DAFTAR ISI Laporan Tahunan 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI Laporan Tahunan 2013"

Transkripsi

1 1

2 2

3 3

4 DAFTAR ISI 4ii

5 Daftar isi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i vii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Kebijakan Lembaga 2 BAB II PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS 4 A. Rekrutmen 5 1. Seleksi Calon Hakim Agung 5 2. Seleksi Pengangkatan Hakim Seleksi Hakim Ad Hoc 14 B. Pengawasan Hakim Penanganan Laporan Masyarakat 15 a. Penerimaan Laporan 15 b. Pelaksanaan Sidang Panel Pembahasan 22 c. Pelaksanaan Pemeriksaan 22 d. Pelaksanaan Sidang Panel dan Pleno Pemeriksaan 23 e. Usul Penjatuhan Sanksi ke Mahkamah Agung Pelaksanaan Sidang MKH Pemantauan Perilaku Hakim 31 C. Investigasi Hakim Investigasi Rekam Jejak Calon Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc Investigasi Kasus Pelanggaran KEPPH 33 D. Peningkatan Kapasitas dan Kesejahteraan Hakim Peningkatan Kapasitas Hakim 34 a. Penunjang Pelatihan Penyusunan Buku dan Artikel Online Penyusunan Buku Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Penyusunan Kurikulum Pelatihan KEPPH Pelatihan ToT untuk Fasilitator 36 i

6 Daftar isi b. Pelatihan Peningkatan Kapasitas Hakim 37 c. Forum Diskusi Hakim 43 d. Pengelolaan Situs Peningkatan Kapasitas Hakim Kesejahteraan Hakim 44 E. Advokasi Penyusunan Peraturan KY tentang Advokasi Hakim Pelaksanaan Advokasi Hakim 48 BAB III PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 52 A. Penelitian Putusan Hakim Tahun B. Penelitian Profesionalisme Hakim Agung 57 C. Karakterisasi Putusan 59 D. Indeks Mutasi Peradilan 61 E. Penelitian Tematik Perbaikan Kinerja Peradilan 66 BAB IV PENGUATAN KELEMBAGAAN 68 A. Struktur Organisasi 69 B. Penghubung Komisi Yudisial 71 C. Peningkatan Sumber Daya Manusia 73 D. Kerjasama Antar Lembaga 75 E. Penyusunan dan Penyempurnaan Perundang-undangan 76 F. Pengembangan Sistem Informasi 78 G. Pengembangan Perpustakaan 81 H. Diseminasi Publik 82 BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN 86 A. Pengelolaan Anggaran 87 B. Realisasi Anggaran 90 BAB VI PENUTUP 94 A. Kendala 95 B. Kesimpulan 96 ivii

7 v

8 KATA PENGANTAR vi

9 Kata Pengantar Komisi Yudisial telah melakukan serangkaian kegiatan di Tahun Anggaran 2013 dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya, sebagaimana diatur dalam pasal 24B Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 dan UU Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan di Tahun Anggaran 2013 dan upaya mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance), maka Komisi Yudisial menyusun Laporan Tahunan Komisi Yudisial Laporan Tahunan Komisi Yudisial Tahun 2013 disusun berdasarkan masukan dari seluruh unit kerja di lingkungan Komisi Yudisial. Di dalamnya berisi tentang : programprogram yang tercantum pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-K/L) Tahun 2013, serta kegiatan-kegiatan lain yang tidak tercantum pada DIPA dan RKA-K/L tetapi dilaksanakan sebagai respon terhadap isu dan kondisi aktual yang relevan terhadap tugas pokok dan fungsi organisasi. Penyusunan Laporan Tahunan Komisi Yudisial Tahun 2013 ini untuk memberikan gambaran kinerja Komisi Yudisial secara komprehensif selama tahun 2013 dengan semangat meningkatkan peran peradilan melalui peningkatan kualitas dan kapasitas hakim, serta meningkatkan kinerja Komisi Yudisial. Dalam pelaksanaannya memang masih dijumpai kendala, tetapi dapat teratasi berkat dukungan dan kerjasama sinergis seluruh stakeholders, utamanya Mahkamah Agung, Dewan Perwakilan Rakyat, Pemerintah, dan para jejaring serta seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap pentingnya mewujudkan peradilan bersih. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tetap berada dalam satu barisan dengan Komisi Yudisial untuk mewujudkan proses peradilan yang jujur, bersih, dan berwibawa. Amin. Jakarta, 30 Januari 2014 Ketua Komisi Yudisial, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si vii

10 BAB I PENDAHULUAN viii

11 Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa Komisi Yudisial berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung, dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Kewenangan Komisi Yudisial dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial dan diperluas melalui Paket Undang-Undang Badan Peradilan yang memberikan wewenang Komisi Yudisial untuk melakukan seleksi pengangkatan hakim bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Penguatan wewenang Komisi Yudisial juga dilakukan melalui perubahan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial sebagai konsekuensi logis dari putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 05/PUU-IV/ Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Secara substansial Undang-Undang tersebut memperkuat kewenangan Komisi Yudisial sebagaimana diatur dalam pasal 13 yang berbunyi Komisi Yudisial mempunyai wewenang : a) Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan Hakim Adhoc di MA kepada DPR untuk mendapat persetujuan; b) Menjaga dan menegakkan kehormatan keluhuran martabat serta perilaku hakim; c) Menetapkan kode etik dan atau pedoman perilaku hakim bersama-sama dengan MA; d) Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim. Pelaksanaan wewenang dan tugas Komisi Yudisial tahun 2013, dirancang dan disusun berdasarkan amanat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial dan Paket Undang-undang Badan Peradilan, serta Garis Besar Kebijakan dan Strategi Komisi Yudisial Tahun Hal tersebut mengharuskan Komisi Yudisial mengakselerasi pelaksanaan wewenang dan tugas seleksi Calon Hakim Agung dan Pengawasan Hakim, namun disisi lain juga harus mendesain instrumen penguatan kelembagaan guna menopang pelaksanaan wewenang dan tugas baru. 1 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 05/PUU-IV/2006 perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial terhadap Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

12 Pendahuluan Akselerasi dalam penyusunan instrumen penguatan kelembagaan yang diprioritaskan pada tahun 2013 ini, sebagian besar dapat diselesaikan, meskipun disadari masih jauh dari kesempurnaan. Untuk memenuhi kewajiban konstitusional, maka sebagai institusi publik Komisi Yudisial menyampaikan Laporan Tahunan Komisi Yudisial Tahun 2013 sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat selaku pemegang kedaulatan di negeri ini terutama bagi stakeholders yang telah memberikan perhatian kepada Komisi Yudisial. Secara internal, Laporan Tahunan Komisi Yudisial Tahun 2013 merupakan bahan evaluasi terhadap pelaksanaan wewenang dan tugas Komisi Yudisial, menjadi bahan refleksi bagi kinerja seluruh komponen Komisi Yudisial dan Sekretariat Jenderal yang terlibat dalam pemberian dukungan administratif dan teknis operasional, dan sebagai bekal untuk memproyeksikan perencanaan pada tahun-tahun berikutnya demi terwujudnya visi dan misi Komisi Yudisial. B. ARAH KEBIJAKAN LEMBAGA Arah kebijakan Komisi Yudisial pada tahun 2013 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Komisi Yudisial Nomor 02 Tahun 2012 tentang Garis Besar Kebijakan dan Strategi Komisi Yudisial Tahun , seluruh komponen Komisi Yudisial bertekad untuk mewujudkan Visi Komisi Yudisial yaitu: Terwujudnya Komisi Yudisial yang bersih, transparan, partisipatif, akuntabel, dan kompeten dalam mewujudkan hakim yang bersih, jujur, dan profesional Rumusan visi tersebut dilandasi pandangan dan pemikiran dasar bahwa hakim yang bersih, jujur, dan profesional merupakan prasyarat penting untuk menegakkan hukum dan keadilan di dalam sebuah Negara hukum yang demokratis. Negara hukum yang demokratis mengandung prasyarat mutlak yang harus dipenuhi yaitu terselenggaranya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial judiciary) dalam menjalankan tugas yudisial. Hakim sebagai pejabat negara yang menjalankan kekuasaan kehakiman tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun, untuk menjamin tegaknya keadilan, intervensi kepada hakim dalam proses pengambilan putusan pengadilan, baik intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun legislatif ataupun dari kalangan masyarakat dan media massa harus dihilangkan. Hakim hanya berpihak kepada kebenaran dan keadilan. Hakim menjadi mulut keadilan yang menyuarakan perasaan keadilan yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Arah kebijakan Komisi Yudisial merupakan penjabaran operasional dari wewenang dan tugas Komisi Yudisial yang meliputi: peningkatan kualitas seleksi pengangkatan Hakim, Hakim Agung dan Hakim Adhoc di Mahkamah Agung, peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim sebagai upaya menjaga kehormatan hakim, peningkatan kualitas penanganan laporan masyarakat sebagai upaya menegakkan kehormatan hakim, dan pemantapan proses penegakan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH). Dengan demikian, Komisi Yudisial bertanggung jawab mulai dari penyiapan SDM hakim yang dilakukan secara sinergi dengan Mahkamah Agung. Arah kebijakan tersebut diatas, harus didukung dengan arah kebijakan Komisi Yudisial yang bersifat internal yang melingkupi penguatan kelembagaan, dan peningkatan kualitas layanan data dan informasi kepada masyarakat. 2

13 Pendahuluan Rumusan Visi di atas, akan diwujudkan oleh seluruh komponen Komisi Yudisial melalui Misi Komisi Yudisial, yang terdiri atas: 1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan KY menjadi lembaga bersih, transparan, partisipatif, akutabel, dan kompeten; 2. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pencari keadilan secara efektif dan efisien; 3. Menyiapkan dan merekrut calon hakim agung, calon hakim adhoc di Mahkamah Agung, dan hakim yang bersih, jujur, dan professional; 4. Menjaga kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim secara efektif, transparan, partisipatif, dan akuntabel; 5. Menegakkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara adil, obyektif, transparan, partisipatif, dan akuntabel. Visi dan Misi yang sudah ditetapkan Komisi Yudisial menjadi prinsip dan identitas dasar kelembagaan yang selanjutnya diturunkan pada rencana strategis dan serangkaian program kegiatan tahunan pada masing-masing satuan kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. 3

14 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas BAB II PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS 4

15 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas A. REKRUTMEN HAKIM Rekrutmen Hakim merupakan kewenangan yang diamanatkan kepada Komisi Yudisial berdasarkan Pasal 13 huruf a Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Perkembangan ketatanegaraan Indonesia lebih lanjut memberikan amanat tambahan kepada Komisi Yudisial melaksanakan seleksi pengangkatan hakim bersama-sama dengan Mahkamah Agung yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1989 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Tugas rekrutmen hakim dilaksanakan oleh Biro Rekrutmen Hakim, Advokasi dan Peningkatan Kapasitas Hakim. Selama tahun 2013, Komisi Yudisial telah menjalankan tugastugas berkaitan kewenangan rekrutmen hakim: 1. SELEKSI CALON HAKIM AGUNG Dalam rangka melaksanakan seleksi hakim agung, Komisi Yudisial bertugas melakukan pendaftaran calon hakim agung; melakukan seleksi terhadap calon hakim agung; menetapkan calon hakim agung; dan mengajukan calon Hakim Agung ke DPR. Proses seleksi hakim agung dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak Komisi Yudisial menerima pemberitahuan dari Mahkamah Agung mengenai lowongan hakim agung. Komisi Yudisial diamanatkan untuk mengusulkan 3 (tiga) orang calon hakim agung ke DPR untuk setiap satu lowongan hakim agung. Pada tahun 2013 Komisi Yudisial berhasil melaksanakan 2 (dua) kali seleksi calon hakim agung dan berhasil mengusulkan 12 (dua belas) orang calon hakim agung ke DPR pada periode I, dan 3 (tiga) orang calon hakim agung ke DPR pada periode II. 5

16 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Untuk meningkatkan kualitas seleksi dan output yang dihasilkan dari proses seleksi, Komisi Yudisial telah menyempurnakan Peraturan dan Metode Seleksi Calon Hakim Agung. Hasil penyempurnaan tersebut adalah Peraturan Komisi Yudisial Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Komisi Yudisial Nomor 7 Tahun 2011 tentang Tata Cara Seleksi Calon Hakim Agung dan Peraturan Komisi Yudisial Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Penentuan Kelayakan Calon Hakim Agung. a. Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung Periode I. 1. Sosialisasi dan Penjaringan Calon Hakim Agung Periode I Kegiatan dan penjaringan Calon hakim agung periode I dilaksanakan serentak di 4 kota, yaitu: Yogyakarta, Semarang, Denpasar, dan Makassar, pada tanggal 11 s.d. 14 Februari Seleksi Calon hakim agung Periode I Seleksi Calon hakim agung Periode I Tahun 2013, dimulai setelah Komisi Yudisial menerima surat permintaan pengisian jabatan hakim agung dari Ketua Mahkamah Agung dengan surat Nomor 08/KMA/HK.01/I/2013 tanggal 17 Januari Jumlah kekosongan hakim agung yang akan diisi dalam periode pertama sebanyak 7 orang, dengan rincian tiga Hakim Agung Kamar Pidana, dua hakim agung Kamar Perdata, satu hakim agung Kamar TUN dan satu hakim agung kekurangan hasil seleksi tahun Pendaftaran Seleksi Calon Hakim Agung Periode I Tahun

17 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas a. Pendaftaran Calon Hakim Agung dimulai tanggal 4 s.d. 22 Februari 2013 Tabel 1 Pendaftar Calon Hakim Agung No. 1 Sistem Kamar Pidana Perdata TUN Jumlah KARIER tidak memilih NON KARIER 1. Akademisi Pengacara Notaris Lainnya Jumlah 74 b. Seleksi Administrasi Setelah dilakukan verifikasi berkas administrasi, ditetapkan 52 Calon hakim agung yang dinyatakan lolos administrasi (tabel 2). Tabel 2 Calon Hakim Agung Yang Lolos Seleksi Administrasi Tahun 2013 No. Sistem Kamar Pidana Perdata TUN Jumlah 1 KARIER NON KARIER 1. Akademisi Pengacara Notaris Lainnya Jumlah c. Seleksi Kualitas Seleksi kualitas berfokus pada penilaian terhadap karya profesi, hasil penyusunan makalah dan legal case (penyusunan putusan kasasi dan pelanggaran terhadap KEPPH). Tahap seleksi kualitas di diselenggarakan pada tanggal 19 dan 20 Maret Sebanyak 35 calon hakim agung dinyatakan lulus seleksi kualitas dan berhak mengikuti seleksi selanjutnya (tabel 3). 7

18 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Tabel 3 Calon Hakim Agung Yang Lolos Seleksi Kualitas Tahun 2013 No. Sistem Kamar Pidana Perdata TUN Jumlah KARIER NON KARIER 1. Akademisi Pengacara Notaris Lainnya Jumlah d. Seleksi Kepribadian, Kesehatan, dan Integritas/Rekam Jejak 1) Seleksi kesehatan dilaksanakan di RSPAD pada tanggal 22 dan 23 April ) Pelaksanaan Profile assessment dilakukan oleh PPSDM. 3) Pembekalan dilaksanakan di Balitbang Diklat Kumdil MA, Mega Mendung, Bogor pada tanggal 26 April ) Klarifikasi dilaksanakan oleh Komisioner Komisi Yudisial dan dibantu oleh Tim Asistensi yang terdiri dari Tenaga Ahli Komisi Yudisial, pejabat struktural, dan staf di Biro Rekrutmen, Advokasi dan Peningkatan Kapasitas Hakim. Sebanyak 23 calon hakim agung dinyatakan lulus tahap ini, dengan rincian sebagai berikut (tabel 4). 8

19 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Tabel 4 Calon Hakim Agung Yang Lolos Seleksi Kepribadian, Kesehatan, dan Integritas/Rekam Jejak No. Sistem Kamar Pidana Perdata TUN Jumlah KARIER NON KARIER - 1. Akademisi Pengacara Notaris Lainnya Jumlah e. Wawancara Wawancara diselenggarakan pada tanggal 22 s.d. 26 Juli 2013, sebanyak 12 calon hakim agung yang dinyatakan lulus seleksi wawancara dan diserahkan kepada DPR (tabel 5). Tabel 5 Calon Hakim Agung Yang Lolos Seleksi Wawancara No Nama Calon Hakim Agung Kompetensi 1 Arofah Windiani, Dr., Fal., S.H., M.H. Perdata 2 Hartono Abdul Murad, S.H., M.H. Perdata 3 Heru Iriani, Dr., S.H., M.Hum. Perdata 4 Manahan M.P. Sitompul, Dr., S.H., M.Hum. Perdata 5 Sudrajad Dimyati, S.H., M.H. Perdata 6 Zahrul Rabain, S.H., M.H. Perdata 7 Eddy Army, H., S.H.,M.H Pidana 8 Maruap Dohmatiga Pasaribu, S.H., M.Hum. Pidana 9 Mulijanto, S.H., M.H. Pidana 10 Sumardijatmo, S.H., M.H. Pidana 11 Bambang Edy Sutanto S, H., S.H., M.H. TUN 12 Is Sudaryono, S.H., M.H. TUN 9

20 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas f. Pengajuan Nama Calon Hakim Agung kepada DPR Pengajuan nama calon hakim agung kepada DPR dilaksanakan oleh Ketua, Wakil Ketua, Ketua Bidang Rekrutmen Hakim, serta Ketua Bidang SDM dan Litbang Komisi Yudisial pada tanggal 30 Juli Hasil seleksi calon hakim agung ini diterima oleh Ketua DPR dan Pimpinan Komisi III DPR RI. b. Pelaksanaan Seleksi Calon Hakim Agung Periode II. Seleksi calon hakim agung Periode II Tahun 2013 diawali setelah Komisi Yudisial menerima permintaan pengisian jabatan hakim agung sebanyak 2 (dua) orang untuk semester kedua tahun 2013, dan 1 (satu) orang untuk semester pertama tahun 2014, yang disampaikan dengan surat Ketua Mahkamah Agung dengan Nomor 88/KMA/ VI/2013 tanggal 28 Juni Pendaftaran Pendaftaran dimulai pada tanggal 22 Juli s.d. 16 Agustus 2013, namun sampai dengan penutupan pendaftaran tanggal 16 Agustus 2013, hanya terdapat 35 orang yang mendaftar. Minimnya pendaftar disebabkan bersamaan dengan proses seleksi calon hakim agung Periode I yang belum selesai sehingga Komisi Yudisial menetapkan kebijakan memperpanjang masa pendaftaran hingga tanggal 30 Agustus Perpanjangan waktu ini menghasilkan tambahan 15 orang pendaftar, sehingga jumlah pendaftar pada seleksi calon hakim agung Periode II sebanyak 50 orang yang terdiri dari 14 orang pendaftar baru (pertama kali mendaftar) dan 36 orang pendaftar lama yang disajikan pada tabel 6. Tabel 6 Pendaftar Calon Hakim Agung Pendaftar CHA Karier Non-Karier Sub Total Baru Lama Total Seleksi Administrasi Selesai dilakukan penelitian/verifikasi terhadap berkas administrasi, sebanyak 42 calon hakim agung dinyatakan lulus seleksi persyaratan administrasi dan berhak mengikuti tahapan selanjutnya, (tabel 7). 10

21 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Tabel 7 Calon Hakim Agung Yang Lulus Seleksi Administrasi Periode II No. Sistem Kamar Pidana Perdata TUN Jumlah 1. KARIER NON KARIER 1. Akademisi Pengacara Notaris Lainnya Jumlah Seleksi Kualitas Seleksi kualitas dilaksanakan pada tanggal September 2013 yang seharusnya diikuti oleh 42 calon hakim agung. Namun,di hari pertama hanya diikuti 41 calon hakim agung. Sementara di hari kedua hanya diikuti oleh 40 calon hakim agung. Alasan ketidakikutsertaan calon hakim agung tersebut karena sakit. Kemudian sebanyak 24 Calon Hakim Agung yang dinyatakan lulus seleksi kualitas, berhak mengikuti seleksi selanjutnya dengan rincian sebagai berikut: Tabel 8 Calon Hakim Agung Yang Lulus Seleksi Kualitas No. Sistem Kamar Pidana Perdata TUN Jumlah 1. KARIER NON KARIER 1. Akademisi Pengacara Notaris Lainnya Jumlah

22 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 4. Seleksi Kesehatan, Kepribadian, dan Integritas/Rekam Jejak serta Pembekalan Rangkaian kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 22 s.d. 25 Oktober Semua peserta yang dinyatakan lulus ujian kualitas, mengikuti proses seleksi kesehatan di RSPAD dan tes kepribadian yang dilaksanakan oleh Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI). Setelah rangkaian tes tersebut selesai dilaksanakan, CHA mengikuti pembekalan dengan pemateri antara lain, Frans Magniz Suseno memberikan materi Filsafat Hukum, Nyoman Syarikat mengisi Filsafat Etika Perilaku, Yusril Ihza Mahendra memberikan materi tentang Kekuasaan Kehakiman Pasca Amandemen, Komariah Sapardjaja dan M. Saleh mengisi mengenai hukum perdata dan hukum pidana. Sedangkan dari Komisi Yudisial memberikan materi Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim yang disampaikan oleh Ketua Bidang Rekrutmen Hakim Taufiqurrohman Syahuri. Dari hasil tes pemeriksaan kesehatan, 14 orang dinyatakan lulus. Selanjutnya mengikuti proses klarifikasi rekam jejak dengan mempertimbangkan seleksi kepribadian dan hasil dari penelusuran rekam jejak, bagi calon hakim agung yang dinyatakan tidak memenuhi syarat kesehatan, maka tidak dilanjutkan klarifikasi integritas/rekam jejak. 5. Seleksi Wawancara Dari 14 orang yang lulus tes sebelumnya kemudian mengikuti seleksi wawancara pada tanggal 11 dan 12 Desember Sebanyak 3 (tiga) calon hakim agung dinyatakan lulus seleksi wawancara dan diserahkan kepada DPR untuk dilakukan Fit and Proper Test, dengan nama-nama sebagai berikut: Tabel 9 Calon Hakim Agung yang Lulus Seleksi Wawancara NO NAMA CHA KOMPETENSI 1 Suhardjono Pidana 2 Sunarto Perdata 3 Maria Anna Samiyati Perdata 6. Pengajuan Nama Calon Hakim Agung kepada DPR Pengajuan nama-nama calon hakim agung kepada DPR diserahkan oleh Sekretaris Jenderal didampingi oleh Kepala Biro Rekrutmen, Advokasi dan Peningkatan Kapasitas Hakim pada tanggal 17 Desember 2013 diterima oleh Ketua DPR RI dan Pimpinan Komisi III DPR RI. 12

