PENUNTASAN PROGRAM BALI MANDARA JILID II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENUNTASAN PROGRAM BALI MANDARA JILID II"

Transkripsi

1 PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS LINGKUNGAN HIDUP Jl. D.I. Panjaitan Nomor 1 (0361) Fax. (0361) Denpasar PENUNTASAN PROGRAM BALI MANDARA JILID II Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" '48" Lintang Selatan dan '53" '40" Bujur Timur. Relief dan topografi Pulau Bali di tengah-tengah terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur.provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Letak wilayah Provinsi Bali sebagai bagian dari Negara Kesatuan RI. Provinsi Bali memiliki luas wilayah ha (0,29% dari luas Indonesia), terdiri atas Pulau Bali sebagai pulau utama dengan luas ha dan beberapa pulau kecil baik yang berpenduduk maupun tidak berpenduduk. Pulau kecil berpenduduk yaitu Pulau Nusa Penida ( ha), Pulau Nusa Lembongan (696 ha), Pulau Nusa Ceningan (316 ha) dan Pulau Serangan (418 ha). Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung,Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi. Selain Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng dengan panjang pantai mencapai 529 km. Isu Utama Lingkungan hidup Yang menjadi Prioritas Penanganan Di Provinsi Bali Isu utama yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup di Provinsi Bali pada tahun perlu mendapat perhatian serius yaitu : (1) terjadinya alih fungsi lahan, (2) meningkatnya lahan kritis, (3) ada kecenderungan menurunnya kualitas udara, (4) kritisnya penyediaan air, (5) meningkatnya aktivitas di wilayah pesisir, laut dan pantai, (6) meningkatnya pertumbuhan penduduk, (7)meningkatnya sampah dan limbah. 1. Terjadinya Alih Fungsi Lahan Perubahan penggunaan lahan/alih fungsi lahan umumnya terjadi di wilayah perkotaan terutama dari penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (permukiman). Kota Denpasar mengalami perubahan Penggunaan lahan yang paling besar (3385,81 ha) sedangkan Kabupaten Karangasem mengalami

2 perubahan yang terkecil (1,15 ha). Perubahan penggunaan lahan di Provinsi Bali sebagian besar akibat peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pertumbuhan ekonomi (5,47 %) dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali sebagian besar disumbangkan oleh daerah-daerah Selatan Provinsi Bali, hal inilah yang menyebabkan daerah selatan Provinsi Bali mengalami perubahan tipe lahan yang lebih besar dibandingkan dengan daerah Utara Provinsi Bali. Secara umum, peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi tidak sepenuhnya dapat menggambarkan faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Akan tetapi, seiring dengan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan penduduk, maka usaha konversi lahan dari lahan non pemukiman menjadi lahan pemukiman akan semakin tinggi. Kondisi ini mengakibatkan lahan-lahan yang baik untuk pemukiman seperti lahan sawah akan semakin berkurang. Lahan sawah merupakan lahan yang sangat potensial bagi pemukiman. Lahan sawah biasanya merupakan lahan-lahan yang datar, memiliki kapasitas air tanah dan air permukaan yang besar serta memiliki aksebilitas yang sangat baik. Dimana hal ini merupakan suatu kondisi yang sangat baik juga bagi lokasi pemukiman. 2. Meningkatnya Lahan Kritis Luas lahan kritis (kategori kritis dan sangat kritis) di Bali pada tahun 2016 mencapai ,26 ha atau 9,1% dari luas wilayah. Lahan kritis terluas terdapat di Kabupaten Karangasem dan disusul Kabupaten Klungkung diurutan kedua. Lahan kritis di Kabupaten Karangasem terutama terdapat di lereng Gunung Agung bagian utara dan timur yang merupakan daerah aliran lahan letusan Gunung Agung. Lahan kritis di Kabupaten Klungkung terkonsentrasi di Pulau Nusa Penida. Sementara itu, wilayah dengan lahan kritis relatif kecil yaitu Jembrana, Tabanan dan Denpasar. Satu-satunya kabupaten yang tidak terdapat lahan kritis yaitu Kabupaten Gianyar. Berdasarkan sebarannya, lahan kritis di dalam kawasan hutan seluas ,32 ha atau 14,1% dari luas kawasan hutan dan di luar kawasan hutan seluas ,94 ha atau 63,89%. Kawasan hutan dengan kondisi lahan kritis terdapat di Kabupaten Buleleng, Bangli, Karangasem dan Klungkung (Nusa Penida), seperti kawasan hutan Gunung Silangjana, Penulisan-Kintamani, Gunung Batur Bukit Payang, Gunung Abang-Agung,Gunung Kondangdia, Gunung Seraya, Suana dan Sakti. Permasalahan utama terhadap lahan dan kawasan hutan di Bali adalah besarnya luasan lahan kritis. Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai pengatur media pengatur tata air, unsur produksi pertanian, maupun unsur perlindungan alam dan lingkungannya. Lahan kritis terjadi karena adanya degradasi lahan berupa rusaknya tanah sehingga hilangnya satu atau lebih fungsinya yang mengakibatkan daya dukung tanah tersebut bagi kehidupan di atasnya berkurang atau bahkan hilang. Kondisi atau kualitas lahan dan hutan di Bali sangat dipengaruhi oleh salah satu atau beberapa atribut lahan yaitu iklim, topografi

