DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA BENGKULU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA BENGKULU"

Transkripsi

1 DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA BENGKULU Aryan Purba DOSEN PEMBIMBING Ir. Ispurwono S, M.Arch. Ph.d Dr. Eng. Ir. Sri Nastiti NE, M.T

2 LATAR BELAKANG PENELITIAN Keberadaan kawasan perumahan yang berbatasan dengan kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar (CADDB) Kota Bengkulu Kawasan perumahan Dilengkapi dengan sarana dan prasarana dasar Cenderung untuk berkembang Keberadaan manusia Kawasan Cagar Alam Kawasan yang dilindungi dari segala ancaman terhadap lingkungan untuk menjaga kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistem tertentu Keberhasilan perlindungan terhadap kawasan ini adalah terjadinya suksesi alami

3 Rumusan masalah 1. Apa dampak yang ditimbulkan oleh adanya kawasan perumahan ini terhadap kelestarian CADDB? 2. Faktor-faktor penentu apa saja yang dapat mengancam kelestarian kawasan Cagar Alam, terkait dengan adanya kawasan perumahan? 3. Kebijakan dan strategi apa yang harus dilakukan, untuk mendukung kelestarian Cagar Alam terkait dengan kawasan perumahan ini?

4 Kajian Pustaka Suratmo (1993), mendefinisikan dampak sebagai, setiap perubahan yang terjadi pada lingkungan akibat aktivitas manusia. Kegiatan pembangunan yang dalam arti construction atau development bertujuan untuk merubah suatu lingkungan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan manusia (Soemarwoto, 2004). Dampak Lingkungan = pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan /atau kegiatan (UU LH no 23/1997)

5 Kajian Pustaka Perumahan merupakan kesatuan antara Manusia sebagai penghuni (isi) dengan lingkungan hunian (wadah) itu sendiri, yang terdiri dari bangunan, rumah, dan sistem buatan seperti sistem jaringan air bersih, jalan, transportasi dll (networks) Untuk dapat mendukung perikehidupan penghuninya secara baik, Prasarana dasar perumahan hendaknya berada pada kondisi optimum, baik dari segi kualitas pelayanan hingga kapasitas pelayanan. Perumahan memerlukan tindakan pembangunan (pemeliharaan, pengembangan, dan semua upaya penyesuaian thd lingkungan) secara simultan, dan bertahap untuk dapat menjaga kondisi dukungan yang optimum. Selain aktivitas pembangunan, aktivitas manusia pun dapat menimbulkan dampak pada lingkungan (Soemarwoto, 1989)

6 Kajian Pustaka Banyak faktor yang menyebabkan proses pembangunan berdampak buruk pada lingkungan, salah satunya adalah menurunnya daya dukung lingkungan Catton (1986), Daya dukung lingkungan = kapasitas maksimum lingkungan yang dapat memikul beban yang ada Daya dukung fisik suatu kawasan berhubungan dengan ukuran dan jumlah area yang dapat diakomodasi dalam suatu ruang fisik yang layak. Daya dukung suatu wilayah dapat menurun akibat gaya-gaya alamiah (natural forces/ bencana alam), maupun kegiatan manusia. Daya dukung juga dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan melalui pengelolaan atau penerapan teknologi (Saveriades, 2000)

7 Kajian Pustaka Wilayah Cagar Alam Danau Dusun Besar seluas 477 ha CADDB memiliki 2 (dua) ekosistem berupa ekosistem hutan air tawar berupa kawasan rawa-rawa dan daratan dan ekosistem perairan danau yang dikenal dengan nama Danau Dendam Tak Sudah Kekhasan dari CADDB = tumbuhan anggrek langka (anggrek Pensil /(Vanda Hookeriana)) yang tumbuh menumpang pada tumbuhan bakung yang hidup dikawasan perairan Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) DDTS tidak memiliki sumber air yang permanen seperti sungai, sehingga sangat bergantung pada supplay air yang berasal dari kawasan tangkapan air terutamanya yang berada di daerah Cagar Alam

8 Kajian Pustaka Perumahan dapat menyebabkan dampak pada lingkungan Cagar Alam Danau Dusun Besar melalui Aktifitas pembangunan kawasan (pembangunan, pemeliharaan, pengembangan) Aktifitas manusia/warga

9 Metoda Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka yang menjadi pokok penelitian adalah dampak lingkungan akibat kawasan perumahan terhadap kawasan Cagar Alam. Penelitian dilakukan pada perumahan formal yang berbatasan langsung dengan kawasan Cagar Alam populasi dari penelitian ini adalah warga perumahan yang berada di daerah yang berbatasan dengan kawasan CADDB Sample diambil secara Purposive sampling pada setiap perumahan.

10 Metoda pengumpulan Data Survey Observasi Lapangan Wawancara Dokumentasi Variabel Penelitian Kondisi fisik lingkungan pada kawasan perumahan dan kawasan Cagar Alam yang berbatasan Sosial Budaya

11 Analisa Terdapat beberapa tahapan analisa untuk mencapai tujuan dari penelitian ini yaitu : Analisa Daya Dukung Lingkungan kawasan perumahan Analisa Evaluasi Dampak Analisa Triangulasi

12 Analisis kesesuaian topografi kawasan perumahan Uraian Kriteria Existing Keterangan kemiringan 0 15 % 0 3 % memenuhi Karakteristik kawasan Tidak berada di bawah permukaan air setempat Sumber air tanah yang cukup/memadai Akses kesesuaian teknologi Lokasi yang terkait dengan kawasan yang telah berkembang Beradadi wilayah yang lebih tinggi dari permukaan air setempat Terletak di daerah cekungan, dan berada di wilayah yang berdekatan dengan kawasan resapan air serta Sungai Air Bangkahulu Kawasan tercakupi oleh jaringan listrik, air, telepon, serta sinyal telepon selular Berada di daerah yang berdekatan kawasan strategis di Kota Bengkulu memenuhi memenuhi memenuhi memenuhi

13 Analisa daya dukung kawasan perumahan NO Uraian/ Kriteria Kondisi Existing Ket Aksesibilitas Yang Baik Dilayani oleh jaringan jalan yang memadai bagi warga perumahan Aksesibilitas menuju pusat kegiatan atau pelayanan yang lebih luas Secara kuantitas memenuhi, namun dari sisi kualitas belum baik Jarak yang dekat ke pusat kegiatan/ pelayanan publik Sangat sesuai Sangat sesuai Jaringan transportasi umum Dilayani Sangat sesuai

14 Analisa daya dukung kawasan perumahan NO Uraian/ Kriteria Kondisi Existing Ket Kesesuaian lahan dan gangguan polusi Kesesuaian lahan dengan peruntukannya sebagai kawasan permukiman Merupakan kawasan peruntukan permukiman Sangat sesuai Tidak terganggu oleh Polusi Bebas dari gangguan polusi Sangat sesuai

15 Analisa kepadatan dan daya tampung kawasan perumahan Uraian Kriteria Existing Keterangan Kepadatan penduduk yang seimbang dengan jumlah daya tampung kawasan yang disediakan Kepadatan penduduk berbanding dengan daya tampung kawasan Ketersediaan fasilitas penunjang yang sebanding dengan jumlah penduduk Jumlah penduduk relatif sedikit/rendah dibandingkan dengan kapasitas daya tampung kawasan Kapasitas yang ada saat ini masih mencukupi memenuhi memenuhi

16 Analisa daya dukung kawasan perumahan 100% Data Tahun % 80% 70% Persentase 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Diknas Surabaya Surabaya Permai Griya Permata Asri Daya Tampung Maksimum Kawasan Perumahan Jumlah Penduduk Prediksi Tahun 2020 Kapasitas Maks Diknas Surabaya ( 3.034) Surabaya Permai ( ) Griya Permata Asri ( 4.014) Jumlah Penduduk

17 Analisa Dampak Perumahan Tabel 4.22 Matriks Evaluasi dampak perumahan terhadap Kawasan Cagar Alam Rona Lingkungan Awal Perkiraan Nilai Keadaan Lingkungan Keadaan Lingkungan akibat adanya perumahan Evaluasi 1 Komponen Lingkungan Keadaan Komponen Lingkungan (Skala) Kepentingan Skala Kualitas Komponen Lingkungan terbobot (A) Persentase Nilai (%) Nilai (maks keadaan (Kolom 4 / (Keadaan x x Maks Kolom 5) Kepentingan) kepentingan) Lingkungan Lingkungan Bentuk kawasan CA % Batas Kawasan CA % % Kegiatan pembangunan kawasan perumahan Kualitas Air permukaan % % Kuantitas Air permukaan % % Kualitas lingkungan kawasan Resapan air CA Pemanfaatan kawasan resapan CA Perubahan Vegetasi kawasan resapan air CA % % % % ` % % Aktifitas Warga Perumahan 9 Jumlah nilai seluruh aktifitas (8+9) Nilai Maks ( % ) Skala ( B ) 13 Selisih Skala ( A-B ) 50 64% Tafsiran dampak Tidak ada dampak pada komponen lingkungan bentuk lahan Tidak ada dampak pada Perubahan batas kawasan resapan air ada dampak negatif dengan penurunan skala 1 pada kualitas air permukaan (sangat kecil) ada dampak negatif dengan penurunan skala 1 pada kuantitas air permukaan (sangat kecil) Tidak ada dampak pada Komponen Kualitas lingkungan kawasan resapan air Tidak ada dampak pada Komponen lingkungan Pemanfaatan kawasan resapan air ada dampak negatif dengan penurunan skala 1 pada perubahan vegetasi di kawasan resapan air (sangat kecil) Jumlah Nilai Nilai Maksimum Prosentase ( % ) 75,43% 62% 66% S k a l a ,00% 11,43% 4 dari perhitungan tersebut, didapati bahwa adanya perumahan yang berbatasan dengan kawasan resapan air, dari komponen lingkungan dari perhitungan skala ternyata tidak ada dampak, yaitu dari skala 4 (empat) dari rona lingkungan awal menjadi 4 (empat) pada saat setelah operasional. namun bila dilihat dari prosentase, ada penurunan kualitas sebesar 11,43 % Selisih S k a l a 0

18 Evaluasi Dampak Dampak yang diakibatkan oleh perumahan baik akibat aktifitas pembangunan maupun aktifitas warga perumahan, adalah : Adanya dampak pada kualitas air permukaan Terjadi penurunan skala 1 (sangat kecil). Kondisi ini diakibatkan oleh adanya sumber penghasil limbah baik limbah cair maupun sampah pada lokasi yang dapat mempengaruhi kawasan tangkapan air Cagar Alam.

19 Evaluasi dampak Adanya dampak pada kuantitas air permukaan. Terjadi penurunan skala 1 (sangat kecil). Luasan wilayah tangkapan air yang awalnya lebih ditentukan oleh faktor topografi kawasan, menjadi ditentukan oleh batas kawasan yang telah ditentukan. Adanya pemakaian air tanah (baik oleh rumah tangga ataupun kegiatan berkebun)

20 Evaluasi dampak Adanya dampak pada komponen lingkungan vegetasi kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar Alam. Terjadi penurunan skala 1 (sangat kecil). Adanya aktifitas memancing dan berburu yang dapat mempengaruhi kelestarian vegetasi kawasan dan ekosistem kawasan tangkapan air Penanaman jenis tumbuhan yang bukan merupakan vegetasi asli kawasan pada beberapa lokasi, dapat merubah keaslian keragaman tumbuhan kawasan.

21 Analisis Upaya Penanganan Terkait Dengan Dampak Yang Ditimbulkan Tabel 4.23 Hasil Triangulasi Strategi penanganan terkait dampak perumahan Dampak Perumahan Fakta Empiris Referensi Studi Kasus lain Hasil Triangulasi Strategi dan langkah terkait penanganan dampak yang ditimbulkan Manusia/pendu duk penghuni kawasan perumahan Munculnya sumber penyebab dampak baik dari aktifitas, maupun kegiatan pengembangan dan pembangunan kawasan perumahan itu sendiri Arahan mengenai upaya pemenuhan kebutuhan pembangunan perumahan yang dilakukan secara bertahap dan kewajiban untuk mengintegrasikan guna meningkatkan kualitas lingkungan perumahan Peraturan yang mengatur mengenai kaitan antara batasan luasan wilayah yang dibangun untuk perumahan dengan tingkat kepadatan dalam batasan tersebut. Pengelolaan Ekosistem kawasan Danau Toba - Bertambahnya jumlah penduduk - Tumbuhnya kawasan permukiman baru - Alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya 1. Membatasi jumlah penduduk yang bermukim di wilayah ini dengan cara ; Mengarahkan agar pembangunan perumahan di kawasan ini menggunakan kapling besar. Dengan asumsi semakin besar ukuran kapling, maka akan semakin sedikit jumlah bangunan ataupun unit rumah yang dapat dibangun di kawasan ini, yang diharapkan akan semakin terbatasnya jumlah penduduk yang mendiami kawasan ini. Jenis bangunan yang dibangun bangunan tunggal. Perencanaan rumah gandeng/kopel (couple) membutuhkan luasan lahan yang lebih sedikit, material yang relatif lebih sedikit, serta biaya yang relatif lebih murah. Namun lebih banyak unit bangunan (rumah) berarti lebih banyak penghuni. Penerapan peraturan KDB 60 : 40 secara konsisten Penegakkan peraturan ini bertujuan untuk membatasi perkembangan setiap unit rumah. Selain mengurangi tekanan terhadap lingkungan perumahan akibat berkurangnya daerah resapan, ataupun air hujan yang dapat meresap, peraturan ini juga dapat membatasi jumlah penduduk pada kawasan ini

22 Analisis Upaya Penanganan Terkait Dengan Dampak Yang Ditimbulkan Dampak Perumahan Fakta Empiris Referensi Studi Kasus lain Hasil Triangulasi Strategi dan langkah terkait penanganan dampak yang ditimbulkan Manusia/penduduk penghuni kawasan perumahan Munculnya sumber penyebab dampak baik dari aktifitas, maupun kegiatan pengembangan dan pembangunan kawasan perumahan itu sendiri Peraturan mengenai kewajiban untuk memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity), kesesuaian karakteristik lahan, serta lingkungan alami kawasan. Pengelolaan Ekosistem kawasan Danau Toba - Perkembangan pembangunan prasarana parawisata - Alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya 1. Menetapkan kawasan yang berada pada wilayah yang diperuntukan sebagai kawasan permukiman namun memiliki fungsi resapan sebagai wilayah yang tidak boleh dibangun/dilindungi yang dipertegas dalam Perda Kota Bengkulu. Berkurangnya luasan lahan yang dapat dibangun, akan mengurangi terjadinya perubahan bentuk lahan, baik melalui upaya reklamasi ataupun pengeringan lahan, terutama pada kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan permukiman.

23 Analisis Upaya Penanganan Terkait Dengan Dampak Yang Ditimbulkan Dampak Perumahan Fakta Empiris Referensi Studi Kasus lain Hasil Triangulasi Strategi dan langkah terkait penanganan dampak yang ditimbulkan Dampak pada Kuantitas Air permukaan Akibat adanya pembatasan secara fisik terhadap kawasan perumahan dan kawasan tangkapan air, mengakibatkan berkurangnya jumlah air yang masuk dari luar kawasan tangkapan air Peraturan mengenai kreteria kawasan lindung Peraturan mengenai perlindungan terhadap kawasan lindung dari kerusakan serta pencemaran Kewajiban untuk melakukan pencegahan upaya perusakan pada kawasan lindung baik yang berada didalam kawasan lindung maupun kawasan sekitarnya yang dapat mempengaruhi kelestarian kawasan lindung Pengelolaan Ekosistem kawasan Danau Toba - Pemulihan ekosistem kawasan - Meningkatkan fungsi ekologis untuk menjaga keseimbangan neraca air Danau Toba 1. Menjadikan kawasan perumahan sebagai kawasan yang mendukung kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar Alam, dengan menjaga keseimbangan neraca air kawasan perumahan melalui ; Melakukan penegakan peraturan KDB sebesar 60 : 40 secara konsisten, sehingga kondisi yang baik saat ini dapat tetap terjaga Mensubsitusikan potensi air resapan yang hilang pada kapling terbangun dengan cara menggunakan material yang ramah lingkungan dalam pembangunan sarana infrastruktur di kawasan perumahan. Seperti penggunaan paving block sebagai bahan perkerasan di kawasan ini. 2. Penerapan peraturan tentang perumahan kawasan khusus untuk setiap pengembangan perumahan baru pada kawasan ini. dengan memasukan persyaratan seperti; Sumber air bersih bagi kawasan perumahan harus berasal dari jaringan air PDAM. Jenis konstruksi sarana jalan lingkungan harus menggunakan jenis konstruksi yang tidak menghalangi proses peresapan air Adanya pemisahan saluran drainase antara air buangan limbah rumah tangga dengan drainase air hujan.

24 Analisis Upaya Penanganan Terkait Dengan Dampak Yang Ditimbulkan Dampak Perumahan Fakta Empiris Referensi Studi Kasus lain Hasil Triangulasi Strategi dan langkah terkait penanganan dampak yang ditimbulkan Dampak pada Kualitas Air Permukaan Dengan adanya kawasan perumahan, maka menimbulkan suatu sumber limbah yang bersifat permanen di kawasan ini Peraturan mengenai kreteria kawasan lindung Peraturan mengenai perlindungan terhadap kawasan lindung dari kerusakan serta pencemaran Kewajiban untuk melakukan pencegahan upaya perusakan pada kawasan lindung baik yang berada didalam kawasan lindung maupun kawasan sekitarnya yang dapat mempengaruhi kelestarian kawasan lindung Usulan Penanganan banjir di DKI Jakarta - Kerusakan lingkungan akibat sampah yang mencemari sungai Pengelolaan sampah secara terpadu Peningkatan prasarana persampahan dengan melakukan penambahan kuantitas tempat penampungan sampah sementara pada daerah-daerah yang mampu menjangkau warga perumahan. Menggalakkan program 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) di lingkungan perumahan Pengawasan secara rutin terhadap kualitas sistem drainase di kawasan perumahan ini, sehingga penanganan / pemeliharaan /perbaikan dapat dilakukan secara tepat waktu.

25 Analisis Upaya Penanganan Terkait Dengan Dampak Yang Ditimbulkan Dampak Perumahan Fakta Empiris Referensi Studi Kasus lain Hasil Triangulasi Strategi dan langkah terkait penanganan dampak yang ditimbulkan Perubahan vegetasi alami di kawasan tangkapan air Adanya aktifitas pemanfaatan lahan di sekitar kawasan perumahan sebagai lahan budidaya Peraturan mengenai perlindungan terhadap kawasan lindung dari kerusakan serta pencemaran Kewajiban untuk melakukan pencegahan upaya perusakan pada kawasan lindung baik yang berada didalam kawasan lindung maupun kawasan sekitarnya yang dapat mempengaruhi kelestarian kawasan lindung Upaya pengawetan terhadap kawasan lindung Tindakan perbaikan Kawasan resapan air di Bandung Utara - Adanya hutan pinus yang menyebabkan berkurangnya cadangan air tanah Reklamasi lahan tambang timah di Propinsi Bangka- Belitung - Reklamasi lahan tambang dengan menggunakan revegetasi pohon sengon. Upaya pemeliharaan kawasan tangkapan air Cagar Alam dengan melakukan inventarisasi vegetasi didalam kawasan, secara periodik. Semakin pendek rentang waktu akan semakin baik (inventarisasi ulang). Melakukan kegiatan pembinaan habitat pada kawasan Cagar Alam dengan cara pemberantasan jenis tumbuhan yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan Cagar Alam. Melakukan sosialisasi akan pentingnya kawasan tangkapan air Cagar Alam khususnya terhadap warga perumahan untuk mencegah kemungkinan meluasnya pemanfaatan kawasan yang belum terbangun pada kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan permukiman sebagai lahan budidaya oleh masyarakat/warga perumahan.

26 Kesimpulan dan Saran Keberadaan kawasan perumahan pada daerah yang berbatasan dengan kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar, ternyata berdampak sangat kecil pada lingkungan Cagar Alam, sehingga dikategorikan belum/tidak merusak lingkungan

27 Kesimpulan dan Saran Kondisi ini terjadi diakibatkan adanya faktor-faktor yang menguntungkan bagi kedua kawasan seperti ; Daya dukung kawasan perumahan yang baik Adanya keterpaduan Prasarana Sarana dan Utilitas (PSU) kawasan perumahan yang berfungsi secara optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan kawasan perumahan. Terpenuhinya Koefisien dasar bangunan (KDB) pada kawasan perumahan di daerah ini Pemilihan jenis konstruksi dan material yang tepat pada pembangunan tanggul tanah penahan banjir.

28 Kesimpulan dan Saran 1. Kebijakan Membatasi jumlah penduduk yang bermukim di wilayah ini dengan cara Mengarahkan agar pembangunan perumahan di kawasan ini menggunakan kapling besar. Dengan asumsi semakin besar ukuran kapling, maka akan semakin sedikit jumlah bangunan ataupun unit rumah yang dapat dibangun di kawasan ini, yang diharapkan akan semakin terbatasnya jumlah penduduk yang mendiami kawasan ini.

29 Kesimpulan dan saran Jenis bangunan yang dapat dibangun pada kawasan ini merupakan bangunan tunggal. Perencanaan rumah gandeng/kopel (couple) membutuhkan luasan lahan yang lebih sedikit, material yang relatif lebih sedikit, serta biaya yang relatif lebih murah. Namun lebih banyak unit bangunan (rumah) berarti lebih banyak penghuni. Penerapan peraturan KDB 60 : 40 secara konsisten

30 Kesimpulan dan saran Menetapkan kawasan yang berada pada wilayah yang diperuntukan sebagai kawasan permukiman namun memiliki fungsi resapan sebagai wilayah yang tidak boleh dibangun/dilindungi yang dipertegas dalam Perda Kota Bengkulu. Penerapan peraturan tentang perumahan kawasan khusus untuk setiap pengembangan perumahan baru pada kawasan ini. dengan memasukan persyaratan seperti; Sumber air bersih bagi kawasan perumahan harus berasal dari jaringan air PDAM. Jenis konstruksi sarana jalan lingkungan harus menggunakan jenis konstruksi yang tidak menghalangi proses peresapan air hujan. Adanya pemisahan saluran drainase antara air buangan limbah rumah tangga dengan drainase air hujan, sehingga konstruksi saluran drainase air hujan dapat dirancang mampu menyerapkan air ke dalam tanah.

31 Kesimpulan dan Saran 2. Strategi Penanganan Menjadikan kawasan perumahan sebagai kawasan yang mendukung kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar Alam, dengan menjaga keseimbangan neraca air kawasan perumahan melalui ; Melakukan penegakan peraturan KDB sebesar 60 : 40 secara konsisten, sehingga kondisi yang baik saat ini dapat tetap terjaga. Mensubsitusikan potensi air resapan yang hilang pada kapling terbangun dengan cara menggunakan material yang ramah lingkungan dalam pembangunan sarana infrastruktur di kawasan perumahan. Seperti penggunaan paving block sebagai bahan perkerasan di kawasan ini. Konstruksi ini memungkinkan air hujan untuk dapat meresap ke lapisan dibawahnya.

32 Kesimpulan dan Saran Peningkatan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis pada tanggul Penyesuaian fungsional dapat dilakukan dengan melakukan penanaman tumbuhan asli kawasan yang bertujuan untuk memperkokoh konstruksi tanggul itu sendiri. Selain itu juga akan memperbanyak keanekaragaman biologis dikawasan yang berbatasan dengan kawasan tangkapan air.

33 Kesimpulan dan Saran Pengelolaan sampah secara terpadu Menggalakkan program 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) di lingkungan perumahan Pengawasan secara rutin terhadap kualitas sistem prasarana drainase di kawasan perumahan. Upaya pemeliharaan kawasan tangkapan air Cagar Alam dengan melakukan inventarisasi vegetasi didalam kawasan, secara periodik. Semakin pendek rentang waktu akan semakin baik (inventarisasi ulang). Melakukan kegiatan pembinaan habitat pada kawasan Cagar Alam dengan cara pemberantasan jenis tumbuhan yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan Cagar Alam. Melakukan sosialisasi akan pentingnya kawasan tangkapan air Cagar Alam khususnya terhadap warga perumahan untuk mencegah kemungkinan meluasnya pemanfaatan kawasan yang belum terbangun (pada kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan permukiman ) sebagai lahan budidaya oleh masyarakat/warga perumahan.

34 Saran Diperlukan studi lanjutan pada kawasan ini, mengingat analisa dampak lingkungan membutuhkan sudut pandang dari disiplin ilmu lainnya. Selain itu adanya indikasi yang ditemukan tentang potensi pemberdayaan ataupun peran serta masyarakat pada kawasan perumahan dalam upaya pelestarian kawasan Cagar Alam memerlukan penelitian lebih lanjut. Pengembangan kawasan perumahan pada daerah yang berbatasan dengan kawasan yang berdekatan dengan kawasan lindung harus dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan, tidak saja dilihat dari sisi perumahan namun juga harus memperhatikan daya dukung lingkungan kawasan lindung. Merestrukturisasi tata batas kawasan, baik berupa pemasangan tapal batas dalam jumlah yang lebih banyak, serta memasang papan informasi yang dapat berisi himbauan, informasi, ataupun peringatan pada batas kawasan. Sehingga potensi terjadinya kerusakan akibat ketidak tahuan batas wilayah dapat diminimalisir.

35 T E R I M A K A S I H

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kawasan perumahan pada hakekatnya tidak akan pernah dapat dipisahkan dari lingkungan sekitarnya. Terlebih pada kenyataannya lingkungan yang baik akan dapat memberikan

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA BENGKULU

DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA BENGKULU DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA BENGKULU Aryan Purba¹ ) Ispurwono Soemarno 2) Sri Nastiti N. Ekasiwi 1.) Graduate school

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai

Lebih terperinci

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5460 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 180) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA 6.1. RENCANA DAN PROGRAM PENGEMBANGAN Pembahasan ini adalah untuk mendapatkan rencana dan program pengembangan kawasan permukiman

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang dikelola dan dilindungi dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Penetapan status sebuah kawasan menjadi

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016 POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016 ESELON II ESELON III ESELON IV INPUT SASARAN STRATEGIS (SARGIS) IK SARGIS SASARAN PROGRAM IK PROGRAM SASARAN KEGIATAN IK KEGIATAN Persentase prasarana aparatur

Lebih terperinci

ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM - MANDIRI PERKOTAAN PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) TAHUN 2014

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah Terwujudnya Kota Tidore

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Dr,Ir. Subandono Diposaptono, MEng Direktur Perencanaan Ruang Laut Hp. 081585659073 Disampaikan Pada : FGD Reklamasi FB ITB Bandung, 28

Lebih terperinci

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan TUJUAN SASARAN STRATEGIS TARGET KET URAIAN INDIKATOR TUJUAN TARGET TUJUAN URAIAN INDIKATOR KINERJA 2014 2015 2016 2017 2018 1 2 3 4 6 7 8 9 10 13 Mendukung Ketahanan

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN 20... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA Menimbang : a. bahwa sumber air sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI -157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN

Lebih terperinci

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016 Revisi 1 MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka Konservasi Rawa, Pengembangan Rawa,

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa dalam rangka Konservasi Rawa,

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki

Lebih terperinci

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN PLP DITJEN CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KONDISI SANITASI DI KAWASAN KUMUH Permukiman Kumuh adalah

Lebih terperinci

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI SISTEM SANITASI DAN DRAINASI Pendahuluan O Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah O Air limbah ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang dan

Lebih terperinci

4/12/2009. Water Related Problems?

4/12/2009. Water Related Problems? DRAINASE PENDAHULUAN Permasalahan dan Tantangan Water Related Problems? Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH Diundangkan

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA MALANG TAHUN

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA MALANG TAHUN VISI : Terwujudnya Kota Malang Yang Bersih, Hijau Dan Nyaman MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA MALANG TAHUN - 2018 LAMPIRAN PERTAMAN NOMOR : 1 PENYEMPU DINAS KEB TAHUN 20 MISI

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor yang memiliki derajat pengaruh terbesar adalah faktor kerentanan fisik dan faktor

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga.

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga. Pokok Bahasan Konsep Sanitasi Lingkungan Proses pengelolaan air minum; Proses pengelolaan air limbah; Proses pengelolaan persampahan perkotaan; Konsep dasar analisis system informasi geografis (GIS) untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2012 009 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa air

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci