KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Asung Kertha Wara Nugraha-Nya,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Asung Kertha Wara Nugraha-Nya,"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Adapun judul yang dipilih dalam penulisan skripsi ini adalah PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERHADAP PASAL 310 KUHP. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,MH, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana. 2. Bapak Dr. Gde Made Swardana, SH.,MH, Pembatu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana. 3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH.,MH, Pembatu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana. 4. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH.,MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana. 5. Bapak Dr. Ida Bagus Surya Dharma Jaya, S.H., M.H. Selaku Ketua Bagian i

2 Hukum Pidana 6. Bapak A. A. Ngurah Yusa Darmadi, S.H., M.H. Sebagai Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak I Gusti Ngurah Parwata, S.H.,M.H. Sebagai Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam penulisan skripsi ini. 8. Bapak Dr. Desak Putu Dewikasih, S.H.,M.H Pembimbing Akademik yang telah memberikan waktu dan petunjuk selama mengikuti perkuliahan. 9. Bapak Anak Agung Gede Oka Parwata, SH.,Msi, Ketua Program Non Reguler Fakultas Hukum Universitas Udayana 10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah mengajar dan mendidik penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana 11. Bapak Ibu Pegawai Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah membantu dalam mengurus segala keperluan administrasi selama kuliah. 12. Orang Tua tercinta, Bapak I Gede Putu Joni dan Ibu Ni Ketut Ngaptiari, serta Kakak Dian Ariyanti Putri, Ari yunita dewi dan Ade Yunita Sari atas segala dukungan, perhatian dan kasih sayang yang selalu memberi dukungan dalam menyelesaikan kendala selama penulisan skripsi. 13. Terimakasih kepada Savitaresta Primasaty Arnaya yang selalu menemani dan dengan sabar mendengarkan keluhan dalam penulisan skripsi ini. 14. Sahabat-sahabat Bukan Keluarga dan teman-teman Hukum Ekstensi ii

3 angkatan 2012, serta sahabat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah menjadi penyemangat dan memotivasi. 15. Para senior, rekan seperjuangan dan junior, serta teman-teman Penulis di angkatan 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Denpasar, 18 November 2016 Penulis iii

4 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... i HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... iii HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI... iv HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... v HALAMAN KATA PENGANTAR... vi HALAMAN DAFTAR ISI... ix ABSTRAK... xii ABSTRACT...xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis Landasan Teoritis... 9 iv

5 1.8 Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis Pendekatan Sumber Bahan Hukum Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik Analisis BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Pengertian dan Unsur-unsur Tindak Pidana Pengertian Tindak Pidana Unsur-Unsur Tindak Pidana Pengertian Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Bentuk-Bentuk Pencemaran Nama Baik Pengertian Pertanggung Jawaban Pidana Pengertian dan Teori-teori Pemidanaan Pengertian Pidana Teori-Teori Pemidanaan Teori absolut Teori Relatif Teori Gabungan BAB III PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK DALAM HUKUM PIDANA POSITIF DI INDONESIA 3.1. Pengertian Pencemaran Nama Baik Dalam KUHP v

6 3.2 Pengertian Pencemaran Nama Baik Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik BAB IV ANCAMAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK 4.1. Ancaman Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Menurut KUHP Ancaman Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Menurut Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

7 ABSTRAK Pencemaran nama baik akhir-akhir ini banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat pencemaran nama baik tersebut tidak saja mengenai masyarakat biasa, tetapi juga tidak jarang mengenai pejabat negara seperti Presiden dan wakil Presiden, Gubernur/Kepala Daerah dan sebagainya. Pencemaran nama baik itu diatur dalam hukum positif dalam dua undangundang yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang- Undang No. 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pencemaran nama baik tersebut merupakan tindak pidana yang dalam KUHP diatur dalam Pasal 310 KUHP dan dalam Undang-Undang No. 19 tahun 2016 dalam Pasal 27. dalam kedua undangundang tersebut ancaman saksi pidananya berbeda yakni dalam KUHP ancaman pidananya berupa pidana penjara Sembilan bulan dan pidana denda empat ribu lima ratus rupiah, sedangkan menurut Undang-Undang ITE ancaman sanksi pidananya paling lama empat tahun dan/atau denda tujuh ratus lima puluh juta rupiah. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertanggung jawaban pidana dalam Undang-Undang No. 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transakasi Elektronik dan KUHP menunjukan adanya konflik norma diantara kedua undang-undang tersebut. Baik menyangkut rumusan normanya, maupun ancaman pidananya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian normative yakni mengakaji dari bahan-bahan hukum primier dan bahan hukum sekunder. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pertanggung jawaban pidana pencemaran nama baik menurut pasal 310 kuhp dan pasal 27 Ayat 3 undang-undang No 19 tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik kedua bagaimanakah sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana Pencemaran nama baik berdasarkan hukum pidana positif yang berlaku. Tindak pidana yang memenuhi rumusan KUHP dan Undang-Undang ITE tersebut diatas merupakan tindak pidana yang harus dipertanggung jawabkan menurut hukum pidana, karena perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang tersebut merupakan tindakan yang bersifat melawan hukum dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab serta adanya unsur kesengajaan atau kealpaan yang berarti bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan hukum, dan perbuatan tercela yang dilarang oleh undang-undang. Kata kunci : Pencemaran nama baik, Pertanggung Jawaban Pidana, Sanksi Pidana. vii

8 ABSTRACT Defamation lately a lot going on in people's lives defamation is not only about ordinary people, but also not uncommon on state officials such as the President and Vice President, the Governor / Head of the Region and so on. Defamation is regulated in the positive law in the two laws that the Code of Penal (Penal Code) and Act No. 11 of 2008 on Information and Electronic Transactions. Defamation is a criminal offense in the Criminal Code under Article 310 in the Criminal Code and Law No. 11 of 2008 under Article 27 in both these laws differ criminal threat that witnesses in the Criminal Code criminal threat in the form of imprisonment for nine months and fined four thousand five hundred rupiah, while according to the Law ITE threat of criminal sanction a maximum of six years and / or a fine of one billion rupiah. The results showed that criminal liability under Act No. 19 of 2016 on Information and Electronic trades and bylaws indicate the existence of conflict between the norms of the legislation. Both related to the norm, as well as the criminal threat. The method used is the method that is mengakaji normative research of materials primier law and secondary law. The problem of this research is how the criminal accountability of defamation under section 310 Criminal Code and Article 27 Paragraph 3 of the law No. 19 of 2016 on information and electronic transactions both how criminal sanctions against the perpetrators of the crime of defamation under criminal law positive apply. The criminal acts that meet the formulation of the Penal Code and the Law on ITE mentioned above constitutes a criminal act that should be accountable under criminal law for acts that meet the formulation of the law is an act that is against the law carried out by people who could be responsible and deliberate intention or omission which means that the act was an act against the law, and the misconduct prohibited by law. Keywords: defamation, criminal liability, criminal sanctions.. viii

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada akhir akhir ini kejahatan yang berkaitan dengan kehormatan dan nama baik seseorang semakin tampak dalam kehidupan masyarakat. Pencemaran nama baik bahkan sering dijadikan alasan untuk melaporkan seseorang yang diduga akan merugikan dirinya. Penyerangan nama baik adalah menyampaikan ucapan (kata atau ringkasan perkataan/kalimat) dengan cara menuduhkan melakukan perbuatan tertentu, yang ditujukan pada kehormatan dan nama baik orang yang dapat mengakibatkan rasa harga diri atau martabat orang itu dicemarakan, dipermalukan atau direndahkan. 1 Salah satu contoh yang menarik terjadi terhadap Calon Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo dan Yusuf Kalla sebagai calon wakil Presiden Republik Indonesia pada pemilihan umum Presiden tahun 2014 dan kasus Prita Mulya Sari dengan RS. Omni. Belakangan ini persoalan eksistensi delik pencemaran nama baik kembali mengemuka dan dipermasalahkan oleh banyak pihak. Munculnya perhatian publik terhadap delik ini diakibatkan oleh beberapa kasus pencemaran nama baik yang terjadi. Pencemaran nama baik dalam hukum pidana positif telah di atur didalam pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menentukan: Ayat (1): Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Ayat (2): Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempel di muka umum, maka diancam karena pencemaran 1 Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 9

10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Ayat (3): Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri. Dilihat dari KUHP, pencemaran nama baik diistilahkan sebagai penghinaan atau penistaan terhadap seseorang. Penghinaan itu harus dilakukan dengan cara menuduh seseorang telah melakukan perbuatan yang tertentu dengan maksud tuduhan itu akan tersiar (diketahui orang banyak) 2. Kehormatan atau nama baik merupakan hal yang dimiliki oleh manusia yang masih hidup. Oleh karena itu, tindak pidana terhadap kehormatan dan nama baik umumnya ditunjukkan terhadap seseorang yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Bagi masyarakat Indonesia sendiri, kehormatan atas nama baik merupakan bagian dari nilai-nilai Pancasila sila ke-1 disebutkan Ketuhan Yang Maha esa dan sila ke- 2 Kemanusian yang adil dan beradap serta telah tercantum dalam Pasal 28F Undangundang Dasar Republik Indonesia Amandemen ke IV 1945 Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Ketentuan pasal diatas memperlihatkan kebebasan dalam mendapatkan informasi dan berkomunikasi, akan tetapi kebebasan tersebut dibatasi oleh adanya ketentuan dalam pasal-pasal yang mengatur tentang pencemaran nama baik. Pasal-Pasal itu memberikan batasan agar kebebasan dalam mendapat dan menyebarkan informasi memiliki kualitas yang mengembangan kehidupan dan lingkungan sosial. 2 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Polite, Bogor, 1995, hlm

11 Dalam perkembangan kehidupan masyarakat terdapat peningkatan kualitas dan kuantitas kejahatan, termasuk dalam tindak pidana pencemaran nama baik. Hal itu disebabkan oleh semakin meningkatnya informasi dan komunikasi digital melalui internet sebagaimana dapat diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang pada Bab 7 Pasal 27 (ayat 3) menyebutkan bahwa : setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Pada Bab 9 tentang ketentuan pidana Pasal 45 ayat (3) menegaskan : setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Adapun fungsi dari ketentuan pidana tersebut adalah berusaha untuk memberikan perlindungan atas hak-hak individu maupun institusi. Hal ini berhubungan dengan penggunaan setiap informasi melalui media yang menyangkut data pribadi seseorang atau institusi harus dilakukan dengan persetujuan orang atau institusi yang bersangkutan. Pemberlakuan pasal penghinaan atau pencemaran nama baik yang diatur baik dalam pada KUHP maupun pada peraturan perundangan-undangan sering disorot tajam tidak hanya oleh praktisi hukum tetapi juga oleh masyarakat. Aturan ini dinilai banyak mengahambat kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat di masyarakat. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa tindak pidana pencemaran nama baik sendiri diatur di dalam dua Undang-Undang. Selain diatur di dalam Pasal 310 KUHP, 11

12 tindak pidana ini juga diatur di dalam Pasal 27 Ayat 3 jo Pasal 45 Ayat (3) Undang-Undang No. 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pengaturan tentang tindak pidana pencemaran nama baik dalam dua peraturan perundang-undangan tersebut diatas mengindikasikan adanya konflik norma dalam undang-undang. konflik norma dapat dilihat dari tindak pidana pencemaran nama baik yang diatur dalam 2 (dua) ketentuan perundang-undangan yakni dalam Pasal 310 KUHP dan di dalam Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang No. 19 tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu dilihat dari ancaman pidana terdapat pengaturan yang berbeda yakni dalam Pasal 310 KUHP Ayat (1) ancaman pidana penjaranya paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, sedangkan di Ayat (2) ancaman pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pada Undang-Undang No. 19 tahun 2016 perubahan dari Undang- Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam Pasal 45 Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis melihat adanya konflik norma antara ketentuan Pasal 310 KUHP dengan Pasal 27 dan Pasal 45 Ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun Hal itu dapat menyulitkan penegak hukum untuk memilih peraturan mana yang akan diterapkan jika terjadi pencemaran nama baik melalu tulisan atau gambar yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistirbusikan, mentransmisikan, membuat dapat diaksesnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis lebih dalam tentang PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK 12

13 PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERHADAP PASAL 310 KUHP). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik menurut Pasal 310 KUHP dan Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik? 2. Bagaimanakah sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik berdasarkan hukum pidana positif yang berlaku? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Dalam penelian ini akan dibahas hal-hal sebagai berikut yang dikaitkan dengan masalah yang dibahas yang memiliki relefansi dengan judul tersebut. Dalam hal ini akan dibahas, yakni: a. Pertama akan dibahas pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik menurut ketentuan Pasal 310 Ayat (1) KUHP dan Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang No 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. b. Akan dibahas tentang ancaman sanksi pidana terhadap pelaku yang melanggar Pasal 310 KUHP dan Pasal 27 Ayat (3) dan Pasal 45 Ayat (3) Undang-Undang No 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 13

14 1.4 Orisinalitas Penelitian Skripsi ini merupakan karya tulis asli penulis yang keberadaannya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Orinisalitas dari skripsi ini dapat dilihat dan dibandingkan perbedaannya dengan skripsi terdahulu yang sejenis yaitu : No Penulis Judul Rumusan Masalah Tahun 1 Ariya Kurniadi Pertanggungjawaban Bagaimanakah 2012 Putra, Faklutas Pidana Pada Tindak pengaturan hukum Hukum Pidana Pencemaran terhadap Universitas Nama Baik Melalui kemerdekaan pers di Mataram Media Pers. Indonesia Dan bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap pers pada tindak pidana pencemaran nama baik. 2 Mohammad Pertanggungjawaban Faktor-faktor yang 2015 Haris Indrapura, Hukum Pidana melatarbelakangi Fakultas Terhadapa Pelaku pelaku melakukan Hukum Pencemaran Nama tindak pidana Universitas Baik Melalui pencemaran nama Muhammadiyah Yogyakarta Internet baik melalui internet Dan pertanggungjawaban hukum pidana terhadap pelaku pencemaran nama baik melalui internet berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Bahwa dengan sesungguhnya tulisan ini dibuat berdasarkan pemaparan asli, pemikiran dan hasil penelitian yang dilakukan penulis. Sepanjang sepengetahuan penulis, 14

15 bahwa tidak ada yang mengangkat tulisan dengan judul yang sama ataupun dengan permasalahan yang sama. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pertanggung jawaban pidana terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana pencemaran nama baik dan sanksi pidana menurut undang- undang Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian skripsi ini adalah : a. Untuk mengetahui dan menganalisis tentang pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik yang melanggar ketentuan Pasal 310 KUHP dan Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang No. 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. b. Untuk mengetahui dan menganalisis dasar-dasar pertimbangan untuk menentukan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik menurut Pasal 310 KUHP jo Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang no 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Pembahasan tentang pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik menurut Pasal 310 KUHP jo Pasal 27 Undang-Undang No 19 15

16 Tahun 2016 diharapakan dapat memberikan manfaat terhadap dasar-dasar pertimbangan hukum yang melandasi pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik pada era kemajuan dan keterbukaan informasi eletronik sekarang ini Manfaat Praktis a. Memberikan masukan kepada penegak hukum berkaitan dengan tindak pidana pencemaran nama baik yang tidak saja di atur dalam KUHP tapi juga diatur diluar KUHP yakni Undang-undang No. 19 Tahun 2016 b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mempertimbangkan dan memperhatikan bahwa pencemaran nama baik termasuk melalui media sosial merupakan suatu tindak pidana. 1.7 Landasan Teotitis Tindak pidana menyerang kehormatan dan nama baik diatur dalam Bab XVI yakni dalam Pasal 310 KUHP yang menyatakan Ayat (1) barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksdunya terang supaya hal itu diketahui umum, di ancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empa ribu lima ratus rupiah. Ayat (2) jika hal itu di lakukan dengan tulisan atau gambaran yang di siarkan, di pertunjukan, atau di tempelkan di mukak umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara satu tahun empat bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Ayat (3) tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri. Adapun unsur-unsur yang terkandung dari pasal 310 ayat (1) KUHP adalah 16

17 1. Unsur Objektif : yang terdiri dari tindakan/perbuatan yang menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduh melakukan perbuatan tertentu yang tidak benar. 2. Unsur Subjektif : dilakukan dengan sengaja dan melawan hukum dengan maksud yang nyata. Menurut Mohamad Anwar, kehormatan adalah perasaan pribadi atau harga diri sedangkan nama baik adalah kehormatan yang di berikan oleh masyarakat kepada seseorang berhubung dengan kedudukannya di masyarakat 3. Mohamad Anwar juga mengatakan bahwa tindak pidana menurut pasal 310 KUHP dikatagorikan sebagai kejahatan terhadap kehormatan. Kejahatan terhadap kehormatan itu bisa di lakukan secara tertulis maupun secara lisan tindakan pencemaran nama baik ini disebut juga tindak pidana penistaan tindak pidana penistaan ini dilakuakn dengan menuduh orang lain melakukan suatu perbuatan tertentu, suatu perbuatan tertentu harus merupakan perbuatan yang sedemikian diperinci secara tepat atau ditunjukan secara tepat dan tegas sehingga tidak hanya secara tegas dinyatakan jenis perbuatannya tetapi harus dinyatakan juga jenis perbuatannya. 4 Unsur-unsur dalam Ayat (2) dikakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan, dipertunjukan, ditempelkan dan kejahatan ini disebut dengan penistaan dengan tulisan, sedangkan Ayat (3) penistaan dengan tulisan maupun dengan gambaran mengandung unsur penistaan dengan lisan maupun tulisan yang dilakukan berdasarkan kepentingan umum, dan untuk membela diri tidak dapat dihukum. Berdasarkan ketentuan Pasal 310 KUHP tersebut mengancam terhadap siapa saja yang melakukan pencemaran nama baik/penistaan diancam dengan sanksi pidana. Selain diatur dalam KUHP, juga diatur didalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Bab VII Pasal 27 Ayat (3) menyatakan : hal H.A.K. Mohmoch Anwar, 1980, Hukum pidana Bagian Khusus (KUHP buku II), Alummni, Bandung, 4 Ibid. 17

18 setiap orang dan sengaja dan tanpak hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Pengaturan tentang tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik dalam dua undang-undang tersebut diatas, menunjukan bahwa tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pembentuk undangundang. Hal itu menunjukan pula bahwa tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik itu selain banyak terjadi dalam kehiduapan masyarakat, juga merupakan tindak pidana yang dapat meresahkan masyarakat terlebih lagi akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Walaupun telah terdapat ketentuan hukum pidana dalam KUHP dan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tersebut, ternyata dalam kehidupan masyarakat masih saja terdapat tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik yang harus dipertanggung jawabkan secara hukum pidana. Berkaitan dengan hal itu dalam hukum pidana dikenal suatu asas yaitu Keine strafe ohne schuld atau Geen straf zonder schuld atau Nulla poena sine culpa yang artinya tiada pidana tanpa kesalahan. Asas itu mengandung pengertian bahwa dipidananya seseorang tidaklah cukup apabila orang itu telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau yang bersifat melawan hukum. Untuk pemidaan masih perlu ada syarat bahwa ada orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau bersalah. Dengan perkataan lain orang tersebut harus dipertanggung jawabkan atas perbuatannya. 5 : Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, cetakan ke 2, Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum Undip Semarang, hal 18

19 Istilah pertanggung jawaban ini dalam bahasa asing disebut dengan istilah toerekenbaarheid, criminal responsibility, criminal liability. 6 Pertanggung jawaban pidana dimaksudkan untuk menentukan apakah seseorang tersangka/terdakwa dipertanggung jawabkan atas suatu tindak pidana yang terjadi atau tidak. Berkaitan dengan istilah pertanggung jawaban pidana menurut Bambang Poernomo : untuk dapat mempidana seseorang terlebih dahulu harus ada dua syarat yaitu perbuatan yang bersifat melawan hukum sebagai sendi perbuatan pidana, dan perbuatan yang dilakukan itu dapat dipertanggung jawabkan sebagai sendi kesalahan. 7 Seseorang yang harus mempertanggung jawabkan atas perbuatan pidana yang terjadi, maka langkah selanjutnya ialah menegaskan apakah ia juga memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk pertanggungjawabkan itu. Menurut pandangan-pandangan tradisonal, ada dua golongan aliran yang berbicara mengenai delik, ada aliran yang merumuskan delik sebagai suatu kesatuan bulat dan yang terpisahkan menjadi dua bagian, yaitu aliran monistis dan aliran dualistis yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Aliran Monistis Aliran monistis adalah suatu pandangan yang melihat syarat, untuk adanya pidana harus mencakup dua hal yakni sifat dan perbuatan. Pandangan ini memberikan prinsip-prinsip pemahaman, bahwa di dalam pengertian perbuatan/tindak pidana sudah tercakup di dalamnya perbuatan yang dilarang (criminal act) dan pertanggungjawaban pidana/ kesalahan (criminal reponbility). Menurut D. Simons, Hamel dan Vos semuanya merumuskan delik itu secara 6 E.Y Kanter dan S.R Sianturi, 1982, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya, alumni AHM-PTHM jakata, h Bambang Poernomo, 1978, Asas-asas Hukum Pidana, galia Indonesia Jogjakarta, hal

20 bulat diantaranya mereka merumuskan strafbaarfeit yang paling lengkap oleh Simons meliputi 8 : a. Diancam pidana oleh hukum; b. Bertentangan dengan hukum c. Dilakukan oleh orang bersalah d. Orang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya. Mereka tidak memisahkan antara perbuatan dan akibatnya. 2) Aliran Dualistis Aliran ini memisahkan antara perbuatan pidana dengan pertanggung jawaban pidana. Menurut aliran dualistis dalam tindak pidana hanya dicakup criminal act, dan criminal responbility tidak menjadi unsur tindak pidana. Oleh karena itu untuk menyatakan sebuah perbuatan sebagai tindak pidana cukup dengan adanya perbuatan yang dirumuskan oleh undang-undang yang memiliki sifat melawan hukum tanpa adanya suatu dasar pembenaran. Moeljatno yang berpandangan dualistis menerjemahkan strafbaarfeit dengan perbuatan pidana dan menguraikannya sebagai berikut : Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum dan larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut 9. Sudarto mengatakan bahwa kesalahan dalam arti yang seluas-luasnya disamakan dengan pengertian pertanggung jawaban dalam hukum pidana, didalamnya terkandung makna dapat dicelanya si pembuat atau perbuatannya Andi Hamzah, 1994, Asas-asas Hukum Pidana, Cet 2, Rineka Cipta Jakarta, hal Moeljatno, 2002, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hal Sudarto, Op. Cit. hal

21 Selanjutnya Sudarto mengatakan bahwa kesalahan terdiri dari beberapa unsur, yaitu : a. Adanya Kemamuan bertanggung jawab pada si permbuat, artinya keadaan jiwa si pembuat harus normal. b. Hubungan batin antara si pembuat dengan perbuatannya yang berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa). c. Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf. Kalau ketiga unsur itu ada maka orang yang bersangkutan bisa dinyatakan bersalah atau mempunyai pertanggungan jawaban pidana. Selanjutnya dengan itu E. Mezger menyimpulkan bahwa pengertian kesalahan terdiri atas : a. Kemampuan bertanggung jawab. b. Adanya bentuk kesalahan yang berupa kesengajaan atau kealpaan. c. Tidak ada alasan penghapus kesalahan 11. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka setiap orang yang melakukan perbuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik yang memenuhi rumusan undang-undang tersebut di atas dapat dipertanggung jawabkan menurut hukum pidana. Akan tetapi menurut ketentuan Pasal 310 Ayat (3) pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku penghinaan dan/atau pencemaran nama baik dikecualikan dari perbuatan yang dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk pembela diri. 1.8 Metode penelitian 11 E. Mezger Dalam Buku Bambang Poernomo, 1978, Asas-asas Hukum Pidana, galia Indonesia Yogjakarta, hal

22 Metodologi berasal dari kata meto dan logi. Metode artinya cara melakukan sesuatu dengan teratur (sistematis), sedangkan logi artinya ilmu yang berdasarkan logika berpikir. Metodologi penelitian artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian secara teratur (sistematis). 12 Metode dalam penulisan ini meliputi ; jenis penelitian, jenis pendekatan, bahan hukum/data, teknik pengumpulan bahan hukum/data, teknik analisis. Berikut uraiannya: Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang mengkaji asas-asas, prinsip-prinsip, doktrin-doktrin dan aturan hukum. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang menjadi dasar berprilaku manusia yang dianggap pantas. Dengan mengkaji prosedural hukum berdasarkan bahan hukum yang dilakukan dengan prosedur penggumpulan bahan hukum secara studi kepustakaan. Penelitian hukum normatif atau kepustakaan mencakup : a. Penelitian terhadap asas-asas hukum b. Penelitian terhadap sistematik hukum c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal 13 Penelitian dimaksudkan untuk menelaah, mengkritisi serta diharapkan dapat memberikan solusi khususnya yang terkait dengan pertanggungjawaban dalam tindak pidana pencemaran nama baik yang dikaitkan dengan pasal 310 KUHP. 12 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu TInjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm 14 22

23 1.8.2 Jenis Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan peraturan perundangundangan (Statuta Approach), yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan substansi permasalahan yang akan di teliti, Pendekatan konseptual (conceptual approach), yakni pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji konsep-konsep atau pengertian-pengertian dasar yaitu semua acuan dari bahan kepustakaan dan pendapat para ahli atau pakar yang ada hubungannya dengan permasalahan penelitian. Pendekatan perundang-undangan digunakan karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam penelitian ini Sumber Bahan Hukum Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber pada bahan hukum primer, bahan hukum skunder, dan bahan hukum tersier. 1. Bahan Hukum Primier adalah bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari Norma dasar atau kaidah dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP), dan Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 2. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yang meliputi pendapat pakar hukum yang berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana, pendekatan pakar hukum yang berkaitan 14 Ibrahim Johnny, 2006, Teori Metodologi & Penelitian Hukum Noematif, Bayumedia Publishing, Malang, h

24 dengan tindak pidana pencemaran nama baik, pendekatan buku-buku yang berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana dan tindak pidana pencemaran nama baik, pendekatan referensi yang berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana dan tindak pidana pencemaran nama baik, makalah, hasil penelitian dan lain-lain, yang berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana dan tindak pidana pencemaran nama baik. 3. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum terstier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder, yang berupa kamus hukum untuk menemukan arti dari istilah-istilah hukum yang diperlukan Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan (study Document). Telaah kepustakaan dilakukan dengan sistem kartu (Card system) yaitu cara mencatat dan memahami isi dari masing-masing informasi yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier yang relevan, kemudian dikelompokkan secara sistematis sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini Teknik analisis Bahan Hukum Untuk menganalisis bahan hukum digunakan teknik analisis seperti deskripsi, evaluasi, argumentasi, sistematisasi. Teknik deskripsi adalah teknik dasar yang tidak dapat dihindari penggunanya. Dimana berarti uraian terhadap suatu kondisi aposisi dari proposisi-proposisi hukum atau non hukum. 24

25 Teknik evaluasi adalah penilaian berupa tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah oleh peneliti terhadap suatu pandangan, proposisi, pernyataan rumusan norma, keputusan, baik yang tertera dalam bahan primer maupun dalam bahan hukum sekunder. Teknik argumentasi tidak bisa dilepaskan dari teknik evaluasi karena penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum. Dalam pembahasan permasalahan hukum makin banyak argumen makin menunjukan kedalaman penalaran hukum. Teknik sistematisasi adalah berupa upaya mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum atau proposisi hukum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat maupun antara yang tidak sederajat. 25

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP) PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP) Oleh : Ketut Yoga Maradana Adinatha A.A. Ngurah Yusa Darmadi I Gusti Ngurah Parwata

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL Oleh : Shah Rangga Wiraprastya Made Nurmawati Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum,Universitas Udayana

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh Alexander Imanuel Korassa Sonbai I Ketut Keneng Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN I GEDE MADE KRISNA DWI PUTRA NIM : 0803005200 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA dan UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara demokrasi tuntutan masyarakat terhadap keterbukaan informasi semakin besar. Pada masa sekarang kemajuan teknologi informasi, media elektronika dan globalisasi

Lebih terperinci

SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PENISTAAN AGAMA DALAM MEDIA SOSIAL BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA

SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PENISTAAN AGAMA DALAM MEDIA SOSIAL BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PENISTAAN AGAMA DALAM MEDIA SOSIAL BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA ALEXANDER IMANUEL KORASSA SONBAI 1203005065 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA MENGENAI SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIAL DALAM PERSPEKTIF TINDAK PIDANA KORUPSI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KOSNSTITUSI NOMOR :

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA MENGENAI SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIAL DALAM PERSPEKTIF TINDAK PIDANA KORUPSI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KOSNSTITUSI NOMOR : SKRIPSI KEBIJAKAN HUKUM PIDANA MENGENAI SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIAL DALAM PERSPEKTIF TINDAK PIDANA KORUPSI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KOSNSTITUSI NOMOR : 03/PUU-IV/2006 MUHAMMAD ZAINAL ABIDIN NIM. 1103005144

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK i PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana IDA BAGUS ABHIMANTARA

Lebih terperinci

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR Oleh: I Gusti Bagus Eka Pramana Putra I Ketut Mertha I Wayan Suardana Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

PENERAPAN SANKSI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLANATM DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR

PENERAPAN SANKSI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLANATM DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR SKRIPSI PENERAPAN SANKSI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLANATM DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR RYAN GABRIEL SIREGAR NIM. 0803005171 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) 1 TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) Oleh Ni Made Deby Anita Sari I Gusti Ngurah Wairocana Program Kekhususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR Oleh : I Nyoman Farry Indra Prawira I Ketut Markeling Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The title

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH Oleh : Made Aprina Wulantika Dewi Nyoman A. Martana Program Kekhususan : Hukum Pidana, Universitas Udayana Abstract : The problem raised is about

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belakangan marak diberitakan tentang tuduhan pencemaran nama baik oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list (milis), meneruskan

Lebih terperinci

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN Oleh I Gusti Ayu Jatiana Manik Wedanti A.A. Ketut Sukranatha Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Lebih terperinci

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN TESIS KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN I GEDE PERDANA YOGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS KEWENANGAN

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU KEKERASAN ATAS PENGANJURAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU KEKERASAN ATAS PENGANJURAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU KEKERASAN ATAS PENGANJURAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN YUDA PURWANTARA NIM. 1003005123 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii PERTANGGUNGJAWABAN

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA Oleh I Nyoman Adi Wiradana Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This

Lebih terperinci

PEMALSUAN TANDATANGAN AKTA OLEH PARA PIHAK DALAM PEMBUATAN AKTA NOTARIIL

PEMALSUAN TANDATANGAN AKTA OLEH PARA PIHAK DALAM PEMBUATAN AKTA NOTARIIL SKRIPSI PEMALSUAN TANDATANGAN AKTA OLEH PARA PIHAK DALAM PEMBUATAN AKTA NOTARIIL I PUTU DENNY PRADNYANA PUTRA NIM. 1203005250 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i SKRIPSI PEMALSUAN TANDATANGAN

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM MELALUI DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK PRASYARAT GELAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM MELALUI DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK PRASYARAT GELAR PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM MELALUI DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK PRASYARAT GELAR Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Lebih terperinci

PENGATURAN TATA LETAK KABEL DAN PIPA (SUBMARINE CABLES AND PIPELINES) DI LANDAS KONTINEN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENJAGA KEDAULATAN WILAYAH NEGARA

PENGATURAN TATA LETAK KABEL DAN PIPA (SUBMARINE CABLES AND PIPELINES) DI LANDAS KONTINEN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENJAGA KEDAULATAN WILAYAH NEGARA SKRIPSI PENGATURAN TATA LETAK KABEL DAN PIPA (SUBMARINE CABLES AND PIPELINES) DI LANDAS KONTINEN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENJAGA KEDAULATAN WILAYAH NEGARA ANAK AGUNG GEDE SERIDALEM NIM. 1203005040 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAM MODAL ASING DALAM SENGKETA HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAM MODAL ASING DALAM SENGKETA HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAM MODAL ASING DALAM SENGKETA HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA OLEH : ADE HENDRA YASA NIM : 0916051080 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA EKSIBISIONISME DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA EKSIBISIONISME DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA EKSIBISIONISME DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh Made Sisca Anggreni I Ketut Rai Setiabudhi Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA GEDUNG MILIK PEMERINTAH ANTARA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DENGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

PROBLEMATIKA YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA GEDUNG MILIK PEMERINTAH ANTARA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DENGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG SKRIPSI PROBLEMATIKA YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA GEDUNG MILIK PEMERINTAH ANTARA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DENGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG NI WAYAN IDA YULIANA PERTIWI 1116051159 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PROSES PENYELESAIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU DALAM TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI INTERNET ( STUDI DI POLDA BALI )

PROSES PENYELESAIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU DALAM TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI INTERNET ( STUDI DI POLDA BALI ) i SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU DALAM TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI INTERNET ( STUDI DI POLDA BALI ) A.A AYU WINDA SANDRA DEVI 1003005130 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR DALAM PERJANJIAN KONTRAK KERJA KONTRUKSI ANTARA KONTRAKTOR DENGAN KONSUMEN

SKRIPSI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR DALAM PERJANJIAN KONTRAK KERJA KONTRUKSI ANTARA KONTRAKTOR DENGAN KONSUMEN SKRIPSI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR DALAM PERJANJIAN KONTRAK KERJA KONTRUKSI ANTARA KONTRAKTOR DENGAN KONSUMEN I MADE ARY ANANDA PUTRA NIM. 0816051035 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i SKRIPSI

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEMILIK WEBSITE YANG MENGANDUNG MUATAN PORNOGRAFI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEMILIK WEBSITE YANG MENGANDUNG MUATAN PORNOGRAFI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEMILIK WEBSITE YANG MENGANDUNG MUATAN PORNOGRAFI Oleh : I Putu Agus Permata Giri I Gede Putra Ariana Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

SKRIPSI UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA DALAM ILMU HUKUM PADA UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

SKRIPSI UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA DALAM ILMU HUKUM PADA UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA TANGGUNG JAWAB PIDANA PENJUAL MINUMAN KERAS OPLOSAN YANG BERAKIBAT MENINGGALNYA KORBAN (Studi Kasus Korban Minuman Oplosan Di Tegal Jawa Tengah) SKRIPSI UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH

Lebih terperinci

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT Oleh Ida Bagus Gede Angga Juniarta Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The pratima thievery

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA PENGHINAAN DAN PENCEMARAN NAMA BAIK

TINDAK PIDANA PENGHINAAN DAN PENCEMARAN NAMA BAIK TINDAK PIDANA PENGHINAAN DAN PENCEMARAN NAMA BAIK (Paper ini untuk melengkapi kriteria penilaian mata kuliah Hukum Pidana) NAMA DOSEN : HOLLYONE, S.H. NAMA MAHASISWA : DINI MERDEKANI NPM : 09411733000134

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ATAS TINDAKAN PENGGUGURAN KANDUNGAN (ABORSI) OLEH KORBAN PERKOSAAN DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS ATAS TINDAKAN PENGGUGURAN KANDUNGAN (ABORSI) OLEH KORBAN PERKOSAAN DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS ATAS TINDAKAN PENGGUGURAN KANDUNGAN (ABORSI) OLEH KORBAN PERKOSAAN DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA WULAN YULIANITA NIM. 1116051130 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Lebih terperinci

PENGATURAN PENGGUNAAN DESAIN YANG SAMA PADA PRODUK MOBIL YANG MEREKNYA BERBEDA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

PENGATURAN PENGGUNAAN DESAIN YANG SAMA PADA PRODUK MOBIL YANG MEREKNYA BERBEDA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI SKRIPSI PENGATURAN PENGGUNAAN DESAIN YANG SAMA PADA PRODUK MOBIL YANG MEREKNYA BERBEDA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI I PUTU ADI DANA PRATAMA NIM. 1116051096 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN 2.1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Dasar dari adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dari dapat dipidananya

Lebih terperinci

URGENSI KRIMINALISASI KUMPUL KEBO DALAM PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

URGENSI KRIMINALISASI KUMPUL KEBO DALAM PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA SKRIPSI URGENSI KRIMINALISASI KUMPUL KEBO DALAM PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA PUTU ARI SUJANEKA NIM. 1103005232 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i SKRIPSI URGENSI KRIMINALISASI KUMPUL KEBO DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

Lebih terperinci

SKRIPSI KEKUATAN PEMBUKTIAN PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS

SKRIPSI KEKUATAN PEMBUKTIAN PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS SKRIPSI KEKUATAN PEMBUKTIAN PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS IDA AYU GITA SRINITA 1116051079 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN Oleh: Anak Agung Ngurah Bayu Kresna Wardana I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN LEMBAGA OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP KEDUDUKAN SISTEM PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA

PEMBENTUKAN LEMBAGA OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP KEDUDUKAN SISTEM PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA SKRIPSI PEMBENTUKAN LEMBAGA OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP KEDUDUKAN SISTEM PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA I G A A KARYANI WARDANA 1203005306 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 ii PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul Peranan Awig-Awig Sebagai

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul Peranan Awig-Awig Sebagai KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul Peranan Awig-Awig Sebagai Sosial Kontrol Masyarakat Terkait Larangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN 2000 Oleh : Bella Kharisma Desak Putu Dewi Kasih Hukum Pidana, Fakultas Hukum Program

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENCANTUMAN TULISAN HALAL PADA LABEL PRODUK PANGAN

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENCANTUMAN TULISAN HALAL PADA LABEL PRODUK PANGAN SKRIPSI ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENCANTUMAN TULISAN HALAL PADA LABEL PRODUK PANGAN NI PUTU DESI ANTARI NIM. 1103005252 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 SKRIPSI ASPEK

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA KARTU KREDIT SEBAGAI KONSUMEN DI KABUPATEN GIANYAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA KARTU KREDIT SEBAGAI KONSUMEN DI KABUPATEN GIANYAR PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA KARTU KREDIT SEBAGAI KONSUMEN DI KABUPATEN GIANYAR Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana Ida Ayu Gede

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERBIT KARTU KREDIT BERKAITAN DENGAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/2/PBI/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANANDITA

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME Oleh : Ni Made Rica Vitayanti A.A. Gede Duwira Hadi Santosa Program Kekhususan

Lebih terperinci

PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI

PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI SKRIPSI PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI IDA AYU VERA PRASETYA NIM. 1116051042 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 1 PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA

Lebih terperinci

UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP SUATU KAJIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP SUATU KAJIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP SUATU KAJIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh Ni Kadek Ayu Wistiani I Made Tjatrayasa

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) Oleh Jesisca Ariani Hutagaol (I Gusti Ngurah Parwata,S.H.,M.H) Bagian Hukum Pidana Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara sebagaimana diatur dalam Penjelasan Umum Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA

PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh : Bagus Surya Darma Marwanto Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT : Criminal fines are one

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN ANAK AGUNG NGURAH BAGUS CANDRA DINATA NIM. 0916051193 FAKULTAS HUKUM

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkat rahmat dan anugrahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. berkat rahmat dan anugrahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan anugrahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran Balai Besar Pengawas Obat Dan

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORBAN PRANK DI INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORBAN PRANK DI INDONESIA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORBAN PRANK DI INDONESIA Oleh : Ida Ayu Putu Trisna Candrika Dewi Yohanes Usfunan Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract The journal entitled Criminal

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUWARSA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUWARSA SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUWARSA AGUS FAHMI PRASETYA NIM. 1103005181 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Oleh : GUSTI BETHA V.Y. D1A 011 117 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I KETUT PARTHA CAHYADI NIM

I KETUT PARTHA CAHYADI NIM SKRIPSI IMPLIKASI PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DI KABUPATEN GIANYAR I KETUT PARTHA CAHYADI NIM.1116051157 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANAN TEKNIK UNDERCOVER BUY DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI DI POLRESTA DENPASAR) I PUTU WISNU NUGRAHA NIM.

SKRIPSI PERANAN TEKNIK UNDERCOVER BUY DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI DI POLRESTA DENPASAR) I PUTU WISNU NUGRAHA NIM. SKRIPSI PERANAN TEKNIK UNDERCOVER BUY DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI DI POLRESTA DENPASAR) I PUTU WISNU NUGRAHA NIM. 1016051047 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i PERANAN

Lebih terperinci

PENERAPAN APPRAISAL RIGHT TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK YANG LEMAH DALAM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN (MERGER)

PENERAPAN APPRAISAL RIGHT TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK YANG LEMAH DALAM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN (MERGER) PENERAPAN APPRAISAL RIGHT TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK YANG LEMAH DALAM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN (MERGER) I WAYAN ERI ABADI PUTRA NIM: 1016051050 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Oleh : Ni Gusti Ayu Putu Nitayanti Ni Made Ari

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR 2/PID.SUS.ANAK/2015/PN DPS

PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR 2/PID.SUS.ANAK/2015/PN DPS TESIS PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR 2/PID.SUS.ANAK/2015/PN DPS WAYAN SANTOSO NIM. 1390561065 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KAMAR RUMAH KOST DI KECAMATAN KUTA

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KAMAR RUMAH KOST DI KECAMATAN KUTA SKRIPSI PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KAMAR RUMAH KOST DI KECAMATAN KUTA VIRIYANANTA GOTAMA NIM. 1103005022 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 PENYELESAIAN WANPRESTASI

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA SENDIRI DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA SENDIRI DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA SENDIRI DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI DENPASAR I MADE ADYANA PUTRA NIM : 1016051127 FALKULTAS HUKUM

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh : Pande I Putu Cahya Widyantara A. A. Sri Indrawati Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Assessing criminal law,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit yang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas

I. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Pidana pada umumnya sering diartikan sebagai hukuman, tetapi dalam penulisan skripsi ini perlu dibedakan pengertiannya. Hukuman adalah pengertian

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR SKRIPSI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP BAGASI TERCATAT DALAM HAL TERJADI KERUSAKAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN : STUDI PADA PT. GARUDA INDONESIA DENPASAR

Lebih terperinci

ASAS TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN (ASAS KESALAHAN) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI

ASAS TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN (ASAS KESALAHAN) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI ASAS TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN (ASAS KESALAHAN) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI Oleh : A.A. Ngurah Wirajaya Nyoman A. Martana Program Kekhususan Hukum Pidana, Universitas

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR SKRIPSI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP BAGASI TERCATAT DALAM HAL TERJADI KERUSAKAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN : STUDI PADA PT. GARUDA INDONESIA DENPASAR

Lebih terperinci

MADE GEDE JUSTAM WIDHYATMA NIM.081

MADE GEDE JUSTAM WIDHYATMA NIM.081 i SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROGRAM KOMPUTER AKIBAT PENGGUNAAN SOFTWARE ILEGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA HALAMAN JUDUL MADE GEDE JUSTAM WIDHYATMA NIM.081 605

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum Indonesia, hal seperti ini telah diatur secara tegas di dalam Kitab Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. hukum Indonesia, hal seperti ini telah diatur secara tegas di dalam Kitab Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu tindak pidana tidak hanya dapat terjadi dengan adanya suatu kesengajaan dari pelaku, tetapi juga terdapat suatu tindak pidana yang terjadi karena adanya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : I GUSTI AGUNG JORDIKA PRAMANDITYA NIM

SKRIPSI. Oleh : I GUSTI AGUNG JORDIKA PRAMANDITYA NIM SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDER) PERSEROAN PENANAMAN MODAL ASING BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE Oleh : I GUSTI AGUNG JORDIKA PRAMANDITYA NIM.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yang Maha Esa karena atas anugerah dan asung kertha wara nugraha-nyalah penulis

KATA PENGANTAR. Yang Maha Esa karena atas anugerah dan asung kertha wara nugraha-nyalah penulis KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan asung kertha wara nugraha-nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang KATA PENGANTAR Om Swastyastu. Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-nyalah skripsi ini yang berjudul KARTEL DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan, yang berupa perintah atau larangan yang mengharuskan untuk ditaati oleh masyarakat itu. Berkaitan dengan tindak pidana,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004)

ANALISIS KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004) ANALISIS KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004) Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki beragam hak sejak ia dilahirkan hidup. Hak yang melekat pada manusia sejak kelahirannya ini disebut

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG DARMASUARA NIM

SKRIPSI OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG DARMASUARA NIM SKRIPSI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DENPASAR DALAM PENETAPAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA DENPASAR OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. karunia-nya skripsi yang berjudul SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU

KATA PENGANTAR. karunia-nya skripsi yang berjudul SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU KATA PENGANTAR Puji syukur penullis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia-nya skripsi yang berjudul SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU GRATIFIKASI DI DENPASAR, dapat diselesaikan. Adapun

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KOPERASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN TANPA IJIN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KOPERASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN TANPA IJIN TESIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KOPERASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN TANPA IJIN DESSY LINA OKTAVIANI SUENDRA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KOPERASI

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN UNGGULAN UDAYANA Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun 1. Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi, SH., MS (0014095303) 2. Dr. I Gede Artha, SH., MH (0022015803) 3. I Made Tjatrayasa,

Lebih terperinci

PENGATURAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI TRANSAKSI PERDAGANGAN LUAR NEGERI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG

PENGATURAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI TRANSAKSI PERDAGANGAN LUAR NEGERI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG SKRIPSI PENGATURAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI TRANSAKSI PERDAGANGAN LUAR NEGERI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG IDA AYU REINA DWINANDA NIM. 1216051017 FAKULTAS HUKUM

Lebih terperinci

DASAR KUALIFIKASI CURI PATOLOGIS (KLEPTOMANIA) DI DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

DASAR KUALIFIKASI CURI PATOLOGIS (KLEPTOMANIA) DI DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DASAR KUALIFIKASI CURI PATOLOGIS (KLEPTOMANIA) DI DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA oleh Anak Agung Ayu Sinta Paramita Sari I Dewa Gede Atmadja Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DAN KUHP

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DAN KUHP SKRIPSI PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DAN KUHP I GUSTI MADE WIRATAMA NIM. 1103005018 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA ANAK AGUNG GEDE MAHENDRA NIM

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA ANAK AGUNG GEDE MAHENDRA NIM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA ANAK AGUNG GEDE MAHENDRA NIM. 0916051085 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PENGGUNA TOKEN LISTRIK BERDASARKAN

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PENGGUNA TOKEN LISTRIK BERDASARKAN KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PENGGUNA TOKEN LISTRIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang- 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana memiliki makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam

Lebih terperinci

PERANAN KEJAKSAAN DALAM UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi kasus di Kejaksaan Negeri Singaraja)

PERANAN KEJAKSAAN DALAM UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi kasus di Kejaksaan Negeri Singaraja) SKRIPSI PERANAN KEJAKSAAN DALAM UPAYA PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi kasus di Kejaksaan Negeri Singaraja) I GEDE KRISNATA NIM.1116051069 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS

SKRIPSI PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS SKRIPSI PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS DAN ASAS PACTA TERTIIS NEC NOCENT NEC PROSUNT TERKAIT PENYELESAIAN SENGKETA CELAH TIMOR ANTARA INDONESIA, AUSTRALIA DAN TIMOR LESTE STEPHANIE MAARTY K SATYARINI

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara Pasal-pasal Delik Pers KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA I. Pembocoran Rahasia Negara Pasal 112 Barang siapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu pergaulan hidup di dalam masyarakat yang teratur dan maju tidak dapat berlangsung tanpa adanya jaminan akan kepastian hukum serta penegakan hukum yang baik demi terwujudnya

Lebih terperinci

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA Oleh: A.A. Putu Agus Wasista Saputra Yuwono Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT: Advances in technology

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEWAJIBAN OLEH TENAGA KERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI HOTEL HORISON JIMBARAN

PELAKSANAAN KEWAJIBAN OLEH TENAGA KERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI HOTEL HORISON JIMBARAN SKRIPSI PELAKSANAAN KEWAJIBAN OLEH TENAGA KERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI HOTEL HORISON JIMBARAN I PUTU AGUS SUMARNATA NIM: 0816051021 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem eletronik adalah system computer yang mencakup perangkat keras lunak komputer, juga mencakup jaringan telekomunikasi dan system komunikasi elektronik, digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah Bandar Lampung adalah menyelenggarakan pengelolaan keuangan dengan sebaik-baiknya sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Perbuatan cabul yang dilakukan orang dewasa kepada anak yang masih dibawah umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN BANK SEBAGAI PIHAK YANG TERAFILIASI TERKAIT DILAKUKANNYA MERGER BANK PADA P.T.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN BANK SEBAGAI PIHAK YANG TERAFILIASI TERKAIT DILAKUKANNYA MERGER BANK PADA P.T. SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN BANK SEBAGAI PIHAK YANG TERAFILIASI TERKAIT DILAKUKANNYA MERGER BANK PADA P.T. BANK CIMB NIAGA I MADE HADI KUSUMA NIM. 1003005187 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEPASTIAN HUKUM SISTEM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SECARA ELEKTRONIK (ONLINE SYSTEM)

KEPASTIAN HUKUM SISTEM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SECARA ELEKTRONIK (ONLINE SYSTEM) SKRIPSI KEPASTIAN HUKUM SISTEM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SECARA ELEKTRONIK (ONLINE SYSTEM) NI NYOMAN RATIH KESUMA DEWI NIM. 1103005095 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 KEPASTIAN HUKUM

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. mencari untung. Sedangkan penipuan sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa

II TINJAUAN PUSTAKA. mencari untung. Sedangkan penipuan sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Penipuan Penipuan berasal dari kata tipu, yang berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur, bohong, atau palsu dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali,atau

Lebih terperinci