3 (relief), tanah,flora dan fauna, serta ulah manusia. Iklim merupakan faktor pembentuk tanah, menentukan ketersediaan air, dan mempengaruhi kehidupan flora dan fauna. Keadaan lahan pada umumnya adalah hasil proses alami dan budaya, yang kedua proses ini terjalin secara rumit. Sistem penggunaan lahan untuk mencapai suatu keinginan tertentu sering membelokkan proses alami yang membahayakan keselamatan lahan. Kerentanan lahan terhadap kerusakan dapat diperbesar oleh tindakan manusia, atau sebaliknya dapat diperkecil. Keadaan lahan berubah oleh tindakan manusia yang mengubah perilaku lahan. 3. Ada Kecendrungan Menurunnya Kualitas Udara Secara menyeluruh ditinjau dari semua parameter yang dipantau kecuali parameter PM10, kualitas udara di Provinsi Bali masih cukup baik karena empat parameter SO2, NO2, CO, dan Pb masih di bawah nilai ambang batas pencemaran. Parameter PM10 sangat jauh di atas ambang batas yang diijinkan. Nilai PM10 paling tingi terjadi di Kabupaten Badung. Tingginya parameter PM10 hampir di seluruh titik pemantauan, justru sangat membahayakan karena seperti yang dilansir oleh WHO (2005; 2005a), bahwa peningkatan PM10 (particulate matter) di atas nilai ambang batas dapat meningkatkan risiko kematian mencapai 15% pada suatu populasi. Indonesia umumnya, Bali khususnya memberlakukan ambang batas cemaran PM10 mencapai 150 μg/nm3, sementara dikebanyakan kota besar di dunia tingkat cemaran PM10 yang diijinkan mencapai 70 μg/nm3, semestinya batas ini diturunkan lagi mencapai 20 μg/nm3. Pemberlakuan ini diprediksi dapat menurunkan tingkat kematianmencapai 15%. WHO (2005; 2005a) juga memberitakan bahwa terjadi tingkat pencemaran udara yang lebih tinggi di negara-negara sedang berkembang dibandingkan dengan negara berkembang. Secara umum, Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar adalah wilayah yang memiliki kualitas udara yang lebih rendah dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Hal ini terlihat dari nilai-niali parameter tertinggi kandungannya. Kabupaten Badung memiliki nilai PM10, SO2 dan NO2 paling tinggi, sedangkan Kabupaten Gianyar memiliki nilai PB paling tinggi, sedangkan Kota Denpasar memiliki nilai CO paling tinggi. Kabupaten Karangasem memiliki kondisi kualitas udara paling baik dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Kualitas udara dipengaruhi oleh dua tipe pencemar utama yaitu pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer yaitu senyawa alami udara yang mengalami penambahan secara langsung sampai pada konsentrasi yang berbahaya seperti karbon dioksida yaitu senyawa yang terbentuk di atmosfir melalui reaksi kimia yang merupakan komponen udara yang tidak normal. Jenis-jenis senyawa yang merupakan pencemar udara utama adalah karbon oksida (karbon monoksida, CO dan karbon dioksida, CO2), sulfur oksida (sulfur dioksida, SO2 dan sulfur terioksida,

