RPJMD KABUPATEN LINGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RPJMD KABUPATEN LINGGA"

Transkripsi

1 I BAB 2 I GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan gambaran awal tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Lingga secara umum. Gambaran umum tersebut menjadi pijakan awal penyusunan rencana pembangunan 5 (lima) tahun kedepan melalui pemetaan secara objektif kondisi daerah dari aspek geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa abad silam sebagai Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan Negeri Bunda Tanah Melayu. Pada kurun waktu , terdapat dua Kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan. Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura, dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaan terletak di wilayah Pulau Penyengat dan menjadi terkenal di seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Sepenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah karesidenan yaitu: Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau-Lingga, Indragiri Hilir, dan Kateman yang kedudukannya berada di wilayah Tanjungpinang dan sebagai penguasanya ditunjuk seorang Residen. Berdasarkan Surat Keputusan dari delegasi Republik Indonesia (RI) maka Provinsi Sumatera Tengah pada tanggal 18 Mei 1950 menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat daerah kewedanan sebagai berikut: II.1

2 1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat, dan Tanjungpinang Timur sekarang). 2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro. 3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep, dan Kecamatan Senayang. 4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari: Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan saja,meliputi: Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang, Kecamatan Teluk Bintan, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Tambelan, Kecamatan Tanjungpinang Barat, dan Kecamatan Tanjungpinang Timur. Kemudian dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2001, maka Kota Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang mana statusnya sama dengan kabupaten yang membawahi Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Dengan demikian, maka Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi Kecamatan Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur dan Tambelan.Pada akhir tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Lingga sesuai dengan Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, yang mana memiliki wilayah Kecamatan Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan Senayang Aspek Geografis dan Demografi Aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan. Aspek geografi memberikan gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu. Dari uraian ini diharapkan dapat terpetakan potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Kabupaten Lingga lima tahun kedepan. II.2

3 Karakteristik Lokasi dan Wilayah RPJMD KABUPATEN LINGGA Karateristik lokasi dan wilayah pada sub bab ini menjelaskan tentang luas dan batas wilayah serta letak dan kondisi geografis Kabupaten Lingga Luas dan Batas Wilayah Administrasi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211,772 km 2 dengan luas daratan 2.117,72 km 2 (1 %) dan lautan 209,654 km 2 (99%). Kabupaten Lingga secara administrasi berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kota Batam dan laut Cina Selatan. Sebelah Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala. Sebelah Barat : Laut Indragiri Hilir. Sebelah Timur : Laut Cina Selatan. Gambar. G-II.1 Peta Wilayah Kabupaten Lingga II.3

4 No RPJMD KABUPATEN LINGGA Tabel. T-II.1. Pembagian Dan Luas Wilayah Kabupaten Lingga Kecamatan Kelurahan Banyaknya Desa Luas Daratan 1 Singkep Barat ,10 2 Singkep ,80 3 Singkep Selatan ,80 4 Singkep Pesisir ,30 5 Lingga ,45 6 Selayar ,86 7 Lingga Timur ,20 8 Lingga Utara ,21 9 Senayang ,00 10 Posek 0 3 * Km 2 Jumlah ,72 Sumber : Lingga Dalam Angka 2015, Hasil Analisis ket :* data belum tersedia Gambar. G-II.2 Luas Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lingga Singkep Barat, Posek Singkep Singkep Selatan Singkep Pesisir Lingga Selayar Lingga Timur Lingga Utara Senayang Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015 II.4

5 Dari Kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga, terluas adalah Kecamatan Senayang yaitu 396,00 km 2 (18.7 % dari total luas daratan) yang terdiri dari 18 Desa dan 1 Kelurahan, kemudian Kecamatan Lingga yaitu 383,45 km 2 (23% dari total luas daratan) yang terdiri dari 10 Desa dan 1 Kelurahan. Tabel. T-II.2. berikut ini menunjukkan jumlah Desa/Kelurahan yang ada dimasing-masing Kecamatan. Tabel. T-II.2. Desa/Kelurahan Yang Ada di Kabupaten Lingga No Kecamatan Desa/Kelurahan 1 Singkep Barat Marok Tua Sungai Buluh Kuala Raya Tinjul Jagoh Kel. Raya Tanjung Irat Bakong Sungai Harapan Sungai Raya Bukit Belah Langkap 2 Singkep Dabo Batu Berdaun Dabo Lama Tanjung Harapan Batu Kacang 3 Singkep Selatan Marok Kecil Berhala Resang 4 Singkep Pesisir Berindat Persing Sedamai Kote Kel. Sungai Lumpur Lanjut Pelakak 5 Lingga Pekajang Kelumu Mepar Merawang Panggak Darat Musai Nerekeh Kelombok Daik Panggak Laut Mentuda 6 Selayar Selayar Penuba Pantai Harapan Penuba Timur 7 Lingga Timur Bukit Langkap Kerandin II.5

6 No Kecamatan Desa/Kelurahan Pekaka Keton 8 Lingga Utara Sekanah Duara Resun Bukit Harapan Linau Rantau Panjang Rusun Pesisir Limbung Teluk Pancur Sungai Besar Belungkur 9 Senayang Mamut Senayang Rejai Temiang Tanjung Kelit Pulau Batang Benan Pena ah Baran Tajur Biru Pulau Bukit Pasir Panjang Pulau Medang Batu Belubang Mensanak Tanjung Lipat Laboh Cempa Pulau Duyung 10 Kepulauan Posek Busung Panjang Suak Buaya Sumber: Bag. Pemerintahan, 2016 Posek Letak dan Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Lingga terletak di antara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Berdasarkan RTRW Kabupaten Lingga , luas wilayah daratan dan lautan mencapai ,56 km persegi dengan luas daratan 2.235,48 km persegi dan lautan ,08 km persegi. Wilayahnya terdiri dari 604 buah pulau besar dan kecil. Tidak kurang dari 86 buah diantaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya 518 buah walaupun belum berpenghuni sebagiannya sudah dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas kegiatan pertanian, khususnya pada usaha perkebunan. II.6

7 Topografi Jika dilihat dari topografinya, sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat ha yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar ha. Pada dasarnya, wilayah Kebupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %, wilayah Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0-2 %, disusul oleh wilayah dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %. Tabel. T-II.3. Tinggi Rata-Rata Dari Permukaan Laut Menurut Kecamatan Induk No Kecamatan Tinggi (m dpl) 1. Singkep Barat Singkep Lingga Lingga Utara Senayang Sumber: Lingga Dalam Angka Tahun Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu: 1) Dataran Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng medan antara 0-5% (0-3 0 ), ketinggian wilayah antara meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran satuan ini adalah di bagian timur daerah pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan Senayang, Kecamatan Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat. 2) Perbukitan berelief halus Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5-15% (3-8 0 ), ketinggian wilayah antara meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan morfologi ini mempunyai II.7

8 tingkat erosi rendah. Penyebaran satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep. 3) Perbukitan berelief sedang Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang dengan kemiringan lereng medan 15-30% (8-170) dengan ketinggian wilayah meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep serta sebagian di Kecamatan Lingga. 4) Perbukitan berelief agak kasar Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak kasar dengan kemiringan lereng 30-50% (17-270), dengan ketinggian wilayah meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan Singkep, dan sebagian kesil terdapat di Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga dan Kecamatan Lingga Utara. 5) Perbukitan berelief kasar Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar dengan kemiringan lereng 50-70% ( ), dengan ketinggian wilayah meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi. Penyebaran satuan ini antara lain sebagian besar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep. 6) Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat kasar dengan kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>36 0 ), dengan ketinggian wilayah meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat tinggi, terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini antara lain terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep. II.8

9 Tabel. T-II.4. Kelas Lereng Dengan Luas Penyebaran Di Kabupaten Lingga No Kecamatan 0-2% 2-15% 15-40% > 40% Jumlah (Ha) Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % 1 Singkep Barat 13, , , , , Singkep 31, , , , Lingga 35, , , , , Lingga Utara 16, , , , Senayang 39, , Jumlah 136, , , , , Sumber: Bakosurtanal dan Hasil Analisis, Geologi Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah podsolik merah kuning, litosol, dan organosol. Adapun lapisan tanahnya berstruktur remah sampai gumpal. Sedangkan lapisan bawahnya berselaput liat dan teguh. Sementara untuk jenis batubatuannya, batuan Pluton Asam (Acid Pluton) yang berupa batuan sejenis granit tersebar pada kawasan Gunung Daik di bagian barat Pulau Lingga, selain itu terdapat juga batuan endapan dari Zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau Lingga Hidrologi Pada umumnya sungai sungai yang terdapat di Kabupaten Lingga yang berbukitbukit, sehingga sangat banyak ditutupi oleh vegetasi hutan. Kedalaman dari permukaan air pada kawasan datar berkisar 2-3 meter. Sedangkan pada tempat yang berbukit-bukit antara 3-7 meter Klimatologi Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan ratarata 146,4 mm sepanjang tahun Setiap bulannya curah hujan cenderung bervariasi. Sementara pada bulan desember merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak. Berdasarkan data-data yang ada maka dapat diketahui bahwa iklim di daerah Lingga mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8 ⁰C; kelembaban relatif rata-rata 84%; Kecepatan angin rata-rata 5 knot; tekanan udara rata-rata 1009,4 millibar; jumlah curah hujan rata-rata 13,5 mm/hari. Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang menjadi II.9

10 potensi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun kegiatan yang lainnnya. Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang surplus sepanjang tahun, dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara mm/thn dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air cukup besar yang dapat dimanfaatkan, berikut merupakan uraian potensi ketersediaan air lahan. Nama Pulau Tabel. T-II.5. Potensi Ketersediaan Air Lahan Di Pulau Kabupaten Lingga Curah Hujan (mm/th) Air Tersedia (mm) Kondisi Air (mm/th) Defisit Surplus Lingga 2600, Singkep 2600,7 82, Senayang 2600,7 62, Sumber: Hasil Analisis, Penggunaan Lahan Faktor-faktor yang merupakan daya dukung Kabupaten Lingga, dan yang menjadi potensi bagi pengembangannya telah diakomodasi kedalam dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lingga Tahun Dokumen tersebut menjadi landasan bagi pengembangan wilayah Kabupaten Lingga, dimana, pengembangan daerah diarahkan untuk bisa lebih merata kesemua wilayah kabupaten. Potensi Pengembangan Kabupaten Lingga sebagaimana terdapat dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Lingga, pada bagian rencana pola ruang di Kabupaten Lingga terdiri dari rencana pola ruang darat dan pola ruang laut. Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk masa mendatang serta, perkembangan tata guna lahan dan kesesuaian lahan, maka dapat dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Lingga sebagaimana diuraikan berikut ini: 1) Rencana Pola Ruang Darat a. Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya manusia, II.10

11 dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung yang akan dimantapkan di wilayah Kabupaten Lingga yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu seperti lereng curam, rawan banjir, rawan longsor dan erosi, kawasan bergambut, dan kedalaman efektif agak dangkal hingga dangkal. 1. Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Lingga ditetapkan di: kawasan hutan lindung Gunung Daik terletak di Kecamatan Lingga dengan luas kurang lebih Ha kawasan hutan lindung Gunung Muncung terletak di Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih Ha. kawasan hutan lindung sebagian Gunung Lanjut terletak di Kecamatan Singkep Pesisir dengan luas kurang lebih Ha. kawasan hutan lindung di Kecamatan Singkep Selatan dengan luas kurang lebih 430 Ha. kawasan hutan lindung di Kecamatan Lingga Utara dengan luas kurang lebih 220 Ha. Total keseluruhan kawasan hutan lindung Kabupaten Lingga adalah kurang lebih Ha. 2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten Lingga berupa kawasan resapan air. Berdasarkan hasil analisis lahan maka rencana pengembangan kawasan resapan air kurang lebih seluas Ha, dengan rincian sebagai berikut: Kawasan resapan air di Kecamatan Lingga seluas kurang lebih Ha. II.11

12 Kawasan resapan air di Kecamatan Lingga Utara seluas kurang lebih 250 Ha meliputi kawasan resapan air Bukit Raja dan Bukit Meninjau. Kawasan resapan air Gunung Muncung di Kecamatan Singkep seluas kurang lebih Ha. Kawasan resapan air sebagian Gunung Lanjut seluas kurang lebih 890 Ha. Kawasan resapan air di Kecamatan Singkep Selatan seluas kurang lebih 100 Ha. dan Kawasan resapan air di Kecamatan Singkep Barat seluas kurang lebih Ha meliputi kawasan resapan air Gunung Lanjut, Gunung Dadelang, dan Gunung Maninjang. Kawasan resapan air di Kecamatan Selayar seluas kurang lebih Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lingga meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sepadan kolong, kawasan sekitar mata air, kawasan hutan kota, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan. Kawasan sempadan pantai : Kabupaten Lingga terdiri dari pulau-pulau kecil dan pantai. Garis pantai yang ada harus dipertahankan kondisinya terutama pada daerah-daerah rawan abrasi yang berhadapan langsung ke laut lepas atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan manusia sehingga penetapan sempadan pantai menjadi sangat penting bagi kelestarian ekonsistem pantai dan laut. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi pantai, memiliki kriteria tertentu. Kawasan sempadan sungai : Kabupaten Lingga memiliki 25 sungai yang tersebar di 2 pulau yakni di Lingga dan Singkep. Sungai-sungai pada pulau-pulau tersebut perlu dilindungi dengan pembentukan sempadan sungai yang sesuai dengan kondisi fisiknya masing-masing. Berdasarkan Sistem DAS, Kabupaten Lingga terbagi menjadi DAS Daik, DAS Nerekeh, DAS Panggak, DAS Tanda, DAS Keton, DAS Sungai Pinang. II.12

13 Kawasan sepadan kolong : RPJMD KABUPATEN LINGGA Penetapan kawasan sempadan kolong bertujuan untuk melindungi sumber air baku dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik pinggir kolong dan dasar kolong. Di Pulau Singkep terdapat banyak kolong yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber air baku bagi pelayanan kebutuhan air minum. Kawasan sekitar mata air : Tujuan penetapan ruang sempadan mata air adalah untuk melindungi mata air atau sumber air baku dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik mata air di Kabupaten Lingga terdapat sumber mata air yang menjadi air baku bagi kebutuhan air bersih yang terdapat di: Kecamatan Singkep Pesisir di Desa Kote. Kecamatan Singkep Selatan di Desa Marok Kecil. Kecamatan Lingga di Desa Merawang. Kecamatan Lingga Barat di Desa Penuba. Kecamatan Lingga Timur di Desa Keton, Desa Sungai Pinang, dan Desa Kudung. Kecamatan Lingga Utara di Desa Bukit Harapan, Desa Resun, Desa Limbung, dan Desa Teluk. Kawasan hutan kota : Kawasan hutan Kota di Kabupaten Lingga akan dikembangkan sebagai Kebun Raya Kabupaten Lingga. Kebun Raya ini akan dikembangkan di Kecamatan Lingga di sekitar kawasan pusat pemerintahan Kabupetan Lingga dan Hutan Lindung Gunung Daik dengan luas Ha. Selain itu, hutan kota juga akan dikembangkan di Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih 80 Ha dan Kecamatan Singkep Pesisir dengan luas kurang lebih 230 Ha. Total luas kawasan Hutan kota yang akan dikembangkan di Kabupaten Lingga direncanakan seluas Ha. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan: Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan dikembangkan sebagaimana tertuang dalam amanat Undang-undang penataan ruang bahwa 30 % dari luas kawasan permukiman perkotaan akan dikembangkan sebagai RTH yang terdiri dari 20 % RTH Publik dan 10% RTH privat. II.13

14 4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lingga meliputi Kawasan Pantai Berhutan Bakau dan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan. Kawasan Pantai Berhutan Bakau: Ekosistem hutan bakau merupakan salah satu ekosistem yang dominan dan memiliki peranan yang penting mengingat fungsinya sebagai penjaga kestabilan sumberdaya hayati di wilayah peisisir. Kawasan ini berperan dalam pengasuhan dan pemijahan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi, dan penyerap bahan tercemar. Sebagian dari hutan bakau di Kabupaten Lingga tersebut diarahkan untuk dimasukkan dalam kategori Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas dan fungsi pariwisata alam. Alokasi hutan bakau yang ada di Kabupaten Lingga adalah: Pulau Lingga: (a) Pesisir Barat Tanjung Menagun Kecamatan Lingga. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi dan pariwisata, (b) Teluk Pancur, Kecamatan Lingga Utara. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan pariwisata, dan (c) Teluk Tengkis, Kecamatan Lingga dan Lingga Utara. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi dan pariwisata. Pulau Singkep: (a) Pesisir Barat Selat Sebayur Kecamatan Singkep Barat. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan pariwisata, (b) Pesisir Barat Genting-Panggak-Ponok Kecamatan Singkep Barat. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan pariwisata, (c) Pesisir Teluk Baruk Kecamatan Singkep Barat. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan pariwisata, dan (d) Hutan bakau yang terdapat di Pulau Singkep merupakan Hutan Tanaman Rakyat. Pulau-pulau lainnya: (a) Pulau Bakung Kecamatan Senayang. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan pariwisata, (b) Pesisir Pulau Sebangka Kecamatan Senayang. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan dan pariwisata, dan (c) Pulau-Pulau kecil lainnya fungsi dan pemanfaatan hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan dan pariwisata. II.14

15 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan cagar alam budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Termasuk dalam kawasan ini adalah kawasan peninggalan sejarah dan budaya serta perkampungan tua, antara lain kawasan sejarah Melayu di Daik Lingga. Berdasarkan kondisi eksisting terdapat situs peninggalan sejarah yang ditetapkan sebagai kawasan lindung cagar budaya adalah: (1) Kawasan Damnah Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 126 Ha dan (2) Kawasan Pulau Mepar Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 7 Ha. Selain itu juga, di Kabupaten Lingga terdapat kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang lainnya, yaitu kawasan lindung budaya Komunitas Adat Terpencil (KAT). Komunitas Adat Terpencil (KAT) ini terdapat di: (a) KAT di Kecamatan Senayang meliputi Kelurahan Senayang (Pulau Akat, Pulau Kongki, Pulau Buluh, Dusun Ponggok, Pulau Mensemut, dan Ujung Beting) Desa Temiang (Dusun Lemoi, Pulau Senang, dan Pasir Gajah), Desa Tanjung Kelit (Dusun Linau, Dusun Air Batu, Pulau Mengkuang, dan Dusun Kerakap), Desa Pulau Medang (Dusun Terikeh), Desa Pasir Panjang. (b) KAT di Kecamatan Lingga Utara di Kelurahan Pancur, Desa Teluk, dan Desa Limbung, (c) KAT di Kecamatan Selayar terdapat di Desa Penuba (Pulau Lipan), (d) KAT di Kecamatan Lingga terdapat di Desa Kelumu dan Desa Mentuda dan (e) KAT di Kecamatan Singkep Barat terdapat di Desa Sungai Buluh. 5. Kawasan Rawan Bencana Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi geoligi dan morfologi ruang, kawasan rawan bencana di Kabupaten Lingga meliputi: Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah dan Tanah Longsor. Kawasan rawan bencana gerakan tanah dan longsor yang teridentifikasi di Kabupaten Lingga adalah : (a) Kecamatan Lingga di sekitar Desa Kelumu, Desa Mentuda, Desa Panggak Darat, Desa Mepar, Desa Merawang, dan Kelurahan II.15

