BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Spasial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Spasial"

Transkripsi

1 5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Spasial a. Pengertian Kemampuan Spasial Menurut Amstrong (dalam Yuliani dan Bambang, 2010), kemampuan spasial merupakan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar didalam pemikiran seseorang. Sulistyarini dan Santoso (2015), menyatakan bahwa kemampuan spasial merupakan kecerdasan berpikir dalam bentuk visualisasi, gambar dan bentuk tiga dimensi. Sedangkan menurut Yaumi(2013:16), kemampuan spasial adalah kepekaan pada garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, pola dan hubungan antar unsur tersebut. Komponen lainnya adalah kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual dan spasial dan mengorientasikan secara tepat. Komponen inti dari kecerdaan spasial bertumpu pada ketajaman melihat dan ketelitian pengamatan. Dari tiga pendapat pakar diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan spasial merupakan kemampuan menanggapi suatu objek pada posisi yang berbeda dengan memvisualisasi bentuk-bentuk bangun datar dan bangun ruang. Kemampuan tersebut bertumpu pada ketajaman melihat pada bangun ruang pada saat dirotasikan. Dengan mengutamakan ketelitian pengamatan sehingga dapat 5

2 6 mempresentasikan ide keruangan secara akurat dan mengorientasikan secara tepat. Kemampuan spasial menjadi tujuan utama dalam pembelajaran matematika terutama geometri di sekolah. Maier (1996), menyatakan bahwa kemampuan spasial tidak hanya digunakan dalam berbagai tugas matematika sekolah, akan tetapi pada mata pelajaran lainnya dan pada lingkup yang lebih luas seperti dunia kerja. Dalam matematika kemampuan spasial lebih dikaitkan dengan penyelesaian permasalahan geometri. Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari tentang titik, garis, bidang dan bendabenda ruang beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungannya antara yang satu dengan yang lain. Di banyak negara pengembangan kemampuan spasial merupakan tujuan utama dari pembelajaran geometri. Yaumi (2013), menyatakan seseorang dengan kemampuan spasial yang baik dicirikan antara lain sebagai berikut : 1. Selalu mengembangkan ide-ide yang menarik 2. Senang mengatur dan menata ruang 3. Senang menciptakan seni dengan menggunakan media yang bermacam-macam 4. Menggunakan graphic organizer sangat membantu dalam belajar dan mengingat sesuatu

3 7 5. Merasa puas ketika mampu memeperlihatkan kemampuan seni 6. Senang menggunakan spreadsheet ketika membuat grafik, diagram dan tabel 7. Menyukai teka-teki tiga dimensi 8. Musik video memberikan motivasi dan inspirasi dalam belajar dan bekerja 9. Dapat mengingat kembali berbagai peristiwa melalui gambar-gambar 10. Sangat mahir membaca peta dan denah. b. Indikator Kemampuan Spasial Indikator kemampuan spasial tergantung pada kemampuan untuk menggambar bentuk dan ruang dari suatu objek. Menurut Maier (1996), berikut beberapa indikator kemampuan spasial : 1) Persepsi Keruangan (Spatial Perception) Persepsi keruangan merupakan kemampuan mengamati suatu bangun ruang atau bagian-bagian bangun ruang yang diletakan pada posisi horisontal atau vertikal. Proses mental elemen ini adalah statis artinya hubungan antara subjek (pengamat) dengan objek (benda yang diamati) berubah, sedangkan hubungan keruangan antar bagian dari objek tersebut tidak berubah. Unsur ini bisa dilatih menggunakan water level test dan rod and frame test. (Prabowo dan Ristiani, 2011)

4 8 A B C D E Gambar 2.1 Model Tes Untuk Melatih Elemen Persepsi Keruangan Penjelasan : Siswa diminta memilih gambar permukaan air mana yang terbentuk jika kubus tersebut dimiringkan. 2) Visualisasi Keruangan (Spatial Visualisation) Visualisasi keruangan sebagai kemampuan untuk membayangkan atau memberikan gambaran tentang suatu bentuk bangun ruang yang bagian-bagiannya mengalami perubahan atau perpindahan. Proses mental elemen ini adalah dinamis, artinya hubungan keruangan antara objek-objek

5 9 berubah. Contohnya bangun ruang identik dengan gambar objek. (Prabowo dan Ristiani, 2011) A B C D E Gambar 2.2 Model Tes Untuk Melatih Elemen Visualisasi Keruangan Penjelasan : siswa diminta menemukan gambar gambar mana saja yang identik dengan gambar objek 3) Rotasi Pikiran (Mental Rotation) Rotasi pikiran mencakup kemampuan merotasikan suatu bangun dimensi dua ataupun dimensi tiga secara cepat dan tepat. Kemampuan ini sekarang semakin penting karena banyak orang bekerja dengan software grafis. Proses mental elemen ini adalah dinamis. (Prabowo dan Ristiani, 2011)

6 10 A B C D E Gambar 2.3 Model Tes Untuk Melatih Elemen Rotasi Pikiran Penjelasan : siswa diminta menemukan bangun yang tepat jika dirotasikan dengan sudut tertentu. 4) Relasi Keruangan (Spatial Relation) Relasi keruangan merupakan kemampuan untuk memahami bentuk suatu benda ataupun bagian-bagian dari benda tersebut serta memahami hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain. Misalnya seseorang harus dapat mengenal identitas suatu benda yang ditunjukan dengan posisi berbeda. Proses mental dari elemen ini adalan statis. (Prabowo dan Ristiani, 2011)

7 11 Dan A B C D E Gambar 2.4 Model Tes Untuk Melatih Elemen Relasi Keruangan. Penjelasan : siswa diminta menemukan dadu yang benar jika dilihat dari berbagai sisi dengan memperhatikan identitas/unsurunsur dari dadu tersebut. 5) Orientasi Keruangan (Spatial Orientation) Orientasi keruangan adalah kemampuan untuk mencari pedoman sendiri secara fisik atau mental di dalam ruang, atau berorientasi dari seseorang di dalam situasi keruangan yang istimewa. Proses mental dari elemen ini adalah dinamis. Contohnya

8 12 sebuah bangun dilihat dari berbagai arah. (Prabowo dan Ristiani, 2011) A B C D E Gambar 2.5 Model Tes Untuk Melatih Elemen Orientasi Keruangan Penjelasan : siswa diminta menentukan wujud yang terlihat dari suatu benda jika dilihat dari berbagai macam arah. Kemampuan spasial yang terdiri dari 5 indikator mempuanyai karakteristik masing-masing untuk mengukur kemampuan spasial siswa. Adapun pada indikator pertama kemampuan spasial dapat diukur dengan water level test, kemudian indikator kedua kemampuan spasial siswa dapat dilatih dengan melihat bangun ruang jika bagiannya mengalami perubahan/perpindahan. Lalu indikator ketiga, kemampuan spasial dapat diukur dengan merotasikan bangun dua ataupun

9 13 tiga dimensi secara tepat. Indikator keempat dapat diukur dengan relasi keruangan dimana kemampuan untuk memahami bagian suatu benda jika ditunjukan dengan posisi yang berbeda. Dan indikator yang terakhir dapat diukur dengan melihat suatu benda jika dilihat dari berbagai macam arah. Masing-masing indikator mempunyai karakteristik tes yang berbeda-beda dengan tujuan yang sama yaitu mengukur tingkat kemampuan spasial siswa. c. Geometri di Sekolah Menengah Pertama Untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama/sederajat jenis geometri yang diajarkan lebih kepada geometri ruang yang diajarkan dengan nama Dimensi Tiga. Materi ini diajarkan saat kelas VIII. Rincian materi geometri yang tercantum pada kurikulum KTSP 2006 yang berlaku di Indonesia sebagai berikut : Tabel 2.1 Rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Geometri Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Geometri 5. Memahami sifat-sifat kubus, 5. 1 Mengidentifikasi sifat-sifat balok, kubus, prisma, limas, dan bagianbagiannya, bagian-bagiannya balok, prisma dan limas serta serta menentukan ukurannya 5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas Rincian materi dimensi tiga diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:a. Rusuk bangun ruang, b. Bidangsisi, c. Diagonalbidang,

10 14 d. Diagonalruang, e. Bidang diagonal, f. Jaring-jaring, g. Luas permukaan dan volume bangun ruang. 2. Cabri 3D Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Maka dapat diartikan media berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Menurut Yunus Johan dkk (2015), media digunakan sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mana dikemukakan oleh Martin dan Briggs (dalam Wena, 2009), media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media bisa berupa perangkat keras seperti komputer, televisi, proyektor dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera. Selain itu, media pendidikan juga memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras dan merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. Menurut Accascina dan Rogora (2006), Cabri 3D merupakan perangkat lunak dinamis-geometri yang dapat digunakan untuk membantu siswa dan guru untuk mengatasi beberapa kesulitan dalam

11

12 16 Berdasarkan uraian tersebut, media pembelajaran Cabri 3D merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk membantu guru dalam pembelajaran geometri khususnya bangun ruang. Selain itu, melalui media Cabri 3D ini dapat membantu materi pelajaran bangun ruang yang terlihat abstrak menjadi lebih mudah untuk dipahami. Adapun kelemahan yang didapat pada cabri 3D antara lain hasil pengukuran kurang akurat karena menggunakan desimal dan kurang baik dalam kepekaan atau keasliannya. 3. Model Learning Cycle a. Pengertian Learning Cycle Menurut Moyer RH (2007:12), pembelajaran siklus atau model Learning Cyclemerupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. Siklus belajar pada mulanya terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), penerapan konsep (concept application). Akan tetapi, Learning Cycle tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menajdi lima fase, yakni ditambahkan tahap engagement pada awal siklus dan diakhiri dengan evaluation pada akhir siklus. Pada pembelajaran ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing

13 17 diistilahkan menjadi explanation dan elaboration, sehingga Learning Cycle saat ini sering disebut dengan Learning Cycle 5- E b. Tahap Pembelajaran siklus (Learning Cycle) 1) Fase Engagement (Pendahuluan) Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Fase ini bertujuan untuk mempersiapkan diri pembelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat serta keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. (Wena, 2009) Pengetahuan awal siswa tentang penguasaan terhadap kompetensi sebelumnya akan berkaitan dengan kompetensi yang akan diajarkan dan akan digali kembali dengan menambahkan ilustrasi masalah kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan menghubungkan masalah tersebut dengan matematika. 2) Fase Exploration (Eksplorasi) Pada tahap eksplorasi akan dibentuk kelompokkelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian masing-masing siswa dengan kelompoknya diberi kesempatan untuk bekerja sama tanpa pembelajaran langsung dari guru. Pada dasarnya tujuan dari tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang

14 18 dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah atau mungkin sebagian salah, sebagian benar. Dengan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. (Wena, 2009). Fase exploration memungkinkan siswa menguji prediksi-prediksi yang siswa dapatkan pada fase sebelumnya. Pengujian tersebut dapat dilakukan siswa dengan bekerja sama mendiskusikan pikiran-pikiran siswa tentang kaitan antar topik matematika yang sedang dibahas dengan mengkaitkan masalah dikehidupan sehari-hari. Peran guru adalah sebagai fasilitator dengan memberikan petunjuk apabila ada siswa yang belum paham dalam menjawab soal yang diberikan pada Lembar Kerja Siswa. Dan sekaligus guru menajdi motivator dengan terus mengeksplorasi dirinya dan mendorong semangat siswa untuk tidak mudah menyerah. 3) Fase Explaination (Penjelasan) Pada tahap ini, guru dituntut untuk mendorong siswa menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru. (Wena, 2009). Siswa menjelaskan konsep-konsep hasil pemikiran diskusi baik dalam hal kaitan anatar topik matematika

15 19 maupun penjelasan yang berkaitan dengan masalah seharihari dengan konsep matematika. Siswa menjelaskan konsep tersebut dengan cara mempresentasikan hasil diskusi kepada anggota kelompok lain. 4) Fase Elaboration (Perluasan) Pada tahap ini siswa menerapkan konsep dan ketrampilan yang telah dipelajari dalam konteks yang berbeda. Dengan demikian siswa akan dapat belajar secara bermakna karena telah dapat menerapkan atau mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi yang baru (Wena, 2009) Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru secara individu. Soal yang diberikan berupa kaitan konsep yang telah diketahui siswa dahulu dalam menyelesaikan masalah sehingga akan tetap teringat oleh siswa akan konsep yang dulu pernah siswa terima 5) Fase Evaluation (Evaluasi) Pada fase ini, guru mendorong siswa melakukan evaluasi diri, memahami kekurangan dan kelebihan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi diri, siswa dapat mengambil keputusan lanjut atau situasi belajar yang dilakukannya. Siswa mampu melihat dan menganalisis

16 20 kekurangan dan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran saat itu. (Wena, 2009). Pada fase ini, dilakukan pengkoreksian bersama terhadap hasil pekerjaan siswa yang telah dikerjakan siswa pada fase elaboration. Pengkoreksian hasil pekerjaan siswa dilakukan agar siswa melakukan evaluasi diri dengan menganalisis kekurangan dan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga melakukan pengambilan kesimpulan untuk kompetensi yang telah dipelajari. Berdasarkan tahapan dalam pembelajaran siklus (Learning Cycle) yang telah dipaparkan, siswa diharapkan tidak hanya terfokus oleh penjelasan yang guru berikan, namun juga ikut berperan aktif dalam menggali, menganalisis dan mengevaluasi pemahamannya mereka terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari. (Wena, 2009). c. Kelebihan dan Kekurangan model Learning Cycle (Shoimin A, 2014:61) Dilihat dari dimensi pembelajar, penerapan strategi ini memberikan keuntungan sebagai berikut : 1) Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran (student centered) 2) Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung menghafal

17 21 3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena mengutamakan pengalaman nyata 4) Siswa akan mengilustrasikan pengetahuan lewat pemecahan masalah dan informasi yang didapat Disamping kelebihan yang bisa didapat dalam Learning Cycle juga terdapat kekurangan, yaitu : 1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran 2) Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran 3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi 4) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksakan pembelajaran d. Langkah langkah model Learning Cycle Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Tahap engagement (pendahuluan) Pada tahap ini diberikan motivasi untuk menggali minat dan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari

18 22 2) Tahap exploration (eksplorasi) Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya, serta guru hanya berperan sebagai fasilitator 3) Tahap explaination (penjelasan) Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi dengan kalimat mereka sendiri dan guru mengarahkan jalannya diskusi 4) Tahap elaboration (perluasan) Pada tahap ini guru memberikan latihan soal pada siswa 5) Tahap evaluation (evaluasi) Pada tahap ini siswa diminta melakukan evaluasi diri untuk memahami kekurangan dan kelebihannya selama proses pembelajaran Berdasarkan penjelasan tentang model Learning Cycle, dapat disimpulkan bahwa model belajar siklus atau model Learning Cycle merupakan suatu pembelajaran yang berdasarkan pada pandangan kontruktivisme dimana pengetahuan siswa dibangun dari pengetahuan yang siswa miliki. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa (student centered) daripada teacher centered.

19 23 4. Pokok Bahasan Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi geometri dan pengukuran mencakup beberapa sub pokok bahasan, yaitu : a. Mengenal bangun ruang b. Unsur-unsur kubus dan balok yang terdiri dari rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal c. Jaring-jaring kubus dan balok d. Rumus luas permukaan kubus dan balok e. Rumus volume kubus dan balok B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan Tambunan (2006) yang berjudul Hubungan antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Matematika. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika. Penelitian ini mengambil sampel 220 anak usia sekolah 7-11 tahun dengan memberikan tes kemampuan spasial yang terdiri dari hubungan spasial topologi, proyektif, euclids dan tes matematika. Hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara kemampuan spasial total, topologi dan euclids dengan prestasi belajar matematika, tetapi tidak terdapat hubungan antara kemampuan spasial proyektif dengan prestasi belajar matematika.

