PERANCANGAN APARTEMEN ADAPTIVE DI EPICENTRUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE LIPAT DAN SKELETON INFILL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN APARTEMEN ADAPTIVE DI EPICENTRUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE LIPAT DAN SKELETON INFILL"

Transkripsi

1 PERANCANGAN APARTEMEN ADAPTIVE DI EPICENTRUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE LIPAT DAN SKELETON INFILL David Kurnia, Firza Utama Sjarifudin, dan Nofriyon Nasir Fakultas teknik, Jurusan Arsitektur, Bina Nusantara University Jl. K H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat Tlp: (021) freak_seniman@yahoo.com ABSTRACT This research explored apartment design by using folding and skeleton infill method to provide view, solution, and different result compared to conventional apartment design. With the usage of folding method as vertical and horizontal spatial boundary, variation of plan, facade and room volume can become dynamic element. To find and obtain those morphing potential, morphing simulation will be used, where as skeleton concept from skeleton infill method will be used as static element to provide those dynamic element. By using this system, the users can choose and arrange their home layout but still limited by some boundary. This system could also include humanity on landed house design and by using spatial boundary with folding method, different users needs could be fulfilled and the volume space could be expanded 2.8x from the original volume.(dk) Keywords: Design, Apartement, Adaptive, Folding method, Skeleton Infill. ABSTRAK Penelitian ini mengeksplorasi perancangan apartemen dengan menggunakan metode lipatan dan skeleton infill untuk memberikan pandangan, solusi, dan hasil yang berbeda jika di bandingkan dalam perancangan apartemen yang konvensional. Dengan menggunakan metode lipatan sebagai pembatas ruang vertikal dan horizontal dapat menghasilkan potensi denah, tampak, dan volume ruang yang variasi sehingga dapat menjadi elemen yang dinamis. Untuk menemukan dan mendapatkan potensi perubahan ini digunakan simulasi perubahan. Sedangkan konsep skeleton dari metode skeleton infill digunakan sebagai elemen statis berperan untuk mewadahi elemen dinamis tersebut. Kelebihan dari sistem ini dapat memberikan kebebasan nantinya kepada penghuni untuk memilih dan menyusun tata ruang dalam huniannya, tetapi masih dalam batasan yang ada serta memasukkan unsur manusiawi pada hunian landed dan, penggunaan pembatas ruang dengan metode lipatan dapat memenuhi kebutuhan berbeda beda dari penggunanya dan volume ruang dapat membesar 2.8x dari semula.(dk) Katakunci: Perancangan, Apartemen, Adaptif, Metode lipat, Skeleton Infill. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Pada dasarnya hunian terbagi dua jenis yaitu hunian vertikal (apartemen) dan hunian landed (hunian diatas tanah). Pembagian ini berdasarkan dari arah tipologi susunannya. Pada hunian vertikal apartemen biasanya bercirikan sifat komersil dan di buat dengan sedemikian rupa sehingga mengutamakan fungsi belaka. Sehingga banyak kekurangan yang di rasakan oleh penghuni yang tidak mereka dapatkan di hunian vertikal, seperti keterbatasan pada bukaan jendela, sehingga bangunan tertutup terhadap sinar matahari, dan penghawaan alami.tidak hanya itu suasana dingin tercipta dan sangat tertutup antar para penghuni yang di rasakan oleh penghuni karena lorong yang berisikan pintu yang saling berhadapan dan tidak ada ruang komunal atau sosial. Dan terakhir yang terpenting adalah setiap developer selalu mengeneralisasikan kebutuhan ruang penghuni dan hubungan antar ruang pada 1

2 setiap unitnya, padahal setiap penghuni memiliki kebutuhan dan hubungan antar ruang yang berbedabeda. Sehingga pada saat penghuni ingin merubah ruang dalam pada unitnya akan menemukan kesulitan dalam perizinan dan proses pembongkaran, karena tidak sembarang dapat membongkar unit apartemen dan karena masalah kebisingan yang akan di timbulkan ke para tetangga. Sebuah kondisi di atas akan yang jauh berbeda jikalau kita memiliki hunian landed. Karena rumah landed memiliki tipologi yang berbeda dan dapat memasukkan kebutuhan dan pola hubungan antar ruang yang di inginkan, sehingga berbeda seperti di hunian vertikal yang dimana itu semua di hapus dan di anggap sama. Hunian landed memiliki kelebihan yang tidak di miliki oleh hunian verikal apartemen seperti memiliki bukaan jendela yang lebih banyak bahkan sesuai dengan keinginan pemilik, antar rumah tidak langsung bertemu dengan pintu, melainkan bertemu dengan sebuah taman atau sebuah teras sebagai ruang komunal dan berkumpul, adanya langit atau ruang bebas diatas atap, dan hal-hal yang menyangkut ruang arsitektural lain yang sangat manusiawi. Sehingga pada dasarnya beberapa permasalahan dalam konsep hunian vertikal apartemen terdapat jawabannya pada hunian landed. Sebuah saran dan solusi yang ada pada hunian verikal apartemen saat ini adalah dengan memikirkan sebuah konsep Adaptability Tranformable Space, yang berarti memiliki pengertian menyesuaikan terhadap perubahan kebutuhan dan lingkungan dengan menciptakan sistem fundamental baru pada ruang. Sehingga menjadikan sebuah hunian vertikal apartemen yang dapat memberikan keleluasaan penghuni untuk dapat mengelola ruang dalam agar dapat berubah dan berkembang dalam batasan yang ada. Elma Durmisevic (2006) Seperti pada persamaan Speth, yang dimana sebuah barang yang dirancang untuk beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat, mereka akan bertahan lebih lama, jika tidak, mereka dibuang. Seharusnya bangunan harus dapat beradaptasi terhadap fase kehidupan dan keubtuhan yang berbeda dari pengguna mereka dan tetap dapat mempertahankan standar keamanan pada bangunan. Pada tahun 1960 Archigram yang merupakan sebuah kelompok pada bidang arsitektur yang bereksperimen dengan teknologi modular, mobilitas melalui lingkungan, kapsul ruang. Dengan tujuan untuk memecah permasalahan yang ada pada sebuah bangunan menjadi sebuah bangunan yang independen dan mengurangi keterkaitan yang lain, sehingga jika terjadi sebuah masalah, dapat di selesaikan tanpa mengganggu elemen yang lainnya. Seperti gambar di bawah ini: Gambar 1. Transformasi struktur (3 tingkat pengambilan keputusan secara independen), Sumber: Transformable Building Structure (2006) Gambar 2. Struktur statis dengan tiga level tingkat pengambil keputusan, Sumber : Transformable Building Structure (2006) Sedangkan dengan gaya tradisional (gambar 1) jika terjadi perubahan atau permasalahan pada unit apartemen, semua menjadi satu level yang harus di selesaikan dengan mengubah dari isu urban, konstruksi, dan dinding pengisi yang berakibat terhadap pembongkaran dan masa akhir dari sebuah bangunan. Pada gambar 2 membuat keputusan yang terbaik adalah dengan membagi setiap permasalahan pada tingkatan yang berbeda, beda sehingga tidak mempengaruhi antar eleman yang lainnya dengan menggunakan metode lipat dan skeleton infill. Skeleton infill adalah istilah yang digunakan di Jepang untuk menggambarkan pemisahan sistem bangunan dan keputusan menurut subsistem pendekatan membedakan kerangka (termasuk kolom dan sistem utilitas) atau hanya bangunan dasar saja (Prof. Dr. Stephen Kendall, Building Futures Institute, Ball State University ). Sehingga nanti akan dilakukan metode fill dengan pemakaian konsep arsitektur origami (lipat). Arsitektur origami adalah memahami dari teori origami untuk sebuah desain arsitektural. Arsitektur origami bisa menjadi sebuah solusi untuk desain ruang adaptif. Salah satu penerapan dari prinsip lipatan untuk di gunakan ruang yang adaptif adalah seperti partisi dinding lipat seperti di bawah ini: 2

3 Gambar 3. Penerapan dinding adaptif dengan menggunakan lipatan, Sumber: pintupenyekat.blogspot.com (2013) Sebuah ruang dapat berubah volumenya jika dilakukan penggeseran dinding lipatannya sehingga dapat mempengaruhi volume dan bentuk ruang tersebut. RUMUSAN MASALAH Keterbatasan ruang pada unit apartemen yang di bangun secara konvensional cenderung menggunakan penutup dan pembagi ruang yang statis, kaku oleh dinding dan lantai, sehingga menimbulkan kesan dingin dan tertutup. Secara garis besar hunian vertikal yang kebanyakan ada melupakan unsur unsur alami dan hak-hak manusiawi yang sudah ada pada hunian landed, dan penghuni memiliki keterbatasan pada perubahan dan pengaturan ruang dalam. Bagaimana merancang bangunan apartemen adaptif yang dapat memberikan keleluasaan kepada penghuninya untuk dapat mengembangkan ruang dalam apartemennya? merupakan permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini. TUJUAN Dengan menggunakan skeleton infill dapat memberikan keleluasaan penghuni untuk dapat mengelola ruang dalam agar dapat berubah dan berkembang volume ruangnya pada batasan skeleton infill tersebut, dalam melakukan perubahan volume ruang menggunakan metode lipat dan di samping itu memasukkan unsur alami dan hak-hak manusiawi yang terdapat pada hunian landed pada setiap unitnya agar dapat memiliki langit nya sendiri, memiliki ruang terbuka hijau, seperti hunian landed, dan dengan menggunakan metode lipat juga mempunyai potensi untuk berbagai ratusan denah, tampak bangunan, perubahan kesan ruang yang berbeda beda untuk memenuhi kebutuhan penghuni yang juga berbeda-beda. LINGKUP PEMBAHASAN Penelitian di arahkan pada proses perancangan bangunan hunian apartemen dan pengembangan desain apartemen terhadap perubahan volume ruang pada unit apartemen yang dapat di sesuaikan dengan kebutuhan penghuninya, dari segi penggunaan ruang yang tidak selalu di pakai, variasi pola hubungan ruang dan tampak yang dapat berbeda beda sehingga memberikan pengalaman ruang yang berbeda. Pengembangan dengan perubahan volume ruang menggunakan metode lipatan dan skeleton infill. Metode yang di gunakan adalah studi uji coba simulasi yang di lanjutkan pada studi maket dengan penelusuran lebih lanjut dari segi material dan sistem mekanismenya. KAJIAN PUSTAKA - Elma Durmisevic (2006). Transfomable Building Structure. Buku ini menjelaskan misi dari keberlanjutan dari global perspektif, kerangka kerja, bagaimana akhir dari bangunan. Bagaimana bangunan itu berubah berdasarkan kebutuhan, lingkar roda kehidupan, dan pengaruh dari pasar ekonomi untuk ke bentuk fleksibel. Sebuah transformasi sebagai sebuah sistem yang terdiri dari subsistem yang tergabung, seperti transformasi spasial, struktural, dan material. - Tomohiro Tachi (2011). Rigid-Foldable Thick Origami. Isi penelitian ini mengusulkan membangun geometri yang menggunakan struktur panel dengan ketebalan yang dapat bergerak mengikut pola prilaku kinetik rigid origami, memakai panel yang menipis pada ujung antar panelnya dan memakai engsel yang di letakkan pada tepi panel. Menggunakan 3

4 metode yang dapat mengkonversikan pola umum rigid origami ke dalam struktur panel yang memiliki ketebalan yang nantinya akan membuat pergerakan kinetik, yang nantinya akan mengarah kepada desain baru dari origami untuk berbagai keperluan dalam arsitektur. Penelitian yang di lakukan mempunyai nilai lebih di bandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah dengan mengaplikasikan prinsip desain dari buku Transfomable Building Structure ke dalam bentuk rancangan bangunan apartemen, dan di gabungkan dengan prinsip dan potensi dari metode lipat origami, dan tidak hanya itu metode lipatan ini akan di aplikasikan ke dalam perancangan bangunan juga dan menghasilkan sebuah ruang dalam yang dapat adaptif berubah volume ruang dan dapat mengubah susunan pola hubungan antar ruang. METODE PENELITIAN Pada gambar 4 menjelaskan skema alur dari penelitian. Awalnya sebelum merancang sebuah apartemen, pertama tama diadakan studi banding apartemen yang telah di bangun untuk mengetahui kebutuhan yang ada, kemudian memasuki program ruang yang di butuhkan (1). Mencocokan pada kondisi tapak dan mulai menganalisis tapak dengan simulasi untuk mengetahui orientasi dan membentuk gubahan massa berdasarkan hasil simulasi, setelah itu di lanjutkan pada proses zoning pada bangunan (2). Kemudian analisis simulasi untuk mengetahui potensi jumlah perubahan modul secara vertikal, horizontal maupun secara keduanya yang nantinya di identifikasi untuk kebutuhan para penghuninya berdasarkan hasil studi banding, tidak hanya itu akan membuat detail agar modul lipatan tersebut dapat di realisasikan berdasarkan hasil prototype (3). Terakhir merupakan konsep sistem utilitas pada modul maupun pada bangunan (4). r 4. Skema alur penelitian HASIL DAN BAHASAN KONSEP ANALISIS GUBAHAN MASSA Menganalisa sinar matahari pada tapak. Lokasi berada di kawasan Epicentrum dengan kondisi iklim tropis basah, sehingga pada di iklim tropis, orientasi bangunan salah satu hal terpenting dalam desain untuk mengurangi pancaran panas langsung pada muka bangunan. Berikut merupakan arah orientasi bangunan yang berdasarkan dari arah mata angin dan penambahan bangunan 3d gedung sekitar untuk mengkondisikan serupa pada simulasi. U Gambar 5. Simulasi radiasi untuk menentukan orientasi bangunan, Sumber: Olahan Peneliti Berdasarkan simulasi di dapatkan bahwa arah tenggara dan barat daya merupakan orientasi bangunan yang terburuk, sehingga arah orientasi bangunan tidak di hadapkan ke arah tenggara dan 4

5 barat daya, melainkan ke atah utara dan selatan, sehingga pada tampak muka bangunan tidak mengalami panas berlebih. Sehingga pada gubahan massa menjadi seperti gambar di bawah ini: Penjelsasan 1-3: Gubahan massa pertama kali berdasarkan dari peraturan KLB bangunan, yang kemudian di bagi menjadi dua bagian dan menghadap utara dan selatan untuk mengurangi radiasi matahari. (berdasarkan dari orintasi bangunan pada analisa sinar matahari). Penjelasan 4-6: Setelah memisahkan massa bangunan, kemudian bangunan di susun kembali sesuai ke luasan tapak di lantai 1, yang kemudian pada bagian tower di maju mundurkan agar mendapatkan efek pembayangan dari modul apartemen yang lainnya. Terakhir pada sistem core bangunan di letakkan pada bagian tenggara yang merupakan salah satu orientasi dengan radiasi terpanas, karena pada core hanya berisikan sistem utilitas pada bangunan. Gambar 6. Proses perubahan gubahan massa, Sumber: Olahan Peneliti SISTEM METODE LIPATAN ( Spatial Boundary ) Pertama, peneliti mencari hubungan pola ruang pada hunian vertikal maupun hunian landed, untuk mengetahui pola hubungan ruang, kebutuhan ruang, dan kelebihan yang dimiliki keduanya. Berikut merupakan pengambilan sampel acak yang di lakukan peneliti beserta karakteristik dari hunian vertikal ( kiri ) dan hunian landed ( kanan ) Tabel 1. Tabel hubungan ruang pada rumah landed Hunian Vertikal Hunian Landed - Di generalisasikan - Individualistis - Statis - Tidak menapak tanah unitnya - Tertutup - Sesuai kebutuhan - Kekeluargaan - Berbeda beda - Menapak tanah - Terbuka Sumber: Olahan Peneliti Kedua diambil fungsi ruang yang terdapat pada rumah berdasarkan studi banding pada hunian vertikal dan landed, yang kemudian di buat 1 modul berukuran standart ruang 3m x 3m yang di susun deret sehingga berjumlah 8 modul dengan jenis ruang yang berbeda - beda. Berikut gambar penjelasannya: 5

6 Gambar 7. Denah layout 1 unit apartement, Sumber: Olahan Peneliti Kemudian di lakukan pencarian sebuah pembatas ruang yang dapat merubah volume ruang secara cepat dan mudah, yakni dengan lipatan dan sliding. Kemudian di bandingkan manakah yang lebih cocok di gunakan pada kasus perubahan ruang. Tabel 2. Perbedaan sliding dan lipatan Sliding Fold Kelebihan Kekurangan - Ringkas dan lebih tipis ketika dalam keadaan tidak di kembangkan. - Terkesan ringkih dan tidak kokoh terhadap angin Jauh lebih kuat terhadap angin di bandingkan dengan sliding. - Jauh lebih tebal daripada sliding dan terdapat perubahan lebar juga, sedangkan sliding tidak. Sumber: Olahan Peneliti 3 Gambar 8. Modifikasi pembatas ruang vertikal + horizontal, Sumber: Olahan Peneliti Dengan melakukan modifikasi yang awalnya menggunakan pembatas ruang vertikal 1 sisi (1), lalu di lakukan mirror di sisi lainnya (2), dan terakhir di berikan pembatas ruang secara horizontal, sehingga menjadi sebuah wujud ruang dengan pembatas ruang yang nyata dan dapat berubah ubah volume ruangnya (3). Dengan menggunakan pembatas ruang yang dapat terpisah terhadap bangunan, memberikan keleluasaan kepada bangunan untuk dapat memasukkan sinar matahari dan angin, karena memiliki penutup ruang yang dapat adaptif juga, maka pembatas ruang tidak mengikat terhadap bangunan. 1 2 Gambar 9. Perbedaan luasan konvensional dengan penggunaan lipatan, Sumber: Olahan Peneliti Pada gambar 9 merupakan perbedaan luasan konvensional dengan menggunakan dinding statis, sehingga luasan cenderung tetap (1), berbeda dengan menggunakan lipatan dimana luasan ruang dapat di sesuaikan dengan kebutuhan penghuninya (2). Dan jika di berikan bukaan pintu maka dapat membuat modul unit apartemen berubah ubah pola hubungan ruangnya juga, sehingga dapat di identifikasi untuk penggunanya berdasarkan studi banding dengan sampel acak dari 3 tipologi rumah 6

7 landed di 3 negara berbeda beda. Keberhasilan menghasilkan pola hubungan ruang yang berbeda beda juga dengan menambahkan dinding sliding dan struktur statis sebagai pengunci lipatan, yang berguna sebagai pembantu dalam sirkulasi di dalam modul lipatan dan sebagai jalur untuk utilitas. Gambar 10. Perletakan dinding sliding dan struktur statis, Sumber: Olahan Peneliti 1 Deret ( panjang ), Merah Dapat menjadi 8 denah yang berbeda pola hubungan antar ruangnya. Dengan setiap modul ruang harus memiliki bukaan: 2 Deret ( panjang samping ), Orange Dapat menjadi 32 denah yang berbeda pola hubungan antar ruangnya. Dengan setiap modul ruang harus memiliki bukaan: 2 Deret ( panjang samping dan lebar tengah ), Hijau 7

8 Dapat menjadi 37 denah yang berbeda pola hubungan antar ruangnya. Dengan setiap modul ruang harus memiliki bukaan: 2 Deret ( panjang tengah ), Biru Dapat menjadi 18 denah yang berbeda pola hubungan antar ruangnya. Dengan setiap modul ruang harus memiliki bukaan: Dari seluruh denah tersebut di tumpuk menjadi satu, sehingga membentuk modul pada setiap ruang tersebut harus memiliki bukaan pintu sesuai berdasarkan letak pintu dari seluruh denah yang di tumpuk agar dapat menghasilkan denah yang bermacam macam. Tidak hanya memiliki kelebihan dapat membentuk bermacam macam denah yang berbeda, pengembangan bentuk modul dengan menggunakan 4 modul yang berbeda ketinggiannya yang dapat di gunakan untuk memaksimalkan 8

9 penggunaan ruang, kebutuhan ruang, dan pengalaman ruang yang berbeda beda. seperti di gambar di bawah ini: Modul A dengan ukuran 3m x 3m, Modul B dengan ukuran 5m x 5m, Modul C dan D dengan ukuran 3m x 3m x 5m. Potensi ini di harapkan dapat mengisi dari kekosongan dari floor to floor lantai pada skeleton infill yang mencapai 6 meter, sehingga pengembangan desain di lakukan untuk mengisi kekosongan itu, di samping tinggi floor to floor juga memasukkan unsur pada hunian landed yakni sinar matahari kedalam bangunan dan memasukkan angin. Gambar 11. Contoh perubahan potensi variasi secara vertikal, Sumber: Olahan Peneliti Tidak hanya secara horizontal atau secara vertikal saja, potensi juga dapat di gabungkan sehingga mengalami pengalaman yang berbeda, ada terdapat dua jenis pengalaman ruang yang akan di rasakan, yakni semakin mengecil atau semakin membesar yang bermain juga dari ketinggian modul. Berikut merupakan contoh simulasinya: Gambar 12. Contoh perubahan potensi secara horizontal maupun vertikal, Sumber: Olahan Peneliti Setelah mengetahui potensi yang di dapatkan menggunakan sistem metode lipat ini, berikut merupakan usaha yang di lakukan agar modul dengan metode lipat ini terwujud dalam dunia nyata, dengan memakai sistem seperti: Gambar 13. Detail engsel modul lipatan, Sumber: Olahan Peneliti Gambar 13 merupakan sistem perletakan saja dan setiap panel akan memakai dua sistem engsel berbeda, yang pertama memakai engsel yang terbuat dari karet, yang berfungsi untuk mengalirkan air hujan saja (1), dan yang kedua memakai engsel kupu kupu (2), yang memang di pakai untuk mengalirkan beban panel dari atap ke dinding, kemudian bertemu dengan engsel dengan roda (3) yang berfungsi agar panel modul lipatan dapat bergerak secara horizontal, dan dari situ barulah volume didalam ruang tersebut dapat berubah. 9

10 Gambar 14. Penggunaan dinding wallpaper untuk interior, Sumber: Olahan Peneliti Jikalau pengguna tidak menginginkan bentuk dinding lipatan pada interior dapat menggunakan teknik sederhana pada blind di kaca mobil, yang menggunakan roll yang berisikan wallpaper, sehingga jikalau dinding panel pada modul lipatan di tarik, maka dengan otomatis wallpaper tersebut akan di tarik keluar sehingga dapat menciptakan efek sebuah dinding yang rata. Terakhir merupakan pemakaian material pada panel mempengaruhi pada ketahanan dan kepercayaan penghuni terhadap pemakaian modul modul lipatan ini menjadi sebuah ruang dalam yang dapat adaptif, oleh sebab itu, berikut merupakan kriteria material yang di usulkan: Tabel 3. Perbandingan kelebihan penggunaan material, Sumber: Olahan Peneliti Nama Material Kelebihan Harga per-meter Panel GRC -Tahan terhadap suhu dan cuaca -Tahan terhadap Jamur dan Rayap -Kedap Suara -Lebih murah di banding panel lainnya dengan kualitas setara 4mm = Rp mm = Rp mm = Rp Ukuran : 1.22m x 2.44m (harga pada bulan Juni 2013) Panel Kayu Laminasi (Kualitas Setara Kayu Jati) -Tahan rayap -Tahan pada suhu ekstrim -Setara dengan kekuatan jati (merk tertentu) -Tahan air Per m 3 = Rp Ukuran: Disesuaikan Desain ( harga pada bulan January 2013) Simpulan Untuk pemakai jenis material dapa di sesuaikan dengan budget dari penghuninya. SISTEM SKELETON INFIIL Menentukan modul struktur, untuk mencari modul paling hemat dari modul kolom basement hingga atap bangunan dan modul yang di temukan adalah berukuran 8m x 8m, dengan perincian sebagai berikut: Untuk parkir dengan menggunakan modul antar kolom dapat memuat hingga 3 mobil, dan dapat menyisakan jalan untuk sirkulasi mobil selebar 5 meter. 10

11 Untuk modul apartemen dengan modul 8m x 8m di butuhkan sebanyak 6 modul untuk 2 unit apartemen, ini dilakukan agar setiap unit apartemen di fill dengan metode lipatan yang dapat berubah ubah geometri, volume ruang, dan pola hubungan antar ruangnya. Disisi lain, karena menggunakan sistem skeleton infill yang menjadikan setiap unit apartemen merupakan hal independen dan dapat di selesai di tahap itu saja, sehingga jika terjadi perubahan tidak mempengaruhi ke konsep urban dan pada konstruksi. Pengambilan keputusan pada ketinggian 6 meter karena dari cahaya yang masuk hingga dapat menembus hingga setengah lebar bangunan, dan juga dari segi biaya struktur yang jauh lebih hemat di bandingkan 7-10 meter. Gambar 15. Konsep skeleton infill, sumber: Olahan Peneliti Selain ketinggian yang di dapatkan dari hasil analisis sinar matahari, ketinggian di dapatkan dari konsep apartemen yang setiap unitnya memiliki ruang langitnya sendiri yang memungkinkan angin dapat berlalu lalang di sekitar rumah, sehingga penghuni merasa seperti di landed house. Berikut merupakan gambar penjelasannya: Dengan ketinggian skeleton infiil yang lebih tinggi daripada tinggi modul, dapat memasukkan sinar matahari secara langsung dan membuat angin dapat berhembus memasuki hunian dengan mudah. Tetapi untuk menjaga keamanan dari hujan badai, semakin ke atas, hunian akan di lindungi dengan memakai kisi kisi seperti pada garis berwarna abu abu pada gambar di atas. Gambar 16. Analisis skeleton infill terhadap iklim, Sumber: Olahan Peneliti STUDI DENGAN PROTOTYPE FISIK Setelah studi dengan prototype secara virtual, studi juga di lakukan secara fisik agar lebih memahami permasalahan dan solusi yang ada, karena permasalahan yang ditemukan akan sama dengan kondisi realitanya. Oleh sebab itu di lakukan studi pertama seperti gambar dan studi kedua seperti gambar : Gambar 17. Studi Prototype 1 dengan skala 1:250 (P=3m, L=3m, T=3m), Sumber: Olahan Peneliti Gambar 18. Studi Prototype 2 dengan skala 1:100 (P=3m, L=3m, T=3m), Sumber: Olahan Peneliti 11

12 Pada studi 1 seluruh lipatan dapat mengembang dan mengempis dengan sempurna, karena menggunakan engsel yang sesuai dengan realita, tetapi memiliki batasan yang ada yakni pada ketebalannya. Karena skala terlalu kecil dan tidak seimbang dengan ukuran engsel, maka studi di lakukan kembali dengan menggunakan prototype kedua dengan skala lebih besar dan menggunakan lipatan origami sebagai pengganti engsel, yang kemudian di berikan panel dengan ketebalan 3mm. Sehingga mendapatkan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan engsel (kurang ketepatannya, karena engsel itu sendiri lebih tebal di bandingkan tebal panel yang di gunakan). KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dapat membagi permasalahan pada hunian ke tiap tiap elemen, sehingga struktur dan isinya merupakan hal yang independen, sehingga isinya dapat berubah ubah dari segi fungsi, bentuk, pola ruang, dll. Dari keterikatan skeleton dan juga pengisi lipatan, saling berkaitan dalam hal ketinggian bangunan yang bergantung pada potensi dari modul lipatan, dan juga besaran ukuran dimensi modul juga di sesuaikan dengan wadah yang di berikan oleh skeleton infill. Gubahan massa terbentuk berdasarkan dari simulasi yang di lakukan menggunakan software Ecotect, untuk mencari arah orientasi terbaik berdasarkan arah mata angin. Sehingga akan mendapatkan arah orientasi dengan radiasi tertinggi sebagai pemotong massa bangunan menjadi dua bagian. Berdasarkan hasil studi prototype 2 dengan skala 1:100 yang diberikan ketebalan mendapatkan angka 1x : 2.8x dari semula, dengan ukuran semula memiliki panjang 14cm dapat mengembang hingga ukuran 40cm. SARAN Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya di lakukan pengembangan lebih lanjut pada perubahan ruang secara horizontal dan vertikal. Karena pada penelitian ini masih sampai sebatas pengembangan secara horizontal dan vertikal saja, dan baru membicarakan sedikit mengenai perubahan secara keduanya. Dan juga penelitian selanjutnya dapat melakukan uji coba dengan model 1:1 dari segi kekuatan dan juga terhadap perubahan kondisi lingkungan. REFERENSI Christian D. MacCarroll Micro home Ownership in a Megametropolis Elma Durmisevic Transformable Building Structures Folded Structure In Modern Architecture. University of Belgrade, Faculty of Architecture, Serbia G G Schierle Architectural Structure. University of Southern California. Holger Schnädelbach. Adaptive Architecture - A Conceptual Framework. Mixed Reality Laboratory, Computer Science, University of Nottingham John Chilton Space Grid Structures Martin Trautz and Susanne Cierniak, RWTH. Folds and Fold Plate Structures in Architecture and Engineering Nenad Šekularac, Jelena Ivanovi? Šekularac, Jasna?iki? Tovarovi?, 11 November Folded Structures In Modern Architecure Tomohiro Tachi Rigid-Foldable Thick Origami RIWAYAT PENULIS David Kurnia lahir di kota Jakarta pada 29 September Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sudirman Thamrin, dan kini sudah menyebar pertumbuhan bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sudirman Thamrin, dan kini sudah menyebar pertumbuhan bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perkembangan kota dapat di lihat dari sisi infrastrukturnya dan banyaknya bangunan tinggi pada kota tersebut. Seperti halnya di Negara lain, Jakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari segi kekuatannya juga, karena fungsi dari lipatan itu ada. memperkuat dari kondisi sebelum terlipat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari segi kekuatannya juga, karena fungsi dari lipatan itu ada. memperkuat dari kondisi sebelum terlipat. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Kesimpulan Penggunaan Metode Lipat Penggunaan lipatan di bandingkan memakai sliding adalah, dari segi kekuatannya juga, karena fungsi dari lipatan itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif di mana peneliti akan bekerja dengan angka angka sebagai wujud

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif di mana peneliti akan bekerja dengan angka angka sebagai wujud BAB III METODE PENELITIAN Tedapat dua macam pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif di mana peneliti akan bekerja dengan angka angka sebagai wujud gejala yang di amati dan pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Bentukan Dasar Bangunan Bentuk massa bangunan terdiri terdiri dari susunan kubus yang diletakan secara acak, bentukan ruang yang kotak menghemat dalam segi

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK Fahmy Desrizal Mahdy, Riva Tomasowa, Wiyantara Wizaka Unversitas Bina Nusantara, Jln K.H Syahdan no 9, Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar. 1. Transit Hub

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar.  1. Transit Hub BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 1. Transit Hub Sebuah kesatuan fungsi bangunan yang terdiri atas beberapa moda transportasi dan program ruang yang mencoba merangkum dan menghasilkan kepadatan pergerakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan KATA PENGANTAR Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan program S1 jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, dengan telah selesainya penyusunan paper tugas akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang I.I.1 Latar Belakang Proyek Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya pada daerah Kota Jakarta meningkat pesat, Seiiring dengan itu permintaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii v vi viii xi xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Kantor sewa merupakan sebuah area untuk bekerja, dimana banyak orang selalu disuguhkan dengan konsep yang kaku dan cenderung membosankan sehingga

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat

Lebih terperinci

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran DAFTAR ISI Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran i iii iv vii BAB I. PENDAHULUAN A. Kompetensi yang Akan Dicapai 1 B. Deskripsi Materi 2 C. Metode Pembelajaran 2 D. Kewajiban

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Penjelasan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu: A. Konsep Tapak yang meliputi: a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi b. Sirkulasi e. Orientasi c. Lingkungan f. Skyline

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi i ii iii iv v x xiii xiv xv BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA Nama Mahasiswa Judul Jumlah Halaman : Lindawati : Apartemen di Kemanggisan, Jakarta Barat : 105 halaman ABSTRAK Perkembangan kota Jakarta

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 38 BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar perancangan kampus sekolah seni rupa dan desain Indonesia yaitu keselarasan dengan lingkungan sekitar dimana berada dalam kawasan kampus Telkom. 5.1 Konsep Rencana

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG. ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG. 1 ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG 2 BENTUK alat untuk menyampaikan ungkapan arsitek kepada masyarakat Dalam Arsitektur Suatu wujud yang mengandung maksud

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi peningkatan jumlah penduduk. Menurut data sensus BPS, meskipun jumlah penduduk Jakarta 8,38

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuanitatif yang akan menggunakan dua jenis data, yaitu data primer

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema BAB VI HASIL RANCANGAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema yang terkandung antara lain celebration

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2008-2009 Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Menempuh Ujian Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Setelah melakukan analisis lingkungan, maka konsep lingkungan yang diterapkan adalah Konsep Interaksi. Konsep Interaksi merupakan konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Perletakkan massa bangunan apartemen yang memperhatikan view yang ada, view yang tercipta kearah barat dan utara. Permasalahan yang ada di

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Kompleks kawasan smart masjid terbagi atas beberapa massa yang terdiri dari bangunan masjid, penitipan anak, kantin dan bussiness center. Dalam penataan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi kawasan superblok

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN 4.1 Property size, KDB, KLB Berdasarkan peraturan (lihat Bab 2), sempadan bangunan terhadap tepi jalan menyesuaikan lebar jalan yang menjadi tepian tapak yaitu kurang lebih

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 TUJUAN DAN SASARAN...

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan BAB V KONSEP V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan yang terjadi di sekitar tapak, khusunya jalur pejalan kaki dan kegiatan

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif. BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Orientasi Massa Bangunan Bagian massa bangunan apartemen menghadap arah utara-selatan sedangkan massa bangunan pusat perbelanjaan berbentuk masif dan mengarah ke dalam.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA, KOTA BEKASI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA, KOTA BEKASI TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA, KOTA BEKASI Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata 1 (S-1) Disusun oleh: Nama : NIM : PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perancangan Apartemen Sewa untuk Keluarga Baru (ASKB) ini

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perancangan Apartemen Sewa untuk Keluarga Baru (ASKB) ini 165 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Ide Perancangan Apartemen Sewa untuk Keluarga Baru (ASKB) ini menggunakan tema Arsitektur Perilaku, dimana subjek (manusia) dan lingkungan masing-masing berperan

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP V.1 Konsep dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP V.1 Konsep dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP V.1 Konsep dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Sistem modular adalah metoda pelaksanaan pembangunan dengan memanfaatkan material atau komponen pabrikasi yang dibuat di luar lokasi proyek

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban Pendinginan Gambar 58. Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 59. Massa

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1 (2012) 1-6 1 Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya Gladwin Sogo Fanrensen, Esti Asih Nurdiah Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan BAB V KONSEP V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan Gambar 34. Zoning dan Pola Sirkulasi Main entrance berada pada bagian selatan bangunan. Warna biru menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menjadikan kebutuhan ruang semakin tidak terbatas. Aktivitas masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial, maupun yang lainnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

BAGIAN 5 EVALUASI RANCANGAN Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna atau Peserta Seminar

BAGIAN 5 EVALUASI RANCANGAN Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna atau Peserta Seminar BAGIAN 5 EVALUASI RANCANGAN 5.1. Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna atau Peserta Seminar Berdasarkan review yang diajukan oleh peserta seminar, terdapat pertanyaan yang paling mendasar mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan hotel kapsul ini adalah menciptakan suatu bangunan yang dapat mewadahi hunian sementara/transit dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning Handrail diperlukan di kedua sisi tangga dan harus ditancapkan kuat ke dinding dengan ketinggian 84.64 cm. 6. Pintu Ruangan Pintu ruang harus menggunakan panel kaca yang tingginya disesuaikan dengan siswa,

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Koordinasi Modular Bangunan Pada Desain Hunian Vertikal Apartemen TJ

Penerapan Sistem Koordinasi Modular Bangunan Pada Desain Hunian Vertikal Apartemen TJ Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No.1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Maret 2016] Penerapan Sistem Koordinasi Modular Bangunan Pada Desain Hunian Vertikal Apartemen

Lebih terperinci

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan BAB V : KONSEP 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam konsep dasar perancangan Bangunan Hotel dan Konvensi ini dipengaruhi oleh temanya, yaitu Arsitektur Hijau. Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia termasuk dalam universitas yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan yang ketat di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan penduduk. Seiring dengan perkembangan waktu, semakin banyak orang yang datang

Lebih terperinci

Konstruksi Rangka. Page 1

Konstruksi Rangka. Page 1 Konstruksi Rangka o Perwujudan dari pertentangan antara gaya tarik bumi & kekokohan o Komposisi dari kolom kolom (vertikal) & balok-balok (horizontal) o Kolom sbg penyalur beban ke tanah; sedangkan balok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi penduduk terpadat di Indonesia dan merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di dunia.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep dasar perancanagan Konsep dasar perancangan Resort dengan Fasilitas Meditasi ialah untuk mendukung potensi wisata pantai di Anyer. Memaksimalkan pengolahan ruang dalam

Lebih terperinci