16 Daik, (b) Kecamatan Lingga Timur di sekitar Desa Pekaka, (c) Kecamatan Lingga Utara di sekitar Desa Bukit Harapan, Desa Resun, Desa Linau, dan Desa Limbung, dan (d) Kecamatan Senayang di sekitar Desa Cempa, Desa Laboh, dan Kelurahan Senayang. Kawasan Rawan Bencana Banjir Kawasan rawan bencana banjir yang teridentifikasi di Kabupaten Lingga adalah (a) Kawasan rawan bencana banjir Kelurahan Daik, Desa Merawang, Desa Nerekeh, Desa Panggak Laut, dan Desa Musai terletak di Kecamatan Lingga, (b) Kawasan rawan bencana banjir Kelurahan Dabo dan Kelurahan Dabo Lama terletak di Kecamatan Singkep, (c) Kawasan rawan bencana banjir Resun, Sungai Besar dan sekitarnya terletak di Kecamatan Lingga Utara, dan (d) Kawasan rawan bencana banjir Desa Sungai Raya terletak di Kecamatan Singkep Barat. Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang dan Abrasi Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi pantai yang teridentifikasi di Kabupaten Lingga adalah (a) Kawasan pesisir dan sepanjang pantai Desa Tanjung Harapan Dabo Lama Desa Batu Berdaun, (b) Kawasan pesisir dan sepanjang pantai Desa Berindat Desa Persing - Desa Lanjut Desa Sedamai Desa Kote Desa Pelakak terletak di Kecamatan Singkep Pesisir, (c) Kawasan pesisir dan sepanjang pantai di Kecamatan Senayang dan (d) Kawasan pesisir dan sepanjang pantai di kecamatan Lingga Utara ( pesisir dan sepanjang pantai desa Teregeh, Sasah, Tanjung Awak dan Sungai Nona). 6. Kawasan Lindung Lainnya Kawasan lindung lainnya sebagaimana arahan dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau, antara lain kawasan terumbu karang dan pulau-pulau yang memiliki luas sangat kecil. Kawasan lindung pulau-pulau kecil direncanakan di Kabupaten Lingga seluas lebih kurang 950 Ha. II.16

17 b. Kawasan Budidaya 1. Kawasan Hutan Produksi RPJMD KABUPATEN LINGGA Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan memiliki fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Kawasan ini di Kabupaten Lingga terdiri dari Hutan produksi terbatas dan Hutan produksi terbatas yang dapat dikonversi. Areal hutan produksi terbatas di Kabupaten Lingga direncanakan seluas kurang lebih Ha dengan rincian sebagai berikut: Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih ha, Kecamatan Singkep Pesisir dengan luas ha, Kecamatan Singkep Selatan dengan luas ha, Kecamatan Lingga dengan luas ha, Kecamatan Lingga Timur dengan luas + 20 ha, Kecamatan Selayar dengan luas + 20 ha, Kecamatan Lingga Utara dengan luas ha, Kecamatan Senayang dengan luas ha. Kecamatan Singkep Barat dengan luas ha. Sedangkan areal hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten Lingga, direncanakan seluas kurang lebih Ha dengan rincian sebagai berikut: Kecamatan Lingga Timur dengan luas Ha Kecamatan Lingga Utara dengan luas Ha, Kecamatan Senayang dengan luas Ha. 2. Kawasan Hutan Rakyat Kawasan hutan rakyat berfungsi dalam menanggulangi lahan kritis, konservasi lahan, perlindungan hutan, juga sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan dengan memperdayakan masyarakat setempat. Berdasarkan usulan paduserasi Provinsi Kepulauan Riau dan hasil analisis kesesuaian lahan, Hutan Rakyat (HTR) di Kabupaten Lingga akan dikembangkan dengan luas kurang lebih Ha dengan rincian penyebaran sebagai berikut: Kecamatan Lingga dengan luas Ha; Kecamatan Lingga Timur dengan luas Ha; II.17

18 Kecamatan Selayar dengan luas + 50 Ha; Kecamatan Lingga Utara dengan luas Ha; Kecamatan Senayang dengan luas Ha; Kecamatan Singkep Selatan dengan luas Ha; Kecamatan Singkep Barat dengan luas Ha. 3. Kawasan Peruntukan Pertanian (a) Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Lingga direncanakan seluas Ha, meliputi: Kecamatan Lingga seluas Ha. Kecamatan Lingga Timur seluas Ha Kecamatan Lingga Utara seluas Ha Kecamatan Singkep Barat seluas Ha (b) Kawasan Peruntukan Hortikultura Pengembangan kawasan pertanian hortikultura di Kabupaten Lingga direncanakan seluas kurang lebih Ha dengan rincian sebagai berikut: Kecamatan Lingga Utara di Belungkur Tebing Sambau Sungai Nona Tengkis seluas Ha. Kecamatan Lingga seluas + 90 Ha. Kecamatan Lingga Timur di Kudung- Sungai Pinang seluas Ha. Singkep Barat seluas Ha. (c) Kawasan Peruntukan Perkebunan Rencana pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten Lingga meliputi areal seluas kurang lebih Ha yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Prioritas pengembangan kawasan perkebunan di masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut: Kecamatan Singkep Barat dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah Karet, Kelapa, Lada, dan Gaharu dengan luas lahan Ha. II.18

19 Kecamatan Singkep dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet dan kelapa, dengan luas lahan Ha. Kecamatan Singkep Pesisir dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet, dengan laus lahan Ha. Kecamatan Singkep Selatan dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet dan kelapa seluas Ha. Kecamatan Lingga dikembangkan untuk perkebunan dengan luas Ha. Kecamatan Lingga Timur (Kudung Sungai Pinang) dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet dan sagu seluas Ha. Kecamatan Lingga Utara dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet seluas Ha. Kecamatan Selayar dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama karet seluas Ha. Kecamatan Senayang (Pulau Sebangka - Pulau Bakung Pulau Temiang) dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet dan kelapa dengan luas lahan Ha. (d) Kawasan Peruntukan Peternakan Pengembangan Kawasan peternakan dibagi berdasarkan peruntukan skala agribisnis dan skala peternakan rakyat (backyard farming). Rencana pengembangan kawasan peternakan berskala agribisnis di Kecamatan Senayang (Pulau Buaya dan Pulau Mabong) yang akan didorong sebagai kawasan peternakan terpadu (KUNAK) dan akan dilengkapi dengan saranaprasarana pendukung pengembangan peternakan. Kawasan peternakan yang dialokasikan di Kabupaten Lingga secara keseluruhan adalah seluas kurang lebih Ha dengan pola penyebaran sebagai berikut: Kecamatan Lingga Utara dikembangkan untuk peternakan seluas + 30 Ha, dengan komoditas ternak sapi dan kambing. Kecamatan Senayang dikembangkan untuk peternakan seluas Ha, dengan komoditas ternak sapi dan kambing. II.19

20 Kecamatan Singkep Barat dikembangkan untuk peternakan seluas Ha, dengan komoditas sapi, kambing, ayam kampung, dan ayam ras. Kecamatan Singkep Selatan dikembangkan untuk peternakan seluas Ha, dengan komoditas sapi, ayam ras, dan kambing. 4. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan peruntukan perikanan darat di Kabupaten Lingga berupa kawasan peruntukan perikanan budidaya (tambak/air tawar) dan kawasan peruntukan pengembangan pelabuhan perikanan berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). (a) Kawasan Peruntukan Perikanan Budidaya Tambak/Air Tawar Rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya tambak/air tawar di Kabupaten Lingga direncanakan seluas kurang lebih Ha dengan rincian sebagai berikut: Kecamatan Lingga Timur seluas Ha. Kecamatan Selayar seluas Ha Kecamatan Lingga Utara seluas + 90 Ha Kecamatan Senayang seluas + 50 Ha Kecamatan Singkep Barat seluas Ha Kecamatan Singkep Selatan seluas Ha (b) Kawasan Peruntukan Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan ( PPI ) Rencana pengembangan pelabuhan perikanan di Kabupaten Lingga berdasarkan arahan dari RTRW Provinsi Kepulauan Riau adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) melayani kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT dan menampung 20 buah kapal atau 60 GT kapal perikanan sekaligus. Sesuai dengan arahan Kementerian Kelautan, rencana pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) terletak di: Tajur Biru Kecamatan Senayang Rejai Kecamatan Senayang Senayang Kecamatan Senayang Singkep Kecamatan Singkep Penuba Kecamatan Selayar II.20

21 Pulau Mas Kecamatan Singkep Barat Desa Teluk Kecamatan Lingga Utara 5. Kawasan Peruntukan Industri Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Lingga diintegrasikan dengan rencana pengembangan pelabuhan serta mempertimbangkan ketersediaan bahan baku yang ada di Kabupaten Lingga. Rencana pengembangan kawasan industri di Kabupaten Lingga meliputi kawasan industri besar, kawasan industri kecil dan kawasan industri mikro seluas kurang lebih 460 Ha dengan penyebaran sebagai berikut. (a) Kawasan industri besar meliputi : Kawasan industri Sungai Tenam di Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 160 Ha yang terintegrasi dengan pergudangan dan pelabuhan Sungai Tenam. Kawasan industri Marok Tua Kecamatan Singkep Barat seluas kurang lebih 300 Ha yang terintegrasi dengan pergudangan dan pelabuhan Marok Tua sebagai pintu/gate sumatera (Jambi). (b) Kawasan industri kecil berupa industri sagu di Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Timur, dan Kecamatan Lingga Utara. (c) Kawasan industri mikro berupa industri rumah tangga yang tersebar di lingkungan permukiman di Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Timur, Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep Selatan, Kecamatan Singkep Barat, dan Kecamatan Senayang. 6. Kawasan Peruntukan Pariwisata Luas kawasan pariwisata yang akan dikembangkan untuk mendukung struktur perekonomian Kabupaten Lingga pada masa yang akan datang kurang lebih seluas Ha dengan rincian sebagai berikut: Kecamatan Singkep seluas Ha Kecamatan Singkep Pesisir seluas Ha. Kecamatan Singkep Barat seluas + 50 Ha II.21

22 Kecamatan Singkep Selatan seluas + 30 Ha Kecamatan Lingga seluas Ha Kecamatan Lingga Timur seluas + 50 Ha. Kecamatan Lingga Utara seluas Ha Kecamatan Selayar seluas + 40 Ha Kecamatan Senayang seluas Ha 7. Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan Permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi permukiman penduduk diluar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan. Pengembangan kawasan permukiman direncanakan seluas kurang lebih Ha, meliputi: (a) Kawasan Permukiman Perkotaan Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di wilayah Kabupaten Lingga sampai dengan akhir tahun perencanaan seluas kurang lebih Ha yang tersebar di wilayah Kecamatan Lingga, Lingga Timur, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep Barat, dan Kecamatan Senayang, dengan rincian sebagai berikut: Rencana permukiman perkotaan Daik dan Kota Baru Sungai Tenam terletak di Kecamatan Lingga seluas Ha. Rencana permukiman perkotaan Sungai Pinang terletak di Kecamatan Lingga Timur seluas Ha. Rencana permukiman perkotaan Dabo terletak di Kecamatan Singkep seluas Ha. Rencana permukiman perkotaan Lanjut di Kecamatan Singkep Pesisir seluas Ha. Rencana permukiman perkotaan Pancur terletak di Kecamatan Lingga Utara seluas Ha. Rencana permukiman perkotaan Senayang dan Rejai terletak di Kecamatan Senayang seluas Ha. II.22

23 Rencana permukiman perkotaan Marok Tua terletak di Kecamatan Singkep Barat seluas Ha. (b) Kawasan Permukiman Pedesaan Pengembangan permukiman pedesaan di Kabupaten Lingga sampai dengan akhir tahun perencanaan dikembangkan seluas kurang lebih Ha yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Penyebaran permukiman pedesaan direncanakan sebagai berikut: Kecamatan Lingga: Desa Pekajang, Desa Kelumu, Desa Mepar, Desa Mentuda, Desa Kelombok, dan Desa Musai dengan luas Ha. Kecamatan Lingga Timur: Desa Kerandin, Desa Pekaka, Desa Keton, Desa Bukit Langkap dan Desa Kudung dengan luas Ha. Kecamatan Lingga Utara: Desa Sekanah, Desa Limbung, Desa Resun, Desa Bukit Harapan, Desa Linau dan Desa Teluk dengan luas Ha. Kecamatan Selayar: Desa Penuba, Desa Selayar, Desa Pantai Harapan dan Desa Penuba Timur dengan luas Ha. Kecamatan Singkep: Desa Batu Berdaun dengan luas Ha. Kecamatan Singkep Pesisir: Desa Berindat, Desa Persing, Desa Lanjut, Desa Kote, dan Desa Sedamai dengan luas Ha. Kecamatan Singkep Selatan: Desa Marok Kecil dan Desa Berhala dengan luas Ha. Kecamatan Singkep Barat: Desa Marok Tua, Desa Sungai Buluh, Desa Kuala Raya, Desa Bakong, Desa Posek, Desa Jagoh dan Desa Sungai Raya dengan luas Ha. Kecamatan Senayang: Desa Mamut, Desa Rejai, Desa Pasir Panjang, Desa Temiang, Desa Pulau Medang, Desa Tanjung Kelit, Desa Batu Belubang, Desa Pulau Batang, Desa Mesanak, dan Desa Benan dengan luas kurang lebih Ha. 8. Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan lainnya adalah kawasan yang peruntukan dan pemanfaatan ruangnya disebutkan dalam Permen Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan II.23

24 Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah berupa: Kawasan Pertahanan dan Kawasan Pusat Pemerintahan. (a) Kawasan Pusat Pemerintahan Pengembangan perkantoran pemerintah di Kabupaten Lingga dikembangkan di Daik dengan luas lahan kurang lebih 121 Ha. Kantor-kantor pemerintah yang saat ini berada tersebar di berbagai lokasi, secara bertahap akan dipindahkan ke Kawasan Perkantoran Pemerintah di bukit Kanti dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara terintegrasi, efektif dan efisien. Kantor-kantor pada lokasi di luar Kawasan Perkantoran Pemerintahan masih dimungkinkan karena pertimbangan tertentu, misalnya terkait dengan bidang kelautan dan perikanan, atau bidangbidang lainnya, sejauh tidak berada pada kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Lindung dan/atau kawasan rawan bencana. (b) Kawasan Pertahanan dan Keamanan Kawasan militer Lanal merupakan kawasan khusus untuk kepentingan pertahanan dan keamanan karena didalamnya terdapat berbagai instalasi penting. Dengan demikian, maka kawasan ini perlu ditetapkan sebagai kawasan khusus. Adapun kawasan pertahanan negara di Kabupaten Lingga meliputi: Lanal terletak di Kecamatan Singkep dengan luas lahan kurang lebih 3 Ha; Polres terletak di Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih 2 Ha; dan Kodim terletak di Kecamatan Lingga dengan luas kurang lebih 2 Ha. (c) Kawasan Potensi Pertambangan Kawasan potensi tambang merupakan lahan yang diindikasikan memiliki kandungan sumber daya tambang migas, mineral logam, mineral bukan logam dan batuan. Kabupaten Lingga memiliki potensi sumber daya tambang mineral bukan logam dan batuan yang tersebar di setiap kecamatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan di Kabupaten. 2) Rencana Pola Ruang Laut Pengelolaan wilayah laut tidak disajikan pada bagian ini sebab masih berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang II.24

25 Wilayah Kabupaten Lingga Tahun , dimana pengelolaan kawasan 0 (nol) sampai dengan 4 (empat) mil laut merupakan wewenang kabupaten/kota, 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil laut menjadi kewenangan provinsi dan diatas 12 (dua belas) mil laut merupakan kewenangan pemerintah pusat. Dengan demikian belum berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa pengelolaan kawasan laut mulai dari 0 sampai 12 mil merupakan kewenangan provinsi dan diatas 12 mil merupakan kewenangan pemerintah pusat. Berikut ini disajikan peta pola dan struktur ruang Kabupaten Lingga berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lingga Tahun untuk melengkapi penjelasan rencana pemanfaatan ruang. Gambar. G-II.3 Peta Pola Ruang Kabupaten Lingga Sumber : RTRW Kab. Lingga, II.25

26 Sedangkan Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Lingga meliputi rencana sistem pusat kegiatan, dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana pusat kegiatan terdiri dari sistem perkotaan dan sistem perdesaan. Sedangkan sistem jaringan prasarana wilayah terdiri dari (i) Sistem prasarana utama yang meliputi jaringan transportasi darat, laut dan udara; (ii) Sistem prasarana lainnya yang meliputi rencana sistem jaringan energi, rencana sistem jaringan telekomunikasi, rencana sistem jaringan sumber daya air, dan rencana sistem jaringan prasarana lainnya. Adapun peta struktur ruang Kabupaten Lingga terlihat sebagai berikut: Gambar. G-II.4 Peta Struktur Ruang Kabupaten Lingga Sumber : RTRW Kab. Lingga ) Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kabupaten Lingga 1.1) Rencana Sistem Perkotaan A. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) II.26

27 Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah di Kabupaten Lingga dilakukan dengan merujuk pada rencana sistem perkotaan nasional yang tertuang didalam RTRWN. Dalam sistem perkotaan nasional Daik Lingga dan Dabo Pulau Singkep ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) tahap pengembangan ke II dengan mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi. Berkaitan dengan hal tersebut maka peran kedua kawasan perkotaan tersebut diharapkan dapat berperan: Sebagai simpul kedua kegiatan ekspor impor yang mendukung PKN di Batam; Sebagai pusat kegiatan industri dan jasa serta pusat pengolahan/ pengumpulan barang di wilayahkabupaten dan sekitarnya dan/ atau melayani skala Provinsi Kepulauan Riau; Sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten di sekitarnya. B. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal merujuk pada sistem perkotaan yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau.Dalam sistem perkotaan wilayah Provinsi Kepulauan Riau, Senayang dan Pancur (Lingga Utara) ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).Dengan demikian diharapkan kedua kawasan perkotaan tersebut dapat berperan sebagai: Pusat pelayanan keuangan beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga. Pusat pengolahan/pengumpulan barang beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga. Simpul transportasi beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga. Jasa pemerintahan beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga. C. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Untuk menetapkan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dikabupaten Lingga, hal-hal yang mendasari antara lain Mempertimbangkan arahan PKW dan PKL sebagaimana tersebut diatas, sehingga penetapan PPK dapat mendukung pengembangan PKL maupun PKW yang sudah ditetapkan dalam rencana sistem perkotaan Nasional maupun sistem perkotaan di tingkat Provinsi. Dengan memperhatikan arahan PKW dan PKL sebagaimana tertuang didalam RTRWN dan RTRW Provinsi Kepulauan Riau, maka pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan II.27

28 diharapkan dapat mendukung pengembangan PKL di Senayang dan Pancur.Selain itu, pengembangan PPK khususnya di Pulau Singkep dan Pulau Lingga, diharapkan dapat menjadi pendukung pengembangan PKW di Dabo dan Daik. Berkaitan dengan beberapa hal tersebut diatas, maka Pusat Pelayanan Kawasanmerupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa dan juga mendukung pengembangan Pusat Kegiatan Lokal direncanakan sebagai berikut: 1. PPK Pulau Rejai (Kecamatan Senayang) Pengembangan Pulau Rejai diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan di bagian utara wilayah Kabupaten Lingga khususnya pada pusat pengembangan pulau-pulau kecil yang berbasis pada kelautan (wisata bahari, perikanan, pertanian). 2. PPK Sungai Tenam (Kecamatan Lingga) Keberadaan pelabuhan Sungai Tenam diharapkan dapat menjadi simpul transportasi yang menghubungkan pulau-pulau kecil di bagian utara wilayah Kabupaten Lingga dengan Pulau Lingga maupun Pulau Singkep. Dengan demikian, diharapkan pada simpul transportasi tersebut tumbuh perkotaan yang dapat menjadi Pusat Pelayanan Kawasan di wilayah sekitarnya yang berbasis pada pengembangan perdagangan jasa, pergudangan industri maritim, dan pemukiman baru. 3. PPK Marok Tua (Kecamatan Singkep Barat) Pengembangan Marok Tua sebagai Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat memperkecil kesenjangan pengembangan wilayah barat dan wilayah timur Pulau Singkep. Pengembangan Marok Tua diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kawasan dengan basis pengembangan sektor perkebunan, pertambangan, dan perikanan. Selain itu, pengembangan MarokTua juga dipersiapkan untuk mendorong pengembangan transportasi ke Provinsi Jambi. 4. PPK Sungai Pinang (Kecamatan Lingga Timur) Pengembangan Sungai Pinang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat memperkecil kesenjangan pengembangan wilayah timur Pulau Lingga. Pengembangan Sungai Pinang diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kawasan dengan basis pengembangan sektor perkebunan dan perikanan. II.28

29 1.2) Rencana Sistem Perdesaan RPJMD KABUPATEN LINGGA Rencana sistem perdesaan di wilayah Kabupaten Lingga merupakan penetapan Pusat Pelayanan Lingkungan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK yang ada di Kabupaten Lingga. 1) Pusat Pelayanan Lingkungan yang mendukung pengembangan PPK Pulau Rejai adalah sebagai berikut: a. PPL Cempaterletak di Kecamatan Senayang. b. PPL Tajur Biru (PulauTemiang) terletak dikecamatan Senayang. c. PPL Pulau Benan (pendukung pelayanan wisata) terletak di Kecamatan Senayang. 2) Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK Sungai Tenam adalah: a. PPL Penarik terletak di Kecamatan Lingga. b. PPL Centeng (pelayanan wisata,agropolitan) terletak di Kecamatan Lingga Utara. c. PPL Penuba (pelayanan perikanan)terletak di KecamatanSelayar. 3) Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK Marok Tua adalah: a. PPL Kuala Rayaterletak di Kecamatan Singkep Barat. b. PPL Jagoh terletak di Kecamatan Singkep Barat. c. PPL Resang terletak di Kecamatan Singkep Selatan. d. PPL Pulau Mas terletak di Kecamatan Singkep Barat. e. PPL Lanjut terletak di Kecamatan Singkep Pesisir. 4) Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK Sungai Pinang adalah PPL Centeng di Kecamatan Lingga Utara. 2) Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kabupaten Lingga 2.1) Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama Sistem jaringan prasarana utama merupakan pengembangan jaringan transportasiyeng meliputi sistem jaringan transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Pengembangan jaringan transportasi di Kabupaten Lingga menjadi sangat penting dalam II.29

30 upaya untuk mengembangkan wilayah kepulauan yang terdiri dari lautan dan daratan berupa pulau-pulau kecil dengan daya dukung terbatas. Faktor yang memegang peranan penting dalam perencanaan transportasi adalah unsur yang mempengaruhi pola pergerakan penduduk yaitu sistem kegiatan penduduk. Pengembangan sistem jaringan transportasi diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi terhadap pusat-pusat kegiatan dan pusat-pusat pelayanan, baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Lingga yang dilakukan dengan cara meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan udara. Sistem jaringan transportasi Kabupaten Lingga yang direncanakan mencakup Sistem Jaringan Transportasi Darat, Sistem Jaringan Transportasi Udara dan Sistem Jaringan Transportasi Laut. Ketiga sistem jaringan tersebut akan menentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Lingga sampai tahun 2030, karena faktor yang paling menentukan dalam pembentukan struktur wilayah Kabupaten Lingga yang berupa kepulauan adalah jaringan transportasi, khususnya jaringan transportasi laut dan transportasi darat. Secara mendetail sistem jaringan transportasi dapat dilihat pada bab 3 RTRW Kabupaten Lingga pada Struktur Ruang. 2.2) Rencana Sistem Prasarana Lainnya A. Rencana Sistem Jaringan Energi Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten Lingga meliputi jaringan minyak bumi dan gas; jaringan transmisi tenaga listrik; dan pembangkit tenaga listrik. Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten Lingga bertujuan : 1. Menyediakan tenaga listrik yang terjamin keandalan dan kesinambungan penyediaannya dalan rangka penunjang kegiatan di seluruh wilayah kabupaten Lingga. 2. Melaksanakan pemanfaatan energi gas maupun minyak untuk kebutuhan rumah tangga, industri,dan transportasi. I. Rencana Jaringan Minyak Bumi dan Gas Rencana fasilitas stasiun pengisian bahan bakar gas untuk kebutuhan rumah tangga akan dikembangkan di Sungai Tenam (Kecamatan Lingga) dan Dabo (Kecamatan Singkep). Sedangkan Rencana pengisian bahan bakar untuk transportasi akan II.30

31 dikembangkan di Dusun Penarik Desa Kelumu (Kecamatan Lingga), Desa Sungai Buluh (Kecamatan Singkep Barat), dan Pulau Sebangka (Kecamatan Senayang). II. Rencana Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Kebutuhan listrik di Kabupaten Lingga diperhitungkan berdasarkan kebutuhan listrik untuk rumah tangga, sarana pelayanan umum, dan penerangan jalan. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan listrik sampai dengan tahun perencanaan 2031 adalah kw yang meliputi listrik untuk rumah tangga sebesar 116,170 KW, listrik untuk sarana pelayanan umum sebesar 29,043 KW dan listrik untuk penerangan jalan sebesar 17,426 KW. Kondisi geografis Kabupaten Lingga yang berupa kepulauan menuntut perencanaan sistem pembangkit listrik yang efisien. Kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil untuk menunjang pengembangan kegiatan yang direncanakan pada pulau tersebut akan dipenuhi dengan pola pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel(PLTD). Berdasarkan perhitungan kebutuhan listrik sebagaimanatersebut diatas, maka untuk pembangkit listrik direncanakan sebagai berikut: 1. Pulau Lingga akan menggunakan PLTD dengan kapasitas 10 MW sejumlah 7 unit yang akan ditempatkan di Desa Sungai Pinang, Kelurahan Daik, Desa Limbung, Sungai TenamDesa Mentuda, Desa Penuba, Desa Kerandin, dan Kelurahan Pancur. Di Pulau Lingga terdapat potensi sumber airyang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sistem Pembangkit Tenaga Listrik Min Hidro (PLMNH) di Sungai Jelutung dengan kapasitas 1,5 Mw. 2. Pulau Singkep diperlukan 10 unit PLTD dengan kapasitas masing-masing pembangkit 10 MW. yang akan ditempatkan di Kelurahan Dabo, Desa Marok tua, Desa Marok Kecil, dan Desa Bakong. Selain itu, di Pulau Singkep (Desa Jagoh-Kecamatan Singkep Barat) juga akan dikembangkan Pembangit Listrik Tenaga Gasifikasi Batubara (PLTGB) dengan kapasitas 2 x 3 Mw. 3. Pulau Sebangka diperlukan 3 unit PLTD dengan kapasitas masing-masing pembangkit 10 Mw yang akan ditempatkan di Pulau Senayang. 4. Pada pulau-pulau kecil yang akan dikembangkan untuk kawasan permukiman dan wisata yang meliputi Pulau Benan, Pulau Bakung, dan Pulau Cempa masing-masing akan dilayani oleh 2 unit PLTD dengan kapasitas 5 Mw. Selain itu juga akan dikembangkan pembangkit listrik alternatif tenaga surya dengan skala kecil untuk II.31

32 kebutuhan penerangan rumah tangga, penerangan jalan, dan energi untuk menara telekomunikasi serta kebutuhan kebutuhan skala kecil lainnya. B. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi 1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Kabel Pengembangan jaringan telepon kabel, harus dikembangkan secara bertahap dan ekonomis sesuai dengan kebutuhan serta arah pengembangan wilayah terutama kawasan yang di tetapkan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL) serta pusat pelayanan kawasan (PPK). Pada tahun akhir perencanaan (tahun 2031) kebutuhan mencapai sambungan dengan kebutuhan 116 Rumah Kabel dan 9 unit STO. 2. Pengembangan Sistem Jaringan Nirkabel Pengembangan jaringan telekomunikasi di pulau-pulau kecil akan dikembangkan dengan jaringan telepon nirkabel melalui pengembangan menara BTS yang tersebar dan menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Lingga.Rencana pengembangan BTS di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut: a. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga meliputi Daik sebanyak 3 (tiga) BTS, Musai sebanyak 2 (dua) BTS, Panggak Darat sebanyak 2 (dua) BTS, Mepar sebanyak 2 (dua) BTS, Mentuda sebanyak 2 (dua) BTS), Pekajang, dan Kelumu. b. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Utara meliputi Bukit Harapan sebanyak 2 (dua) BTS, Pancur sebanyak 3 (tiga) BTS, Resun, Sungai Besar, Teluk, dan Limbung. c. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Timur berada di Sungai Pinang dan Kudung. d. Pengembangan BTS di Kecamatan Selayar berada di Pulau Selayar. e. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep meliputi Dabo sebanyak 4 (empat) BTS dan Batu Berdaun sebanyak 3 (tiga) BTS. f. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Barat meliputi Jagoh sebanyak 3 (tiga) BTS, Raya sebanyak 3 (tiga) BTS, Marok Tua sebanyak 3 (tiga) BTS, Sungai Harapan sebanyak 2 (dua) BTS, Sungai Buluh, Tinjul, dan Posek. g. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Pesisir meliputi Persing sebanyak 2 (dua) BTS dan Kote. h. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Selatan berada di Berhala dan Marok Kecil (Resang). II.32

33 i. Pengembangan BTS di Kecamatan Senayang meliputi Pulau Senayang sebanyak 2 (dua) BTS, Penaah sebanyak 2 (dua) BTS berada di Pulau Buluh dan Pulau Kongki Besar, Cempa, Rejai, Benan, Mensanak, Pulau Bukit, Tajur Biru, Pulau Kentar, Pasir Panjang, Mamut, Batu Berlobang, Baran, Pulau Batang, dan Temiang. C. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Rencana sistem jaringan sumber daya air dikembangkan yang terdiri atas: Daerah Aliran Sungai (DAS), Prasarana Air Baku untuk Air Bersih, dan Sistem Pengendalian B. I. Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah aliran sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Lingga terdiri dari DAS Bakung, DAS Cikasim, DAS Daik, DAS Jelutung, DAS Kelumu, DAS Keton, DAS Langkap, DAS Limas, DAS Marok Tua, DAS Mengkuding, DAS Mentuda, DAS Nerekeh, DAS Pancur, DAS Panggak Darat, DAS Petengah, DAS Resun, DAS Selayar, DAS Senayang, DAS Serak, DAS Sergang, DAS Sungai Besar, DAS Sungai Pinang, DAS Tanda, dan DAS Temiang. II. Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih Pada saat ini pelayanan kebutuhan air minum perpipaan didapat dari sumber mata air yang terdapat di Pulau Lingga dan Pulau Singkep. Untuk memenuhi kebutuhan air minum yang lebih besar sampai dengan akhir tahun perencanaan maka akan di kembangkan sistem pengolahan air bersih dengan memanfaatkan air sungai Daik dan sumber air baku dari kolong yang banyak terdapat di Pulau Singkep. Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata air yang terdapat di Wilayah Kabupaten Lingga umumnya dijumpai di sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan dan mempunyai penyebaran tidak merata. Sumber mata air di wilayah Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut: Gunung Muncung Kecamatan Singkep; Cenot Kecamatan Lingga; Bukit Raja Kecamatan Lingga Utara; Limbung Kecamatan Lingga Utara; Sungai Kerandin Kecamatan Lingga Timur; Kudung Kecamatan Lingga Timur; Sungai Pinang Kecamatan Lingga Timur; Tebing Kecamatan Lingga Utara; Sumber Mata Air Gunung Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir; Gunung Daik Kecamatan Lingga; mata air terjun Ciklatip Kecamatan Singkep Barat; mata air terjun Resun Kecamatan Lingga Utara; Tanjung Keriting Kecamatan Lingga Timur; Gunung Tunggal Kecamatan Singkep Barat; Gemuruh Kecamatan Singkep; Sungai Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir; Sungai Ulu Medap Kecamatan Lingga Utara; Sungai Tanjung Gantung II.33

34 Kecamatan Senayang; Tanah Tinggi Kecamatan Selayar; dan Bukit Selayar Kecamatan Selayar; kolong Berindat di Kecamatan Singkep Pesisir; kolong Pasir Kuning di Kecamatan Singkep; kolong Serayak di Kecamatan Singkep Selatan; kolong Sungai Kerekel di Kecamatan Singkep Selatan; kolong Marok Tua di Kecamatan Singkep Barat; dan kolong Tanah Sejuk terletak di Kecamatan Singkep Potensi Pengembangan Wilayah Kabupaten Lingga memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan demi kesejahteraan masyarakat serta kemajuan pembangunan Kabupaten Lingga itu sendiri, salah satunya adalah potensi sektor pertanian. Luas wilayah daratan Kab. Lingga yang mencapai 2.117,72 KM² ( Ha) meskipun hanya sekitar 1% dari total luas Kab. Lingga, namun merupakan lahan yang cukup subur dan potensial yang sangat prospektif untuk dikembangkan menjadi wilayah sentra produksi bagi produk pangan dan pertanian. Dari data yang ada diketahui bahwa lahan yang dapat digunakan sebagai area pertanian, perkebunan dan penggembalaan ternak tidak kurang dari Ha, sedangkan yang telah dimanfaatkan (tradisional) kurang dari 25 % ( Ha). Potensi lahan pertanian terdiri potensi lahan sawah seluas ha, potensi lahan bukan sawah (lahan kering) perkebunan seluas ha dan potensi lahan pertanian seluas ha. Untuk pertanian tanaman pangan yang terdiri dari tanaman palawija dan hortikultura, telah dikembangkan oleh masyarakat untuk keperluan pasar lokal maupun dipasarkan keluar daerah Kabupaten Lingga. Untuk tanaman pangan jenis komoditi ubi kayu merupakan unggulan daerah dengan luas tanam 200,50 ha dan produksi sebanyak 4.253,69 ton. Kemudian diikuti oleh jagung seluas 150,5 ha dengan produksi sebanyak 743,96 ton dan ubi jalar seluas 82,6 ha dengan produksi sebanyak 779,73 ton. Pada sektor komoditas sayur-sayuran, luas tanam sayur-sayuran pada tahun 2015 seluas 160 ha dengan rata-rata produksi sebanyak 1.615,3 ton/ha. Rata-rata produksi sayursayuran terbesar adalah Kangkung dengan luas tanam 39 ha dan rata-rata produksi sebanyak 510,3 ton/ha. Kedua adalah Bayam dengan luas tanam 39 ha dan rata-rata produksi sebanyak 304,9 ton/ha. Dan ketiga adalah Petai/Sawi dengan luas tanam 20 ha dan rata-rata produksi sebanyak 240,9 ton/ha. Sebaliknya produksi terendah adalah terung yaitu 22 ton. Beberapa kendala yang dihadapi para petani selain disebabkan kendala produksi adalah II.34

35 karena sulitnya pemasaran produk hasil pertanian. Meskipun demikian upaya peningkatan dan pengembangan produktivitas sayur-mayur di Kabupaten Lingga terus dilaksanakan. Beberapa produksi buah-buahan di Kabupaten Lingga mempunyai potensi untuk dikembangkan di masa mendatang yaitu Pada tahun 2015, produksi buah pisang mencapai ton/tahun. Komoditas buah-buahan yang cukup berkembang adalah buah Durian, Pisang dan Nenas. Buah Durian mampu menghasilkan 1108 ton/tahun dan Pisang mampu menghasilkan 324 ton/tahun. Potensi perkebunan di Kabupaten Lingga didominasi oleh komoditas karet yang luas lahannya mencapai ,50 Ha dengan produksi yang dihasilkan seluruhnya adalah Ton pada tahun Potensi perkebunan lainnya yang menjadi unggulan yaitu Sagu dengan luas lahan perkebunan mencapai Ha dengan hasil produksi perkebunan seluruhnya sebanyak Ton/ Tahun. Kemudian Kelapa dengan luas lahan perkebunan mencapai Ha dengan hasil produksi perkebunan kelapa sebanyak 1.290,6 Ton.. Pada tahun 2013 pemerintah Kabupaten Lingga juga mulai mengembangkan tanaman Lada. Luas lahan yang telah digunakan sampai tahun 2015 seluas 148,5 Ha dan telah berproduksi sebesar 43,8 ton/ tahun. Tanaman lada terutama lada hitam saat ini menjadi primadona di Kabupaten Lingga mengingat nilai jual nya yang tinggi beriksar antara Rp Rp / Kg. Dan saampai sekarang kebanyakan lahan milik masyarakat telah berubah fungsi menjadi perkebunan lada hitam (sahang). Potensi peternakan juga memiliki peluang pengembangan yang cukup besar di Kabupaten Lingga. Pada tahun 2015, populasi ternak sapi dan kambing telah dihasilkan ekor sapi dan 896 ekor kambing dan telah tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lingga. Untuk jenis ternak kecil/unggas yaitu ayam kampung, ayam buras dan itik, populasinya menyebar diseluruh kecamatan dengan rincian populasi ayam kampung sebanyak ekor, ayam buras dan itik sebanyak ekor itik, sedangkan ayam ras pedaging populasinya sebanyak ekor, ayam ras petelur sebanyak ekor. Untuk potensi Potensi perikanan di Kabupaten Lingga didominasi oleh perikanan laut, baik itu penangkapan maupun budidaya laut (keramba jaring apung). Sektor perikanan laut merupakan sektor andalan di Kabupaten Lingga. Pada tahun 2012 sebesar ton meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi Tahun 2014, produksi Penangkapan sebanyak ton. Nilai produksi pada tahun 2011 sebesar II.35 Rp dan meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp meningkat lagi pada tahun 2013

36 menjadi Rp pada tahun 2014 kembali meningkat menjadi RP ,-. Untuk budidaya laut volume produksi tahun 2011 sebanyak 251 ton, meningkat pada tahun 2012 menjadi 330 ton dan pada tahun 2013 menjadi 292,72 ton dengan nilai produksi pada tahun 2011 sebesar Rp dan meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp menurun pada tahun 2013 menjadi Rp dan tahun 2014 meningkat menjadi 58,503 Ton dengan nilai produksi Rp ,-. Secara keseluruhan, volume produksi maupun nilai produksi perikanan di Kabupaten Lingga mengalami peningkatan pada tahun Meningkatnya hasil produksi perikanan di Kabupaten Lingga tidak bisa terlepas dari usaha Pemerintah Kabupaten Lingga dalam meningkatkan sarana dan prasarana sektor perikanan. Pada tahun 2013, jumlah armada kapal/perahu penangkapan ikan mencapai unit, terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak unit, perahu bermotor sebanyak 283 unit, dan perahu tempel sebanyak unit.untuk jumlah alat penangkap ikan mencapai unit terdiri dari lampara dasar sebanyak 14 unit, jaring insang sebanyak 1.459, jaring udang sebanyak 740, pancing ulur sebanyak 1.723, kelong bilis sebanyak 655, bubu sebanyak 1.305, jaring tamban sebanyak 285, dan lainnya sebanyak unit. Untuk pengembangan pariwisata dan panorama alam, Kabupaten Lingga mempunyai tempat-tempat peninggalan sejarah yang layak untuk pengembangan pariwisata dan panorama alam yang indah yang berbukit dan terjal. Daerah ini mempunyai nilai-nilai budaya sebagai inti peradaban masyarakat yang kuat yang dapat dijadikan objek wisata. Objek wisata di Kabupaten Lingga seluruhnya ada 95 objek wisata yang terdapat di Kecamatan Singkep 10 objek wisata, Singkep Barat 7 objek wisata, Lingga 35 objek wisata, Lingga Utara 3 objek wisata, Senayang 17 objek wisata, Singkep Selatan 2 objek wisata, Singkep Pesisir 8 objek wisata dan Lingga Timur 7 objek wisata. Selain potensi sumber daya alam Kabupaten Lingga tersebut, potensi pengembangan wilayah juga menjelaskan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Lingga yang merupakan peruntukan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Lingga untuk melaksanakan cita-cita pembangunan, yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya. II.36

37 Tabel T.II-6 Rencana Pola Ruang Kabupaten Lingga Tahun No POLA RUANG LINGGA LINGGA TIMUR LINGGA UTARA RINCIAN LUASAN TIAP KECAMATAN (Ha) SENAYANG SELAYAR SINGKEP TOTAL (Ha) I KAWASAN LINDUNG SINGKEP BARAT SINGKEP SELATAN Hutan Lindung Resapan Air Hutan Kota Kawasan Lindung Lainnya II KAWASAN BUDIDAYA Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Konversi Hutan Tanaman Rakyat Industri Pusat Pemerintah Pemukiman Perkotaan Pemukiman Pedesaan Perkebunan Perikanan Tanaman Pangan Hortikultura Peternakan Pariwisata TOTAL KAWASAN SINGKEP PESISIR II.37

38 Wilayah Rawan Bencana RPJMD KABUPATEN LINGGA Di beberapa wilayah Kabupaten Lingga yang meliputi Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta Kecamatan Singkep, terindikasi termasuk wilayah rawan bencana, terutama wilayah yang memiliki kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>36 0 ), ketinggian wilayah meter di atas permukaan laut, dan tingkat erosi sangat tinggi terutama erosi vertikalnya. Dengan rasio luas daratan 2.117,72 km 2 (1 %) dan lautan 209,654 km 2 (99%), dapat dipastikan ancaman abrasi laut didukung dengan perubahan cuaca yang ekstrim dapat saja terjadi. Aktivitas penambangan timah, pembabatan hutan dan pembangunan yang terus meningkat, akan menuntut dibukanya jaringan jalan lintas wilayah perkotaan pedesaan dan fasilitas publik lainnya, sehingga dapat dipastikan jika tidak dilakukan pengendalian secara baik maka akan mempercepat kerusakan ekosistem lingkungan hidup. Kerusakan ekosistem dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali akan cenderung menimbulkan bencana longsor dan banjir. Bencana gempa bumi, air pasang, angin ribut walaupun tidak dapat diprediksi kejadiannya juga masih menjadi tantangan di masa 20 tahun mendatang, sehingga upayaupaya penanggulangan bencana dan penyadaran masyarakat bahwa wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah yang rawan bencana harus terus dilakukan Demografi Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari suatu pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Untuk itu, maka pemerintah pusat telah melaksanakan berbagai usaha dalam rangka untuk memecahkan masalah kependudukan. Masalah kependudukan apabila tidak diantisipasi secara dini maka akan menjadi bumerang bagi pemerintah Indonesia, khususnya Kabupaten Lingga. Berdasarkan data penduduk Tahun 2010, penduduk Kabupaten Lingga berjumlah jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki jiwa (51,62 %) dan jenis kelamin perempuan jiwa (48,38 %). Pada tahun 2011, penduduk Kabupaten Lingga berjumlah jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki jiwa (51,55 %) dan jenis kelamin perempuan jiwa (48,45 %). Data penduduk tahun 2012, penduduk Kabupaten Lingga II.38

39 berjumlah jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki jiwa (51,52 %) dan jenis kelamin perempuan jiwa (48,48 %). Sedangkan menurut data penduduk tahun 2013 mengalami penurunan. Penduduk Kabupaten Lingga berjumlah jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki jiwa (51,63 %) dan jenis kelamin perempuan jiwa (48,37 %). Tahun 2014 penduduk Kabupaten Lingga mengalami penurunan disbanding tahun sebelumnya, dengan jumlah penduduknya berjumlah jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki jiwa (51,63 %) dan jenis kelamin perempuan jiwa (48,37 %). Untuk lebih jelas jumlah penduduk Kabupaten Lingga tahun menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel. T-II.7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Lingga Tahun Tahun Perempuan Laki - Laki Jumlah Sumber: LKPJ AMJ Bupati Lingga Berdasarkan struktur penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Lingga sebagaimana disajikan di Tabel. T-II.8. terlihat bahwa antara tahun struktur penduduk didominasi oleh penduduk usia tahun sebanyak jiwa, kemudian usia 5-9 tahun sebanyak jiwa dan selanjutnya usia tahun sebanyak jiwa. Adapun kelompok terendah adalah usia tahun sebanyak jiwa. Untuk lebih jelas penduduk Kabupaten Lingga tahun menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini. II.39

40 Tabel. T-II.8. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lingga Tahun Kelompok Umur Tahun > Sumber: LKPJ AMJ Bupati Lingga Jumlah Penduduk Kabupaten Lingga berdasarkan jenis pekerjaan ditunjukkan dalam Tabel. T-II.9. Jenis pekerjaan yang terbanyak dijalankan oleh penduduk dari tahun adalah Nelayan/perikanan yaitu sebanyak jiwa, kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai buruh harian lepas sebanyak jiwa dan jenis pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. No Tabel. T-II.9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kabupaten Lingga Tahun (penduduk usia kerja/ usia 15 tahun ke atas) Jenis Pekerjaan Tahun Wiraswasta Buruh/Nelayan Perikanan Nelayan/Perikanan II.40

41 No Jenis Pekerjaan RPJMD KABUPATEN LINGGA Tahun Buruh Harian Lepas Karyawan Swasta Pegawai Negeri Sipil Guru Karyawan Honorer Petani/ Pekebun Pembantu Rumah Tangga Sumber : LKPJ AMJ Bupati Lingga Struktur sosial budaya masyarakat Kabupaten Lingga yang mendiami wilayah Kabupaten Lingga berasal dari berbagai suku bangsa, kebudayaan, dan golongan sosial. Umumnya masyarakat Kabupaten Lingga berasal dari Suku Melayu yang masih kental budayanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti: bahasa melayu, agama Islam dan berbagai adat istiadat berkenaan dengan lingkaran hidupnya. Karakteristik masyarakat Melayu dikenal sebagai masyarakat yang identik dengan tradisi Islam, ramah, mementingkan hidup secara kekeluargaan, dan secara ekonomi tidak agresif atau rakus. Secara tradisional masyarakat melayu yang ada di Kabupaten Lingga umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, buruh/ harian lepas, wiraswasta, pedagang, petani/ pekebun serta pegawai negeri sipil. Berdasarkan data Tahun 2014, penduduk Lingga yang memeluk agama Islam sebanyak orang, Kristen Protestan sabanyak orang, Katolik sebanyak 1,086 orang, Hindu sebanyak 21 orang, Budha sebanyak orang dan Konghucu sebanyak Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan kesejahteraan Kabupaten Lingga, ditinjau dari sisi kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga. II.41

42 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan PDRB Gambaran umum ditinjau dari kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi didasarkan atas indikator pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita dan pendapatan perkapita serta penduduk miskin. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi.laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga pada tahun 2014 adalah sebesar 6,80%, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,54%. Gambar. G-II.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun Sumber: BPS Kabupaten Lingga Jika dilihat pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha pada tahun hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Bahkan untuk beberapa sektor laju pertumbuhannya mencapai lebih dari 10%. Namun, perlu diperhatikan bahwa walaupun secara persentase, kenaikan laju pertumbuhan beberapa sektor tersebut cukup besar namun secara besaran nominal nilainya masih sangat kecil. Laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha untuk 3 sektor tertinggi adalah sektor Industri Pengolahan (14,03%), Transportasi dan Pergudangan (11,47%), dan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (11,07%). Sedangkan bila ditinjau dari pengelompokan tiga sektor; primer, sekunder, dan tersier, kelompok sektor II.42

43 sekunder mengalami laju pertumbuhan tertinggi yakni mencapai 9,31 persen, disusul oleh sektor tersier sebesar 8,34 persen, dan terakhir sektor primer sebesar 3,34 persen. Tabel. T-II.10. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun (%) Sektor * 2014** 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,23 3,29 3,41 3,48 2. Pertambangan & Penggalian 5,40 5,56 5,80 2,98 3. Industri Pengolahan 7,36 10,75-5,35 14,03 4. Pengadaan Listrik dan Gas 6,05 12,64 0,01 5,72 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6,89 7,20 7,25 4,05 6. Konstruksi 8,37 8,30 8,71 9,22 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,75 9,84 10,93 11,07 8. Transportasi dan Pergudangan 10,13 10,88 10,48 11,47 9. Penyediaan Akomodasi dan Makanan 7,25 7,04 6,76 7, Informasi dan Komunikasi 7,12 6,92 5,74 5, Jasa Keuangan dan Asuransi 4,18 3,85 3,53 3, Real Estat 4,91 3,15 4,90 4, Jasa Perusahaan 5,24 6,35 5,24 1, Administrasi Pmerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6,86 6,73 7, Jasa Pendidikan 10,86 7,97 7,71 6, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,02 6,58 7,86 7, Jasa Lainnya 1,02 11,33 4,37 5,21 PDRB 6,65 6,58 6,54 6,80 Sumber: PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha (BPS) Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Tabel diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam penciptaan nilai tambah pada perekonomian Kabupaten Lingga dalam kurun waktu empat tahun terakhir, dengan kontribusi diatas 2%, namun memiliki kecenderungan sumbangan yang terus menurun dari 27,37% pada tahun 2010 menjadi 23,36% pada tahun II.43

44 2014. Subsektor yang memegang peranan penting pada sektor ini adalah perikanan. Kemudian kontributor terbesar kedua adalah sector konstruksi yaitu 21,96%. Berbeda dengan sektor Pertanian, sektor ini memiliki kecendrungan yang positif, yaitu 19,19% pada tahun 2010 menjadi 21,96% pada tahun Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini disokong oleh pembangunan fisik di daerah dengan adanya proyek-proyek fisik berupa bangunan, jalan, jembatan dan lainnya. Sedangkan sektor yang paling kecil memberikan kontribusi pembentukan PDRB adalah sektor Jasa Perusahaan sebesar 0,00% Tabel. T-II.11. Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun (%) Sektor * 2014** 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 27,37 24,60 25,60 25,03 23,36 2. Pertambangan & Penggalian 10,41 10,03 10,13 9,21 9,33 3. Industri Pengolahan 0,70 0,71 0,73 0,64 0,69 4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,27 0,31 0,34 0,32 0,27 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 6. Konstruksi 19,19 20,57 20,78 21,73 21,96 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 14,99 15,46 15,62 15,80 17,05 8. Transportasi dan Pergudangan 1,66 1,66 1,74 1,85 2,05 9. Penyediaan Akomodasi dan Makanan 1,90 1,84 1,83 1,86 1, Informasi dan Komunikasi 3,32 3,10 3,00 2,88 2, Jasa Keuangan dan Asuransi 0,99 0,95 0,90 0,87 0, Real Estat 2,95 2,86 2,77 2,68 2, Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6,89 6,71 6,91 7,42 7, Jasa Pendidikan 5,87 5,98 6,24 6,26 6, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya 0,74 0,68 0,72 0,72 0,71 PDRB Sumber: PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha (BPS) Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara II.44

45 Laju Inflasi Provinsi RPJMD KABUPATEN LINGGA Inflasi adalah proses meningkatnya harga dari sekelompok barang dan jasa secara terus menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Inflasi diukur sebagai persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu), deflektor Produk Domestik Bruto (menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, atau indeks-indeks lain dalam tingkat harga keseluruhan. Inflasi dapat disebabkan antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau spekulasi, serta akibat adanya ketidaklancaran suplai dan distribusi barang. Jika besarannya tidak terkendali, inflasi akan mempengaruhi kondisi perekenomian masyarakat. Suatu daerah dikatakan memiliki stabilitas yang lebih kecil jika tingkat inflasinya lebih rendah dibandingkan daerah lain dalam kurun waktu tertentu. Inflasi yang tinggi berarti juga terjadinya pelonjakan harga yang tajam, hal ini bisa menunjukkan penurunan daya beli masyarakat. Inflasi Kabupaten Lingga dapat menggunakan pendekatan inflasi Tanjungpinang dan Batam. Laju inflasi tahun kalender (Januari - April) Tahun 2014 di Kota Tanjungpinang tercatat sebesar 1,41 persen, lebih rendah dibanding laju inflasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,83 persen. Sedangkan laju inflasi 'year on year' (April 2014 dibanding dengan April 2013) di Kota Tanjungpinang sebesar 8,58 persen, lebih tinggi dibandingkan laju inflasi periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 5,38 persen. Laju inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2014 di Kota Batam tercatat sebesar 7,61 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 108,74 pada Bulan Desember 2013 menjadi 117,01 pada Bulan Desember Laju inflasi sebesar 7,61 persen pada tahun 2014 masih lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun Selama periode , laju inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 7,81 persen dan terendah terjadi pada tahun 2012 dengan laju inflasi sebesar 7,02 persen PDRB Per Kapita dan Pendapatan Perkapita Peningkatan PDRB dan pendapatan per kapita menjadi salah satu ukuran dalam pencapaian tingkat kemakmuran masyarakat disuatu wilayah jika data tersebut disajikan secara berkala. PDRB Perkapita dan pendapatan perkapita Kabupaten Lingga dari tahun ke II.45

46 tahun mengalami peningkatan, baik itu atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun Pada tahun 2011 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp ,83,- dan terus mengalami peningkatan sampai dengan posisi Rp ,- pada Tahun Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan, dari Rp ,- pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp ,-. Tabel. T-II.12. Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita di Kabupaten Lingga, Rincian I. PDRB per Kapita Harga Berlaku Harga Konstan Thn , , , * , ** Sumber: BPS Kabupaten Lingga Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Indeks Gini/Koefiesien Gini Indeks gini adalah ukuran ketimpangan ekonomi dalam pendapatan distribusi yang ditentukan dengan koefisien gini rasio antara 0 1 (>0 dan <1), semakin rendah koefisien gini maka pendapatan pada suatu wilayah/daerah semakin merata. Kategori ketimpangan tinggi apabila indeks gini besar dari 0,5 dan kategori rendah dengan indeks gini dibawah 0,5. Dari data BPS, indeks Gini Ratio Kabupaten Lingga Tahun 2011 sebesar 0,312 dan sempat mengalami peningkatan menjadi 0,344 tahun berikutnya. Selanjutnya pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 0,302 dan tahun 2014 cenderung meningkat sedikit menjadi 0,306 dan 0,310 di tahun Dengan angka indeks Gini Ratio lima tahun terakhir yang berada di bawah 0,5 maka ketimpangan pendapatan di Lingga masuk kategori rendah. II.46

47 Tahun RPJMD KABUPATEN LINGGA Tabel. T-II.13. Distribusi Pembagian Pengeluaran per Kapita dan Rasio Gini di Kabupaten Lingga Tahun % Berpengeluaran Rendah 40 % Berpengeluaran Sedang 40 % Berpengeluaran Tinggi Ratio Gini ,86 37,78 40,36 0, ,43 38,86 39,71 0, ,50 36,78 42,72 0, ,81 38,31 40,88 0,312 Sumber: Diolah dari data Susenas, BPS Kabupaten Lingga Pengeluaran Rumah Tangga Salah satu survei yang diselenggarakan BPS setiap tahun dan sangat dibutuhkan pemerintah sebagai alat monitoring program pembangunan khususnya bidang sosial adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data yang dicakup pada kegiatan Susenas ini diantaranya adalah pengeluaran rumah tangga dan konsumsi rumah tangga yang dibedakan menjadi konsumsi makanan dan bukan makanan. Data pengeluaran yang dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan ini dapat digunakan untuk melihat pola pengeluaran penduduk. Dari data pengeluaran (sebagai proksi dari pendapatan) dapat pula dihitung tingkat ketimpangan pendapatan. Pada kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan untuk bukan makanan. Secara umum, pengeluaran rata-rata perkapita di Kabupaten Lingga mengalami kenaikan, yaitu dari Rp pada tahun 2014 menjadi Rp pada tahun Dari data 2014 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lingga menghabiskan sekitar 57.27% dari pendapatannya untuk belanja makanan, angka ini cenderung menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 58.64%. Sedangkan 42,73% sisanya digunakan untuk belanja non makanan yang jika dilihat persentasenya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. II.47

48 Persentase penduduk Miskin RPJMD KABUPATEN LINGGA Perkembangan tingkat kemiskinan Kabupaten Lingga selama periode lima tahun terakhir yaitu periode mengalami kecenderungan menurun. Pada Tahun 2010 tingkat kemiskinan berada pada 15,83 persen dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kondisi Tahun 2014 yaitu 14,75 persen. Walau demikian, pada Tahun 2012 sedikit mengalami peningkatan dari 12,98 pada Tahun 2011 menjadi 14,20 pada Tahun Demikian juga dari 2013 ke 2014 mengalami sedikit peningkatan dari 13,55 persen menjadi 14,75 persen. Upaya untuk mengurangi/menurunkan jumlah penduduk miskin didorong dengan berbagai program yang diarahkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi yang pro-rakyat miskin (pro-poor), memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat, serta meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Tabel. T-II.14. Garis Kemiskinan, Persentase Penduduk Miskin dan Banyaknya Penduduk Miskin di Kabupaten Lingga Tahun Garis Kemiskinan Persentase Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Miskin ,73 14, , , , , Sumber: Lingga Dalam Angka Tahun Fokus Kesejahteraan Sosial Pada fokus kesejahteraan sosial Kabupaten Lingga diukur dengan sejumlah indikator yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial. Bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara langsung terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sejak terbentuknya Lingga menjadi Kabupaten pada tahun 2003 dan dikeluarkannya nilai IPM tahun 2014, nilai IPM Kabupaten Lingga mencapai 60,75, yang berarti bahwa pada II.48

49 tahun 2014 Kabupaten Lingga masih termasuk ke dalam status sedang. Namun, jika dibandingkan dengan wilayah lain di Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga memiliki peringkat IPM terendah dan Kota Batam memiliki peringkat IPM tertinggi. Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya indikator-indikator yang menyusun IPM. Jika dilihat pada Gambar. G-II.66, nilai IPM Kabupaten Lingga dari tahun 2010 s.d 2014 meningkat dari 71,35 tahun 2010, meningkat sebesar 71,68 tahun 2011, meningkat sebesar 72,09 pada tahun 2012, dan tahun 2013 meningkat sebesar 72,41, serta menurun sebesar 60,75 pada tahun Hal ini disebabkan oleh masuknya komponen baru dalam perhitungan IPM yaitu Angka Harapan Lama Sekolah. Peningkatan angka IPM yang lambat di Tahun 2010 sampai dengan 2012 yang diduga dipengaruhi oleh meningkatnya penduduk masuk ke Kabupaten Lingga yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan tenaga pegawai daerah lainnya, utamanya dibagian pemerintahan, pendidikan dan kesehatan. Selain itu, berbagai program pemerintah yang menyentuh masyarakat sudah mulai digulirkan. Nilai pertumbuhan IPM di Kabupaten Lingga cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan Kepulauan Riau. Pada tahun bertumbuh sebesar 2 poin. Tahun bertumbuh sebesar 1,49 poin. Tahun bertumbuh sebesar 1,25 poin dan tahun sebesar 1,03 poin. Semakin tinggi nilai pertumbuhan, maka akan semakin cepat IPM suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimalnya. Namun terlihat bahwa nilai pertumbuhan dari tahun ke tahun semakin rendah, hal ini yang patut menjadi sorotan bagi pemerintah untuk terus meningkatkan pembangunan di wilayah kabupaten Lingga. Gambar. G-II.6 Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2010 s/d 2014 II.49

50 Secara persentase, IPM Kabupaten Lingga meningkat dari tahun ke tahun secara perlahan, namun secara peringkat terjadi penurunan. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 menempatkan Kabupaten Lingga berada pada peringkat lima diantara tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan pada tahun 2014 dengan IPM sebesar 60,75 turun dua level ke peringkat 7 dari tujuh 11 kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau. Tabel. T-II.15. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota/Propinsi Se-Kepulauan Riau, dan Indonesia, Serta Peringkatnya Tahun 2014 Kabupaten/ Kota/Propinsi Angka Harapan Hidup (tahun) Harapan Lama Sekolah (tahun) Rata2 Lama Sekolah (tahun) Pengeluaran per Kapita Riil Disesuaikan (Rp 000) Karimun 69,01 11,86 7,73 11,090 68,72 Bintan 69,91 11,80 8,30 13,477 71,65 Natuna 63,24 13,84 8,07 13,414 70,06 Lingga 59,47 11,59 5,53 10,949 60,75 Kep. Anambas 66,23 11,62 6,16 11,182 65,12 Batam 72,80 12,62 10,80 16,375 79,13 Tanjungpinang 71,55 14,03 9,94 14,141 77,29 Prop. Kepri 69,15 12,51 9,64 13,090 73,40 Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2015 IPM Pendidikan Angka Melek Huruf Kemampuan baca tulis terefleksikan dari angka melek huruf, yang merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca serta menulis huruf latin dan atau huruf lainnya (arab, china, dan lain-lain). Semakin tinggi angka melek huruf, akan semakin efektif pendidikan dasar yang terlaksana di sebuah daerah. Namun perlu diingat, bahwa angka tersebut hanya angka dasar sehingga untuk ke depannya perlu dihitung ukuran yang lebih dapat merefleksikan pencapaian pendidikan suatu daerah secara keseluruhan, dan bukan hanya pendidikan dasar saja. Angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Lingga pada tahun 2014 sebesar 89,71. Angka tersebut berarti dari sekitar 100 orang penduduk Kabupaten II.50

51 Lingga berusia 10 tahun ke atas, baru sekitar 89 hingga 90 orang diantaranya yang bebas buta huruf dan sekitar 10 hingga 11 orang yang masih tergolong dalam kategori buta aksara. Kelompok Umur (Tahun) Tabel. T-II.16. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun (%) L + P (2011) L + P (2012) L + P (2013) L + P (2014) Laki-Laki Perempuan 96,50 96,53 94,48 82,76 64,23 75,26 94,05 94,40 87,87 70,16 68,97 73,03 97,11 93,27 94,15 84,40 78,04 66,53 94,99 96,90 91,12 87,41 79,77 73,38 96,01 98,24 94,12 94,31 90,45 85,77 93,93 95,40 88,27 80,51 67,65 61, ,73 87,29 88,88 89,71 94,37 84,85 Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, Dalam tabel di atas, angka melek huruf memiliki perbedaan yang signifikan jika diklasifikasikan menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Penduduk yang tergolong dalam kelompok usia muda ternyata memiliki tingkat melek huruf yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok usia tua. Sedangkan menurut jenis kelamin, penduduk lakilaki cenderung memiliki angka melek huruf yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk perempuan. Angka melek huruf Kabupaten Lingga yang hanya sebesar 89,71% masih tertinggal dari capaian Provinsi Keori dan nasional. Hal ini memerlukan kerja keras selama lima tahun untuk mengejar selisih capaian angka melek huruf. Gambar. G-II.7 Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia, (Persen) Kab. Lingga Kepri Indonesia Sumber : IPM Kab. Lingga, 2015 II.51

52 Rata-Rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejauh mana tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk dengan merujuk kepada rata-rata jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh penduduk berusia 15 tahun. Pada tahun 2014 rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Lingga adalah 5,53 tahun. Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Lingga baru mampu menempuh pendidikan sampai dengan kelas 5 SD atau putus sekolah dikelas 6 SD. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Lingga yang masih jauh dibawah rata-rata lama sekolah mengindikasikan bahwa pembangunan pendidikan di Kabupaten Lingga masih perlu ditingkatkan, sehingga pencapaian target lima tahun mendatang minimal sama dengan pencapaian rata-rata lama sekolah nasional. Gambar. G-II.8 Grafik Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Lingga dan Provinsi Kepulauan Riau, (Tahun) Kepri Lingga Sumber : IPM Kab. Lingga, 2015 Nilai Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Lingga berada pada rentang 10,73 hingga 11,59 tahun dalam rentang waktu 2010 hingga 2014, yang berarti lamanya sekolah yang dapat diharapkan oleh anak-anak di Kabupaten Lingga pada masa mendatang hanya berkisar 10 hingga 11 tahun, atau maksimal hanya mengeyam pendidikan hingga tingkat SMA. Ini berarti kondisi pembangunan sistem pendidikan di Kabupaten Lingga belum cukup baik yang mungkin disebabkan kurangnya ketersediaan fasilitas sekolah yang ada di wilayah tersebut. Walaupun angka HLS Kabupaten Lingga mengalami kenaikan dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya, namun angka tersebut termasuk rendah jika dibandingkan II.52

53 dengan HLS Kepulauan Riau yang mencapai 12,51 tahun atau diharapkan anak di masa mendatang dapat mengeyam pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi Gambar. G-II.9 Grafik Harapan Lama Sekolah Kabupaten Lingga dan Provinsi Kepulauan Riau, (Tahun) Kepri Lingga Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Menurut definisi, besarnya APM akan selalu lebih kecil daripada APK. Nilai APM yang lebih kecil daripada nilai APKnya dapat menunjukkan komposisi umur penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan. Gambar. G-II.10 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun Laki+laki Perempuan Laki-laki + Perempuan SD / 7-12 SLTP / SLTA / PT / Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2014 II.53

54 Di Kabupaten Lingga capaian APM tahun 2014 untuk SD sebesar 93.63%, berarti selisih dengan APK sebesar 15.52% artinya bahwa diantara murid SD sebanyak % nya berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun, sedangkan untuk APM SLTP sebesar 56.77% ada selisih 6.78% terhadap APK, APM-nya SLTA sebesar 55.07% dan APM PT sebesar 6.16%. Tabel. T-II.17. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun No. Jenjang Pendidikan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 1. APM SD/MI 88,03 91,33 93,63 93,63 85,79 2. APM SMP/MTs 52,10 64,71 56,77 56,77 57,65 3. APM SMA/MA/SMK 41,92 34,67 55,07 55,07 57,95 4. Perguruan Tinggi 5,00 3,45 3,45 36,67 Sumber : BPS, Dinas Pendidikan Kab. Lingga, 2016 Ket : *Angka Sementara 2015* APM juga menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Jika nilai APM menunjukkan angka 100 persen, maka berarti seluruh anak usia sekolah telah bersekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya dengan tepat waktu. Sehingga, angka APM yang makin mendekati angka 100 menunjukkan semakin baiknya tingkat partisipasi sekolah di suatu daerah. Di Kabupaten Lingga pergerakan APM selaras dengan pergerakan APK-nya untuk setiap tingkat pendidikan. Namundata lapangan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa APM Kabupaten Lingga untuk tingkat pendidikan SD belum mencapai 100 persen, baru berkisar di 93 hingga 94 persen. Hal ini berarti di Kabupaten Lingga masih terdapat cukup banyak anak usia sekolah yang tingkat pendidikannya tidak sesuai dengan usianya. Beragam permasalahan yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi, misalnya seorang anak telat masuk sekolah formal atau bahkan terlalu muda; putus sambung bersekolah karena harus membantu orang tua akibat permasalahan ekonomi sehingga sering tinggal kelas; ketiadaan guru untuk kelas tertentu biasanya di daerah marjinal yang menyebabkan proses belajar belajar terhenti, dan lain sebagainya. II.54

55 Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar/APK merupakan indikator untuk mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang sedang/telah menerima pendidikan dasar dan menengah. Gambar. G-II.11 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun Laki+laki Perempuan Laki-laki + Perempuan SD / 7-12 SLTP / SLTA / PT / Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2014 Dari data yang ada, hanya nilai APK pada jenjang SD yang memiliki angka diatas seratus sedangkan untuk nilai APK pada jenjang SLTP, SLTA dan PT pada tahun 2014masih dibawah seratus. Hal ini mengindikasikan bahwa hanya sebagian dari anak berusia tahun, tahun, dan tahun sedang bersekolah pada jenjang tersebut dan kemungkinan sisanya sedang sekolah pada jenjang pendidikan di bawahnya/di atasnya atau bahkan mereka tidak sekolah lagi. Tabel. T-II.18. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun No. Jenjang Pendidikan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun APK SD/MI 108,09 100,26 109,15 109,15 101,24 2. APK SMP/MTs 83,95 73,05 63,55 63,55 79,1 3. APK SMA/MA/SMK 68,11 50,00 90,46 90,46 67,59 4. Perguruan Tinggi 10,74-9,61 9,61 43,52 II.55

56 Pada Tabel diatas, nilai APK untuk jenjang pendidikan SD biasanya masih lebih dari 100 persen, seperti yang terlihat pada grafik di atas nilai APK menunjukkan angka lebih dari 100 persen. Artinya untuk jenjang pendidikan SD di Kabupaten Lingga, masih terdapat anak sekolah baik laki-laki maupun perempuan yang usianya kurang dari atau bahkan melebihi umur sekolah yang seharusnya, yaitu antara 7 hingga 12 tahun. Hal tersebut jugaberarti Kabupaten Lingga dapat menampung penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan SD lebih dari yang seharusnya. Sebaliknya, untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi sangat disayangkan tingkat partisipasi anak sekolah sangat rendah, terutama untuk tingkat SMP dan akademi/universitas Angka Pendidikan yang ditamatkan APT adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah disekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah. Angka pendidikan yang ditamatkan merupakan ukuran kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran keberhasilan baik dari sudut sosial maupun ekonomi. APT bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja disuatu wilayah. APT merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan.` Tabel. T-II.19. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin, (%) Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tidak/belum pernah bersekolah Tidak/belum tamat SD SD/MI SMP/MTs SMU/MA/SMK Akademi/universitas Laki- Laki ,02 23,10 30,24 15,46 15,99 5,18 Perempuan ,16 25,53 26,45 13,04 11,42 7,39 L + P (2011) 11,59 29,12 29,25 14,13 11,33 4,58 Tahun ,61 28,49 27,06 12,51 14,26 4,06 Tahun ,06 26,94 30,01 13,19 12,00 5,80 Tahun ,03 24,29 28,38 14,27 13,76 6,27 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2014 II.56

57 Di Kabupaten Lingga persentase penduduk berusia 15 tahun keatas yang menamatkan hingga ke jenjang SLTP sampai perguruan tinggi hanya sebesar 30,04% di Tahun 2011, meningkat menjadi 30,83 di Tahun 2012, meningkat menjadi 30,99 di Tahun 2013 dan meningkat kembali di Tahun 2014 sebesar 34.3%. Tingkat pendidikan penduduk di dominasi oleh tamatan SD/MI dan SMU/MA/SMK yaitu masing-masing sebesar 28,38% dan 13,76%. Ditahun 2014, jika dipilah berdasarkan jenis kelamin pada semua tingkat pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan, laki-laki memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan walaupun dengan selisih yang tidak terlalu jauh di masing-masing tingkat pendidikan, kecuali untuk tingkat pendidikan Akademi/Universitas. Namun, tingginya persentase perempuan yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD jika dibandingkan dengan laki-laki dengan selisih yang cukup signifikan mengindikasikan bahwa secara umum perempuan masih jauh tertinggal dari laki-laki dalam mengenyam pendidikan formal, atau dapat dikatakan bias gender masih terjadi dalam masalah pendidikan di Kabupaten Lingga Kesehatan Angka Kematian Bayi/Angka Kelangsungan Hidup Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal II.57

58 disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka programprogram untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta programprogram pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehatuntuk anak dibawah usia 5 tahun. Tabel. T-II.20. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun AKB 25 12,2 27, Sumber: RKPD Tahun 2016 dan Lampiran Tabel Profil Dinas Kesehatan 2015 Berdasarkan Tabel diatas, AKB di Kabupaten Lingga Tahun 2015 berada pada kisaran 20%. Artinya dari setiap 1000 kelahiran hidup terdapat 20 bayi berumur kurang dari satu tahun yang meninggal. Dimana Tahun 2011 AKB berkisar angka 25%, turun di Tahun 2012 menjadi 12,2%, naik di Tahun 2013 menjadi 27,2%, turun kembali di Tahun 2014 sebesar 12%, dan kembali naik di Tahun 2015 sebesar 20% Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, seperti kecelakaan, terjatuh, tenggelam dan lain-lain. Angka Kematian Ibu dinyatakan per kelahiran hidup. Tabel. T-II.21. Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun AKI , Sumber: RKPD Tahun 2016 dan Lampiran Tabel Profil Dinas Kesehatan 2015 II.58

59 AKI di Kabupaten Lingga dari tahun menunjukkan angka yang fluktuatif dengan kecenderungan menurun dari sebesar 249 per kelahiran hidup menjadi 142 per kelahiran hidup. Angka ini mengalami peningkatan pada Tahun 2012 yaitu 289,4 per kelahiran hidup. Namun untuk tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan. Walau mengalami kecenderungan penurunan, namun kondisi ini masih dibawah target MDGs (102 kematian per kelahiran hidup) Angka Usia Harapan Hidup Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Gambar. G-II.12 Nilai Angka Usia Harapan Hidup Kabupaten Lingga dan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Kepri Lingga Sumber : Badan Pusat Statistik, IPM Berdasarkan Tabel diatas Tahun 2014, Nilai AHH penduduk Kabupaten Lingga pada tahun 2014 sekitar 59,47. Artinya, bayi yang lahir pada tahun 2014 di Kabupaten Lingga diperkirakan akan dapat hidup selama 59 tahun 5 bulan dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan tidak ada yang berubah. Angka ini lebih rendah dari AHH Provinsi Kepri yang besarnya II.59

60 69,15. Sedangkan di Kabupaten Lingga Sendiri, Nilai AHH dari tahun ke tahun semakin baik, hal ini mengindikasikan secara rata-rata derajat kesehatan di Kabupaten Lingga semakin membaik Status Gizi Balita Kesehatan Balita dapat dilihat dari kecukupan gizi yang diterima oleh balita. Kecukupan gizi akan mendorong pertumbuhan bayi secara optimal, sedangkan kekurangan akan gizi selain dapat menghambat pertumbuhan, juga dapat menimbulkan resiko penyakit. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Berdasarkan data Tahun 2015, jumlah balita di Kabupaten Lingga orang, balita di Kabupaten Lingga sebagian besar telah mencukupi kriteria gizi baik yaitu orang dari total balita atau 98,85%. Sisanya sebesar 1,15% adalah balita yang menderita gizi kurang sebanyak 95 orang dan gizi buruk sebanyak 36 orang. Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Kondisi di Lingga dalam beberapa tahun terakhir, persentase balita gizi buruk mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2011 berada pada angka 2,24% dan mengalami kecendrungan meningkat sampai dengan tahun 2013 yaitu 3,91%. Namun pada Tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 0,79% Fokus Seni Budaya dan Olahraga Kabupaten Lingga adalah masyarakat melayu sehingga memiliki daya tarik yang kuat terhadap kesenian. Bahkan sampai sekarang banyak yang terus dikembangkan dan dikenalkan, seperti kesusastraan, seni tari rakyat, seni teater dan lainnya. Ada beberapa kesenian yang terdapat di Kabupaten Lingga diantaranya: a) Gurindam Bahasa Gurindam cukup dikenal dan tidak asing lagi bagi telinga masyarakat Melayu Lingga. Bahkan Gema Gurindam menerobos sampai lintas negara dari yang paling dekat sampai yang paling jauh. Gurindam merupakan karya yang berisikan petuah dan nasehat. II.60

61 Gurindam 12 ini adalah karya dari Raja Ali Haji, beliau merupakan pujangga Istana masa Kerajaan Lingga-Riau. Konstum yang dikenakan untuk melantunkan Gurindam ini adalah baju kurung melayu, dengan peralatan musiknya berupa serunai, kompang dan gong. Dipentaskan pada saat penyambutan tamu, hari besar nasional dan festival kebudayaankesenian. b) Teater Bangsawan Teater Bangsawan adalah salah satu seni pertunjukan tradisional komedi stambul dengan cerita seputar kehidupan istana, keseniaan ini juga dikenal dengan nama wayang Bangsawan. Seni pertunjukan ini adalah kesenian yang menggabungkan musik, lagu, tari dan laga, dengan iringan musik seperti: biola, akordion, gendang, gong dan tambur. c) Joget Joget adalah salah satu tarian tradisional masyarakat Melayu. Joget diantaranya: Joget Tandak atau Joget Lambak, disebut tandak karena penarinya bisa menjadi ebeng, dengan laki-lakinya yang membayar disebut Pandak. Joget ini dikenal sejak abad 17 dengan iringan musik seperti: drum, violin dan gong dengan lagu dondang sayang dan tarian bertabik. Joget akan ditutup lagu khusus yaitu Cik Milik. d) Zapin Sebenarnya kesenian tari Zapin ini berasal dari Arab yang mentradisi masyarakat Melayu. Kesenian ini dibawa oleh kaum laki-laki karena tarian ini memang bayak mengeluarkan tenaga (energik). Seiring perkembangan jaman tarian ini tidak hanya dimonopoli oleh kaum lelaki tetapi kaum wanita juga ikut menarikannya, bahkan kesenian ini menjadi tarian pergaulan masyarakat Melayu. Selaras dengan asalnya, tarian ini tidak terlepas dari rohnya yang islami, yang tercermin dari konstumnya berupa teluk belanga dan baju kurung yang tidak memperlihatkan aurat. Zapi ini diiringi dengan alat musik gambus. Kreasi tarian zapin terbaru adalah Zapin Tali, Zapin Lambak, Zapin Pedang, Zapin Tepurung, Zapin Bengkalis, Zapin Silang, Zapin Ar-Rajul (Para Lelaki), Zapin Tembong, Zapin Tradisional dan lainnya. Sementara di Masyarakat Daik Lingga Bunda Tanah Melayu di kenal tarian Zapin Damnah yang merupakan tarian dengan diangkat dari kehidupan masyarakat sehari-hari. e) Gazal II.61

62 Kesenian ini juga berasal dari timur tengah. Gazal adalah bahasa Arab yang berarti masuk Kepulaun Riau dan tumbuh subur di Pulau Penyengat. Kesenian Gazal juga merupakan alat dakwah untuk penyebaran agama Islam, namun sekarang ini lebih berfungsi sebagai salah satu hiburan. f) Kompang Kompang adalah kesenian yang menyerupai hadrah dengan para pemain melantunkan syair berbahasa Arab-Parsi yang berisi puji-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diiringi dengan lantunan rebana. Kesenian ini biasanya diselenggarakan pada pesta perkawinan, khitanan, penyambutan tamu dan lainnya. Kabupaten Lingga memiliki grup kesenian yang berjumlah 63 buah pada Tahun 2015 yang tersebar di beberapa Kecamatan. Group kesenian ini mengalami peningkatand ari Tahun 2011 yang berjumlah 40 buah. Group kesenian terbanyak terdapat di Kecamatan Singkep. Selain itu, untuk mendukung minat olahraga masyarakat, maka disediakan juga sarana olahraga berupa lapangan olahraga. Berdasarkan data, rasio lapangan olahraga per 1000 penduduk mengalami penurunan dari Tahun 2011 sebesar 2,16 menjadi 2,15 pada tahun Aspek Pelayanan Umum Bagian aspek pelayanan umum berikut ini mejelaskan perkembangan kinerja yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lingga, baik pada urusan wajib maupun urusan pilihan Fokus Layanan Urusan Wajib Urusan wajib merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan, untuk itu Pemerintah Kabupaten Lingga terus berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada serta meningkatkan kualitas tenaga pendidik. Pengembangan sarana pendidikan dilakukan sesuai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan II.62

63 oleh penduduk seoptimal mungkin dan pemerataan penyebaran jumlah penduduk yang akan dilayani dan perkiraan tingkat kebutuhan yang telah ditetapkan Angka Partisipasi Sekolah APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahanjumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentasejumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikantersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah. Gambar. G-II.13 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun Laki+laki Perempuan Laki-laki + Perempuan ' Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2014 Di Kabupaten Lingga, hanya kelompok umur 7-12 tahun yang mendekati angka 100% sedangkan kelompok umur lainnya masih di bawah 92%, terutama untuk kelompok umur tahun yang hanya 15.23%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin perbedaan yang cukup berarti terjadi pada kelompok umur tahun, dimana perempuan sebanyak 71.69% sedangkan laki-laki hanya 81.51%. II.63

64 Tabel. T-II.22. Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Lingga Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun No. Jenis Indikator Tahun Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Laki-Laki 92, ,39 97,17 Perempuan 96,15 98,16 92,21 94,11 Laki-laki Perempuan Tahun dan 94,40 99,03 94,39 95,68 Ket Laki-Laki 92,45 91,87 82,80 90,74 Perempuan 94,74 86,52 86,64 93,72 Laki-laki Perempuan Tahun dan 93,68 89,99 84,47 92,07 Laki-Laki 50,96 40,99 59,27 71,69 Perempuan 63,48 31,72 79,98 81,51 Laki-laki Perempuan Tahun dan 56,61 36,42 68,61 75,90 Laki-Laki 9,51 12,55 14,72 Perempuan 7,05 5,13 15,82 Laki-laki dan 8,12 8,58 15,23 Perempuan Sumber: BPS Kabupaten Lingga Partisipasi dan peran serta penduduk usia muda Kabupaten Lingga telah menunjukkan angka yang tinggi. Sebagai contoh, pada kelompok umur 7-12 tahun APS total bernilai lebih dari 92 persen. Artinya hampir semua penduduk pada kelompok umur ini masih mengikuti pendidikan pada berbagai jenjang, terutama pendidikan dasar. Jika dilihat menurut jenis kelamin-pun, baik laki-laki maupun perempuan juga menunjukkan angka yang besar yaitu berturut-turut sebesar 92 persen. Namun sangat disayangkan APS Kabupaten Lingga menunjukkan penurunan di setiap peningkatan kelompok umur, baik kelompok Tahun, kelompok Tahun maupun Tahun. Apaslagi APS secara total pada kelompok umur tahun yang seharusnya menjadi fokus perhatian serius mengingat II.64

65 pendidikan harus menjadi prioritas utama mereka yang berada pada kelompok umur tersebut. Apalagi program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun telah dicanangkan oleh pemerintah sejak era Orde Baru, seharusnya APS pada kelompok umur tersebut setidaknya sama atau hanya memiliki sedikit selisih dengan APS pada kelompok usia 7-12 tahun Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. Tabel. T-II.23. Jumlah Sekolah Penduduk Usia Sekolah dan Rasio Sekolah Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Lingga Menurut Jenjang Pendikan Tahun Jenjang Pendidikan Jumlah Penduduk Jumlah Sekolah Ratio Penduduk Sekolah Tahun 2011 SD/MI :1 SMP/MTs :1 SMA/MA/SMK :1 Tahun 2012 SD/MI :1 SMP/MTs :1 SMA/MA/SMK :1 Tahun 2013 SD/MI :1 SMP/MTs :1 SMA/MA/SMK :1 Tahun 2014 SD/MI : 1 SMP/MTs : 1 SMA/MA/SMK : 1 Tahun 2015 SD/MI 121:1 SMP/MTs 72:1 SMA/MA/SMK 39:1 Sumber:BPS Kabupaten Lingga Tahun , Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Rasio Murid dan Guru Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di II.65

66 samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Rasio murid dan guru menunjukkan beban kerja guru dalam mengajar. Rasio murid dan guru di Lingga untuk SLTP/MTs yaitu 1:16 (1 guru mengajar 16 murid) dan SMU/SMK/MA, yaitu 1:14 (1 guru mengajar 14 murid) sedangkan ratio untuk SD/MI yaitu 1:11 (1 guru mengajar 11 murid). Tabel. T-II.24. Jumlah Murid, Guru dan Rasio Murid Guru Kabupaten Lingga Menurut Jenjang Pendikan Tahun Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Jumlah Guru Ratio Murid Guru Tahun 2011 SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Tahun 2012 SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Tahun 2013 SD/MI : 1 SMP/MTs : 1 SMA/MA/SMK : 1 Tahun 2014 SD/MI : 1 SMP/MTs : 1 SMA/MA/SMK : 1 Tahun 2015 SD/MI : 1 SMP/MTs : 1 SMA/MA/SMK : 1 Sumber: BPS Kabupaten Lingga Tahun , Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Lingga, Rasio Murid dan Sekolah Rasio murid-sekolah menunjukkan kemampuan sekolah menampung murid. Rasio murid dan sekolah terbanyak adalah SMU/SMK/MA yaitu 1:173 artinya 1 sekolah menampung 173 murid sedangkan rasio yang paling sedikit adalah di SD/MI yaitu 1:84 (1 sekolah menampung 84 murid). II.66

67 Tabel. T-II.25. Jumlah Murid, Sekolah dan Rasio Murid Sekolah Kabupaten Lingga Menurut Jenjang Pendikan Tahun Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Jumlah Sekolah Ratio Murid Sekolah Tahun 2011 SD/MI :1 SMP/MTs :1 SMA/MA/SMK :1 Tahun 2012 SD/MI :1 SMP/MTs :1 SMA/MA/SMK :1 Tahun 2013 SD/MI :1 SMP/MTs :1 SMA/MA/SMK :1 Tahun 2014 SD/MI : 1 SMP/MTs : 1 SMA/MA/SMK : 1 Tahun 2015 SD/MI : 1 SMP/MTs : 1 SMA/MA/SMK : 1 Sumber:BPS Kabupaten Lingga Tahun , Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Lingga,2016 berikut: Selain itu, terdapat capaian indicator pembangunan pendidikan lainnya sebagai Tabel. T-II.26. Capaian Indicator Pembangunan Bidang Kesehatan No. Uraian satuan Persentase Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) persen 49,62 51,45 53,27 53,97 38,68 2 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI persen 0,91 0,82 0,58 0,28 0,59 3 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs persen 1 0,9 0,89 0,25 0,65 4 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA persen 1 0,84 0,92 1 0,50 5 Angka Kelulusan (AL) SD/MI persen Angka Kelulusan (AL) persen 82,18 85,52 84,83 98,73 99,92 II.67

68 No. Uraian satuan SMP/MTs 7 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA persen 92,45 97,49 98,69 98,91 99,90 8 Angka melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs persen 85,79 91,39 95,30 95,93 89,95 9 Angka melanjutkan (AM) dari SMP/MTS ke SMA/SMK/MA persen 85,67 89,98 89,78 96,24 91,72 10 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV orang 47,37 48,09 47,79 53,21 78,64 Sumber: Dinas Pendidikan Lingga Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan di kabupaten Lingga bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah. Pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumberdaya yang memadai Sarana Kesehatan Pembangunan tersebut diarahkan kepada peningkatan fasilitas kesehatan dan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai, seperti rumah sakit, puskesmas, tenaga kesehatan dan ketersediaan obat. Jika dilihat pada Tabel. T-II.274. bahwa pada tahun 2010 jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Lingga terdiri dari: Rumah Sakit 2 buah, Puskemas sebanyak 8 buah, Puskesmas Pembantu sebanyak 36 buah, Puskesmas Keliling sebanyak 6 buah, dan polindes 64 buah. Satu-satunya Rumah Sakit yang ada Di Kabupaten Lingga terdapat di Kecamatan Singkep dan Kecamatan Lingga, sedangkan untuk Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, serta polindes sudah tersebar di masing-masing Kecamatan. Tabel. T-II.27. Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Balai Pengobatan/Klinik, Dan Polindes Menurut Kecamatan Tahun Kecamatan Rumah Puskesmas Puskesmas Puskesmas Balai Polindes Sakit Pembantu Keliling Pengobatan Singkep Barat Singkep Singkep Selatan Singkep Pesisir Lingga Selayar Lingga Timur Lingga Utara II.68

69 Kecamatan Rumah Puskesmas Puskesmas Puskesmas Balai Polindes Sakit Pembantu Keliling Pengobatan Senayang Rasio Per Satuan 1 : : : : : Penduduk Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Lingga, Tenaga Kesehatan Untuk menunjang sarana kesehatan yang ada, diperlukan tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhannya, Jumlah tenaga kesehatan dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Hal ini untuk mengakomodir pemenuhan kebutuhan kesehatan yang semakin meningkat, dengan diikuti meningkatnya sarana kesehatan. Tenaga kesehatan tersebut terdiri dari dokter dan paramedis, dokter yang tersedia sebanyak 48 orang, terdiri dari dokter umum 32 orang, dokter gigi sebanyak 10 orang dan spesialis 6 orang, sedangkan paramedis terdiri dari perawat (247 orang), Perawat Gigi (8 orang), AA (1 orang), farmasi (17 orang), kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan (32 orang), dan Bidan (157 orang). Gizi 14 orang dan terapi fisik 2 orang. Tabel. T-II.28. Banyaknya Dokter Dan Paramedis Menurut Kecamatan Tahun Dokter Paramedis Kecamatan Perawat Spesialis Umum Gigi Perawat Gigi AA Sanitasi Bidan Singkep Barat Singkep Lingga Lingga Utara Senayang Selayar Lingga Timur Rasio Per 1 : 1 : 1 : Satuan 1 : : Penduduk 1 : : Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015, Profil Dinas Kesehatan Kab. Lingga 2015 II.69

70 Selain itu, terdapat pula capaian kinerja bidang kesehatan yang lain, sebagai berikut: Tabel. T-II.29. Capaian indikator Kinerja Bidang Kesehatan Kabupaten Lingga Tahun No Indikator satuan Posyandu Aktif rasio Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rasio 95,42 93,30 96,81 97,07 90,34 memiliki kompetensi kebidanan 3 Cakupan Balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan persen Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA persen 85,79 92,17 95,09 47,30 48,27 5 Angka kesakitan DBD persen cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat Persen 37,45 34,78 37,79 71, Cakupan kunjungan bayi persen 50,85 56,66 73,62 78,60 89,7 8 9 Cakupan desa/kelurahan Universal Children Immunization Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga persen 20 47,06 77,19 85,33 64,2 persen 69,59 75,72 79,30 87,65 89, Pekerjaan Umum Semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain. Data panjang jalan tahun 2015 berdasarkan kondisinya disajikan berikut ini. Tabel. T-II.30. Capaian Kinerja Urusan Pekerjaan Umum Tahun 2015 No. Indikator Panjang Jalan (km) 1 Jalan Negara 70,45 Kondisi Baik 56,73 Kondisi Sedang 5,94 Kondisi Rusak 2,59 Kondisi Rusak Berat 5,19 2 Jalan Provinsi 149,25 Kondisi Baik 37,66 Kondisi Sedang 21,16 Kondisi Rusak 36,17 Kondisi Rusak Berat 55,26 3 Jalan Kabupaten 524,83 Kondisi Baik 225,81 Kondisi Sedang 170,63 Kondisi Rusak 100,04 II.70

71 No. Indikator Panjang Jalan (km) Kondisi Rusak Berat 28,35 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lingga,2016 Selain pembangunan/rehabilitasi jalan, maka hal lain yang menjadi indicator kinerja bidang pekerjaan umum berdasarkan Lampiran I Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 yaitu jumlah rumah ibadah. Berikut ini disajikan jumlah rumah ibadah di Kabupaten Lingga. Tabel. T-II.31. Jumlah Tempat Ibadah Persatuan Penduduk Tahun 2015 Jenis Jumlah Mesjid/ Mushola/ Surau 167 Gereja Protestan 12 Gereja Katholik 12 Vihara 3 Kelenteng 12 Jumlah 206 Rasio per 1000 penduduk 1 : 2,3 Sumber : Bagian Kesejahteraan Rakyat Kab. Lingga, 2016 Beberapa capaian kinerja pembangunan di bidang pekerjaan umum sebagai berikut: Tabel. T-II.32. Capaian Kinerja Pembangunan Di Bidang Pekerjaan Umum No Urain satuan Proporsi panjang jaringan jalan dalam persen 58,14 58,71 59,26 60,19 26 kondisi baik 2 Persentase pemukiman bersanitasi baik persen 72,51 71,95 72,54 72, Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan rasio 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 penduduk 4 Rasio Rumah Layak Huni jumlah 71,72 72,16 72,54 72,63 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lingga II.71

72 Perumahan Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. T-II.33. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Jumlah RumahTangga Prosentase RT Pengguna Air Bersih 82,75 82,34 82,49 84,35 Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga, Penataan Ruang Penataan ruang di daerah sangat penting untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota maupun keserasian dengan wilayah disekitarnya. Pengaturan mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lingga sudah ditetapkan dengan Perda Nomor 2 Tahun 2013 yang berlaku selama 20 tahun dari tahun 2011 sampai dengan Perencanaan Pembangunan Perencanaan Pembangunan ini bertujuan untuk mengembangan pola perencanaan pembangunan daerah yang mampu menjawab prioritas daerah, mengantisipasi perubahan yang ada dengan melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) melalui mekanisme musrenbang sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan utamanya Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional berikut peraturan turunannya. II.72

73 No Indikator RPJMD KABUPATEN LINGGA Tabel. T-II.34. Capaian Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun Tersedianya dokumen Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda 2 Tersedianya Dokumen Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda 3 Tersedianya Dokumen Perencanaan RKPD dan kelengkaannya yang telah ditetapkan dengan Perkada Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Sumber: RKPD Kabupaten Lingga Tahun Perhubungan Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat vital dan strategis bagi masyarakat Kabupaten Lingga sebagai daerah kepulauan. Oleh karena itu, maka pembangunan di bidang pelayaran terus ditingkatkan dan diperluas termasuk penyempurnaan manajemen dan dukungan fasilitas pelabuhan. Untuk transportasi laut, data tahun 2015 menunjukkan jumlah pelabuhan sebanyak 84 unit. Armada kapal sebanyak 7 armada yang melayani antar pulau dengan jumlah penumpang yang terlayani sebanyak orang. Nama I. Perhubungan Tabel. T-II.35. Capaian Urusan Perhubungan Tahun Nilai Satuan 1) Angkutan Penyebrangan Dermaga Unit kapal ferry Unit Ro-ro jumlah orang melalui Melalui Roro orang dermaga 2) Jumlah pemasangan rambu-rambu Unit II. Transportasi Laut 1) Jumlah Pelabuhan Unit. Pelabuhan yang tidak diusahakan Kapal Armada Penumpang Orang III. Transportasi Udara Ket II.73

74 1) Jumlah Bandara Unit 2) Jumlah orang melalui bandara Orang IV. Jumlah Penumpang Angkutan Kapal Laut Orang Berikut ini disajikan beberapa pelabuhan laut yang ada di wilayah Lingga. Tabel. T-II.36. Nama Pelabuhan Laut Menurut Kelas Dan Peranannya Pelabuhan Laut Kelas Peranannya Dabo Singkep Kanpel Kelas IV Umum Sungai Buluh Satuan Kerja Umum Penuba Satuan Kerja Umum Daik Lingga Satuan Kerja Umum Kuala Raya Satuan Kerja Umum Pulau Mas Pos Kerja Umum Senayang Kanpel Kelas V Umum Pancur Satuan Kerja Umum Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2014 Di Pelabuhan Dabo Singkep, angkutan barang luar negeri yang dimuat pada tahun 2014 mencapai ton. Berbeda dengan angkutan barang antar pulau, maka pada tahun 2014 barang yang dibongkar pada angkutan antar pulau tercatat sebesar ton. Jumlah Kunjungan Kapal Menurut Bulan Di Pelabuhan Dabo, Daik Dan Senayang Tahun 2014 (Orang) Senayang Daik Dabo Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2014 II.74

75 Gambar. G-II.14 Jumlah Arus Penumpang Domestik Yang Berangkat Dan Datang Menurut Bulan Di Bandara Dabo Singkep, 2014 (Orang) Datang Berangkat Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2014 Selain angkutan laut, terdapat juga angkutan udara. Lalu lintas pesawat dan penumpang dari dan ke Kabupaten Lingga melalui Bandara Dabo Singkep Tahun 2014 terlihat cukup berfluktuasi. Jika dilihat selama tahun 2010 lonjakan penumpang yang datang dan berangkat dari Bandara Dabo Singkep terjadi pada bulan Agustus. Untuk bongkar muat bagasi, barang, dan pos paket perkembangannya juga bervariasi. Untuk angkutan darat, Kabupaten Lingga belum memiliki terminal penumpang baik kelas A, B maupun C. Jumlah angkutan umum berupa bus sebanyak 20 unit di tahun 2015 dan mobil barang 360 unit. Jumlah KIR angkutan umum terdata sebanyak 134 unit di tahun Dengan biaya uji KIR bervariasi antara Rp ,- sampai dengan Rp ,-. Fasilitas perlengkapan jalan terdiri dari trotoar 1 unit, jalur sepeda 13 unit, halte 18 unit. Manajemen rekayasa ada 9 unit. Jumlah angkutan penyebrangan Ro-ro sebanyak 2 unit dengan kapal Ro-ro 2 unit. Jumlah rambu-rambu yang terpasang sebanyak 704 unit dari yang seharusnya sebanyak 1456 unit. II.75

76 Jenis RPJMD KABUPATEN LINGGA Tabel. T-II.37. Data Jumlah Angkutan Umum Tahun Tahun Satuan Jumlah Angkutan Umum - Mobil bus Unit - Mobil barang Unit Jumlah Uji KIR - Mobil barang Unit Lama Uji KIR 1 1 Hari Biaya Uji KIR - Mobil Rupiah penumpang umum - Bus Rupiah - Mobil barang Rupiah Pertanahan Tanah merupakan sumber daya yang penting dan strategis karena menyangkut hajat hidup seluruh masyarakat Indonesia yang sangat mendasar. Pengelolaan pertanahan yang adil dan memperhatikan kearifan lokal diperlukan untuk mendukung keseluruhan elemen pelaksanaan pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jumlah luas lahan yang bersertifikat di Kabupaten Lingga pada tahun dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: Tabel. T-II.38. Persentase Luas Lahan bersertifikat Tahun Indikator Luas Lahan Bersertifikat 59,15 59,63 59,72 59,72 Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga Penyelesaian kasus tanah negara selama 5 (lima) tahun terakhir disajikan pada tabel dibawah ini. II.76

77 Tabel. T-II.39. Penyelesaian Kasus Tanah Negara di Kabupaten Lingga Tahun Indikator Jumlah Kasus Kasus Terdaftar Penyelesaian KASUS (%) Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga Penyelesaian ijin lokasi selama beberapa tahun terakhir disajikan sebagai berikut: Tabel. T-II.40. Penyelesaian Ijin Lokasi di Kabupaten Lingga Tahun Indikator Jumlah Ijin Permohonan Ijin Penyelesaian IJIN LOKASI (%) Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga Selain kinerja terkait pertanahan yang telah disajikan diatas, berikut ini disajikan sertifikat hak atas tanah yang diterbitkan berdasarkan jenisnya. Tabel. T-II.41. Sertifikat Hak Atas Tanah yang Diterbitkan Tahun 2014 No Sertifikat Hak Atas Tanah yang Diterbitkan Jumlah 1 Hak Milik Hak Guna Bangunan Hak Guna Usaha 0 4 Hak Pakai Hak Pengelolaan 0 6 Wakaf 0 Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga Kependudukan dan Catatan Sipil Pembangunan di bidang kependudukan dan catatan sipil dilaksanakan dalam rangka meningkatnya keterpaduan dan sinkronisasi kebijakan penyelenggaraan adminitrasi II.77

78 kependudukan dan catatan sipil, serta mewujudkan pengelolaan informasi administrasi kependudukan. Kinerja kependudukan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kesadaran penduduk, pentingnya dokumen kependudukan, kemudahan akses, kesederhanaan prosedur dan aspek biaya pengurusan. Sampai dengan tahun 2015, persentase kepemilikan KTP sebanyak 99,48%. Tabel. T-II.42. Kepemilikan KTP di Kabupaten Lingga Tahun Indikator Penduduk Ber KTP Penduduk Wajib KTP Persentase Kepemilikan KTP 58,22 58,60 58,99 89,17 99,48 Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lingga, 2016 Guna mendukung kebijakan nasional di bidang kependudukan, maka Kabupaten Lingga telah menerapkan KTP nasional berbasis NIK. Tabel. T-II.43. Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK di Kabupaten Lingga Tahun Uraian Status Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK Sudah dilakukan Sudah dilakukan Sudah dilakukan Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lingga, 2016 Sudah dilakukan Sudah dilakukan Selain persentase penduduk yang ber-ktp, indicator pembangunan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil adalah persentase penduduk yang memiliki akta kelahiran. Kondisi 5 (lima) tahun terakhir disajikan sebagai berikut: II.78

79 Tabel. T-II.44. Persentase capaian kinerja untuk Kepemilikan Akta Kelahiran per penduduk Uraian Jumlah penduduk memiliki akta kelahiran Persentase capaian kinerja untuk Kepemilikan Akta Kelahiran per penduduk Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lingga, ,2 0,3 0,3 0,7 0, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dalam rangka pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diperlukan akses seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan dalam rangka pemberdayaan untuk menuju kesetaraan gender. Untuk mengetahui peran aktif perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga pemerintah maupun swasta, besarnya angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tabel. T-II.45. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2015 NO Uraian Jumlah 1 Pekerja perempuan di pemerintah Tenaga Teknis 332 Tenaga Medis 320 Tenaga Guru Jumlah pekerja perempuan Persentase pekerja perempuan di lembaga pemerintah Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga, ,13% Dapat dilihat persentase perempuan yang bekerja di pemerintah lebih besar daripada laki-laki yaitu sebesar 53,13%. Sebarannya antara lain di tenaga teknis jumlah pekerja perempuan sebesar 332 orang,tenaga medis sebanyak 320 orang dan guru sebanyak 950 orang. Dari total 3015 orang pekerja pemerintah di Kabupaten Lingga sebanyak 1602 orang adalah perempuan. II.79

80 Demikian juga rasio kekerasan dalam rumah tangga di Kabupaten Lingga dapat dikatakan jarang dijumpai selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2013 angka kekerasan paling tinggi terjadi sebanyak 6 kasus. Untuk selengkapnya dapat disajikan pada tabel berikut ini: Tabel. T-II.46. Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kabupaten Lingga Tahun NO Uraian Jumlah KDRT Jumlah Rumah Tangga Rasio KDRT 0 0,004 0,026 0,021 0,008 Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga,2016 Pekerja anak dibawah umur di Kabupaten Lingga juga menunjukkan angka yang rendah. Hal ini berarti eksploitasi terhadap anak dapat dikatakan rendah. Pada tahun 2014 sebanyak 145 anak didapati bekerja dan angka nya meningkat tahun 2015 menjadi 256 anak. Tabel. T-II.47. Persentase Tenaga Kerja di Bawah Umur Kabupaten Lingga Tahun 2015 NO Uraian Pekerja anak usia 5-14 tahun n.a n.a n.a Jumlah pekerja usia 5 tahun keatas Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga, ,56% 0,92% Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Salah satu indikator keberhasilan keluarga berencana adalah penurunan rata-rata jumlah anak per keluarga. Kabupaten Lingga memiliki jumlah anak yang rendah dengan ratarata sebesar 1 anak. Hal ini membuktikan program KB berhasil di Kabupaten Lingga. II.80

81 Tabel. T-II.48. Rata- rata Jumlah Anak per Keluarga Kabupaten Lingga Tahun 2015 NO Uraian Jumlah anak Jumlah keluarga Rata-rata jumlah anak per keluarga Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga,2016 1,05 1,04 1,03 1,03 1,03 Dengan sedikitnya jumlah anak yang dimiliki per keluarga maka berkaitan erat dengan rasio akseptor KB di Kabupaten Lingga. Pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB terdata sebanyak 66,54% di Tahun Berikut gambarannya : Tabel. T-II.49. Jumlah Akseptor KB Kabupaten Lingga Tahun 2015 NO Uraian 2011 ( Jumlah akseptor KB Jumlah pasangan usia subur Rasio akseptor KB 68,58 67,79 68,43 66,69 66,54 Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga, Sosial Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ada di Kabupaten Lingga sebanyak orang, terbanyak adalah dewasa cacat yaitu 441 orang, kemudian Tuna Daksa terlantar berjumlah 207 orang, Anak Cacat sebanyak 168 orang, dan 198 orang penyandang tuna Grahita. Berdasarkan sebarannya, Kecamatan Singkep memiliki penyandang masalah kesejahteraan sosial terbanyak yaitu 295 orang, kemudian Kecamatan Singkep Barat sebanyak 264 orang, 155 orang di Kecamatan Senayang, Kecamatan Lingga 127 orang, 118 orang di Kecamatan Singkep Pesisir, 94 orang di Kecamatan Singkep Selatan, 82 orang di Kecamatan Lingga Utara, 13 orang di Kecamatan Lingga Timur dan 6 orang di Kecamatan Selayar. II.81

82 Tabel. T-II.50. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kabupaten Lingga Tahun 2015 Jumlah penyebaran lokasi kecamatan Jenis PMKS Singkep Barat Singkep Singkep Selatan Singkep Pesisir Lingga Selayar Lingga Timur Lingga Utara Senayang jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Tuna Daksa Tuna Netra Tuna Rungu/Wicara Tuna Grahita Anak Cacat Dewasa Cacat Jumlah total Sumber Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lingga Sedangkan jumlah PMKS yang mendapatkan bantuan sepanjang lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan yaitu Tahun 2015 sebanyak 61 orang. Tabel. T-II.51. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Yang Mendapatkan Bantuan Kabupaten Lingga Tahun Jumlah Jumlah PMKS yang mendapatkan Bantuan Sosial Ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Angkatan Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, II.82

83 sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun meskipun telah melakukan pekerjaan guna memenuhi suatu kebutuhan hidup tidak dikategorikan sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian dari aspek demografi penduduk yang mempunyai kecenderungan bertambah atau menurun sejalan dengan perubahan yang dialami oleh penduduk itu sendiri. Hal ini terjadi karena faktor alamiah sepeti kelahiran, kematian maupun perpindahan yang menyebabkan jadi bergesernya pola kependudukan secara keseluruhan. Tabel. T-II.52. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan di Kabupaten Lingga Tahun Indikator Jumlah Partisipasi Jumlah Angkatan Kerja Persentase Tingkat Partisipasi 33,83 33,16 31,60 33,53 32,97 Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tingkat pastisipasi angkatan kerja perempuan di Lingga selama beberapa tahun terakhir berkisar di angka 31% sampai 33%. Bila dibandingkan Tahun 2011 sebesar 33,83 maka Tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 32,97%. Tabel. T-II.53. Pencari Kerja Yang Ditempatkan di Kabupaten Lingga Tahun Indkator Jumlah Pencari Kerja ditempatkan Jumlah Pencari Kerja Terdaftar Persentase Pencari Kerja yang ditempatkan Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lingga, ,35 62,58 90,19 91,19 41,26 Persentase pencari kerja yang ditempatkan sejak Tahun 2011 terus mengalami peningkatan sampai dengan Tahun 2014, yaitu pada posisi 91,9%. Pada tahun berikutnya mengalami penurunan drastis menjadi 41,26%. II.83

84 Tabel. T-II.54. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin Tahun 2014 Uraian Laki - laki Perempuan Lk + Pr 1. Angkatan Kerja 86,03 33,54 60,33 1. Bekerja 82,17 32,47 57,83 2. Mencari Pekerjaan 3,86 1,07 2,50 2. Bukan Angkatan Kerja 13,97 66,45 39,67 1. Sekolah 6,11 5,91 6,01 2. Mengurus Rumah Tangga 5,33 56,91 30,59 3. Lainnya 2,53 3,63 3,07 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2014 Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik, pada tahun 2014 terdapat 60,33% penduduk angkatan kerja dan 39,67% penduduk bukan angkatan kerja. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 82,17% sementara penduduk perempuan yang bekerja sebanyak 32,47%. Tabel. T-II.55. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin Tahun 2014 Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Lk + Pr 1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 52,01 14,63 41,73 2. Pertambangan dan Penggalian 3,96 0,96 3,13 3. Industri Pengolahan 7,79 16,64 10,23 4. Listrik, Gas dan Air Minum Konstruksi 7,74 0,00 5,61 6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan Dan Hotel 8,27 24,44 12,72 7. Transportasi, Pergudangan dan komunikasi 3,39 0 2,46 8. Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha Persewaanan Jasa Perusahaan 0,74 0 0,53 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 16,11 43,32 23,60 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015 Berdasarkan tabel diatas, penduduk yang bekerja sebagian besar bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (41,73%) dan sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan (23,60%). Sementara lapangan kerja yang paling sedikit dijadikan mata pencaharian oleh penduduk Lingga yaitu sektor Listrik, gas dan air minum yaitu 0%. II.84

85 Tabel. T-II.56. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kabupaten Lingga Tahun 2014 (Penduduk Usia Kerja/Usia 15 Tahun Ke Atas) No Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase 1 Wiraswasta ,68 2 Buruh/ Nelayan Perikanan ,32 3 Nelayan/ Perikanan ,69 4 Buruh Harian Lepas ,27 5 Karyawan Swasta 981 2,05 6 Pegawai Negeri Sipil 639 1,33 7 Guru 575 1,20 8 Karyawan Honorer 525 1,10 9 Petani/ Pekebun 437 0,91 10 Pembantu Rumah Tangga 437 0,91 11 Lainnya ,53 Jumlah ,00 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015 Dari jenis pekerjaan yang ada, wiraswasta adalah yang paling banyak dijalankan oleh penduduk. Tabel diatas menunjukkan penduduk yang bekerja sebagaiwiraswasta sebanyak jiwa atau 8,68 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. Kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai buruh/nelayan perikanan sebanyak jiwa atau 8,32% dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Nilaiu TPT di Kabupaten Lingga pada Tahun 2015 sebesar 4,01%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka 4,14%. Tabel. T-II.57. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lingga Tahun Jenis Data Tingkat Pengangguran terbuka 3,55 3,38 2,78 4,14 4,01 Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lingga, 2016 Dibandingkan dengan kabupaten/kota se-provinsi Kepulauan Riau, tingkat pengangguran terbuka pada Tahun 2014 tertinggi di Kabupaten Bintan, sedangkan terendah di Kabupaten Lingga, seperti terlihat pada gambar berikut ini. II.85

86 Gambar. G-II.15 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota di Provinsi Kepri Tahun 2014 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2015 Angka sengketa pengusaha pekerja dari tahun 2011 sampai 2015 adalah 0 dalam artian tidak ada kejadian konflik sengketa antara pengusaha dengan pekerja Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Dalam mengembangkan usahanya koperasi menghadapi kendala utama yang bersifat internal yaitu kelemahan dalam permodalan. Sebagaimana diketahui modal secara otonomi adalah sebagai darah yang akan mendorong sumber daya ekonomi lainnya dalam kegiatan usaha. Oleh karena itu pengembangan permodalan bagi koperasi harus diprioritaskan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar koperasi. No. Uraian Tabel. T-II.58. Data Koperasi Kabupaten Lingga Tahun Tahun KUD Non KUD KUD Non KUD KUD Non KUD 1. Jumlah Unit Usaha Jumlah Anggota Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Lingga Jumlah koperasi tahun 2015 dan 2014 sebanyak 106 unit, dengan rincian 11 KUD dan 95 Non KUD, sedangkan jumlah anggota koperasi untuk tahun 2015 dan tahun 2014 sebanyak orang dan orang, dengan rincian untuk KUD orang orang II.86

87 dan orang dan untuk Non KUD 1068 orang dan 6080 orang. Sedangkan untuk tahun 2013 ada sebanyak 94 unit, dengan rincian 11 KUD dan 83 Non KUD, sedangkan jumlah anggota koperasinya 987 orang dan orang. Gambar. G-II.16 Jumlah Koperasi Menurut Jenis Tahun 2015 Lainnya 30% KUD 10% Perikanan 18% Serba Usaha 42% Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2015 Perkembangan koperasi dapat dilihat melalui indicator persentase koperasi aktif. Data beberapa tahun terakhir menujukkan koperasi aktif di Lingga mengalami penurunan. Tahun 2011 koperasi aktif sebanyak 62,30%, terus meningkat menjadi 63,20% Tahun 2012, 82% pada Tahun 2013 dan mengalami penurunan Tahun 2014 menjadi 47,50%. Angka ini kembali meningkat menjadi 50% pada tahun Selain koperasi, di Kabupaten Lingga juga berkembangan usaha kecil dan menengah (UKM). Jumlah UKM selama 4 (empat) tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dalam arti mengalami peningkatan jumlah. Tabel. T-II.59. Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Lingga Tahun Indikator Jumlah UKM Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga Penanaman Modal Jumlah investor yang menanamkan modalnya di Kabupaten Lingga terhitung dari tahun 2011 sampai 2015 hanya 1 investor dalam negeri. Kabupaten Lingga nampaknya II.87

88 belum dilirik oleh investor disebabkan oleh masalah lahan yang tumpang tindih dan infrastruktur yang belum baik. Ketersediaan pelayanan penunjang pemerintah daerah dalam menarik investor masih kurang. terkahir sebagai berikut: Adapun nilai realisasi PMDN selama beberapa tahun Tabel. T-II.60. Nilai Realisasi PMDN Kabupaten Lingga Tahun Tahun (Milyar Rupiah) , , Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga Kepemudaan dan Olahraga Salah satu indicator yang menunjukkan perhatian pemerintah terhadap pengembangan olaharaga yaitu jumlah lapangan olahraga. Adapun jumlah lapangan olahraga di Lingga selama 5 tahun terakhir tetap sama yaitu 19 buah. Tabel. T-II.61. Jumlah Lapangan Olahraga Tahun Indikator Kinerja Satuan Lapangan Olahraga Jumlah Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Dalam mewadahi urusan wajib Kesatuan Bangsa dan Plitik Dalam Negeri maka Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lingga melaksanakan kegiatan berupa pembinaan terhadap partai politik dan berbagai kegiatan yang terkait dengan kesatuan bangsa. Adapun indikator capaian kesatuan bangsa dan politik dalam negeri sebagai berikut: II.88

89 Tabel. T-II.62. Indikator Capaian Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri Tahun No Indikator Kinerja Satuan Jumlah Kegiatan Pembinaan terhadap Parpol Tingkat Partipasi Pemilih dalam Pileg, Pilbup dan Pilpres Kegiata n Persen Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau. Secara administrasi, maka Kabupaten Lingga terdiri dari 9 kecamatan dengan rincian sebanyak 75 desa/kelurahan dan 7 diantaranya adalah berstatus kelurahan. Dan kecamatan yang termasuk wilayah Kabupaten Lingga adalah Singkep Barat, Singkep, Singkep Selatan, Singkep Pesisir, Lingga, Selayar, Lingga Timur, Lingga Utara, dan Senayang. Dengan dijadikannnya Kabupaten Lingga sebagai daerah otonom, maka kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga adalah mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang Politik Luar Negeri, Pertahanan Keamanan, Yuridis, Moneter dan Fiskal Nasional, Agama, serta kewenangan di bidang lain seperti kebijakan perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), pendayagunaan SDM dan Sumber Daya Alam (SDA) serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan standarisasi nasional. Jumlah satpol PP (banpol PP) di Kabupaten Lingga pada tahun 2015 tercatat sebanyak 111 orang yang bertugas. Sedang jumlah Linmas yang aktif sebanyak 512 orang. Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 15,63% dan Indeks Kepuasan Masyarakat dari tahun 2011 sampai dengan 2015 belum ada survey. II.89

90 Tabel. T-II.63. Capaian Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Tahun No Indikator Kinerja Satuan Rasio Satpol PP per penduduk 2 Jumlah Satlinmas per penduduk Rasio 1 : 11 1 : 11 1 : 12 1 : 12 1 : 12 rasio 1 : 71 1 : 72 1 : 72 1 : 98 1 : 58 3 Petugas Linmas orang Pertumbuhan ekonomi persen 6,65 6,58 6,54 6,80 3,12 5 Kemiskinan Persen 12,98 14,17 13,55 14,75 14,63 6 Indeks kepuasan layanan masyarakat Ada/tidak tidak tidak tidak Tidak Tidak Perpustakaan Pembangunan di bidang perpustakaan diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas perpustakan, meningkatkan layanan informasi perpustakaan berbasis teknologi informasi, meningkatkan minat baca masyarakat dengan mengoptimalkan fungsi Taman Bacaan Masyarakat (TBM), perpustakaan di sekolah, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana perpustakaan melalui operasionalisasi perpustakan keliling. Tabel. T-II.64. Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan No Indikator Jumlah Pengunjung Perpustakaan Umum 880 Mahasiswa 399 Pelajar 1366 Anak-anak Jumlah Judul Buku Jumlah Buku Sumber: RKPD Kabupaten Lingga Tahun 2016, Kantor Perpustakaan dan Arsip Ketahanan Pangan Ketersediaan pangan utama adalah rata-rata ketersediaan beras per 1000 penduduk dalam setahun. Indikator Kinerja ketersediaan pangan utama pada tahun 2011 mencapai 40,9% dan mengalami sedikit peningkatan pada tahun-tahun berikutnya. Tahun 2014 II.90

91 mencapai 41,9%. Berikut adalah tabel ketersediaan pangan utama di Kabupaten Lingga tahun Tabel. T-II.65. Ketersediaan Pangan Utama (Ton) Kabupaten Lingga Tahun (%) Indikator Ketersediaan Pangan Utama 40,9 41,10 41,28 41,9 Sumber: Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lingga, tahun Pemberdayaan Masyarakat dan Desa PKK aktif pada tahun 2011 mencapai 100%, kondisi ini bertahan setiap tahunnya sampai dengan tahun 2015 masih tetap 100%. Hal ini berarti selama 5 tahun terakhir, dari semua PKK di Kabupaten Lingga semuanya aktif Fokus Layanan Urusan Pilihan Urusan pilihan merupakan urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan yang ada di Kabupaten Lingga Pertanian Sub sektor tanaman bahan makanan adalah merupakan salah satu sub sektor pada sektor pertanian. Sub sektor tersebut mencakup tanaman ubi kayu dan ubi jalar.produksi bahan makanan/palawija pada tahun 2013 mencapai 1.191,6 ton. Apabila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar ton, maka terjadi penurunan sekitar 1,11%. Sedangkan untuk tahun 2015 dengan jumlah produksi (ton) yaitu 135,48 ton. Dengan didominasi oleh Ubi Kayu dan kedua adalah Jagung dan berikutnya adalah Ubi Jalar. Produksi dari tanaman sayur-sayuran pada tahun 2015 mencapai 1.615,30 Ton. produksi tertinggi didominasi oleh kangkung yakni sebesar 510,3 ton, diikuti bayam sebesar 304,9 ton. Sebaliknya produksi terendah adalah terong yaitu 22 ton dan produksi untuk Kubis dan Buncis 0 Ton. II.91

92 Gambar. G-II.17 Jumlah Produksi Palawija Menurut Komoditi Tahun 2015 (Ton) Ubi Kayu 38% Ubi Jalar 14% Jagung 48% Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Lingga,2016 Untuk pertanian tanaman pangan yang terdiri dari tanaman palawija dan hortikultura, telah dikembangkan oleh masyarakat untuk keperluan pasar lokal maupun dipasarkan keluar daerah Kabupaten Lingga. Untuk tanaman pangan jenis komoditi ubi kayu merupakan unggulan daerah dengan luas tanam 200,50 ha dan produksi sebanyak 4.253,69 ton. Kemudian diikuti oleh jagung seluas 150,5 ha dengan produksi sebanyak 743,96 ton dan ubi jalar seluas 82,6 ha dengan produksi sebanyak 779,73 ton. Luas tanaman dan potensi lahan palawija tahun dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel. T-II.66. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Pangan/ Palawija Kabupaten LinggaTahun No Jenis Komoditi Luas Tanam (Ha) Produksi (ton) Ubi Kayu , ,69 2 Jagung , , ,36 3 Ubi Jalar 26, , ,43 4 Kacang Tanah Talas Padi ,48 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lingga, 2016 Luas tanam sayur mayur menurut komoditas pada dari tahun mencapai 1,400,47 ha yang mayoritas ditanami dengan kangkung yaitu seluas 305,20 ha diikuti dengan kacang panjang seluas 259,30 ha dan sawi seluas 196,20 ha. Produksi sayur mayur dari tahun sebanyak ,30 ton menurut jenis komoditas Produksi tertinggi II.92

93 didominasi oleh sawi yakni sebesar ,90 ton, kemudian diikuti kangkung sebesar ,30 ton. Sebaliknya produksi terendah adalah buncis yaitu 55 ton. Tabel. T-II.67. Luas Tanam dan Produksi Sayur-sayuranTahun No Jenis Komoditi Luas Tanam (Ha) Produksi (ton) Petsai/Sawi 66, , ,5 2 K. Panjang 76, , ,7 14,83 3 Cabe , ,5 5,16 4 Kubis Terung 15, ,26 6 Buncis , Ketimun 49, , ,94 8 Kangkung 89, , ,61 9 Bayam , ,8 18, ,1 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lingga, ,6 125, ,3 304, ,3 Beberapa kendala yang dihadapi para petani selain disebabkan kendala produksi adalah karena sulitnya mendapatkan sarana produksi pertanian salah satunya pupuk dan masalah pemasaran hasil pertanian. Meskipun demikian upaya peningkatan dan pengembangan produktivitas sayur-mayur di Kabupaten Lingga terus dilaksanakan. Tabel. T-II.68. Realisasi Produksi Buah-buahan Tahun No Jenis Komoditi Produksi (ton)/ Tahun Durian 1,4 45, ,9 118, Pisang 689,65 18, ,84 36, Cempedak/Nangka 0,3 6, , Rambutan 0 26, , Manggis 0 3,4 5 0,1 10, Sukun 9,75 4, ,8 1, Nenas 158,29 3, ,5 2, Duku/Langsat 0 2, ,6 12, Pepaya 48,92 2, ,55 6, Jeruk 75,99 1,22 0 0,4 0,22 0 II.93

94 11 Mangga 8,35 3,4 2 9,9 9, Salak 10,12 0, ,42 1, Jambu Air 0,26 0,08 7 1,05 1, Jambu Biji 0,03 6,11 5 4,1 1, Sawo 1,7 2, ,7 0, Sirsak 1,47 1,61 0 0,3 0, Belimbing 0,02 2,17 0 0,7 0,12 0 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Lingga, ,3 131, ,86 217, Produksi buah-buahan di Kabupaten Lingga mempunyai potensi yang bagus untuk dikembangkan di masa mendatang. Selama tahun , produksi buah durian mampu menghasilkan 1.226,03 Ton, pisang mencapai 1480,71 ton, buah pepaya mampu menghasilkan 278,12 ton, dan buah nenas mampu menghasilkan 271,47 ton Perkebunan Potensi perkebunan di Kabupaten Lingga masih didominasi oleh komoditas karet. Pada Tahun 2015, luas lahan yang digunakan untuk perkebunan karet mencapai ,50 ha dengan produksi sebanyak ton. Secara umum, seluruh jenis komoditi mengalami peningkatan produksi selama 5 tahun terakhir. Gambar. G-II.18 Jumlah Produksi Perkebunanan Menurut Komoditi Di Kabupaten Lingga Tahun 2015 (Ton) Kelapa Dalam 15% Lada 2% Sagu 32% Karet 51% Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lingga, 2016 II.94

95 No Jenis Komoditi Tabel. T-II.69. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Tahun Luas Tanam (Ha) Produksi (ton) Sagu 3.391, , , , Karet 9.275, , , , , , , , Kelapa Dalam 2.787, , , , , ,6 4 Lada 73,87 100,08 118,89 87, ,50 31, ,02 37, , , , , , , , ,40 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lingga,2016 II.95

96 Peternakan Potensi peternakan juga memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan di Kabupaten Lingga. Pada tahun 2015, populasi ternak sapi dan kambing telah dihasilkan ekor sapi, 896 ekor kambing yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lingga. Populasi Ayam Kampung memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak ekor, populasi Ayam Petelur dan Ayam Pedaging masing-masing sebanyak dan ekor. Dan populasi Itik sebanyak 1548 ekor. Tabel. T-II.70. Populasi Ternak di Kabupaten LinggaTahun Populasi No Jenis Komoditi Sapi Kambing Ayam Buras Itik Ayam Ras Pedaging Ayam Ras Petelur Babi Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga Untuk jenis ternak kecil/unggas yaitu ayam buras dan itik, populasinya menyebar diseluruh kecamatan dengan rincian populasi ayam buras sebanyak ekor ayam buras dan itik sebanyak ekor itik. Sedangkan ayam ras pedaging populasinya sebanyak ekor,cayam ras petelur sebanyak ekor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini Perikanan Potensi perikanan di Kabupaten Lingga didominasi oleh perikanan laut dan sektor perikanan laut masih merupakan sektor andalan di Kabupaten Lingga. Volume produksi perikanan laut selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Penangkapan sebanyak ton pada tahun 2010, meningkat menjadi ,671 ton pada tahun 2011, meningkat pada tahun 2012 menjadi ton meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi ton, dan II.96

97 pada tahun 2014 meningkat menjadi 33,396 ton. Nilai produksi pada tahun 2010 sebesar Rp , meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp dan meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi Rp , meningkat lagi pada tahun 2014 sebesar Rp Untuk budidaya laut volume produksi tahun 2010 sebanyak 183,13 ton, meningkat pada tahun 2011 sebanyak 251 ton, meningkat pada tahun 2012 menjadi 330 ton dan pada tahun 2013 menjadi 292,72 ton serta pada tahun 2014 meningkat menjadi ton, dengan nilai produksi pada tahun 2010 sebesar Rp , meningkat pada tahun 2011 sebesar Rp dan meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi Rp serta pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp Secara keseluruhan, volume produksi maupun nilai produksi perikanan di Kabupaten Lingga mengalami peningkatan dari tahun Meningkatnya hasil produksi perikanan di Kabupaten Lingga tidak bisa terlepas dari usaha Pemerintah Kabupaten Lingga dalam meningkatkan sarana dan prasarana sektor perikanan. Pada tahun 2013, jumlah armada kapal/perahu penangkapan ikan mencapai unit, terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak unit, perahu bermotor sebanyak 283 unit, dan perahu tempel sebanyak unit. Tabel. T-II.71. Volume Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat di Kabupaten Lingga Tahun (Ton) No Produksi Penangkapan , Budidaya Laut 183, ,74 58,503 90,68 3 Budidaya Air Tawar 6, Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga Untuk jumlah alat penangkap ikan mencapai unit terdiri dari lampara dasar sebanyak 14 unit, jaring insang sebanyak 1.459, jaring udang sebanyak 740, pancing ulur sebanyak 1.723, kelong bilis sebanyak 655, bubu sebanyak 1.305, jaring tamban sebanyak 285, dan lainnya sebanyak unit. II.97

98 Berikut ini disajikan nilai produksi perikanan laut sejak tahun 2010 sampai dengan Dari darat tersebut diketahui bahwa produksi perikanan tangkap meningkat setiap tahun, sedangkan budidaya laut juga mengalami peningkatan sejak 2010 sampai Tabel. T-II.72. Nilai Produksi Perikanan Laut di Kabupaten Lingga Tahun No Produksi Penangkapan Budidaya Laut Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga Indikator di bidang kelautan dan perikanan yaitu konsumsi ikan masyarakat. Konsumsi ikan masyarakat Lingga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan pada Tabel berikut ini. Tabel. T-II.73. Konsumsi Ikan Masyarakat Lingga Tahun Indikator satuan Konsumsi ikan Kg/Kapita/ Tahun Sumber: Dinas Kelautan dan perikana Kabupaten Lingga 41,52 41,95 42,10 43,54 46, Kehutanan Berdasarkan SK menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.76/MenLHK-II/2015 Luas dan persentase hutan menurut fungsi di Kabupaten Lingga dapat dilihat pada tabel ini. Tabel. T-II.74. Luas Dan Persentase Hutan Menurut Fungsi Tahun 2015 Fungsi Luas (Ha) Persentase (%) (1) (2) (3) 01. Hutan Lindung ,6 Conservation Forest 02. Hutan Suaka Alam - - Natural Conservation Forest 03. Hutan Produksi ,5 Production Forest 04. Hutan Produksi Konversi ,1 II.98

99 Conversion Production Forest Jumlah ,00 50,2 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lingga, 2016 Capaian kinerja pembangunan bidang kehutanan sebagai berikut: Tabel. T-II.75. Capaian Kinerja Pembangunan Bidang Kehutanan No Indikator satuan Persentase kerusakan kawasan persen 6,99 5,59 4,66 5,13 n.a hutan Luas hutan Jumlah 2.2 dan lahan kritis yang direhabilitasi n.a Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lingga, Pariwisata Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pariwisata yang menggalakkan kegiatan ekonomi, sehingga lapangan pekerjaan, pendapatan masyarakat serta penerimaan devisa akan dapat meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan. Kabupaten Lingga mempunyai tempat-tempat peninggalan sejarah yang layak untuk pengembangan pariwisata dan panorama alam yang indah yang berbukit dan terjal. Daerah ini mempunyai nilai-nilai budaya sebagai inti peradaban masyarakat yang kuat yang dapat dijadikan objek wisata. Gambar. G-II.19 Banyaknya Objek Wisata Menurut Kecamatan Di Kabupaten Lingga Tahun Singkep 7 Singkep Barat Lingga 3 Lingga Utara 17 Senayang 2 Singkep Selatan Singkep Pesisir Selayar Lingga Timur Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015 II.99

100 Objek wisata di Kabupaten Lingga seluruhnya ada 95 objek wisata yang terdapat di Kecamatan Singkep 10 objek wisata, Singkep Barat 7 objek wisata, Lingga 35 objek wisata, Lingga Utara 3 objek wisata, Senayang 17 objek wisata, Lingga Timur 7 objek wisata, Singkep Pesisir 8 objek wisata, Singkep Selatan 2 objek wisata, serta Selayar 6 objek wisata Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini. Capaian kinerja bidang pariwisata disajikan sebagai berikut: Tabel. T-II.76. Capaian Kinerja Bidang Pariwisata No Indikator satuan Kunjungan wisata 2 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB orang Jumlah (jutaan) Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga , , , , , Perdagangan Nilai volume perdagangan yang ada di Kabupaten Lingga dapat diketahui dari transaksi ekspor dan impor yang ada, berikut nilai ekspor dan impor yang ada di Kabupaten Lingga. Volume ekspor Kabupaten Lingga tahun 2014 mencapai kg melalui Pelabuhan Dabo Singkep. Nilainya mencapai US$ yang merupakan total nilai ekspor dari Kabupaten Lingga. Adapun negara yang menjadi tujuan ekspor adalah Cina. Gambar. G-II.20 Perkembangan Nilai Ekspor Melalui Kabupaten Lingga, (US$) Sumber: data dalam angka Kab. Lingga, 2014 II.100

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PEMEKARAN DAN PEMBENTUKAN KECAMATAN LINGGA TIMUR KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA,

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan gambaran awal tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Lingga secara umum. Gambaran umum tersebut

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sebuah ekosistem mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi utama dalam ekosistem sumber daya hutan adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB Ill ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah... lll Isu Strategis... lll-9

DAFTAR ISI. BAB Ill ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah... lll Isu Strategis... lll-9 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum...I-2 1.3. Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya..I-5

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Acara :

Disampaikan Pada Acara : Disampaikan Pada Acara : Balancing Spatial Planning, Sustainable Biomass Production, Climate Change and Conservation (Menyeimbangkan Penataan Ruang, Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan, Perubahan Iklim

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LINGGA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LINGGA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LINGGA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA TAHUN 2014 PENGANTAR Perencanaan mendapatkan posisi strategis sebelum memulai berbagai aktivitas organisasi, perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Tanjungpinang adalah salah satu kota dan sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 31 Tahun 1983 Tanggal

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

SINOPSIS SEJARAH KABUPATEN KARIMUN

SINOPSIS SEJARAH KABUPATEN KARIMUN SINOPSIS SEJARAH KABUPATEN KARIMUN Kabupaten Karimun terletak diantara 0 35 Lintang Utara sampai dengan 1 10 Lintang Utara dan 103 30 Bujur Timur sampai dengan 104 Bujur Timur dengan luas keseluruhan mencapai

Lebih terperinci

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K Latar Belakang Dasar Hukum Pengertian Peran BIG dalam Penyusunan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI -157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 Jumlah pulau : 2.408 pulau Berpenghuni : 366 buah (15 %) Belum berpenghuni : 2.042buah

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN I iv DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera 1 2 3 Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang - Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera) Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN KAWASAN LINDUNG DAN KONSERVASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PEMEKARAN DAN PEMBENTUKAN KECAMATAN SINGKEP SELATAN KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA,

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

LAPORAN PEMILIHAN LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN PLTU NATUNA 2X7 MW

LAPORAN PEMILIHAN LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN PLTU NATUNA 2X7 MW LAPORAN PEMILIHAN LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN PLTU NATUNA 2X7 MW PT PLN (PERSERO) WILAYAH RIAU DAN KEPULAUAN RIAU MARET 2010 Hal 1 LAPORAN PEMILIHAN LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN PLTU NATUNA 2X7 MW KABUPATEN

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011-2031 I. UMUM Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL. PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/96;

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DESA TANJUNG HARAPAN KECAMATAN SINGKEP KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS BAB 5 PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

Lebih terperinci

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan

Lebih terperinci

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Oleh : ERINA WULANSARI [ ] MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANGKA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA Kab. Kutai Timur)

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DESA SEDAMAI KECAMATAN SINGKEP KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA Menimbang

Lebih terperinci