20 24 Menurut Runisah (2017), meneliti mengenai model Learning Cycle dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa keals VIII SMP di Indramayu. Penelitian tersebut menggunakan metode eksperimen dengandesain kelompok kontrol pretest-posttest.pada penelitian yang dilakukan Rusinah juga menunjukan bahwa siswa yang menerima pembelajaran dengan Learning Cycle lebih baik dari siswa yang menerima pembelajaran konvensional. Adapun sampel yang diambil terdiri dari tiga kelas siswa kelas VIII dari sekolah level tinggi dan tiga kelas dari sekolahlevel sedang. Hasil menunjukan bahwa tidak ada pengaruhinteraksi antara model pembelajaran dan level sekolah terhadap peningkatan dan pencapaiankemampuan berpikir kritis matematis siswa. Penelitian yang dilakukan Irsadi dan Lusiana (2012) dengan judul Penggunaaan Perangkat Lunak Cabri 3D Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung Di Kelas IX SMP Negeri 24 Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep belajar matematika siswa kelas IX SMP 24 Palembang pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung setelah penggunaan perangkat lunak Cabri 3D. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dimana pertemuan pertama dan kedua adalah pemberian materi sedangkan pertemuan ketiga yaitu tes akhir untuk melihat hasil akhir dari penelitian. Penelitian ini dilakukan di kelas IX 5 yang terdiri atas 17 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis yang digunakan untuk memperoleh data mengenai indikator kemampuan pemahaman konsep siswa

21 25 setelah pembelajaran menggunakan media komputer. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh positif pembelajaran menggunakan perangkat lunak Cabri 3D kepada siswa kelas IX 5 SMP Negeri 24 Palembang pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Dimana kemampuan pemahaman konsep berdasarkan indikator pemahamn konsep dengan hasil penilaian presentasenya dikategorikan sangat tinggi dengan rata-rata presentase skor dari 7 indikator pemahaman konsep sebesar 82,85%. Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan spasial merupakan penelitian untuk menguji hubungan kemampuan spasial dengan prestasi belajar siswa. Adapun penelitian yang dilakukan Runisah menunjukan bahwa pembelajaran dengan Learning Cycle lebih baik dari pada pembelajaran dengan konvensional. Penelitian tersebut dilakukan kepada siswa kelas VIII SMP di Indramayu. Sedangkan perangkat lunak Cabri 3D mampu menunjukan adanya pengaruh positif pada hasil belajar siswa kelas IX SMP 24 Palembang pada materi bangun ruang sisis lengkung. Sedangkan pada penelitian yang akan saya lakukan akan membahas mengenai bangun ruang sisi datar dengan berbantuan aplikasi Cabri 3D. Mayoritas penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif. Sehingga peneliti lebih tertarik menggunakan metode kualitatif dimana peneliti dapat melihat secara lebih detail bagaimana gambaran kemampuan spasial siswa SMP meliputi lima unsur kemampuan spasial menggunakan media flash Cabri 3D dengan model Learning Cycle.

22 26 C. Kerangka Pikir Berdasarkan landasan teori dapat dibuat diagram dan dapat dideskripsikan. Adapun diagramnya sebagai berikut: Kondisi awal siswa : 1. Hasil pretes masih rendah dengan rata-rata siswa baru mencapai kategori cukup dan kurang pada setiap indikator 2. Dari 32 siswa, hanya 50% yang mampu mencapai nilai diatas rata-rata dan masuk pada kategori baik Indikator Kemampuan Spasial a. Persepsi Keruangan ( Spatial Perception) b. Visualisasi Keruangan (Spatial Visualitation) c. Rotasi Pikiran (Mental Rotation) d. Relasi Keruangan (Spatial Relation) e. Orientasi Keruangan (Spatial Orientation) Dari permasalahan yang terlihat diberikan sebuah solusi menggunakan model Learning Cycle. Adapun langkap-langkah sebagai berikut : a. Tahap Engagement Guru memberikan motivasi kepada siswanya b. Tahap Exploration Guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk berdiskusi dalam kelompoknya c. Tahap Explaination Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep d. Tahap Elaboration Guru memberikan latihan soal e. Tahap Evaluation Guru mendorong siswanya melakukan Cabri 3D Cabri 3D merupakan perangkat lunak dinamis-geometri yang dapat digunakan untuk membantu siswa dan guru untuk mengatasi beberapa kesulitan dalam pembelajaran geometri ruang dan membuat belajar geometri dimensi tiga (geometri ruang) menjadi lebih mudah dan lebih menarik.

23 27 Dengan adanya perlakuan Learning Cycle berbantuan Cabri 3D, kemampuan spasial siswa kelas VIII F SMP Muhammadiyah Ajibarang meningkat Adapun kerangka pikirnya yaitu kemampuan spasial merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk visualisasi, gambar dan bentuk tiga dimensi menggunakan bentuk-bentuk bangun datar dan bangun ruang. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas VIII F SMP Muhammadiyah Ajibarang dengan perwujudan dari indikator indikator kemamuan spasial siswa masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan perlakuan yang tepat yaitu dengan model Learning Cycle berbantuan Cabri 3D. Dengan model Learning Cycle menggunakan Cabri 3D diharapkan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan spasial siswa. Untuk meningkatkan kemampuan dengan menggunakan Learning Cycle berbantuan Cabri 3D yaitu dengan langkah sebagai berikut: Tahap I, engagement, proses mengidentifikasi masalah yang berguna untuk menentukan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan. Didalam tahapan ini siswa dituntut untuk berfikir dan menganalisa sebuah permasalahan yang ada, apa saja yang diketahui dan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi keruangan.

24 28 Tahap II, exploration, jadi siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompoknya dan merencanakan penyelesaian masalah dalam soal. Pada tahap ini siswa dituntut untuk bekerja secara berkelompok. Dalam kegiatan diskusi ini diharapkan siswa lebih memahami materi yang sedang dikerjakan. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi keruangan. Tahap III, explaination, guru meminta kepada pasangan yang telah ditentukan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan dengan cara presentasi dan jika ada pasangan lain yang mempunyai jawaban yang berbeda maka pasangan itu diminta untuk mempresentasikan jawabannya. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat mengkomunikasikan jawaban dari hasil diskusinya dengan kelompok lain. Selain itu pada tahapan ini dimungkinkan ada jawaban yang berbeda maka mendorong siswa yang gagal untuk memperbaiki jawabannya di kemudian hari. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi keruangan, visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi keruangan. Tahap IV, elaboration, setelah siswa menemukan solusi dalam memecahkan masalah maka siswa dituntut untuk melaksanakan rencana tersebut melalui latihan soal secara mandiri tidak tergantung dengan orang lain. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi keruangan, visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi keruangan.

25 29 Tahap V, evaluation, mengkaji kembali kebenaran hasil dan proses sehingga siswa dibiasakan untuk memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Dalam tahap ini siswa diharapkan dapat lebih teliti dalam mengerjakan suatu permasalahan. Pada tahap ini dapat meningkatkan indikator persepsi keruangan, visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruangan dan orientasi keruangan. D. Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : Melalui pembelajaran bersiklus (Learning Cycle) dengan berbantuan aplikasi Cabri 3D,kemampuan spasial siswa SMP Muhammadiyah Ajibarang meningkat dari siklus I ke siklus selanjutnya

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pengembangan kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Melalui pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu matematika mulai diajarkan ketika

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu matematika mulai diajarkan ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah ilmu yang sangat memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu matematika mulai diajarkan ketika anak memasuki dunia pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Learning Cycle 5 Fase (LC5E) Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensikompetensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Koneksi Matematis Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep matematika. Sampai suatu saat nanti konsep-konsep matematika akan ada dalam otak siswa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Teori Belajar dan Belajar Matematika Belajar menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 2), adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagaimana ditegaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koneksi Matematika Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang berarti hubungan atau kaitan. Kemampuan koneksi matematika dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) Model siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study), suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KEMAMPUAN SPASIAL Menurut Fahmi (2006) kemampuan spasial adalah kemampuan anak dalam mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari sudut pandang yang berbeda, dan mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran guru berhadapan dengan sejumlah siswa berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan BAB II KAJIAN TEORI A. Learning Cycle 5E ( LC 5E) 1. Sejarah Learning Cycle 5E Model pembelajaran Learning cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sangat penting bagi setiap orang untuk mengembangkan proses berpikir manusia sehingga menjadi logis dan sistematis. Matematika adalah suatu ilmu universal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaannya pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017.

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaannya pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017. 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Ajibarang dengan mengambil pokok bahasan geometri dan pengukuran, sedangkan pelaksanaannya pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 23), aktivitas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E untuk meningkatkan respon positif siswa terhadap materi prisma dan limas

Lebih terperinci

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: 2407-1269 Halaman 263-268 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C pada Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di SMP Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi. kualitasnya, dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi. kualitasnya, dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan pendidikan di Indonesia diharapkan mengusahakan pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya, dan mampu mandiri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan melakukan observasi, tes tertulis (tes diagnostik dan tes kemampuan spasial), angket

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN SPASIAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS 5 SD NEGERI 5 BANDA ACEH

HUBUNGAN KECERDASAN SPASIAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS 5 SD NEGERI 5 BANDA ACEH HUBUNGAN KECERDASAN SPASIAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS 5 SD NEGERI 5 BANDA ACEH Hayatul Mardiah, Monawati, Fauzi ABSTRAK Mempelajari bangun ruang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, kemampuan bersaing dalam dunia pendidikan sangat diutamakan sebagai tolok ukur perkembangan negara-negara maju. Persaingan yang sportif dalam pendidikan

Lebih terperinci

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 100-105 MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga pendidik, proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Kegiatan inti dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur,

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran, pengalaman belajar yang didapat oleh siswa merupakan hal yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Agar proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan subjek yang sangat penting di dalam sistem pendidikan di seluruh negara di dunia ini. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika biasanya dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit oleh siswa. Di sekolah banyak siswa tampaknya menjadi tidak tertarik dengan matematika dan seringkali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN KOMPUTER MELALUI PROGRAM CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN SPASIAL DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN KOMPUTER MELALUI PROGRAM CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN SPASIAL DAN KEMANDIRIAN BELAJAR Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 21, September 2017 p-issn 2541-0660, e-issn 2597-7237 2017 PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN KOMPUTER MELALUI PROGRAM CABRI 3D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai bagian dari kurikulum, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas dasar pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, Matematika dipelajari pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan faktor penting dalam membentuk karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses pembelajarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan nasional ditandai dengan penyempurnaan-penyempurnaan yang terjadi pada setiap aspek pendidikan. Salah satu aspek pendidikan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu yang ada di setiap aspek kehidupan. Dalam kehidupan nyata, matematika digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP: Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E DISERTAI STRATEGI DIAGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan merupakai uraian awal mengenai penelitian yang akan dipaparkan oleh peneliti. Pendahuluan dalam penelitian ini mencakup pembahasan tentang (1) latar belakang masalah, (2)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar Istilah kemandirian (Nurhayati, 2011) menunjukkan adanya kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya tanpa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa yang melibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu yang akan datang. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari seperti mengenal garis, bangun datar dan bangun ruang. Geometri

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari seperti mengenal garis, bangun datar dan bangun ruang. Geometri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geometri merupakan salah satu cabang dari matematika yang dipelajari di sekolah. Pada dasarnya siswa telah mengenal geometri sebelum mereka memasuki dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan bidang pelajaran yang ditemui diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Matematika mengajarkan kita untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan melakukan perubahan kurikulum pendidikan yaitu dari Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. sehingga dapat memahami situasi (Sardirman, 2011).

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. sehingga dapat memahami situasi (Sardirman, 2011). BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh karena itu, belajar berarti harus mengerti secara

Lebih terperinci

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 1 BARON KABUPATEN NGANJUK Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X MIA SMAN 2 JOMBANG Endyana Gandari Putri, Sumarjono, Dwi Haryoto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep pada materi hukum-hukum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo Zeny Wahyuni*, Syamsu* dan Muslimin *zeny.wahyuni@gmail.co.id *syamsultan@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII-A SMP Mathla ul

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII-A SMP Mathla ul 19 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII-A SMP Mathla ul Anwar Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa pada kelas tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran.

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran sains termasuk fisika, pada umumnya siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman akan diikuti oleh banyak perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman akan diikuti oleh banyak perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman akan diikuti oleh banyak perubahan yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan suatu sistem yang ada. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan komunikasi matematis Menurut Wardani (2008) matematika merupakan sebuah alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), Pembelajaran Konvensional dan Sikap 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and

Lebih terperinci

Yudi Budianti Isma Safiyyah ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Proses, Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

Yudi Budianti Isma Safiyyah   ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Proses, Model Siklus Belajar (Learning Cycle) UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV SD NEGERI WANASARI 14 BEKASI Yudi Budianti Isma Safiyyah e-mail

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan aturan-aturan lama dan merevisinya, apabila aturan-aturan itu tidak lagi. agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan

BAB II LANDASAN TEORI. dengan aturan-aturan lama dan merevisinya, apabila aturan-aturan itu tidak lagi. agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori yang Relevan 1. Teori Belajar Kontruktivisme Teori kontruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari perkembangan dan kualitas pendidikannya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari perkembangan dan kualitas pendidikannya. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dan kesejahteraan rakyatnya tidak dapat terlepas dari perkembangan dan kualitas pendidikannya. Perkembangan pendidikan yang meningkat dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL SISWA KELAS VII

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan observasi di kelas X4 semester genap tahun pelajaran 2010-2011 SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri dari 15 orang siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geometri merupakan salah satu cabang dari matematika yang memuat konsep mengenai titik, garis, bidang, dan benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis data hasil penelitian yang diperoleh dalam setiap kegiatan yang dilakukan selama penelitian. Pada penjelasan pada bab

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelas VIII-B SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango pada pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah proses pembelajaran fisika adalah: Menguasai

Lebih terperinci

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR 5E PADA MATERI BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII-A SMP NEGERI 4 MAGETAN Candra Novita Sayekti S1 Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI OLEH SUSIARTUN NIM RRA1C209027 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu tujuan yang mendasar dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang disampaikan oleh guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Berpikir Kreatif 2.1.1 Pengertian Berpikir Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan dijelaskan sepintas tentang definisi berpikir itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 Tapa kelas VIII 7 dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 Tapa kelas VIII 7 dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Matematika berperan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Matematika berperan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Matematika berperan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan berbagai permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah bahkan juga perguruan tinggi. Sebagai guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pengertian Koneksi Matematis Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai keterkaitan, dalam hal ini koneksi matematis berarti sebagai keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Beberapa permasalahan yang ada pada dunia pendidikan menjadikan alasan yang mendasari penelitian ini. Pendahuluan ini akan membahas latar belakang masalah yang mendasari dilakukannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaiaan matematika. Menurut Jihad (2012), ada tiga aspek penilaian matematika

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 6 (enam) Mata Pelajaran : Matematika Program : Wajib Pokok Bahasan : Geometri Ruang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Serantau 2011

Seminar Pendidikan Serantau 2011 135 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN LEARNING CYCLE 5E PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 KUANTAN MUDIK Syofni, Sakur, Delfa Astri ABSTRAK Telah dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas

Lebih terperinci