REPRODUKSI STEREOTIPE KOMUNIKASI BUDAYA PADA ETNIS TORAJA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT. **Windi Aprianti, **Muh. Najib, ***Marsia Sumule
|
|
- Veronika Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REPRODUKSI STEREOTIPE KOMUNIKASI BUDAYA PADA ETNIS TORAJA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT **Windi Aprianti, **Muh. Najib, ***Marsia Sumule Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Haluoleo Kota Kendari, Sulawesi Tenggara ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana reproduksi stereotipe komunikasi budaya pada etnis toraja dalam kehidupan masyarakat di Kelurahan Kadia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana reproduksi stereotipe komunikasi budaya pada Etnis Toraja dalam kehidupan masyarakat di Kelurahan Kadia. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kadia Kota Kendari. Teori yang digunakan adalah Teori Etnosentrisme dari William Graham summer. Dengan jumlah informan sebanyak 15 orang, 3 orang yang mewakili Etnis Toraja dan 12 orang yang bukan Etnis Toraja. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa stereotipe pada Etnis Toraja ada yang sifatnya positif dan negatif, stereotipe positif antara lain Ramah, Toleransi, Tekun, memiliki solidaritas yang kuat, dan stereotipe negatif antara lain Gemar Berjudi, Berlebihan, Gengsi, dan Kurang Bersih. Dari stereotipe-stereotipe tersebut, ada beberapa yang masih berlaku hingga saat ini dan ada pula yang sudah terreproduksi.diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan Ilmu Pengetahuan bagi masyarakat khususnya masyarakat Toraja yang ada di perantauan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dalam perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya pada penelitian Reproduksi Stereotipe Komunikasi Budaya Pada Etnis Toraja. Kata kunci : Reproduksi Stereotipe Komunikasi Budaya
2 ABSTRACT The problem in this research is how the reproduction of cultural stereotypes in ethnic Toraja communication in public life in the Village Kadia. The purpose of this research is to know how the reproduction of cultural stereotypes on Ethnic Toraja communication in public life in the Village Kadia. Location of the study was conducted in the village of Kadia Kendari. The theory used is the theory of ethnocentrism of William Graham summer. With the number of informants as many as 15 people, three people representing ethnic Toraja and 12 people who are not ethnic Toraja. Data used in this study is qualitative data and quantitative data. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative. The results of this study show that stereotypes in Toraja Ethnic there are positive and negative, positive stereotype among others Friendly, Tolerance, Diligent, had a strong solidarity, and negative stereotypes among other Gemar Gambling, Overrated, prestige, and less clean. Of stereotypes, there are some that are still valid today, and some are already tar-reproduction. This research is expected to provide benefits and contributions of Sciences for the community, especially people Toraja in overseas. This research is also expected to benefit in the development of Communication Studies, especially on research Reproduction On Ethnic Stereotyping Cultural Communication Toraja. Keywords : reproduction of stereotypes, cultural communication
3 PENDAHULUAN Sulawesi Tenggara merupakan daerah yang dihuni oleh beberapa etnis baik itu etnis pribumi (Tolaki, Moronene, Muna, dan Buton) maupun etnis pendatang sehingga menyebabkan masyarakat di Sulawesi Tenggara hidup di dalam kemajemukan. Kemajemukan di wilayah Sulawesi Tenggara memberikan potensi timbulnya penilaian ataupun anggapan yang beragam dari satu etnis kepada etnis lainnya. Pemberian penilaian atau yang lebih dikenal dengan stereotipe pada suatu etnis merupakan hasil dari tendensi kita berdasarkan tingkat asosiasi antara anggota kelompok dan atribut psikologis yang dimiliki. Stereotipe yang menjustifikasi suatu etnis perlu diselidiki kebenarannya, apakah stereotipe tersebut memang benar adanya. Sulawesi Tenggara merupakan daerah dimana masyarakatnya hidup ditengah-tengah kemajemukan karena adanya keragaman sosial yang berdasarkan ras, suku bangsa dan agama, khususnya di Kota Kendari Kelurahan Kadia, dimana masyarakatnya hidup secara berdampingan ditengah perbedaan etnis (suku). Dari sekian banyak etnis yang ada terdapat etnis Toraja yang mayoritas di Kelurahan Kadia. Meskipun berada jauh dari tanah kelahiran namun masyarakat Toraja senantiasa tetap memegang teguh adat istiadat, Pola hidup berkelompok dan bekerjasama menjadi ciri khas orang Toraja, Masyarakat Toraja yang merupakan etnis mayoritas tentunya tidak terlepas dari steriotipe setiap etnis baik yang sifatnya positif maupun negatif. Adapun steriotipe tentang Etnis Toraja yaitu Etnis Toraja dianggap sebagai etnis yang Ramah, Toleransi, Tekun, memiliki solidaritas yang tinggi, Gemar Berjudi, Berlebihan, Gengsi, dan Kurang Bersih.
4 Dari steriotipe tersebut apakah masih berlaku pada etnis Toraja di Kelurahan Kadia saat ini dalam interaksinya dengan etnis lain karena Steriotipe tersebut muncul berdasarkan asumsi dan kondisi real yang disaksikan oleh setiap orang terhadap Etnis Toraja karena stereotipe merupakan konsepsi mengenai suatu golongan berdasarkan kondisi normatif. METODE PENELITIAN Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dimana penulis mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan gambaran atau data yang ditetapkan dalam penelitian. Data secara kualitatif ini diuraikan dengan menggunakan kalimat secara logis yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Kadia Kota Kendari. Pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan peneliti karena di Kelurahan Kadia dihuni oleh beragam etnis yang hidup berdampingan dengan Etnis Toraja. HASIL DAN PEMBAHASAN Reproduksi Stereotipe Komunikasi Budaya Pada Etnis Toraja Dalam Kehidupan Masyarakat. Kemajemukan masyarakat terutama sangat terlihat dari keragaman adatistiadatnya, terdapat beragam etnis yang bertempat tinggal di Kelurahan Kadia sehingga hal tersebut membuat Kadia menjadi salah satu daerah dengan masyarakat yang majemuk. Tercatat ada 8 suku yang tinggal di Kelurahan Kadia, yaitu Suku Toraja, Suku Tolaki, Suku Bugis, Suku Bali, Suku Makassar, Suku Muna, Suku Jawa, dan Suku Buton. Bertemunya etnis-etnis yang berbeda dapat menyebabkan terjadinya benturan-benturan yang melibatkan etnis setempat dan
5 etnis pendatang khususnya yang tinggal di Kelurahan Kadia Kota Kendari. Dalam interaksi sosial masyarakat Etnis Toraja dengan masyarakat etnis pribumi dan etnis pendatang lainya di Kelurahan Kadia tentu tidak terlepas dari steriotipestereotipe tiap individu yang berbeda budaya, baik stereotipe yang sifatnya positif maupun stereotipe negatif. Steriotipe tersebut muncul bukan hanya karena kondisi real yang disaksikan tetapi stereotipe juga bias timbul berdasarkan asumsi dari orang lain, steriotipe yang muncul berdasarkan asumsi orang lain bisa saja berubah ketika orang tersebut menyaksikan kondisi real yang tidak sesuai dengan asumsi begitu pula sebaliknya. Demikian pula yang terjadi pada Masyarakat Etnis Toraja di Kelurahan Kadia, dalam interaksinya Masyarakat Etnis Toraja telah memiliki stereotipe dari masyarakat etnis pribumi dan etnis pendatang lainnya yang kebanyakan hanya berdasarkan asumsi. Stereotipe-stereotipe tersebut antara lain : 1. Ramah Masyarakat Etnis Toraja tidak hanya menjalin kedekatan dengan sesama Etnis Toraja yang memilki kesamaan bahasa, namun mereka juga menjalin kedekatan dengan masyarakat etnis pribumi dan etnis pendatang lainnya yang ada di Kelurahan Kadia, hal tersebut terlihat dari sikap pengertian satu sama lain, saling menghargai dan saling menghormati. Seperti yang disampaikan dalam kutipan wawancara bersama Ibu RW sebagai berikut: Dari dulu memang waktu saya masih tinggal di Poli-polia itu, kadang saya dengar kalau ada orang cerita toh tentang orang Toraja kalau orang Toraja itu baik-baik, dan memang tawa betul pas saya juga tinggal disini, bertetangga dengan mereka, baik ji memang
6 orang Toraja. ramah juga, baru misalnya kalau ada acara-acara atau apalah begitu toh mereka ringan tangan untuk menolong tanpa mau beda-bedakan ini suku ini suku itu. (Wawancara, April 2016). Hal tersebut pun di benarkan oleh bapak S.S sebagai Masyarakat Etnis Toraja yang mengatakan bahwa Masyarakat Etnis Toraja di Kelurahan Kadia memang selalu menjaga keharmonisan dalam hubungan bermasyarakat, seperti yang di sampaikan dalam wawancara sebagai berikut : Memang kalau kita mau orang baik sama kita, yah kita juga harus baik sama orang, harus ramah sama semua orang. Apa lagi ini bukan kampung ta, walaupun kita mayoritas tapi kita harus tetap ramah sama orang di sekitar kita biar beda suku. (Wawancara, April 2016) Dari hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa stereotipe ramah ada pada masyarakat Etnis Toraja khususnya di Kelurahan Kadia Kota Kendari. 2. Toleransi Kelurahan Kadia di huni oleh 8 etnis, 3 Etnis pribumi yaitu Tolaki, Muna, Buton kemudian 5 yang merupakan etnis pendatang yaitu Toraja, Bugis, Makassar, Jawa, dan Bali. Meskipun Etnis Toraja merupakan Etnis pendatang namun Etnis Toraja merupakan Etnis yang mayoritas di Kelurahan Kadia. Dalam berinteraksi Masyarakat Etnis Toraja memiliki stereotipe sebagai Etnis yang memiliki sikap toleransi antar Etnis yang berbeda. Seperti yang di sampaikan bapak H dalam wawancara sebagai berikut : Orang Toraja itu bagus toleransinya, biar juga di bilang disini mereka banyak tapi saling menghormati kita disini. Tidak pernah itu mereka mau sok-sok karena mereka banyak. Ini orang Toraja
7 mereka sangat menghargai dan menghormati itu yang namanya perbedaan, seperti kalau mereka ada acara mau orang menikah, kematian atau apa, mereka biasa potong babi toh tapi mereka tidak terang-terangan juga potong disitu, karena mereka ingat juga mungkin ini ada tetanggaku yang non muslim, yah begitu lah. (Wawancara, April 2016). Kemudian sikap toleransi Etnis Toraja dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya juga di benarkan oleh Bapak Y.I selaku Masyarakat Etnis Toraja yang tinggal di Kelurahan Kadia bahwa Masyarakat Etnis Toraja khususnya di Kelurahan Kadia memiliki sikap toleransi antar Etnis, hal tersebut di ungkapkan dalam wawancara sebagai berikut : kita hidup memang harus saling toleransi, biar juga kita banyak disini tapi kita tidak boleh seenak-enaknya sama orang. Kita (Masyarakat Etnis Toraja) harus tetap jaga hubungan baik dengan orang di sekitar. (wawancara, April 2016) Dari hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa stereotipe toleransi ada pada Etnis Toraja khususnya di Kelurahan Kadia Kota Kendari. 3. Tekun Masyarakat Etnis Toraja dikenal sabagai masyarakat yang sangat tekun dalam bekerja, hal ini memang sudah melekat dalam diri masyarakat Toraja dari sejak nenek moyang mereka. Seperti ada prinsip orang Toraja yang mengatakan tangabu bang (biar sedikit -sedikit yang penting ada). Jadi masyarakat Toraja Tekun bekerja mencari uang guna memenuhi kebutuhan dirinya, keluarganya dan faktor lainnya juga yaitu karena adanya tuntutan budaya utamanya budaya pada
8 upacara adat Aluk Rambu Solo (upacara kematian). Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak S.S sebagai berikut : kalau soal tekun, ya memang orang toraja termasuk orang yang tekun dalam bekerja. Sejak dulu itu saya kenal orang toraja saya lihat mereka memang sangat tekun bekerja,tekun dalam artian misalnya pekrjaannya kadang bukan hanya satu pekerjaan, itu biasa ada orang Toraja sudah PNS ada juga kios-kiosnya untuk jual apa gitu ya, terus pelihara ternak juga untuk di jual. Jadi saya fikir memang ini orang Toraja kayaknya tidak mau sia-siakan kalau ada kesempatan, asal dia liat ada peluang pasti di kerjakan. Karaena begitunya juga mungkin orang Toraja di bilang tekun cari uang. (Wawancara, April 2016). Sebagai Masyarakat Etnis Toraja yang tentunya memahami betul bagaimana karakteristik Etnis Toraja itu sendiri, bapak L.L membenarkan stereotipe yang mengatakan bahwa Etnis Toraja adalah Etnis yang Tekun dalam bekerja dan sikap tekun itu masih terus ada hingga saat ini sekalipun mereka berada di daerah perantauan. Seperti yang di sampaikan dalam wawancara sebagai berikut : kita ini memang banyak orang bilang tekun rajin cari uang, yah memang sudah begitu. Selain memang kita punya tanggung jawab keluarga, kita juga ada tuntutan adat kalau misalnya ada acara kita kan juga punya budaya sendiri. Bagi orang Toraja juga tekun karena ada toh istilahnya bahwa orang Toraja itu harus seperti ayam jantan yang tekun dan ulet mencari rejeki selagi hari masi siang, karena bagi orang Toraja waktu itu sangat berharga.(wawancara, April 2016) Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa stereotipe tekun yang melekat pada Masyarakat Etnis Toraja masih berlaku hingga saat ini khususnya di Kelurahan Kadia Kota Kendari. 4. Solidaritas Masyarakat Etnis Toraja di kelurahan Kadia juga dinilai sebagai masyarakat yang memiliki jiwa solidaritas yang tinggi dan jiwa
9 solidaritas masyarakat Etnis Toraja sangat nampak dan hampirr semua masyarakat yang pernah berinteraksi dengan masyrakat Etnis Toraja mengakui Etnis Toraja sebagai etnis yang memiliki jiwa solidaritas tinggi. Seperti yang disampaikan bapak L.U sebagai berikut : Persatuannya orang Toraja memang sangat bagus, banyak ji juga orang yang akui itu karena berapa kali juga pernah saya dengar orang bilang kalau orang Toraja sudah beracara pasti datang semua mi juga itu orang-orang Toraja lain. Barukan mereka juga itu ada biasa perkumpulannya. Ini selama saya tinggal disini banyak saya sudah lihat kalau orang Toraja ada yang meninggal, rame sekali itu biasa, karangan bunganya biasa saya baca juga kerukunan ini itu banyak. Jadi bagus toh maksudnya biar juga bukan di kampungnya mereka tapi mereka tetap kayak baku tau-tau semua. (Wawancara, April 2016) Sebagai Masyarakat Etnis Toraja yang tentunya memahami betul bagaimana karakteristik Etnis Toraja, bapak Y.I membenarkan stereotipe yang mengatakan bahwa Etnis Toraja adalah Etnis yang memiliki sikap solidaritas yang tinggi. Seperti yang di sampaikan dalam wawancara sebagai berikut : Solidaritas orang Toraja itu sudah dari sejak nenek moyang kita (Etnis Toraja), bisa kita lihat sampai sekarang kalau orang Toraja beracara pasti ramai juga datang sesama orang Toraja, bantu-bantu apa supaya meringankan pekerjaan. Karena biar juga kita di daerahnya orang begini, kita masih tetap punya kerukunankerukunan perkumpulannya orang Toraja memang. (wawancara, April 2016). Dari hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa stereotipe solidaritas yang di miliki Etnis Toraja masih berlaku hingga saat khususnya di Kelurahan Kadia Kota Kendari.
10 5. Gemar Berjudi Selain ramah, tekun dalam bekerja, berjiwa solidaritas tinggi, masyarakat Etnis Toraja juga memiliki stereotipe negatif sebagai Etnis yang gemar bermain judi. Namun beberapa tahun belakangan stereotipe tersebut sudah ter-reproduksi, hal tersebut disampaikan oleh Bapak K.S dalam wawancara sebagai berikut : Dulu memang orang Toraja itu anak-anak mudanya juga mereka sering itu adu-adu ayam begitu, ini di sebelah rumah pernah juga dulu, tapi sudah berapa tahun ini hampir-hampir mi tidak pernah saya lihat lagi. Mungkin karena sudah punya kesibukan semua jadi tidak urus lagi yang judi-judi begitu. (wawancara, April 2016 ) Hal tersebut kemudian di benarkan oleh bapak S.S selaku Etnis Toraja, Seperti yang di sampaikan dalam wawancara sebagai berikut : Memang kalau orang Toraja sudah jarang sekali mau berjudi lagi begitu, tidak seperti dulu masih banyak yang lakukan bukan cuman bapak-bapak tapi anak mudanya juga biasa kalau ada orang meninggal atau sembarang ji juga kapan mereka mau. Tapi ini sudah berapa tahun kurang sekali mi orang berjudi, sudah punya kerja mi mungkin semua, sudah sibuk dengan urusan-urusannya. (wawancara, April 2016) Dari hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa stereotipe gemar berjudi pada Masyarakat Etnis Toraja kini sudah mulai terreproduksi seiring dengan berjalannya waktu. 6. Berlebihan Seperti yang banyak di ketahui oleh masyarakat umum bahwa Etnis Toraja memiliki upacara Aluk Rambu Solo (upacara adat kematian) yang konon dapat menghabiskan biaya hingga ratusan juta rupiah sehingga menimbulkan stereotipe berlebihan pada Etnis Toraja. namun
11 kini stereotipe tersebut telah ter-reproduksi, seperti yang di sampaikan bapak A.S dalam wawancara sebagai berikut : Biasakan kita dengar orang Toraja potong kerbau ta berapa ekor, baru harga kerbau juga tidak main-main untuk kalau orang meninggal. Kadang juga kayak tetangga biasa cerita katanya ada lagi orang meninggal di kampung pusing-pusing mi lagi. Jadi kita lihatnya itu kayak terlalu di paksakan juga, terlalu berlebihan sekali yah kalau menurut saya pribadi, namanya orang meninggal kan sebenarnya dia lebih butuh doa dari orang-orang bukan yang lain, tapi kalau kita lihat juga orang Toraja di Kadia ini tidak pernah ji kayaknya potong yang berlebihan sekali seperti kalau di kampungnya. Jadi mungkin soal berlebihan ini, sesuai konteksnya saja dimana dia berada kayaknya. (Wawancara, April 2016) Namun hal lain di tanggapi berbeda oleh bapak L.L yang merupakan Masyarakat Etnis Toraja dalam wawancara sebagai berikut : kurang bijak kalau orang mengatakan Etnis Toraja itu terlalu berlebihan karena hanya melihat dari budaya Rambu Solo nya saja, tapi perlu kita pahami bahwa budaya Rambu Solo lah salah satunya yang medorong orang toraja untuk keluar merantau mencari kerja agar mereka bisa mendapat pekerjaan yang layak supaya bisa menyekolakan sanak saudaranya agar mereka bisa berhasil, makanya jangan heran kalau sekaran suda banyak orang toraja yang berhasil Dari hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan stereotipe berlebihan pada Etnis Toraja telah ter-reproduksi. 7. Gengsi Upacara Adat Rambu Solo hanya mampu dilaksanakan oleh keluarga bangsawan, namun seiring dengan perkembangan zaman utamanya bagi Etnis Toraja di perantauan, strata sosial tidak lagi berdasarkan pada keturunan atau kedudukan. Jumlah hewan yang di korban sudah tidak lagi berdasarkan status sosialnya, selagi mereka rasa mampu untuk berkorban lebih maka akan di lakukan. Hal tersebut juga terjadi
12 Karena adanya sikap gengsi antar sesama Etnis Toraja, malu ketika korban sembelihannya lebih sedikit di bandingkan orang-orang tertentu. Seperti yang di sampaikan Bapak S.S dalam wawancara sebagai berikut : Bagi orang-orang yang memperhatikan betul dan tau bagaimana karakteristik orang Toraja pasti akan bisa lihat bagaimana itu orang Toraja kalau bikin acara pokoknya selagi dia bisa usahakan bikin pesta yang besar, dia akan usahakan. Karena itu tadi, gengsi kalau acaranya si A lebih besar dari acaranya. Sikap-sikap gengsi ini masih ada pada orang Toraja hingga saat ini. (wawancara, April 2016) Namun hal lain di ungkapkan oleh bapak S.S mengenai sikap gengsi pada Etnis Toraja, selaku Etnis Toraja beliau menganggap Etnis Toraja bukanlah Etnis yang Gengsi, hal tersebut di ungkapkan dalam wawancara sebagai berikut : kalau gengsi tidak juga sebenarnya, tergantung dari individunya. Karena tiap orang punya cara berfikir yang beda-beda. Ada ji memang yang seperti itu (gengsian) tapi tidak semua Etnis Toraja seperti itu. (wawancara, April 2016) Berdasarkan hasil wawancara dapat di simpulkan bahwa tidak semua masyarakat Etnis Toraja memiliki sikap gengsi terhadap sesamanya Etnis Toraja, hal ini kembali lagi pada masing-masing individu dan cara berfikir setiap orang yang berbeda. Pandangan gengsi tentang Etnis Toraja ini hanya disampaikan oleh salah seorang informan yang berinisial SS dari 13 orang informan. Sehingga gengsi tidak dapat di generalisasikan sebagai stereotipe bagi Etnis Toraja.
13 8. Kurang Bersih Kurang bersih yang dimaksud yaitu karena Etnis Toraja memelihara binatang anjing yang dianggap najis bagi etnis lain yang beragama muslim, dan kebiasaan Etnis Toraja dalam memelihara ternak babi yang kemudian kandangnya berada di sekitar rumah mereka. Namun stereotipe tersebut sudah tidak berlaku lagi bagi Masyarakat Etnis Toraja khususnya di Kelurahan Kadia Kota Kendari. seperti yang di sampaikan oleh Bapak HD dalam wawancara sebagai berikut : Tidak juga, karena ini kita lihat saja ada kah yang pelihara babi dekat rumahnya? Kan tidak ada. Paling pelihara anjing saja tapi itu pun tidak kotor juga, biasa saja. Itu di sebelah bersih ji rumahnya biar ada anjingnya, Sebenarnya tidak masalah ji hanya bagi kita yang muslim, anjing itu kan binatang yang najis. Jadi kita agak lain-lain kalau ke rumahnya tapi ada juga bagusnya mereka pelihara anjing karena takut pencuri kalau mau mencuri jadi kita disini jarang ada kecurian. (wawancara, April 2016) Kebiasaan Etnis Toraja di kampung mereka (Tana Toraja) memelihara binatang khususnya anjing dan babi di sekitar lingkungan rumah menimbulkan stereotipe kurang bersih bagi Etnis Toraja, namun kebiasaan tersebut sudah jarang lagi kita temukan khususnya di perkotaan karena Masyarakat Etnis Toraja sudah menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana mereka tinggal. Seperti yang disampaikan Dalam wawancara bersama bapak L.L mengenai stereotipe kurang bersih pada Etnis Toraja, sebagai berikut : kalau soal pelihara babi ada memang yang suka pelihara biar di depan atau samping rumanya tapi itu di kampung. Di kota sudah tidak ada lagi seperti itu karena kita juga menyesuaikan dengan lingkungan kita, kecuali anjing yang memang masih tetap dipelihara karena kita jadikan penjaga rumah biasa. (Wawancara, April 2016)
14 Hasil dari wawancara di atas menyatakan bahwa stereotipe kurang bersih pada Masyarakat Etnis Toraja khususnya di Kelurahan Kadia sudah mengalami reproduksi. Hal tersebut karena Masyarakat Etnis Toraja sudah menyesuaikan dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga masyarakat Etnis Toraja tidak dinilai lagi sebagai etnis yang kurang bersih. KESIMPULAN Penelitian ini telah dilakukan terhadap 13 orang warga Etnis di luar Etnis Toraja dan 3 orang warga Etnis Toraja yang bertempat tinggal di Kelurahan Kadia Kota Kendari. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa steriotipe pada Etnis Toraja di Kelurahan Kadia Kota Kendari ada yang sifatnya positif dan ada yang negatif. Adapun steriotipe positif Etnis Toraja antara lain Ramah, Tekun, Solidaritas yang kuat, dan Toleransi, sedangkan steriotipe yang sifatnya negatif yaitu Berlebihan, Gemar Berjudi, Kurang Bersih, dan Gengsi. Dari steriotipe Etnis Toraja yang sifatnya negatif ada beberapa yang mulai tereproduksi khususnya di Kelurahan Kadia ketika etnis pribumi dan pendatang lainnya menyaksikan kondisi real Etnis Toraja dalam berinteraksi dengan etnis Lainnya, stereotipe tersebut antara lain Berlebihan, Gemar Judi,dan Kurang Bersih. Dalam penelitian ini juga terdapat dua stereotipe baru tentang Etnis Toraja, yaitu stereotipe Ramah yang bersifat positif, dan stereotipe gengsi yang bersifat negative, namun stereotipe gengsi hanya di ungkapkan oleh salah seorang informan dari 13 informan sehingga Gengsi tidak dapat di generalisasikan sebagai stereotipe untuk Etnis Toraja.
15 Saran Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu komunikasi khususnya dalam komunikasi antar budaya. Adapun saran-saran yang diberikan: 1. Stereotipe yang berkembang akan mempengaruhi proses komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat khususnya bagi masyarakat yang berlainan budaya, oleh karena itu kesadaran dan peran aktif untuk saling memahami satu sama lain sangat diperlukan. Tentunya hal tersebut dapat dimulai dengan sikap terbuka dalam komunikasi antarbudaya. 2. Stereotipe-stereotipe yang berkembang terhadap suatu kelompok etnis yang arahnya negatif hendaknya tidak dipandang sebagai penghambat dalam komunikasi melainkan dibutuhkan peran aktif dan baik dalam menanggapi hal tersebut. Sebaliknya stereotip yang mengarah pada penilaian positif hendaknya dijadikan sebagai karakteristik suatu kelompok budaya sehingga penilaian terhadap kelompok tersebut dapat mejadi kesan positif bagi kelompok lain. 3. Diperlukan kesadaran akan pentingnya pemahaman unsur-unsur Budaya baik itu kepercayaan, nilai-nilai dan sikap mengingat pemahaman-pemahaman tersebut dapat memberikan pemahaman dalam menaggapi stereotipe yang mengandung dapak negatif. Selain itu semangat untuk ikut serta dan aktif dalam lembaga-lembaga
16 sosial harus senantiasa ditingkatkan mengingat peranan lembaga tersebut sebagai wadah pemersatu antar anggota masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep berpikir kritis menjadi sebuah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu agar mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik serta mampu mengembangkan diri.
Lebih terperinciJurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
INTERAKSI SOSIAL SISWA SUKU JAWA DAN BALI (SUKU PENDATANG) DENGAN SISWA SUKU BUGIS LUWU (SUKU SETEMPAT) DI SMA NEGERI 1 SUKAMAJU KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA Fatniyanti Pendidikan Sosiologi
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan analisa data, maka dapat disimpulkan komunikasi antarbudaya remaja etnis keturunan Arab dengan remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini
Lebih terperinciINTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi
INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA (Suatu penelitian di Desa Argakencana Kecamatan Toili Kabupaten Banggai) Skripsi Diajukan sebagai Persyaratan Ujian Sarjana Jurusan Sejarah Prodi Pendidikan S1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperincisendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:
Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG
24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas
Lebih terperinciKEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA
KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah
BAB IV ANALISA DATA A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat Keadaan kerukunan di Desa Balonggarut antara Islam dan Hindu masuk dalam kategori damai tanpa konflik. Meskipun dalam suatu
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan
BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan
Lebih terperinciBAB IV RESPON MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP TRADISI RUWATAN BULAN PURNAMA. A. Masyarakat Umum di Komplek Candi Brahu
54 BAB IV RESPON MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP TRADISI RUWATAN BULAN PURNAMA A. Masyarakat Umum di Komplek Candi Brahu Dalam suatu aktivitas budaya pasti melibatkan elemen masyarakat, dimana dalam lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solidaritas sosial menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kawasan Gunung Jati sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat suku Muna, memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. (2002 : 115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Sosial Kelompok sosial merupakan gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Soekanto (2002 :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda beda. Ada suku Jawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda beda. Ada suku Jawa yang termasuk suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO
PERSEPSI MASYARAKAT TORAJA RANTAU ATAS UPACARA RAMBU SOLO Dina Toding, Indah Rizki, Mic Finanto Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan
Lebih terperinciPendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan
Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran
Lebih terperinciKONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA
KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang beraneka ragam, mulai dari tanah Sumatra hingga Papua sehingga tercipta kebudayaan yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang memiliki kekayaan budaya, bahasa, cara hidup, dan tradisi. Tradisi di Indonesia terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat adalah sebagai penerus cita-cita bangsa dan bagaimana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Generasi muda pada umumnya dapat dipandang sebagai salah satu tahap dalam pembentukan kepribadian manusia dalam proses mencari bagaimana bentuk masa muda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan
Lebih terperinciBAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN
42 BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Titik Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Lamongan, dengan luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau
Lebih terperinciBAB VII SETIAP MASALAH ADA JALAN KELUAR
BAB VII SETIAP MASALAH ADA JALAN KELUAR 7.1 Pendahuluan Sebuah organisasi di dalam prosesnya berkembang pasti mengalami pasang surut yang mungkin dapat menghambat kinerja organisasi tersebut. Kendala-kendala
Lebih terperinciBEBERAPA MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA ACARA ADAT (RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA ) ABSTRACT.
Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan 1(1): 44-, 13 ISSN. 3-73 BEBERAPA MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA ACARA ADAT (RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA ) Sitti Nurani Sirajuddin 1., S. Baba
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA
27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu ruang lingkup sosial tertentu yang menjadi wadah kehidupannya. Manusia dalam aktivitasnya setiap saat memerlukan bantuan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari
BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa observasi dan wawancara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness
Lebih terperinciTEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional dalam pandangan
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA PESTA ADAT REBA di ERA GLOBALISASI (Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat)
PEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA PESTA ADAT REBA di ERA GLOBALISASI (Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat) Dimas Qondias Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar STKIP Citra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sangat kaya dengan limpahan budaya yang bernilai tinggi, beraneka ragam dan unik. Budaya yang menyatu membentuk suatu kearifan manusia dalam mengolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu (Penetapan Presiden RI Nomor 1 tahun 1965). Setiap agama
Lebih terperinciFUNGSI BUDAYA MESOKO DALAM SOLIDARITAS MASYARAKAT TOLAKI (Studi Pada Masyarakat di Desa Kosebo Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan)
FUNGSI BUDAYA MESOKO DALAM SOLIDARITAS MASYARAKAT TOLAKI (Studi Pada Masyarakat di Desa Kosebo Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan) Oleh: Dewianti, H. Sulsalman Moita, dan Bakri Yusuf Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia
Lebih terperinciBAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN
BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Kelompok-kelompok tersebut akan tergabung pada suatu lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Namun demikian sebagai mahluk biologis merupakan individu yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Usaha kecil dipedesaan merupakan pengerak ekonomi masyarakat diluar
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Usaha kecil dipedesaan merupakan pengerak ekonomi masyarakat diluar sektor pertanian. Masyarakat di Desa Gilangharjo yang berada di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul memiliki
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku
Lebih terperinciKONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja
KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda
Lebih terperinciUSULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi
Lebih terperinciBAB III PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR (DI DESA WARUJAYENG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK)
40 BAB III PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR (DI DESA WARUJAYENG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK) A. Deskripsi Umum Desa Warujayeng Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:
50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden
Lebih terperinciPedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual
85 Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual Tujuan Penelitian: 1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN Kategori Data yang Didapat Dari Hasil Wawancara. Fiksi Baru (mutakhir) Gambar Bahasa Kesukaan. Hiburan Hobi
BAB 4 PEMBAHASAN Hasil penelitian tentang tanggapan pustakawan dan pengguna terhadap cd permainan untuk menjadi koleksi perpustakaan SD Charitas menghasilkan beberapa kategori yang digunakan untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya yang isinya adalah tentang nilai-nilai budaya lokal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kebijaksanaan masyarakat setempat (lokal). Kearifan lokal bagi masyarakat merupakan suatu pedoman dalam bersikap dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan
Lebih terperinciBAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN
BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN 2.1 Pengertian Biografi Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki kekayaan kebudayaan didalamnya. Selain itu menurut Koentjaraningrat (2009:165), di Indonesia
Lebih terperinciHASBULLAH NPM
KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAHAN DESA KEBAGUSAN KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Skripsi) Oleh NPM 0746021030 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinci2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ciamis adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini berada di Tenggara Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat di Indonesia sangat beragam, mulai dari keberagaman suku, ras, agama, pekerjaan, jenis kelamin, dan warna kulit, hal tersebut tidak menjadi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KERBAU BELANG YANG MENENTUKAN HARGA JUAL TERTINGGI DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KERBAU BELANG YANG MENENTUKAN HARGA JUAL TERTINGGI DI PASAR HEWAN BOLU KABUPATEN TORAJA UTARA Ikrar Mohammad Saleh, Aslina Asnawi Staf Pengajar Bagian Sosial Ekonomi Peternakan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah
46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan
Lebih terperincibanyak sudah mewarnai perjalanan hidup kami. Jika sebagian anak-anak lain berada dalam lingkungan rumah adem-ayem, tidak demikian dengan kami,
DOA IBU *1 Mei 2013, Aku disini mengenang masa itu... Kami tiga bersaudara yang sejak kecil tinggal di asrama polisi dekat kantor Bapak. Kami menghuni rumah di sana sekitar 19 tahun lamanya, bahkan umurku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan aset dari kebudayaan nasional adalah bersumber dari puncak-puncak terindah, terhalus, terbaik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu
Lebih terperinciXII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan
Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan macam-macam suku bangsa, agama, ras, dan sumber daya manusia. Dibalik itu semua Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan macam-macam suku bangsa, agama, ras, dan sumber daya manusia. Dibalik itu semua Indonesia mempunyai tugas yang sangat berat mempersatukan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU
BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU Pluralisme adalah sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin memungkirinya, kehidupan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif
Lebih terperinci