4 SO3), nitrogen oksida (nitrik oksida, NO dan nitrogen oksida, NO2), hidrokarbon (seperti metan), oksida fotokimia (yang menimbulkan kabut asap), dan zarah-zarah atau partikel-partikel (seperti asap dan debu). Bahan-bahan pencemar udara tersebut mempengaruhi kualitas udara dan menimbulkan dampak yang merugikan pada kesehatan manusia serta kehidupan di daratan dan perairan. 4. Kritisnya Penyediaan Air Ketersediaan air di wilayah Provinsi Bali bila dihitung jumlahnya, maka ketersediaannya masih memadai. Sumber mata air, sungai, waduk/danau, air sumur, dan air hujan jumlahnya cukup memadai. Namun demikian karena sebaran sumbernya yang tidak merata, menjadikan beberapa wilayah di Provinsi Bali mengalami kesulitan dalam mengakses sumber air untuk kehidupan. Selain itu, berkembangnya industry pariwisata telah menyebabkan kebutuhan air untuk kepentingan pariwisata dan fasilitas penunjangnya ikut meningkat. Hal ini mengakibatkan beberapa sumber air/ mata air dilakukan pembagian air untuk kepentingan pariwisata dan untuk kepentingan masyarakat. Selain itu, ada kecendrungan penurunan kualitas air sungai dari daerah hulu hingga daerah hilir. Makin kehilir tingkat pemcemarannya semakin tinggi. Makin ramai penduduk maka tingkat pencemarannya semakin tinggi pula. Hal ini terjadi pada sungai yang daerah aliran sungainya dijejali dengan berbagai aktivitas dengan limbah dan buangannya ke sungai. Dalam pembangunan Daerah Provinsi Bali telah dicanangkan Bali Clean and green. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan kebijakan pengendalian dan pengelolaan zat-zat pencemar agar kondisi air dapar dipergunakan oleh masyarakat secara berkelanjutan. 5. Meningkatnya Aktivitas di Wilayah Pesisir, Laut, dan Pantai. Perairan laut Bali dicirikan oleh pola oseanografi, sejarah tektonik-eustatik dan pola ekologis/biologis tertentu. Sebagai salah satu pulau utama dari rantai kepulauan Lesser Sunda, Pulau Bali menduduki bagian dari batasan barat laut Samudera Hindia, dan menyediakan titik utama dari perbedaan berbagai pola klimatologi dan osenaografi. Pulau Bali dan pulau-pulau kecilnya memiliki perairan laut yang dalam di sekitar pantainya sehingga memainkan peran penting sebagai kantong-kantong perlindungan biologi sejak jaman glasiasi Pleistosen, dengan implikasi biogeografik yang signifikan (Barber et al., 2000). Permasalahan yang sangat dominan bagi wilayah laut, pesisir dan pantai ini adalah pencemaran yang mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya pesisir dan laut, misalnya penurunan kualitas air laut, berkurang dan rusaknya kondisi terumbu karang dan padang lamun, serta terdegradasinya hutan mangrove. Keberadaan laut, pantai, serta pesisir merupakan hal yang sangat penting bagi Provinsi Bali. Hal ini disebabkan oleh hampir sebagian besar kawasan pariwisata

5 yang ditetapkan di Provinsi Bali terletak di pantai, pesisir, dan berbatasan dengan laut. Konsekuensinya akan terjadi gangguan-gangguan terhadap ekistensi potensi pesisir, pantai, maupun laut. Konsekuaensi dari penetapan ini bahwa terjadinya gangguan terhadap ekosistem hutan mangrove, terganggunya tutpan karang, serta terganggunya keberadaan dari padang lamun. Hal ini juga membutuhkan kebijakan dari Pemerinatah daerah Bali terkait dengan pemanfaatan wilayah pesisir dan laut. 6. Meningkatnya Pertumbuhan Penduduk. Data Badan Pusat StatistiK Bali Tahun 2016 menunjukkan jumlah penduduk Provinsi Bali sebesar orang, terdiri dari orang laki-laki dan orang penduduk perempuan. Laporan Sensus Penduduk 2010 Provinsi Bali menunjukkan laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,15 %. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di Kabupaten Badung (4,64 %) dan Kota Denpasar mencapai 4,02%. Tingginya laju pertumbuhan di dua wialayah tersebut sangat masuk akal, mengingat keduanya merupakan kawasan pariwisata yang terbesar di Provinsi Bali. Meningkatnya penduduk di sebagian wilayah Provinsi Bali telah menyebabkan terjadinya tekanan terhadap lingkungan yang berupa: meningkatnya jumlah sampah dan limbah, meningkatnya bahan pencemar, meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (terutama untuk perumahan dan permukiman). Untuk menjamin pembangunan berkelanjutan maka dibutuhkan kebijakan dari Pemerintah Provinsi Bali dalam menanggulangi masalah tersebut. 7. Meningkatnya Sampah dan Limbah. Meningkatnya volume timbulan sampah sejalan dengan bertambahnya penduduk dengan segala kegiatannya, terutama terkait dengan kegiatan industri pariwisata. Limbah pariwisata yang dibahas di sini adalah limbah padat (sampah) yang dihasilkan pada objek wisata/daya tarik wisata, sampah dari kegiatan hotel dan rumah makan. Volume sampah yang dihasilkan dari objek wisata, hotel dan rumah makan di Bali pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1.740,38 m3/hari. Volume sampah tersebut dihasilkan dari objek wisata 9,22 m3/hari, hotel bintang sebesar 411,76 m3/hari, hotel melati sebesar 408,20 m3/hari, pondok wisata sebesar 8,84 m3/hari dan rumah makan 902,36 m3/hari Hal ini akan memimbulkan permasalahan berupa menurunnya kualitas estetika lingkungan yang menjadi salah satu syarat menciptakan bali bersih dan indah. Dengan menurunnya kualitas lingkungan dikawatirkan akan berdampak pada daya tarik Bali akan berkurang yang berdampak pula pada penurunan kunjungan wisatawan. Hal ini akan menurunkan pendapatan daerah Provinsi Bali.

6 Sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan program/ kegiatan bidang lingkungan hidup menuju Bali Green Province, dengan realisasi pencapaian fisik dan keuangan sebagai berikut: 1. Indikator Kinerja Utama a) Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Provinsi Bali Tahun 2016 sebesar 60,86% dan meningkat dibandingkan dengan Tahun 2015 yaitu 59,41%. IKLH ini ditunjukan dari akumulasi dari Indeks Pencemaran Air sebesar 60,89%; Indeks Pencemaran Udara 82,96% dan Tingkat Tutupan Lahan sebesar 35,76%. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup ini menunjukan bahwa kualitas lingkungan hidup Bali cukup baik (range<40 = buruk; = cukup baik; = baik; = sangat baik). b) Indeks Perilaku dan Peduli Lingkungan Hidup (IPPLH) pada posisi 0,42 yang artinya cukup baik(range<0,4 = buruk; 0,4-0,64 = cukup baik; 0,65-0,89 = baik; 0,9-1= sangat baik) yang ditentukan oleh perilaku peduli terhadap sampah, konsumsi energi, pemanfaatan air bersih, pola konsumsi, perilaku hidup sehat, konservasi air. 2. Capaian Kinerja BLH s.d Tahun 2017 Program/ Kegiatan s.d Tahun 2017 Target RPJM s.d Target Realisasi 2018 a Penyadaran Masyarakat 1 Penyadaran Masyarakat melalui 143 DSL 143 DSL 135 DSL desa pakraman pembentukan Desa Sadar Lingkungan 2 Pembentukan unit pengelolaan sampah terpadu (pengkomposan) 3 Pembangunan bank sampah Pembentukan desa percontohan pemilah sampah desa pengelolaan sampah mandiri 5 Diklat pengelolaan persampahan Gerakan kebersihan dan penghijauan 7 Evaluasi kebersihan kantor-kantor SKPD Provinsi Bali 8 Evaluasi sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup/adiwiyata 9 Penghargaan Kalpataru bagi penyelamat, pengabdi, perintis dan pembina lingkungan b Konservasi Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati 36 kali 36 kali 40 kali 41 SKPD dan Instansi Vertikal 41 SKPD dan Instansi Vertikal 50 SKPD dan Instansi Vertikal 161 sekolah 161 sekolah 161 sekolah 22 penghargaan 22 penghargaan 22 penghargaan ( ) 1 Pembuatan lubang biopori Penanaman tanaman keanekaragaman hayati dan

7 tanaman perindangan 3 Pembuatan Waste Water Garden (WWG) 4 Pengembangan tanaman arboretum (tanaman langka) 5 Pembuatan site transpalasi terumbu karang c Penilaian Instrumen Lingkungan (AMDAL, UKL, UPL dan KLHS) 1 unit 1 unit 2 unit d Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 1 Analisis Kualitas Air Sungai 252 sampel 252 sampel 252sampel 2 Analisis Kualitas Udara 90 sampel 90 sampel 90 sampel 3 Penetapan Peringkat Kinerja perusahaan Perusahaan dan PKPLP perusahaan perusahaan 4 Pengaduan Sengketa Lingkungan 60 kasus 56 kasus 92 kasus Hidup 5 Penetapan Status Mutu Air Sungai 12 sungai 12 sungai 20 sungai 3. Capaian Bali Green Province Bali Green Province dapat dicapai apabila Indeks Kualitas Lingkungan Hidup lebih besar dari 65% dari angka mutlak 100%.Untuk itu 3 pilar yang perlu didorong adalah Indeks Pencemaran Air, Indeks Pencemaran Udara dan Tingkat Tutupan Lahan. Pada Tahun 2016 IKLH baru tercapai 60,86%, untuk itu langkah-langkah yang telah dilakukan untuk percepatan Bali Green Provinceyaitu: a) UntukGreen Culture, yaitu - Memasukkan muatan lokal pengelolaan lingkungan hidup ke dalam kurikulum sekolah-sekolah melalui program Adiwiyata (saat ini Pemerintah Provinsi Bali telah mendapat penghargaan sekolah yang berbasis lingkungan/ Adiwiyata sebanyak 47 yang terdiri dari5 Adiwiyata Mandiri; 13 Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional dan 29 Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi. - Pengembangan 9 (sembilan) unit percontohan pemilah sampah dengan model 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada Kabupaten/ Kota se-bali dan di Tahun 2017 akan dilakukan evaluasi kinerjamasing-masing desa. - Kampanye pengelolaan lingkungan hidup melalui berbagai media elektronik, media cetak dan brosur. - Memasukkan muatan-muatan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam awig-awig desa pakraman dalam bentuk penetapan desa sadar lingkungan (saat ini telah terbangun 135 desa sadar lingkungan)

8 b) Untuk Green Economy, yaitu mengajak pelaku usaha untuk melakukan pengurangan produksi sampah dan limbah melalui: - Mewajibkan setiap perusahaan/ kegiatan yang mempunyai dampak penting dan besar wajib menggunakan Sewage Treatment Plant (STP) untuk mengelola limbah. - Mendorong pembangunan unit pengelolaan sampah terpadu di masingmasing kegiatan pariwisata (hotel) untuk melakukan pengkomposan dan pemilahan sampah (saat ini untuk hotel-hotel berbintang hampir 80% sudah melakukan pemilahan sampah organik, anorganik dan B3). - Melibatkan perusahaan-perusahaan untuk mengalokasikan CSRnya melalui program bina lingkungan dalam perlindungan dan pengelolaaan lingkungan (saat ini di Bali terdapat 33 perusahaan yang sudah berpartisipasi dalam pengalokasian CSRnya ke dalam program lingkungan). - Penegakan sanksi administrasi terhadap 12 perusahaan yang membuang limbah ke lingkungan melebihi baku mutu bersama-sama dengan Kabupaten/ Kota. c) Untuk Clean and Green, yaitu mengajak masyarakat untuk melakukan gerakan-gerakan penghijauan dan kebersihan melalui: - Gerakan kebersihan Bali Bebas Sampah Plastik melibatkan Akademisi, Bisnis, Goverment, Society masyarakat (ABGS) setiap 2 (dua) bulan sekali pada tempat-tempat rawan sampah (setiap gerakan melibatkan orang. - Penanaman pohon keanekaragaman hayati untuk meningkatkan tutupan vegetasi pada kawasan sekitar danau, waduk, mata air dan daerahdaerah sepadan jurang dengan jenis tanamanampupu, Albesia, Cempaka, Sandat, Clicung Bundeh, Kaliasem, Boni dan tanaman penghijauan lainnya. - Membuat lubang biopori dan sumur resapan (saat ini sudah terbangun buah biopori pada sekolah-sekolah Adiwiyata, taman-taman kota, kantor-kantor, perusahaan-perusahaan dan daerah-daerah resapan air, serta 20 lubang resapan). - Penanaman pohon bambu sebanyak pohon pada daerah-daerah rawan bencana dan sepadan sungai, sepadan jurang dan sepadan mata air. - Menggali kearifan lokal pada desa pakraman dalam pelestarian fungsi lingkungan (sedikitnya terdapat 50 kearifan lokal yang berkaitan dengan

9 lingkungan yang ada di desa pakraman seperti, Sad Kertih, Tumpek Uduh, Tumpek Kandang, Tri Hita Karana dan lain-lain. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Drs. Gede Suarjana,M.Si Pembina Utama Madya NIP

RANCANGAN RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI TAHUN 2016

RANCANGAN RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI TAHUN 2016 RANCANGAN RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Angayubagya kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan

Lebih terperinci

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH PROFIL WILAYAH SULAWESI SELATAN Luas Area : 46.083,94 Km2 Panjang Pesisir

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

ANDA HARUS TAU!!!!!!!!!! Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Bali

ANDA HARUS TAU!!!!!!!!!! Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Bali ANDA HARUS TAU!!!!!!!!!! Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Bali HUTAN ALAM PENGERTIAN HUTAN Satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya yang terbatas karena tidak dapat diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan, semoga orasi ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih.

Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan, semoga orasi ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih. GUBERNUR BALI ORASI ILMIAH STRATEGI MEWUJUDKAN BALI GREEN PROVINCE DISAMPAIKAN DALAM ACARA WISUDA SARJANA KE-42 DAN DIES NATALIS KE-28 UNIVERSITAS WARMADEWA JUMAT, 17 SEPTEMBER 2010 Yang saya hormati :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2016

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2016 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2016 1 1.08 URUSAN LINGKUNGAN HIDUP 1.08.02 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BULELENG KEADAAN BULAN : NOPEMBER 2016 Kegiatan Ket No Program Indikator Kinerja Satuan Capaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti tidak akan ada kehidupan di bumi ini jika tidak ada air. Air merupakan komponen lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2016

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2016 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2016 1 1.08 URUSAN LINGKUNGAN HIDUP 1.08.02 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BULELENG KEADAAN BULAN : OKTOBER 2016 s/d 1 Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.1 Penyediaan

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA PULAU BALI 1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" -

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2015

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2015 PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN TAHUN 2015 1 1.08 URUSAN LINGKUNGAN HIDUP 1.08.02 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BULELENG KEADAAN BULAN : JULI 2015 Kegiatan s/d 1 Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.1 Penyediaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No 32 tahun 2009 TUJUAN melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup menjamin keselamatan,

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BULELENG RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2018 SASARAN/CAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PROGRAM Uraian Indikator Kinerja (Outcome) Target/Satuan Uraian Indikator Kinerja Target/Satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar kota di Negara Indonesia tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir. Setiap fenomena kekotaan yang berkembang pada kawasan ini memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Gianyar. Sektor pariwisata memberikan dampak

Lebih terperinci

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 DITERBITKAN DESEMBER 2008 DATA OKTOBER 2007 SEPTEMBER 2008 PEMERINTAH KOTA DENPASAR PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi (Data Kemendagri.go.id, 2012). Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah sehingga dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam program pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah program lingkungan sehat, perilaku

Lebih terperinci

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016 KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN 207 Jakarta, 7 Desember 206 PRIORITAS NASIONAL DITJEN. PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN NO PRIORITAS NASIONAL Kemaritiman

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Indonesia merupakan negara yang memiliki

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Bali Dalam Angka Denpasar

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Bali Dalam Angka Denpasar DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2015. Bali Dalam Angka 2015. Denpasar Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar 2015, Sejarah/Kronologi Kawasan Hutan Provinsi Bali s/d Tahun 2015. Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesadaran akan lingkungan hidup merupakan salah satu pilar agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya. Pemerintah Provinsi Bali menyadari data tentang kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset pembangunan

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 810 TAHUN : 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 810 TAHUN : 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 810 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI PROFIL DINAS KABUPATEN WONOGIRI Alamat : Jln. Diponegoro Km 3,5 Bulusari, Bulusulur, Wonogiri Telp : (0273) 321929 Fax : (0273) 323947 Email : dinaslhwonogiri@gmail.com Visi Visi Dinas Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan garis pantai yang panjang menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari banyak gugusan pulau mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak jumlahnya.

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

II. KEADAAN UMUM PROVINSI BALI

II. KEADAAN UMUM PROVINSI BALI II. KEADAAN UMUM PROVINSI BALI 2.1. Letak dan Luas Provinsi Bali terdiri dari 1 (satu) pulau besar yaitu Pulau Bali dan beberapa pulau kecil seperti Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Program untuk lingkungan hidup adalah sebagai berikut: a) Program Pengembangan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYUSUNAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL) PENGEMBANGAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) MOJOSARI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

Pembangunan Kehutanan

Pembangunan Kehutanan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Kehutanan Sokoguru Pembangunan Nasional Berkelanjutan Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA (Sekretaris Jenderal) Disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

BAB V LAHAN DAN HUTAN

BAB V LAHAN DAN HUTAN BAB LAHAN DAN HUTAN 5.1. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan Kota Denpasar didominasi oleh permukiman. Dari 12.778 ha luas total Kota Denpasar, penggunaan lahan untuk permukiman adalah 7.831 ha atau 61,29%.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah termasuk permasalahan lingkungan seperti kebersihan lingkungan. Hal ini disebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU INDIKATOR KINERJA INDIVIDU 1. JABATAN : ANALISIS MENGENAI DAMPAK 2. TUGAS : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis penilaian dan pemantauan analisis mengenai dampak lingkungan 3. FUNGSI : a. penyusunan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Tabel Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Maju Tahun 2016 Kota Ambon. Rencana Tahun Target Capaian Kinerja

Tabel Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Maju Tahun 2016 Kota Ambon. Rencana Tahun Target Capaian Kinerja Tabel Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Maju Tahun 2016 Nama SKPD : KANTOR PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN KOTA AMBON Kode Indikator 1 URUSAN WAJIB 1.0 Bidang Urusan : Lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN,STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN,STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN,STRATEGI DAN KEBIJAKAN.1 Visi dan Misi DLHK Kota Denpasar 4.1.1 Visi DLHK Kota Denpasar Visi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar, adalah visi Pemerintah

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 D. Peran Serta Masyarakat Program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di DKI Jakarta Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan

Lebih terperinci

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 lampiran A.VII,

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA DLHK KOTA DENPASAR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA DLHK KOTA DENPASAR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN BAB VI INDIKATOR KINERJA DLHK KOTA DENPASAR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN 6.1. Pengukuran Indikator Kinerja Capaian kinerja Renstra setiap tahun diukur dari dimensi akuntabilitas dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor terpenting bagi kehidupan manusia, karena memiliki tiga fungsi pokok yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. faktor terpenting bagi kehidupan manusia, karena memiliki tiga fungsi pokok yaitu : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup merupakan semua benda, daya, dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang dimana manusia atau makluk hidup berada dan dapat memenuhi

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN PEMALANG

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN PEMALANG BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN PEMALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI PROGRES IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI GUBERNUR BALI 1 KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI

Lebih terperinci

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata terbaik yang ada di Indonesia bahkan dunia. Keindahan alam yang sangat beraneka ragam, mulai dari laut serta karangnya sampai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pengembangan pariwisata sebagai industri, adalah untuk meningkatkan perolehan devisa. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, sangat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia Merupakan negara kepulauan dan dua pertiga bagian wilayah indonesia berupa perairan. Namun demikian, Indonesia juga tidak lepas dari masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. UU RI No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA Kata Pengantar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

Perencanaan Perjanjian Kinerja

Perencanaan Perjanjian Kinerja Bab II Perencanaan Perjanjian Kinerja Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci