BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
|
|
- Utami Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi di Indonesia saat ini sangatlah pesat, sehingga memudahkan kita untuk mendapatkan akses informasi dengan cepat. Sekarang semua informasi dapat diakses dalam hitungan detik dengan menggunakan media internet. MarkPlus Insight Netizen Survei menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet di indonesia telah mencapai 61 juta orang pada tahun Jumlah itu membuat persentase pengguna internet dibanding jumlah penduduk adalah 23,5%, jumlah pengguna internet di Indonesia akan terus meningkat menurut penelitian dari Boston Consulting Group, sampai dengan angka tiga kali lipat di tahun 2015 dibandingkan tahun Pengguna internet bukan hanya orang dewasa, namun anak-anak dan remaja sekarang dapat dengan mudah mengakses internet. Menurut data terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), saat ini sedikitnya ada 30 juta anak dan remaja di Indonesia yang menggunakan internet. Handphone menjadi sumber akses internet terbesar kedua setelah warnet bagi anak usia tahun yakni sebesar 19 persen, sedangkan mengakses di rumah hanya sebesar 13 persen. Mengakses internet di sekolah sebesar 10 persen dan sisanya adalah mengakses menggunakan WiFi dari laptop menurut penelitian dari Yahoo dan Taylor Nelson Sofres (TNS ) pada tahun Jumlah pengguna internet terbanyak terpusat pada kota-kota besar di Indonesia seperti DI Yogyakarta, Jakarta, dan Banten, dengan persentase mencapai hampir 90 persen. UNICEF bekerja sama dengan Kemkominfo, Berkman Center for Internet and Society, dan Harvard University mengadakan survei mengenai perilaku digital generasi muda di Indonesia, studi yang melibatkan 400 orang anak dan remaja berusia tahun ini mengungkap adalah bahwa separuh dari anak dan remaja pengguna internet mengaku pertama kali belajar menggunakan internet bukan dari orang tua, tapi dari teman sebayanya. Struktur media di Indonesia juga telah berubah, khususnya
2 setelah meluasnya penggunaan ponsel di kalangan anak dan remaja. Internet semakin dekat dengan anak dan remaja, sehingga mereka tidak harus pergi ke warung internet atau menggunakannya di laboratorium komputer sekolah, untuk dapat terhubung ke dunia maya. Penelitian dari UNICEF bekerja sama dengan Kemkominfo, Berkman Center for Internet and Society, dan Harvard University ini juga menyoroti pihak orang tua dan guru sebagai orang dewasa, yang dinilai mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan anak-anak mereka, dalam hal penguasaan dan penggunaan media digital. Ini menyebabkan anak-anak tidak berada dalam pengawasan penuh orang tua ketika mereka terjun di dunia maya. Tampaknya, masih sedikit orang tua di Indonesia yang menyadari risiko internet bagi buah hati mereka. Anak-anak telah menjadi digital native, atau anak yang lahir di tengah-tengah kemajuan teknologi digital, sehingga telah akrab dengan dunia itu sejak dini. (Kominfo.go.id. (2014, 19 Februari). Kemkominfo: Kesenjangan Digital di Kalangan Anak dan Remaja Masih Tinggi.Diperoleh 18 Maret 2014, dari Menurut penelitian diatas, mereka masih belum mendapatkan sosialisasi atau pendidikan secara utuh mengenai penggunaan serta keamanan di dunia maya, yang kini menjadi tugas penting bagi seluruh pihak, baik itu pemerintah, orang tua, ataupun guru, untuk melindungi generasi penerus bangsa. Dibalik manfaat dari penggunaan internet, terdapat juga sisi negatif terkait dengan mudahnya akses internet yaitu terpaparnya pornografi pada anak dan remaja. Anak menurut Undang Undang no 32 tahun 2002 tentang perlindungan anak adalah Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan, sedangkan arti Pornografi dalam UU No. 44 tahun 2008 diartikan sebagai gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. (Supeno, Hadi, Kriminalisasi Anak : tawaran gagasan radikal peradilan anak tanpa pemidanaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010). Materi pornografi tidak perlu diakses, namun produk-produk materi tersebar luas di seantero negeri melalui berbagai media yang ada. Banyak isi
3 media elektronik dan cetak yang bisa diakses anak-anak, tetapi sebenarnya mengandung unsur pornografi. Pornografi bisa mendatangi anak anak kita melalui games, internet, majalah, internet, komik, TV dan DVD. (Edy, Ayah, Membangun indonesia yang kuat dari keluarga, Renungan untuk ayah dan bunda, Penerbit PT. Tangga Pustaka, 2012). Menurut studi "Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia" dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama UNICEF, lebih dari separuh responden (52%) menemukan konten pornografi via iklan vulgar maupun situs yang tidak mencurigakan. Penelitian ini berlangsung pada 2011 dan 2012 dan melibatkan 400 anak dan remaja usia tahun di daerah perkotaan dan pedesaan di 11 provinsi. (Nanien Yuniar, (2014, 18 Februari), Mayoritas anak tak sengaja buka situs porno. Diperoleh 19 Maret 2014, dari Berdasarkan riset yang dilaksanakan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati sejak tahun 2008 hingga 2010, terdapat sebanyak 67 persen dari siswa sekolah dasar (SD) kelas 4, 5, dan 6 di wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses konten pornografi. Sekitar 24 persen mengaku melihat pornografi melalui media komik. Selain itu, sekitar 22 persen melihat pornografi dari situs internet, 17 persen dari games, 12 persen melalui film di televisi, dan enam persen lewat telepon genggam. Paparan pornografi yang diterima oleh anak sangat berbahaya, anak bisa menjadi penasaran lalu bukan tak mungkin yang akan terjadi adalah anak sampai pada tahap meniru dan mempraktekannya. Anak-anak mudah sekali meniru. Mereka akan bertingkah laku sesuai dengan apa yang mereka lihat dan mencontoh dari orang dewasa. (Manai, Evi, Kak Seto Sahabat anak anak, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001) Bahaya pornografi tidak sampai disini saja, Ahli bedah otak dari Amerika Serikat, dr Donald Hilton Jr, mengatakan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan penyakit karena mengubah struktur dan fungsi otak, atau dengan kata lain merusak otak. (Hasto Prianggoro/Tabloid Nova, (7 November 2012), Bagaimana Pornografi merusak otak anak?, Diperoleh 20 Maret 2014, dari "Banyak orang yang mengabaikan dampak pornografi, padahal efek
4 negatifnya lebih besar daripada narkoba dalam hal merusak otak. Tak hanya itu, pecandu pornografi juga lebih sulit dideteksi ketimbang pecandu narkoba," ujar Dr Mark B. Kastlemaan, pakar adiksi pornografi dari USA, dalam acara 'Seminar Eksekutif Penanggulangan Adiksi Pornografi' di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Senin (27/9/2010). Pornografi dapat menyebabkan kecanduan dan yang tidak diketahui banyak orang, jika mengkonsumsi narkoba hanya merusak tiga bagian otak saja, sementara jika menonton film porno akan ada lima bagian otak yang terserang (Edy, Ayah, Membangun indonesia yang kuat dari keluarga, Renungan untuk ayah dan bunda, Penerbit PT. Tangga Pustaka, 2012). Anak dan Remaja yang kecanduan pornografi akan mengalami gangguan perilaku dan kemampuan intelegensia, merasa senang bila melihat materi pornografi, kata Ketua Divisi Neurologi Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Yetti Ramli. Ahli bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr., menjelaskan, kecanduan mengakibatkan otak bagian tengah depan (ventral tegmental area) mengecil. Kecanduan pornografi sama prosesnya dengan kecanduan kokain dan zat adiktif lain. Paparan pornografi menyebabkan perubahan konstan pada neurotransmitter dan melemahkan fungsi kontrol. Seseorang yang kecanduan pornografi tak bisa mengontrol perilaku seksnya dan mengalami gangguan memori. Kondisi ini tidak terjadi segera, tetapi melalui tahapan dan ditandai tindakan impulsif kecanduan perubahan perilaku. Kerusakan otak akibat kecanduan ini lebih berat dibandingkan dengan jenis kecanduan lain karena kecanduan pornografi tidak hanya memperngaruhi fungsi luhur otak, tetapi juga merangsang tubuh, fisik dan emosi diikuti perilaku seksual. Penyusutan sel otak yang memproduksi dopamin, zat kimia pemicu rasa senang, itu mengacaukan kerja neurotransmitter, pengirim pesan. (Adji, Nur, Menyayangi otak, menjaga kebugaran, mencegah penyakit, memilih makanan, Penerbit Buku Kompas, 2011). Bagian otak yang pertama dirusak adalah prefontal cortex yang letaknya dikanan atas mata, Bagian tersebut merupakan bagian otak yang mengontrol moral dan nilai, pengontrolan diri, dan pengambilan, yang baru matang pada usia 25 tahun. Bagian inilah yang membedakan antara manusia dan binatang. Hanya manusia yang memiliki prefontal cortex ini, karena hewan tidak dapat memegang teguh nilai moral
5 dan nilai. Pornografi membuatnya menciut dan merusak. (Elly Risman, M.Psi., Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati). Mark Kastleman, penulis buku The Drugs of the New Millenium, memberi nama pornografi sebagai visual crack cocaine atau narkoba lewat mata. Pada pecandu pornografi, otak akan merangsang produksi dopamin dan endorfin, yaitu suatu bahan kimia otak yang membuat rasa senang dan merasa lebih baik. Dalam kondisi normal, zat-zat ini akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik. Tapi dengan pornografi, otak akan mengalami hyper stimulating (rangsangan yang berlebihan), sehingga otak akan bekerja dengan sangat ekstrem kemudian mengecil dan rusak. "Pada dasarnya orang yang kecanduan pornografi merasakan hal yang sama dengan pecandu narkoba, yaitu ingin terus memproduksi dopamin dalam otak. Tapi pecandu pornografi bisa memenuhi 'kebutuhan' barunya itu dengan lebih mudah, kapan pun dimanapun, bahkan melalui handphone. Akhirnya, ini akan lebih sulit dideteksi dan diobati ketimbang adiksi narkoba," Kastleman yang juga merupakan Kepala Edukasi & Training Officer for Candeo, perusahaan riset, teknologi dan pelatihan untuk penyembuhan adiksi secara online yang berpusat di Amerika Serikat juga menyebutkan bahwa adiksi pornografi pada anak tidak terlepas dari bisnis pornografi yang memang menyasar anak-anak sebagai target pasar. (Merry Wahyuningsih, (2010, 10 September), Kecanduan pornografi lebih merusak otak daripada narkoba, Diperoleh 19 Maret 2014, dari Kerusakan otak orang yang kecanduan (adiksi) pornografi jika dilihat dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging) sama persis dengan kerusakan otak orang yang mengalami kecelakaan ferrari dengan kecepatan sangat tinggi (Dr.Donald Hilton Jr, Psikoterapis dan Ahli Neurosurgical dari University of Texas). Sudah banyak sekali kasus pornografi yang terjadi di Indonesia, seperti kasus perkosaan di Tasikmalaya anak berumur belasan tahun perkosa ayam sampai ratusan dan belasan domba, kasus PSK berumur 60 tahun yang pelanggannya adalah anak SD dan SMP dan salah satunya adalah kasus yang sedang marak adalah kasus video mesum yang dilakukan oleh murid SMPN 4 yang dimana pelakunya adalah langganan juara fisika dan penonton videonya adalah anggota OSIS dan Rohis. Berdasarkan
6 fakta diatas, bisa dilihat bahwa pelaku video mesum tidak bodoh, hanya mereka sudah terpapar pornografi dan sudah masuk kedalam tingkatan mempraktikkan (acting out). Berdasarkan pembahasan diatas, peranan orang tua sangat lah penting dalam pengawasan anak agar tidak terpapar pornografi, karena rata-rata anak usia belia mengakses lewat media yang ada di sekitarnya seperti komik, internet, game, tv, film, majalah, koran dan handphone. Banyak orang tua yang memberi anak fasilitas handphone berspesifikasi tinggi tetapi gagap teknologi, membelikan anak gadget/perangkat teknologi tanpa tahu dampak negatifnya, tanpa penjelasan, dan tanpa persyaratan untuk anak. (Edy, Ayah, Membangun indonesia yang kuat dari keluarga, Renungan untuk ayah dan bunda, Penerbit PT. Tangga Pustaka, 2012). "Paparan konten pornografi itu terutama ketika muncul secara tidak sengaja atau dalam bentuk iklan yang bernuansa vulgar ketika mereka membuka internet, pihak orangtua mungkin ketinggalan dari anak-anak mereka dalam hal menguasai dan menggunakan media digital, sedikit dari orangtua yang mengawasi anak-anak mereka ketika mengakses internet, dan sedikit yang menjadi 'teman' anaknya dalam jejaring sosial," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo Gatot S Dewa Broto di Jakarta, Selasa (19/2). (Antara, (2014, 19 Februari), Mayoritas anak akses situs porno tanpa sengaja, Diperoleh 17 Maret 2014, dari ). Orang tua harus mengarahkan kepada anak bahwa teknologi itu penting, tetapi anak harus tahu manfaat dan mudharatnya, harus bisa memelihara pandangan dan anak harus tahu hukuman dan akibat dari membuka hal tersebut (Elly Risman. M.Psi., Psikolog Yayasan Kita dan Buah Hati). Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan perancangan dan mengambil judul Perancangan kampanye peranan orang tua terhadap pencegahan pornografi pada anak 1.2 Identifikasi Masalah Penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Banyaknya anak anak yang tanpa sadar sudah terpapar pornografi sejak usia dini.
7 2. Orang tua masih belum mendapatkan sosialisasi atau pendidikan secara utuh tentang bahaya pornografi. 3. Kurangnya peranan dan kesadaran orang tua dalam pengawasan kepada anak agar tidak terpapar pornografi. 1.3 Rumusan Masalah Dari pengidentifikasian masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan berupa sebuah pertanyaan yaitu sebagai berikut 1. Bagaimana cara yang tepat untuk meningkatkan kesadaran orangtua mengenai pentingnya memberikan pendidikan seksual usia dini guna mencegah terpaparnya pornografi pada anak? 2. Bagaimana cara yang tepat untuk menginformasikan kepada orangtua mengenai bahaya pornografi dan pentingnya pendidikan seksual usia dini melalui kampanye sosial? 1.4 Ruang Lingkup Dalam pengerjaan tugas akhir ini, ruang lingkup dari penelitian dan perancangan kampanye sosial ini adalah : 1. Apa Kampanye sosial peranan orang tua terhadap pencegahan pornografi pada anak melalui pendidikan seks usia dini yang akan dilakukan pada orang tua. 2. Bagian Mana Perancangan kampanye sosial berupa kegiatan penyuluhan kepada orangtua serta media-media pendukung seperti poster, flyer, mug, stiker, dan media sosial Facebook & website. 3. Siapa Segmen dari kampanye ini yaitu orang tua karena orangtua adalah orang yang paling utama dan pertama bertanggung jawab terhadap perkembangan anak.
8 4. Tempat Kampanye ini akan diadakan dalam waktu 6 bulan mulai dari tanggal 1 Juli 2014 hingga 31 Desember 2014, kampanye ini akan dilaksanakan melalui seminar di seluruh wilayah dki jakarta yang bertempat pada pusat perbelanjaan setiap akhir pekan selama 1 bulan 2 kali dan selanjutnya kampanye akan dilakukan secara digital. Penyelanggara kampanye ini adalah KPAI dan bekerja sama dengan Yayasan Kita dan Buah Hati dan Aliansi Selamatkan Anak Indonesia. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan januari - april 2014, sedangkan perancangan kampanye dilaksanan mulai juli - desember Pelaksanaan kampanye sosial ini akan dimulai pada bulan Juli 2014 hinggga desember 2015 yang mana dengan kata lain dilaksanakan dalam periode 6 bulan. 1.5 Tujuan perancangan Untuk meningkatkan kesadaran pada orangtua akan pentingnya peranan orang tua terhadap pencegahan pornografi pada anak dan untuk menginformasikan kepada anak mengenai pencegahan pornografi melalui pendidikan seksual pada usia dini. 1.6 Cara pengumpulan data dan analisis 1. Pengumpulan data Data Primer 1. Wawancara dengan psikolog & ASA Indonesia (Aliansi Selamatkan Anak Indonesia), dan Yayasan Kita dan Buah Hati 2. Kuesioner yang diberikan kepada orangtua berumur tahun. 3. Observasi melalui Komisi Perlindungan Anak Indonesia Data Sekunder 1.Studi Kepustakaan 1. Studi kepustakaan merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data yang dilakukan penulis, dengan mempelajari buku-buku, literatur dan catatan perkuliahan yang berhubungan dengan topik laporan tugas akhir. 2. Data yang diambil dari website sebagai tambahan. 2. Analisis data
9 Penulis melakukan analisis melalui teori AIDA dan analisis matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) I.7 Kerangka Perancangan Kurangnya peran orang tua dalam pencegahan pornografi pada anak Kampanye sosial Ide Media Komunikasi yang tepat dan efektif Kampanye sosial pencegahan pornografi pada anak melalui pendidikan seks usia dini Kurangnya kesadaran orang tua dalam pentingnya memberikan pendidikan seks sejak dini guna mencegah anak dari bahaya pornografi Sponsor: Komisi Perlindungan Anak Indonesia Orangtua semakin sadar pentingnya memberikan pendidikan seks usia dini guna mencegah bahaya pornografi Bagan 1 Kerangka Perancangan Sumber : Dokumen Pribadi 1.8 Pembabakan Penulisan laporan perancangan tugas akhir ini terbagi atas lima bab yang secara umum di uraikan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pendahuluan dari topik yang diangkat dalam makalah tugas akhir ini. Dimulai dari latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, hingga pembabakan BAB II : DASAR PEMIKIRAN
10 Dasar pemikiran dari teori-teori yang relevan untuk digunakan untuk melakukan permasalahan yang dibahas yaitu perancangan strategi kampanye, konsep strategi kampanye, pengertian kampanye. BAB III : DATA DAN ANALISIS MASALAH Bab ini menjelaskan sumber data dan analisis yang diuraikan sebagai berikut : Data : - Data tentang pornografi, bahaya pornografi - Data Khalayak Sasaran : Demografis, Psikografis, Perilaku Target Audience - Data hasil observasi, wawancara, dll. Analisis BAB IV : KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Bab ini berisikan : - Konsep Pesan/ ide besar, konsep kreatif (pendekatan), konsep strategi kampanye, konsep media (perencanaan media), konsep visual. - Konsep Strategi Kampanye yang digunakan. - Hasil perancangan mulai dari sketsa hingga penerapan pada media. BAB V : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran untuk hasil perancangan yang telah dilakukan.
Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif
Laporan Hasil Penelitian PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif Anak-anak dan remaja yang jumlahnya mencapai hampir sepertiga penduduk yang berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, pornografi dalam pengertian sekarang adalah penyajian tulisan, patung, gambar, foto, gambar hidup (film) atau rekaman
Lebih terperinciSEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI
SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI [A. Ernest Nugroho, SMA ST. CAROLUS SURABAYA] - Berita Umum Seminar ini bertujuan Ibu/Bapak guru memahami apa itu pornografi, memahami dampak dari bahaya Pornografi kepada para
Lebih terperinciElly Risman Musa, Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati
Elly Risman Musa, Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati Pemerintah setengah hati memberantas pornografi, meski ada tujuh dari sepuluh anak SD yang diteliti Yayasan Kita dan Buah Hati ternyata telah terpapar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health Organization), batasan usia remaja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PORNOGRAFI PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LEMBANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa depan bangsa dan negara terletak dipundak dan tanggung jawab remaja.jika mereka berkembang dengan peningkatan kualitas yang semakin membaik, besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyebaran pornografi saat ini erat hubunganya dengan perkembangan teknologi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran pornografi saat ini erat hubunganya dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi internet. Sistem jaringan internet yang dapat menjangkau berbagai daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wulandari (2009) mengatakan bahwa penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB) disebabkan oleh karena banyak hal, salah satunya adalah dari faktor gizi bayi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlanjur jauh sehingga anak mencari sumber-sumber lain yang tidak akurat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya remaja putra dan putri memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks. Hal ini disebabkan orang tua masih tabu membicarakan seks
Lebih terperinciJUDUL PROPOSAL (MAKSIMAL 12 KATA)
JUDUL PROPOSAL (MAKSIMAL 12 KATA) Konsep Proposal Tugas Akhir diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mengikuti perkuliahan Tugas Akhir Program Studi Desain Komunikasi Visual Semester Ganjil 2014/2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penyimpangan perilaku remaja merupakan bagian dari masalah sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi faktor
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH FREKUENSI MENONTON BLUE FILM TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ANALISIS PENGARUH FREKUENSI MENONTON BLUE FILM TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA Andi Nurhayati 1, Laras Wangi 2, Bobby Poerwanto 3 Mahasiswa
Lebih terperinciMelindungi Anak Dari Konten. Yayasan Kita dan Buah Hati
PANDUAN Melindungi Anak Dari Konten Pornografi Yayasan Kita dan Buah Hati ANAK TERPAPAR PORNOGRAFI JANUARI - DESEMBER 2016 Penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati, Divisi Anak dan Remaja pada tahun 2016
Lebih terperincia. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?
No. Responden : Umur : tahun Kelas/jurusan : Jenis kelamin : L/P Tempat tinggal : Uang saku : Rp. Perhari Pendidikan terakhir Orangtua : Pendidikan terakhir Ayah Ibu Pekerjaan Orangtua : Penghasilan Orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi perubahan biologis, psikologis, dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya. Beragam agama, ras, suku bangsa, dan berbagai golongan membaur menjadi satu dalam masyarakat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet saat ini merupakan fasilitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Banyaknya fitur yang ada di internet membuat penggunanya merasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa bagi sebuah keluarga. Anak juga merupakan generasi masa depan bagi suatu bangsa, karena kelak anak akan menjadi dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah Tuhan yang dititipkan kepada kedua orangtuanya. Mereka diberikan amanah dan tanggung jawab untuk merawat, mendidik, melindungi, hingga dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi saat ini telah berkembang dengan pesat. Tentu saja masyarakat harus bisa menyesuaikan diri agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Membeli
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya pelaku seks pranikah, penderita HIV/AIDS, dan kasus Aborsi. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Bangsa Indonesia sejak lama di kenal sebagai Bangsa yang memiliki Adat Istiadat yang serba sopan dan moral yang sopan. Walaupun demikian ternyata budaya atau kepribadian Indonesia semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di Jawa Barat tepatnya di wilayah Ciamis terdapat legenda Ciung Wanara yang dalam legenda dikenal juga dengan nama Sang Manarah. Menurut bapak Agus Abdul Haris (2015)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Periode usia 10 hingga 15 tahun atau kelas 5 sampai kelas 9 merupakan periode dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak akan
Lebih terperinciTugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang bebas sekarang ini, semua media visual yang ada sudah mengalami banyak perkembangan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya media-media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu untuk memperhatikan tumbuh kembang anak baik dalam perkembangan moral, fisik, kognitif, bahasa,
Lebih terperinci2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2008 PORNOGRAFI. Kesusilaan Anak. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zaman sudah semakin berkembang, ditandai dengan era teknologi saat ini. Dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sudah semakin berkembang, ditandai dengan era teknologi saat ini. Dapat dilihat sekarang ini, betapa besar pengaruh dari gadget, internet, dan teknologi lainnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi serta kemajuan teknologi yang berkembang pesat ternyata mempengaruhi gaya hidup masyarakat perkotaan di Indonesia. Terutama kota Jakarta yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying adalah perilaku melecehkan, menghina, mengintimidasi, memfitnah, mengucilkan, berselisih, dan bahkan menipu. Pada mulanya bullying hanya terjadi melalui
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamualaikum Wr. Wb.
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan lindungan-nya yang telah memberikan kemampuan, kekuatan dan perlindungan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berkomunikasi. Di segala tempat manusia selalu terlibat komunikasi, karena di segala tempat
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang perubahan media habit seseorang dalam mengkonsumsi koran dan media online di era teknologi informasi, serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum
A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Dalam konteks itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum berfungsi untuk mengatur seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Darah merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh manusia. Kekurangan darah berarti menghambat kerja organ di dalam tubuh. Ada banyak musibah seperti kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang cukup besar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat pengguna smartphone lebih banyak dibandingkan handphone biasa. Survei yang dilakukan perusahaan komunikasi CloudTalk menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan informasi yang masuk tidak terbendung. Remaja cenderung dapat mengakses informasi dengan mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu negara yang menjadi bagian dari globalisasi teknologi internet yang tentunya tidak terlepas dari berbagai akibat yang ditimbulkan oleh maraknya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasanya dimulai pada usia 9-14 tahun dan prosesnya rata-rata berakhir pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia sebelum mengalami masa dewasa pasti mengalami masa anak-anak dan masa remaja, dimulainya masa remaja disebut sebagai masa pubertas. Pubertas merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan atau pengetahuan dibutuhkan seiring dengan adanya perkembangan jaman yang semakin pesat. Pendidikan dan pengetahuan harus diberikan dan dibekalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode ketika terjadi perubahan kadar hormon
Lebih terperinciFENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI
FENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan elektronik, seperti internet, buku, dan surat kabar, saat ini mempunyai pengaruh yang sangat luas
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini, komputer memegang peranan yang sangat penting. Dengan komputer kita dapat mengatur segala sesuatu yang kita perlukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini tercantum dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945 amandemen ketiga yang berbunyi
Lebih terperinciUniversitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang sehat, kuat, rapi, dan putih adalah impian setiap orang. Demikian pentingnya peran gigi dari segi estetika maupun kesehatan. Tetapi banyak hal bisa menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, penggunaan internet telah merasuk pada hampir semua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, penggunaan internet telah merasuk pada hampir semua aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, pendidikan, hiburan bahkan keagamaan dan apa saja yang dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak
Lebih terperinciDraft WALIKOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR: TENTANG PERIZINAN USAHA WARUNG INTERNET
Draft WALIKOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR: TENTANG PERIZINAN USAHA WARUNG INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan kepastian hukum
Lebih terperinciBAB I PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ANAK
SELAYANG PANDANG Buku ini merupakan buku pertama penulis. Penulisan buku ini lahir dari kerinduan penulis untuk memperlengkapi setiap mahasiswa STT, siswa Sekolah Alkitab, guru sekolah minggu, pendidik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam seluruh aspek kehidupan. Media komunikasi pun semakin berkembang seriring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demonstrasi di International Computer Communication Conference (ICCC) pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat dunia dalam suatu demonstrasi di International Computer Communication Conference (ICCC) pada bulan Oktober 1972,
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan dengan orang lain di beda tempat (Dyah, 2009). Remaja
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang lebih dari jutaan manusia di seluruh Indonesia telah menggunakan internet. Terutama bagi remaja, internet menjadi suatu kegemaran tersendiri dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak dengan makanan yang beraneka ragam. Terdapat juga nilai negatif apabila
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Indarto dan Kurniasari (2013) dalam bukunya Cerdas dan Pintar Memilih Jajanan Sehat dikatakan bahwa saat ini jajanan sudah banyak beredar secara komersial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku seksual pranikah kerap menjadi sorotan, khususnya di kalangan para
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual pranikah kerap menjadi sorotan, khususnya di kalangan para remaja. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah karena perilaku tersebut dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menunjukkan adanya peningkatan kasus dalam kurun waktu tiga tahun, 172 kasus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap anak terus terjadi dan mengalami peningkatan. Menurut catatan dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) menunjukkan adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. populasi kucing bahkan mencapai ekor (www.kompas.com, 5 Mei 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kucing merupakan hewan yang sering ditemui dalam keseharian. Di Jakarta Utara populasi kucing bahkan mencapai 47.000 ekor (www.kompas.com, 5 Mei 2014). Dengan populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerus dari masa depan mereka. Dalam kesehariannya, dunia anak memang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan harta yang paling berharga bagi orang tua mereka dan menjadi penerus dari masa depan mereka. Dalam kesehariannya, dunia anak memang dipenuhi dengan keceriaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan cepat saji adalah makanan yang mengandung lemak tinggi seperti hamburger, ayam goreng,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti
Lebih terperinciMedia Lama. TV Radio Suratkabar. Film
Mendidik Anak di Era Digital 8-9 Oktober 2016 Yayasan Lentera Zaman Dewan Pendidikan Kota Depok Media Lama TV Radio Suratkabar Majalah Film Media Baru Terjadi Inter-Media Communication (antara media lama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase hidup manusia dimana fase ini terdapat banyak perkembangan pesat baik fisik, psikologis dan sosial. Perkembangan fisik ditandai dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. bermunculan. Diawali dengan adanya kemudian friendster dan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi sangat pesat begitu pula kemajuan dunia komunikasi pun berkembang cepat. Termasuk komunikasi melalui dunia maya atau lebih dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang Era Kebebasan Berpikir
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1.1.1. Era Kebebasan Berpikir Tingkah laku dan perbuatan remaja zaman sekarang dipengaruhi oleh tayangan televisi, film, radio dan internet. Tren berpakaian, gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aplikasi pada umumnya dibuat untuk mempermudah manusia dalam mengerjakan tugas tertentu. Begitu pula dengan aplikasi smartphone, di bidang komunikasi aplikasi ini dibuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi bangsa dimasa depan yang sering kali terabaikan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi bangsa dimasa depan yang sering kali terabaikan, tersakiti, dan mengalami banyak hal buruk lainnya. Anak-anak selalu menjadi korban atas tindakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma, nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi peletak dasar bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan oleh remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas secara berturut-turut mengenai (1) latar belakang, (2) pembatasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciJUDUL PROPOSAL (MAKSIMAL 12 KATA) Konsep Proposal Tugas Akhir diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mengikuti perkuliahan Tugas Akhir
JUDUL PROPOSAL (MAKSIMAL 12 KATA) Konsep Proposal Tugas Akhir diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mengikuti perkuliahan Tugas Akhir Program Studi Desain Komunikasi Visual Semester Ganjil 2011/2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan saat ini, remaja dalam rentang usia 13 tahun hingga 18 tahun mempelajari sejarah Indonesia baik melalui buku pelajaran sekolah maupun media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi selalu berkembang, dan perkembangannya setiap hari semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang menginginkan informasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin berkembang dewasa ini. Dengan memanfaatkan IPTEK yang semakin maju, manusia mulai membuat inovasi-inovasi baru yang bermanfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gadget adalah suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis yang secara spesifik dirancang lebih canggih dibandingkan dengan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini gaya hidup sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Seperti dilansir pada klik.dokter.com, penggunaan perangkat audio visual juga semakin
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Menonton Televisi Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi untuk anak 10.5 menit/jam dalam satu minggu dan 12 menit/jam pada akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan aktivitas dan pendapatan penduduk, semakin mendorong permintaan makanan dan minuman yang praktis, mudah, dan cepat cara penyajiannya namun tetap bergizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya pengggunaan media sosial. Media sosial merupakan media yang dapat diperoleh dari internet. Media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah untuk dioperasikan. Tak terkecuali anak-anak juga ikut merasakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti sekarang, teknologi berkembang dengan pesat. Manusia sangat dimanjakan dengan berbagai alat yang semakin canggih dan mudah untuk dioperasikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2010 hingga saat ini, Indonesia telah mendapat label darurat kekerasan seksual pada anak dengan jumlah yang terus meningkat. Menurut data dari Komisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang
Lebih terperinciIDHA WAHYUNINGSIH NIM F
TINGKAT KEBIASAAN MENONTON BLUE FILM DENGAN FREKUENSI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Perkembangan iklan mulai merambah ke media televisi sekitar awal tahun 1950-an. Saat itu
Dalam Milyar BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan iklan mulai merambah ke media televisi sekitar awal tahun 1950-an. Saat itu jasa iklan di televisi mulai dijual dalam hitungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi pada era ini menjadi sebuah fenomena yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan teknologi pada era ini menjadi sebuah fenomena yang tidak terhindarkan lagi dalam hidup sehari-hari. Namun sayangnya, dampak fenomena ini tidak selamanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet pada tahun 1998 sebesar 512.000 pengguna meningkat tajam menjadi 16.000.000
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : 1. Literatur Buku Biografi Seto Mulyadi KAK SETO Sahabat Anak-Anak
Lebih terperinciPendahuluan. Bab I. A. Latar Belakang. Kebutuhan manusia akan komunikasi dan informasi pada zaman modern ini
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Kebutuhan manusia akan komunikasi dan informasi pada zaman modern ini semakin tinggi. Informasi yang cepat dan mudah diakses dimanapun dan kapanpun saat ini dicari oleh
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG INTERNET DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TANGERANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat
Lebih terperinci(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.
Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa SMA di Klaten Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecerdasan serta kesehatan anak bisa diperoleh salah satunya adalah dengan mencukupi kebutuhan gizi dan nutrisinya. Pemenuhan zat gizi dan juga nutrisi sangat diperlukan
Lebih terperinciPerbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
6 Perbedaan dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi? Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di era ini perkembangan dunia Teknologi Informasi sangatlah pesat, pertukaran data dalam dunia digital ini hampir dikatakan sebagai sebuah kebutuhan primer,
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Tabel 1.1 Situasi dan Analisis Lanjut Usia di Dunia (Dalam satuan milyar) jumlah penduduk dunia
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan sebuah negara berkembang, peningkatan usia harapan hidup merupakan suatu tolak ukur keberhasilan. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh manusia rentan terhadap
Lebih terperinci