APARTEMEN SUBSIDI DENGAN PENDEKATAN OPTIMALISASI PENGHAWAAN ALAMI DI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR
|
|
- Handoko Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 APARTEMEN SUBSIDI DENGAN PENDEKATAN OPTIMALISASI PENGHAWAAN ALAMI DI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR Carolline, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta ABSTRACT Subsidized apartment program for people is one of solution to solve the problem of housing for lowcost housing, but healthy. Subsidized apartments allow people with low purchasing power to get the chance to have their own house. Subsidized apartments provide significant benefits in several aspects, there are social and economic aspects. On the other hand, the continued development eventually causes to the environmental and earth resources dagame. Lifestyle of the people who consume energy has been very tough defense, where the largest energy consumption comes from the use of air conditioning equipment mechanic. For it is necessary for the application of energy-efficient architecture in the construction of the present, which will be applied to the planning and design of these subsidized apartments. The research report will be discussed on the application of crossventilation system at subsidized apartments to keep getting good air quality and comfort. The discussion includes how the limited space in order to optimize the design of openings in the natural air. Keyword: sustainable design, energy efficient, subsidized apartment, cross ventilation ABSTRAK Program apartemen bersubsidi bagi masyarakat merupakan salah satu solusi untuk memecahkan masalah kebutuhan perumahan untuk hunian yang murah namun sehat. Apartemen bersubsidi memungkinkan masyarakat dengan daya beli rendah untuk mendapatkan kesempatan memiliki rumah mereka sendiri. Apartemen bersubsidi memberikan manfaat yang signifikan dalam beberapa aspek, yaitu aspek sosial dan ekonomi. Di lain pihak, pembangunan yang terus dilakukan akhirnya membawa dampak buruk bagi lingkungan dan sumber daya bumi. Pola hidup masyarakat yang mengkonsumsi energi sudah sangat sulit dibendung, dimana konsumsi energi terbesar berasal dari penggunaan alat penyejuk ruangan mekanik. Untuk itu perlu dilakukan penerapan arsitektur hemat energi pada pembangunan masa kini, yang akan diterapkan pada perencanaan dan perancangan apartemen bersubsidi ini. Dalam laporan penelitian akan dibahas tentang penerapan sistem ventilasi silang pada apartemen bersubsidi untuk tetap memperoleh kualitas udara yang baik dan nyaman. Pembahasan tersebut meliputi bagaimana dengan ruang yang terbatas bukaan di desain agar mengoptimalkan penghawaan alami. Kata kunci: desain berkelanjutan, hemat energi, apartemen subsidi, ventilasi silang
2 PENDAHULUAN Menjamurnya hunian yang dibangun secara horizontal tidak lagi menjadi cara yang efektif dalam mengatasi keterbatasan lahan. Kota Jakarta sendiri kota besar yang mayoritas masyarakatnya adalah menengah kebawah. Sering ditemui kasus bahwa seseorang yang bekerja di Jakarta, namun rumahnya berada di Tangerang, Depok, Bekasi, Bogor dan daerah sekitar Jakarta lainnya. Secara waktu, ekonomi dan tenaga tentu kondisi ini cukup merugikan banyak orang. Mengikuti pertumbuhan penduduk yang makin meningkat, kebutuhan utama tempat tinggal pun ikut meningkat, namun tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah lahan, malah jumlah lahan makin berkurang karena pembangunan di bidang lainnya. Untuk itu tempat tinggal yang berbentuk vertikal ke atas cukup menjadi jawaban atas polemik keterbatasan lahan yang terjadi. Dan untuk mendukung ketersediaan hiunian tersebut, munculah kebutuhan akan apartemen bersubsidi bagi masyarakat golongan menengah. Dengan semakin banyaknya pembangunan, alam pun mengalami banyak kerusakan, dan pada akhirnya bumi mengalami global warming. Arsitek pun memiliki peran yang cukup penting untuk menyelamatkan ataupun merusak alam, untuk itu arsitek dituntut untuk dapat membangun suatu bangunan yang lebih ramah lingkungan namun tetap dapat menunjang aktifitas manusia dengan baik. Untuk itu, sustainable architecture yang berkaitan sangat erat dengan desain berkelanjutan yang hemat energi tentu menjadi perhatian yang cukup besar bagi para arsitek. Desain apartemen yang hemat energi ini akan berfokus pada pengoptimalan penghawaan alami dimana setiap ruangan dalam unit mendapat akses langsung dengan udara alami yang akan menghemat energi bagi penggunaan penyejuk ruangan. Konsumsi energi yang terbesar dalam bangunan baik dalam fungsinya sebagai hunian maupun kantor adalah untuk memenuhi kebutuhan akan listrik yang digunakan untuk pencahayaan buatan, pendinginan dan pemanasan ruang (Mintorogo, 1999). Pada penerapan proyek apartemen bersubsidi sendiri ternyata penggunaan listrik untuk penghawaan buatan sangat tinggi, sehingga subsidi yang diberikan untuk pembelian apartemen dengan tujuan membantu meringankan keperluan hidup masyarakat, tidak diimbangin dengan biaya listrik bulanan yang jauh di atas rata-rata. Dengan demikian munculnya kebutuhan akan desain apartemen yang mendukung pengoptimalan penghawaan alami sehingga kegiatan penghuni dalam unit tidak bergantung sepenuhnya kepada penggunaan penghawaan buatan. Gambar 1 Komposisi penggunaan energi menurut sektor kegiatan. Sumber : Krishan, Arvin Dkk (2001) Dengan dilakukannya perencanaan desain apartemen bersubsidi ini, diharapkan permintaan akan kebutuhan hunian yang layak bagi masyarakat kelas menengah, dapat membantu meningkatkan taraf kualitas hidup masyarakat Jakarta. Selain menyediakan hunian, apartemen bersubsidi ini diharapkan memiliki andil dalam menjaga kualitas alam baik untuk pemenuhan kebutuhan generasi sekarang maupun yang akan datang. Menurut Prianto dan Depecker (2001), hunian dengan lingkungan beriklim tropis terutama yang memiliki kelembaban tinggi, kenyamanan penghuni tidak hanya tergantung pada intensitas tersedianya udara segar ke dalam ruangan, namun juga pada kecepatan angin. Kelembaban tinggi
3 dapat membuat tubuh merasa kurang nyaman penguapan keringat. Aliran angin dapat membantu menguapkan keringat serta memberi rasa sejuk, sehingga dituntut untuk mampu melintasi dalam ruang agar dapat mempercepat pendinginan secara evaporasi (evaporative cooling). Selain itu, aliran angin juga penting dalam segi kesehatan untuk ketersediaan udara segar, sirkulasi udara yang baik, pengeluaran panas dan gas yang tidak diinginkan. Dengan perputaran udara yang lancar, udara pengap serta udara mati dalam ruangan dapat dialokasikan keluar bangunan Penghawaan Alami Pencapaian sistem ventilasi alami ini dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa hal berikut (Broadbent,1973) : site dan keadaan tapak bentuk dan desain bangunan perencanaan dan desain interior Gambar 2 letak bukaan dan pergerakan angin Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa letak bukaan dapat menentukan bagaimana pergerakan udara dapat menyentuh ujung-ujung ruangan atau tidak. Letak bukaan yang bersebrangan ujung ke ujung umumnya dapat membantu pergerakan udara dengan lebih baik. Dan adanya pembatas pada ruangan dapat mempersempit ruang aliran udara, sehingga memungkinkan terjadinya angin mati pada titiktitik tertentu. Bentuk bangunan bersama dengan lokasi ventilasi bukaan menentukan cara ventilasi alamiah operasi. Terdapat tiga prinsip ventilasi yang, yaitu : * Ventilasi satu sisi Gambar 3 ventilasi satu sisi Prinsip ventilasi ini menunjukkan bagaimana aliran udara bagian luar dan dalam bangunan merupakan hal yang terkait, dan karenanya kekuatan penghawaan alami akan sangat berpengaruh. Selanjutnya, prinsip ventilasi ini memberikan indikasi tentang bagaimana udara masuk ke dalam gedung, dan bagaimana udara keluar dari tempat yang sama. Pergerakan udara melalui selubung bangunan juga dapat memainkan peran tertentu, tergantung pada desain selubung bangunan. Ventilasi satu sisi bergantung pada bukaan hanya pada satu sisi ventilasi utama. Udara segar memasuki ruangan melalui sisi yang sama dengan udara yang telah digunakan. Contohnya adalah kamar dari sebuah bangunan dengan jendela yg dapat dibuka di satu sisi dan pintu masuk tertutup di
4 sisi lain. Dengan bukaan ventilasi tunggal di ruangan itu, kekuatan pendorong utama di musim panas adalah turbulensi angin. Dalam kasus di mana bukaan ventilasi yang disediakan pada ketinggian yang berbeda, tingkat ventilasi dapat ditingkatkan dengan efek daya apung. Keadaan termal tergantung pada perbedaan suhu antara bagian dalam dan luar bangunan, jarak vertikal antara bukaan, dan area ventilasi sendiri. * Ventilasi silang Gambar 4 ventilasi silang Ventilasi silang ini terjadi ketika udara mengalir di antara dua sisi selubung bangunan melalui angin yang disebabkan perbedaan tekanan antara kedua sisi. Ventilasi udara masuk dan keluar melalui jendela, celah atau kisi-kisi yang terintegrasi di bagian fasad gedung. Kondisi pergerakan udara bergerak dari sisi angin bertiup ke sisi bawah angin. Sebuah contoh sederhana adalah sebuah perencanaan kantor dengan konsep lanskap tebuka di mana ruang membentang di kedalaman seluruh bangunan. Aliran udara yang juga dapat melewati beberapa ruangan melalui pintu terbuka atau kisikisi. Ventilasi silang mempertimbangkan satu ruang di mana udara memasuki salah satu sisi ruang dan keluar dari sisi yang berlawanan. Udara yang bergerak melintasi ruang, diharapkan dapat mengambil panas dan polutan. Akibatnya, ada batas untuk kedalaman ruang yang dapat secara efektif lintas berventilasi. * Ventilasi menumpuk (lubang udara secara vertikal) Gambar 5 ventilasi menumpuk Ventilasi vertikal terjadi di mana kekuatan pendorong mempromosikan arus keluar dari gedung, sehingga menarik udara segar dalam melalui lubang ventilasi di tingkat yang lebih rendah. Udara segar biasanya masuk melalui lubang ventilasi pada tingkat rendah, sementara digunakan dan terkontaminasi udara habis melalui highlevel ventilasi bukaan (aliran terbalik dapat terjadi selama beberapa kondisi). Merancang outlet berada dalam wilayah angin yang disebabkan underpressure dapat meningkatkan efektivitas ventilasi stack. Sebuah khas contoh adalah sebuah bangunan dengan bagian tengah tinggi, di mana hangat dan udara yang terkontaminasi dari ruang sekitarnya naik sampai habis melalui menara angin yang terletak di atap. Karena sifat fisiknya, efek tumpukan membutuhkan ketinggian tertentu antara inlet dan outlet. Hal ini dapat dicapai misalnya oleh meningkatkan lantai dengan tinggi langit-langit, memiringkan profil dari atap, atau menerapkan cerobong atau atrium. Berdasarkan sifatnya, ventilasi tumpukan menyerupai crossventilation sejauh beberapa ruang individu yang bersangkutan, di udara yang memasuki salah satu sisi ruang dan daun dari side1 berlawanan. Udara dapat mengalir di seluruh lebar bangunan dan habis melalui cerobong asap, atau mungkin mengalir dari tepi ke tengah untuk habis melalui cerobong pusat atau atrium. Selain itu desain dalam bangunan bagaimana cara peletakan setiap bukaan yang menghubungkan ruangan membuat sirkulasi udara dapat berputar dengan lancer, sehingga kenyamanan thermal di dalam ruangan dapat terangkat (turn up the evaporative cooling.
5 Permasalahan penelitian yang diangkat dalam proyek ini sendiri terbagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek manusia yang membahas perancangan apartemen subsidi dengan penerapan sistem penghawaan alami. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh angin setempat terhadap kondisi thermal ruangan dalam unit. Analisis dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek seperti orientasi bangunan, massa bangunan, desain unit, dan sebagainya. Lingkup pembahasan pada perancangan apartemen bersubsidi ini meliputi : Penerapan arsitektur hemat energi ke dalam bangunan untuk mewujudkan bangunan yang tanggap terhadap krisis energi, penyusunan program ruang di atas lahan yang terbatas tanpa mengurangi kualitas kebutuhan manusia di dalamnya, serta pengolahan lahan yang optimal, orientasi massa bangunan, gubahan massa bangunan, serta desain bukaan ruangan yang mendukung pengoptimalan penghawaan alami. METODE PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan dengan mencari sumber-sumber yang terkait, lalu melakukan studi banding dan studi literatur pada bangunan yang menerapkan sistem penghawaan alami di unit-unit hunian. Data yang terkumpul merupakan data-data tapak beserta lingkungan, data penghuni dan pelaku kegiatan dalam bangunan, kondisi kebutuhan bentuk massa dan orientasi yang berkaitan erat dengan jalannya sistem penghawaan alami, serta jenis ventilasi yang optimal dalam penerapan pada unit. Dari data-data tersebut dilakukan analisis terhadap kebutuhan akan ruangan atau unit yang mendukung sistem penghawaan alami berdasarkan kondisi-kondisi yang terjadi. HASIL DAN BAHASAN Fokus yang ditinjau dari proyek ini adalah penerapan sistem penghawaan alami. Diharapkan dengan desain yang mengoptimalkan penghawaan alami ini, tema sustainable dapat dibahas dan membantu penerapan sistem penghawaan di apartemen subsidi yang umumnya memperoleh biaya yang dia tas rata-rata. Posisi tapak yang berada di kota Jakarta dengan iklim tropis, yang memiliki suhu berkisar C pada musim kemarau dan suhu berkisar C pada musim musim hujan. Sedangkan kecepatan angin yang melintas di tapak adalah berkisar 10km/jam, yang berasal dari arah barat daya berhembus ke arah timur laut. Kondisi lingkungan sekitarpun cukup mendukung karena disekitar arah datangnya angin tidak terdapat bangunan tinggi yang dapat menghalangi intensitas angin yang berhembus. Lahan Tapak Luas tapak = m² KDB = 55 Luas lahan yang boleh dibangun = x 55% = 7040 m² KLB = 4 Luas lantai yang boleh dibangun = x 4 = m² Jumlah lantai max = 8 lt GSB =10 m Gambar 6. ventilasi menumpuk
6 Untuk menghindari cahaya matahari arah barat-timur yang berlebihan ke bangunan unit, diberikan balkon dengan fungsi agar panas matahri tidak langsung masuk ke dalam bangunan, namun udara dari luar tetap dapat mengalir ke dalam unit. Untuk membantu menangani hal tersebut diperlukan pula pengolahan desain bukaan yang sesuai agar kebutuhan sirkulasi udara tetap lancar, namun cahaya matahari tidak masuk secara bebas sehingga malah menaikan suhu unit bangunan. Gambar 7. Orientasi matahari Pola orientasi bangunan dibuat memanjang kea rah barat daya-timur laut adalah dengan mengikuti arah angin yang intensitas kuantitatifnya paling seri, yaitu angin berasal dari barat daya. Gambar 8.pergerakan angin Berdasarkan data di atas, tipe gubahan massa bangunan yang mendukung agar unit unian memperoleh penghawaan alami yang optimal adalah dengan tipe Slab, dimana bagian slab gedung yang difungsikan sebagai fasilitas pendukung apartemen dan tipe towernya Slab Double Loaded Plan. Gambar 9. pergerakan angin Karena bentuk bangunan yang persegi panjang dan bermassa tipis, maka tipe susunan unit yang terbaik adalah dengan berjajar memanjang mengikuti bentuk massa. Susunan unit sendiri direncanakan dalam bentuk double loaded, karena unit yang akan dibuat memiliki bentuk bermassa tipis yang dapat mendukung penerapan penghawaan alami. Dan agar koridor tidak pengap, maka sistem ventilasi silang juga dapat diterapkan. Bagian tengah lantai tipikal merupakan fasilitas yang digunakan secara bersama-sama, seperti lift, Gambar 10. tata letak unit pada lantai tipikal
7 Gambar 11. Zoning bangunan secara vertikal Karena keterbatasan lahan yang ada dan kebutuhan ruang yang cukup banyak, makaunit hunian dirancang pada tower vertikal sedangakan ruangan-ruangan fasilitas pendukung berada pada lantai dasar. Gubahan ini mengikuti pola kebutuhan unit dari penghuni apartemen sendiri. selain itu gubahan ini terbentuk mengikuti kebutuhan sirkulasi udara dan pencahayaan yang cukup di masing-masing unit sehingga setiap unit memerlukan kontak bukaan langsung terhadap lingkungan. Sedangkan karena bangunan apartemen yang bersifat simetris, sehingga penanggulangan efek marahari pada bagian barat dan timur bangunan, digunakan bantuan sunshade dimana cahaya dan panas matahari dapat ditahan, namun udara tetap dapat mengalir melewati sunshade. Sementara di unit sendiri akan ditambah fasilitas balkon sebagai penahan panas matahari agar tidak langsung masuk ke unit. UNIT-UNIT Fasilitas bersama UNIT-UNIT Tangga Tangga Gambar 12. Zoning bangunan secara vertikal Seperti yang terlihat pada gambar zoning di atas, tower diletakan di tengah tapak. Peletakan tower ini adalah untuk mendukung kegiatan penghuni agar lebih mudah mengakses fasilitas-fasilitas yang berada di luar banguan. Selain itu penempatan jalur sirkulasi yang berada di utara tapak juga diatur sehingga jalur servis tidak mengganggu dan terganggu oleh kegiatan non-servis. Jalur parkir yang terletak di bagian selatan dapat memberikan akses yang lebih dekat pada setiap tower. Selain itu area jogging track sendiri memiliki beberapa fungsi di dalamnya. Selain sebagai sarana olahraga bagi penghuni, area ini juga merupakan playground anak-anak, komunal outdoor space, serta sarana penghijauan yang cukup luas pada tapak. Gambar 13. Zoning bangunan secara vertikal
8 Dengan luasan ruang yang terbatas, tidak setiap fungsi ruangan memiliki ruangan sendiri namun dapat dibatasi dengan bendabenda penunjang seperti lemari untuk membatasi satu ruangan dengan ruangan lain. Terdapat pula balkon yang dapat digunakan untuk menjemur. Gambar 14. gubahan massa gedung Konsep Bukaan Pada Unit Untuk mengoptimalkan pergerakan angin dari luar bangunan ke dalam unit, jenis dan desain ventilasi atau bukaan serta penempatan bukaan tersebut akan sangat berpengaruh. Agar udara dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain, tidak berhenti di satu titik, maka desain bukaan ruangan dibuat bervariasi sehingga mampumendukung pergerakan udara. Jenis bukaan yang akan diterapkan : Bukaan silang pada ruangan (horizontal atau satu garis ketinggian) Dengan bukaan yang diletakkan bersebrangan pada ruangan, membuat udaradapat mengalir dari satu ruangan ke ruangan lain Gambar 15. peletakan bukaan Bukaan yang ada divariasikan sehingga terdapat bukaan yang ketinggiannya berada di atas kepala serta setinggi tubuh manusia. Perbedaan ketinggian ini dimaksudkan agar panas udara yang naik ke atas dapat keluar bangunan melalui ventilasi atas. Selain itu udara yang lewat dalam ruangan tidak hanya bergerak pada sebatas ketinggian manusia. Gambar 16. peletakan buakaan
9 Analisa luasan unit : terdapat dua tipe unit dalam proyek apartemen bersubsidi ini, yaitu tipe 36 yang memuat 2 kamar untuk ukuran keluaga dan tipe 24 dengan satu kamar. Unit tipe 36 dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, serta 1 ruang tamu : Kamar utama = 8.75 m² Kamar anak = 7 m² Kamar mandi = 3 m² Ruang keluarga = 8 m² Balkon = 4 m² Dapur = 5 m² Unit tipe 21 dengan 1 area tidur, 1 kamar mandi, serta 1 area bersantai : Area tidur = 7 m² Kamar mandi = 3 m² Total luas + Ruang santai/keluarga = 6 m² sirkulasi ± 24 m² Balkon = 4 m² Dapur = 4 m² Total jumlah unit adalah 318 unit, dengan 92 unit tope 36 dan 226 unit tipe 24. Tabel 1. perhitungan unit Total luas + sirkulasi Tower A Tower B Tower C Tipe Tipe Jumlah ± 36 m² KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan penghawaan alami pada unit-unit hunian apartemen bersubsidi dapat dicapai dengan keseimbangan desain, baik dari orientasi bangunan, bentuk massa bangunan, kuantitas dan kualitas bukaan pada hunian, letak ventilasi, dan sebagainya. Dengan penerapan sistem penghawaan alami yang disediakan, diharapkan biaya listrik yang dihasilkan dari pemakaian penghuni dapat ditekan seoptimal mungkin. Selain untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam bidang penghematan energi, tentu akan sangat menguntungkan bagi para penghuni untuk mengalokasikan biaya lebih pada penghawaan ke kebutuhan kehidupan lain. REFERENSI Broadbent,Geoffrey. (1973). Design in Architecture : Architecture and the Human Sciences. Edisi 1. New York : John Wiley and Sons. Krishan, Arvin Dkk (2001), Climate Responsive Architecture ; A Design Handbook for Energy Efficient Buildings, Tata McGraw HillLynch, Kevin and Gary Hack Site Planning. (3 rd edition). Cambridge : MIT Press. Mintorogo, Danny Santoso (1999), Strategi Daylighting Pada Bangunan Multi-Lantai Diatas dan Dibawah Permukaan Tanah, Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol.27 No. 1, Juli 1999 Paul, Samuel. (1967). Apartments (Their Design and Development). New York : Reinhold Publishing Corporation. Prianto E, Bonneaud F, Depecker P, Peneau JP. 2000, Tropical humid architecture in natural ventilation efficient point of view. J Archtectural Science 1: RIWAYAT PENULIS Carolline lahir di kota Jakarta pada tanggal 3 Januari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2012.
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Berdasarkan sensus, Jakarta merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat yaitu 8.509.170 jiwa (Dinas Kependudukan dan catatan Sipil 2008). Tingginya tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari
Lebih terperinciKegiatan ini dilakukan penghuni apartemen
BAB 4 ANALISIS DATA 4.1 Analisis Aspek Manusia Analisa yang dilakukan pada aspek ini membahas kegiatan penghuni apartemen, staf pengelola dan karyawan apartemen, serta tamu yang datang di apartemen. Analisa
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN
PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang
PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian
Lebih terperinciPengembangan RS Harum
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY
81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental
Lebih terperinciPengembangan RS Harum
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan
Lebih terperinciArsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.
BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi penduduk terpadat di Indonesia dan merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di dunia.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. dalam desain unit apartemen yang nantinya ingin dicapai agar dirasakan sejuk
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Variabel penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini fokus pada suhu ruangan dalam desain unit apartemen yang nantinya ingin dicapai agar dirasakan sejuk bagi penghuni
Lebih terperinciSTUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING
STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Urban di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama terjadi pada kota-kota besar dan yang utama adalah Jakarta yang juga merupakan ibukota
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan
KATA PENGANTAR Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan program S1 jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, dengan telah selesainya penyusunan paper tugas akhir
Lebih terperinciKata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA Nama Mahasiswa Judul Jumlah Halaman : Lindawati : Apartemen di Kemanggisan, Jakarta Barat : 105 halaman ABSTRAK Perkembangan kota Jakarta
Lebih terperinciKAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG
KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang I.I.1 Latar Belakang Proyek Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya pada daerah Kota Jakarta meningkat pesat, Seiiring dengan itu permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.
Lebih terperinciAPARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA
APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com
Lebih terperinciSOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN
SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Perletakkan massa bangunan apartemen yang memperhatikan view yang ada, view yang tercipta kearah barat dan utara. Permasalahan yang ada di
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 5.1 Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Sumber: Data olahan pribadi, 2013
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN Sekolah Alam di Kabupaten Gunungkidul memiliki karakter yang kuat dan khas, yang mencirikan alam di wilayah pengunungan batuan karst
Lebih terperinciberfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan.
BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Gambaran Umum Proyek Judul Tema Sifat proyek : Perencanaan Apartemen : Arsitektur life style : fiktif II.2. Tinjauan Khusus II.2.1. Pengertian Apartemen Apartemen adalah - Merupakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental friendly development.
Lebih terperinciPENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin
PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek Di ibukota Jakarta, penduduknya lebih banyak adalah para pendatang dari luar daerah Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka berasal dari
Lebih terperinciPenghawaan Alami Pada Unit dan Koridor Rusunami The Jarrdin
Penghawaan Alami Pada Unit dan Koridor Rusunami The Jarrdin Mamiek Nur Utami, Muhammad Ibrahim, Nurzaman Azis Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Email:
Lebih terperinciSTUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB
H.1 STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB Mufidah *, Farida Murti, Benny Bintarjo DH, Hanny Chandra Pratama, Yunantyo Tri Putranto Prodi Arsitektur Universitas
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Salah satu reaksi dari krisis lingkungan adalah munculnya konsep Desain Hijau atau green design yang mengarah pada desain berkelanjutan dan konsep energi. Dalam penelitian ini mengkajiupaya terapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklim tropis lembab yang dialami oleh Indonesia memberikan masalah yang spesifik dalam menciptakan kenyamanan ruang pada bangunan. Masalah yang timbul adalah tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Apartemen yang akan dirancang adalah apartemen dengan berbagai klasifikasi, yakni: High-Rise Apartment. Apartemen dengan sistem beli atau ownership. Double-loaded
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi proyek hotel bisnis di Kuningan, Jakarta Selatan ini adalah kebutuhan akomodasi di kawasan bisnis
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2
Lebih terperinciJURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA Nama Mahasiswa : Jemmy Judul : Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Jumlah Halaman : 140 ABSTRAK Kota Jakarta merupakan pusat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ARSITEKTUR II
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Green Architecture (Materi pertemuan 7) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PRINSIP-PRINSIP GREEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Arsitektur Bioklimatik Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR
LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi
Lebih terperinciPerancangan Rumah Susun dengan Aspek Bioklimatik di Kota Malang
Perancangan Rumah Susun dengan Aspek Bioklimatik di Kota Malang Mohdar Rizqoh Alhamid 1, Beta Suryokusumo Sudarmo 2, Heru Sufianto 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Hemat Energi pada IklimTropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis
Lebih terperinciBANGUNAN BALAI KOTA SURABYA
SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA Diajukan oleh : LUTHFI HARDIANSYAH 0951010022 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012 Balai Kota Surabaya
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material
Lebih terperinciPerancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami
Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami Teguh Prasetyo Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN
BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu
Lebih terperinciKENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA BARAT
KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA BARAT Susanto, Sigit Wijaksono, Albertus Galih Prawata Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, Susanto_lim@email.com ABSTRACT Increasing housing needs
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di
Lebih terperinciPertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN
AR-3121: SISTEM BANGUNAN & UTILITAS Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN 12 Oktober 2009 Dr. Sugeng Triyadi PENDAHULUAN Penghawaan pada bangunan berfungsi untuk mencapai kenyamanan thermal. Dipengaruhi:
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan
Lebih terperinciBAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi
BAB V Konsep 5.1 Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sekolah kejuruan desain grafis adalah Optimalisai hemat energi terhadap bangunan dan tapak, yang merupakan pengembangan
Lebih terperinciBAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.
BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang
Lebih terperinciPERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE
PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciRUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI
RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI Muhammad, Nina Nurdiani, Widya Katarina Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat
Lebih terperinciRESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim
Lebih terperinciDAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR
OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR Ricky Suriyanto, Renhata Katili, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan no.9 Palmerah, Jakarta
Lebih terperinciBAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green
BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Topik dan Tema Berdasarkan statistik yang ada, Indonesia kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas
Lebih terperinciaktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI
ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciPENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011
PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 Disusun Oleh : Nama : Rendy Hasan Sazali NIM : 1100051463 JURUSAN
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
`BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tempat tinggal merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia. Jumlah populasi manusia yang terus bertambah membuat tingkat kebutuhan manusia terhadap tempat tinggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di Jakarta,sehingga Pemerintah sekarang ini tidak mampu menyediakan hunian secara semuanya. Adanya
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan
BAB V KONSEP V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan yang terjadi di sekitar tapak, khusunya jalur pejalan kaki dan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proyek Hunian atau tempat tinggal merupakan kebutuhan utama dan paling mendasar bagi manusia. Hunian dibutuhkan sebagai tempat dimana kita akan merasa nyaman dan aman
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di negara kita, memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat
Lebih terperinci5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan
Lebih terperinciPengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya
Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya Anisa Budiani Arifah 1, M. Satya Adhitama 2 dan Agung Murti Nugroho 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperincimempunyai sirkulasi penghuninya yang berputar-putar dan penghuni bangunan mempunyai arahan secara visual dalam perjalanannya dalam mencapai unit-unit
BAB VI KESIMPULAN Dari hasil analisa konsep hemat energi pada bangunan tinggi rumah sakit kanker di Surabaya dalam usaha untuk menghemat energi, yang diperoleh melalui kajian literatur, preseden, analisa
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STUDI KASUS
BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan
Lebih terperinciBAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan
BAB V : KONSEP 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam konsep dasar perancangan Bangunan Hotel dan Konvensi ini dipengaruhi oleh temanya, yaitu Arsitektur Hijau. Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang berwawasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Dasar Rusunawa Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya
Lebih terperinci