BAB IIPENDEKATAN &METODOLOGI
|
|
- Suharto Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IIPENDEKATAN &METODOLOGI 2.1. Pendekatan Pola Pikir Bahwa kegiatan kepariwisataan pada dasarnya merupakan salahsatu arahan penataan ruang terkait dengan kawasan peruntukan pariwisata dari sasaran pariwisata yang berbasis ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya buatan yang akan ditawarkan oleh pemerintah dan masyarakat Kabupaten Buton Tengah. Oleh karena itu, didalam pengembangan kawasan wisata (wisata alam, wisata budaya/ religi) haruslah memperhatikan hal hal berikut ini : 1. Memiliki daya tarik atraktif dan iteraktif terhadap para wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun mancanegara. 2. Memiliki daya kenang yang tinggi, tidak pernah terlupakan sehingga para wisatawan akan ingin datang berkali-kali untuk menikmatinya, menjadi buah bibir yang akan diceritakan pada keluarga lain, sahabat dan handai taulan, serta kerabat untuk mengunjungi ODTW tersebut. 3. Memilikidaya saing tinggi dan daya jual tinggi dibanding daerah lain. 4. Memiliki keterkaitan dengan ODTW dan serta terintegrasi kedalam Program Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara, terutama Surga Bawah Laut Wakatobi yang telah mendunia. Mengingat pembangunan dan pengembangan pariwisata merupakan salahsatu sektor unggulan secara nasional, maka diperlukan : 1. Dukungan sektor penyangga lainnya, II-1
2 2. Pengaturan aliansi strategis kemitraan, 3. Penanganaan kelembagaan secara komprehensif dan terpadu, 4. Dukungan dan peran serta aktif partisipasi masyarakat, 5. Penataan SIK didalam kegiatan promosi pariwisata. Obyek Daerah Tujuan Wisata ( ODTW ) yang telah dipaparkan diatas adalah anugerah ALLAH SWT Maha Pencipta yang tiada terkira nilainya akan diuraikan didalam RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah ini yaitu : 1. Ekosistem Daratan yang terdiri dari relief dan topografi Karts yang berguna dan berdanan alami dan 2. Ekosistem Perairan,Pantai dan Pesisir yang mengelilingi bagian Timur bagian Selatan, bagian Barat serta pulau pulau kecil di Talaga Raya. Keunikan alam tersebut menjadi bagian dari ODTW yang harus mendapatkan sentuhan dan perhatian khusus, sehingga menjadi komoditas sektor pariwisata dalam mendorong pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Buton Tengah. Pengusahaan pariwisata/ekowisata alam (wahana wisata, wisata bahari), dan wisata budaya / sejarah dan wisata religi yang kaya dengan situs situs peradaban perlu dioptimalkan pengelolaannya sehingga menjadi berdaya guna dan berhasil guna bagi pengembangan perekonomian Kabupaten Buton Tengah. Adapun potensi tersebut dapat dikelola dengan baik untuk : 1. Menjaga perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, 2. Meningkatkan PAD (penerimaan asli daerah), 3. Meningkatkan penggalian potensi SD Alam Daerah khususnya di bidang kepariwisataan, II-2
3 4. Meningkatkan dan mengupayakan pelestarian SD Alam Hayati dan Ekosistemnya bagi kemaslahatan hidup masyarakat. Dalam rangka ikhtiar/upaya untuk memperoleh manfaat yang optimal dan menghasilkan dari ODTW yang ada di Kabupaten Buton Tengah, maka didalam pemanfaatannya perlu dilakukan pengusahaanya sebagai berikut : 1. Mengikut sertakan masyarakat secara luas, 2. Menarik modal usaha dari para investor swasta dan publik dalam pembangunan dan pengembangan ODTW. 3. Menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Pengelolaan Kawasan Wisata Terpadu. 4. Mendukung Kegiatan Ekonomi Kreatif terkait dengan industri pariwisata yang dapat dikembangkan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buton Tengah selaku penanggung jawab pengelolaan danpenerapan RIPPARDA ini, harus mengintegrasikan seluruh program strategi dan program operasional serta rencana tindakannya secara terintegrasi dengan RTRW, RPJPD, RPJMD, dan RKPD Kabupaten Buton Tengah yang telah ditetapkan melalui PERDA yang mengikutkan seluruh stakeholders pembangunan daerah ini. Pengembangan kawasan wisata Kabupaten Buton Tengah sebagai salah satu komoditas yang diunggulkan, harus memenuhi kriteria pengelolaannya sebagai yakni : 1. Penyiapan aspek legalitas sebagai payung regulasi yang melindungi seluruh rangkaian kegiatan penyediaan II-3
4 penetapan maupun pengisian ruang dari kegiatan kepariwisataan. 2. Memperhitungkan aspekpenawaran dan permintaan, sehingga pengembangan kawasan ODTW di Kabupaten Buton Tengah dapat saling menunjang dengan pengembangan kawasan wisatadengan daerah sekitarnya. 3. Membentuk institusi atau kelembagaan yang kuat dalam menangani mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasaan, dan pengendalian, serta pemantauan dan evaluasi secara komprehensif terpadu, yang mendorong sektor kepariwisataan menjadi tulang punggung perekonomian Kabupaten Buton Tengah. 4. Melestarikan norma dan tata nilai sosial budaya yang hidup dan berkembang didalam masyarakat, sehingga dapat diangkat secara nasional sebagai kearifan lokal yang dapat menjadi salahsatu keunggulan yang dapat diandalkan. Uraian tersebut diatas dapat diselaraskan dengan orientasi /wawasan dan asas tujuan penataan ruang nasional sesuai dengan Pasal (3) UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang AMAN, NYAMAN, PRODUKTIF dan BERKELANJUTAN,seperti tampak pada gambar 2.1 berikut : dengan pemahaman sebagai berikut: 1. AMAN berarti ; situasi masyarakat dalam menjalankan aktivitas kehidupannya dapat terlindungi dari berbagai ancaman. 2. NYAMAN berarti ; keadaan masyarakat dapat mengantikulasikan nilai sosial budaya dan fungsinya dalam suasana yang tenang dan damai. II-4
5 3. PRODUKTIFITAS berarti ; proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien dan efektif sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat yang dapat meningkatkan daya saing. 4. BERKELANJUTAN berati ; kondisi kualitas lingkungan tidak dapat dipertahankan bahwa dapat ditingkatkan, termasuk pula antisipasi untuk mengembangkan orientasi ekonomi kawasan setelah habisnya SD Alam yang tak terbarukan. II-5
6 Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Gambar 2.1 Keseimbangan azas dan tujuan pembangunan dan pengembangan pariwisata Kabupaten Buton Tengah dalam penataan ruang yang selaras dan harmonis. II-6
7 2.2. Pendekatan Kegiatan Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka pendekatan RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dirumuskan dalam pertimbangan sebagai berikut : 1. Penggalian potensi Wisata Bahari, Wana Wisata, Wisata Budaya / sejarah, serta Wisata Religi. 2. Kebijaksanaan dibidang kepariwisataan sesuai dengan peraturan perundang undangan. 3. Mempertahankan konsistensi jaminan pembangunan dan pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Buton Tengah yang tetap berdasarkan pembangunan pariwisata yang konsisten menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan seperti tampak pada gambar 2.1 diatas. Kegiatan kepariwisataan bersifat multisektor dan multidisiplin, perlu melibatkan SKPD dansemua stakeholders pembangunan seperti terlihat pada gambar 2.2 berikut ini. Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Penyusunan RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah II-7
8 Oleh karena itu, dapat diperjelas melalui kerangka pendekatan dan analisis kawasan Wisata Kabupaten Buton Tengah, seperti tertera pada gambar 2.3 berikutnya. Gambar : 2.3. Sistem RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara II-8
9 2.3. Pendekatan Cara Pandang dan Analisis Meliputi ; 1. Pendekatan Deduktif,didasarkan pada prediksi atau analis perkiraan keadaan yang bersumber pada data dan informasi yang telah ada sebagai referensi, sehingga dibutuhkan kekuatan pengalaman empiris dan professional judgement dari tenaga ahli yang melakukan kajian sesuai dengan disiplin ilmu pembidangan masing masing. 2. Pendekatan Induktif, didasarkan pada data dan informasi primer yang ditemukan langsung dilapangan dalam menguji kesahihan hasil pendekatan deduktif tersebut diatas, sehingga dapat diproyeksikan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang Langkah dan Tahap Pelaksanaan Kegiatan Langkah / Tahap Persiapan Awal Mencakup : 1. Persiapan administratif terkait dengan legalitas pelaksanaan kegiatan meliputi ; perizinan, pendataan, pendokumentasian, mobolisasi, dan lain sebagainya. 2. Konsentrasi tim untuk membahas metode dan rencana kerja terhadap Tim Teknis dan Tim Supervisi. 3. Persiapan bahan dan peralatan yang mendukung kegiatan survei lapangan. 4. Studi literatur dan analisis data awal/ data sekunder. 5. Survei orientasi atau survei tinjauan. 6. Diskusi tahap I dengan internal Dinas BUDPAR serta pihak terkait. II-9
10 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Meliputi : 1. Pengumpulan data ; a) Pengumpulan data sekunder dari intansi terkait, b) Pengumpulan data dari informasi primer dari intansi terkait, masyarakat dan data lapangan yang berbentuk data fisik. 2. Survei lapangan secara detail. 3. Proses pengolahan data dengan tabulasi numerikal / statistikal, 4. Proses studio pengolahan data dalam bentuk peta peta tematik Tahap Perumusan dan Telaahan Data Meliputi : 1. Analisis karakteristik fisik, sosial ekonomi, dan sosial budaya. 2. Analisis SWOT Demikian sehingga dapat dievaluasi semua permasalahan dan faktor faktor yang mempengaruhi dalam kegiatan Kepariwisataan di Kabupaten Buton Tengah Tahap Pelaporan Mencakup : 1. Laporan pendahuluan yang memuat tentang Latar Belakang, Permasalahan yang dihadapi, Metodologi dijadwal penyelesaian pekerjaan, serta personil tenaga ahli yang dilibatkan. 2. Laporan Antara memuat fakta, data, dan analisis RIPPARDA. 3. Draft Laporan Akhir memuat konsep dan Arahan RIPPARDA, 4. Laporan Akhir Final memuat Konsep, Arahan dan Rancangan PERDA RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah. II-10
11 5. Ringkasan Eksekutif dari seluruh Dokumen RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah. 6. Album Peta peta Tematik. Demikian langkah dan tahapan penyelesaian rangkaian kegiatan Kabupaten Buton Tengah (RIPPARDA) Tahun Identifikasi Masalah Pengusahaan Pariwisata Berhubungan dengan keberadaan peraturan perundang undangan yang mengatur pengusahaan pariwisata, baik yang bersifat alamiah maupun hasil buatan manusia, pada kenyataannya telah menimbulkan berbagai permasalahan yang perlu diantisipasi seperti berikut : 1. Minat Investor untuk menanamkan modalnya pada ODTW yang ada diwilayah ini perlu diberikan berbagai kemudahan. 2. Lembaga Keuangan/ Perbankan belum bertumbuh didaerah ini, sehingga perlu dimotivasi untuk segera menempatkan Kantor Cabangnya khususnya di ibukota Kabupaten Buton Tengah. Sehingga diharapkan agar : a) Izin usaha pariwisata dapat dijadikan sebagai agunan bagi pengusaha untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan. b) Menumbuhkan usaha kepariwisataan yang mendapatkan permodalan dari Perbankan. c) Diharapkan Rute or Return berada dibawah suku bungaperbankan. 3. Perlu kemudahan perizinan dalam sektor pengembangan kepariwisataan. II-11
12 4. Perlu deregulasikeputusan Menhut RI No.441 / Kpts II / 1990 yang mengatur hal hal sebagai berikut : a) Pungutan usaha yang ditetapkan sesuai dengan pembagian rayon, sehingga tidak memberatkan pengusaha pariwisata. b) Iuran usaha pada setiap tahun anggaran sebesar 6 % perlu dievaluasi kembali. 5. Perlu penyeimbangan antara hak yang diberikan dengan kewajiban yang harus dipikul oleh pemegang izin pengusaha pariwisata alam. 6. Perlu pengaturan kembali terhadap pembangunan prasarana dan sarana wisata didalam kawasan pelestarian alam. 7. Menjembatani komunikasi yang ditetapkan sesuai dengan pembagian rayon,sehingga tidak kemudian memberatkan pengusaha pariwisatauntuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka mekanismenya perlu ditata lebih baik lagi dengan menyederhanakan manajemen pengelolaan seperti tampak pada Gambar2.4. berikut : Identifikasi Faktor Pendukung Kegiatan Pada tahapan analisis kegiatan lebih lanjut, maka dapat ditetapkan faktor faktor yang menjadi pendukung kegiatan penyembangan fisik kawasan pariwisata khususnya wisata alam seperti berikut : 1. Potensi keanekaragam hayati, baik flora maupun fauna. 2. Karakteristik relief dan topografi wilayah, serta keadaan sosial budaya masyarakat dengan segala kearifan lokalnya untuk menyelamatkan kawasan parawisata yang unik dan perlu diselamatkan. 3. Upaya memperluas kesempatan kerja disekitar pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. II-12
13 4. Menjaga terpeliharannya kepribadian bangsa dan keselestarian lingkungan hidup. Gambar 2.4 Permasalahan yang dihadapi didalam pengelolaan pengusaha pariwisata alam Identifikasi Faktor Penghambat Meliputi : 1. Instrumen kebijakan dalam pemanfaatan dan pengembangan fungsi untuk mendukung potensi ODTW. 2. Efektivitas fungsi dan peran ODTW ditinjau dari aspek koordinasi sektoral terkait. 3. Kapasitas institusi dan kemampuan SD-Manusia dalam pengelolah ODTW dikawasan pelestarian alam. 4. Mekanisme peranserta aktif masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan Kabupaten Buton Tengah. II-13
14 Identifikasi Faktor Peluang Penyembangan Bahwa kegiatan Kepariwisataan yang akan dibangun di Kabupaten Buton Tengah harus terkait dengan jalur dan pengembangan Kawasan wisata diseluruh Provinsi Sulawesi Tenggara Khususnya dengan ikon Wisata Wakatobi sebagai syurga Bawah Laut dan cagar Biosfir Dunia. Adapun strategi pembangunan dan pengembangan pariwisata Kabupaten Buton Tengah adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan ODTW mencakup sistem perencanaan kawasan, standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral, pemindahan, dan sistem komunikasi informasi ODTW. 2. Pengembangan kelembagaan yang mencakup pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, pengoperasian, SD-Manusia, penerapan peraturan perundang undangan, serta penerapan efisiensi tinggi. 3. Prasarana dan sarana yang memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, dengan kondisi lingkungan yang tetap terpelihara, sehingga daya dukung dan daya tampung dapat terjamin. 4. Pembangunan fungsionalisasi dan profesionalisme jasa pengelolaan kepariwisataan siap mendukung kesinambungan kegiatan didalam ODTW. 5. Pengusaha yang memberi kesempatan dan mengatur pemanfaatan ODTW secara komersial, dan membuka peluang usaha, dan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. 6. Kegiatan pemasaran daya jalan secara multilevel dan secara aliansi kemitraan daya travel wisata dalam dan luar negeri. II-14
15 7. Peran serta aktif serta partisipasi masyarakat melalui kesempatan berusaha, lapangan kerja baru akan turut membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat. 8. Peran LITBANG Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buton Tengah oleh penataan lingkungan, sosial ekonomi, sosial budaya pada kawasan ODTW akan mampu terus mendorong pertumbuhan pariwisata di daerah ini Identifikasi Faktor Tantangan Kedepan Hal hal yang patut menjadi perhatian dalam mempertahankan dan mengembangkan nilai nilai yang dapat mendorong penjualan ODTW adalah sebagai berikut : 1. Perlu diupayakan temu kenali pengembangan ODTW, sehingga segera dilaksanakan investarisasi terhadap potensi ODTW secara bertahap sesuai dengan skala prioritas, dapat dipersaingkan, kebijaksanaan pengembangan, ketersediaan, dana dan tenaga pendukung. 2. Mengoptimalkan fungsi ODTW, sehingga perlu diupayakan pendidikan kejuruan tenaga kepariwisataan. 3. Menjalin kerjasama aliansi kemitraan strategi antara pemerintah Kabupaten Buton Tengah, swasta / pengusaha / pembisnis, akademisi, dan masyarakat yang terus mendorong percepatan penyembangan kegiatan kepariwisataan. 4. Bagi ODTW yang telah ditemu kenali segera dibenahi aksebilitasnya, prasarana dan sarana dasar wilayahnya, dan utilitas / fasilitas pendukungnya. 5. Penyembangan ODTW sebagai subsistem dari pengembangan sektor pariwisata daerah dan pengembangan ruang wilayah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi bagi sebesar besarnya kesejahteraan rakyat Buton Tengah. II-15
16 Oleh sebab itu, pemerintah Daerah Kabupaten Buton Tengah harus bekerja keras untuk mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, serta pemantaunan dan evaluasi pengendalian kegiatan pembangunan dan pengembangan pada sektor Kepariwisataan Kabupaten Buton Tengah. II-16
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, Menimbang : a. bahwa kondisi wilayah Kabupaten
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINTANG
1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2013 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 2028 Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH TAHUN 2013-2023 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciRevitalisasi Pengembangan Obyek Wisata Air Panas Cipari
Revitalisasi Pengembangan Obyek Wisata Air Panas Cipari Kabupaten Cilacap merupakan salah satu daerah yang memiliki keanegaraman hayati yang tinggi berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan,
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis
Lebih terperinciBAB 2 KETENTUAN UMUM
BAB 2 KETENTUAN UMUM 2.1 PENGERTIAN-PENGERTIAN Pengertian-pengertian dasar yang digunakan dalam penataan ruang dan dijelaskan di bawah ini meliputi ruang, tata ruang, penataan ruang, rencana tata ruang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan
Lebih terperinciEkowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciBUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN
BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian
Lebih terperinciStudi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG
1.1 LATAR BELAKANG Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu daerah penghasil sumber daya alam khususnya tambang. Kegiatan penambangan hampir seluruhnya meninggalkan lahan-lahan terbuka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN
SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya
Lebih terperinciRENCANA KERJA Tahun 2016
RENCANA KERJA Tahun 2016 DINAS PARIWISATA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daerah adalah merupakan dokumen yang dijadikan pedoman dan dasar dalam melaksanakan Program dan
Lebih terperinciRENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA
1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan pariwisata Indonesia, pemerintah secara jelas menggariskan bahwa pengembangan industri pariwisata di Indonesia memiliki banyak sasaran, diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma pembangunan di banyak negara kini lebih berorientasi kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya adalah perkembangan industri pariwisata
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,
34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut
Lebih terperinciPemerintah Kabupaten Wakatobi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Lebih terperinciBAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN
BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR
PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1873, 2016 KEMEN-ATR/BPN. RTRW. KSP. KSK. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis Tahun 2013-2018, dibangun berdasarkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu pulau yang terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, memiliki ruang lingkup, komponen dan proses pengelolaan tersendiri. Terkait dengan sistem
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu fenomena yang kompleks karena banyak faktor yang berinteraksi, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang melibatkan seluruh lapisan
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER
PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bobonaro merupakan sebuah kabupaten yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan banyaknya potensi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciTabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN
Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan 2016-2021 I. MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERIMAN DAN BERBUDAYA MEMBENTUK MANUSIA YANG BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
[- BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG P embangunan sektor Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Garut dalam kurun waktu tahun 2009 s/d 2013 telah memberikan
Lebih terperincibahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 1 TAHUN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ABSTRAKSI : bahwa dalam rangka menata dan mengendalikan pembangunan agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, perlu dilakukan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa ekowisata merupakan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Visi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga tahun 06 0 adalah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tual adalah salah satu kota kepulauan yang ada di Provinsi Maluku dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah serta potensi pariwisata yang
Lebih terperinciRencana Strategis (RENSTRA)
Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN
BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum mengenai
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, adapun visi Kabupaten Simeulue yang ditetapkan untuk tahun 2012
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD BLHD a. Visi Dalam rangka mewujudkan perlindungan di Sulawesi Selatan sebagaimana amanah Pasal 3 Ung-Ung RI Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciDESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Kabupaten yang baru berusia 17 tahun, sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk mengisi pembangunan, dapat dilihat akses-akses masyarakat yang terpenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciI-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal
Lebih terperinciBAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR
BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciSTRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat
Lebih terperinci*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPOTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP
POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN
Lebih terperinciMendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.
BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari sumberdaya hewani, nabati, gejala dan keunikan alam atau keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciKABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK
PEMERINTAH KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 Kata Pengantar Rencana Kerja ( Renja ) Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Tahun 2016
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan
Lebih terperinciB A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD
B A B PROGRAM.1. Program SKPD Berdasarkan tugas dan fungsi yang melekat pada Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) bidang Kebudayaan dan Pariwisata, maka telah disusun program prioritas unggulan berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam pembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinci2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH
2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Banda Aceh dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinci