KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA BARAT
|
|
- Hamdani Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA BARAT Susanto, Sigit Wijaksono, Albertus Galih Prawata Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, ABSTRACT Increasing housing needs and limited land and market conditions that have been severely damaged. The lack of thermal comfort in the room resulted increasing electrical energy consumption and costs, for fastest step taken is the use of air conditioning. So the purpose of this research is to create thermal comfort on apartment in West Jakarta. The method used in this study is a quantitative study, by using simulations Designbuilder, Ecotect and FlowDesgin of openings and overhang to variable thermal comfort. Udar variables include temperature, wind speed and relative humidity. From the analysis it is evident that the form of architectural elements that are closer to the thermal comfort is the B models on the low zone and mid zone and high zone C models with the addition of overhangs on unit apartment windows. Where thermal comfort according Lippsmeier including air temperature 24 o C - 28 o C, wind speed 0,2-1,5m / s and 60-70% relative humidity. The results of this study are expected to be input or reference on thermal comfort in apartment.(s) Keywords : Apartment, Thermal Comfort, Opening, Overhangs ABSTRAK Kebutuhan rumah semakin meningkat dan lahan terbatas serta kondisi pasar yang sudah rusak parah. Kurangnya kenyamanan termal pada ruang berakibat bertingkatnya konsumsi energi listrik serta biaya, sebab langkah tercepat yang dilakukan adalah penggunaan AC. Maka itu tujuan penelitian ini adalah menciptakan kenyamanan termal pada rumah susun di Jakarta Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu dengan menggunakan simulasi Designbuilder dan Ecotect dari bukaan dan overhang terhadap variabel kenyamanan termal. Variabel tersebut meliputi suhu udar, kecepatan angin dan kelembaban relatif. Dari hasil analisis terbukti bahwa bentuk elemen arsitektur yang lebih dekat dengan angka kenyamanan termal adalah model B (20% dari luas lantai) pada low zone dan mid zone dan model C (25% dari luas lantai) pada high zone dengan penambahan overhang pada jendela unit rumah susun. Dimana kenyamanan termal menurut Lipsmeier antara lain suhu udara 24 o C 28 o C, kecepatan angin 0,2-1,5m/s dan kelembaban 60-70%. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan atau acuan tentang kenyamanan termal pada rumah susun.(s) Kata kunci : Rusunawa, Kenyamanan Termal, Bukaan, Overhang
2 PENDAHULUAN Pembangunan rumah susun dan pasar pada kelurahan Rawa Buaya kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat tepatnya di jalan lingkar luar merupakan program pemerintah untuk menjawab permasalahan dari permintaan akan rumah yang semakin meningkat dengan lahan yang ada terbatas. Serta pasar yang berfungsi sebagai tempat mencari nafkah oleh para pedagang yang akan menghuni di rumah susun tersebut kondisinya sudah rusak parah. Gambar 1 Kondisi Pasar Rawa Buaya dan Pemukiman Pembangunan berkelanjutan sangat penting untuk diaplikasikan di era modern ini khususnya pada penggunaan energi. Dimana Jakarta terletak lebih kurang pada posisi 6 LS dan 107 BT. Posisi geografis tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dan Jakarta terletak sangat dekat (di sekitar) garis khatulistiwa yang beriklim ekternal tropis lembab, dengan temperatur berkisar antara C, hampir tidak ada perbedaan temperatur harian dan tahunan. Kelembaban sepanjang tahun yang cukup tinggi, antara 80% - 90%. Curah hujan (sangat) tinggi antara bulan Desember - Januari. Suhu rata-rata di Jakarta 31 C dan mencapai 35 C pada kondisi tertentu. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sebab produktifitas kerja manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Suhu nyaman termal untuk orang Indonesia berada pada rentang suhu 22,8 C - 25,8 C dengan kelembaban 70%. Langkah yang paling mudah untuk mengakomodasi kenyamanan tersebut adalah dengan melakukan pengkondisian secara mekanis (penggunaan AC) di dalam bangunan yang berdampak pada bertambahnya penggunaan energi (listrik). Menurut Tri Harso Karyono (2010), bangunan merupakan salah satu sektor dominan yang menghasilkan emisi CO 2 terbanyak ke atmosfer. Untuk itu diperlukan suatu gerakan dalam arsitektur untuk membatasi emisi CO 2 yang dihasilkan bangunan. Arsitektur hijau merupakan salah satu gerakan yang mencoba ke arah itu, membantu meminimalkan emisi CO 2 yang ditimbulkan bangunan. Sebuah desain yang baik bila kenyamanan tersebut dicapai melalui pendekatan desain pasif (passive design) bukan desain aktif (active design). METODE PENELITIAN Pada metode penelitian, untuk mendapatkan hasil pembahasan mengenai proyek rumah susun dan pasar dengan pendekatan konsep kenyamanan termal di Jakarta Barat dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer yang didapatkan berupa : 1. Wawancara dengan pihak dinas perumahan dan gedung Pemda DKI Jakarta untuk mendapatkan rencana peraturan lahan terbaru dan pembangunan rusunawa serta unit-unit pasar. 2. Foto-foto bangunan sekitar tapak dan kondisi tapak di pasar lokbin Rawa Buaya. Data sekunder yang didapatkan berupa : 1) Teori tentang kenyamanan termal dan perancangan pasif. Standar kenyamanan termal dari buku bangunan tropis, Georg Lippsmeyer. Tindakan arsitektural yang bisa dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal dari jurnal penelitian Basaria Talarosha, Metode perancangan pasif sebagai penunjang kenyamanan termal dari perancangan skyscraper oleh arsitek ken yeang, ) Data rata-rata iklim di Jakarta. Untuk mengetahui rata-rata iklim di jakarta yaitu rata-rata suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin sebagai pendukung untuk mencapai kenyamanan termal dari Stasiun BMKG Cengkareng, dari
3 3) Data tapak dan kondisi eksisting. Yaitu peta tapak untuk menunjukkan bangunan sekitar tapak, luas jalan, posisi tapak dan orientasi matahari dari google earth dan lrk.tatakota-jakartaku.net. 4) Mengetahui arah angin yang dominan, dari program ecotect. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode simulasi untuk mengetahui kenyamanan termal (suhu udara 24 o C 28 o C, kecepatan angin 0,2-1,5m/s dan kelembaban 60-70%) pada bangunan. Dimana pada simulasi terdapat 2 jenis variabel yaitu variabel tetap berupa iklim luar dan kondisi bangunan sekitar serta variabel bebas berupa luas bukaan yang dibuat 3 tipe (15%, 20% dan 25% dari luas lantai ruang) dan penambahan overhang sepanjang 1 meter. HASIL DAN BAHASAN Untuk mencapai kenyamanan termal pada proyek ini, analisa yang dilakukan mengenai : 1. Analisa Bangunan Sekitar Tapak Gambar 2 Kondisi Tapak dan Sekitarnya Dapat disimpulkan bahwa ketinggian bangunan di sekitar tapak paling tinggi 4 lantai, sehingga tidak mengganggu sirkulasi angin yang mengalir ke dalam unit rusun. 2. Analisa Massa Bangunan Rusun Pasar Taman Rusun Pasar Gambar 3 Gubahan Massa Bangunan
4 Massa bangunan mengikuti bentuk tapak dan menggunakan sistem sirkulasi double loaded sehingga bentuk bangunannya memanjang. Untuk pasar terdapat di lantai 1-4 dengan bentuk persegi empat pada sisi timur rusun dengan pertimbangan penyediaan taman sebagai ruang terbuka hijau. 3. Analisa Matahari Tabel 1 Orientasi Bangunan Terhadap Matahari Alternatif 1 Pemanfaatan lahan yang tidak efektif. Bangunan terkena sinar matahari dari barat-timur yang bisa menyebabkan suhu di dalam ruangan meningkat. Penghijauan lebih banyak. Alternatif 2 Lebih efektif dalam penggunaan lahan. Bentuk massa bangunan mengikuti bentuk lahan. Sisi panjang bangunan menghadap ke arah utara-selatan. Pada analisa ini orientasi bangunan yang berbentuk memanjang dirancang dengan sisi kecil bangunan yang mengarah langsung ke Timur-Barat, sehingga bisa meminimalkan panas matahari masuk ke dalam bangunan. 4. Analisa Angin Sebelum menentukan orientasi bangunan terhadap angin, perlu dianalisa arah datangnya angin, untuk analisa arah datangnya angin menggunakan windrose yang ada di ecotect, berikut tampilannya : Gambar 4 WindRose dan Persentase Arah Angin yang Dominan Dari hasil persentase arah angin pada windrose terdapat 3 arah angin yang dominan, yaitu Barat (14,6%), Timur (13,65) dan Selatan (15,5%). Dikarenakan ketinggian bangunan di sekitar tapak tidak tinggi yaitu berkisar antara 2 4 lantai, maka arah angin tidak mengalami
5 perubahan posisi. Untuk perancangan ini arah angin yang digunakan adalah arah angin Selatan, disatu sisi arah Selatan memiliki persentase paling besar, juga karena pada analisa orientasi bangunan terhadap matahari telah dijelaskan untuk menghindari dari panas matahari, maka orientasi bangunan yang baik adalah menghadap ke Utara dan Selatan. 5. Analisa Penataan Unit Rusun Pada analisa ini, terdapat 3 alternatif perletakan unit rusun yang akan disimulasikan dengan menggunakan program Flow design untuk mengetahui dan menentukan alternatif yang mana yang akan digunakan pada perancangan ini. Berikut hasil simulasinya : a. Alternatif 1 Gambar 5 Hasil Simulasi Angin Alternatif 1 Pada alternatif 1, unit rusun diletakan bersebelahan dengan unit tetangga tanpa lubang angin, sehingga ada beberapa ruangan yang tidak mendapatkan angin ( pengap ). b. Alternatif 2 Gambar 6 Hasil Simulasi Angin Alternatif 2 Perletakan unit yang tidak berbeda jauh dengan alternatif 1, namun terdapat lubang angin yang berfungsi memasukan angin ke dalam bangunan. Akan tetapi perletakan lubang angin yang sejajar, mengakibatkan distribusi angin dari massa ke massa kurang maksimal, sehingga terdapat beberapa ruangan yang tidak mendapat angin. Gambar 7 Dimensi Lubang Angin
6 c. Alternatif 3 Gambar 8 Hasil Simulasi flowdesign Alternatif 3 Pada alternatif 3, lubang angin yang berada di massa 2 dirancang dengan posisi bersingungan serta terdapat perbedaan luas bukaan inlet dan outlet yaitu untuk luas bukaan outlet dibuat lebih kecil dari luas bukaan inlet, dimana dengan itu bisa mempercepat kecepatan angin yang mengalir keluar. 6. Analisa Iklim Gambar 9 Dimensi Lubang Angin Iklim merupakan salah satu faktor utama untuk mencapai kenyamanan termal, yaitu suhu, kelembaban dan kecepatan angin. Berikut ini rata-rata suhu udara menurut BMKG pada tahun 2011 :
7 Gambar 10 Suhu Rata-rata per bulan tahun 2011 Berdasarkan angka kenyamanan termal oleh diagram lippsmeier tentang suhu udara adalah 24 o C 28 o C. Berdasarkan gambar 4.28 di atas, suhu udara rata-rata mendekati area kenyamanan termal, sehingga memungkinkan untuk menggunakan penghawaan alami pada tapak ini. Perancangan bukaan sangat cocok untuk mengurangi panas yang masuk ke dalam bangunanan dan juga bisa memasukan aliran angin untuk menyejukan suhu udara di dalam ruangan serta mengurangi kelembaban yang tinggi. Berikut gambar rata-rata kelembaban udara pada tahun 2011 menurut BMKG :. Gambar 11 Rata-Rata Kelembaban Udara Per Bulan Tahun 2011 Dari tabel di atas, diperoleh rata-rata kelembaban udara di Jakarta sepanjang tahun sebesar 75%. Berdasarkan standar kelembaban udara di diagram lipsmeier berkisar antara 60-70%. Dimana kelembaban udara tinggi bisa dihalau dengan aliran udara. Dengan desain yang menyiasati aliran udara masuk ke dalam ruangan sehingga kelembaban udara bisa berkurang dan tercapai kenyamanan termal. Berikut gambar rata-rata kecepatan angin pada tahun 2011 menurut BMKG, antara lain : Gambar 12 Rata-Rata Kecepatan Udara Per Bulan Tahun 2011 Rata-rata kecepatan angin adalah berkisar 1,02 1,53 m/s. angka kenyamanan termal tentang kecepatan angin menurut diagram lipsmeier berkisar antara 0,2m/s 1,5m/s. Sehingga sangat berpeluang untuk melakukan kenyamanan termal pada tapak ini.
8 7. Analisa Bukaan dan Penahan Panas Matahari Dari hasil pengukuran Stasiun BMKG Cengkareng, dapat diketahui bahwa terdapat angka-angka kenyamanan termal yang masih belum memenuhi standar kenyamanan termal. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa rancangan luas bukaan dan penahan panas matahari yang akan diterapkan pada bangunan ini. Luas bukaan yang dirancang ada 3 tipe yaitu model A dengan 15% dari luas lantai, model B dengan 20% dari luas lantai dan model C dengan 25% dari luas lantai. Tabel 2 Luas bukaan Jendela Luas Jendela Luas Ruang(m²) unit A 12, % 20% 25% 1, ,4685 3, Ruang unit B 14,1 2,115 2,82 3,525 Tengah unit C 12,3325 1, ,4665 3, unit D 14,095 2, ,819 3,52375 unit A 4,3475 0, ,8695 1, unit B 5,2725 0, ,0545 1, Kamar Tidur A unit C 4,7175 0, ,9435 1, unit D 5,4 0,81 1,08 1,35 unit A 6,345 0, ,269 1,58625 Kamar unit B 7,695 1, ,539 1,92375 Tidur B unit C 7,2675 1, ,4535 1, unit D 7,695 1, ,539 1,92375 unit A 2,9625 0, ,5925 0, Kamar unit B 3,21 0,4815 0,642 0,8025 Mandi unit C 3,21 0,4815 0,642 0,8025 unit D 3,21 0,4815 0,642 0,8025 Sebelum melakukan simulasi pada unit rusun, perlu menentukan tipe jendela yang digunakan, dikarenakan tipe jendela mempengaruhi banyaknya angin yang masuk ke dalam ruangan. Gambar 13 Tipe Jendela Dan Persentase Angin Yang Melaluinya
9 Dari tipe jendela di atas, bentuk jendela Casement dengan persentase paling besar yaitu 95% yang akan diterapkan dan dimasukan menjadi variabel simulasi. Sehingga model jendela yang digunakan pada unit rusun adalah sebagai berikut : Kasa Nyamuk Gambar 14 Model Jendela Pada Unit Rusun Berikut simulasi dengan program flowdesign pada unit rusun, untuk memperlihatkan pergerakan angin dalam unit : Gambar 15 Hasil Simulasi Pada Unit Rusun Dari hasil simulasi di atas dapat diketahui penataan bukaan yang sedemikian membuat pergerakan angin dalam unit lebih maksimal, sehingga bisa terwujudnya kenyamanan termal dalam ruangan tersebut. Dari 3 model bukaan dan dimensi bukaan (Tabel 2 dan Gambar 22), maka dilakukan simulasi dengan Designbuilder dan Ecotect, simulasi ini dilakukan pada tanggal 23 maret/september, 21 juni dan 22 desember jam WIB dan level lantai low zone (10 meter), mid zone (30 meter) dan high zone (50 meter). Sebab menurut gerak revolusi yaitu gerakan bumi berputar pada orbitnya dalam mengelilingi matahari. Maka terdapat bulan-bulan tertentu dimana posisi bumi dekat dengan matahari. Gambar 16 Pergeseran Matahari Dari Khatulistiwa BMKG melakukan pemantauan suhu minimum harian (mencatat suhu sekitar pukul dini hari) dan suhu maksimum harian (mencatat suhu sekitar pukul 14.00) selama beberapa dekade dari diakses pada tanggal 1 Agustus 2014.
10 Berikut hasil simulasinya : a. Model A ( 15% dari luas lantai ruang ) Tabel 3 Hasil Simulasi Kenyamanan Termal Pada Model A Tanggal 23 Mar/ Sep 21 Juni 22 Des Level Lantai Kenyamanan Termal Suhu ( o C) kec. Angin (m/s) Kelembaban (%) low zone 28,05 0,27 60,30 mid zone 28,15 0,17 60,26 high zone 29,295 0,34 63,07 low zone 28,05 0,26 67,82 mid zone 28,15 0,18 68,01 high zone 29,295 0,34 71,82 low zone 28,05 0,27 58,76 mid zone 28,15 0,16 58,96 high zone 29,29 0,31 61,90 b. Model B ( 20% dari luas lantai ruang ) Tabel 4 Hasil Simulasi Kenyamanan Termal Pada Model B Tanggal 23 Mar/ Sep 21 Juni 22 Des Level Lantai Kenyamanan Termal Suhu ( o C) kec. Angin (m/s) Kelembaban (%) low zone 28,05 0,30 63,80 mid zone 28,15 0,19 63,99 high zone 29,295 0,36 64,13 low zone 28,05 0,34 72,28 mid zone 28,15 0,19 72,43 high zone 29,29 0,36 72,56 low zone 28,05 0,33 62,92 mid zone 28,15 0,17 63,12 high zone 29,29 0,32 63,27 c. Model C ( 25% dari luas lantai ruang ) Tabel 5 Hasil Simulasi Kenyamanan Termal Pada Model C Tanggal 23 Mar/ Sep 21 Juni 22 Des Level Lantai Kenyamanan Termal Suhu ( o C) kec. Angin (m/s) Kelembaban (%) low zone 29,15 0,31 62,37 mid zone 29,295 0,21 62,52 high zone 30,15 0,41 62,63 low zone 29,15 0,31 70,93 mid zone 29,295 0,20 71,05 high zone 30,15 0,38 71,15 low zone 29,15 0,21 61,03 mid zone 29,295 0,20 61,17 high zone 30,15 0,38 61,28
11 Dari hasil simulasi di atas disimpulkan bahwa pada model B digunakan pada low zone dan mid zone sedangkan untuk high zone menggunakan model C. dimana pertimbangannya adalah angka kenyamanan termal yang lebih mendekati standar kenyamanan termal (suhu = o C, kec.angin = 0,2-1,5m/s dan kelembaban = 60-70%). Akan tetapi juga terdapat suhu yang masih di atas standar yaitu 29,095 o C. maka itu diberikan penahan panas matahari berupa overhang sepanjang 1 meter pada bukaan jendela unit rusun. Berikut hasil simulasinya : Tabel 6 Hasil Simulasi Kenyamanan Termal Dengan Overhang Jendela Tanggal 23 Mar/ Sep 21 Juni 22 Des Level Lantai Kenyamanan Termal Suhu ( o C) kec. Angin (m/s) Kelembaban (%) low zone 27,05 0,27 63,02 mid zone 27,35 0,21 63,15 high zone 28,075 0,28 63,24 low zone 26,995 0,27 72,21 mid zone 27,35 0,20 72,31 high zone 28,08 0,28 72,39 low zone 26,995 0,27 62,60 mid zone 27,35 0,20 62,72 high zone 28,08 0,30 62,80 Dapat disimpulkan penambahan penahan panas matahari pada rumah susun sangat membantu dalam penurunan suhu, akan tetapi masih terdapat kelembaban yang di atas standar. Hal ini bisa disiasati dengan pemberian kipas angin sebagai penunjang untuk menurunkan kelembaban udara. Sebab kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau atmosfer. Pada malam hari, penghuni rumah susun berkumpul bersama melakukan aktivitas, sehingga kenyamanan termal pada malam hari sebagai berikut : Tabel 7 Hasil Simulasi Pada Rumah Susun Di Malam Hari Tanggal September Level Lantai Suhu ( o C) Kenyamanan Termal Kec. Angin (m/s) Kelembaban (%) Low Zone 27,64 0,20 70,29 Mid Zone 26,60 0,21 67,82 High Zone 25,95 0,26 68,01 Dari simulasi kenyamanan termal pada malam hari, angka-angka yang dihasilkan berada dalam standar kenyamanan termal. Untuk malam hari waktu simulasi diatur pada jam WIB dimana pada saat itu semua anggota keluarga berada di dalam rumah, sedangkan bulan simulasi diatur pada bulan September, dikarenakan pada bulan September kecepatan angin dan suhu berada pada kondisi ekstrim serta pada bukaan jendela di tutup dengan kasa nyamuk. SIMPULAN DAN SARAN Dari analisa yang telah dilakukan dengan program Designbuilder dan Ecotect dapat disimpulkan untuk level lantai low zone dan mid zone menggunakan bukaan jendela model B (20% dari luas lantai), sedangkan untuk level lantai high zone menggunakan model C (25% dari luas lantai) lalu ada overhang pada bukaan jendela unit rumah susun yang menghasilkan angka kenyamanan termal yang paling dekat dengan kenyamanan termal menurut diagram Lipsmeier. Dari hasil pembahasan bisa dilihat analisa yang dilakukan lebih mengarah ke analisa kenyamanan termal ruang, untuk analisa kenyamanan termal pada manusia berupa teori yang menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhinya seperti aktivitas dan pakaian dan cara menyiasatinya, akan tetapi
12 manusia mempunyai peran penting dalam hal kenyamanan termal. Dimana dari manusia itu sendiri yang menerima hasil dari penerapan konsep tersebut yaitu merasakan nyaman dan tidaknya. Saran : Sudah waktunya arsitek memikirkan rancangan rumah susun yang hemat energi, tidak hanya dari aspek jendela dengan desain pasif, tapi juga dari desain model jendela aktif dan dari aspek bangunan lainnya.teknis pemecahan rancangan bangunan hemat energi di Indonesia berbeda dengan dengan kawasan subtropis. Hal ini penting untuk disadari oleh para arsitek agar dalam mengadopsi bentuk dari konsep rancangan arsitektur dari negeri barat (yang umumnya beriklim subtropis) tidak terjebak pada kekliruan yang mendasar. Hal ini dapat dilihat dari ukuran dan bentuk yang seragam pada semua sisi bangunan, sedangkan pada setiap sisi bangunan menerima intensitas dan radiasi sinar matahari yang berbeda-beda. Melalui kajian pada jendela pada rumah susun yang ada dan simulasi model jendela, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan model jendela yang hemat energi, dalam hal ini akan dihasilkan bentuk dan ukuran terbaik secara spesifik pada sisi bangunan dan posisinya dalam ketinggian bangunan. Model yang dihasilkan dari penelitian ini kemudian dapat digunakan sebagai acuan bagi banyak pihak dalam merancang jendela dan tabir matahari pada rumah susun di Indonesia. REFERENSI BUKU ASHRAE. (1989). Handbook of Fundamental Chapter 8: Physiological Principles, Comfort, and Health, ASHRAE, USA Jimmy S. Juwana. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga. Lippsmeyer, Georg. (1994). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga. JURNAL Indrani, Hedy C. (2008). Kinerja Ventilasi Pada Hunian Rumah Susun Dupak Bangunrejo Surabaya. Dimensi Interior, Vol. 6, No.1, Juni 2008: Mediastika, C.E. (2002). Desain Jendela Bangunan Domestik Untuk Mencapai Cooling Ventilation. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 30 No Karyono, Tri Harso, a.l.(2012). Faktor-Faktor Desain Rumah Susun Berpengaruh Terhadap Kenyamanan Termal. Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 2 Agustus 2012 : INTERNET DAN TESIS Ruqoyah, Siti & Rohimat Nurbaya. (2014). Tahun ini, DKI Bangun Rusun di Rawa Buaya. Diakses tanggal 12 April 2014 dari Sadewo, Joko. (2014). Rusun Rawa Buaya Disiapkan Tampung Seribu Keluarga. Diakses tanggal 11 April 2014 dari RIWAYAT HIDUP Susanto lahir di kota Bagansiapiapi, Riau pada Tanggal 23 Juli Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2015.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN
PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi yang baik dapat mempengaruhi
Lebih terperinciPENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
209 PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS Sahabuddin 1, Baharuddin Hamzah 2, Ihsan 2 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kawasan Tanah Abang, merupakan wilayah yang padat di Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Di samping padat akan pemukiman penduduknya, Tanah Abang adalah kawasan bisnis
Lebih terperinciJendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya
Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya Aisyah Adzkia Yuliwarto 1 dan Agung Murti Nugroho 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur/Fakultas
Lebih terperinciDAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel menjadi salah satu solusi tempat sementara seseorang/kelompok untuk menginap selama mereka pelakukan keperluannya di daerah/kota tersebut. Tidak heran di jaman
Lebih terperinciPengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya
Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya Anisa Budiani Arifah 1, M. Satya Adhitama 2 dan Agung Murti Nugroho 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin
PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun
Lebih terperinciINFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)
INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN THERMAL WEBB DI RUMAH TINGGAL T-45 PADA MUSIM KEMARAU Studi Kasus: Rumah Tinggal di Komplek HKSN Permai Banjarmasin M. Tharziansyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan
Lebih terperinciASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM
ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM James Rilatupa 1 ABSTRACT This paper discusses the thermal comfort for room as a part of comfort principles in architecture design. This research
Lebih terperinciAPARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA
APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek, baik itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Banyak sekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prestasi atlet Indonesia merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Indonesia maupun daerahnya masing-masing. Pemerintah harus turut berpartisipasi dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Urban di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama terjadi pada kota-kota besar dan yang utama adalah Jakarta yang juga merupakan ibukota
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan
Lebih terperinciSOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN
SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura
Lebih terperinciSTUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA
STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA 100406077 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STUDI TINGKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Judul Proyek Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas orang di desa maupun orang yang telah lama tinggal di Jakarta. Kian hari kian berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklim tropis lembab yang dialami oleh Indonesia memberikan masalah yang spesifik dalam menciptakan kenyamanan ruang pada bangunan. Masalah yang timbul adalah tingginya
Lebih terperinciRUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI
RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI Muhammad, Nina Nurdiani, Widya Katarina Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat
Lebih terperinciANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL
ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL Fadhil Muhammad Kashira¹, Beta Suryokusumo Sudarmo², Herry Santosa 2 ¹ Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Apartemen yang akan dirancang adalah apartemen dengan berbagai klasifikasi, yakni: High-Rise Apartment. Apartemen dengan sistem beli atau ownership. Double-loaded
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi proyek hotel bisnis di Kuningan, Jakarta Selatan ini adalah kebutuhan akomodasi di kawasan bisnis
Lebih terperinciPengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone
Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone Sofyan Surya Atmaja, Agung Murti Nugroho, Subhan Ramdlani
Lebih terperinciOptimalisasi Penghawaan Alami Pada Bangunan Pendidikan Berlantai Banyak (Studi Kasus : Gedung F FEB UB)
Optimalisasi Penghawaan Alami Pada Bangunan Pendidikan Berlantai Banyak (Studi Kasus : Gedung F FEB UB) Dwiantosa Ahmad Fathony 1, Heru Sufianto 2, Bambang Yatnawijaya 3 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )
SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan
Lebih terperinciKAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI
KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta
Lebih terperinciaktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan diri.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di kota besar seperti Jakarta. Menurut data kependudukan, pada tahun 1930 penduduk Jakarta yang
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik
Lebih terperinciASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI
Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang
PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek Di ibukota Jakarta, penduduknya lebih banyak adalah para pendatang dari luar daerah Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka berasal dari
Lebih terperinciEvaluasi Kenyamanan Termal pada Ruang Kelas Pondok Pesantren Daar el-huda di Kabupaten Tangerang
Evaluasi Kenyamanan Termal pada Ruang Kelas Pondok Pesantren Daar el-huda di Kabupaten Tangerang Azka Noor 1 dan Heru Sufianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciRESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciberfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori
Lebih terperinciEFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT
EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT Charleshan, Renhata Katili, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan Jl. K.H. Syahdan No.9, Kemanggisan, Jakarta
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian
Lebih terperinciPengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Pengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Putri Nabila Zatibayani 1, Agung Murti Nugroho 2, Herry Santosa 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keutamaan untuk beribadah dan memakmurkan mesjid banyak dijabarkan pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36 Bertasbih kepada Allah
Lebih terperinciIMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK
IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK Katerina 1), Hari Purnomo 2), dan Sri Nastiti N. Ekasiwi
Lebih terperinciFoam Concrete Sebagai Alternatif Material Dinding Terkait Perencanaan Kenyamanan Termal Pada Rumah Hunian
Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2015 Foam Concrete Sebagai Alternatif Material Dinding Terkait Perencanaan Kenyamanan Termal
Lebih terperinciCut Nuraini/Institut Teknologi Medan/
Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN
BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu
Lebih terperinciGEDUNG RAWAT INAP RS.PURI INDAH DI JAKARTA BARAT DENGAN PENDEKATAN DESAIN HEMAT ENERGI LISTRIK
GEDUNG RAWAT INAP RS.PURI INDAH DI JAKARTA BARAT DENGAN PENDEKATAN DESAIN HEMAT ENERGI LISTRIK Sutjiati, Christina A., Indartoyo.Ir., MT. Jurusan Arsitektur Binus University Jalan. KH Syahdan No 9 Palmerah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer.
BAB I PNDAHULUAN I. 1. LATAR BLAKANG I. 1. 1. Latar Belakang Perancangan Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer. Diantaranya yaitu tempat tinggal. Tempat tinggal atau rumah merupakan kulit ke
Lebih terperinciInvestigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD Suhendri, M. Donny Koerniawan KK Teknologi Bangunan, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur
Lebih terperinciKAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG
KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai
Lebih terperinciPengembangan RS Harum
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan
Lebih terperinciSTUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB
H.1 STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB Mufidah *, Farida Murti, Benny Bintarjo DH, Hanny Chandra Pratama, Yunantyo Tri Putranto Prodi Arsitektur Universitas
Lebih terperinciAPARTEMEN SUBSIDI DENGAN PENDEKATAN OPTIMALISASI PENGHAWAAN ALAMI DI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR
APARTEMEN SUBSIDI DENGAN PENDEKATAN OPTIMALISASI PENGHAWAAN ALAMI DI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR Carolline, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta caine_whitechick@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi kawasan superblok
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuanitatif yang akan menggunakan dua jenis data, yaitu data primer
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 5.1 Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Sumber: Data olahan pribadi, 2013
Lebih terperinciPerancangan Rumah Susun dengan Aspek Bioklimatik di Kota Malang
Perancangan Rumah Susun dengan Aspek Bioklimatik di Kota Malang Mohdar Rizqoh Alhamid 1, Beta Suryokusumo Sudarmo 2, Heru Sufianto 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciPerancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami
Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami Teguh Prasetyo Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat
Lebih terperinciPEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS
PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS Muhammad Siam Priyono Nugroho 1 1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap
Lebih terperinciPenghawaan Alami Pada Unit dan Koridor Rusunami The Jarrdin
Penghawaan Alami Pada Unit dan Koridor Rusunami The Jarrdin Mamiek Nur Utami, Muhammad Ibrahim, Nurzaman Azis Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Email:
Lebih terperinciPERLETAKAN JALUSI ADAPTIF PADA KORIDOR
Oleh : Wulani Enggar Sari (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, wulani_enggarsari@yahoo.com) Abstrak Kenyamanan di dalam sebuah bangunan sangat dipengaruhi oleh aliran udara
Lebih terperinciAPLIKASI PENGUKURAN VENTILASI ALAMI
APLIKASI PENGUKURAN VENTILASI ALAMI Oleh : Darius Agung Prata, ST Widyaiswara Muda Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah, Sawahlunto Udara yang mengalir dalam terowongan di bawah tanah sangat
Lebih terperinciPERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE
PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
`BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada umumnya apartemen menggunakan sistem pengondisian udara untuk memberikan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan. Namun, keterbatasan luas ruangan dalam
Lebih terperinciGambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam
Gambar 4. Blok Plan Asrama UI Sumber : Survei Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam perawatan atau maintenance AC tersebut. Kamar untuk yang memakai AC merupakan kamar yang paling besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student
Lebih terperinciRumah Sejahtera Susun untuk Buruh Pabrik di PIER dengan Konsep Bioklimatik
Rumah Sejahtera Susun untuk Buruh Pabrik di PIER dengan Konsep Bioklimatik Dimas Fajar Agung Priambodo, Agung Murti Nugroho, Bambang Yatnawijaya S. Jurusan Arsitektur, FakultasTeknik, UniversitasBrawijaya
Lebih terperinciBelakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakartaa memiliki empat kelompok kawasan permukiman yaitu lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman di kawasan kolonial, permukiman di kawasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan
Lebih terperinciOrientasi Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal pada Rumah Susun Leuwigajah Cimahi
Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No.1 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Februari 2015 Orientasi Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal pada Rumah Susun Leuwigajah Cimahi WIDJI
Lebih terperinciIdentifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)
Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang
Lebih terperinciRUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HALAMAN JUDUL RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari
Lebih terperinci