23 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 2. SELEKSI PENGANGKATAN HAKIM Sesuai amanat dan mandat dari Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1989 tentang Peradilan Tata Usaha Negara bahwa Komisi Yudisial berwenang untuk melakukan seleksi pengangkatan hakim bersama Mahkamah Agung. Sejak ditetapkan peraturan tersebut, baru sekali seleksi hakim dilaksanakan pada tahun Hal ini disebabkan karena peraturan bersama mengenai seleksi pengangkatan hakim belum diselesaikan oleh MA dan KY. Imbas dari hal ini adalah, tidak berjalannya proses rekrutmen hakim tingkat pertama selama 3 tahun terakhir. Hal ini tentu saja mengganggu roda mutasi Hakim. Pasal 4 Perba No.01/PB/MA/IX/ /PB/P.KY/09/2012 Tahun 2012 tentang Seleksi Pengangkatan Hakim, mengamanatkan Komisi Yudisial untuk melakukan pemantauan kepada Calon Hakim (Cakim) Angkatan VII tahun 2010 sebanyak 204 (dua ratus empat) orang. Selain melaksanakan amanat Perba No.01/PB/MA/IX/ /PB/ P.KY/09/2012, Komisi Yudisial telah berusaha secara maksimal untuk melakukan koordinasi dengan Mahkamah Agung guna tersusunnya peraturan bersama tentang rekrutmen hakim sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 49, 50, dan 51 Tahun Kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Penyusunan metode pemantauan calon hakim (cakim) magang sebagai panitera pengganti dilaksanakan pada tanggal 11 s.d. 13 Maret Metode pemantauan yang dihasilkan dalam bentuk: wawancara (mentor dan pimpinan pengadilan), pengisian kuesioner, dan FGD dengan cakim. b. Pemantauan Cakim (peserta pendidikan hakim) 1) Pemantauan cakim magang sebagai panitera pengganti dilaksanakan di 16 kota/kabupaten tempat cakim magang pada tanggal 29 April s.d. 8 Mei ) Pemantauan cakim magang sebagai asisten hakim dilaksanakan di 16 kota/ kabupaten tempat cakim magang pada tanggal 6 s.d. 20 Nopember c. Penyusunan data-base Cakim Pendokumentasian data dan penguatan rekam jejak yang memuat data primer dan sekunder terhadap 204 cakim angkatan VII. d. Seminar Seleksi Pengangkatan Hakim Kegiatan seminar ini merupakan rangkaian kegiatan seminar yang diselenggarakan oleh Komisi Yudisial bekerjasama dengan perguruan tinggi. Maksud dari kegiatan ini untuk mencari masukan dalam rangka penyusunan sistem dan metode pelaksanaan seleksi pengangkatan hakim dengan cara meminta dan menghimpun pendapat dan argumentasi dari berbagai kalangan dan para pemangku kepentingan. Perguruan tinggi penyelenggara seminar tersebut, adalah: 13

24 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 1) Universitas Padjajaran, Bandung Kegiatan seminar bertema Sistem Rekrutmen yang Tepat Untuk Menghasilkan Hakim Yang Ideal diselenggarakan pada tanggal 10 Oktober Narasumber : Unsur MA, Komisioner Komisi Yudisial, Ketua Komisi III DPR RI, Unsur FH Univ Padjajaran. 2) Universitas Indonesia, Depok Kegiatan seminar bertema Sinergi Pemangku Kepentingan Kekuasaan Kehakiman Dalam Menciptakan Hakim yang Profesional dan Berintegritas dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober Narasumber : Guru besar UI, Ditjend Dikti Kemendiknas, Wamen PAN dan RB). 3) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Kegiatan seminar bertema Seleksi Pengangkatan Hakim sebagai Rangkaian Proses Reformasi Peradilan diselenggarakan pada tanggal 3 Desember Keynote speaker : Ketua Bidang Rekrutmen Hakim. Narasumber : Kemendiknas, UGM, Mantan Hakim, Kemenpan. e. Penyusunan draf dan bahan pemantauan cakim magang sebagai asisten hakim. f. Pengiriman tim perumus peraturan bersama tentang seleksi pengangkatan hakim kepada Mahkamah Agung. g. Korespondensi dengan Mahkamah Agung mengenai permintaan tim perumus peraturan bersama tentang seleksi pengangkatan hakim dari Mahkamah Agung. h. Penyusunan draf peraturan bersama Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung tentang Seleksi Pengangkatan Hakim. 3. SELEKSI HAKIM ADHOC Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang mempunyai wewenang seleksi hakim adhoc di Mahkamah Agung. Berkaitan dengan hal tersebut, Komisi Yudisial telah melakukan: 1. Penyusunan draf peraturan tata cara seleksi hakim adhoc. 2. Penyusunan draf Naskah Akademik seleksi hakim adhoc di Mahkamah Agung. 3. Korespondensi permintaan pengisian jabatan hakim adhoc di Mahkamah Agung, berkaitan dengan berakhirnya masa jabatan hakim adhoc di Mahkamah Agung. 4. Melakukan Investigasi rekam jejak seleksi hakim adhoc tingkat pertama dan banding. Mahkamah Agung meminta Komisi Yudisial untuk membantu proses seleksi Hakim Adhoc Tipikor, dengan menginvestigasi rekam jejak peserta seleksi Hakim Adhoc Tipikor tingkat pertama dan tingkat banding. 14

25 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Ruang Pengaduan Komisi Yudisial B. PENGAWASAN HAKIM Berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, salah satu tugas dan wewenang Komisi Yudisial adalah menjalankan Pengawasan Perilaku Hakim dan Investigasi. Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas eksternal terhadap perilaku hakim melakukan pengawasan baik secara pasif berdasarkan laporan masyarakat maupun secara aktif melalui berbagai kegiatan yang dilakukan Komisi Yudisial dalam bentuk pemantauan persidangan. Pelaksanaan pengawasan hakim selama tahun 2013 yang dilakukan Komisi Yudisial dapat diuraikan di bawah ini. 1. Penanganan Laporan Masyarakat Pelaksanaan pengawasan perilaku hakim oleh Komisi Yudisial salah satunya dilakukan dengan penanganan laporan masyarakat. Penanganan laporan masyarakat merupakan rangkaian kegiatan mulai dari menerima laporan masyarakat, pendalaman laporan masyarakat, sidang panel hasil pendalaman laporan masyarakat, pemeriksaan para pihak dan saksi, sidang pleno hasil pemeriksaan, dan rekomendasi penjatuhan sanksi. b. Penerimaan Laporan. Sejak berdirinya Komisi Yudisial tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 Komisi Yudisial telah menerima laporan masyarakat sebanyak laporan. Laporan masyarakat yang diterima oleh Komisi Yudisial pada periode Januari s.d 31 Desember 2013 sejumlah laporan, sedangkan laporan atau surat yang ditembuskan ke Komisi Yudisial sejumlah laporan sehingga totalnya laporan dengan rincian sebagai berikut: 15

26 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Tabel 10 Rekapitulasi Laporan Masyarakat dan Tembusan Tahun 2013 N O Jenis Laporan Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des Jumlah Laporan Masyarakat Yang disampaikan Langsung Kekantor Komisi Yudisial Laporan Masyarakat yang disampaikan Via Pos Laporan yang disampaikan via online Informasi Jumlah Laporan Masyarakat Yang Diterima Surat Tembusan Total Penerimaan Laporan dan Tembusan Dari tabel diatas rekapitulasi laporan masyarakat yang masuk ke Komisi Yudisial paling banyak adalah adalah surat tembusan setelah itu laporan melalui via pos, seperti digambarkan dalam grafik dibawah ini : Rekapitulasi Laporan Masyarakat dan Tembusan Tahun

27 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Dari Jumlah Laporan Masyarakat yang diterima tahun 2013, dapat dipetakan laporan-laporan yang diterima berdasarkan dugaaan Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang dilaporkan ke Komisi Yudisial, yaitu: Tabel 11 Jenis Dugaan Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim Tahun 2013 No. Jenis Dugaan Pelanggaran Jumlah Prosentase (%) 1 Berperilaku Adil % 2 Berperilaku Jujur % 3 Berperilaku Arif Dan Bijaksana % 4 Berperilaku Mandiri % 5 Berintegritas Tinggi % 6 Bertangung jawab % 7 Menjunjung Tinggi Harga Diri % 8 Berdisplin Tinggi % 9 Berperilaku Rendah Hati % 10 Bersikap Profesional % 11 Gabungan semua laporan dugaan % 12 Bukan Kewenangan KY % 13 Permohonan Pemantauan % 14 Lain-lain % Total % Dengan banyaknya laporan ini berarti KY berhasil mengkampanyekan wewenang dan tugasnya dalam menjaga kehormatan hakim. Dari jumlah total laporan tersebut yang tidak ada laporan pelanggaran KEPPH hanya pada poin Berperilaku Rendah Hati. Bisa jadi tidak adanya laporan tersebut karena poin ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Dari data pemetaan tersebut diatas juga memberikan perspektif bahwa laporan-laporan yang masuk terdiri dari banyak dugaan pelanggaran yang ada dalam surat laporan pelapor, yaitu sebanyak 34 (1.55 %), artinya masyarakat melaporkan lebih dari satu pelanggaran. 17

28 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Dari data diatas dapat disimpulkan: 1. Bersikap profesional adalah butir yang paling banyak dilanggar oleh hakim, hal ini menunjukan adanya ketidakmampuan para hakim dalam menerapkan hukum acara yang berlaku. Prosentase pelanggaran dari butir ini sebesar 35.33% atau sebanyak 775 dari jumlah laporan selama tahun Berperilaku adil menempati urutan kedua terbanyak untuk pelanggaran butir-butir kode etik dan pedoman perilaku hakim. Hal ini disebabkan bahwa butir bersikap adil dan bersikap profesional terkadang masih dipersepsikan sama oleh masyarakat, sehingga dalam laporan yang disampaikan, kedua butir tersebut selalu bersinggungan. Prosentase pelanggaran bersikap adil sebesar %, atau sebanyak 375 laporan. 3. Prosentasi pelanggaran ketiga teratas adalah Berperilaku arif dan bijaksana, yaitu sebesar 4,10 %, atau sebanyak 90 laporan. Pelanggaran ini berkaitan dengan tindakan tercela. 4. Urutan pelanggaran selanjutnya adalah butir berintegritas tinggi, sebanyak 81 laporan atau 3.69 %. Bentuk pelanggaran ini paling banyak berupa penundaan eksekusi, yaitu banyaknya putusan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkract) tidak dapat dilaksanakan oleh Terlapor, hal ini menyebabkan putusan tersebut akhirnya terbengkalai. 5. Hal yang sama juga ditemui dalam laporan yang melanggar Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim Berperilaku jujur 15 laporan (0,68 %), yaitu pada perbuatan tercela. Dalam laporan ini didominasi oleh laporan yang tidak ada hubungannya dengan perkara yang ditangani oleh hakim yang bersangkutan, namun murni perbuatan di luar kedinasan. 6. Ditemukan juga adanya intervensi yang diterima oleh terlapor sehingga mempengaruhi putusannya, hal ini dapat dilihat dari Berperilaku mandiri sebanyak 15 laporan (0,68 %). 7. Laporan tentang pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim menjunjung tinggi harga diri sebanyak 9 laporan (0.41 %). 8. Butir pelanggaran lain yang banyak dilaporkan masyarakat ke Komisi Yudisial adalah bentuk pelanggaran pada butir Berdisiplin tinggi, yaitu ditunjukkan dengan laporan masyarakat sebesar 35 laporan atau 1.59%. Jenis pelanggaran ini cenderung berkaitan dengan perilaku hakim dalam memimpin persidangan. Dari laporan masyarakat tersebut ada yang memang meminta tim pemantauan persidangan Komisi Yudisial untuk memantau persidangan ataupun perkara yang masih berjalan. Hal ini dapat dilihat dari data yang masuk sebanyak 355 laporan (16.18 %) permohonan pemantauan, artinya adalah bahwa masyarakat mengerti akan kewenangan Komisi Yudisial dalam melakukan pemantauan persidangan. Selain itu ada juga laporan yang secara tegas bukan merupakan kewenangan Komisi Yudisial karena tidak berkaitan dengan Hakim, 230 laporan (10.48 %). Biasanya laporan seperti ini akan diteruskan ke instansi yang berwenang seperti ke Kejaksaan atau Kepolisian atau bila berkaitan dengan Panitera akan di teruskan ke Bawas MA. 18

29 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Tabel 12 Jenis Dugaan Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang dilaporkan ke Komisi Yudisial Tahun 2013 No. Jenis Perkara Jumlah 1 Pidana Perdata TUN Militer 5 5 Agama 53 6 Tipikor 66 7 Niaga 34 8 PHI 43 9 HAM 0 10 SYARIAH 1 11 Pidana & Perdata 2 12 Uji Materil UU 1 13 Pembubaran Partai Politik 1 14 Perselisihan Tentang Hasil Pemilu *Lain-lain 514 Jumlah

30 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Tabel 13 Rekapitulasi Jumlah Penerimaan Laporan Masyarakat Berdasarkan Lokasi Aduan Yang Diterima Periode Januari s.d 31 Desember 2013 No Propinsi Jumlah Laporan 1 DKI Jakarta Jawa Timur Sumatera Utara Jawa Barat Jawa Tengah Sulawesi Selatan 81 7 Sumatera Selatan 64 8 Banten 54 9 Sumatera Barat Riau Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Timur Sulawesi Utara Lampung Nanggroe Aceh Darussalam Bali Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat DI Yogyakarta Jambi Kalimantan Tengah Maluku Sulawesi Tenggara Bengkulu Sulawesi Tengah Kepulauan Riau Gorontalo Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat 6 32 Kep. Bangka Belitung 4 33 Lain-lain 192 Total

31 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Jumlah laporan masyarakat yang diterima oleh Komisi Yudisial pada periode Januari s.d 31 Desember 2013 sebanyak laporan, laporan yang telah diregister sebanyak 709, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 14 Jumlah Laporan Masyarakat Yang Diregister No Keterangan Jumlah (%) 1 Laporan Diregister 709 Laporan % 2 Belum Diregister terdiri dari: - Laporan Belum Lengkap Laporan % - Permohonan Pemantauan 355 Laporan % 3 Laporan Tidak Diregister: - Bukan Kewenangan & Diteruskan Ke Instansi Lain 103 Laporan 4.70 % Tabel 15 Jenis Laporan Masyarakat Yang Diregister No Jenis Laporan Yang Diregister Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jml 1 Laporan Masyarakat Langsung, via pos, dan Online Informasi Tembusan Jumlah Laporan Laporan masyarakat yang telah diregistrasi selanjutnya dilakukan pendalaman melalui kegiatan anotasi, investigasi, dan pemantauan. Hasil anotasi, investigasi, dan pemantauan dibahas dalam sidang panel untuk menentukan apakah laporan masyarakat dapat ditindaklanjuti atau tidak. 21

32 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas c. Pelaksanaan Sidang Panel Pembahasan Dari 709 laporan yang telah diregister, sebanyak 621 laporan masyarakat telah dibahas dalam sidang panel. Dari jumlah tersebut, 365 laporan tidak dapat ditindaklanjuti dan 256 laporan dapat ditindaklanjuti, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 16 Tabel Hasil Sidang Panel Pembahasan No Hasil Panel Anotasi Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jml (lap) 1. Laporan Tidak Dapat Ditindaklanjuti Laporan Dapat Ditindaklanjuti a. b. c. d. Laporan yang ditindaklanjuti sampai dengan pemeriksaan terlapor Laporan yang ditindaklanjuti sampai dengan pemeriksaan pelapor/saksi Laporan yang ditindaklanjuti sampai dengan permintaan klarifikasi Meneruskan laporan/ pemberitahuan ke instansi terkait untuk ditindaklanjuti e. Lain-lain (termasuk permintaan alat bukti) Jumlah d. Pelaksanaan Pemeriksaan 22 Pihak-pihak yang telah dipanggil untuk memberikan keterangan/ dilakukan pemeriksaan oleh Komisi Yudisial periode Januari s.d Desember 2013 sejumlah 710 orang, dengan rincian sebagai berikut:

33 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Tabel 17 Pelaksanaan Pemeriksaan Terperiksa No. Bulan Hadir Hakim Pelapor Saksi Tidak Hadir Hadir Tidak Hadir Hadir Tidak Hadir Jumlah (orang) 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah e. Pelaksanaan Sidang Panel dan Pleno Pemeriksaan Laporan masyarakat yang telah diputus dalam sidang panel maupun sidang pleno pemeriksaan periode Januari s.d Desember 2013 sejumlah 358 laporan masyarakat, dengan rincian sebagai berikut: 23

34 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Tabel 18 Tabel Pelaksanaan Sidang Panel dan Sidang Pleno Jenis Sidang No. Bulan Panel Klarifikasi Panel LPP DL TDL DL TDL Terbukti Pleno Tidak Terbukti Jumlah (laporan) 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah f. Usul Penjatuhan Sanksi ke Mahkamah Agung Dalam hal dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim dinyatakan terbukti, Komisi Yudiisal mengusulkan penjatuhan sanksi tehadap hakim yang diduga melakukan pelanggaran kepada Mahkamah Agung. Berdasarkan ketentuan Pasal 22 huruf D Undang-Undang Nomor 18 tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim berupa: 24

35 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 1) Sanksi ringan, terdiri atas: : b. Teguran lisan c. Teguran tertulis d. Pernyataan tidak puas secara tertulis 2) Sanksi Sedang, terdiri atas : a. Penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1 (satu) tahun b. Penurunan gaji sebesar 1 (satu) kali kenaikan gaji berkala paling lama 1 (satu) tahun c. Penundaan kenaikan pangkat paling lama 1 (satu) tahun atau hakim nonpalu paling lama 6 (enam) bulan 3) Sanksi berat, terdiri atas; a. Pembebasan dari jabatan struktural b. Hakim nonpalu lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 2 (dua) tahun c. Pemberhentian sementara d. Pemberhentian tetap dengan hak pensiun, atau e. Pemberhentian tetap tidak dengan hormat Dari jumlah 98 laporan yang dinyatakan terbukti dalam Sidang Pleno Komisi Yudisial, sejumlah 63 laporan diusulkan untuk dijatuhi sanksi kepada terlapor, dengan rincian sebagai berikut: 25

36 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas No Tabel 19 Usul Penjatuhan Sanksi Berdasarkan Jumlah Laporan Bulan Sanksi Ringan Sanksi Sedang Sanksi Berat Lain-lain (Peringatan bukan sanksi) Jumlah (laporan) 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember No. Jumlah Catatan: Belum semua usul rekomendasi dikirimkan ke Mahkamah Agung (masih dalam proses di Komisi Yudisial) Bulan Tabel 20 Usul Penjatuhan Sanksi Berdasarkan Jumlah Orang Sanksi Ringan Sanksi Sedang Sanksi Berat Jumlah (orang) 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah

37 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Tabel 21 Usul Penjatuhan Sanksi Berdasarkan Jumlah Jenis Peradilan No. Jenis Peradilan Laporan Jumlah Orang A. Peradilan Umum 1. Pengadilan Negeri Pengadilan Tinggi Kasasi dan Peninjauan Kembali 1 3 B. Peradilan Agama 1. Pengadilan Agama Pengadilan Tinggi Agama Kasasi dan Peninjauan Kembali 0 0 C. Peradilan Tata Usaha Negara 1. Pengadilan Tata Usaha Negara Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Kasasi dan Peninjauan Kembali 0 0 D. Peradilan Militer 1. Mahkamah Militer Mahkamah Tinggi Militer Kasasi dan Peninjauan Kembali 0 0 E. Peradilan Khusus 1. Pengadilan Niaga Pengadilan Pajak Pengadilan Tipikor 0 0 F. Mahkamah Agung 3 6 Jumlah

38 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 2. Pelaksanaan Sidang Majelis Kehormatan Hakim (MKH) Sidang Majelis Kehormatan Hakim merupakan forum pembelaan diri bagi hakim yang direkomendasikan Komisi Yudisial untuk dijatuhi sanksi berat berupa pemberhentian tetap dengan hak pensiun dan pemberhentian tidak dengan hormat. Sidang Majelis Kehormatan Hakim dilaksanakan berdasarkan Peraturan Bersama tentang Tata cara Pembentukan, Tata Kerja, dan Tata Cara Pengambilan Keputusan Majelis Kehormatan Hakim yang dibentuk oleh Komisi Yudisial bersama dengan Mahkamah Agung. Keberadaan Majelis Kehormatan Hakim ini dapat dilihat dari ketentuan pasal 22F ayat (1) UU Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial jo. pasal 11A ayat (6) UU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 14 Tahun 1985 jo. pasal 20 ayat (6) UU Nomor 49 Tahun 2009, yang pada intinya menyatakan bahwa hakim yang akan diusulkan pemberhentian tetap diberikan hak untuk membela diri di hadapan Majelis Kehormatan Hakim. Adapun mengenai komposisi keanggotaan Majelis Kehormatan Hakim berdasarkan ketentuan pasal 22F ayat (2) UU Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial jo. pasal 11A ayat (8) UU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 14 Tahun 1985 yaitu terdiri dari 4 (empat) orang anggota Komisi Yudisial dan 3 (tiga) orang hakim agung. Forum pembelaan diri hakim ini terkait dengan tata cara pembentukan dan mekanisme kerja yang telah diatur oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial dengan menerbitkan Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi Yudisial RI Nomor: 129/KMA/SKB/IX/2009 Nomor: 04/SKB/P.KY/IX/2009 tanggal 8 September 2009 tentang Tata Cara Pembentukan, Tata Kerja dan Tata Cara Pengambilan Keputusan Majelis Kehormatan Hakim. Periode Januari s.d Desember 2013, telah dilaksanakan 7 (tujuh) kali sidang Majelis Kehormatan Hakim yang terdiri sebanyak 5 (tiga) orang hakim yang diajukan atas rekomendasi Komisi Yudisial, sedangkan sisanya sebanyak 2 (dua) orang hakim atas rekomendasi Mahkamah Agung, dengan rincian: 28

39 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Tabel 22 Sidang Majelis Kehormatan Hakim Tahun 2013 No. Penetapan Sidang Hakim Terlapor Asal Rekomendasi Tanggal Putusan Putusan 1. 01/MKH/II/2013 Sdri. Adria Dwi Afanti (PN Simalungun) KY 14 Februari 2013 Dimutasikan ke Pengadilan Tinggi Medan sebagai hakim non palu selama 2 (dua) tahun 2. 02/MKH/II/2013 Sdr. Nuril Huda (PN Pangkalan Bun) KY 6 Maret 2013 Hakim non palu selama 2 (dua) tahun 3. 03/MKH/II/2013 Sdr. Asmadinata (PN Tipikor Pada PN Palu) MA 3 Juli 2013 Pemberhentian tetap dengan tidak hormat 4. 04/MKH/II/2013 Sdr. Acep Sugiana (PN Singkawang) KY 3 Juli 2013 Pemberhentian tetap dengan hormat dengan hak pensiun 5. 05/MKH/X/2013 Sdri. Vica Natalia (PN Jombang) MA 6 November 2013 Pemberhentian tetap dengan hormat dengan hak pensiun 6. 06/MKH/X/2013 Sdr. Raja M.G. Lumban Tobing (PN Binjai) KY 6 November 2013 Pemberhentian tetap dengan hormat dengan hak pensiun 7. 07/MKH/X/2013 Sdr. Sintong Monogari Opinion Siahaan (PN Bekasi) KY 7 November 2013 Hakim non palu selama 1 (satu) tahun 29

40 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Sejak diterbitkannya keputusan bersama tersebut tahun 2009 sampai dengan 2013, Majelis Kehormatan Hakim telah dilaksanakan sebanyak 25 (dua puluh lima) kali, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 23 Pelaksanaan Sidang Majelis Kehormatan Hakim Tahun 2009 s.d 2013 TAHUN No. Penetapan Sidang MKH Asal Rekomendasi Jumlah (sidang) /MKH/IX/ /MKH/I/ /MKH/I/ MA 2 KY /MKH/I/ /MKH/I/ /MKH/IV/ /MKH/X/ MA 2 KY /MKH/XI/ /MKH/IV/ /MKH/XI/ /MKH/XI/ MA 2 KY /MKH/XI/ /MKH/XII/ /MKH/II/ /MKH/VII/ /MKH/VII/ MA 3 KY /MKH/XII/ /MKH/II/ /MKH/II/ /MKH/II/ /MKH/II/ /MKH/X/ MA 5 KY /MKH/X/ /MKH/X/2013 JUMLAH 25 30

41 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 3. Pemantauan Perilaku Hakim Peran Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawasan eksternal dalam konteks pemantauan perilaku hakim terhadap jalannya sistem persidangan dirasakan semakin tinggi, baik berasal pada laporan masyarakat maupun inisiatif Komisi Yudisial untuk menemukan dan membuktikan bahwa hakim telah menerapkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) dalam menangani suatu perkara maupun pergaulan di masyarakat. Pada tahun 2013 (Januari sd. 31 Desember 2013), Komisi Yudisial telah memproses 355 permohonan pemantauan dari masyarakat dan 24 perkara berdasarkan inisiatif Komisi Yudisial atas dugaan terjadinya pelanggaran KEPPH dalam proses persidangan di pengadilan. Tabel 24 Pemantauan Perilaku Hakim No Bulan Permohonan pemantauan yang masuk Tidak dilakukan pemantauan Dilakukan pemantauan Penanganan lainnya Proses 1 Januari 0 2 Februari Maret 0 4 April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Pemantauan berdasarkan inisiatif KY 24 31

42 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas C. INVESTIGASI HAKIM 1. Investigasi Rekam Jejak Calon Hakim Agung dan Calon Hakim Ad Hoc Investigasi calon hakim agung dan hakim adhoc merupakan salah satu kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Biro Investigasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan informasi hakim yang tersebar di pengadilan seluruh Indonesia. Selain itu kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengumpulkan data hakim, calon hakim agung dan hakim adhoc yang sedang mengikuti proses seleksi calon hakim atau hakim yang diduga melakukan pelanggaran KEPPH. Dalam melaksanakan kegiatan ini Komisi Yudisial bekerjasama dengan jejaring sebagai mitra strategis KY yang ada di pusat maupun di daerah. Skema pembiayaan kegiatan ini disusun dalam bentuk Standar Biaya Khusus (SBK) dengan keluaran (output) berupa laporan. Target yang ingin dicapai secara kuantitatif sebanyak 325 laporan yang pelaksanaannya dilakukan dengan melibatkan pihak ketiga (khususnya adalah jejaring dan informan Komisi Yudisial). Sedangkan target kualitatifnya adalah KY dapat memperoleh data dan informasi mengenai perilaku dan kinerja hakim yang bertugas di pengadilan, baik tingkat pertama sampai Mahkamah Agung. Selama tahun 2013, laporan yang telah dihasilkan dari kegiatan investigasi hakim ini berjumlah 298 laporan. Jumlah ini tercapai kurang lebih 91.69% dari keseluruhan laporan yang ditargetkan yaitu 325 laporan. Adapun rincian terhadap laporan hasil investigasi calon hakim agung adalah sebagai berikut: Tabel 25 Laporan Hasil Investigasi Calon Hakim Agung NO LAPORAN HASIL INVESTIGASI (LHI) JUMLAH 1 LHI Hakim (Kasus dan Reguler) LHI Calon Hakim Agung I 35 3 LHI Calon Hakim Agung II 24 4 LHI Calon Hakim Ad Hoc Tipikor 40 JUMLAH 298 Selain untuk mendukung seleksi CHA, kegiatan investigasi ini juga ditujukan untuk melakukan pendalaman dan penelusuran rekam jejak Hakim Ad Hoc Tipikor Tingkat Pertama dan Banding tahun Sebenarnya wewenang untuk melakukan seleksi Hakim Ad Hoc Tipikor Tingkat Pertama dan Banding ini ada pada Tim Seleksi yang dibentuk oleh Mahkamah Agung. Namun pada praktiknya, Tim Seleksi ini mengirimkan surat ke Komisi Yudisial yang intinya meminta masukan terkait peserta seleksi Hakim Ad Hoc Tipikor Tingkat Pertama dan Banding. Untuk itu, Komisioner selanjutnya memerintahkan kepada Biro Investigasi untuk melakukan investigasi pendalaman dan penelusuran rekam jejak hakim ad hoc tipikor untuk memberikan masukan kepada tim seleksi. 32

43 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Pada tahun 2013, tim seleksi Hakim Ad Hoc Tipikor Tingkat Pertama dan Banding meminta KY untuk menginvestigasi peserta seleksi sebanyak 40 orang. Biro Investigasi melaksanakan investigasi selama 1 bulan dan semua laporan telah disampaikan kepada panitia seleksi di Mahkamah Agung. Hasil akhir dari seleksi tersebut, tim panitia seleksi meloloskan 1 orang peserta yang dianggap layak untuk menjadi hakim ad hoc tipikor. 2. Investigasi Kasus Pelanggaran KEPPH Investigasi kasus pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) merupakan kegiatan penyelidikan dan penelusuran penyimpangan perilaku hakim sebagai usaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan bahan keterangan yang cukup dalam rangka membuktikan ada tidaknya pelanggaran KEPPH yang dilakukan oleh hakim. Sebagai lembaga independen yang memiliki tugas melakukan pengawasan terhadap KEPPH, Komisi Yudisial dilengkapi dengan kewenangan untuk melakukan investigasi, verifikasi dan klarifikasi. Investigasi di sini dapat dimaknai sebagai kegiatan penyelidikan dan penelusuran yang dilakukan oleh unit khusus yang keberadaannya di dalam lingkup koordinasi Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. Sepanjang tahun 2013, kegiatan penyelidikan dan penelusuran berhasil melaporkan 36 kasus yang ditangani. Jumlah ini lebih banyak dari target yang direncanakan semula yaitu 35 kasus sehingga prosentase capaian laporan yang dihasilkan adalah 102,85%. Tiga puluh enam kasus yang telah dilaporkan sebagian besar telah disampaikan kepada pimpinan Komisi Yudisial melalui sidang panel dan/ atau pleno. Sebagian dari laporan tersebut sudah ditindaklanjuti melalui proses pemeriksaan untuk diambil keputusan terkait pelanggaran yang dilakukan oleh hakim. Adapun rincian 36 laporan kasus tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 26 Jumlah Kasus Pelanggaran KEPPH No Pelanggaran Jumlah 1 Dugaan terima uang dalam penanganan perkara 15 2 Dugaan melakukan pemerasan 3 3 Dugaan melakukan penipuan dan penggelapan 1 4 Dugaan memakai narkoba 1 5 Dugaan melakukan penyimpangan dan manipulasi perkara 2 6 Duduga menjalin komunikasi dan hubungan asmara dengan suami/istri para pihak 3 7 Dugaan menjalin hubungan asmara dengan pria/wanita lain serta KDRT 5 8 Dugaan melakukan pertemuan dengan para pihak 3 9 Dugaan melakukan penyuapan untuk naik jabatan 1 10 Dugaan melakukan tindak kekerasan terhadap sesama hakim 1 11 Laporan ketidakpuasan terhadap putusan 1 Jumlah 36 33

44 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa dugaan pelanggaran yang dominan untuk dilakukan penyelidikan dan penelusuran adalah berupa dugaan penerimaan suap oleh hakim, yaitu sebanyak 15 laporan atau 43%. Sedangkan laporan yang tidak menyangkut pelanggaran perilaku secara langsung sebanyak 1 laporan yaitu berupa tindak lanjut atas ketidakpuasan para pihak terhadap putusan. D. PENINGKATAN KAPASITAS DAN KESEJAHTERAAN HAKIM Peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim merupakan wewenang dan tugas yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Pembuat undang-undang memandang penting keterlibatan Komisi Yudisial untuk meningkatkan kapasitas hakim yang dituangkan dalam Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Komisi Yudisial mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan Hakim. 1. Peningkatan Kapasitas Hakim Upaya peningkatan kapasitas hakim yang dilakukan oleh Komisi Yudisial dilakukan dalam rangka mewujudkan hakim yang bersih, jujur, dan profesional, yang diarahkan untuk melengkapi dan mendukung peningkatan kapasitas hukum yang telah dilakukan oleh Mahkamah Agung. Agar pelaksanaan peningkatan kapasitas hakim dapat berjalan secara terencana, terarah, terprogram, dan terealisasi, telah disusun dan ditetapkan Grand design Peningkatan Kapasitas Hakim, dengan Peraturan Komisi Yudisial Nomor 3 Tahun 2013 tentang Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim. Upaya peningkatan kapasitas hakim dilakukan dalam berbagai kegiatan sebagaimana tersebut dibawah ini: a. Penunjang Pelatihan 1. Penyusunan Buku dan Artikel Online Penyusunan Buku Pendukung Pelatihan Peningkatan Kapasitas Hakim tujuannya adalah sebagai bahan bacaan hakim sehingga dapat membantu hakim dalam melaksanakan tugas memeriksa dan memutus perkara dan dapat meningkatkan kapasitas hakim. Buku pendukung pelatihan peningkatan kapasitas hakim yang telah disusun adalah Buku Proceeding Pelatihan Pidana Khusus, Proceeding Pelatihan Ekonomi Syariah, Proceeding Pelatihan Hukum Pidana Militer. Selain proceeding, disusun juga silabus untuk pelatihan khusus hukum acara pidana. 2. Penyusunan Buku Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Penyusunan panduan penyelenggaraan pelatihan peningkatan kapasitas hakim ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi penyelenggara pelatihan peningkatan kapasitas, sedangkan tujuan dari penyusunan panduan 34

45 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas penyelenggaraan pelatihan peningkatan kapasitas hakim ini untuk: 1) Memberikan pedoman dalam menyelenggarakan pelatihan peningkatan kapasitas hakim dalam merencanakan, melaksanakan, menetapkan standar mutu, dan melakukan monitoring dan evaluasi pelatihan. 2) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan peningkatan kapasitas hakim secara terencana, berkelanjutan, terukur, dan komprehensif. Sasaran penyusunan panduan penyelenggaraan pelatihan peningkatan kapasitas hakim ini adalah sebagai berikut: a. Unit kerja pada Komisi Yudisial atau pengelola pelatihan peningkatan kapasitas hakim yang bertanggungjawab dalam peningkatan kapasitas hakim. b. Tim fasilitator pelatihan peningkatan kapasitas hakim baik yang ada dilingkungan Komisi Yudisial maupun pihak lain yang dilibatkan menjadi fasilitator atau pengelola latihan. c. Peserta pelatihan sebagai penerima manfaat dari penyelenggaraan pelatihan peningkatan kapasitas hakim. Manfaat penyusunan panduan penyelenggaraan pelatihan peningkatan kapasitas hakim ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat bagi penyelenggara pelatihan yaitu dapat merencanakan, melaksanakan, menetapkan standar mutu pelatihan, dan melakukan monitoring dan evaluasi pelatihan sesuai dengan tujuan peningkatan kapasitas hakim. b. Manfaat bagi fasilitator yaitu tersedianya acuan yang jelas dalam memfasilitasi pelatihan peningkatan kapasitas hakim sehingga materi pelatihan dapat disampaikan sesuai dengan tujuan peningkatan kapasitas hakim. c. Manfaat bagi peserta pelatihan yaitu mendapatkan jaminan mengikuti pelatihan yang terencana dan terukur dengan baik. Penyusunan panduan penyelenggaraan pelatihan peningkatan kapasitas hakim dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juli Penyusunan Kurikulum Pelatihan KEPPH Salah satu bentuk peningkatan kapasitas hakim yang dilakukan Komisi Yudisial adalah pelatihan hakim. Sesuai dengan ranah yang menjadi domain kewenangan Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas eksternal terhadap hakim, maka pelatihan hakim yang dilakukan Komisi Yudisial perlu memfokuskan pada materi KEPPH yang dalam konteks pelatihan lebih berkaitan dengan aspek afektif dan aspek psikomotorik. Dengan demikian pelatihan hakim ini yang dilakukan Komisi Yudisial berorientasi 35

46 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas kepada peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan hakim dalam mengimplementasikan KEPPH baik dalam kedinasan maupun diluar kedinasan. Dalam rangka menunjang pelaksanaan pelatihan KEPPH maka disusun kurikulum Pelatihan KEPPH kerjasama antara Tim Komisi Yudisial dengan Tim Psikologi UI. Adapun kurikulum Pelatihan KEPPH yang disusun adalah kurikulum pelatihan KEPPH untuk hakim dengan masa kerja 5-10 tahun. 4. Pelatihan ToT untuk Fasilitator Salah satu posisi yang sangat penting dalam sebuah pelatihan peningkatan kapasitas hakim yang dilakukan Komisi Yudisial adalah seorang fasilitator. Fasilitator dituntut dapat menstimulus dinamika forum pelatihan dan mengendalikan pelatihan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mengendalikan penggunaan waktu secara optimal dengan mengkombinasikan antara fleksibilitas dan efektifitas penggunaan waktu dengan berpegangan pada prinsip menghargai peserta, dapat membangun proses yang partisipatori dan hasil yang terukur serta memahami substansi/materi yang difasilitasi. Kegiatan Training of Trainers (ToT) sebagai fasilitator dilaksanakan pada hari Kamis s.d.sabtu tanggal 31 Oktober s.d. 2 November 2013 di Bogor, dengan peserta sebanyak 24 orang yang merupakan perwakilan dari Biro/Pusat di Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. Tujuan penyelenggaraantraining of Trainers (ToT) sebagai fasilitator, diharapkan peserta mampu mengoptimalkan hasil belajarnya dalam menguasai keterampilan yang dibutuhkan untuk merancang dan menyelenggarakan kegiatan pengajaran yang antara lain meliputi: a. Mengenal berbagai alternatif teknik mengajar; b. Menyusun rencana aktivitas belajar; c. Menyampaikan materi pengajaran melalui komunikasi yang efektif dan konstruktif; d. Membangkitkan motivasi peserta untuk belajar. Materi pelatihan ToT untuk fasilitator adalah Pengantar Pelatihan Fasilitator Komisi Yudisial, Analisis Training dan Analisis Diri, Pembelajaran Aktif dan Pembelajaran Orang Dewasa, Peran, Tugas dan Kode Etik Fasilitator yang meliputi Membaca Peta, Memberi Instruksi, Ceramah Efektif, Menjadi Moderator, Memotivasi,Merangsang, dan Menggugah, Atmosfir & Iklim Pembelajaran Kondusif, Debriefing/Refleksi Pengalaman, Metode Pembelajaran, Merancang Sesi Pelatihan/Panduan dan Membuat rancangan sesi pelatihan. Narasumber pelatihan ToT untuk fasilitator adalah Tim Psikologi dari Universitas Indonesia yang terdiri dari: Bagus Takwin, Alfrindra Prumaldhi, Evi, dan Ade. 36

47 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas b. Pelatihan Peningkatan Kapasitas Hakim Isu strategis dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Hakim adalah pengukuran outcome jangka panjang dari kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Hakim yang mengalami kesulitan karena pelatihan peningkatan kapasitas hakim yang dilaksanakan belum berbasis pada angkatan serta instrument. Sarana dan prasarana pendukung pelatihan peningkatan kapasitas hakim juga belum memadai. Hal ini disebabkan karena keterbatasan anggaran untuk pelaksanaan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Hakim dan kegiatan pendukungnya. Idealnya pelatihan peningkatan kapasitas hakim dilaksanakan dengan basis angkatan, yaitu angkatan hakim 1-7 Mahkamah Agung, yang merupakan bibit baru yang harus senantiasa dibina dan tingkatkan kapasitasnya serta dijadikan agen perubahan dalam peradilan, ke depan angkatan tersebut track record-nya senantiasa dipantau dan dievaluasi sehingga dapat diproyeksikan menjadi hakim agung yang ideal. Pelatihan yang diselenggarakan oleh Komisi Yudisial pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: a. Pelatihan Tematik Ekonomi Syariah Bagi Hakim Pengadilan Agama Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal Februari 2013 bertempat di Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung Jawa Barat. Sedikitnya terdapat 51 Hakim pada Pengadilan Agama Tingkat Pertama yang terlibat aktif sebagai peserta. Tujuan penyelenggaraan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan Hakim Pengadilan Agama terhadap perkembangan ekonomi syariah, menyediakan wadah sharing pengalaman bagi Hakim Pengadilan Agama mengenai penanganan perkara ekonomi syariah, dan menyamakan persepsi terkait penanganan perkara ekonomi syariah. Pelatihan tematik Ekonomi Syariah bagi Hakim Agama di Bandung 37

48 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Materi dan narasumber pada pelatihan ini adalah sebagai berikut: Tabel 27 Materi dan Narasumber Pelatihan Tematik Ekonomi Syariah Bagi Hakim Pengadilan Agama No Materi Narasumber Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim Peran dan Tanggung Jawab Hakim Agama dalam Mewujudkan Keadilan Ilahiyah Bagi Masyarakat Dr. Suparman Marzuki, S.H.,M.Si (Ketua Bidang Pengawasan hakim dan Investigasi) Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj, M.A. (Ketua PBNU) 3. Hukum Ekonomi Syariah Prof. Dr. H. Jaih Mubarok, M.Ag. (Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung) 4. Asuransi dan Reasuransi Syariah Prof. Dr. H. M. Amin Suma, S.H., M.A. (Guru Besar dan Dekan Fakultas Syariah UIN/ IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 5. Hukum Perbankan Syariah 6. Pegadaian Syariah Duddy Yustiadi, S.E. (Pakar Perbankan Syariah) Dr. Ir. Iwan P. Pontjowinoto, M.M., CFP (Pakar Ekonomi Syariah dan Mantan Ketua Umum MES) 7. Hukum Acara Sengketa Ekonomi Syariah Prof. Dr. H. Abdul Manan, S.H.,S.IP.,M.Hum (Hakim Agung MA) 8. Teknik Pembuatan Putusan Dr. Habiburrahman, S.H.,M.Hum (Hakim Agung) b. Pelatihan Tematik Hakim Pengadilan Militer. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal Maret 2013 bertempat di Kobangdikal, Surabaya Jawa Timur. Sedikitnya terdapat 27 Hakim Militer yang terlibat aktif sebagai peserta. Tujuan penyelenggaraan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan hakim dilingkungan Peradilan Militer, menyediakan wadah sharing pengalaman bagi hakim dilingkungan Peradilan Militer mengenai proses penanganan perkara tindak pidana militer, dan menyamakan persepsi terkait proses penanganan perkara tindak pidana militer. 38

49 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Materi dan narasumber dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut: Tabel 28 Materi dan Narasumber Pelatihan Tematik Hakim Pengadilan Militer No Materi Narasumber Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim Peran dan Tanggung Jawab Hakim dilingkungan Peradilan Militer dalam Mewujudkan Keadilan Bagi Masyarakat H. Abbas Said, S.H.,M.H. (Anggota Komisi Yudisial RI) Dr. K.H. Said Aqil Siraj, M.A. (Ketua PBNU) 3. Hak Asasi Manusia Dr. Fadillah Agus, S.H.,M.H. (Praktisi) 4. Tindak Pidana Korupsi Sistem Pembuktian Dalam Tindak Pidana Korupsi Prof. Dr. Barda Nawawi Arief, S.H. (Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro) 5. Hukum Pidana Militer Tindak Pidana Desersi Serta Akibat Hukum Yang Ditimbulkan Kol. CHK. (Purn) TNI Yacob Luna Sumuk, S.H. (Dosen Sekolah Tinggi Hukum Militer dan Mantan Hakim Militer) 6. Hukum Acara Pidana Militer Penjatuhan Pidana Tambahan Pemecatan Prajurit TNI Beserta Akibatnya Ditinjau dari Prospektif Hukum Acara Pidana Militer 7. Penalaran Hukum 8. Teknik Pembuatan Putusan Laksma TNI AR. Tampubolon, S.H. (Kepala Pengadilan Militer Utama Mahkamah Agung RI) Prof. Dr. Arief Sidharta, S.H. (Guru Besar FH Universitas Parahyangan) H. Mayor Jenderal TNI (Purn) Iskandar Kamil, S.H. (Mantan Ketua Muda Pidana Khusus Mahkamah Agung RI) Pelatihan tematik lingkup Pengadilan Militer diselenggarakan di Surabaya 39

50 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas c. Penyelenggaraan Pelatihan Tematik Sengketa Tata Usaha Negara Bagi Hakim dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara. Pelatihan Tematik Sengketa Tata Usaha Negara Bagi Hakim dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan pada Mei 2013 di Gedung Pusdiklat Pancasila dan Konstitusi, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Bogor, diikuti 30 peserta (hakim) dari PTUN Palembang, PTUN lampung, PTUN Palangkaraya, PTUN Surabaya, PTUN Semarang, PTUN Yogyakarta, PTUN Jakarta, PTUN Bandung, PTUN Serang. Tujuan penyelenggaraan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan hakim dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara terhadap perkembangan sengketa Tata Usaha Negara, menyediakan wadah sharing pengalaman bagi Hakim dilingkungan peradilan Tata Usaha Negara dalam hal penanganan sengketa Tata Usaha Negara, dan menyamakan persepsi terkait penanganan sekaligus penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara. Materi dan narasumber pada pelatihan ini adalah: Tabel 29 Materi dan Narasumber Pelatihan Tematik Sengketa Tata Usaha Negara Bagi Hakim dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara No Materi Narasumber KEPPH Secara Tekstual dan Kontekstual Peran dan Tanggung Jawab Hakim dalam Mewujudkan Keadilan Bagi Masyarakat Ditinjau dari Perspektif Filsafat Agama Manajemen Pengendalian Emosi dan Stres Dalam Proses Persidangan Prinsip-Prinsip Dasar Hukum Administrasi dan Perkembangannya Sengketa TUN mengenai: 1) Pertanahan 2) Keputusan Lelang 3) Kepegawaian Aspek Prosedural dari Pemeriksaan Gugatan Class Action dan Legal Standing yang Diajukan ke Pengadilan TUN Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (HAPTUN) Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H. (Ketua Bidang Rekrutmen Hakim Komisi Yudisial) H. Abbas Said, S.H.,M.H. Winarini Wilman, Ph.D. (Dosen Psikologi Universitas Indonesia) Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf, S.H., M.H. (Guru Besar Hukum Administrasi Negara Universitas Parahyangan) Dr. Irfan Fachruddin, S.H., CN. (Hakim Agung MA RI) Dr. HM. Harry Djatmiko, S.H., M.S. (Hakim Agung MA RI) Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum. (Hakim Agung MA RI) 8. Teknik Pembuatan Putusan Dr. H. Supandi, S.H., M.Hum. (Hakim Agung MA RI) 40

51 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas d. Pelatihan Tematik Hukum Acara Perdata Bagi Hakim Pengadilan Negeri/ Umum di Bogor. Pelatihan ini dilaksanakan pada Juni 2013 di Badan Litbang Kumdil MA RI, Jalan Cikopo Selatan, Desa Suka Maju, Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat, dengan 30 peserta Hakim dari PN Jakarta Pusat, PN Jakarta Selatan, PN Jakarta Timur, PN Jakarta Utara, PN Jakarta Barat, PN Tangerang, PN Serang, PN Bandung, PN Bale Bandung, PN Bekasi, PN Bogor, PN Depok dan PN Karawang. Tujuan penyelenggaraan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan hakim dilingkungan Peradilan Umum terhadap Hukum Acara Perdata, tersedianya wadah sharing pengalaman bagi hakim dilingkungan Peradilan Umum mengenai hukum acara perdata dan permasalahan-permasalahan dalam penerapan hukum acara perdata, dan menyamakan persepsi terkait penerapan hukum acara perdata. Materi dan narasumber pada pelatihan ini adalah sebagai berikut: Tabel 30 Materi dan Narasumber Pelatihan Tematik Hukum Acara Perdata Bagi Hakim Pengadilan Negeri/Umum di Bogor No Materi Narasumber Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) Secara Tekstual dan Kontekstual Peran dan Tanggung Jawab Hakim Dalam Mewujudkan Keadilan Bagi Masyarakat Ditinjau dari Perspektif Filsafat Agama Manajemen Pengendalian Emosi dan Stress Dalam Proses Persidangan Perjanjian di luar KUH Perdata (Kontrak Inominaat), meliputi: 1. Perjanjian Kerjasama Operasi (KSO) 2. Kontrak Karya Hukum Agraria Konflik Masyarakat Dalam Bidang Pertanahan Permasalahan Eksekusi Dalam Perkara Perdata Penyalahgunaan keadaan (Misbruik Van Omstandigheden/ Undue Influence) sebagai alasan untuk mencampuri perjanjian Permasalahan hukum acara perdata secara holistik Dr. Ibrahim, S.H., M.H., LL.M. (Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Komisi Yudisial RI) K.H. Ma ruf Amin Reza Indragiri Amriel (Pakar Psikologi Forensik) Prof. Dr. Johannes Gunawan, S.H., LL.M. (Guru Besar Hukum Universitas Parahyangan) Prof. Dr. Sudjito, S.H., M.Si. (Guru Besar Hukum Agraria Universitas Gadjah Mada) Dr. H. Mohammad Saleh, S.H., M.H. (Wakil Ketua MA Bidang Yudisial) Atja Sondjaya, S.H. (Mantan Hakim Agung MA RI) Djafni Jaman, S.H. (Hakim Agung MA) 9. Teknik Pembuatan Putusan Sultoni Mohdally, S.H., M.H. (Hakim Agung MA RI) 41

52 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas e. Pelatihan Tematik Hukum Acara Perdata Bagi Hakim Pengadilan Negeri/ Umum di Solo. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 11 s.d. 14 September 2013 di Hotel Paragon, Jalan Dr. Sutomo, Solo. dengan peserta 31 hakim dari PN Karanganyar, PN Sukoharjo, PN Surakarta, PN Magelang, PN Sragen, PN Boyolali, PN Salatiga, PN Purwodidi, PN Klaten, PN Wonogiri. Tujuan penyelenggaraan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan hakim dilingkungan Peradilan Umum terhadap Hukum Acara Perdata, tersedianya wadah sharing pengalaman bagi hakim dilingkungan Peradilan Umum mengenai hukum acara perdata dan permasalahanpermasalahan dalam penerapan hukum acara perdata, dan menyamakan persepsi terkait penerapan hukum acara perdata. Materi dan narasumber pada pelatihan ini adalah sebagai berikut: Tabel 31 Materi dan Narasumber Pelatihan No Materi Narasumber Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) Secara Tekstual dan Kontekstual Peran dan Tanggung Jawab Hakim Dalam Mewujudkan Keadilan Bagi Masyarakat Ditinjau dari Perspektif Filsafat Agama Dr. Ibrahim, S.H., M.H., LL.M. (Ketua Pencegahan dan Peningkatan Kapasitas Hakim) Ansyahrul, S.H., M.Hum. (Mantan Ketua Pengadilan Tinggi Jakarta) Manajemen Pengendalian Emosi dan Stress Dalam Proses Persidangan Perlawanan terhadap Eksekusi Hak Tanggungan dan Pengosongan Objek Lelang Winarini Wilman, Ph.D. (Dosen Psikologi Universitas Indonesia) Djafni Djamal, S.H.,M.H. (Hakim Agung) 5. Perjanjian di luar KUH Perdata (Kontrak Inominaat), meliputi: 1. Perjanjian Kerjasama Operasi 2. Kontrak Karya terkait dengan pertambangan 6. Perbuatan Melawan Hukum 7. Wanprestasi 8. Penyalahgunaan Keadaan (Misbruik Van Omstandigheden Undue Influence) Sebagai Alasan Untuk Mencampuri Perjanjian Prof. Dr. Ridwan Khairandy, S.H., M.H. (Guru Besar Hukum Perdata Universitas Islam Indonesia) Parwoto Wignjosumarto, S.H.(Mantan Hakim Tinggi) Parwoto Wignjosumarto, S.H.(Mantan Hakim Tinggi) Hirman Purwanasuma, S.H. 9. Teknik Pembuatan Putusan Hirman Purwanasuma, S.H. 42

53 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas c. Forum Diskusi Hakim Forum diskusi hakim adalah forum diskusi bagi hakim terkait dengan berbagai topik dalam upaya peningkatan kapasitas hakim yang diselenggarakan oleh Komisi Yudisial bekerjasama dengan pihak lain, baik dari dalam maupun luar negeri yang dilaksanakan dalam rangka merumuskan upaya peningkatan kapasitas hakim yang diperlukan dalam mendukung pelaksanaan tugas hakim sehingga dapat menghasilkan putusan yang memenuhi rasa keadilan bagi pencari keadilan, bermanfaat bagi masyarakat dan mewujudkan kepastian hukum bagi hegara. Detail kegiatan dari Forum Diskusi Hakim adalah: 1) Menerima kunjungan Justice Academy of Turkey ke Komisi Yudisial pada tanggal 27 s.d. 31 Januari 2013 dan Penandatangan MoU antara Komisi Yudisial dengan Justice Academy of Turkey (bekerja sama dengan Hubungan Antar Lembaga Komisi Yudisial) pada tanggal 28 Januari Tujuan dari MoU ini adalah untuk menjalin kerjasama dengan Akademi Pendidikan Hakim dan Jaksa Turki dalam rangka meningkatkan kapasitas hakim. 2) Pengiriman hakim dan jaksa dalam acara Seminar/Pelatihan/Short Course on Anti Corruption and Money Laundry, pada tanggal 21 s.d. 30 September 2013 di Justice Academy of Turkey, ini merupakan tindak lanjut dari MoU antara Komisi Yudisial dengan Justice Academy of Turkey. d. Pengelolaan Situs Peningkatan Kapasitas Hakim Pada tahun 2013 telah dibuat situs Peningkatan Kapasits Hakim yang sudah diintegrasikan dengan situs Komisi Yudisial, tujuan dari pembuatan situs ini adalah sebagai media bagi hakim untuk meningkatkan pengetahuan hakim, sharing pengalaman bagi hakim, dan menyamakan persepsi terhadap permasalahanpermasalahan hukum. Peluncuran situs PKH dilaksanakan bulan Juni 2013 pada saat Pelatihan Tematik Hukum Acara Perdata Bagi Hakim di lingkungan Pengadilan Negeri/Umum. Situs peningkatan kapasitas hakim akan dikembangkan menjadi media pelatihan online (e-learning) bagi hakim, sehingga dapat menjangkau hakimhakim di seluruh Indonesia yang tidak mendapat kesempatan mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas hakim secara tatap muka dapat mengikutinya secara online melalui situs peningkatan kapasitas hakim. 43

54 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 2. Kesejahteraan Hakim Keamanan dan kesejahteraan hakim merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menjaga independensi hakim dan imparsialitas hakim agar tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berperkara. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman telah memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan sebagaimana diatur dalam Pasal 48 ayat (1) yang menyatakan bahwa Negara memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan hakim dan hakim konstitusi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan kekuasaan kehakiman. Meski secara normatif, negara telah memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan, namun masih banyak ditemui di dalam praktik dimana hakim mendapatkan intimidasi dari para pihak berperkara. Secara faktual hakim sebagai pejabat negara belum mendapatkan jaminan keamanan dan kesejahteraan. Persoalan kesejahteraan hakim ini perlu mendapat perhatian yang sungguhsungguh. Faktor keuangan ini dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk mempengaruhi perkara yang sedang ditangani. Selain terkait dengan independensi, tidak dipenuhinya jaminan kesejahteraan bagi hakim menyebabkan hakim rentan terhadap korupsi dan suap. Teori adanya hubungan antara kesejahteraan hakim dan kualitas putusan sudah terbukti di banyak negara-negara seluruh dunia. Di India, Malaysia, dan Perancis terbukti bahwa dengan ditingkatkannya kesejahteraan hakim, maka kualitas putusan mereka akan membaik secara paralel. Prinsipnya hakim harus sejahtera dahulu baru ia bisa membuat putusan yang adil. Sebuah penelitian International Commission of Justice (ICJ) yang berjudul Reviewing Measures to Prevent and Combat Judicial Corruption (2010) memberi konfirmasi bahwa salah satu penyebab korupsi peradilan adalah rendahnya gaji dan tunjangan yang diterima hakim. Karena itu, ICJ merekomendasikan agar kesejahteraan hakim dijamin oleh negara, tidak dikurangi, dan aplikasinya harus dijauhkan dari pengaruh politik. Upaya peningkatan kesejahteraan hakim tentu bertujuan agar hakim dapat bekerja lebih baik dan mempercepat proses reformasi birokrasi di lembaga pengadilan, yang pada gilirannya dapat menghindarkan para wakil Tuhan di muka bumi dari berperilaku atau berbuat menyimpang dan para hakim dapat mengembalikan kewibawaan institusi peradilan. Dengan begitu, rakyat sebagai pembayar pajak tidak merasa tertipu untuk memberikan gaji dan tunjangan yang pantas bagi hakim. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan hakim, Komisi Yudisial menyelenggarakan Forum Diskusi Hakim tentang Problematika Kesejahteraan Hakim yang dilaksanakan di Tarakan, Kalimantan Utara, dengan peserta 25 Hakim perwakilan dari pengadilan negeri dan agama di wilayah Kalimantan Utara. Maksud dari kegiatan Forum Diskusi Hakim Tentang Problematika Kesejahteraan Hakim di Tarakan adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui secara langsung problematika kesejahteraan hakim di wilayah Kalimantan Utara, 44

55 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas b. Untuk mendapatkan masukan dari para hakim mengenai hal-hal yang terkait dengan problematika kesejahteraan hakim yang mereka hadapi. Sedangkan tujuan dari kegiatan Diskusi Hakim Tentang Problematika Kesejahteraan Hakim adalah untuk merumuskan rekomendasi upaya peningkatan kesejahteraan hakim sebagai implementasi hak-hak yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2012 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Hakim yang Berada di bawah Mahkamah Agung yang hingga saat ini belum terpenuhi. E. ADVOKASI Pelaksanaan kegiatan advokasi hakim pada dasarnya telah dilaksanakan sebelum Peraturan Komisi Yudisial tentang Advokasi Hakim disusun dengan pertimbangan bahwa pelaksanaan tugas advokasi hakim tetap memiliki payung hukum sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e Undang-Undang No 11 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial. Adapun pelaksanaan advokasi hakim telah dimulai sejak Bulan Januari 2013 hingga Bulan November 2013 dengan penanganan perkara sebanyak 7 (tujuh) kasus sesuai dengan capaian yang hendak dicapai pada tahun Namun demikian, mengingat keterbatasan anggaran yang tersedia dan minimnya dukungan anggaran dari Pemerintah, dapat dimaklumi bahwa pelaksanaan advokasi hakim masih jauh dari harapan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang dan Peraturan Komisi Yudisial itu sendiri. 1. Penyusunan Peraturan Komisi Yudisial Tentang Advokasi Hakim Penyusunan Peraturan Komisi Yudisial tentang Advokasi Hakim dilakukan dengan beberapa tahapan, dimulai dari penyusunan position paper tentang advokasi hakim, naskah akademik tentang peraturan advokasi hakim, penyusunan draf peraturan advokasi hakim hingga akhirnya disahkan berdasarkan keputusan rapat pleno Komisi Yudisial. Peraturan Komisi Yudisial tentang Advokasi Hakim merupakan peraturan yang menafsirkan lebih lanjut tentang pelaksanaan tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e Undang-Undang No. 18 tahun 2011 tentang Komisi Yudisial. Adapun proses-proses penyusunan peraturan tersebut adalah sebagai berikut: a. Position paper tentang advokasi hakim Position paper tentang advokasi hakim merupakan sebuah kertas kerja yang menyusun tentang konsep dan desain kegiatan advokasi hakim Komisi Yudisial. Dinamika yang masih menjadi polemik dalam penyusunan position paper adalah terkait penafsiran bentuk langkah hukum dan/atau langkah lain yang dilakukan oleh Komisi Yudisial, yang mana apabila langkah hukum dan/atau langkah lain ditafsirkan berdasarkan penafsiran sistemik, teleologis dan gramatikal akan menimbulkan berbagai bentuk yang saling berbeda satu dengan lainnya. Adapun penyusunan position paper ini menghasilkan beberapa rekomendasi yaitu sebagai berikut: 45

56 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 1. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas sebagaimana diamanatkan Pasal 20 ayat (1) huruf e, mohon kiranya dapat segera: 1. Mendefinitifkan ketua bidang yang akan menaungi pelaksanaan tugas mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain. 2. Menyusun naskah akademik dan peraturan Komisi Yudisial tentang tata cara pengambilan langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap perbuatan yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim. 3. Menyusun kerangka kerja pelaksanaan tugas dengan memperhatikan strategi jangka panjang dalam rangka penyusunan RUU Contempt of Court sebagaimana telah diuraikan diatas. 2. Memperhatikan kompleksitas substansi advokasi hakim dan tuntutan dari para hakim, maka kami menjadwalkan untuk diselenggarakan rapat pembahasan Naskah Akademik dan draf Peraturan Komisi Yudisial tentang Advokasi Hakim, dan rencana kerja implementasi Pasal 20 ayat (1) huruf e. b. Naskah akademik tentang peraturan advokasi hakim Naskah akademik tentang peraturan advokasi hakim merupakan pelaksanaan rekomendasi position paper tentang advokasi hakim yang sedikit banyak mengambil inspirasi dari position paper dimaksud tentang advokasi hakim. Pada prinsipnya naskah akademik juga tetap memberikan pilihan atas bentukbentuk langkah hukum dan/atau langkah lain berdasarkan tiga jenis penafsiran sebagaimana yang telah dituangkan dalam position paper. Namun demikian, naskah akademik lebih menekankan kepada adanya sikap atau keputusan dari Komisi Yudisial untuk menentukan pilihannya dalam menyelenggarakan advokasi hakim. Selanjutnya di dalam naskah akademik juga dilakukan pembahasan akan pentingnya judicial education yang dilakukan oleh Komisi Yudisial kepada masyarakat guna mencegah terjadinya perbuatan yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim. Naskah akademik tentang peraturan advokasi hakim ini juga menghasilkan beberapa saran, yaitu sebagai berikut: 1. Perlu adanya peraturan Komisi Yudisial yang mengatur mengenai pemberian advokasi hakim yang meliputi: 1. Ruang lingkup tugas advokasi hakim baik berupa langkah hukum dan/ atau langkah lain; 2. Ruang lingkup diskresi sebagai definisi langkah lain 3. Tata cara pelaksanaan advokasi hakim; 4. Uraian tugas advokasi hakim hingga pelaksanaan langkah hukum dan/ atau langkah lain; 46

57 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 5. Perlu dipertimbangkan untuk membuat formulasi yang lebih efektif terkait rehabilitasi terhadap hakim yang pernah dilaporkan ke Komisi Yudisial; 6. Perlu adanya pemberian pendidikan kepada masyarakat terkait Judicial Education yaitu yang memuat tentang pendidikan hukum tentang tugastugas hakim dan pendidikan tentang larangan perbuatan merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim. 7. Bahwa pengambilan langkah hukum dan/atau langkah lain dengan rehabilitasi dan judicial education adalah tiga tugas besar yang dapat saling berkorelasi maupun saling terpisah dalam rangka advokasi hakim. 8. Hal lain yang diperlukan untuk mendukung penyempurnaan penyusunan naskah akademis. c. Penyusunan draf peraturan advokasi hakim Penyusunan draf Peraturan Komisi Yudisial tentang Advokasi Hakim hingga menghasilkan draf final yang disepakati dalam rapat pleno Komisi Yudisial tanggal 30 September 2013 didahului dengan penyusunan 7 (tujuh) draf peraturan. Hal yang menjadi pokok bahasan dalam penyusunan tiap draf tersebut adalah mengenai ruang lingkup dan definisi advokasi serta langkah hukum dan atau langkah lain. Beberapa pendapat menginginkan agar luang lingkup advokasi lebih besar dari maksud yang dikandung dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e, sehingga upaya pencegahan dimasukan dalam ruang lingkup advokasi. Sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa ruang lingkup advokasi hanya sebatas Pasal 20 ayat (1) huruf e Undang-Undang No. 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial. Berdasarkan pembahasan tersebut, kemudian dihasilkan draf final advokasi bahwa advokasi hakim hanya terbatas pada lingkup Pasal 20 ayat (1) huruf e, yaitu mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan, kelompok orang atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim. Dalam peraturan tersebut akhirnya yang dimaksud dengan langkah hukum adalah serangkaian kegiatan guna melaporkan orang perseorangan, kelompok orang atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim kepada aparat penegak hukum. Sedangkan yang dimaksud dengan langkah lain dapat berupa melakukan koordinasi, mediasi, konsiliasi dan somasi terhadap pihak-pihak terkait. 47

58 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 2. Pelaksanaan Advokasi Hakim Pelaksanaan kegiatan advokasi hakim pada dasarnya telah dilaksanakan sebelum Peraturan Komisi Yudisial tentang Advokasi Hakim disusun dengan dasar bahwa pelaksanaan tugas advokasi hakim tetap memiliki payung hukum sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e Undang-Undang No 11 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial. Adapun pelaksanaan advokasi hakim telah dimulai sejak bulan Januari 2013 hingga bulan November 2013 dengan penanganan perkara sebanyak 7 (tujuh) kasus sesuai dengan capaian yang hendak dicapai pada tahun Namun demikian, mengingat keterbatasan anggaran dapat dimaklumi bahwa pelaksanaan advokasi hakim masih jauh dari harapan seperti yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang dan Peraturan Komisi Yudisial itu sendiri. Sehubungan dengan pelaksanaan advokasi hakim pada tahun 2013 berikut adalah rincian atas penanganan kasus advokasi hakim: a. Kasus pencemaran nama baik hakim adhoc Tipikor oleh LSM anti korupsi (langkah lain) Hakim adhoc Tipikor Surabaya Gazalba Saleh yang dinyatakan belum melaporkan LHKPN kepada KPK dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) dan telah dipublikasikan kepada Mahkamah Agung pada akhirnya menimbulkan sengketa antara ICW dan hakim adhoc tersebut. Bahwa pada prinsipnya dalam kasus tersebut kedua belah pihak sama-sama merasa telah memiliki bukti atas pembelaan mereka dimana pada satu sisi hakim Gazalba memiliki bukti tentang pelaporan LHKPN kepada KPK, sedangkan pada sisi lain ICW pun memiliki bukti telah meminta informasi kepada KPK tentang pelaporan LHKPN atas para hakim adhoc Tipikor se-indonesia. Namun adanya perbedaan yang terjadi pada akhirnya menyebabkan ICW untuk mengkategorikan integritas hakim adhoc Gazalba belum transparan terkait harta kekayaan, dimana hal tersebut membuat hakim Gazalba menuduh ICW telah melakukan pembunuhan karakter dan pembunuhan karirnya. Kemudian setelah dilakukannya klarifikasi oleh Komisi Yudisial baik secara tertulis dan pertemuan kepada kedua belah pihak, keputusan Pleno Komisi Yudisial akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah lain berupa upaya mediasi terhadap ICW dan Gazalba dengan Komisi Yudisial sebagai mediator. Bahwa pada akhirnya terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak dan ICW pun telah menyurati Mahkamah Agung atas adanya kekeliruan dalam hasil risetnya. b. Kasus penghinaan terhadap hakim dan pengadilan oleh advokat senior 48 Dalam sebuah pernyataan OC Kaligis menyatakan bahwa hakim pengadilan agama bodoh-bodoh, maka bubarkan saja pengadilan agama. Terhadap informasi tersebut Komisi Yudisial memanggil yang bersangkutan untuk dimintakan keterangannya. Kasus ini dianggap selesai setelah yang bersangkutan menjelaskan kepada Komisi Yudisial dan MA bahwa pernyataan tersebut tidak bermaksud untuk

59 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas menghina hakim dan pengadilan agama. c. Kasus pembebanan pajak penghasilan hakim adhoc Hakim adhoc Pengadilan Hubungan Industrial atas nama Andi Bachtiar melaporkan kepada Komisi Yudisial tindakan panitera sekretaris yang memerintahkan kepada bendahara untuk melakukan pemotongan atas tunjangan hakim yang diterimanya. Bahwa menurut keterangan hakim Andi pemotongan pajak penghasilan atas hakim adhoc adalah tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, namun hasil telaah dan analisis subbagian advokasi hakim Komisi Yudisial menemukan bahwa menurut peraturan yang berlaku justru dinyatakan sebaliknya, bahwa hakim tunjangan hakim adhoc merupakan objek pajak yang wajib dibebani pajak. Berdasarkan hasil telaah dan analisis advokasi tersebut, kasus ini dianggap selesai mengingat perbuatan panitera sekretaris dan bendahara yang dilaporkan bukan termasuk kategori perbuatan yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim. d. Kasus intimidasi teror terhadap hakim Kasus penembakan terhadap jendela Pengadilan Negeri Gorontalo dan rumah dinas hakim Royke Inkiriwang merupakan bentuk perbuatan yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim secara langsung. Sehubungan dengan adanya kejadian dimaksud Komisi Yudisial setelah memperoleh informasi melalui media elektronik segera melakukan tindakan cepat dengan melakukan pendalaman dan penelusuran informasi tersebut ke Pengadilan Negeri Gorontalo, setibanya tim advokasi hakim di Pengadilan Negeri Gorontalo diketahui bahwa Ketua Pengadilan Negeri Gorontalo tengah mengirimkan surat pelaporan atas kejadian penembakan tersebut. Bahwa setelah melakukan penelusuran tim advokasi hakim langsung melakukan koordinasi dengan Kapolda setempat guna meminta dilakukan penelusuran motif dan pelaku dibalik tindakan teror dan intimidasi tersebut. Berdasarkan hasil rapat pleno, Komisi Yudisial akhirnya mengambil langkah hukum terhadap pelaku penembakan tersebut. e. Kasus penyerbuan dan pengerusakan gedung pengadilan Rudi Samin selaku ketua organisasi masyarakat Pemuda Pancasila wilayah Depok telah melakukan penyerbuan terhadap Pengadilan Negeri Depok dengan tuntutan untuk segera melaksanakan eksekusi putusan atas tanah warisan yang dimilikinya. Berdasarkan informasi yang diperoleh di Pengadilan Negeri Depok, bahwa eksekusi belum dapat dilaksanakan mengingat belum siapnya aparat kepolisian untuk melaksanakan hal tersebut, dan telah disepakati bahwa pelaksanaan eksekusi putusan akan ditunda sampai ada koordinasi lebih lanjut dari pihak kepolisian. 49

60 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas Bahwa ketidaksabaran Rudi Samin atas hal tersebut, akhirnya Rudi Samin memerintah anggota Pemuda Pancasila untuk melakukan penyerbuan dan perusakan gedung Pengadilan Negeri Depok, serta melakukan penganiayaan terhadap beberapa orang pegawai pengadilan, termasuk Panitera Sekretaris Pengadilan Negeri Depok dan mengancam Ketua Pengadilan Negeri Depok secara fisik untuk melaksanakan eksekusi segera. Kemudian setelah kedatangan aparat kepolisian di Pengadilan Negeri Depok, Panitera Sekretaris segera melaksanakan eksekusi sesuai kehendak Rudi Samin, namun setelah eksekusi dilakukan pada hari tersebut, pada malam harinya pihak kepolisian telah menangkap Rudi Samin atas tindakan anarkisme yang dilakukannya di Pengadilan Negeri Depok. Komisi Yudisial berdasarkan keputusan rapat Pleno juga telah memutuskan untuk mendorong aparat kepilisian dalam mengambil langkah hukum terhadap Rudi Samin sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. f. Kasus pencemaran nama baik terkait suap terhadap hakim agung oleh media Hakim Agung Gayus Lumbuun melaporkan pemberitaan di Koran Tempo dengan judul Dugaan Suap Pegawai MA, Tiga Hakim Agung Disebut Minta Duit dalam menyidangkan kasus penipuan Hutomo Wijaya Ongowarsito. Pemberitaan tersebut menurut pelapor tidak berimbang dan tanpa meminta keterangan/ informasi terlebih dahulu dari pelapor sehingga pelapor merasa bahwa upayanya selama ini dalam melakukan pembaruan dan perbaikan di Mahkamah Agung telah dihancurkan. Komisi Yudisial menindaklanjuti laporan ini dengan mengirimkan surat kepada Pimpinan Redaksi Koran Tempo untuk menyampaikan keberatan pelapor serta meminta klarifikasi atas pemberitaan tersebut. g. Kasus penyanderaan hakim dan intervensi kekuasaan kehakiman Massa pendukung mantan Walikota Gorontalo Adhan Dambea menyerbu dan menyandera majelis hakim yang menyidangkan kasus pemukulan yang dilakukan oleh Adhan Dambea setelah majelis hakim mengeluarkan penetapan penahanan terhadap Adhan Dambea. Massa pendukung meminta agar majelis hakim membatalkan penetapan tersebut. Aksi intimidasi yang dilakukan massa direspon oleh majelis hakim dengan menggelar sidang lanjutan yang mengeluarkan pembatalan penetapan penahanan. Atas adanya perisiwa tersebut, Komisi Yudisial berkoordinasi dengan Kapolda Gorontalo melalui surat untuk melakukan pengamanan terhadap persidangan dan hakim yang menangani kasus tersebut. 50

61 Pelaksanaan Wewenang dan Tugas 51

62 Penelitian dan Pengembagan BAB III PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 52

63 Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan memiliki peran strategis dalam dinamika perkembangan suatu lembaga. Penelitihan dan pengembangan berfungsi sebagai thinktank yang berperan untuk menyusun policy paper berkaitan dengan isu strategis sebagai bahan masukan pengambilan kebijakan lembaga. Selain itu, penelitian dan pengembangan dapat berperan menjadi untuk memberikan masukan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan biro/ pusat agar berjalan sesuai dengan kebijakan strategis lembaga. Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 49 Tahun 2009, Undang-Undang No. 50 Tahun 2009, dan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 yang berbunyi Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim, Komisi Yudisial dapat menganalisis putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagai dasar rekomendasi untuk melakukan mutasi hakim, maka Komisi Yudisial merasa perlu untuk melakukan fungsi penelitian. Dalam struktur organisasi, unit Litbang merupakan technostructure yang ditempati para analis yang pekerjaanya bukan untuk kepentingan unitnya sendiri tetapi untuk unit lain (lembaga). Tugasnya adalah mempermudah dan mengembangkan organisasi. Menyadari akan pentingnya fungsi penelitian, Komisi Yudisial memberikan perhatian khusus terhadap pelaksanaannya sebab tujuan utama bukan hanya diperuntukan bagi kepentingan ilmu pengetahuan secara murni tetapi juga kegunaan praktisnya pada cabang kekuasaan Yudikatif dan penegakan hukum pada umumnya. Arah kebijakan berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan di Komisi Yudisial dibagi dalam 3 (tiga) wilayah analisis, yaitu: 1. Penelitian atau analisis yang berhubungan dengan Lembaga Peradilan dan Internal Komisi Yudisial; Melakukan analisis dan menyusun laporan hasil analisis sistem dan praktik, regulasi, pemantauan, penguatan kelembagaan peradilan dan internal Komisi Yudisial, serta pengembangan SDM Komisi Yudisial. 2. Penelitian atau analisis yang berhubungan dengan Hakim; Menganalisis dan menelaah problematika hakim, profile kompetensi hakim, menyusun konsep pemantauan kode etik dan perilaku hakim yang diperlukan oleh lembaga peradilan, serta menyusun konsep peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim. 53

64 Penelitian dan Pengembagan 3. Penelitian atau analisis yang berhubungan dengan Putusan. Menganalisis dan menelaah putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap yang tujuannya untuk peningkatan kapasitas hakim, mutasi (promosi dan demosi), dan melakukan karakterisasi putusan. Sementara itu kegiatan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: A. PENELITIAN PUTUSAN HAKIM TAHUN 2013 Pada tahun 2013 metode baru diintroduksikan dengan tujuan peningkatan kualitas analisis penelitian. Metode tersebut memfokuskan sasarannya dalam memotret dan memetakan adanya gap atau biasa disebut dengan disparitas yang seringkali terjadi pada putusan Hakim. Disparitas dalam putusan hakim adalah hal yang perlu mendapatkan perhatian karena berpotensi untuk menimbulkan ketidakpastian hukum, sehingga dengan mengkaji hal tersebut harapannya dapat membantu para hakim untuk mengidentifikasi sekaligus mengevaluasi hasil putusan mereka dan diperbaiki kedepannya. Penelitian Putusan Hakim 2013 menghasilkan beberapa temuan dan 132 laporan penelitian, yang terdiri dari: laporan penelitian untuk 5 (lima) putusan di tingkat pengadilan pertama dan 5 (lima) putusan pengadilan tingkat berikutnya), antara lain: Tabel 32 Jumlah Putusan Yang Diteliti No. Jenis Perkara Jumlah Putusan Diteliti 1. Korupsi 40 Putusan 2. Narkotika 10 Putusan 3. Kekerasan Anak 10 Putusan 4. Pailit 30 Putusan 5. Merek 10 Putusan 6. Perceraian 10 Putusan 7. Agraria 10 Putusan Jumlah 120 Putusan laporan putusan disparitas (rangkuman terhadap 10 laporan penelitian hakim). 54

65 Penelitian dan Pengembangan Temuan utama yang terdapat dalam Penelitian Putusan tahun 2013, yaitu: 1. Disparitas Putusan Korupsi Telah terjadi disparitas hakim secara horisontal yaitu antara sesama putusan pengadilan tipikor tingkat pertama dan juga antara sesama putusan pengadilan tipikor tinggi, serta antara sesama putusan Mahkamah Agung. Disparitas vertikal juga terjadi antara Pengadilan Tipikor Tingkat Pertama dengan Pengadilan Tipikor tingkat selanjutnya terhadap Pasal 3 dan 2 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Implikasi hukum terhadap disparitas penafsiran atas Pasal 2 dan 3 Undang- Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah timbulnya penjatuhan hukuman yang berbeda-beda. Apabila putusan didasarkan pada penafsiran restriktif hakim atas Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka tampak dalam beberapa putusan, pengadilan menjatuhkan pidana penjara minimal berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang jauh lebih ringan dari ancaman pidana minimal dalam Pasal 2 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jika ini terjadi terus menerus, maka tidak akan menimbulkan efek jera bagi pelaku dan akan diikuti pelaku lain, sehingga hal itu akan membahayakan bagi kredibilitas Pengadilan Tipikor, akibat ketidakpercayaan masyarakat. 2. Disparitas Putusan Narkotika Terdapat tiga hal penting yang dijadikan hakim sebagai dasar pertimbangan dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana narkotika yang dapat menimbulkan disparitas dalam penerapan Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Yogyakarta yaitu (1) dengan dasar pertimbangan yuridis seperti dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti (berat/ringannya), fakta-fakta di persidangan, keyakinan hakim dan pasal-pasal dalam Undang-Undang Narkotika, (2) dasar pertimbangan non yuridis seperti akibat perbuatan terdakwa, kondisi diri terdakwa dan jenis perkara (Splitzing) serta (3) hal-hal yang memberatkan terdakwa seperti perbuatan terdakwa tidak mendukung upaya pemerintah dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika, terdakwa tidak menyesali perbuatannya dan tidak kooperatif dalam persidangan, kemudian hal-hal yang meringankan terdakwa seperti terdakwa sopan dan kooperatif di persidangan, masih berusia muda dan menyesali perbuatannya. 3. Disparitas Putusan Kekerasan Terhadap Anak Pada perkara ini telah ditemukan bahwa hakim dalam menguraikan pertimbangan hukumnya terhadap pemenuhan unsur-unsur, seperti dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul dari tindak pidana yang dituduhkan terhadap terdakwa dari beberapa putusan masih sangat tidak memadai. 55

66 Penelitian dan Pengembagan 4. Disparitas Putusan Pailit Terjadi perbedaan pemaknaan yang cukup signifikan terkait konsep-konsep hukum yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Perbedaan pemaknaan (disparitas divergen) tersebut terjadi baik secara horisontal di antara sesama putusan pengadilan niaga maupun sesama putusan Mahkamah Agung, maupun antar-putusan secara vertikal. 5. Disparitas Putusan Merek Dalam prakteknya disparitas putusan secara horizontal tingkat pengadilan niaga terdapat pada penerapan hukum materiilnya sedangkan disparitas putusan secara horizontal tingkat kasasi terjadi pada penalaran hukum. Sementara itu, disparitas vertikalnya terjadi dalam penarapan hukum materiil. 6. Disparitas Putusan Perceraian. Ada 4 hal temuan yang pokok kajian terkait dengan disparitas terhadap putusan perekara perceraian, yaitu: a. Dalam kaitan hukum formal, ditemukan tidak adanya sumber hukum formal lainnya di luar undang-undang, misalnya doktrin dan/atau yurisprudensi yang dijadikan dasar dalam pertimbangan hakim melakukan pemeriksaan/penilaian alat bukti dibeberapa putusan. b. Ketiadaan konsep utama yang dielaborasi oleh hakim dalam pertimbangan hukum dan pencantuman dasar hukum selain undang-undang yang digunakan untuk mengelaborasi pertimbangan putusan menunjukkan bahwa hakim kurang cermat dan lemah di dalam menggali konsep dan dasar hukum tersebut. c. Diajukannya kembali putusan hakim tingkat pertama ke tingkat banding pada putusan menunjukkan bahwa putusan hakim tingkat pertama belum meraih kemanfaatan yang dimiliki oleh para pihak. d. Dilihat dari segi penalaran hukum, masih belum nampak dengan jelas pola penalaran hukum hakim di dalam penerapan hukum acara, hukum material, dan filosofi penjatuhan sanksi. e. 7. Disparitas Putusan Sengketa Tanah Dalam beberapa pengadilan yang dikaji, terdapat persoalan dalam penerapan hukum baik hukum formil dan materiil. Persoalan terkait penerapan hukum formil yang sering terjadi terutama berupa pelanggaran asas putusan yang penting sebagaimana diatur dalam Pasal 178 HIR, pelanggaran ketentuan Pasal 50 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman, serta pelanggaran ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman. Dari sisi hukum materiil, dalam putusan tidak ditemukannya adanya penerapan hukum materiil yang elaboratif serta masih kurangnya penalaran hukum yang argumentatif padahal aspek hukum materiil ini sangat erat kaitannya dengan asas keadilan (justice). Tidak hanya itu, beberapa putusan, justru asas keadilan tidak dipertimbangkan dan terdesak oleh aspek kepastian hukum yang diutamakan oleh hakim sebagai dasar dalam putusannya. 56

67 Penelitian dan Pengembangan B. PENELITIAN PROFESIONALISME HAKIM AGUNG Sebagai lembaga negara yang diberi kewenangan untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung, maka Komisi Yudisial Republik Indonesia telah melakukan berbagai program kegiatan yang bersinggungan dengan kewenangan tersebut. Salah satunya berupa penilaian terhadap profesionalisme hakim agung, khususnya hakim agung yang telah menjalani proses seleksi oleh Komisi Yudisial. Penelitian profesionalisme ini sekaligus memenuhi harapan banyak pihak, antara lain wakil-wakil rakyat di DPR yang dalam berbagai kesempatan telah meminta agar Komisi Yudisial dapat terus mengevaluasi proses seleksi yang dilakukan, sehingga hakim agung yang terpilih dan diangkat melalui proses tersebut benar-benar dapat makin berkualitas dalam mengemban tugas mulianya sebagai penjaga benteng keadilan. Desain penelitian profesionalisme ini ditetapkan dengan mengacu pada sejumlah variabel. Terdapat 3 variabel utama yang dijadikan acuan aspek penilaian dalam penelitian ini, antara lain: 1. Aspek Kinerja 2. Aspek Kualitas Putusan 3. Aspek Integritas Pada tahun 2013 ini telah dilakukan redesign metode penelitian. Hal ini dilakukan guna memenuhi ekspektasi publik terhadap hasil penelitian. Selama 7 (tujuh) bulan pelaksanaan, penelitian ini berhasil mengungkap sebuah evaluasi penilaian terhadap 5 (lima) orang hakim agung, sebagai berikut: Tabel 33 Daftar Hasil Penelitian Profesionalisme Hakim Agung Tahun 2013 Nama Poin 1 (Kualitas Putusan) Poin 2 (Kinerja) Poin 3 (Integritas) Total Hakim Agung 1 10 (kurang) 16 (cukup) 21 (sangat baik) 47 Hakim Agung 2 23 (sangat baik) 20 (baik) 19 (baik) 62 Hakim Agung 3 20 (baik) 16 (cukup 20 (baik) 56 Hakim Agung 4 22 (sangat baik) 15 (cukup) 16 (cukup) 53 Hakim Agung 5 16 (cukup) 17 (baik) 17 (baik) 50 57

68 Penelitian dan Pengembagan Jika diberi makna umum, maka tiap-tiap kategori penilaian itu akan menjelaskan hal-hal sebagai berikut: Tabel 34 Makna Umum Pengkategorian Penilaian Skor Kategori Uraian Makna Sangat baik (5) Beban perkara yang banyak (>80/bulan) menunjukkan kinerja (etos) hakim; Meski beban perkara banyak tapi mampu memutus lebih dari 100% (produktivitas); Kinerja didukung oleh penguasaan teori hukum dan tingkat adaptasinya tinggi (mendapat pengakuan dari kolega/narasumber); Sangat aktif melakukan penelitian, bacaan berbobot, banyak melahirkan Karya Ilmiah (intellectual human capital); Pernah mendapat kepercayaan menangani perkara-perkara yang menjadi perhatian publik dan putusannya relative dapat diterima mayoritas publik; Minimal setiap tahun putusannya masuk dalam perbendaharaan yurisprudensi; Minimal memegang satu posisi peran untuk pembaruan MA yang dijalani secara aktif dan kontributif Baik (4) Memenuhi 4 poin di atas, atau memenuhi keseluruhan poin dengan catatan: Beban perkara cukup banyak (>50-99 perkara); Mampu memutus 75% - 99% Cukup (3) Memenuhi 3 poin di atas, atau memenuhi keseluruhan poin dengan catatan: -Beban perkara cukup banyak (20-49bulan) - mampu memutus 40%-74% 9-12 Kurang (2) Memenuhi 3 poin di atas, atau memenuhi keseluruhan poin dengan catatan: Beban perkara cukup banyak (10-19/bulan) mampu memutus <40% 8 Sangat kurang (1) Memenuhi 2 poin di atas, atau memenuhi keseluruhan poin dengan catatan: Sampai dengan tahun 2013, total hakim agung hasil seleksi Komisi Yudisial yang telah diteliti berjumlah 17 orang. Seluruh hasil Penelitian Profesionalisme Hakim Agung masih bersifat confidential (rahasia) karena terkait dengan individu objek penelitian. Hasil penelitian tersebut kemudian dijadikan bahan masukan bagi pimpinan Komisi Yudisial untuk ditindaklanjuti kepada hakim agung yang bersangkutan. 58

69 Penelitian dan Pengembangan Suasana Rapat penelitian problematika Hakim, Ketua Bidang SDM dan Litbang dan team peneliti KY C. KARAKTERISASI PUTUSAN Karakterisasi merupakan program yang dibuat untuk mempermudah seseorang baik dalam kapasitasnya sebagai hakim maupun anggota masyarakat dalam membaca sebuah putusan dengan cara mengelompokkan indikator-indikator penting (karakter). Seluruh karakter yang telah dikumpulkan tersebut dianalisa dan dihubungkan antara yang ada di dalam praktik yurisprudensi hukum positif asas utama yang mengaturnya, sehingga bisa diketahui adanya perkembangan sebuah asas/doktrin/norma dalam yurisprudensi tersebut. Klasifikasi perkembangannya sendiri dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, antara lain: 1. Perluasan makna atau penambahan unsur; 2. Kesesuain antara praktik regulasi asas; 3. Penyempitan makna atau pengurangan unsur; 4. Penyimpangan pada praktik Yurisprudensi. Karakterisasi bertujuan untuk membantu hakim dalam mengikuti perkembangan suatu asas/norma/doktrin hukum yang berlaku, sehingga pada akhirnya hakim mau menggunakan Yurisprudensi sebagai bahan pertimbangan dan salah satu sumber hukum selain undang-undang. Objek karakterisasi ini adalah putusan Mahkamah Agung (MA), baik itu ditingkat kasasi maupun peninjauan kembali yang dikategorikan sebagai yurisprudensi oleh MA. Pada tahun 2013 Komisi Yudisial telah melakukan karakterisasi terhadap sejumlah 53 putusan MA. Dari jumlah itu, ditemukan sejumlah 24 klasifikasi perkara dan 42 asas/norma/doktrin yang mengalami perkembangan, sebagai berikut: 59

70 Penelitian dan Pengembagan Tabel 35 Klasifikasi Perkara dan Asas/Norma/Doktrin Yang Mengalami Perkembangan No Klasifikasi Perkara No Asas/Norma/Doktrin Hak Asasi Manusia Hak atas bantuan hukum KDRT Kehutanan Kekerasan Kekerasan terhadap anak Kelalaian Kesusilaan Keterangan palsu Korupsi Lingkungan Memalsukan akta otentik Narkotika Pemalsuan surat Pembunuhan Pencabulan (pengertian paksaan ) Pencurian dengan Pemberatan Penganiayaan Penggelapan Penggunaan surat palsu Penipuan Penyiksaan Batasan perkara perdata dan pidana Penerapan pidana bersyarat (Pasal 14 KUHP) Ambtelijk bevel (Perintah Jabatan); Batas minimum pemidanaan; Batasan Pengguna dan Pengedar Narkoba; Concursus Realis; Pembelian tanah negara sebagai korupsi; Pemberatan hukuman bagi residivis; Keadilan Restoratif; Kedudukan polisi sebagai saksi; Pemberatan tindak pidana yang dilakukan oleh polisi; Pemberian nafkah sebagai hukuman; Pembuktian; Pencabutan pengaduan yang melampaui batas waktu; Penerapan pasal 14 KUHP Restorative justice; Pengertian terbuka dalam tindak pidana kesusilaan; Pengertian paksaan dalam tindak pidana pencabulan; Penggunaan pasal yang tidak didakwakan; Penyertaan dalam tindak pidana; Hakim pidana bersifat aktif; Hukuman percobaan; Permohonan PK boleh dilakukan 2 kali; Pertanggungjawaban pidana Pertanggungjawaban pidana tindak pidana lingkungan; Putusan bebas tidak murni; Identitas kebangsaan terdakwa tidak tercantum, tidak membatalkan putusan; Restorative justice dalam perkara kecelakaan; Status barang bukti; Itikad buruk dalam perjanjian tidak bisa dipidanakan. JPU harus membuktikan tindakan penyiksaan yang didalilkan terdakwa; Kepantasan tindakan polisi dalam melakukan upaya paksa; Korupsi sebagai extraordinary crime dan penerapan ancaman hukuman minimal; Memalsukan surat yang dapat menimbulkan suatu hak; Memasukkan keterangan palsu dalam akte otentik; Menguntungkan diri sendiri dengan cara melawan hukum memakai tipu muslihat atau rangkaian kebohongan; Gugurnya perkara karena pelanggaran pasal 56 KUHAP (Bantuan Hukum); Perjanjian tidak harus berakhir pada lingkup hukum perdata; Pertimbangan kasih sayang sebagai dasar putusan KDRT; Tanggung jawab dewan pengawas dalam korupsi (kredit macet); Tanggung jawab kru kapal dalam perkara kecelakaan; Tindak dipidanananya pengangkutan kayu tanpa SKSHH untuk pembangunan sekolah; Turut serta dalam melakukan pembunuhan; Umur sebagai batasan hukuman seumur hidup; Yurisdiksi 60

71 Penelitian dan Pengembangan D. Indeks Mutasi HAKIM Indeks mutasi peradilan merupakan penelitian yang mengkaji kesesuaian antara aturan formal dan praktek yang terjadi di lapangan terkait dengan issue mutasi para Hakim. Dengan mengetahui secara riil melalui data empirik di lapangan, didapati beberapa pola yang terjadi pada setiap proses mekanisme mutasi hakim. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari penelitian pada tahun sebelumnya yang telah memotret peta problematika hakim di seluruh Indonesia. Setelah masalah kesejahteraan relatif dipecahkan pasca keluarnya PP No. 94/2012 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Hakim, maka berdasarkan hasil identifikasi penelitian tahun sebelumnya masalah berikutnya yang harus dipecahkan adalah persoalan mutasi. Kegiatan Pengukuran Indeks Mutasi Hakim dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosio-legal. Dengan pendekatan tersebut, maka dilakukan 2 metode pengumpulan data, yaitu: a. kuantitatif; berupa survei yang menggunakan sampling dari Badan Peradilan yang berada dalam satu level dan sejenis, b. pendekatan kualitatif berupa observasi dan wawancara terhadap beberapa badan peradilan dan pelakunya yang dijadikan objek survei. Indeks mutasi hakim dilaksanakan mulai bulan Maret sampai bulan November dengan total 17 sampling daerah, yaitu: Simeleu-Sinabang, Sabang, Medan, Kuala tungkal-tj. Jabung, Kalianda, Pandeglang, Garut, Surabaya, Singkawang, Nunukan, Malinau, Tahuna, Ambon, Mataram, Praya, Atambua dan Abepura. Beberapa diantaranya merupakan daerah (Nunukan, Kuala Tungkal, Garut, Surabaya, Mataram, dan Ambon) yang dijadikan sample dalam kegiatan penelitian problematika hakim yang dilakukan pada tahun Hal ini sengaja dilakukan karena tim peneliti telah mempunyai tingkat komunikasi yang intens dengan para hakim di sana sehingga bisa dijadikan acuan dalam memperdalam informasi yang ingin dicari dalam menjawab permasalahan penelitian. Sementara daerah lainnya (Simeleu, Tahuna, Atambua, Natuna, Singkawang, dan Abepura) merupakan sampling tambahan dengan kriteria daerah yang mempunyai keterbatasan akses transportasi, kesehatan, keamanan, perbatasan, stereotipe dan biaya daerah. Dari sebelas pengadilan negeri obyek penelitian pada tahun 2013, ada 86 kuesioner yang terkumpul dan terisi. Adapun persebaran kuesioner pada sebelas PN obyek penelitian adalah sebagai berikut: 61

72 Penelitian dan Pengembagan Tabel 37 Jumlah Responden Kuesioner No Nama PN Jumlah Responden 1 PN Sinabang 7 2 PN Atambua 9 3 PN Medan 24 4 PN Ambon 4 5 PN Kalianda 1 6 PN Malinau 4 7 PN Mataram 3 8 PN Singkawang 5 9 PN Tahuna 5 10 PN Surabaya PN Pandeglang 7 Jumlah 86 Kesimpulan utama di dalam indeks mutasi hakim menyatakan bahwa penegakan fairness dan objektifitas dalam proses mutasi pada Hakim masih menjadi prioritas utama dibandingkan dengan membentuk sistem baru. Selain itu Hasil Penelitian Indeks Mutasi Hakim memaparkan adanya temuan mengenai 3 klasifikasi besar dalam pola penempatan hakim, yaitu Pertama, Pola Obat Nyamuk ; Kedua, Pola Tersebar; Ketiga, Pola Campuran. Masing-masing pola itu memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda. Gambar 1 Pola Penempatan Hakim 62

73 Penelitian dan Pengembangan 1. Pola Obat Nyamuk Istilah pola obat nyamuk sudah banyak dikenal dan digunakan dikalangan hakim. Penggunaan istilah obat nyamuk terinspirasi dari obat nyamuk jenis batang yang berbentuk spiral, atau berputar mengelilingi satu pusat ordinat. Istilah itu digunakan untuk menyebut pola perpindahan yang lokasinya tidak berjauhan, bisa dalam satu pulau yang sama, bisa juga dalam provinsi yang sama, atau berbeda pulau dan provinsi tetapi lokasinya tidak berjauhan. Kecenderungan penempatan hakim dengan pola obat nyamuk terjadi dalam minimal 3 kali penempatan, bahkan ada hakim yang mengalami penempatan 8 kali berputar di Pulau yang sama. Sama dengan bentuk obat nyamuk, pola perpindahan ini juga memiliki titik pusat ordinat tertentu, walaupun titik ordinat itu belum tentu sama antara satu hakim dengan hakim lainnya. Sebagai contoh hakim yang merasakan pola obat nyamuk adalah seorang Hakim PN Sinabang dengan penempatan sebagai berikut: Gambar 2 Contoh Pola Obat Nyamuk Hakim tersebut diatas sudah bertugas di 7 (tujuh) pengadilan negeri yang berbeda. Enam dari tujuh pengadilan negeri itu terletak di Pulau Jawa, bahkan 5 diantaranya adalah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, yang lokasinya relatif berdekatan. Sementara itu, satu tempat di luar Jawa adalah di Lampung yang akses transportasi ke Pulau Jawa relatif mudah. Penempatan di luar Pulau Jawa itu bisa dipahami sebagai syarat formalitas untuk kenaikan pangkat, dan selanjutnya kembali ditempatkan di PN wilayah Pulau Jawa. 63

74 Penelitian dan Pengembagan Adanya pola obat nyamuk disebabkan karena tiga alasan utama, yaitu adanya permohonan resmi dari hakim, adanya bantuan dari oknum pengambil kebijakan kepada sang hakim, atau adanya kebijakan hakim crash program. a. Pola Obat Nyamuk berdasarkan permohonan Pola tersebut biasa terjadi terhadap hakim yang secara resmi mengajukan surat permohonan untuk ditempatkan di tempat tertentu. Kesempatan untuk hakim mengajukan surat semacam itu memang diperbolehkan dan untuk sebagiannya dikabulkan. b. Pola Obat Nyamuk berdasarkan bantuan pengambil kebijakan Pola tersebut sudah lama terjadi, bahkan sampai akhirnya menjadi pengetahuan umum dikalangan para hakim. Namun, tidak banyak yang mempermasalahkan karena menganggap sudah tahu sama tahu. Bantuan yang dimaksud adalah kebijakan menempatkan seorang hakim di tempat tertentu, dimana kecenderungnannya di lokasi yang strategis atau dekat dengan keluarga. c. Pola Obat Nyamuk berdasarkan kebijakan crash program Kebijakan Crash Program dikeluarkan pada saat banyak kerusuhan yang terjadi di wilayah konflik, seperti NAD, Ambon, dan Papua. Berdasarkan informasi dari beberapa hakim, kebijakan itu dibuat untuk mengisi kekosongan hakim di beberapa pengadilan negeri yang ditinggalkan hakim terdahulu karena takut. Hakim-hakim crash program ini merupakan putra-putri daerah setempat, yang sebelumnya bekerja di lingkungan peradilan dan kanwil Departemen Kehakiman. Salah satu objek penelitian Komisi Yudisial di Nusa Tenggara Barat 64

75 Penelitian dan Pengembangan 2. Pola Tersebar Pola tersebar menempatkan hakim pada rentang wilayah yang berjauhan. Dengan pola itu tidak hanya menempatkan hakim pada provinsi atau pulau yang berbeda, tetapi jaraknya juga jauh. Sebagai contoh hakim yang merasakan pola tersebar adalah seorang hakim Pengadilan Negeri Ambon dengan penempatan sebagai berikut: Gambar 3 Contoh Pola Tersebar Melihat dari contoh diatas, hakim tersebut sudah mengalami 7 kali penempatan. 6 dari 7 penempatannya terletak di pulau yang berbeda, hanya ketika pindah dari Fakfak ke Biak saja yang berada dalam satu pulau. Kondisi itu yang membuat hakim-hakim yang merasakan pola tersebar ini seperti dibuang. Beberapa hakim yang merasakan pola tersebar ini sempat diwawancara, mereka merasa tidak banyak dikenal atau memiliki kenalan para pemegang kebijakan di Mahkamah Agung. Adanya pola tersebar tersebut dipengaruhi juga dengan adanya cara pandang bahwa seorang hakim harus tahu dan memiliki pengalaman bekerja atau menangani kasus-kasus hukum di berbagai daerah di Indonesia. Dengan pengalaman yang banyak, maka diharapkan hakim akan memiliki banyak pertimbangan dan referensi dalam memutus suatu perkara. Namun dengan Pola Tersebar secara otomatis biaya yang dikeluarkan lebih besar dibanding penempatan pada wilayah yang berdekatan. Selain itu, hakim juga akan menghadapi proses adaptasi yang cukup berat, karena dengan wilayah yang berjauhan membuat kondisi budaya dan masyarakat juga jauh berbeda. 65

76 Penelitian dan Pengembagan 3. Pola Campuran Pola campuran merupakan perpaduan dari pola obat nyamuk dan pola tersebar. Perpaduan itu bisa terjadi karena masa kerja hakim yang sudah cukup lama, yaitu diatas 20 tahun. Sehingga ada masa sang hakim berputar di satu wilayah, tetapi ada kalanya sang hakim ditempatkan jauh dari wilayah penempatan semula. Sebagai contoh hakim yang merasakan pola campuran adalah seorang Hakim Pengadilan Negeri Medan dengan penempatan sebagai berikut: Gambar 4 Contoh Pola Campuran E. PENELITIAN TEMATIK PERBAIKAN KINERJA PERADILAN Penelitian tematik merupakan kegiatan yang difungsikan untuk merespon isuisu strategis terkait perbaikan kinerja peradilan dan Komisi Yudisial sendiri. Ruang lingkup penelitian ini dibuat cukup fleksibel guna mendukung fungsinya yang seringkali dibutuhkan dalam waktu singkat, sebab beberapa issue datang dengan cepat sehingga juga membutuhkan respon yang cepat dari Komisi Yudisial. Kegiatan kajian tematik ini dilaksanakan meliputi 3 (tiga) mekanisme utama, yaitu: 1. Melakukan peningkatan kinerja Komisi Yudisial melalui kerja sama dengan biro-biro lain dalam rangka penyusunan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh Komisi Yudisial, misalnya penyusunan konsep advokasi (kerjasama dengan bagian advokasi) dan naskah akademik peraturan yang terkait dengan Komisi Yudisial (kerjasama dengan bagian hukum); 66

77 Penelitian dan Pengembangan 2. Diskusi tematik secara rutin. Proses pelaksanaan kegiatan ini rencananya melibatkan beberapa ahli sebagai narasumber dan staf bidang analisis sebagai moderator; 3. Diskusi terhadap isu-isu strategis dan membuat position paper atas isu-isu strategis tersebut. Sehubungan dengan fungsi kajian tematik ini, telah dihasilkan beberapa output yang terkait dengannya, antara lain: a. SOP Pembuatan Naskah Akademis/Kerangka Acuan Peraturan Internal Pembuatan Standar mekanisme penyusunan peraturan Internal yang melibatkan Subbag Hukum dan Bidang Analisis. Mitra kerja: Subbag Hukum dan Organisasi b. Grand Design Penelitian Komisi Yudisial Penyusunan desain Penelitian Komisi Yudisial dalam jangka panjang. c. Position Paper Lembaga terhadap RUU Mahkamah Agung Pembuatan draf kertas kerja posisi lembaga (Komisi Yudisial) terhadap beberapa issue yang menjadi pembahasan RUU Mahkamah Agung di pertengahan tahun d. Position Paper Lembaga atas Reposisi Penguatan Komisi Yudisial pada konstitusi Pembuatan draft kertas kerja posisi lembaga (Komisi Yudisial) dalam persiapan menuju amandemen Undang-Undang Dasar 1945 ke-5. Mitra Kerja: Task Force & Unit Pengkajian Sekretariat MPR e. Position Paper Lembaga terhadap RUU KUHAP Penyusunan kertas kerja posisi lembaga pada saat diminta pendapat oleh DPR mengenai pembahasan RUU KUHAP yang sedang berlangsung. f. Penyusunan Konsep Advokasi terhadap Hakim Pada bulan Maret 2013 ini, bidang Analisis bersama Subbag Advokasi telah mengundang narasumber pada diskusi terbatas Advokasi Hakim dalam Hubungannya dengan Contempt of Court. Hasilnya masih dalam pembahasan dan diserahkan kepada Bagian Advokasi. Mitra Kerja: Bagian Advokasi KYRI g. Studi Visit Judicial Comission of New South Wales Bench Book. Kunjungan teknis kepada KY New South Wales dalam rangka persiapan adopsi konsep bench book dalam program Komisi Yudisial. 67

78 Penguatan Kelembagaan BAB IV PENGUATAN KELEMBAGAAN 68

79 Penguatan Kelembagaan Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mandiri, yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim 1. Peranan penting Komisi Yudisial dalam mewujudkan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menjalankan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, maka Komisi Yudisial dipandang harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat pencari keadilan. Selama tahun 2013 ini Komisi Yudisial telah berusaha memperkuat serta meningkatkan kapasitas kelembagaan melalui program-program yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Program-program yang dilakukan dalam lingkup penguatan kelembagaan diantaranya adalah penguatan struktur organisasi, pengangkatan Penghubung Komisi Yudisial, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kerja sama antar lembaga, penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan, pengembangan sistem informasi, pengembangan perpustakaan, dan pelaksanaan desiminasi publik serta pembentukan penghubung Komisi Yudisial di daerah sesuai kebutuhan. A. STRUKTUR ORGANISASI Dalam organisasi Komisi Yudisial Ketua, Wakil Ketua dan Para Ketua Bidang bersifat kolegial sehingga setiap pengambilan keputusan dilakukan melalui rapat pleno atau sidang pleno Komisi Yudisial. Pada Bulan Juni 2013 terjadi pergantian Ketua dan Wakil Ketua yang disusul dengan perubahan nomenklatur para Ketua Bidang. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, bahwa dalam melaksanakan tugas-tugasnya Komisi Yudisial dibantu oleh Sekretaris Jenderal dan dalam melaksanakan tugas-tugas Komisi Yudisial, dapat mengangkat penghubung. Berikut struktur organisasi Komisi Yudisial. 69

80 Penguatan Kelembagaan Gambar 5 Struktur Organisasi Komisi Yudisial Republik Indonesia KETUA WAKIL KETUA KETUA BIDANG REKRUTMEN HAKIM KETUA BIDANG PENGAWASAN DAN INVESTIGASI KETUA BIDANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS HAKIM KETUA BIDANG SDM, ADVOKASI, HUKUM, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETUA BIDANG HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA DAN LAYANAN INFORMASI Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, dan Peraturan Presiden RI Nomor 68 Tahun 2012 tentang Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial dan berdasarkan Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Nomor 04 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial, maka struktur organisasi Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial adalah sebagai berikut: Gambar 6 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Sekretaris Jenderal Kelompok Ahli Kepala Biro Rekrutmen, Advokasi, dan Peningkatan Kapasitas Hakim Kepala Biro Pengawasan Perilaku Hakim Kepala Biro Investigasi Kepala Biro Perencanaan dan Kepatuhan Internal Kepala Biro Umum Kepala Pusat Analisis dan Layanan Informasi Bagian Rekruitmen Hakim Bagian Pengelolaan Laporan Masyarakat Bagian Analisis, Produksi dan Dokumentasi Bagian Perencanaan Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian Bagian Analisis Bagian Advokasi dan Peningkatan Kapasitas Hakim Bagian Persidangan dan Pemeriksaan Bagian Pendalaman Kasus dan Penelusuran Rekam Jejak Bagian Kepatuhan Internal Bagian Keuangan Bagian Data dan Layanan Informasi Bagian Pemantauan Perilaku Hakim Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga Bagian Penghubung, Kerja Sama, dan Hubungan Antar Lembaga 70

81 Penguatan Kelembagaan Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, Tahun 2013 Komisi Yudisial didukung oleh 198 (seratus sembilan puluh delapan) pegawai dengan rincian sebagai berikut : Tabel 38 Jumlah Pegawai No Pegawai Jumlah 1 Pimpinan dan Anggota 7 2 Sekretaris Jenderal 1 3 Eselon II 5 4 Eselon III 11 5 Eselon IV 21 6 Non Eselon Tenaga Ahli 15 8 Staf khusus 3 9 Pegawai Tidak Tetap 3 10 Tenaga Pengawalan dan Pengamanan 7 Jumlah 198 B. PENGHUBUNG KOMISI YUDISIAL Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, maka Komisi Yudisial dapat mengangkat penghubung di daerah sesuai dengan kebutuhan. Melalui rekrutmen dan seleksi yang dilakukan, pada tahun 2013 Komisi Yudisial telah berhasil membentuk kantor Penghubung di 6 kota, yaitu Medan, Surabaya, Mataram, Semarang, Samarinda, dan Makassar. Seleksi petugas penghubung dilakukan secara serentak di 6 kota yang menjadi wilayah penghubung. Petugas penghubung telah dibekali pelatihan dan orientasi sehingga mereka dapat segera melaksanakan tugas-tugas yang diamanahkan kepadanya yang meliputi: 1. Menerima laporan masyarakat terkait dengan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH); 2. Melaksanakan pemantauan persidangan di wilayah kerjanya; 3. Melakukan sosialisasi KEPPH dan sosialisasi peradilan bersih dalam rangka upaya pencegahan. 71

82 Penguatan Kelembagaan Dalam penanganan laporan masyarakat setempat, penghubung melakukan layanan yang meliputi : a. Layanan konsultasi b. Layanan penerimaan laporan c. Melakukan identifikasi laporan d. Melakukan pemberkasan dan kelengkapan berkas e. Menelaah berkas laporan f. Mengirim berkas ke Komisi Yudisial Pusat g. Memonitor perkembangan penanganan laporan oleh Komisi Yudisial Pusat. Sejak Oktober sampai dengan pertengahan Desember 2013 semua Penghubung telah menerima laporan masyarakat dengan rincian sebagai berikut : Tabel 39 Laporan Masyarakat yang Diterima Penghubung No Penghubung Jumlah Laporan yang diterima Jumlah Laporan yang telah diteruskan ke Komisi Yudisial Keterangan 1. Medan 8 laporan 3 laporan 2. Semarang 9 laporan 2 laporan 3. Makasar 7 laporan 2 laporan 4. Surabaya 12 laporan 4 laporan 2 laporan sudah ditindaklanjuti 5. Mataram 7 laporan 1 laporan 6. Samarinda 6 laporan - Masih dalam penelaahan setempat Jumlah 49 laporan 12 laporan 72

83 Penguatan Kelembagaan Pelantikan Pejabat Struktural C. PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan roda penggerak organisasi. Walaupun sumber daya finansial, sarana dan prasarana menjadi faktor yang menentukan, akan tetapi SDM menjadi faktor utama bagi kesuksesan pencapaian kinerja sebuah organisasi. Sebab pengelolaan sumber daya yang menjadi aset organisasi ditentukan oleh bagaimana SDM dalam organisasi tersebut memanfaatkan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, untuk mendorong kinerja lembaga yang optimal dibutuhkan pola penanganan SDM yang menyeluruh, bersifat strategis dan terintegrasi. 1. Penataan Ulang Pegawai Perubahan struktur organisasi yang dituangkan dalam Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Nomor 04 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial menyebabkan perlunya penataan ulang terhadap SDM yang ada. Dengan adanya penambahan unit eselon II,III dan IV serta perubahan nomenklatur unit organisasi sesuai dengan Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Nomor 04 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial, maka dilakukan pemindahan/penempatan pegawai sesuai dengan struktur Sekretariat Jenderal yang baru. Namun penataan tersebut tidak langsung dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Dari 50 jabatan struktural yang ada, masih terdapat 14 jabatan yang kosong. 2. Pengadaan Jabatan Struktural dan CPNS a. Pengadaan Jabatan Struktural Dalam rangka mengisi kekosongan jabatan struktural di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial maka sejak Desember 2012 dilakukan kegiatan 73

84 Penguatan Kelembagaan Assesment Pejabat Struktural Eselon II, III dan IV untuk mengisi jabatan struktural yang dimungkinkan untuk diduduki oleh SDM Komisi Yudisial yang memenuhi kualifikasi. Sebanyak 35 pegawai dari luar Komisi Yudisial telah mendaftar untuk mengikuti seleksi pejabat struktural di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. Sedangkan dari internal sendiri terdapat 67 orang kandidat untuk menempati jabatan kosong pada level eselon II, III dan IV. Untuk objektivitas hasil seleksi, maka Seleksi Calon Pejabat eselon II, III, dan IV dilingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: 1) Seleksi Administrasi; 2) Seleksi Karya Tulis; 3) Profile Assessment; 4) Investigasi rekam jejak Calon Pejabat (Khusus untuk calon pejabat eselon II dan III) 5) Wawancara; dan 6) Klarifikasi dan Pembuktian ketentuan/persyaratan Administrasi. Berdasarkan hasil assessment tersebut, diperoleh 13 calon pejabat struktural yang kemudian 10 orang diantaranya dilantik menjadi pejabat definitif pada tanggal 28 Maret 2013 dan 3 orang diangkat sebagai Pelaksana Tugas karena belum memenuhi syarat administratif pengangkatan dalam jabatan. b. Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Tahun 2013 Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 207 Tahun 2013, Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial mendapatkan alokasi tambahan CPNS sebanyak 49 formasi. Dari 49 formasi tersebut, 1 diantaranya adalah formasi khusus putra/putri Papua, dan 2 formasi dapat dilamar oleh penyandang disabilitas cacat kaki. Dengan dasar surat tersebut maka pada awal September 2013, Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial mulai melakukan proses pengadaan CPNS. Proses pengadaan CPNS Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial dimulai dengan melakukan pengumuman pada website Komisi Yudisial maupun papan pengumuman di lingkungan Komisi Yudisial. selanjutnya pendaftaran peserta dilakukan secara online dan dibuka sejak tanggal 9 s.d. 23 September Sesuai dengan kebijakan Pengadaan CPNS Nasional, Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial melaksanakan Tes Kompetensi Dasar melalui sistem Computer Assissted Test (CAT) pada tanggal 5 s.d. 8 Oktober Dari 781 peserta yg mengikuti Tes Kompetensi Dasar, sebanyak 144 peserta berhak mengukuti tahap I Tes Kompetensi Bidang yaitu asesmen psikologis. Kemudian selanjutnya terpilih 84 peserta yang termasuk dalam kategori Dapat Disarankan dan Masih Dapat Disarankan untuk maju ke tahap berikutnya yaitu wawancara. Dari 84 peserta, hanya 81 peserta yang hadir dalam tahap wawancara. 74

85 Penguatan Kelembagaan Sesuai dengan Peraturan MenpanRB Nomor 24 Tahun 2013 dan Hasil Integrasi Nilai TKD dan TKB dari Pelamar Umum yang disampaikan Menteri PAN dan RB, kelulusan CPNS Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial ditentukan dengan melakukan pemeringkatan hasil Tes Kompetensi Dasar dengan bobot 60% dan Tes Kompetensi Bidang (rata-rata nilai asesmen dan wawancara) dengan bobot 40% sesuai dengan jumlah alokasi formasi. Dari hasil pemeringkatan tersebut hanya didapat 39 CPNS yang memenuhi criteria, tidak termasuk 1 formasi khusus Putra- Putri Papua. 3. Kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Sepanjang tahun 2013, Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial telah melakukan kegiatan peningkatan kapasitas pegawai terutama berupa bimbingan dan pelatihan. Sebanyak 27 pelatihan pegawai telah dilaksanakan secara swakelola maupun melalui pengiriman pegawai ke lembaga penyedia jasa pelatihan. Adapun jumlah pegawai yang telah mengikuti pelatihan dan pendidikan pada tahun 2013, sebagai berikut : a. Melalui Swakelola sebanyak 127 pegawai; b. Pada Lembaga Pelatihan sebanyak 7 pegawai; c. Melalui beasiswa NESO Indonesia sebanyak 15 pegawai. D. KERJASAMA ANTAR LEMBAGA Dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan tugas dan wewenangnya sepanjang tahun 2013 Komisi Yudisial membangun dan memperluas jaringan kerja dengan semua lapisan masyarakat di berbagai daerah diantaranya perguruan tinggi, NGO atau LSM, organisasi masyarakat (ormas), organisasi kemasyarakatan dan pemuda (OKP), pers, serta lembaga lainnya baik dalam maupun luar negeri. 1. Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Pada Tahun 2013, Komisi Yudisial mengawali kerjasama yang pertama adalah dengan Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai wujud kepedulian Komisi Yudisial terhadap Bangsa Indonesia dalam memberantas Korupsi serta guna menunjang Tugas dan Kewenangan Komisi Yudisial RI. Sampai dengan Bulan Desember 2013 Komisi Yudisial telah melakukan 16 kerjasama/mou dengan instansi/lembaga lainnya. Sedangkan realisasi kegiatan memperkuat kemitraan dengan Lembaga/ Organisasi Kemasyarakatan yang terlaksana sebanyak 15 tindak lanjut MoU. Realisasi kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan MoU yang terlaksana antara lain Konsolidasi jejaring 23 Perguruan Tinggi di Yogyakarta dan Koordinasi persiapan pembahasan program bersama KY dengan Pusham UII dan NCHR. Selain dengan mitra dalam negeri, Komisi Yudisial juga bekerjasama dengan dengan Justice Academy of Turkey. Penandatangan nota kesepahaman (MOU) dengan Justice Academy of Turkey membuka peluang bagi para hakim Indonesia mendapatkan pendidikan dan pelatihan di lembaga itu. Pada Maret 2013, Komisi Yudisial menerima 75

86 Penguatan Kelembagaan kunjungan Hoge Raad Der Nederlanden atau Mahkamah Agung Kerajaan Belanda. Kunjungan ini dalam rangka bertukar pikiran terkait tugas dan fungsi masing-masing lembaga. Selain itu, Komisi Yudisial juga menerima kunjungan dari Mahkamah Konstitusi (MK) Negara Azerbaijan. Kegiatan ini dalam rangka berbagi informasi, wawasan dan pengetahuan menyangkut peran MK Azerbaijan dan Komisi Yudisial dalam penerapan dan penguatan prinsip-prinsip demokrasi. Di akhir tahun 2013 Komisi Yudisial menerima kunjungan dari Ombudsman Kerajaan Belanda dan bahkan Komisi Yudisial diundang dalam kegiatan kuliah umum di Kedutaan Negara Belanda dengan pemateri adalah Ketua Ombudsman Negara Belanda. 2. Pos Koordinasi Pemantauan Peradilan (Posko) Dalam rangka menjaring partisipasi aktif dan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mencari keadilan maka sebelum dibentuknya penghubung di daerah, KY menjalin kerjasama dengan jejaring (posko) untuk melaksanakan tugas KY di daerah. Sampai dengan tahun 2013, KY telah memiliki 18 posko pemantau peradilan. Keberadaan posko diharapakan dapat saling melengkapi dengan pembentukan penghubung, Untuk itu, keduanya diharapkan dapat bersinergi dalam meningkatkan kualitas layanan bagi masyarakat di daerah. Ketika Penghubung Komisi Yudisial menjalankan perannya dalam hal penerimaan pengaduan masyarakat dan pemantauan peradilan, maka posko pemantau peradilan diberdayakan guna membantu proses penelusuran rekam jejak hakim dalam rangka seleksi calon hakim agung dan pengawasan perilaku hakim. Delapan belas posko tersebut adalah Posko Surabaya, Mataram, Palu, Makassar, Aceh, bandung, Riau, Bali, Padang, Jakarta, Lampung, Jogjakarta, Kendari, Semarang, Medan, Palembang, Samarinda dan Manado. E. PENYUSUNAN DAN PENYEMPURNAAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN Proses penyusunan serta penyempurnaan peraturan perundang-undangan didasari semangat untuk lebih memperkuat kelembagaan dan dalam rangka melakukan pembaruan serta perbaikan agar tercapai hasil kerja yang optimal. Tidak terkecuali dengan terbitnya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 tahun 2013 tentang Mahkamah Konstitusi, maka Komisi Yudisial sebagai konsekuensi amanat Perpu telah menerbitkan dua peraturan yaitu: Peraturan Komisi Yudisial Nomor 9 tahun 2013 tentang Panel Ahli Uji kelayakan dan Kepatutan Calon Hakim Konstitusi, dan Peraturan Komisi Yudisial nomor 10 tahun 2013 tentang Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Hakim Konstitusi. Selama tahun 2013, Komisi Yudisial telah menyusun peraturan perundang-undangan yang terdiri dari 9 (sembilan) peraturan Komisi Yudisial Republik Indonesia dan 6 (enam) peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia. 76

87 Penguatan Kelembagaan Adapun rincian jumlah peraturan tersebut antara lain: 1. Peraturan Komisi Yudisial Republik Indonesia a. Peraturan Komisi Yudisial RI Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Tata Cara Seleksi Calon Hakim Agung; b. Peraturan Komisi Yudisial RI Nomor 3 Tahun 2013 tentang Grand Design Peningkatan Kapasitas Hakim; c. Peraturan Komisi Yudisial RI Nomor 4 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penanganan Laporan Masyarakat; d. Peraturan Komisi Yudisial RI Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pelayanan Informasi Publik; e. Peraturan Komisi Yudisial RI Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pedoman Penentuan Kelayakan Calon Hakim Agung; f. Peraturan Komisi Yudisial RI Nomor 7 Tahun 2013 tentang Susunan Organisasi dan Pembidangan Kerja Komisi Yudisial; g. Peraturan Komisi Yudisial RI Nomor 8 Tahun 2013 tentang Advokasi Hakim; h. Peraturan Komisi Yudisial RI Nomor 9 Tahun 2013 tentang Panel Ahli Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Hakim Konstitusi; i. Peraturan Komisi Yudisial RI Nomor 10 Tahun 2013 tentang Uji Kelayakan dan Kepatutan Calon Hakim Konstitusi. 2. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia a. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Standar Biaya Keluaran (SBK) Komisi Yudisial Tahun 2013; b. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penegakkan Disiplin Pegawai Dalam Rangka Pelaksanaan Standar Biaya Keluaran (SBK) Komisi Yudisial Tahun 2013 ; c. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Komisi Yudisial; d. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013 tentang Pedoman Perilaku Penerimaan Laporan Masyarakat, Verifikasi, Anotasi, Pemantauan, Persidangan, Pemeriksaan, dan Investigasi; e. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pedoman Audit Operasional; f. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Pemantauan dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Pada Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. 77

88 Penguatan Kelembagaan F. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI Komisi Yudisial selama ini telah menerapkan e-government (e-gov) sebagai bentuk pelayanan kepada publik secara lebih efektif dan efisien serta memudahkan masyarakat pengguna dan para pemangku kepentingan untuk mengakses informasi-informasi tentang pelaksanaan kewenangan dan tugas Komisi Yudisial dimanapun dia berada. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa proses kerja yang berkembang dewasa ini mengharuskan pekerja menggunakan beberapa aplikasi sekaligus yang merupakan rangkaian dari sebuah sistem informasi pada proses kerja yang sedang berjalan. Atas dasar tersebut pada tahun anggaran 2013 Komisi Yudisial melakukan beberapa pemutakhiran dan pengembangan aplikasi, seperti sistem informasi riset putusan, sistem informasi penanganan laporan masyarakat, website lembaga, serta beberapa aplikasi lainnya. Pemutakhiran dan pengembangan pada sebuah aplikasi perlu dilakukan guna memastikan bahwa aplikasi tersebut sesuai dengan proses kerja yang berlaku serta SOP yang diterapkan pada proses tersebut. Contohnya, pada sistem informasi riset putusan, terdapat pencantuman form pada tingkat kasasi (Mahkamah Agung) serta beberapa penyesuaian pada laporan yang nantinya bisa di akses oleh masyarakat luas. Di sisi lain, sistem informasi penanganan laporan masyarakat juga disempurnakan. Penyesuaian besar dilakukan pada sistem informasi ini mulai dari penerimaan laporan, proses perpindahan laporan di tiap bagian, hingga hasil dari laporan masyarakat tersebut. Penyesuaian pun dilakukan pada sisi website lembaga seperti, penyesuaian tampilan, informasi yang disediakan, pencantuman kantor penghubung, dan berbagai macam perubahan lainnya pada sisi script (penulisan program). Rekapitulasi aplikasi internal dan eksternal yang dikembangkan dan dikelola Komisi Yudisial tahun 2013 yaitu : 1. Pemutakhiran aplikasi manajemen investigasi hakim; Merupakan aplikasi yang dikembangkan berbasis web untuk memudahkan dalam mendatabase-kan hasil investigasi serta memudahkan untuk melakukan tracking hakim yang sudah/pernah di investigasi, tampilan aplikasi ini meliputi : a. Data hasil investigasi SCHA Adalah data hasil dari investigasi SCHA, data yang di investigasi meliputi data perilaku hakim, data hasil penanganan perkara, data kekayaan, data pemberitaan media, lampiran (berupa foto/video/rekaman), pengalaman dalam organisasi, gaya hidup, karya ilmiah dan informasi lainnya. b. Data hasil investigasi kasus Adalah data hasil investigasi hakim terhadap dugaan pelanggaran KEPPH. Investigasi dilakukan berdasarkan perintah Kepala Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi sesudah menganalisa data pengaduan dan informasi. Data yang tersedia meliputi data informasi pelapor, informasi terlapor, pokok laporan, kasus posisi, hasil investigasi, analisa fakta, analisa yuridis, kesimpulan dan saran. 78

89 Penguatan Kelembagaan 2. Pemutakhiran aplikasi riset putusan hakim; Program dan kegiatan ini bertujuan mengumpulkan seluruh output dari putusan hakim yang dianalisis Komisi Yudisial. Pada tahun 2013 ini pemutakhiran aplikasi riset putusan hakim berfokus pada putusan Mahkamah Agung yang akan di analisis oleh Komisi Yudisial, selanjutnya hasil analisis tersebut akan melewati proses penginputan ke dalam aplikasi ini dengan tujuan menyediakan informasi bagi masyarakat dan acuan bagi hakim dalam membuat keputusan. Aplikasi ini dapat diakses melalui alamat putusan.komisiyudisial.go.id/. 3. Software pendukung pengembangan aplikasi; Suatu aplikasi akan dihasilkan dari pemanfaatan aplikasi pengembang lainnya. Untuk memastikan aplikasi yang akan dihasilkan memiliki fungsi yang sesuai dengan harapan pengguna, tampilan yang memudahkan para pengguna mengoperasikannya, serta melindungi berbagai macam data yang ada dalam aplikasi tersebut dari peretas, maka dibutuhkan software pendukung. Pada tahun 2013 ini software pendukung aplikasi yang dibeli oleh Komisi Yudisial, ialah : 1) Adobe Photoshop 2) Adobe Dreamweaver 3) Perangkat Digital Signage (Paralel) 4) Storage dan memory 5) Corel Draw 6) Network Monitoring System 4. Pengembangan dan pemutakhiran aplikasi track record hakim; Merupakan aplikasi berbasis web yang dikembangkan untuk memudahkan dalam melakukan tracking hakim, dalam aplikasi ini terintegrasi beberapa database, diantaranya adalah data hasil investigasi, data hasil seleksi SCHA, data hasil riset dari putusan hakim, data hasil pemantauan dan data hasil dari pengaduan. Tampilan aplikasi ini meliputi : a. Menampilkan data hakim berdasarkan provinsi pengadilan b. Menampilkan data hakim berdasarkan tingkat pengadilan. c. Melakukan pencarian detail hakim d. Menampilkan data SCHA dari jalur non karir 5. Pemutakhiran sistem aplikasi proses seleksi CHA; Wewenang yang begitu besar terus dioptimalkan Komisi Yudisial dalam berbagai aspek. Salah satu aspek yang paling penting adalah pelaksanaan Seleksi calon hakim agung yang transparansi, akuntabel dan professional. Konsistensi mutu keseluruhan proses dan output rekrutmen terus dipertahankan Komisi Yudisial melalui pembakuan sistem Seleksi serta dengan sentuhan teknologi informasi yang diformat dalam sebuah Sistem Informasi Manajemen Seleksi Calon Hakim Agung (SIM SCHA). Dengan SIM SCHA ini berbagai kemudahan dalam proses seleksi 79

90 Penguatan Kelembagaan calon hakim agung dapat terpenuhi, mulai dari rekapitulasi yang terkomputerisasi sampai dengan rincian detail masing-masing tahap seleksi yang dikemas dalam sebuah database. Sehingga sewaktu-waktu membutuhkan data terkait dengan seleksi calon hakim agung dengan cepat dapat tersaji. Dalam SIM CHA terdapat data hasil seleksi yang dilakukan Komisi Yudisial mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun SIM CHA adalah aplikasi dibalik layar (back end) yang dioperasikan oleh administrator sistem yang dapat diakses melalui alamat Untuk masuk dalam aplikasi ini ditunjuk seorang administrator. 6. Penyusunan rencana, monitoring, evaluasi, dan laporan bidang IT; Program dan kegiatan ini memiliki tujuan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan yang berbasiskan IT pada Komisi Yudisial dapat berjalan sesuai kebutuhan yang ada, sehingga menghasilkan tingkat efektifitas yang tinggi. Tahapan ini dimulai dengan penyusunan rencana untuk tahun 2013, dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan, asumsi peluang yang akan terjadi serta asumsi tantangan yang akan dihadapi. Tahapan selanjutnya masuk pada fase monitoring. Pada fase ini akan dilakukan monitoring terhadap kegiatan yang sedang berjalan, apakah kegiatan tersebut sesuai dengan rencana di awal, apakah kegiatan tersebut sesuai dengan persepsi para pengguna dan berbagai macam hal lainnya. Pada akhir tahun 2013 maka akan sampai fase akhir, yaitu evaluasi terhadap kegiatan yang telah dicanangkan di awal tahun 2013 untuk melihat manfaat yang telah dihasilkan dari adanya kegiatan tersebut. Program dan kegiatan ini ditutup dengan adanya penyusunan laporan dari kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun Pengembangan sistem informasi laporan masyarakat; Aplikasi PLM (Penanganan Laporan Masyarakat) 2013, Merupakan aplikasi internal KY yang dikembangkan berbasis web dan berfungsi untuk mengelola laporan yang masuk dari masyarakat. Aplikasi ini mendukung fungsi-fungsi sesuai Peraturan Komisi Yudisial Nomor 4 Tahun 2011 tentang tata cara pengawasan hakim. Diantaranya menampilkan : a. Penyampaian laporan pengaduan atau informasi oleh masyarakat mengenai dugaan pelanggaran kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim; b. Penetapan Tim Pembahas/Pemeriksa laporan pengaduan dan informasi yang c. telah diterima; d. Pembahasan dan pemeriksaan laporan pengaduan dan informasi yang telah e. diterima; f. Pengambilan keputusan dan penentuan rekomendasi jenis sanksi terhadap g. hakim yang dinilai telah melakukan pelanggaran terhadap kehormatan, h. keluhuran martabat serta perilaku hakim berdasarkan kode etik hakim dan i. perundang-undangan yang berlaku; Aplikasi ini dapat diakses melalui alamat pada jaringan internal Komisi Yudisial. 80

91 Penguatan Kelembagaan 8. Pemutakhiran website Dalam upaya penyampaian informasi kepada publik, Komisi Yudisial memanfaatkan website sebagai salah satu media. Website dirancang untuk menarik dan memudahkan publik mencari informasi mengenai Komisi Yudisial. Website Komisi Yudisial terus dimutakhirkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknolgi informasi. Mulai dari penyesuaian konten dengan kebutuhan masyarakat sampai update informasi yang disajikan secara berkelanjutan. Melalui website ini disajikan informasi seputar kegiatan dan kebijakan strategis yang dilakukan Komisi Yudisial baik berupa berita-berita terkini sampai dengan pengumuman penting seputar perkembangan lembaga sesuai tugas dan wewenang yang diemban. Selain itu juga memuat bahan publikasi yang diterbitkan oleh Komisi Yudisial seperti, Jurnal, Majalah, Bunga Rampai, dll. G. PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN Sampai dengan bulan Desember 2013, perpustakaan Komisi Yudisial telah memberikan layanannya kepada pemustaka potensial dan actual. Berdasarkan buku pengunjung perpustakaan tercatat jumlah pemustaka mencapai 283 orang. Sedangkan pengunjung perpustakaan yang melakukan kunjungan secara online melalui situs/aplikasi Open Access Catalogues (OPAC) dan memanfaatkan metadata katalog perpustakaan, tercatat sebanyak hits/orang. Selain memberikan layanan kepustakaan berupa penyediaan literatur, perpustakaan Komisi Yudisial juga menyediakan layanan audio visual melalui pemanfaatan ruang audio visual oleh pemustaka/pengunjung potensial (internal). Tercatat layanan ini telah dimanfaatkan sebanyak 62 kali, dengan asumsi 5 orang pengunjung per 1 kali pemakaian layanan ruang audio visual, maka terdapat 310 orang/tahun pengguna fasilitas ini. Bila diakumulasi, maka keseluruhan pengunjung yang memanfaatkan sarana perpustakaan baik langsung maupun online berjumlah orang. Pengembangan perpustakaan dilakukan guna mendukung kinerja lembaga (Ruang Baca) 81

92 Penguatan Kelembagaan Perpustakaan Komisi Yudisial mengoleksi/menyediakan 658 eksemplar pustaka buku, 442 eksemplar pustaka laporan penelitian, dan 200 file pustaka rekam digital foto. Sedangkan koleksi preservasi meliputi 822 eksemplar pustaka buku, dan 180 eksemplar laporan penelitian tahun 2012, dan 200 file pustaka rekam digital foto. Dalam rangka peningkatan kompetensi SDM Perpustakaan, pada tahun 2013 telah dilakukan beberapa kegiatan, diantaranya: 1. Studi banding ke perpustakaan museum geologi, menghasilkan teknik pengelolaan laporan penelitian khususnya dalam melakukan preservasi bahan perpustakaan. 2. Menghadiri forum perpustakaan khusus yang diselenggarakan BPK, Setneg, dan BI. Menghasilkan beberapa wacana pengembangan perpustakaan dalam penyusunan Grand Design Perpustakaan. 3. Mengikuti rakernas Ikatan Pustakawan Indonesia, menghasilkan beberapa wacana pengembangan perpustakaan dalam kompetensi pengelolaan perpustakaan. 4. Menghadiri forum perpustakaan digital yang diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan Digital dan IPI, menghasilkan beberapa wacana pengembangan sistem informasi perpustakaan. 5. Menghadiri seminar ISO Perpustakaan di Solo, yang menghasilkan wacana pengembangan perpustakaan dan sertifikasi perpustakaan Komisi Yudisial. 6. OPAC atau Open Access Catalogues perpustakaan Komisi Yudisial. H. DISEMINASI PUBLIK Program dan kegiatan diseminasi merupakan sarana sosialisasi kelembagaan berupa penyebaran informasi melalui beberapa kegiatan yang terencana agar informasi yang disampaikan sesuai dengan sasaran yang dituju. Bentuk kegiatan diseminasi ini meliputi penyusunan buku dan berbagai bentuk publikasi informasi kebijakan di bidang yudisial, pelaksanaan edukasi kepada publik bidang hukum dan peradilan, pelatihan kemampuan dan profesionalisme hakim serta pelayanan audiensi dan dialog publik. 1. Penyusunan Buku dan Berbagai Bentuk Publikasi Informasi Kebijakan Bidang Yudisial. Komisi Yudisial memiliki empat publikasi yang rutin diterbitkan setiap tahun, yaitu Majalah Komisi Yudisial, Jurnal Yudisial, Buku Tahunan, dan Buku Bunga Rampai. Selain 4 (empat) publikasi rutin tersebut, Komisi Yudisial juga menerbitkan publikasi lain dalam bentuk Buku Kumpulan Kisah Hakim Progresif, Buku Risalah Komisi Yudisial, Buku Empat Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial, Leaflet kelembagaan, seleksi calon hakim agung, pengawasan perilaku hakim, Buku Undang-Undang Komisi Yudisial dan perubahannya, Buku Saku, dan Buku Profil Kelembagaan. 82

93 Penguatan Kelembagaan Penghargaan SPS InMa Award a. Majalah Komisi Yudisial Majalah Komisi Yudisial diterbitkan per dua bulan atau 6 kali terbit dalam satu tahun. Majalah Komisi Yudisial terdiri atas beberapa rubrik antara lain: 1) Laporan Utama, memuat mengenai informasi terkini di dunia peradilan. 2) Laporan Khusus, memuat mengenai isu terkini yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Komisi Yudisial. 3) Perspektif, rubrik yang berisi tulisan dari pihak luar berisi pendapat penulis mengenai perkembangan hukum dan dunia peradilan. 4) Potret, adalah rubrik yang berisi ulasan pengadilan, terutama pengadilan di daerah dan yang berprestasi. 5) Sudut Hukum, adalah rubrik mengenai tanya jawab masalah hukum. Rubrik ini di asuh oleh salah satu tenaga ahli Komisi Yudisial yang kompeten. Majalah Komisi Yudisial didistribusikan ke pengadilan di seluruh Indonesia, perguruan tinggi dan masyarakat yang melakukan kunjungan ke Komisi Yudisial. Melalui majalah tersebut, Komisi Yudisial mengharapkan masyarakat, hakim dan mahasiswa lebih mengenal dan memahami mengenai tugas wewenang Komisi Yudisial. Majalah Komisi Yudisial telah menerima anugerah silver winner in house magazine award dari Serikat Perusahaan Pers (SPS) untuk edisi Mei-Juni Penghargaan ini merupakan salah satu prestasi yang berhasil diraih oleh Majalah Komisi Yudisial. b. Jurnal Yudisial Jurnal Yudisial adalah Jurnal ilmiah yang memuat hasil kajian/riset atas putusan-putusan pengadilan yang dilakukan oleh jejaring peneliti dan pihakpihak yang berkompeten. Hasil kajian/riset ini sepenuhnya merupakan pendapat 83

94 Penguatan Kelembagaan independen dari peneliti/penulis dan tidak merepresentasikan pendapat KY terkait teknis yuridis, sehingga hasil kajian tersebut tidak dimaksudkan sebagai bentuk intervensi terhadap lembaga peradilan. Jurnal Yudisial diterbitkan 3 kali dalam setahun (April, Agustus dan Desember), dan terdiri atas 6-7 tulisan hasil kajian/riset putusan oleh para pakar. Jurnal Yudisial didistribusikan ke pengadilan seluruh Indonesia, perguruan tinggi dan lembaga hukum. Keberadaan Jurnal Yudisial ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi hakim dan juga menambah wawasan masyarakat dan/atau akademisi bidang hukum. Jurnal Yudisial telah diakreditasi LIPI dengan nomor akreditasi 507/Akred/ P2MI-LIPI/10/2012 merupakan salah satu prestasi yang berhasil diraih oleh tim penyusun jurnal yudisial. c. Buku Bunga Rampai Buku Bunga Rampai merupakan kumpulan tulisan atau pemikiran-pemikiran dari para pakar dan praktisi hukum. Tulisan tersebut berisi isu strategis terkait perkembangan hukum dan peradilan yang terjadi di Indonesia. Buku Bunga Rampai ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan literatur bermutu bagi hakim dan masyarakat. Buku Bunga Rampai tahun 2013 mengambil tema Putih Hitam Pengadilan Khusus, yang berisi 17 penulis pakar bidang hukum, diantaranya Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., menulis tentang Pengadilan Khusus, Prof. Drs. Ramlan Surbakti, M.A., Ph.D menulis mengenai Demokrasi dan Hukum, Aspek Konstitusionalitas Pengadilan Khusus di Indonesia ditulis oleh Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H., Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.H., menulis tentang Kewenangan Komisi Yudisial dalam Konteks Politik Hukum. d. Buku Tahunan Buku Tahunan merupakan buku yang menggambarkan kiprah Komisi Yudisial yang terbit setiap tahun. Buku Tahunan 2013 mengambil tema Mengukuhkan Sinergitas Memperkokoh Kewenangan. e. Bentuk Bahan Publikasi Lainnya 1. Buku Saku Buku saku yang berisi tentang profil kelembagaan yang diberi tema Mengenal Lebih Dekat Komisi Yudisial. Buku ini lebih banyak diilustrasikan dalam bentuk gambar dengan bentuk kecil sehingga mudah dibawa dengan harapan lebih menarik dan mudah diterima masyarakat terutama pada segmentasi pelajar SMP dan SMA. 2. Buku Profil Kelembagaan Buku Profil Kelembagaan berisi hampir sama dengan Buku Saku, 84

95 Penguatan Kelembagaan bedanya buku profil kelembagaan dalam bentuk tulisan. 3. Leaflet Kelembagaan Berisi tentang profil Komisi Yudisial yang disusun dalam bentuk leaflet. Hal ini dimaksudkan agar penyebaran informasi mengenai Komisi Yudisial lebih mudah, bisanya dilakukan pada saat pameran, atau apabila ada kunjungan dari pelajar SD, SMP dan SMA. 4. Leaflet terkait Tugas dan Wewenang Komisi Yudisial Leaflet yang dibuat adalah leaflet mengenai proses Seleksi CHA dan leaflet Laporan Pengaduan Masyarakat. Dalam leaflet Proses Seleksi CHA berisi mengenai kewenangan Komisi Yudisial untuk melaksanakan seleksi CHA dan mengajukannya ke DPR. dalam leaflet ini juga berisi mengenai tata cara pelaksanaan seleksi CHA. 5. Buku Peraturan Bersama Buku ini berisi peraturan bersama yang telah dibuat oleh Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalam upaya penegakkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. 6. Buku Undang-Undang Komisi Yudisial dan Perubahannya Buku Undang-Undang Komisi Yudisial dan Perubahannya berisi mengenai payung hukum berdirinya Komisi Yudisial, dari Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang kemudian disempurnakan dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Seluruh bentuk publikasi di atas merupakan media informasi dan edukasi yang dikontribusikan oleh KY kepada masyarakat. Publikasi ini diharapkan mampu memberikan pemahaman terkait eksistensi Komisi Yudisial dan menjadi media yang mampu mempersuasi masyarakat untuk turut serta mewujudkan peradilan bersih. 2. Pelaksanaan Edukasi Kepada Publik Bidang Hukum dan Peradilan Kegiatan pelaksanaan edukasi kepada publik meliputi: a. Pameran b. Penyediaan informasi oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) c. Penyebaran media analisis dan pengklipingan d. Penayangan iklan layanan masyarakat e. Pengelolaan Pers Room dan Penyelenggaraan Pers Conference 3. Pelatihan Kemampuan dan Profesionalisme Hakim terkait Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim 4. Pelayanan Informasi Publik Terpilih dan Dialog Publik. 85

96 Pelaksanaan Anggaran BAB V PELAKSANAAN ANGGARAN 86

97 Pelaksanaan Anggaran A. PENGELOLAAN ANGGARAN Berdasarkan Surat Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan RI Nomor: 0096/M.PPN/03/2012, S-214/MK.02/2012, Komisi Yudisial tahun 2013 mendapat pagu indikatif sebesar Rp ,00 namun berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 229/KMK.02/2012 tentang pagu anggaran (definitif) Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2013, Komisi Yudisial mendapat pagu anggaran (definitif) sebesar Rp ,00. Terdapat kenaikan alokasi sebesar Rp ,00 pada pagu definitif tahun 2013, sebagai hasil dari penyesuaian kebijakan belanja operasional oleh pemerintah. Terhadap pagu definitif tahun 2013 tersebut, Komisi Yudisial mengajukan usulan tambahan pagu anggaran sebesar Rp yang akan dialokasikan guna merealisasikan pembentukan penghubung di daerah berdasarkan amanat UU Nomor 18 Tahun 2011 dan penyesuaian terhadap perubahan struktur organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. Usulan tambahan pagu tersebut disampaikan KY kepada Komisi III DPR RI melalui rapat dengar pendapat pada tanggal 5 September 2012 dan ternyata mendapat persetujuan Komisi III DPR RI. Berdasarkan persetujuan tersebut, maka alokasi anggaran Komisi Yudisial tahun 2013 menjadi sebesar Rp ,00 yang diformalkan oleh Kementerian Keuangan melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Komisi Yudisial Tahun Anggaran 2013 Nomor: /2013. Anggaran tersebut dialokasikan untuk melaksanakan 3 (tiga) program dan 7 (tujuh) kegiatan dengan rincian sebagai berikut: 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Komisi Yudisial, terdiri dari tiga kegiatan yaitu: a. Penyelenggaraan Investigasi dan Pengendalian Internal Di Lingkungan Komisi Yudisial b. Penyelenggaraan Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan, Perlengkapan, Rumah Tangga, Serta Tata Usaha dan Pengembangan SDM Di Lingkungan Komisi Yudisial c. Penyelenggaraan Pelayanan Informasi Kepada Publik 87

98 Pelaksanaan Anggaran 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Komisi Yudisial terdiri dari dua kegiatan yaitu: a. Pengadaan Sarana dan Prasarana (KY) b. Pengembangan Sistem Informasi dan Database Hakim 3. Program Peningkatan Kinerja Seleksi Hakim Agung dan Pengawasan Perilaku Hakim, terdiri dari dua kegiatan yaitu: a. Pelayanan Pengawasan Perilaku Hakim dan Peningkatan Kompetensi Hakim b. Seleksi Hakim Agung, Seleksi Hakim dan Pemberian Penghargaan Hakim Pada pertengahan tahun 2013 pemerintah dengan persetujuan DPR menerapkan kebijakan penghematan anggaran. Setelah adanya kebijakan penghematan anggaran ini, total alokasi anggaran Komisi Yudisial tahun 2013 dari semula Rp ,00 menjadi Rp ,00 mengalami penurunan sebesar Rp ,00. Selanjutnya Komisi Yudisial menindaklanjuti kebijakan penghematan dengan melakukan efisiensi pada program Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya-kegiatan Penyelenggaraan Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan Perlengkapan Rumah Tangga Serta Tata Usaha dan Pengembangan SDM di Lingkungan Komisi Yudisial. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka dilakukan revisi anggaran dengan hasil revisi berupa diterbitkannya Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Induk Komisi Yudisial Nomor DIPA /2013 tanggal 19 Juli 2013 oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan. Sehingga alokasi anggaran KY tahun 2013 mengalami perubahan sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut ini: Tabel 40 Anggaran Per Jenis Belanja Komisi Yudisial RI Tahun Anggaran 2013 No. Uraian Pagu Anggaran (Rp) Pagu Revisi (Rp) 1 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Jumlah

99 Pelaksanaan Anggaran Tabel 41 Alokasi Anggaran Komisi Yudisial Tahun 2013 Berdasarkan Program dan Kegiatan No Program/ Kegiatan/ Output Anggaran Pagu Awal (Rp) Anggaran Pagu Revisi (Rp) I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KOMISI YUDISIAL A Penyelenggaraan Investigasi dan Pengendalian Internal di Lingkungan Komisi Yudisial B Penyelenggaraan Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan Perlengkapan Rumah Tangga Serta Tata Usaha dan Pengembangan SDM di Lingkungan Komisi Yudisial C Penyelenggaraan Pelayanan Informasi Kepada Publik II PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR KY A Pengadaan Sarana dan Prasarana (KY) B Pengembangan Sistem Informasi dan Database Hakim III PROGRAM PENINGKATAN KINERJA SELEKSI HAKIM AGUNG DAN PENGAWASAN PERILAKU HAKIM A Pelayanan Pengawasan Perilaku Hakim dan Peningkatan Kompetensi Hakim B Seleksi Hakim Agung. Seleksi Hakim dan Pemberian Penghargaan Hakim TOTAL ,000 Pelaksanaan anggaran dijalankan dalam koridor kebijakan lembaga yang senantiasa berfokus pada pengelolaan anggaran secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta menghindarkan diri dari perbuatan tidak terpuji. Semangat dan prinsip-prinsip ini menjadi landasan utama dalam proses pengelolaan anggaran guna mewujudkan clean goverment di lingkungan Komisi Yudisial. 89

100 Pelaksanaan Anggaran Konsistensi Komisi Yudisial dalam melaksanaan prinsip pengelolaan anggaran berhasil mengantarkan KY meraih beberapa penghargaan. Salah satu penghargaan yang diperoleh yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap laporan keuangan Komisi Yudisial selama 6 (enam) kali berturut-turut, sejak pertama kali diperoleh pada tahun 2008 atas Pemeriksaan Laporan Keuangan Komisi Yudisial Tahun 2007 hingga Laporan Keuangan Tahun Sementara pada pelaksanaan penatausahaan barang milik negara, Komisi Yudisial berhasil memperoleh penghargaan BMN award dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Kekayaan Negara untuk pengelolaan BMN tahun tahun 2012 dan 2013 dalam kategori utility. B. REALISASI ANGGARAN Alokasi anggaran tahun 2013 digunakan untuk membiayai seluruh program dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan wewenang dan tugas Komisi Yudisial, yang bersifat teknis administratif maupun teknis operasional. Terhitung sampai dengan 31 Desember 2013, Komisi Yudisial dapat melaksanakan seluruh program dan kegiatan dengan total anggaran terserap Rp ,00 atau mencapai 94,64%, dengan rincian alokasi sebagai berikut: Tabel 42 Alokasi dan Realisasi Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2013 (Unaudited) No. Uraian Pagu Anggaran (Rp) Pagu Revisi (Rp) Realisasi (Rp) (%) 1 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Jumlah 91,932,026, ALOKASI DAN REALISASI PENYERAPAN ANGGARAN BERDASARKAN JENIS BELANJA TAHUN 2013 (UNAUDITED) % 98.00% 96.00% 94.00% 92.00% 90.00% Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Series % 93.77% 99.13% 90

101 Pelaksanaan Anggaran Tabel 43 Alokasi dan Realisasi Penyerapan Anggaran Berdasarkan Program Tahun 2013 (Unaudited) No Program/ Kegiatan/ Output Anggaran Pagu Awal (Rp) Anggaran Pagu Revisi (Rp) Realisasi (Rp) % I A B C II A B III A B PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KOMISI YUDISIAL Penyelenggaraan Investigasi dan Pengendalian Internal di Lingkungan Komisi Yudisial Penyelenggaraan Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan Perlengkapan Rumah Tangga Serta Tata Usaha dan Pengembangan SDM di Lingkungan Komisi Yudisial Penyelenggaraan Pelayanan Informasi Kepada Publik PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR KY Pengadaan Sarana dan Prasarana (KY) Pengembangan Sistem Informasi dan Database Hakim PROGRAM PENINGKATAN KINERJA SELEKSI HAKIM AGUNG DAN PENGAWASAN PERILAKU HAKIM Pelayanan Pengawasan Perilaku Hakim dan Peningkatan Kompetensi Hakim Seleksi Hakim Agung. Seleksi Hakim dan Pemberian Penghargaan Hakim TOTAL ,000 86,

102 Pelaksanaan Anggaran Berdasarkan uraian pada tabel diatas, diketahui bahwa secara keseluruhan prosentase penyerapan anggaran Komisi Yudisial pada tahun 2013 mencapai 94,64%. Prosentase tersebut setara dengan Rp ,00 anggaran yang berhasil diserap. Jika disandingkan dengan total anggaran setelah berlakunya kebijakan penghematan, maka jumlah anggaran yang tidak terserap adalah sebesar Rp ,00 (5,36%). Anggaran yang terserap menjadi salah satu indikasi dilaksanakannya program dan kegiatan dengan pencapaian target output tertentu. Tingginya angka penyerapan yang dicapai oleh Komisi Yudisial merupakan salah satu indikasi bahwa Komisi Yudisial mampu melaksanakan seluruh program dan kegiatan dengan pencapaian sejumlah output sebagaimana telah ditargetkan pada awal tahun anggaran Meskipun pada realisasinya masih terdapat 5,36% anggaran yang tidak terserap, hal ini tidak mengurangi esensi dari pelaksanaan dan pencapaian target output dari program dan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. 92

103 93

104 BAB VI PENUTUP 94

105 Penutup A. KENDALA Meski mampu mencapai realisasi 94,64%, Komisi Yudisial masih menemui kendala dalam melaksanakan anggaran yang tersedia. Selama tahun 2013, dapat disampaikan beberapa kendala yang dihadapi yaitu: 1. Jumlah sumber daya manusia Komisi Yudisial tidak sebanding dengan jumlah hakim yang harus diawasi. Hingga saat ini tercatat ada sekitar orang hakim tersebar di 38 propinsi, sementara SDM Komisi Yudisial yang melaksanakan tugas dukungan teknis operasional di bidang pengawasan perilaku hakim masih sangat terbatas. 2. Rendahnya minat warga negara Indonesia yang memiliki kapabilitas untuk mendaftarkan diri sebagai peserta seleksi calon hakim agung. Keterbatasan jumlah pendaftar calon hakim agung berdampak pada sulitnya Komisi Yudisial dalam memenuhi rasio 3:1 (3 calon hakim agung untuk setiap 1 posisi hakim agung di MA) dalam hal pengajuan calon hakim agung ke DPR. 3. Penjaringan dan proses seleksi terhadap calon hakim agung dan calon hakim adhoc serta pelaksanaan advokasi hakim yang dilaksanakan Komisi Yudisial menjadi tidak optimal karena masih bersinggungan dengan kepentingan politik. 4. Pencapaian target output kegiatan belum dapat direalisasikan secara optimal dan berdampak pada kurangnya penyerapan anggaran. Kondisi yang demikian terjadi karena realiasasi output kegiatan masih bergantung pada keputusan pihak lain. Sebagai contoh, pelaksanaan kegiatan seleksi hakim adhoc di Mahkamah Agung yang mana Komisi Yudisial sudah merencanakan dan menganggarkan namun pelaksanaannya tergantung pada ada atau tidaknya permintaan seleksi hakim adhoc dari Mahkamah Agung

106 Penutup B. SIMPULAN Laporan tahunan ini merupakan uraian singkat yang menggambarkan kinerja Komisi Yudisial selama 2013 dalam upaya mewujudkan visi, misi, dan kewenangan Komisi Yudisial. Meskipun telah banyak kegiatan dan langkah yang telah ditempuh Komisi Yudisial, namun hasilnya belum sepenuhnya sesuai harapan. Namun demikian, Komisi Yudisial akan terus melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kinerjanya. Komisi Yudisial telah berusaha memperkuat serta meningkatkan kapasitas kelembagaan melalui program-program yang mendukung pencapaian tujuan organisasi dengan lingkup penguatan kelembagaan diantaranya adalah penguatan struktur organisasi, pengangkatan Penghubung Komisi Yudisial, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kerja sama antar lembaga, penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan, pengembangan sistem informasi, pengembangan perpustakaan, dan pelaksanaan desiminasi publik serta pembentukan penghubung Komisi Yudisial di daerah sesuai kebutuhan, namun masih perlu ditingkatkan kembali agar dapat membantu mewujudkan pelaksanaan wewenang dan tugas baru. 96

107 97

108 98

UNTUK DITERBITKAN SEGERA Jakarta, 14 September 2016 PRESS RELEASE. KY Ungkap Penanganan Laporan Masyarakat Caturwulan II Tahun 2016

UNTUK DITERBITKAN SEGERA Jakarta, 14 September 2016 PRESS RELEASE. KY Ungkap Penanganan Laporan Masyarakat Caturwulan II Tahun 2016 KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL JALAN KRAMAT RAYA NO. 57, JAKARTA 10450 TELEPON (021) 3905876, 3905877, 3906178, FAKSIMILE (021) 31903755, www.komisiyudisial.go.id UNTUK DITERBITKAN

Lebih terperinci

UNTUK DITERBITKAN SEGERA Jakarta, 03 Mei PRESS RELEASE KY Terima 1060 Laporan Masyarakat pada Caturwulan I Tahun 2016

UNTUK DITERBITKAN SEGERA Jakarta, 03 Mei PRESS RELEASE KY Terima 1060 Laporan Masyarakat pada Caturwulan I Tahun 2016 KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL JALAN KRAMAT RAYA NO. 57, JAKARTA 10450 TELEPON (021) 3905876, 3905877, 3906178, FAKSIMILE (021) 31903755, www.komisiyudisial.go.id UNTUK DITERBITKAN

Lebih terperinci

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PRESS CONFERENCE. 3 Mei 2016 PENYAMPAIAN INFORMASI CATURWULAN I PENANGANAN LAPORAN PENGADUAN MASYARAKAT

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PRESS CONFERENCE. 3 Mei 2016 PENYAMPAIAN INFORMASI CATURWULAN I PENANGANAN LAPORAN PENGADUAN MASYARAKAT KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PRESS CONFERENCE 3 Mei 2016 PENYAMPAIAN INFORMASI CATURWULAN I PENANGANAN LAPORAN PENGADUAN MASYARAKAT Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Layanan Informasi merangkap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II- PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS

BAB II- PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS BAB II- PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS 2.1. REKRUTMEN HAKIM Seleksi calon hakim agung diselenggarakan untuk mengisi kekosongan jabatan hakim agung, tahapan dalam melaksanakan seleksi hakim agung: melakukan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1365, 2013 KOMISI YUDISIAL. Pembidangan Kerja. Susunan Organisasi. Pecabutan. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBIDANGAN KERJA KOMISI YUDISIAL

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBIDANGAN KERJA KOMISI YUDISIAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBIDANGAN KERJA KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1758, 2015 KY. Laporan Masyarakat. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN 2014 KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN TAHUNAN 2014 KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA 2014 LAPORAN TAHUNAN 2014 KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA Kata Pengantar Dengan memanjatkan segala puji ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, Komisi Yudisial dapat melaksanakan amanat, wewenang, dan tugas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2016, No Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4415), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun

2016, No Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4415), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1145, 2016 KY. Calon Hakim Ad Hoc Hubungan Industrial. Seleksi. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SELEKSI CALON HAKIM AD HOC HUBUNGAN

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. Wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 25 Juli 2013 jam WIB

HASIL WAWANCARA. Wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 25 Juli 2013 jam WIB 1 HASIL WAWANCARA Wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 25 Juli 2013 jam 12.15 WIB di Gedung Komisi Yudisial RI. Narasumber yang diwawancara adalah Dr.Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H., Beliau merupakan

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Timur P. Manurung, SH., MM Ketua Muda Pengawasan Mahkamah Agung R.I.

Disampaikan oleh : Timur P. Manurung, SH., MM Ketua Muda Pengawasan Mahkamah Agung R.I. Disampaikan oleh : Timur P. Manurung, SH., MM Ketua Muda Pengawasan Mahkamah Agung R.I. Pada Rapat Kerja Nasional Mahkamah Agung R.I. Dengan Jajaran Pengadilan Tingkat Banding Dari Empat Lingkungan Peradilan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG GARIS BESAR KEBIJAKAN DAN STRATEGI KOMISI YUDISIAL TAHUN

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG GARIS BESAR KEBIJAKAN DAN STRATEGI KOMISI YUDISIAL TAHUN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG GARIS BESAR KEBIJAKAN DAN STRATEGI KOMISI YUDISIAL TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahan TIMUS 23-06-04 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Sepanjang 2017, KY Terima Laporan Masyarakat

Sepanjang 2017, KY Terima Laporan Masyarakat KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL JALAN KRAMAT RAYA NO. 57, JAKARTA 10450 TELEPON (021) 3905876, 3905877, 3906178, FAKSIMILE (021) 31903755, www.komisiyudisial.go.id Nomor: 05/Siaran

Lebih terperinci

PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS

PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i iii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Arah Kebijakan Lembaga 3 BAB II PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS 5 A. Seleksi Calon Hakim Agung 5 B. Pengawasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

TUGAS DAN WEWENANG. Tugas dan Wewenang KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PROFIL KELEMBAGAAN KOMISI YUDISIAL

TUGAS DAN WEWENANG. Tugas dan Wewenang KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PROFIL KELEMBAGAAN KOMISI YUDISIAL TUGAS DAN WEWENANG Tugas dan Wewenang REPUBLIK INDONESIA 23 Pengusulan Pengangkatan Hakim Agung dan Hakim Adhoc di Mahkamah Agung Salah satu kewenangan Komisi Yudisial adalah mengusulkan pengangkatan hakim

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat PRESIDEN

Lebih terperinci

FORMULIR 1. PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN Kementrian/Lembaga : KOMISI YUDISIAL RI

FORMULIR 1. PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN Kementrian/Lembaga : KOMISI YUDISIAL RI FORMULIR 1 PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 1. Kementrian/Lembaga : KOMISI YUDISIAL RI 2. VISI : 3. MISI : Terwujudnya Komisi Yudisial yang bersih, transparan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 24

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi; LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.167, 2013 HUKUM. Kehakiman. Mahkamah Konstitusi. Penyelenggaraan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5456) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang... UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PENJARINGAN CALON HAKIM AGUNG TAHUN 2017

SOSIALISASI DAN PENJARINGAN CALON HAKIM AGUNG TAHUN 2017 SOSIALISASI DAN PENJARINGAN CALON HAKIM AGUNG TAHUN 2017 DASAR HUKUM 1. Pasal 24B UUD 1945; 2. Pasal 13 UU Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Komisi Yudisial; 3. Peraturan Komisi Yudisial Nomor 2 Tahun 2016 tentang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1513, 2013 KOMISI YUDISIAL. Uji Kelayakan. Kepatutan. Hakim Konstitusi. Calon. Pedoman. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG UJI

Lebih terperinci

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA,

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BERSAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA Nomor : 04/PB/MA/IX/2012 04/PB/P.KY/09/2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, TATA KERJA, DAN TATA CARA PENGAMBILAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT JANUARI APRIL 2017

PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT JANUARI APRIL 2017 PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT JANUARI APRIL 2017 a. PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT Proses penanganan laporan masyarakat berdasarkan Peraturan Komisi Yudisial mor 2 Tahun 2015 tentang Penanganan Laporan

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN 2015 KOMISI YUDISIAL REPUBIK INDONESIA TAHUN Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat.

LAPORAN TAHUNAN 2015 KOMISI YUDISIAL REPUBIK INDONESIA TAHUN Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat. KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat Telp. (021) 3905876 Fax. (021) 3906215 www.komisiyudisial.go.id email : kyri@komisiyudisial.go.id LAPORAN TAHUNAN 2015 KOMISI YUDISIAL

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-115.1-/217 DS887-83-754-948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009.... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), bukan negara berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), bukan negara berdasarkan 1 BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), bukan negara berdasarkan kekuasaan (macthstaat) yang berdasar atas kekuasaan belaka, sebagaimana telah diamanatkan di

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1055, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pengambilan Keputusan. Pembentukan. Tata Kerja. Tata Cara. PERATURAN BERSAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. Wawancara ke-2 dilakukan pada hari senin tanggal 02 September 2013 jam

HASIL WAWANCARA. Wawancara ke-2 dilakukan pada hari senin tanggal 02 September 2013 jam 1 HASIL WAWANCARA Wawancara ke-2 dilakukan pada hari senin tanggal 02 September 2013 jam 14.30 WIB di Gedung Komisi Yudisial RI. Narasumber yang diwawancara adalah Dr.Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H.,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.574, 2013 KOMISI YUDISIAL. Penghubung. Daerah. Pembentukan. Susunan. Tata Kerja. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KONSULTASI KOMISI III DPR RI DENGAN KOMISI YUDISIAL RI --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2016-2017 Masa

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL I. UMUM Pasal 24B Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1530,2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI YUDISIAL. Advokasi. Hakim. Perlindungan. Pedoman. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG ADVOKASI HAKIM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, DAN TATA KERJA PENGHUBUNG KOMISI YUDISIAL DI DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL I. UMUM Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral sebagai penyelenggara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

K O M I S I I N F O R M A S I

K O M I S I I N F O R M A S I K O M I S I I N F O R M A S I PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN TATA TERTIB KOMISI INFORMASI PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Komisi Informasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 I. UMUM TENTANG PERADILAN UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

REALISASI ANGGARAN Per Pengelola Kegiatan Per Kegiatan Output Periode s.d. 31 Desember 2015

REALISASI ANGGARAN Per Pengelola Kegiatan Per Kegiatan Output Periode s.d. 31 Desember 2015 JUMLAH REALISASI 7.554.100.000 7.554.100.000 2.570.487.293 1.724.035.040 4.294.522.333 56,85 3.259.577.667 05 BIRO INVESTIGASI 06.3866 PENYELENGGARAAN PENELUSURAN REKAM JEJAK CALON HAKIM DAN INVESTIGASI

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

Lebih terperinci

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14 1 of 14 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, perlu

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI SAMBAS

PENGADILAN NEGERI SAMBAS PENGADILAN NEGERI SAMBAS PENGADILAN NEGERI SAMBAS Jl. Pembangunan Sambas Kalbar 79462 Telp. 0562-392342 Fax. 0562-392323 Email: info@pn-sambas.go.id Website: www.pn-sambas.go.id D A F T A R I S I KATA

Lebih terperinci

1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final.

1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final. Tugas dan wewenang Mahkamah Agung adalah a. Memeriksa dan memutus 1) permohonan kasasi, 2) sengketa tentang kewarganegaraan, dan 3) permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 558 /A/J.A/ 12/ 2003 TENTANG

KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 558 /A/J.A/ 12/ 2003 TENTANG KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP 558 /A/J.A/ 12/ 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-225/A/J.A/05/2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN

Lebih terperinci

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 4/2004, KEKUASAAN KEHAKIMAN *14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2010-2014 PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA MEDAN JALAN PERATUN MEDAN ESTATE MEDAN KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, sehingga penyusunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

KY Usulkan 58 Hakim Dijatuhi Sanksi

KY Usulkan 58 Hakim Dijatuhi Sanksi Nomor: 06/Siaran Pers/AL/LI.04.01/01/2018 UNTUK DITERBITKAN SEGERA KY Usulkan 58 Hakim Dijatuhi Sanksi Jakarta, 16 Januari 2018 Jakarta (Komisi Yudisial) Komisi Yudisial (KY) merekomendasikan penjatuhan

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci