KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI SUNGAI LELABI, BANGKA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI SUNGAI LELABI, BANGKA BARAT"

Transkripsi

1 AKUATIK. Jurnal Sumberdaya Perairan AKUATIK- Volume 9. Nomor Keanekaragaman 2. Tahun 2015 Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat ISSN KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI SUNGAI LELABI, BANGKA BARAT Oleh: Juwita 1), Khoirul Muslih 2), Umroh 3) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FPPB Universitas Bangka Belitung 2) Staff Pengajar Jurusan Mnajemen Sumberdaya Perairan FPPB Universitas Bangka Belitung Abstract Lelabi River is one of the rivers in the District Kelapa, West Bangka. That still has a natural habitat and protected from damage caused by tin mining.the purpose of this study to determine diversity, composition of fishes and grouping of fish habitats based from biological indicators. This research was conducted in Lelabi River for 3 months, from January to March The study used purposive sampling method by setting three observation stations from upstream to downstream. Data collected from water quality and fish communities. Fishing gear used for sampling fish is tangkol, gillnets, traps and scoop net. The results were obtained 5,598 individualsfrom 49 species and 22 family fish found in Lelabi River. Diversity of fish classified between moderate to high, the uniformity is low to high, and not dominated. Keywords: Fish, Diversity, Lelabi River PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai Lelabi terletak di Desa Beruas Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat. Sungai yang memilikipanjang aliran ±8 km ini merupakan anak Sungai Semubur yang alirannya bermuara di Teluk Kelabat.Sepanjang aliran sungai dikelilingi areal hutan dengan kondisi masih alami dan tanpa ada kegiatan penambangan timah. Sungai Lelabi dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk kegiatan perikanan seperti menangkap ikan dengan menggunakan beberapa alat tangkap tradisional.daerah sekitar Sungai Lelabi juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian seperti pengairan padisawah terutama di bagian hulu sungai. Kegiatan pertanian tersebut dilakukan satu kali dalam setahun. Melihat kondisi Sungai Lelabiyang masih alami dan belum tercemar oleh kegiatan penambangan timah, diduga sungai ini masih memiliki beragam jenis ikan terutama jenis lokal dan endemik Bangka Belitung. Beberapa penelitian terkait keanekaragaman jenis ikan khususnya ikan air tawar (freshwater fishes) pernah dilakukan oleh Gustomi (2010), Yuyun (2013), Agustina (2013), dan Muslih (2014) di beberapa perairan sungai yang ada di Bangka Belitung. Hasil penelitian tersebut ditemukan terdapat 41 spesies dari 17 famili ikan air tawar. Khusus untuk data ikan perairan sungai lelabi yang merupakan perairan di wilayah Bangka Barat masih belum dilakukan penelitian maupun inventarisasi. Masih kurangnya data terkait sumberdaya ikan air tawar sungai di Bangka membuat peneltian ini perlu dilakukan sebagai dasar bagi pengelolaan sumberdaya perairan ke depan agar lebih optimal dan berkelanjutan, terutama di tengah maraknya ancaman kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan timah. Tujuan Tujuan penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui indeks keanekaragaman dan komposisi jenis ikan di Sungai Lelabi. 2. Menganalisis pengelompokan habitat perairan Sungai Lelabi berdasarkan parameter biologi (kelimpahan ikan). METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2015 di Sungai Lelabi, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat dengan mengambil 3 stasiun yang dianggap mewakili kondisi perairan, meliputi: 1. Stasiun I berada di bagian hulu sungai(s , E ). 2. Stasiun II berada di bagian tengah sungai (S , E ). 3. Stasiun III berada di bagian hilir sungai (S , E ). Alat dan Bahan Penelitian Alat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS); jaring insang (gillnet) dengan ukuran mata jaring 3/4, 1, 1½, 1¾, 2 inci; bubu; tangkol; serok,ember, kamera dan alat tulis. Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah formalin dan buku identifikasi. Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 HALAMAN- 21

2 Metode Pengambilan Data. Pengambilan data ikan dilakukan menggunakan jaring insang, bubu, tangkol dan serok yang dioperasikan berdasarkan kondisi perairan di tiap stasiun pengamatan. Penentuan stasiun pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel ikan yang diperoleh di lapangan kemudian dibawa ke Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung untuk diawetkan dan diidentifikasi dengan mengacupada Kottelat et al. (1993). Parameter kualitas air yang diamati setiap bulan bersamaan dengan pengambilan sampel ikan meliputi: suhu, kecerahan, keceptan arus, TSS (Total Suspended Solid), DO (Dissolved Oksygen) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand). Analisa Data. Komposisi Jenis. Jumlah jenis ikan secara keseluruhan yang diperoleh dari stasiun yang ada (Setyobudiandi et al., 2009). Kelimpahan Relatif. Perhitungan kelimpahan relatif setiap jenis ikan dilakukan dengan perhitungan persentase jumlah (Krebs, 1972 dalam Setyobudiandi et al., 2009): Kr : Kelimpahan relatif (%) ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah total individu semua spesies Frekuensi Keterdapatan. Frekuensi keterdapatan menunjukkan luasnya penyebaran lokasi jenis tertentu. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi (%) ikan yang tertangkap dengan persamaan (Misra, 1968 dalam Setyobudiandi et al., 2009): Fi = x 100 % Fi : Frekuensi keterdapatan ikan spesies ke- i yang tertangkap (%) ti : Jumlah stasiun dimana spesies ke-i yang tertangkap T : Jumlah semua stasiun Penentuan kriteria : Fi mendekati 100% Fi mendekati 0% : Penyebaran ikan luas : Penyebaran ikan sempit Indeks Keanekaragaman. Indeks keanekaragaman merupakan indeks yang sering digunakan untuk mengevaluasi keadaan suatu lingkungan perairan berdasarkan kondisi biologi. Untuk menentukan keanekaragaman ikan dihitung dengan indeks Shanon- Wiener (Brower and Zar, 1990 dalamsetyobudiandi et al., 2009): H : Indeks Diversitas Shanon-Wiener Pi : ni/n ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah individu semua spesies Penentuan kriteria: H <1 : Keanekaragaman rendah 1<H <3 : Keanekaragaman sedang H >3 : Keanekaragaman tinggi Indeks Keragaman. Diversitas maksimum (H max ) terjadi bila kelimpahan semua spesies di semua stasiun merata. Rasio keanekaragaman yang terukur dengan keanekaragaman maksimum dapat dijadikan ukuran keseragaman (E) yang dapat dihitung dengan persamaan (Setyobudiandi et al., 2009):, dimana H max = log 2 S E : Indeks Keseragaman H : Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener H maks : Keanekaragaman Maksimum S : Jumlah Spesies Penentuan kriteria: E=0 :Kemerataan antara spesies rendah E=1 : Kemerataan antara spesies relatif merata Indeks Dominansi. Untuk mengetahui ada tidaknya suatu dominansi, digunakan indeks dominansi Simpson (Legender, 1983 dalam Setyobudiandi et al., 2009): ( ) C : Indeks Dominansi Simpson ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah individu semua spesies ke-i Penentuan kriteria: C =0 :Dominansi rendah C =1 :Dominansi tinggi Indek Bray Curtis. Analisis yang digunakan untuk melihat tingkat kesamaan antar stasiun pengamatan berdasarkan parameter kelimpahan (biologi) dapat dihitung menggunakan indeks similaritas Bray Curtis (Krebs, 1989 dalam Setyobudiandi et al., 2009). Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 HALAMAN- 22

3 Similarity Stasiun 3 Stasiun 1 Stasiun 2 AKUATIK- Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sungai Lelabi, Bangka Barat Faktor I bc : Indeks Bray Curtis N : Jumlah parameter yang dibandingkan X ij, X ik : Nilai parameter kelimpahan yang ke-i pada dua tempatberbeda yang dibandingkan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Komposisi Jenis. Jumlah ikan yang ditemukan di Sungai Lelabi dari tiga stasiun selama penelitian yaitu individu yang terdiri dari 49 jenis ikan dalam 22 famili (Tabel 1). Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi. Keanekaragaman jenis ikan di perairan Sungai Lelabi tergolong tinggi (stasiun II dan III) dengan nilai rata-rata (H ) 3,83 dan 3,56 dan sedang (stasiun I) dengan nilai rata-rata (H ) 2,69. Nilai keanekaragaman (H ), keseragaman dan dominansi ikan antar stasiun di Sungai Lelabi terlampir pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Keanekaragaman, Keseragaman dan Domonansi Waktu Indeks Indeks Stasiun (Bulan) Keanekaragaman Keseragaman Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Indeks Dominansi 1 2,01 0,44 0,45 2 3,2 0,65 0,16 3 2,88 0,68 0,19 1 3,67 0,76 0,11 2 4,33 0,86 0,06 3 3,49 0,73 0,14 1 4,02 0,84 0,09 2 3,49 0,73 0,14 3 3,17 0,78 0,14 Faktor Fisika Kimia Perairan. Faktor fisika kimia perairan diukur untuk mengetahui kualitas perairan Sungai Lelabi. Hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisa Kualitas Fisika-Kimia Pearairan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 St1 St2 St3 St 1 St 2 St3 St1 St2 St3 Suhu ( o C) Kecerahan (cm) Kecepatan Arus (cm/dtk) TSS (mg/l) ph DO (mg/l) BOD (mg/l) Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterdapatan. Nilai kelimpahan relatif tertinggi pada bulan kesatu yaitu Ikan Krytopterus lais (26,22%), bulan kedua Ikan Puntius lineatus (20,56%) dan bulan ketiga Ikan Kryptopterus lais (22,87). Selama penelitian Ikan Cyclocheilichthys apogon, Poropuntius huguenii, Puntius lineatus dan Pristolepis grootii memiliki nilai frekuensi keterdapatan tertinggi (100%). Nilai kelimpahan relatif dan frekuensi keterdapatan jenis ikan di Sungai Lelabi ditunjukkan pada Tabel 4. Indeks Bray-Curtis. Pengelompokan habitat berdasarkan kelimpahan ikan yang ditemukan selama penelitian, di Sungai Lelabi terdapat tiga kelompok besar (Gambar 1). Kelompok 1 (stasiun I dan stasiun III) dengan nilai kesamaan 49%, kelompok 2 (stasiun II dan stasiun III) dengan nilai kesamaan 46%, kelompok 3 (stasiun I dan II) dengan nilai kesamaan 44%. 0,96 0,88 0,8 0,72 0,64 0,56 0,48 0,4 0 0,4 0,8 1,2 1,6 2 2,4 2,8 3,2 3,6 4 Gambar 1. Indeks Similarity Kelimpahan Ikan antar Stasiun Pembahasan Komposisi Jenis Komposisi jenis ikan yang ditemukan di Sungai Lelabi berbeda di setiap bulan pengamatan.bulan pertama ditemukan 37 jenis ikan, bulan kedua 41 jenis ikan dan bulan ketiga 25 jenis ikan. Komposisi jenis ikan bulan kesatu lebih rendah dibandingkan bulan kedua diduga dipengaruhi tingginya nilai TSS ( mg/l) dan rendahnya kecerahan (7,5-24,5 cm). Nilai TSS perairan tinggi akan menyebabkan rendahnya kecerahan perairan dan meningkatkan kekeruhan yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan (Effendi, 2003). Tinggi nilai TSS dan rendahnya nilai kecerahan bulan kesatu disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang memperbaiki alur pengairan sawah di bagian hulu sungai, sehingga menyebabkan sedimen di dasar perairan terangkat ke badan perairan kemudian terbawa arus sampai ke hilir sungai. Komposisi jenis bulan kedua meningkat dan bulan ketiga menurun, hal ini disebabkan adanya pengaruh curah hujan pada saat sampling. Sampling bulan kedua dilakukan pada curah hujan rendah yang menyebabkan berkurangnya volume perairan. Volume perairan yang berkurang akan meningkatan densitas ikan di perairan (Sulistiyarto et al., 2007) dan akan mempermudah pengoperasian alat tangkap. Sampling bulan ketiga dilakukan pada curah hujan yang tinggi sehingga Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 HALAMAN- 23

4 menyebabkan volume air meningkat dan mengahambat pengoperasian alat tangkap. Selain disebabkan oleh curah hujan, komposisi bulan ketiga menurun disebabkan kadar DO perairan di stasiun II dan III dibawah batas normal yaitu berkisar antara 4,23-4,57 mg/l. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Indeks keanekaragaman (H ) di stasiun I pada bulan kesatu tergolong paling rendah (kriteria sedang) dibandingkan dengan dua stasiun lain. Hal ini diduga karena kadar BOD (4,9 mg/l) bulan tersebut sudah melebihi batas normal (2-3 mg/l) Soraya et al., 2014). Perairan yang mulai tercemar dapat mempengaruhi keberadan ikan, karena tidak semua ikan dapat beradaptasi pada kondisi lingkungan yang berubah. Kadar BOD tesebut tinggi karena substrat di stasiun I dominan berlumpur. Selain kadar BOD, nilai TSS (600 mg/l) bulan kesatu juga menunjukkan perairan tidak baik bagi pertumbuhan ikan (Effendi, 2003). Nilai TSS yang tinggi akan mempengaruhi kehidupan ikan, karena patikel-partikel di perairan tersebut akan menutupi insang ikan. Nilai (H ) tertinggi di stasiun II yaitu pada bulan kedua, ini disebabkan kondisi lingkungan yang mendukung, seperti kecerahan perairan (42,67 cm). Wahida (2013) menyatakan bahwa kecerahan yang baik untuk kelangsungan hidup ikan air tawar yaitu cm, sedangkan kecerahan bulan kesatu 25 cm yaitu 7,5 cm dan kecerahan bulan ketiga diambang batas normal, yaitu 88,83 cm. Kecerahan sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis fitoplankton sebagai bahan makanan utama ikan di perairan. Bulan ketiga memiliki nilai (H ) terendah dikarenakan kadar DO bulan tersebut di bawah batas normal (4,23 mg/l), sehingga akan mempengaruhi pernapasan ikan maupun organisme lainnya. Swingle (1969) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa kadar oksigen terlarut untuk kelangsungan hidup ikan yaitu >5,0 mg/liter. Selama penelitian stasiun III memiliki nilai (H ) yang relatif sama (kriteria tinggi), dikarenakan kondisi perairan di stasiun III selama penelitian suhu perairan (26-27 o C) sangat mendukung untuk kelangsungan hidup ikan (Jukri et al., 2013). Suhu perairan yang optimal akan melancarkan proses metabolisme ikan seperti pertumbuhan, perkembangbiakan, pernapasan dan lain sebagainya. Selain itu kecepatan arus (7,3-32,83 cm/dtk) di stasiun III selama penelitian juga mendukung untuk kelangsungan hidup ikan yaitu kategori lambat sampai sedang (Mason, 1981 dalam Susilawati, 2001). Arus lambat sampai sedang memungkinkan banyaknya sumber makanan ikan sepertipartikel-partikel makanan yang terbawa oleh arus dari hulu sampai hilir sungai maupun jatuhan serangga dan serasah daun yang tertahan lama di badan perairan. Barus (2000) menyatakan bahwa sungai yang berarus lambat merupakan habitat yang sangat ideal bagi organisme air yang tidak mempunyai adaptasi khusus melawan arus air yang deras. Secara umum nilai (H ) terendah terdapat pada stasiun I dengan nilai ratarata 2,69, diikuti stasiun III (3,56) dan stasiun II (3,83). Hal ini dikarenakan stasiun I memiliki kondisi lingkungan yang kurang baik bagi ikan diantaranya yaitu penebangan hutan di sekeliling sungai. Penebangan hutan dapat mempengaruhi keberadaan ikan, dimana vegetasi hutan merupakan salah satu faktor pembatas dalam penyebaran ikan-ikan di daerah sungai. Stasiun II dan III memiliki nilai (H ) lebih tinggi karena kedua stasiun ini memiliki karakterristik habitat perairan yang jauh berbeda dengan stasiun I, yaitu memiliki areal hutan yang tinggi dan terdapat banyak tumbuhan air, sehingga menyimpan banyak persediaan makanan bagi ikan. Menurut Ross (1997) dalam Jukri et al. (2013) karakteristik habitat perairan merupakan salah satu faktor yang menentukan keanekaragaman dan kelimpahan ikan. Nilai indeks keseragaman ikan di stasiun I bulan kesatu terendah dengan sedikitnya jumlah jenis ikan yang ditemukan (Tabel 1). Selain oleh nilai indeks keanekaragaman yang rendah, rendahnya nilai keseragaman di stasiun I ini juga disebabkan ada beberapa jenis ikan yang memiliki jumlah individu relatif banyak, sementara beberapa jenis ikan lainnya memiliki jumlah individu yang relatif sedikit (Adis et al., 2014), seperti Ikan Kelais (Kryptopterus lais) memiliki jumlah individu 542 ekor dan ikan lainnya memiliki jumlah jauh lebih rendah, seperti Ikan Kelik Panjang (Clarias leiacanthus) memiliki jumlah individu hanya 1 ekor (Tabel 3). Stasiun I dan II bulan ketiga memiliki nilai keragaman tinggi, akan tetapi nilai keanekaragamannya rendah. Hal ini dikarenakan adanya keseimbangan antara jumlah individu dengan jenis ikan yang ditemukan, artinya tidak ada jenis tertentu yang meiliki jumlah individu dominan tinggi. Secara umum di tiap stasiun pengamatan memiliki keseragaman tinggi dengan nilai rata-rata stasiun I (2,59), stasiun II (0,78) dan stasiun III (0,78). Tinggi nilai keragaman di tiap stasiun tersebut diduga disebabkan tidak terjadi pemusatan individu pada suatu jenis tertentu (Odum, 1971 dalam Genisa, 2003). Krebs (1978) dalam Defira dan Muchlisin (2014) menyebutkan bahwa bila nilai (E) semakin besar maka akan makin besar pula keseragaman suatu populasi dimana jenis dan jumlah individu tiap jenisnya merata atau seragam. Selama penelitian nilai indeks dominansi (C) di tiap stasiun relatif sama yaitu berkisar antara 0,06-0,45 (keriteria rendah), artinya tidak ada jenis ikan yang mendominasi di tiap stasiun tersebut (Setyobudiandi et al., 2009). Nilai dominansi tertinggi selama penelitian yaitu terdapat pada stasiun I bulan kesatu, hal ini dikarenakan rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis di stasiun tersebut. Nilai dominansi berbanding terbalik dengan nilai keanekaragaman, apabila nilai keanekaragaman tinggi maka nilai dominansinya rendah, sebaliknya apabila nilai keanekaragaman rendah maka nilai dominansinya tinggi. Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterdapatan Ikan Kelais (Kryptopterus lais) memiliki nilai kelimpahan relatif tertinggi pada bulan kesatu dan ketiga dengan nilai 26% dan 23%, karena jenis ikan dari famili Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 HALAMAN- 24

5 Siluridae umumnya ditemukan di perairan dengan kondisi ph relatif rendah Hartoto et al. (1998) dalam Muslih (2014). Kondisi perairan Sungai Lelabi sangat cocok untuk kelangsungan hidup ikan dari famili Siluridae, karena mempunyai ph 5 (asam). Ikan Kemuring (Puntius lineatus) memiliki nilai kelimpahan relatif tertinggi pada bulan kedua dengan nilai 21%. Tinggi angka kelimpahan pada ikan tersebut dikarenakan suhu perairan sungai lelabi (berkisar antara 26 C-27 C) sangat mendukung untuk kelangsungan ikan dari famili Cyprinidae (Kottelat et al., 1993). Selain itu jenis ikan dari famili Cyprinidae merupakan penghuni utama yang paling besar populasinya untuk beberapa sungai di Sumatera (Fithra dan Siregar, 2010), sehingga wajar jika ikan tersebut lebih melimpah dibandingkan dengan ikan lainnya. Pengambilan data bulan kesatu nilai frekuensi keterdapatan tertinggi (100%) yang diambil dari semua stasiun ada 17 jenis ikan, bulan kedua ada 20 jenis ikan dan bulan ketiga terdapat 8 jenis ikan (Tabel 4). Tinggi nilai frekuensi keterdapatan (100%) menunjukkan jenis ikan tersebut memiliki luas peneyebaran yang relatif besar di sepanjang Sungai Lelabi, sebaliknya rendah nilai frekuensi keterdapatan (33%) menunjukkan bahwa jenis ikan tersebut memiliki luas sebaran yang relatif sempit (Setyobudiandi et al., 2009). Ikan Cyclocheilichthys apogon, Poropuntius huguenini, Puntius lineatusdari family Cyprinidaedan Pristolepis grootiidari famili Pristolepididaeselalu di temukan di tiap stasiun selama penelitian. Hal ini dikarenakan suhu perairan selama penelitian (berkisar antara o C) sangat disukai oleh jenis ikan dari kedua family tersebut, karena ikan tersebut secara umum hidup dengan kisaran suhu antara o C (Kottelat et al., 1993 dalam Asriansyah, 2008). Indeks Bray-Curtis Kondisi habitat di setiap stasiun Sungai Lelabi memiliki karakteristik yang berbeda. Bagian hulu sungai (stasiun I) yang dekat dengan areal perkebunan memiliki ciri daerah dengan vegetasi rendah akibat adanya penebangan hutan untuk pembukaan lahan perkebunan sawah. Tipe substrat lebih didominasi oleh substrat lumpur berpasir, diduga karena adanya proses sedimentasi akibat erosi dari daratan dengan sedikit vegetasi yang terbawa oleh air pada saat hujan. Bagian hulu memiliki lebar sungai yang lebih kecil dengan kedalaman yang realtif dangkal (lebar ±6,80 m dan kedalaman ±98 cm) dibandingkan bagian tengah (stasiun II) dan hilir (stasiun III). Pertengahan sungai memiliki vegetasi hutan paling tinggi dan di sekeliling sungai masih terdapat banyak tumbuhan air yang tenggelam maupun mencuat. Bagian pertengahan sungai jarang didatangi masyarakat, sehingga wajar vegetasi hutannya masih lebat. Substrat dan lebar sungai di bagian pertengahan berbeda dengan bagian hulu, tipe substratnya yaitu batu berlumpur dan serasah tumuhan (daun maupun ranting pohon), lebar bukaan sungai ±13,44 m dengan kedalaman ±1,25 m. Tinggi vegetasi hutan tersebut menyebabkan banyak pula akar pohon biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan sebutan lubuk yang merupakan salah satu tempat persembunyian ikan baik pada musim hujan maupun musim panas. Vegetasi yang tumbuh di sekeliling bagian hilir berbeda dengan bagian pertengahan sungai, yaitu didominasi oleh tumbuhan jenis pandan biasa disebut oleh masyarakat Desa Beruas dengan sebutan rasau dan banyak terdapat hamparan rumput maupun tumbuhan air. Tipe substrat di bagian hilir yaitu lumpur berpasir dan memiliki lebar bukaan sungai ±15 meter dengan kedalaman ±2,19 m. Berdasarkan analisis pengelompokan habitat berdasarkan parameter biologi kelimpahan ikan pada setiap stasiun diketahui bahwa stasiun I dan III dikelompokkan dalam satu kelompok besar. Hal ini berdasarkan ditemukan banyak kesamaan karakteristik di kedua stasiun yaitu sama-sama memiliki banyak tumbuhan airbaik yang tenggelam maupun mencuat. Selain itu dua stasiun itu juga memiliki tipe substrat yang sama yaitu lumpur berpasir. Stasiun II dan III dikelompokkan dalam satu kelompok besar karena kedua stasiun ini juga memiliki kesamaan karakteristik habitat perairan, yaitu memiliki areal hutan yang lebat. Sama halnya dengan stasiun I dan II dikelompokkan dalam satu kelompok dikarenakan memiliki karakteristik habitat yang sama, yaitu memiliki banyak tumbuhan air mencuat berada di tepi sungai. Sesuai kesamaan karakteristik habitat perairan tersebut, wajar jika kelimpahan individu ikan di stasiun I dan III memiliki nilai kesamaan tertinggi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Secara umum keanekaragaman jenis ikan di perairan Sungai Lelabi tergolong tinggi (stasiun II dan III) dengan nilai rata-rata (H ) 3,83 dan 3,56 dan sedang (stasiun I)dengan nilai rata-rata (H ) 2,69. Jumlah ikan yang ditemukan dari tiga stasiun selama penelitian yaitu individu dari 49 jenis ikan dalam 22 famili. 2. Pengelompokan habitat berdasarkan parameter biologi di Sungai Lelabi terbagi menjadi tiga kelompok besar. Kelompok 1 (satsiun I dan stasiun III) dengan nilai kesamaan 49%, kelompok 2 (stasiun II dan stasiun III) dengan nilai kesamaan 46% dan kelompok 3 (stasiun I dan stasiun II) dengan nilai kesamaan 44%. Saran Diperlukan penelitian lanjutan terhadap jenis biota perairan lainnya yang juga hidup di perairan Sungai Lelabi Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat, sehingga dapat diketahui seluruh potensi hayati yang terdapat di sungai tersebut. DAFTAR PUSTAKA Adis MA, Setyawati TR dan Yanti AH Keragaman Jenis Ikan Arus Deras di Aliran Riam Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 HALAMAN- 25

6 Banagar Kabupaten Landak.Jurnal Protobiont. 3 (2): Asriansyah A Kebiasaan Makan Ikan Sepatung (Pristolepis grootii) Di Daerah Aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Barus TA Pengantar Limnologi. Universitas Sriwijaya. Palembang. Defira CT, ZA Muchlisin Populasi Ikan di Sungai Alas Stasiun Penelitian Soraya Kawasan Ekosistim Leuser Simpang Kiri Kabupaten Aceh Singkil.Jurnal Ilmiah MIPA. 7 (1): Effendi H Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. Fithra RY, Siregar YI Keanekaragaman Ikan Sungai Kampar Inventarisasi dari Sungai Kampar Kanan.Jurnal of Environmental Seince. 2 (4): Jukri M, Emiyarti, Kamri S Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Lamunde Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1 (1): Kottelat M, AJ Whitten, SN Kartikasari dan S Wirjoatmodjo Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi- Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. (Edisi Dwi Bahasa). Periplus Editions LTD. Hongkong. Setyobudiandi I, Sulistino, Ferdinan Y, Kusuma C, Hariadi S, Damar A, Sembiring A, Bahtiar Sampling dan Analisis Data Perikanan dan Kelautan Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir dan Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Soraya, Hanafizah Z, Windusari Y Analisi Fisika Kimia Perairan untuk Mendeteksi Kualita Perairan Sungai Rambang Kabupaten Ogan Ilir Sumatra Selatan. Biospesies. 7 (2) : Sulitiyarto B, Soedharma D, Rahardjo MF, Sumardjo Pengaruh Musim terhadap Komposisi Jenis dan Kemelimpahan Ikan di Rawa Lebak, Sungai Ruangan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.Biodiversitas. 8 (4): Susilawati N Komposisi Jenis-Jenis Ikan Serta Aspek Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Genggehek (Mystacoleucus marginatus) Di Sungai Cimanuk, Segmen Sumedang. [Sekripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. Wahida N Mengidentifiksi Parameter Air Secara Fisika dan Kimia. htm. [12 Agustus 2015] Muslih K Pengaruh Penambangan Timah terhadap Keanekaragaman Ikan Sungai dan Kearifan Lokal Masyarakat di Kabupaten Bangka [Tesis]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 HALAMAN- 26

7 Tabel 4. Komposisi Jenis Ikan antar Stasiun Pengamatan di Sungai Lelabi No Spesies Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3 1 Akysis galeatus Anabas testudineus Hemibagrus nemurus Nemacheilus selangoricus Xenentodon canciloides Belontia hasselti Betta anabatoides Betta edithae Trichogaster pectoralis Trichogaster trichopterus Chaca bankanensis Channa lucius Channa marulioides Channa micropeltes Channa striata Clarias leiacanthus Clarias teijsmanni Lepidocephalichthys pristes Pangio semicincta Pangio shelfordii Barbodes binotatus Brevibora dorsiocellata Cyclocheilichthys apogon Osteochilus spilurus Poropuntius huguenini Poropuntius tawarensis Puntius johorensis Puntius lineatus Rasbora bankanensis Rasbora cephalotaenia Rasbora einthovenii Rasbora gracilis Rasbora pauciperforata Rasbora volzi volzi Trigonopoma pauciperforatum Brachygobius xanthomelas Hemirhamphodon phaiosoma Luciocephalus pulcher Nandus nebulosus Osphronemus goramy Pristolepis grootii Kryptopterus lais Ompok bimaculatus Silurichthys phaiosoma Glyptothorax major Monopterus albus Doryichthys matensii Chonerhinos remotes Tetraodon steindachneri Keterangan : (+) Ditemukannya ikan, (-) Tidak ditemukannya ikan Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 HALAMAN- 27

8 Tabel 5. Nilai Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterdapatan Ikan antar Stasiun Selama Penelitian No Spesies Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 Jumlah KR (%) FK(%) Jumlah KR (%) FK(%) Jumlah KR (%) FK (%) 1 Akysis galeatus ,10 33,33 2 Anabas testudineus 33 1,35 66,67 2 0,09 66, Hemibagrus nemurus 167 6,85 66, , , Nemacheilus selangoricus 46 1, , ,71 66,67 5 Xenentodon canciloides ,05 33, Belontia hasselti 8 0,33 66, , Betta anabatoides 96 3,94 33, ,20 66,67 1 0,10 33,33 8 Betta edithae 38 1, , Trichogaster pectoralis 46 1, ,32 66, Trichogaster trichopterus , Chaca bankanensis 2 0,08 66,67 1 0,05 33, Channa lucius 14 0, , ,10 33,33 13 Channa marulioides 2 0,08 33, Channa micropeltes , Channa striata 4 0,16 33, , Clarias leiacanthus 4 0, ,05 33, Clarias teijsmanni ,05 33,33 1 0,10 33,33 18 Lepidocephalichthys pristes 4 0,16 33,33 6 0, Pangio semicincta ,10 33,33 20 Pangio shelfordii 4 0,16 66,67 4 0, Barbodes binotatus ,05 33, Brevibora dorsiocellata 77 3, , ,32 66,67 23 Cyclocheilichthys apogon* 25 1, , , Osteochilus spilurus 114 4, , ,92 66,67 25 Poropuntius huguenini* 98 4, , , Poropuntius tawarensis ,45 33, Puntius johorensis ,09 33, Puntius lineatus* 220 9, , , Rasbora bankanensis 89 3,65 66, ,89 66, ,60 33,33 30 Rasbora cephalotaenia 41 1, , , Rasbora einthovenii 6 0,25 33,33 1 0,05 33,33 1 0,10 33,33 32 Rasbora gracilis , ,94 66, ,13 66,67 33 Rasbora pauciperforata 45 1, ,14 66, ,33 34 Rasbora volzi volzi 14 0, ,09 33, , Trigonopoma pauciperforatum 21 0, , ,15 66,67 36 Brachygobius xanthomelas 84 3,45 66, ,47 66, ,62 33,33 37 Hemirhamphodon phaiosoma 3 0,12 33,33 5 0,23 66, Luciocephalus pulcher ,14 66, Nandus nebulosus 21 0,86 66, , , Osphronemus goramy 1 0,041 33, Pristolepis grootii* 26 1, , , Kryptopterus lais , ,92 66, , Ompok bimaculatus 3 0,12 33, ,60 66,67 44 Silurichthys phaiosoma 12 0,49 66, , Glyptothorax major 1 0,04 33, Monopterus albus 1 0,04 33, Doryichthys matensii 3 0,12 33,33 1 0,05 33, Chonerhinos remotus ,10 33,33 49 Tetraodon steindachneri ,05 33, Total , , ,32 Keterangan : KR (Kelimpahan Relatif), FK (Frekuensi Keterdapatan), * (Jenis ikan yang ditemukan di tiap stasiun pengamatan selama penelitian Volume 9. Nomor 2. Tahun 2015 HALAMAN- 28

Keanekaragaman sumber daya ikan di Kolong - Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung

Keanekaragaman sumber daya ikan di Kolong - Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Keanekaragaman sumber daya ikan di Kolong - Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung Andi Gustomi 1*, Sulistiono 2, Yon Vitner 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir memiliki lebar maksimal 20 meter dan kedalaman maksimal 10 meter.

Lebih terperinci

Akuatik- Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 10. Nomor. 1. Tahun 2016

Akuatik- Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 10. Nomor. 1. Tahun 2016 Akuatik- Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 10. Nomor. 1. Tahun 2016 42 ISSN 1978-1652 PENGARUH AKTIVITAS TAMBANG APUNG TERHADAP KEANEKARAGAMAN IKAN DI PERAIRAN SUNGAI PAKIL, BANGKA The Influence of mining

Lebih terperinci

Struktur Komunitas Ikan di Sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara (Community Structure of Fish in Naborsahan s River, Lake Toba North Sumatera)

Struktur Komunitas Ikan di Sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara (Community Structure of Fish in Naborsahan s River, Lake Toba North Sumatera) Struktur Komunitas Ikan di Sungai Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara (Community Structure of Fish in Naborsahan s River, Lake Toba North Sumatera) Putri Ananda Tarigan 1, Yunasfi 2, Ani Suryanti 2 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Danau Limboto merupakan danau yang berada di Kabupaten Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Danau Limboto merupakan danau yang berada di Kabupaten Gorontalo, A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Danau Limboto merupakan danau yang berada di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo dengan luas wilayah perairannya mencapai 3000 ha, pada

Lebih terperinci

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT Hesti Wahyuningsih Abstract A study on the population density of fish of Jurung (Tor sp.) at Bahorok River in Langkat, North

Lebih terperinci

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities. Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities Dedy Muharwin Lubis, Nur El Fajri 2, Eni Sumiarsih 2 Email : dedymuh_lubis@yahoo.com This study was

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014. 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014. Tempat penelitian berlokasi di Sungai Way Sekampung, Metro Kibang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain: 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan

Lebih terperinci

Ichtyofauna in the Sok-sok Holbung, Aek Isa small river, Simarpinggan Village, Sipoholon District, North Tapanuli Regency, North Sumatera Province.

Ichtyofauna in the Sok-sok Holbung, Aek Isa small river, Simarpinggan Village, Sipoholon District, North Tapanuli Regency, North Sumatera Province. 1 Ichtyofauna in the Sok-sok Holbung, Aek Isa small river, Simarpinggan Village, Sipoholon District, North Tapanuli Regency, North Sumatera Province. By: Bertrand R Nababan 1), Deni Efizon 2), Windarti

Lebih terperinci

Keragaman ikan di Danau Cala, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan

Keragaman ikan di Danau Cala, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Keragaman ikan di Danau Cala, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Jifi Abu Ammar, Muhammad Mukhlis Kamal, Sulistiono Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 pada 4 lokasi di Sungai Bah Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret- 20 Juli 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010 pada 3 (tiga) lokasi di Kawasan Perairan Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung pada lokasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 5 3 '15 " 5 3 '00 " 5 2 '45 " 5 2 '30 " BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan April 2010, lokasi pengambilan sampel di perairan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Situ Gede. Situ Gede terletak di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor-Darmaga, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan Saptosari dan desa Karangasem kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul. B. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung, serta menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran

Lebih terperinci

Unnes Journal of Life Science

Unnes Journal of Life Science Unnes J Life Sci 2 (2) (2013) Unnes Journal of Life Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/unnesjlifesci KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN DI SUNGAI SEKONYER TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING KALIMANTAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 9 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu pengambilan contoh dan analisis contoh. Pengambilan contoh dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di perairan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung. Serta

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah Purpossive Random Sampling dengan menentukan tiga stasiun pengamatan.

Lebih terperinci

Aquatic Plant and Fish Assosiation in the Parit Belanda River, Meranti Pandak Village, Rumbai Pesisir District, Pekanbaru Regency, Riau Province By:

Aquatic Plant and Fish Assosiation in the Parit Belanda River, Meranti Pandak Village, Rumbai Pesisir District, Pekanbaru Regency, Riau Province By: Aquatic Plant and Fish Assosiation in the Parit Belanda River, Meranti Pandak Village, Rumbai Pesisir District, Pekanbaru Regency, Riau Province By: Fariza Ulfa 1), Efawani 2), Windarti 2) Ulvhariza@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan dilakukan dengan Metode Purpossive Random Sampling pada tiga stasiun penelitian. Di masing-masing stasiun

Lebih terperinci

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian PEMBAHASAN Spesies yang diperoleh pada saat penelitian Dari hasil identifikasi sampel yang diperoleh pada saat penelitian, ditemukan tiga spesies dari genus Macrobrachium yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu dari luar sistem perairannya sehingga dapat dinetralkan atau distabilkan kembali dalam jangka waktu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014. Pengambilan sampel dilakukan di Rawa Bawang Latak, Desa Ujung

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA DIVERSITY AND DOMINANCE OF PLANKTON IN KUALA RIGAIH, ACEH JAYA DISTRICT Rahmatullah 1 *, M. Sarong

Lebih terperinci

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03LU '6.72 BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km. 8 menyebabkan kematian biota tersebut. Selain itu, keberadaan predator juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi hilangnya atau menurunnya jumlah makrozoobentos. 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

JENIS-JENIS IKAN (PISCES) DI DANAU SIPOGAS KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

JENIS-JENIS IKAN (PISCES) DI DANAU SIPOGAS KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU JENIS-JENIS IKAN (PISCES) DI DANAU SIPOGAS KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU Puji Fauziah 1), Arief Anthonius Purnama 2), Rofiza Yolanda 2) 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN IKAN SUNGAI LAHEI BERDASARKAN ALAT TANGKAP IKAN OLEH MASYARAKAT DESA LAHEI KABUPATEN BARITO UTARA

KEANEKARAGAMAN IKAN SUNGAI LAHEI BERDASARKAN ALAT TANGKAP IKAN OLEH MASYARAKAT DESA LAHEI KABUPATEN BARITO UTARA Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.3 No.1 (2017) : 7-11 KEANEKARAGAMAN IKAN SUNGAI LAHEI BERDASARKAN ALAT TANGKAP IKAN OLEH MASYARAKAT DESA LAHEI KABUPATEN BARITO UTARA Mada Ellyana 1, Bayu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KARTIKA NUGRAH PRAKITRI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN Jamaran Kaban Daniel PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN Mayang Sari Yeanny Biologi FMIPA USU Abstract The research about the influence

Lebih terperinci

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat III. METODE PENELITIAN A. Materi Penelitian 1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan selama penelitian adalah botol Winkler, plankton net no.25, ember plastik, buret, statif, Erlenmayer, pipet tetes,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Teluk Palabuhan Ratu Kecamatan Palabuhan Ratu, Jawa Barat. Studi pendahuluan dilaksanakan pada Bulan September 007 untuk survey

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR 3 Dhani Dianthani Posted 3 May, 3 Makalah Falsafah Sains (PPs ) Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor Mei 3 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Dr Bambang Purwantara IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, mengalir dari hulu di Kabupaten Simalungun dan terus mengalir ke

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu dan muara Sungai Sukawayana, Kecamatan Cikakak, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN IKAN DI BATANG LAWAS NAGARI BATU MANJULUR KECAMATAN KUPITAN KABUPATEN SIJUNJUNG E-JURNAL MERI MARLINA NIM

KEANEKARAGAMAN IKAN DI BATANG LAWAS NAGARI BATU MANJULUR KECAMATAN KUPITAN KABUPATEN SIJUNJUNG E-JURNAL MERI MARLINA NIM KEANEKARAGAMAN IKAN DI BATANG LAWAS NAGARI BATU MANJULUR KECAMATAN KUPITAN KABUPATEN SIJUNJUNG E-JURNAL MERI MARLINA NIM. 11010210 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah sekitarnya. Oleh karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN IKAN KERALI (Labocheilos falchifer) DI PERAIRAN SUNGAI LEMATANG, SUMATERA SELATAN

PERTUMBUHAN IKAN KERALI (Labocheilos falchifer) DI PERAIRAN SUNGAI LEMATANG, SUMATERA SELATAN ABSTRAK PERTUMBUHAN IKAN KERALI (Labocheilos falchifer) DI PERAIRAN SUNGAI LEMATANG, SUMATERA SELATAN Marson 1) dan Mas Tri Djoko Sunarno 2) 1) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Mariana-Palembang

Lebih terperinci

INVENTARISASI SPESIES IKAN DI SUNGAI KOMERING KECAMATAN MADANG SUKU II KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, SUMATERA SELATAN

INVENTARISASI SPESIES IKAN DI SUNGAI KOMERING KECAMATAN MADANG SUKU II KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, SUMATERA SELATAN INVENTARISASI SPESIES IKAN DI SUNGAI KOMERING KECAMATAN MADANG SUKU II KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, SUMATERA SELATAN Enggar Patriono, Effendi P. Sagala, Alkhairi Eka Wardhani Jurusan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 12 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2011 dalam selang waktu 1 bulan sekali. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak 5 kali (19 Maret

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2016 di Muara Sungai Nipah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera

Lebih terperinci

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN: JURNAL METAMORFOSA III (2): 82-85 (2016) J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN: 2302-5697 http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa STRUKTUR KOMUNITAS IKAN PADA LUBUK

Lebih terperinci

KOMPOSISI IKAN DI BATANG KAPUR KENAGARIAN SIALANG DAN DURIAN TINGGI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT

KOMPOSISI IKAN DI BATANG KAPUR KENAGARIAN SIALANG DAN DURIAN TINGGI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT KOMPOSISI IKAN DI BATANG KAPUR KENAGARIAN SIALANG DAN DURIAN TINGGI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT Dina Febriya¹, Armein Lusi Zeswita², Yosmed Hidayat² ¹ Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 30 km di Sumatera Utara, Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama

Lebih terperinci

POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2

POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2 POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2 ABSTRAK Sungai Ogan dimanfaatkan penduduk untuk kepentingan sosial dan ekonomi, dampak kegiatan tersebut mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini bermuara ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan usaha dibidang sumber daya perairan. Menurut Sarnita dkk. (1998), luas perairan umum

Lebih terperinci

Fish diversity in Lake Cala, Musi Banyuasin South-Sumatra

Fish diversity in Lake Cala, Musi Banyuasin South-Sumatra Keragaman ikan di Danau Cala, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Fish diversity in Lake Cala, Musi Banyuasin South-Sumatra Jifi Abu Ammar 1*, Mohammad Mukhlis Kamal 2, Sulistiono 2 1Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air menuju ke laut melalui sungai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air menuju ke laut melalui sungai 21 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Serayu merupakan salah satu kawasan atau wilayah daratan yang membentuk satu kesatuan wilayah tata air yang menampung, menyimpan dan

Lebih terperinci

bentos (Anwar, dkk., 1980).

bentos (Anwar, dkk., 1980). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis. Di dalam suatu daerah terdapat bermacam jenis makhluk hidup baik tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 - Agustus 2006 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta. Pengambilan contoh air dan

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA YUSTIN DUWIRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River) 87 STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River) Infa Minggawati dan Lukas Fakultas Perikanan Universitas Kristen

Lebih terperinci

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara Diversity and Abundance of Macrozoobenthos in Naborsahan River of Toba Samosir Regency, North Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode observasi. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi : Seluruh

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA SUSANTI LAWATI BARUS

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA SUSANTI LAWATI BARUS KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA SUSANTI LAWATI BARUS 090302022 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika Kimia Perairan dan Substrat Estuari mempunyai kondisi lingkungan yang berbeda dengan sungai dan laut. Keberadaan hewan infauna yang berhabitat di daerah estuari

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo

Lebih terperinci

JENIS-JENIS IKAN YANG TERTANGKAP DI SUNGAI LUBUK TANO KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

JENIS-JENIS IKAN YANG TERTANGKAP DI SUNGAI LUBUK TANO KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT 1 JENIS-JENIS IKAN YANG TERTANGKAP DI SUNGAI LUBUK TANO KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Brigita Senja 1, Renny Risdawati 2, Febri Yanti 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

2.2. Struktur Komunitas

2.2. Struktur Komunitas 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya ikan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat pulih (renewable resource), sehingga apabila dikelola dengan baik dapat memberikan hasil maksimum

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2010 di Danau Lut Tawar Kecamatan Lut Tawar Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah, dan Laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu menelusuri

Lebih terperinci

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 13 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di perairan Pesisir Manokwari Provinsi Papua Barat, pada empat lokasi yaitu Pesisir Perairan Rendani, Wosi, Briosi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif (Muhamad Ali, 1992). Jenis penelitian ini memberikan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif (Muhamad Ali, 1992). Jenis penelitian ini memberikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dasar dengan menggunakan metode penelitian deskriptif (Muhamad Ali, 1992). Jenis penelitian ini memberikan gambaran atau

Lebih terperinci