolio tergantung sensitifitas atas kovarian tingkat keuntungan sekuritas terhadap perubahan pasar yang diukur dengan beta. β = 1 berarti memiliki standar deviasi atau risiko yang sama dengan risiko rata-rata indeks pasar. Portofolio yang terdiri atas sekuritas dengan beta sama dengan satu akan memiliki standar deviasi yang sama dengan indeks pasar. β < 1 berarti memiliki risiko dibawah rata-rata. Portofolio yang terdiri atas sekuritas semacam ini akan mudah berubah berdasarkan kondisi pasar. β > 1 akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar dari ratarata pasar bila kondisi pasar membaik, dan sebaliknya memberi tingkat keuntungan yang lebih rendah dari rata-rata pasar bila kondisi pasar melemah. Koefisien beta portofolio mengukur besar kecilnya pengaruh perubahan pasar terhadap tingkat keuntungan portofolio. Dengan demikian tingkat keuntungan portofolio ditentukan oleh risiko yang systematic koefisien beta dan tingkat keuntungan pasar. 26
BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis yang mulai memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan perusahaan semakin tajam. Hal ini menuntut perusahaan untuk melakukan kegiatan dengan
Lebih terperinciPROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2017
PENGARUH KOMPENSASI BONUS, LEVERAGE, PAJAK DAN PROFITABILITAS TERHADAP EARNING MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi HALIDA NURUL FITRI
PENGARUH ASET, MODAL SENDIRI, MODAL LUAR, VOLUME USAHA, DAN ANGGOTA TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011-2015 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciPROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO RETENSI SENDIRI, UKURAN PERUSAHAAN, TINGKAT KECUKUPAN DANA DAN RASIO MARGIN SOLVENSI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Lebih terperinciPENGARUH PAJAK PENGHASILAN, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN KOMPENSASI BONUS TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT
PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN KOMPENSASI BONUS TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015 SKRIPSI
Lebih terperinciPENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI Periode 2013-2015)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)
Lebih terperinciPENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, POLITICAL VISIBILITY DAN LEVERAGE TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, POLITICAL VISIBILITY DAN LEVERAGE TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) (Studi pada Perusahaan Pertambangan dan Perusahaan Konstruksi Bangunan
Lebih terperinciPENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON EQUITY DAN TOTAL ASSET TURN OVER TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN IMPLIKASI PADA HARGA SAHAM PERUSAHAAN LQ 45
PENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON EQUITY DAN TOTAL ASSET TURN OVER TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN IMPLIKASI PADA HARGA SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh
Lebih terperinci(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI Tahun ) SKRIPSI. Oleh : TIARA PRIHASTIAN
PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, KEPUTUSAN INVESTASI, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang
Lebih terperinciPENGARUH COST LEADERSHIP DAN DIFFERENTIATION
PENGARUH COST LEADERSHIP DAN DIFFERENTIATION TERHADAP HUBUNGAN MANAJEMEN PERSEDIAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI BEI PERIODE 2013 2015) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
PENGARUH KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA, DAN KOMITMEN NORMATIF TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR DINAS PENDIDIKAN KABUPATENBANYUMAS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciPENGARUH LABA AKUNTANSI, ARUS KAS OPERASIONAL, LIKUIDITAS, DAN DIVIDEN KAS TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP DIVIDEN KAS
PENGARUH LABA AKUNTANSI, ARUS KAS OPERASIONAL, LIKUIDITAS, DAN DIVIDEN KAS TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP DIVIDEN KAS (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2013-2015) SKRIPSI DWI YUSI
Lebih terperinciPENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP INVESTMENT OPPORTUNITY SET
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP INVESTMENT OPPORTUNITY SET DALAM TAHAP PENURUNAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA 2013-2014 SKRIPSI Di ajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciPENGARUH KEMAMPUAN, MOTIVASI KERJA DAN DISIPLIN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI PT. SLAMET LANGGENG KABUPATEN PURBALINGGA
PENGARUH KEMAMPUAN, MOTIVASI KERJA DAN DISIPLIN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI PT. SLAMET LANGGENG KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor
Lebih terperinciPENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI, DAN PERILAKU TIDAK ETIS TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI, DAN PERILAKU TIDAK ETIS TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Empiris Pada Bank Konvensional di Kabupaten Banyumas) SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh : SITI MARWAH ( )
1 ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, TOTAL ASSET, LEVERAGE, SALES, SHARE TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO (Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2006-2009) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih
Lebih terperinciPENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RASIO PROFITABILITAS, DAN ARUS KAS DARI OPERASI TERHADAP RETURN SAHAM
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RASIO PROFITABILITAS, DAN ARUS KAS DARI OPERASI TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manukfatur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi. Oleh: Silvi Dewi Anggraeni
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSADANA SAHAM DAN REKSADANA PASAR UANG TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI DI INDONESIA DENGAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN YANG TERDAFTAR DI BAPEPAM-LK PERIODE 2013 2015 SKRIPSI
Lebih terperinciPENGARUH KEPEMIMPINAN, DISIPLIN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN MANNAYO RESTO & CAFE PURWOKERTO
PENGARUH KEPEMIMPINAN, DISIPLIN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN MANNAYO RESTO & CAFE PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) ADITYA
Lebih terperinciPENGARUH LINGKUNGAN KERJA, MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA DAN GAJI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PT. ADIRA FINANCE CILACAP
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA DAN GAJI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PT. ADIRA FINANCE CILACAP SKRIPSI NITA ZAHROTUNNISA 1302010055 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi IRHAMSYAH TAUFIKUL ANWAR
ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, HUTANG DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2013-2015 SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Nilai Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Memaksimalkan
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : Dinar Wiharti PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2017
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM DAN KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN DI PERUSAHAAN PERBANKAN TAHUN 2013-2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh : MUHAMMAD AGUNG KAHVI ( )
PENGARUH KUALITAS CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di JII Periode 2006-2011) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan kontrak PT. Royal Korindah Bumiayu)
PENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan kontrak PT. Royal Korindah Bumiayu) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh: FITRI NOFIAWATI
PENGARUH BIAYA AGENSI DAN SIKLUS HIDUP PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA INDUSTRI MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Lebih terperinciPENGARUH CITRA BANK, PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH DENGAN KEPUASAN NASABAH SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
PENGARUH CITRA BANK, PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH DENGAN KEPUASAN NASABAH SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi pada nasabah Bank BNI Syariah KCP Cilacap) SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek
Lebih terperinciPENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN SKRIPSI
PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu memiliki nilai jual yang berbeda, yang biasa disebut dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar saham
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA, KURS RUPIAH, TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR DI BEI PERIODE TAHUN
ANALISIS PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA, KURS RUPIAH, TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS SAHAM SEKTOR MANUFAKTUR DI BEI PERIODE TAHUN 2011-2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, KEBIJAKAN HUTANG, DAN FREE CASH FLOW, TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, KEBIJAKAN HUTANG, DAN FREE CASH FLOW, TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, DAN TINGKAT PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, DAN TINGKAT PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Pada Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Lebih terperinciPENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KUALITAS PRODUK, KEPERCAYAAN DAN NILAI NASABAH TERHADAP KEPUASAN NASABAH
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KUALITAS PRODUK, KEPERCAYAAN DAN NILAI NASABAH TERHADAP KEPUASAN NASABAH (Studi pada PD. BPR BKK Purbalingga Cabang Bukateja) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciPENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), LIKUIDITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH UNTUK MENGGUNAKAN JASA BANK MUAMALAT INDONESIA KANTOR CABANG PEMBANTU PURBALINGGA
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH UNTUK MENGGUNAKAN JASA BANK MUAMALAT INDONESIA KANTOR CABANG PEMBANTU PURBALINGGA SKRIPSI ANGGA EKADHESTI 1302010075 PROGRAM STUDI MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen perusahaan pada dasarnya memiliki kepentingan ganda yaitu untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham dan kepentingan perusahaan itu sendiri. Untuk itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan (Keown et al,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maretha dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai dasar untuk melengkapi landasan teori, berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian terdahulu. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan yang berfungsi sebagai pendanaan perusahaan dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,
Lebih terperinciPENGARUH RASIO CAPITAL, ASSET, MANAGEMENT, EARNING DAN LIQUIDITY (CAMEL) TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA
PENGARUH RASIO CAPITAL, ASSET, MANAGEMENT, EARNING DAN LIQUIDITY (CAMEL) TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA SKRIPSI PIPIT ATIYAH ROMADHONI 1302010112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam
9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam memahami corporate governance (Aditya, 2012). Hubungan keagenan diartikan sebagai hubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1.1 Agency Theory Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) dengan investor.menurut Darmawati dkk (2005), inti dari hubungan keagenan adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya sebagai berikut: 1. Novi Anggraini (2015)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELUASAN PENGUNGKAPAN LAPORAN TAHUNAN
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELUASAN PENGUNGKAPAN LAPORAN TAHUNAN (Studi Kasus pada Sektor Pertambangan yang Terdaftar Di BEI Periode 2013-2015) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan disusun berdasarkan sumber-sumber informasi dalam perusahaan, salah satu informasi tersebut digunakan sebagai acuan mengenai laba perusahaan. Sedangkan
Lebih terperinciSKRIPSI YUNI ASTUTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2017
PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR MODAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2012-2015) SKRIPSI YUNI ASTUTI 1302010057 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada perusahaan korporasi yang relatif besar umumnya terdapat pemisahan fungsi pemilikan dan pengelolaan perusahaan. Pemegang saham mengalami kesulitan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian di dunia terus mengalami berbagai perubahan dan hal ini memicu para pengusaha berusaha lebih keras dalam mengembangkan usahanya, apalagi
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Agensi Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer sebagai agent. Teori agensi menggambarkan bahwa agent memiliki
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu bisnis perusahaan sangat tergantung dengan masalah pendanaan, apalagi pada perusahaan yang sedang berkembang. Pendanaan tersebut dibutuhkan untuk penambahan
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang
Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan terbebas dari permasalahan keuangan (financial distress). Financial distress terjadi bermula ketika
Lebih terperinciPENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, SOLVABILITAS, OPINI AUDITOR DAN UKURAN KAP TERHADAP AUDIT DELAY
PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, SOLVABILITAS, OPINI AUDITOR DAN UKURAN KAP TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham, dengan pembagian dividen atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu organisasi. Tujuan jangka pendek perusahaan yaitu memaksimalkan kemakmuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perkembangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan akhir-akhir ini mengalami suatu kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan adanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari isi laporan keuangan perusahaan. Laba merupakan salah
Lebih terperinciPENGARUH PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA
PENGARUH PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Free Cash Flow (Aliran kas Bebas) Arti sederhana dari free cash flow atau arus kas bebas adalah sisa perhitungan arus kas yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Mekling (1976) dalam Hanifah (2013) menggambarkan hubungan keagenan (agency
Lebih terperinciPENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, RETURN ON ASSET, DAN WINNER/LOSER STOCK TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, RETURN ON ASSET, DAN WINNER/LOSER STOCK TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsifungsi keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang bersangkutan.
Lebih terperinciGOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY
GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY Mailani Hamdani Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Pondok Cabe mailani@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dalam mempertahankan bisnis perusahaan yang
Lebih terperinciSKRIPSI TRI PURWANI
PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN, KREDIT MACET, DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP PENYALURAN KREDIT UMKM PADA BANK UMUM DI INDONESIA SKRIPSI TRI PURWANI 1302010037 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya dan meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Suatu perusahaan dikatakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai
Lebih terperinciPENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, KEBIJAKAN DEVIDEN, UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, KEBIJAKAN DEVIDEN, UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Consumer Goods Industry Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
Lebih terperinciPENGARUH KUALITAS LABA TERHADAP YIELD OBLIGASI DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI
PENGARUH KUALITAS LABA TERHADAP YIELD OBLIGASI DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi IMAS CHANDRA AGUSTINA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dunia bisnis, perusahaan dituntut untuk selalu berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean China Free Trade Area) pada 1 Januari 2010 lalu kemudian berlaku AFTA (Asean Free Trade Area)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk. agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai
Lebih terperinci