BAB I PENGANTAR Latar Belakang. negara. Seperti halnya Indonesia, tujuan dari dibentuknya negara ini telah tertuang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR Latar Belakang. negara. Seperti halnya Indonesia, tujuan dari dibentuknya negara ini telah tertuang"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Setiap negara sudah pasti mempunyai cita-cita luhur dan mulia, bahkan hal tersebut merupakan tujuan yang hendak dicapai dengan dibentuknya sebuah negara. Seperti halnya Indonesia, tujuan dari dibentuknya negara ini telah tertuang dalam pembukaan UUD Tujuan tersebut dapat direalisasikan, sehingga perlu adanya langkah-langkah secara konkret. Upaya untuk mengimplementasikan cita-cita tersebut dalam prakteknya tentu saja terdapat hambatan, tantangan ataupun ancaman yang muncul. Bangsa Indonesia harus mempunyai dan mendayagunakan kekuatan yang ada untuk mencapai tujuan nasional tersebut. Hal ini merupakan bentuk dari strategi ketahanan nasional guna meralisasikan tujuan didirikannya negara ini. Ketahanan nasional merupakan sebuah konsepsi pertahanan yang bersifat semesta, serta bertujuan untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat dengan mendasarkan pada kekuatan diri sendiri (Departemen Pertahanan RI, 2008). Sistem ketahanan nasional yang bersifat semesta bercirikan pada kerakyatan, artinya orientasi pertahanan diabdikan oleh dan untuk kepentingan rakyat. Berdasarkan hal tersebut, maka sumber daya (SDA dan SDM) yang ada didayagunakan sebagai upaya kepentingan sekaligus pertahanan nasional. Konsepsi ketahanan nasional (Indonesia) mencakup seluruh kehidupan nasional yang dirinci menjadi delapan aspek kehidupan, atau sering disebut sebagai 1

2 2 Astagatra, yang terdiri dari Trigatra dan Pancagatra (Lemhannas, 1997). Trigatra merupakan aspek-aspek yang memang sudah melekat pada suatu negara dan bersifat alamiah. Unsur trigatra meliputi aspek geografi, kekayaan alam dan kependudukan. Pancagatra merupakan aspek-aspek kehidupan nasional yang menyangkut tata kehidupan dan pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat dan bernegara yang di ikat dengan aturan-aturan atau norma tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut, maka konsep pancagatra sering disebut sebagai aspek sosial, yang mencakup unsur ideologi, politik, sosial-budaya, ekonomi dan keamanan. Setiap negara sudah semestinya mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi kedua aspek tersebut, baik yang bersifat alamiah maupun yang bersifat sosial. Tugas dan tanggungjawab tersebut tidak hanya dibebankan pada aparatur atau perangkat kenegaraan semata, akan tetapi semua warga negara juga mempunyai tugas dan tanggungjawab secara bersama untuk mempertahankan kedua aspek tersebut. Hal ini dilakukan supaya kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, keadilan dan kesejahteraan rakyat serta keselamatan segenap bangsa dapat terjaga dan terjamin dari segala bentuk ancaman baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Bidang ekonomi yang menjadi bagian dari pancagatra merupakan salah satu bentuk dari ketahanan nasional. Hal ini merupakan bagian dari aspek sosial, akan tetapi hal tersebut mempunyai keterkaitan dengan aspek alamiah. Pasalnya dalam pengembangan ekonomi, tentu saja menggali atau memanfaatkan sumber kekayaan alam yang ada sebagai sumber dalam pengolahan produksi. Pengelolaan ekonomi suatu negara atau daerah yang mensyaratkan hubungan sosial produksi

3 3 antar manusia juga mempunyai hubungan dengan alam sebagai sumber atau bahan produksi. Hal ini dapat diartikan bahwa proses produksi yang dijalankan oleh manusia membutuhkan bahan produksi yang dapat diambil dari alam. Proses produksi dalam hubungan produksi juga mensyaratkan adanya manusia yang tak lain adalah bagian dari kependudukan dan merupakan unsur dari astagrata. Dewasa ini ekonomi merupakan faktor yang sangat penting bagi umat manusia, karena hal itu berkaitan dengan kelangsungan hidup setiap manusia. Hal ini dilandasi oleh diktum yang dilontarkan oleh Adam Smith, bahwa setiap manusia adalah homo economicus atau mahluk ekonomi. Maksud dari pernyataan tersebut adalah manusia merupakan makhluk yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha secara terus menerus dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh karenanya, setiap manusia selalu mencari cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dibutuhkan ketahanan ekonomi (Mankiw, 2011). Ketahanan ekonomi diartikan sebagai suatu kondisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan ekonomi dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang datang dari luar maupun dalam, baik secara langsung maupun tidak langsung (Kusumasari, 2014). Ketahanan nasional dalam bidang ekonomi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap negara (wilayah). Pasalnya kesejahteraan masyarakat mempunyai keterkaitan yang erat dengan persoalan ekonomi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perihal ekonomi merupakan salah satu faktor yang mendorong terwujudnya ketahanan nasional.

4 4 Perekonomian seringkali menjadi tolok ukur kemajuan dan kesejahteraan suatu negara ataupun wilayah. Secara umum, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi negara menandakan semakin tinggi pula kesejahteraan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan ekonomi yang bersifat semesta sangatlah penting, karena jika Indonesia berdikari dalam bidang ekonomi (lihat: Trisakti Pancasila) dengan mendorong perekonomian rakyat maka ketahanan ekonomi nasional pun menjadi suatu keniscayaan. Persaingan pasar semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini, maka agar rakyat Indonesia tidak menjadi konsumen semata perlu adanya konsepsi ketahanan nasional dalam bidang ekonomi, sehingga masyarakat di Indonesia khususnya pemuda mampu bersaing dalam sebuah pasar yang semakin liberal. Perekonomian rakyat direalisasikan harus berlandaskan pada kondisi riil atau potensi yang ada. Salah satu contoh, dalam sebuah masyarakat perkotaan akan menjadi tidak realistis jika mengembangkan konsep pertanian, hal ini dilandasi karena semakin sempitnya lahan yang ada di daerah perkotaan menjadi realistis jika di daerah perkotaan yang dikembangkan adalah sektor jasa. Contoh tersebut berkaitan dengan kondisi realitas yang ada dalam suatu daerah. Apabila pengembangan ekonomi tidak dikaitkan dengan kondisi atau potensi yang ada, maka konsep tersebut akan sulit berkembang, bahkan sangat dimungkinkan akan mengalami defisit. Berkaitan dengan hal tersebut, karena lokus penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti di daerah pesisir pantai, maka fokus dalam penelitian ini akan dikaitkan dengan kondisi atau potensi yang ada di daerah tersebut.

5 5 Adapun lokus penelitian yang akan dilakukan adalah di daerah Pantai Baru Pandansimo, Dusun Ngentak, Poncosari, Srandakan, Bantul. Daerah pesisir pantai banyak didatangi atau dikunjungi warga masyarakat dari luar daerah Poncosari untuk berwisata, sehingga daerah tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai daerah wisata. Industri pariwisata dapat menjadi peran strategis sebagai sumber pendapatan negara ataupun daerah. Industri pariwisata dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan pemerintah dan berimplikasi positif terhadap ekonomi di berbagai negara (Damanik dan Kusworo, 2005). Berkaitan dengan hal tersebut maka industri wisata Pantai Baru Pandansimo dapat menjadi penggerak sekaligus bentuk ketahanan ekonomi Desa Poncosari. Industri wisata Pantai Baru Pandansimo juga dapat menjadi pencipta lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat setempat. Adanya industri pariwisata tentu saja membutuhkan tenaga pengelola yang dapat dilakukan oleh masyarakat setempat, bahkan memberikan kesempatan kepada warga masyarakat sekitar Pantai Baru Pandansimo untuk membuka usaha, seperti jualan makanan ataupun minuman. Berkaitan dengan hal tersebut maka industri pariwisata yang dikembangkan di daerah pesisir Pantai Baru Pandansimo merupakan bentuk ketahanan ekonomi wilayah. Pendapatan Desa Poncosari akan bertambah seiring dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke pesisir Pantai Baru Pandansimo, sehingga Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APB Des) juga akan semakin tinggi. Desa Poncosari juga mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid

6 6 (PLTH) di Pantai Baru Pandansimo. Hal ini merupakan realisasi Sistem Inovasi Daerah (SIDa) yang diprakarsai oleh Kementrian Riset dan Teknologi. Keadaan wilayah pantai ini didukung oleh kondisi alam yang terbuka dan pesisir pantai ini berada di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, sehingga kondisi tersebut sangat potensial dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) dengan turbin angin putaran rendah dan panel surya. Pengelolaan PLTH ini melibatkan banyak aktor, mulai dari pemerintah, pelaku bisnis dan juga masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Pantai Baru Pandansimo yang turut dilibatkan dalam pengelolaan Sumberdaya Alam (SDA) Terbarukan dalam mewujudkan PLTH yang ramah lingkungan. Salah satu unsur dari masyarakat sekitar adalah pemuda, melalui karang taruna, pemuda telah mengaktualisasikan dirinya dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa sudah semestinya mempunyai tanggung jawab untuk mengemban amanat atau cita-cita didirikannya negara ini. Seperti yang sudah diulas pada alinea sebelumnya, perihal ketahanan ekonomi merupakan tanggung jawab semua warga negara. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pemuda sebagai generasi penerus bangsa juga wajib berperan serta dalam mempertahankan perekonomian negara atau wilayah, maka jika dikaitkan dengan industri wisata Pantai Baru Pandansimo dengan adanya keterlibatan pemuda dalam pengelolaan pariwisata tersebut merupakan bentuk pembangunan wilayah sebagai wujud dari ketahanan ekonomi wilayah. Keterlibatan karang taruna (pemuda) dalam pengelolaan pantai tersebut dijadikan sebagai objek atau industri pariwisata dengan konsep eduwisata energi

7 7 terbarukan. Artinya, industri pariwisata yang dikelola pemuda Desa Poncosari tersebut bersifat edukatif dengan memperkenalkan pembangunan teknologi energi terbarukan. Eduwisata energi terbarukan ini dibentuk oleh Karang Taruna Desa Poncosari dengan tujuan untuk memperkenalkan Energi Terbarukan kepada masyarakat umum yang berada di luar Desa Poncosari, selain itu juga ditujukan untuk menambah pendapatan desa (Agus: Ketua Karang Taruna Desa Poncosari, 12 Desember 2015). Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Baru Pandansimo selain mereka refreshing, juga ada ilmu yang akan di dapat. Konsep eduwisata yang dijalankan oleh pemuda Desa Poncosari tidak hanya dalam bidang PLTH semata, akan tetapi terdapat pula BIOGAS, wisata Pantai Baru Pandansimo dan juga wisata konservasi Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea). Wisata BIOGAS juga merupakan pengembangan energi terbarukan yang telah memperkenalkan kepada masyarakat umum di luar Dusun Ngentak mengenai pembuatan bahan bakar yang digunakan sebagai pengganti LPG yang dibuat dari kotoran sapi. Proses pembuatan BIOGAS ini berbahan dasar kotoran sapi, dan pada pembuatan gas tersebut nantinya akan menghasilkan limbah cair dan padat yang dimanfaatkan oleh warga Dusun Ngentak sebagai pupuk organik (Suparjio: Pengelola BIOGAS, 12 Desember 2015). Hasil dari BIOGAS ini digunakan oleh penduduk yang tinggal di daerah Dusun Ngentak, terutama sebagian pemilik warung kuliner di pesisir pantai untuk memasak, merebus dan lain sebagainya. Lokasi BIOGAS terletak di kawasan kandang kelompok ternak Pandan Mulyo yang terdiri dari 110 kandang sapi dengan jumlah ternak 150 ekor sapi (Agus: Ketua Karang Taruna Desa Poncosari, 12 Desember 2015).

8 8 Wisata pesisir Pantai Baru Pandansimo juga memperkenalkan masyarakat pada kuliner makanan yang ada di pinggir pantai. Wisata kuliner makanan ini dibentuk dan dikelola oleh masyarakat setempat untuk memanjakan wisatawan agar dapat makan atau bersantai sekaligus menikmati keindahan alam Pantai Baru Pandansimo yang terletak di Dusun Ngentak. Wisata konservasi Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) merupakan wisata yang cukup langka, karena tidak semua pantai di Yogyakarta memiliki konservasi Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea). Pantai Baru Pandansimo merupakan salah satu tempat mendaratnya penyu-penyu tersebut untuk bertelur. Kondisi tersebut dapat menjadi antusias tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung di daerah tersebut. Setiap orang akan tertarik untuk melihat sesuatu yang unik dan bersifat langka. Minimnya konservasi Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) di Daerah Istimewa Yogyakarta akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas ataupun para wisatawan yang berkunjung. Kunjungan wisatawan ke daerah tersebut, sudah pasti akan mengeluarkan uang sebagai ongkos masuk pada tempat wisata ataupun membeli makanan kuliner. Konsekuensi logis dari hal tersebut akan menambah pendapatan masyarakat sekitar ataupun Desa Poncosari itu sendiri. Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, pengembangan eduwisata energi terbarukan merupakan perihal yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Menurut asumsi peneliti, pengembangan eduwisata energi terbarukan yang dimotori oleh pemuda Desa Poncosari secara konseptual merupakan gagasan yang ideal. Bahkan hal ini dapat

9 9 memungkinkan peningkatan pendapatan masyarakat desa, sehingga pengelolaan eduwisata energi terbarukan dapat berimplikasi terhadap ketahanan ekonomi wilayah. Pengembangan eduwisata energi terbarukan dalam implementasinya bersifat kontradiktif, meskipun pengembangan eduwisata ini merupakan konsepsi yang ideal. Seiring dengan berjalannya waktu, pemuda sebagai penggerak pengembangan eduwisata energi terbarukan telah mengalami degradasi. Kondisi tersebut berdampak pada stagnasi pengelolaan eduwisata yang digagas oleh pemuda bersama PUSTEK UGM. Stagnasi pengembangan eduwisata energi terbarukan yang dimotori oleh pemuda tentu saja terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, baik itu kondisi internal pemuda maupun eksternal. Menurut asumsi peneliti, kondisi internal pemuda merupakan faktor determinan atau yang mendasari stagnasi eduwisata, sedangkan kondisi eksternal merupakan faktor pendorong atau penguat tidak berjalannya eduwisata energi terbarukan. Maka dari itu, fokus penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tentang Peran Pemuda dalam Pengembangan Eduwisata Energi Terbarukan dan Implikasinya terhadap Ketahanan Ekonomi Wilayah: Studi di Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

10 Rumusan Masalah Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, sebagai berikut: Bagaimana konsep dan peran pemuda dalam pengembangan kawasan Eduwisata Energi Terbarukan di Desa Poncosari? Bagaimana implikasi peranan pemuda dalam mengembangkan kawasan Eduwisata Energi Terbarukan Poncosari terhadap ketahanan ekonomi wilayah? 1.3. Keaslian Penelitian Topik tentang ketahanan ekonomi wilayah bukanlah suatu hal baru dalam kajian ilmu di Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada (UGM). Penelitian tentang ketahanan ekonomi wilayah telah banyak dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Wiranto (2011) yang mencoba untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang implikasinya terhadap ketahanan ekonomi keluarga. Selanjutnya, penelitian yang berkaitan dengan Desa Wisata telah dilakukan oleh Arsanti (2012) yang melakukan penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Dusun Sambi, Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui apakah masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi membantu dan mendukung pengelolaan desa wisata di Dusun Sambi. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sulistiawati (2013) yang mencoba untuk mengetahui partispasi masyarakat pada tahap perencanaan, pedesaan serta

11 11 mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan dapat menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga. tidak hanya itu, Kusumasari (2014) juga melakukan penelitian tentang peran karang taruna Widya Taruna dalam usaha ekonomi produktif (UEP). Penelitian tersebut juga telah mengukur sejauh mana Karang Taruna Widya Taruna memberikan kontribusi dalam mendukung ketahanan ekonomi keluarga. Penelitian lain, telah dilakukan oleh Oktavianti (2014), mencoba menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya ikan dengan menggunakan kolam atau karamba, menghitung dan menganalisis besarnya pendapatan dari kelompok maupun perorangan, dan juga untuk mengetahui implikasinya terhadap ketahanan ekonomi keluarga. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan akan melanjutkan penelitian ini. Penelitian ini didasarkan pada relevansi keilmuan, namun lokasi penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini membahas tentang peran pemuda yang tergabung dalam kelompok kerja (POKJA) dalam pengembangan Eduwisata Energi Terbarukan Poncosari yang berimplikasi pada ketahanan ekonomi wilayah. Peneliti menyusun karya ilmiah ini dalam rangka menyelesaikan tesis pada Program Studi Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada.

12 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui konsep dan peran pemuda dalam mengembangkan kawasan Eduwisata Energi Terbarukan di Desa Poncosari Untuk mengidentifikasi peranan pemuda dalam mengembangkan kawasan Eduwisata Energi Terbarukan Poncosari yang berimplikasi terhadap ketahanan ekonomi wilayah Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan pada berbagai pihak. Terdapat dua (2) manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu manfaat secara teoritis akademis dan manfaat secara praktis. Manfaat secara teoritis akademis dibagi menjadi dua, yaitu manfaat bagi Program Studi Ketahanan Nasional dan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Manfaat bagi Program Studi Ketahanan Nasional adalah penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi bagi keilmuan ketahanan nasional, khususnya bagi ketahanan ekonomi wilayah, sedangkan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan adalah penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dalam pengembangan ilmu, khususnya mengenai pengembangan partisipasi pemuda dalam pembangunan ketahanan ekonomi wilayah melalui studi yang di analisis pada penelitian ini. Manfaat yang kedua adalah manfaat secara praktis, yang dibagi menjadi dua (2), yaitu manfaat bagi pemerintah dan manfaat bagi pemuda di Desa Poncosari. Manfaat bagi Pemerintah adalah penelitian ini diharapkan dapat

13 13 memberikan informasi kepada penentu kebijakan mengenai perkembangan pengembangan kawasan eduwisata energi terbarukan di Desa Poncosari. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan masukan atau bahan pertimbangan kepada penentu kebijakan dalam rangka pengembangan kawasan eduwisata energi terbarukan di Desa Poncosari. Manfaat bagi pemuda Desa Poncosari adalah dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pemuda dalam rangka pengembangan kawasan Eduwisata Energi Terbarukan Poncosari ke depannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Profil Objek Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) Pantai Baru Pandansimo (Kincir Angin dan Panel Surya) merupakan realisasi dari Sistem Inovasi Daerah (SIDa)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia senantiasa menjadi pelopor dan pemimpin bangsa dalam berbagai perjuangan. Sejarah telah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman energi (diversifikasi energi) dengan mengembangkan sumber energi lain sebagai elternatif

Lebih terperinci

ASTAGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

ASTAGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. KMA ASTAGATRA Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. DASAR PEMIKIRAN ASTAGATRA Pancasila sebagai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Semenjak Reformasi terdapat beberapa perubahan kebijakan dalam paradigma pembangunan nasional, diantaranya adalah paradigma pembangunan yang bersifat terpusat (sentralistik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era modern ini tingkat pengembangan teknologi sangat penting terutama pada pemanfaatan energi listrik untuk kebutuhan listrk. Penggunaan tenaga listrik sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN. KEWARGANEGARAAN Modul ke: KETAHANAN NASIONAL by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id KETAHANAN NASIONAL POKOK BAHASAN: 1. PENGERTIAN DARI KETAHANAN NASIONAL 2. TUJUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

Landasan-landasan ketahanan nasional Pancasila sebagai landasan ideal. Peranan Pancasila sebagai landasan ideal tidak dapat dipisahkan dari kedudukan

Landasan-landasan ketahanan nasional Pancasila sebagai landasan ideal. Peranan Pancasila sebagai landasan ideal tidak dapat dipisahkan dari kedudukan KETAHANAN NASIONAL Terbentuknya negara Indonesia dilatarbelakangi oleh perjuangan seluruh bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa karena potensinya yang besar dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu pulau yang terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera,

Lebih terperinci

Modul ke: GEOSTRATEGI. 11Fakultas Teknik. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Modul ke: GEOSTRATEGI. 11Fakultas Teknik. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: 11Fakultas Teknik GEOSTRATEGI Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan pengertian dan latar belakang geostrategi dan hukum. 2. Menguraikan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu cara dalam mensejahterakan hidup manusia pada suatu daerah tertentu dan ekonomi diterapkan sebagai bentuk pengurusan terhadap sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah sangat luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta susunan masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan di berbagai wilayah termasuk Indonesia. Menurut Ramang, R, dkk. (2007) permasalahan sampah tidak dapat terelakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama pada semua sektor kehidupan. Seiring bertambahnya kebutuhan manusia, maka meningkat pula permintaan energi listrik. Suplai

Lebih terperinci

Ground belum diatur secara luas dan lokasi.

Ground belum diatur secara luas dan lokasi. 101 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI VI.1 Kesimpulan Secara umum area permukiman yang menerapkan konsep ekologis perlu mengaplikasikan pada beberapa aspek yaitu fisik lahan permukiman, fisik bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di banyak negara berkembang pada umumnya ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena yang paling terasa adalah keterbelakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri

Lebih terperinci

TRIGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

TRIGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. KMA TRIGATRA Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Aspek2 suatu negara yg memang sudah melekat pada negara

Lebih terperinci

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah sektor yang mempunyai peranan penting dalam memproduksi pangan demi memenuhi kebutuhan manusia untuk melangsungkan hidupnya. Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km menyimpan kekayaan dan keragaman sumber daya alam baik sumber daya alam yang dapat pulih (seperti

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri.

Lebih terperinci

maksud dan tujuan serta pendekatan dan metode pengkajian yang digunakan dalam pembahasan. Bab dua berisi studi terhadap peran pelaku ekonomi dalam

maksud dan tujuan serta pendekatan dan metode pengkajian yang digunakan dalam pembahasan. Bab dua berisi studi terhadap peran pelaku ekonomi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Dalam usaha untuk mewujudkan cita-cita nasional, yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila yang membahagiakan seluruh bangsa Indonesia, mutlak diperlukan

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan banyak dikunjungi orang, namun semenjak dengan dibangunnya jembatan penghubung ke Pantai Parangtritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Awal tahun 2014 lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. istilah urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. istilah urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan kependudukan yang muncul di Indonesia yaitu terkait dengan perpindahan penduduk atau migrasi. Ada banyak jenis migrasi, salah satunya perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah pesisir merupakan daerah yang sangat terkait dengan hajat hidup banyak orang, terutama masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : Shindy Dewi Saras Fitri ( )

SKRIPSI. Disusun Oleh : Shindy Dewi Saras Fitri ( ) SKRIPSI ANALISA INDEKS KEANDALAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRID (PLTH) PANTAI BARU PANDANSIMO MENGGUNAKAN PERHITUNGAN LOLP (LOSS OF LOAD PROBABILITY) Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang ditemukan. Tesis studi konsep ekologis untuk area permukiman

BAB III METODE PENELITIAN. yang ditemukan. Tesis studi konsep ekologis untuk area permukiman 42 BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian tesis ini, materi-materi konsep ekologis, permukiman dan pariwisata menjadi dasar untuk menjadi bahan acuan dalam menganalisa data-data yang ditemukan. Tesis

Lebih terperinci

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. besar bagi perkembangan UMKM. UMKM merupakan tulang punggung

BAB I LATAR BELAKANG. besar bagi perkembangan UMKM. UMKM merupakan tulang punggung BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan tujuan pariwisata memiliki peran besar bagi perkembangan UMKM. UMKM merupakan tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, M. Ali Fahmi, SE, MM yang dikutip dalam artikel koran Kedaulatan Rakyat 24 Agustus 2015, selain Yogyakarta mendapat predikat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu fenomena yang kompleks karena banyak faktor yang berinteraksi, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang melibatkan seluruh lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi yang tersimpan dalam arus listrik, dimana energi listrik ini sangat dibutuhkan untuk menghidupkan peralatan elektronik yang menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bobonaro merupakan sebuah kabupaten yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan banyaknya potensi

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sektor pariwisatanya telah berkembang. Pengembangan sektor pariwisata di Indonesia sangat berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, peran pariwisata sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, peran pariwisata sangat berpengaruh terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, peran pariwisata sangat berpengaruh terhadap perkembangannya dengan adanya dukungan dari sumber daya manusia yang berkualitas.sumber

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi tersebut harus bersifat dapat dibayangkan (imaginable), diinginkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi tahun Mainstream pembangunan yang dianut oleh pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi tahun Mainstream pembangunan yang dianut oleh pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan di Indonesia mengalami pergeseran pada masa reformasi tahun 1997. Mainstream pembangunan yang dianut oleh pemerintahan sebelumnya adalah model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kekayaan alam yang tersedia dalam bumi negara kita ini. Contohnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kekayaan alam yang tersedia dalam bumi negara kita ini. Contohnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia telah dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai kekayaan alam yang tersedia dalam bumi negara kita ini. Contohnya adalah air beserta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System) merupakan integrasi antara tanaman dan ternak yaitu dengan perpaduan dari kegiatan peternakan dan pertanian. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan proses desentralisasi terhadap daerah-daerah otonom memiliki potensi yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada saat ini sedang menggencarkan industri pariwisata sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada saat ini sedang menggencarkan industri pariwisata sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia pada saat ini sedang menggencarkan industri pariwisata sebagai salah satu sektor terbesar penghasil devisa negara pengganti minyak bumi dan gas. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan Indonesia yang sedang berkembang saat ini, pembangunan dan pengembangan dalam bidang olahraga diarahkan untuk mencapai cita-cita bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan ekonomi yang bersifat kerakyatan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, lebih fokus untuk tujuan mengurangi kemiskinan, pengangguran, kesenjangan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA

EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA I. Informasi Umum Judul program Lokasi Jangka waktu Program Pemanfaatan Biogas Rumah Tangga sebagai Sumber Energi Baru dan Terbarukan yang ramah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Perbandingan Temuan dengan Proposisi Hasil Penelitian menunjukkan bahwa proposisi pertama Perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan di pengeruhi

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU GAMBARAN UMUM WILAYAH - Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi aktivitas pariwisata internasional merupakan salah satu instrumen kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk mendiversivikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang alami dan akan berlangsung mulai dari saat manusia dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Interaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja.

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja. BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Telaah hasil penelitian sebelumnya menguraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan investasi yang dilakukan pemerintah daerah dengan mengeluarkan kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara berkembang (developing country) pada tiga dekade terakhir. Hal ini jelas terlihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Seiring dengan berkembangnya teknologi, kemajuan jaman, dan globalisasi, ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

Modul ke: GEOSTRATEGI. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi Akutansi.

Modul ke: GEOSTRATEGI. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi Akutansi. Modul ke: GEOSTRATEGI Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Rusmulyadi, M.Si. Program Studi Akutansi www.mercubuana.ac.id Pengertian GEOSTRATEGI Geostrategi: strategi dalam memannfaatkan kondisi geografis negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Bab ini menguraikan isu-isu strategis yang dihadapi oleh Kabupaten Bintan. Isu-isu strategis ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi, pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Deskripsi Singkat Topik :

Deskripsi Singkat Topik : 1 PEMBANGUNAN DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : PEMBANGUNAN DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG Ellyza Nurdin, Salam N.Aritonang, Elly Roza Fak. Peternakan

Lebih terperinci