BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Batak Toba Batak toba merupakan kelompok etnis batak terbesar yang secara tradisional hidup di Sumatera Utara. Kelompok suku batak ini terbagi dalam lima kelompok besar yaitu Batak Toba, Pakpak, Mandailing, Simalungun, dan Karo. Kelompok-kelompok suku ini berada di bagian Provinsi Sumatera Utara. Adat pada budaya batak toba dalam kehidupan kesehariannya merupakanwujud dari system nilai kebudayaan yang di junjung tinggi. Adat memiliki asal usul keilahian dan merupakan seperangkat norma yang diturunkan dari nenek moyang, yang berulang-ulang atau yang teratur datang kembali, lalu kembali menjadi suatu kebiasaan atau hal yang biasa. Kebudayaan Batak Toba merupakan suatu bentuk gagasan yang di warisi masyarakat pemiliknya dengan membuat perilaku terhadap nila-nilai budaya. Danau Toba dianggap sebagai simbol pemersatu areal tanah yang didiami individu individu maupun kelompok etnis batak toba yang adaannya berada pada ketinggian 900 meter diatas permukaan air laut. Masyarakat batak merupakan masyarakat perantau yang diwarisi dengan sifat pekerja keras, jujur dan pantang menyerah. Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak Toba berdiam di daerah pedesaan yang disebut huta (kampung). Biasanya satu huta didiami oleh keluarga dari satu marga. 39

2 40 Suku Batak toba adalah suku yang terbesar diantara suku batak lainnya, seperti batak karo, batak simalungun, batak angkola, batak Mandailing, batak pakpak. Tabel 4.1 Letak suku Batak di Sumatera Utara Berdasarkan peta di atas, maka peneliti melakukan penelitian mengenai suku Batak Toba yang mendiami daerah kabupaten Samosir, dimana penelitian ini meneliti mengenai Ulos dalam pernikahan batak toba. Lokasi penelitian dalam skripsi ini adalah di Desa Tigaras simpang Gereja, Kabupaten Simalungun Untuk Upacara Pernikahan Adat Batak Toba. Tigaras merupakan desa yang terletak di pinggir Danau Toba, masyarakat Tigaras pada umumnya bermata pencaharian Perkebunan. Mereka banyak bekerja sebagai Petani Perkebunan teh, cengkeh, jagung, dan Nelayan, dimana daerah ini merupakan daerah yang mulai

3 41 berkembang dengan tempat pariwisatanya. Tempat pariwisata yang mulai berkembang di daerah Tigaras sendiri adalah Pantai Paris. Peneliti memilih Tigaras sebagai tempat penelitan karena acara pernikahan yang ingin di teliti oleh peneliti terletak di daerah tersebut dan peneliti dapat melakukan observasi dalam acara pernikahan tersebut. Selain Tigaras, peneliti memilih lokasi penelitian di tempat lain yaitu desa Lumban suhi-suhi Toruan, Huta Raja, Kec.Pangururan, Kabupaten Samosir. Daerah ini merupakan daerah tenun ulos, dimana masyarakat tersebut secara keseluruhan melakukan kegiatan tenun ulos sebagai mata pencaharian utama. Lumban Suhi-Suhi merupakan daerah yang terletak di danau toba, dimana selain ulos sebagai mata pencaharian utama mereka, penduduk di daerah ini bekerja sebagai petani dan nelayan. Peneliti memilih desa lumban suhi-suhi sebagai tempat penelitian karena tenun ulos merupakan salah satu objek peneliti untuk mengetahui simbol ulos dalam pernikahan yang berlangsung dan juga peneliti melakukan wawancara mandalam dengan penenun ulos, dan tokoh adat batak toba yang sering hadir dalam acara pernikahan adat batak Ulos dan Filosofi Ulos Ulos berasal dari alam di lingkunan Tanah Batak, ada yang berasal dari serat kayu, dari kapas, dan serat kepompong ulat sutra. Serat kulit kayu biasanya diambil dari pohon beringin atau jabi-jabi yang disebut tantan. Posisinya berada antara permukaan batang dan kulitnya. Hasilnya agak kaku. Itu sebabnya

4 42 belakangan ini lebih sering digunakan untuk umbalang (ali-ali). Kapas diperoleh dari ponji (kapuk) yang kemudian dipintal jadi benang. Sedangkan serat ulat sutera diperoleh melalui pohonm murbei. Daunnya menjadi tempat berkembang biaknya ulat sutera. Dari kepongpongnya diperoleh serat halus untuk kemudian dipintal menjadi benang. Di Tanah Batak disebut Sutra 48. Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang. Benda sakral ini merupakan simbol restu, kasih sayang dan persatuan, sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi: Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong", yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya maka ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama. Tentunya ulos tidak langsung menjadi sakral di masa-masa awal kemunculannya. Sesuai dengan hukum alam ulos juga telah melalui proses yang cukup panjang yang memakan waktu cukup lama, sebelum akhirnya menjadi salah satu simbol adat suku Batak seperti sekarang. Berbeda dengan ulos yang disakralkan yang kita kenal, dulu ulos malah dijadikan selimut atau alas tidur oleh nenek moyang suku Batak 49. Tetapi ulos yang mereka gunakan kualitasnya jauh lebih tinggi, lebih tebal, lebih lembut dan dengan motif yang sangat artistik. ulos makin digemari karena praktis. Tidak seperti matahari yang terkadang menyengat dan terkadang bersembunyi, tidak juga seperti api yang bisa menimbulkan bencana, ulos bisa dibawa kemana-mana. Lambat laun ulos menjadi kebutuhan primer, karena bisa juga dijadikan bahan pakaian yang indah dengan motif-motif yang menarik. Ulos lalu memiliki arti lebih penting ketika ia mulai dipakai oleh tetua-tetua adat dan para pemimpin kampung dalam pertemuan- 48 JP Sitanggang, Op.Cit., JP Sitanggang, Op.Cit., 192

5 43 pertemuan adat resmi. Ditambah lagi dengan kebiasaan para leluhur suku Batak yang selalu memilih ulos untuk dijadikan hadiah atau pemberian kepada orangorang yang mereka sayangi. Ulos bukan hanya sebagai kerajinan khas Batak, namun telah menyatu dengan masyarakat Batak. yaitu : Ada beberapa jenis Ulos yang sering dipakai oleh masyarakat Suku Batak 50 1 Ulos Ragidup, yang memiliki makna kehidupan, biasanya Ulos ini dipajang di dinding rumah-rumah masyarakat Batak. 2 Ulos Ragihotang, yang memiliki makna doa, biasanya dipakai dalam acara pernikahan. 3 Ulos Mangiring, biasanya dipakai oleh tetua atau orang yang dituakan di masyarakat. 4 Ulos Giun Hinar-Haran, ulos ini dipakai saat upacara kematian, atau orang yang sedang tertimpa musibah. 5 Ulos Abit Godang, memiliki makna pengharapan akan kebahagiaan. Arti dan Filosofi Ulos Secara haraiah ulos artinya selimut. Jadi apabila disebut marulos atau memakai ulos, ada beberapa pengertian disamping untuk menghangatkan badan yaitu : JP Sitanggang, ibid, JP Sitanggang, Op.Cit, 147

6 44 1. Agar tampil sopan (tidak telanjang) Ulos dalam budaya batak merupakan hal yang penting, pada zaman dahulu ulos dipakai sebagai penutu badan yang dipakai oleh raja Sisimangaraja yang di kenakan pada tubuhnya dan pada saat ini ulos digunakan khususnya pada suku batak dalam setiap acara adat batak yang dihadiri agar tampil sopan dan sebagai simbol penghormatan bagi yang melaksanakan acara adat batak toba. 2 Agar merasa aman dan menjaga kesehatan Ulos dalam suku batak toba memiliki arti yang sangat sakral, ulos dipercayai oleh masyarakat batak sebagai simbol kesehatan apabila ulos tersebut dijaga dengan baik. Simbol ulos sebagai kebudayaan dalam adat batak toba di komunikasikan sebagai interaksi simbolik dalam status sosial khususnya sebagai simbol kenyamanan dan kesehatan 3 Sebagai hiasan (jagar-jagar) Ulos dalam artinya secara sakral dapat dijadikan sebagai pemberian kepada orang yang dikasihi dalam bentuk hiasan yang dipajang di dalam rumah, oleh sebab itu ulos yang dipajang di dalam rumah dapat menyimbolkan secara tidak langsung bahwa pemilik rumah adalah suku batak toba dan hiasan tersebut memiliki makna yang lain pula yaitu sebagai pengingat untuk pemilik rumah bahwa ulos tersebut diberikan sebagai simbol kasih. 4 Agar lebih indah (hajogjon) Pada saat ini ulos tidak lagi hanya di tenun saja, melainkan ada ulos yang dihasilkan secara tekstil. Dimana ulos yang dihasilkan secara tekstil sudah memiliki berbagai macam warna yang di inginkan. Ulos tersebut memiliki

7 45 perubahan makna dari sisi warna. Kebanyakan ulos yang di tekstil menjadi lebih hidup atau indah dilihat oleh masyarakat dibandingkan ulos yang di tenun dengan warna asli suku batak toba 5 Sebagai simbol status (harajaon) Ulos bagi suku batak toba merupakan simbol yang sangat sakral bagi setiap orang yang memakainya, ulos dalam pembagiannya memiliki makna sebagai identitas diri seseorang yang hadir dalam acara adat yang diselenggarakan. Apabila dilihat dari pembagiannya ulos hela merupakan hal yang sangat penting dalam pernikahan adat batak toba. Dimana ulos hela menandakan mempelai lakilaki sudah menikah dan simbol penanda yang dipakai seseorang laki-laki dalam setiap acara yang diadirinya degan identitas sebagai menantu. 4.2 Hasil Penelitian Batak toba merupakan salah satu suku yang besar di Indonesia, dimana dalam suku batak terdapat banyak marga yang tersebar. Oleh sebab itu peneliti menerakan hasil penelitian dengan Budaya Batak Toba, Pernikahan dalam Adat Batak, Ulos dalam Pernikahan, Perbedaan Ulos pada Zaman Dahulu dengan saat sekarang ini, mangulosi dalam proses pernikahan yang terdapat pemberian jenis ulos secara umum, makna yang terdapat dalam pemberian ulos dalam pernikahan, pemberian ulos menurut batak toba dengan batak simalungun. Maka dalam prosesnya dapat dijelaskan dalam proses berikutnya

8 Budaya Batak Toba Budaya batak toba merupakan bagian yang sangat penting dalam suku batak toba khususnya dalam pelaksanaan acara adatnya, dimana budaya batak toba tidak terlepas dari Ulos. Dimana ulos merupakan simbol yang berperan penting dalam ritual yang dilaksanakan dalam setiap kegiatan yang berlangsung. Oleh sebab itu budaya batak toba menurut bapak Tamba Tambunan dan bapak S.Mangapul Sihaloho. Dimana budaya batak toba merupakan satu kesatuan dari suku batak toba yang tidak terlepas dari Dalihan Natolu. Budaya Batak adalah salah satu budaya yang dipertahankan oleh suku batak sampai sekarang ini, tidak hanya itu budaya batak merupakan suatu identitas bagi masyarakat batak toba, selain itu budaya batak juga berpatokan dengan Dalihan Natolu. Dimana dalihan Natolu itu bagaikan tungku yang seperti segitiga. Dimana dalihan natolu itu seperti 52 : 1 Somba marhula-hula Hula-Hula 2 Elek marboru 3 Manak mardongan tubu. Boru Dongan Tubu Dalihan Natolu merupakan suatu susunan penggerak dari aktivitas komunikasi suku batak toba khususnya dalam pelaksanaan acara adat. Menurut Bapak Anggiat Sidabutar Dalihan Natolu tersebut tidak terlepas dari hunbungan kekerabatan baik semarga ataupun tidak semarga adalah sebagai berikut : 52 Wawancara pada tanggal 19 Desember 2014, pukul WIB di Jl. Danau Jempang no.5 LK 1 Tunggurono, Binjai Timur

9 47 Dalihan Natolu memiliki nilai structural yang sama dengan sakramen, dimana nilainya dapat saling berkaitan, tapi dalam acara pesta budaya batak hula-hula selalu berada diposisi atas yang artinya hula-hula selalu di hormati dan sebagai pengayom, boru dalam posisinya harus di elek (diperhatikan), dan dongan tubu harus melengkapi atau menghadiri Pernikahan Pernikahan merupakan suatu pelaksanaan yang sangat sakral dalam suatu hubungan yang intim dalam manusia, dimana pernikahan dapat menyatukan pasangan, pernikahan bagi suku batak toba merupakan salah satu kegiatan yang tidak terlepas dari acara adat budaya batak. Dengan adanya budaya batak toba maka dalam pernikahan adat batak tergantung dari Dalihan Natolu. Dimana pernikahan dalam adat batak toba menurut bapak Antonius Simarmata: Suatu ikatan antara laki-laki dengan perempuan yang nantinya di dapatkan dalam sakramen pernikahan di gereja (secara umum). 54 Penikahan dalam adat batak terdapat istilah dipasu pasu raja, dimana dalam pernikahan dipasu pasu raja terdapat dua pengertian yang menurut struktural gereja agar pernikahan dalam adat batak dapat dilaksanakan secara sah. pernikahan dipasu pasu raja menurut bapak S.Mangapul Sihaloho bahwa apabila dilihat secara khusus pernikahan dalam adat batak ada istilah dipasu-pasu raja bilamana dipasu pasu raja ada sebabnya yaitu karena sudah keluar dari peraturan gereja yang mana peraturah gereja itu akan diberkati apabila suami atau istri tidak 53 Wawancara dilakukan pada 21 Desember 2014, Pukul WIB di Pangambatan, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir 54 Wawancara dilakukan pada 22 Desember 2014, Pukul WIB di Lumban Suhi suhi, kecamatan Pengururan Kabupaten Samosir

10 48 ada ikatan dengan pihak lain atau dapat dikatakan belum pernah menikah, tetapi ada juga dipasu pasu raja tidak bisa diberkati di gereja karena biasanya paling sering terjadi salah satu dari pasangan masih ada ikatan atau hubungan dengan pihak lain dan belum ada secara resmi bercerai atau istri atau suami belum meninggal yang mana dalam adat batak itu, apalagi yang Kristen sebelum dipisahkan dalam kematian suami istri itu tidak pernah dianggap berpisah 55. Menurut bapak Anggiat Sidabutar pernikahan dalam istilah dipasu pasu raja yang terdapat dalam pernikahan batak toba, dapat dilihat dari status kedua pasangan yang akan melaksanakan pernikahan dipasu pasu raja adalah sebagai berikut: Jika sudah bercerai dalam Kristen maka tidak boleh lagi ada ikatan dengan siapa pun tetapi sering terjadi apabila sudah bercerai ingin melanjutkan garis keturunan dari suami ataupun istri dengan orang lain meskipun sudah cerai biasanya gereja tidak mau menerima pemberkatan pernikahan tersebut sehingga pihak keluarga memanggil pengurus-pengurus organisasi lingkungan batak (STM) untuk meminta pemuka masyarakat (raja adat atau tokoh masyarakat) agar mereka di pasu pasu raja di lingkungan 56. Pernikahan orang batak adalah perkawinan keluarga. Keterlibatan keluarga bagi perkawinan sangatlah kental, baik pada proses menuju perkawinan maupun setelah perkawinan berlangsung. Dalam perkawinan orang batak, ada beberapa proses atau tahapan yang harus dilalui untuk dapat melaksanakan pesta kawin atau unjuk, yaitu : 55 Wawancara dilakukan pada 19 Desember,Ibid 56 Wawancara dilakukan pada 21 Desember, Ibid

11 49 1 Perkenalan keluarga : Dalam proses perkenalan biasanya pihak laki-laki mendatangi rumah pihak perempuan untuk menanyakan waktu untuk membicarakan mengenai sinamot (mahar). 2 marhata sinamot ( kesepakatan mahar) : Dalam acara marhata sinamot pihak laki-laki akan membicarakan berapa uang sinamot yang akan diberikan kepada pihak wanita untuk dapat digunakan untuk keperluan acara pesta dan biasanya dalam acara ini pesta akan dilaksanakan dipihak laki-laki. Dengan contoh : phak laki-laki akan menyerahkan uang sinamot sebesar Rp ,00 maka sinamot tersebut akan digunakan pihak wanita untuk membeli ulos, ikan mas, pakaian pengantin wanita, memberikan uang kepada tulang (paman). Dan dalam membicarak sinamot akan ditentukan tanggal untuk ikat janji digereja atau penandatanganan surat nikah. 3 martumpol (ikat janji di gereja) : pada tahap ini pengantin mengikat janji di gereja dengan menandatangani surat nikah dan sah menjadi suami istri. Selesai pada tahap ini akan langsung diadakan acara adat nagok. 4 adat nagok (pelaksanaan adat batak) : dalam adat nagok pada budaya batak toba, disinilah terjadi pelaksanaan adat yang dalam batak toba bahwa pengantin telah melunasi kewajibannya dalam adat dan menyerahkan sebuah simbol yaitu ulos dengan fungsi dan makna yang berbeda-beda Ulos dalam Penikahan Adat Batak Toba Ulos merupakan simbol utama dalam pelaksanaan adat batak toba, maka menurut bapak Togim Silalahi ulos adalah sebagai berikut:

12 50 Ulos merupakan simbol yang penting bagi orang batak, khususnya batak toba. Dimana ulos sendiri merupakan alat ritual yang selalu digunakan. Apabila dilihat dari fungsinya ulos pada umumnya berfungsi sebagai simbol kasih sayang dalam pernikahan yang telah ada sejak zaman dulu 57 Ulos bagi orang batak adalah salah satu ornament yang yang tidak pernah lepas dari acara adat, oleh karena itu ulos menurut bapak Anggiat Sidabutar adat batak yaitu : Ulos merupakan simbol kasih sayang kepada pihak pengantin, dimana ulos merupakan sebuah kain yang sangat utama dalam pernikahan, karena ulos dipercayai dapat memberikan berkat kepada pengantin dalam membentuk keluarga barunya tergantung dari siapa yang memberikan ulos dalam acara adat perkawinan tersebut 58. Dengan adanya ulos dalam adat batak toba, maka ulos sangatlah penting dalam budaya batak khususnya pada acara kebudayaan batak toba yaitu pernikahan. Oleh sebab itu menurut peneliti ulos adalah simbol yang digunakan dalam kegiatan kebudayaan dan memiliki fungsi yang berbeda-beda, dan salah satu fungsi ulos yang terdapat dalam pernikhan adat batak toba adalah sebagai pengikat silahturahmi antar keluarga khususnya pada pengantin. Ulos merupakan sebuah ornament yang penting dan utama dalam adat batak, dimana ulos dipercayai dapat memberikan sebuah berkat kepada orang yang diberi ulos sesuai pada acara yang dilakukan. Tidak hanya itu ulos bagi orang batak dipakai sebagai bagian dari tata laksana adat batak dan makna khusus dalam penggunaannya. Dalam acara adat perkawinan batak toba ulos dipercayai dapat memberikan kebahagiaan, berkat dan panjang umur oleh sebab itulah ulos tidak 57 Wawancara dilakukan pada 17 Desember 2014, Pukul WIB di Sidamanik 58 Wawancara dilakukan pada 21 Desember 2014, Ibid

13 51 sembarangan bagi suku batak dalam pernikahan karena ulos merupakan simbol yang sakral Perubahan Makna Ulos Ulos Zaman Dahulu Ulos bila dilihat pada saat sekarang ini sangat berbeda dengan ulos pada zaman dahulu, oleh sebab itu menurut bapak Anggiat Sidabutar ulos pada zaman dahulu dengan saat ini sangatlah berbeda, maka bedanya Ulos zaman dulu sangat menjunjung warna dasar orang batak yaitu : merah, hitam, dan putih. Dimana ulos zaman dulu sebangnya di celupkan dengan daun salaom dan benang ulos dahulunya adanya benang manalu yang cenderung polos. Salah satu ulos contoh ulos jaman dulu adalah ulos ragi hotang yang sering dijadikan falsafah orang batak. Dan warna dasar ulos orang batak sendiri memiliki arti yang sangat sakral yaitu 59 : 1 Hitam artinya Duka Cita 2 Merah menandakan Berani 3 Putih menandakan Suci Ulos dalam pembuatannya sangatlah berbeda dengan saat ini, dimana menurut bapak Antonis Simarmata pembuatan ulos apabila dilihat dari zaman dahulu sampai saat ini sangat jauh berbeda. Dimana perbedaannya adalah : Ulos pada saat ini tidak lagi di tenun langsung oleh tangan melainkan ulos saat ini sudah banyak penggunaannya memakai mesin atau tekstil Wawancara dilakukan pada 21 Desember, ibid 60 Wawancara dilakukan pada 22 Desember, Ibid

14 Ulos pada Saat ini Ulos pada saat ini sangat berbeda dengan ulos zaman dahulu, dimana ulos pada saat ini sudah tidak lagi ditenun melainkan di tekstil, dan apabila dilihat dari kegunaan ulos pada saat ini, ulos dapat digunakan dalam bentuk pakaian, hiasan dan bahkan saat sekarang ini ulos sudah diperkenalkan sampai ke eropa dan kebanyak dalam pernikahan adat batak ulos yang diberi dalam pernikahan adalah ulos sadom yang ditekstil. Pada saat ini, dari sisi kegunaan ulos dapat diketahui bahwa ulos merupakan sesuatu bentuk alat kebudayaan yang selalu dapat digunakan meskipun berbeda bentuk, warna dari ulos zaman dahulu. Ulos dalam pembuatannya sangat berbeda dengan zaman dahulu, oleh sebab itu peneliti mewawancarai penenun ulos untuk mengetahui bagaimana pembuatan ulos zaman dahulu dengan sekarang ini maka menurut ibu N.Simarmata pembuatan ulos sebagai berikut : ulos yang menggunakan tekstil seperti saat ini sudah banyak memiliki warna yang dapat menarik minat beli para pengguna ulos, dan ulos yang pada saat ini menggunakan tekstil terjadi perubahan makna dan dari segi harga juga berbeda. Ulos yang terbuat dari tenunan tangan manusia memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan buatan tekstil. Dimana ulos yang di tenun paling rendah harganya Rp bahkan yang paling tinggi harganya jutaan rupiah. Ulos yang dibuat dengan tekstil memiliki harga yang paling rendah adalah Rp jika dilihat dari segi jangka waktu pembuatan ulosnya. Maka ulos yang ditenun

15 53 dengan tangan manusia pembuatan satu ulos saja memerlukan waktu satu minggu per ulosnya, berbeda dengan yang di tekstil maka satu ulos yang dibuat dengan tekstil memerlukan waktu satu jam pembuatan 61. Tabel 4.2 Bagan Pemaknaan Ulos Aspek Ulos Pada Zaman Dahulu Pada saat ini Warna Merah, Putih, Hitam Banyak Warna Pembuatan Ulos Tenun Tekstil Jenis Ulos yang digunakan Ragi Hotang Sadom Dalam pemaknaaan ulos yang terdapat dalam tablel diatas maka pemaknaan ulos yang dilakukan peneliti dalam proses wawancara maka menurut bapak Anggiat sidabutar pemaknaan ulos seperti : Ulos zaman dulu sangat menjunjung warna dasar orang batak yaitu : merah, hitam, dan putih. Dimana ulos zaman dulu sebangnya di celupkan dengan daun salaom dan benang ulos dahulunya adanya benang manalu yang cenderung polos. Salah satu ulos contoh ulos jaman dulu adalah ulos ragi hotang Ulos juga seiring berkembangnya Zaman, maka ulos mengalami perubahan dalam pemaknaan ulos, oleh sebab itu pemaknaan ulos pada saat ini menurut Ibu N Simarmata yaitu ulos yang menggunakan tekstil seperti saat ini sudah banyak memiliki warna yang dapat menarik minat beli para pengguna ulos, dan ulos yang 61 Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Desember, Pukul WIB di Lumban Suhi-Suhi Kecamatan Pangururan kabupaten Samosir

16 54 pada saat ini menggunakan tekstil terjadi perubahan makna dalam kegunaan sehari-hari. Aspek Ulos dari zaman dahulu sampai saat sekarang ini memili perbedaan yang signifikan apabila dilihat dari warna, pembuatan ulos, jenis ulos yang digunakan sebagai berikut : 1 Warna pada ulos Warna pada zaman dahulu sangat menjunjung warna dasar orang batak yaitu Merah, Putih dan Hitam, dimana warna merah dalam budaya batak bermakna berani dan darah, warna putih bermaknakan suci dan berkat, warna hitam dalam ulos juga bermakna duka cita dan sebagai lambang nenek moyang. Lalu ulos pada saat sekarang ini terdiri dari banyak warna yang dikombinasikan dalam satu ulos dan memiliki makna sebagai indah dipandang mata. 2 Pembuatan Ulos Pembuatan ulos merupakan salah satu hal yang perlu diketahui oleh banyak orang, Karena dalam segi pembuatan ulos memiliki makna yang berbeda, dimana dalam pembuatan ulos pada zaman dahulu dengan tenunan. Tenunan digunakan dalam pembuatan ulos untuk membuat ulos lebih memiliki makna yang sakral dari nenek moyang dan orang membuat ulos dengan tenunan merupakan turun temurun dari anggota keluarga sebelumnya, dan ulos pada saat ini sudah banyak dibuat dengan tekstil, ulos yang pembuatannya dengan tekstil sudah banyak dipasarkan dimana saja dan pembuatan ulosnya juga tidak memerlukan waktu yang banyak dalam satu ulos, makna ulos yang di tekstil juga tidak akan berubah

17 55 dalam acara pernikahan adat batak toba kerena dalam prosesnya ulos merupak simbol utama dalam adat perkawinan. 3 Jenis Ulos yang dibagikan Ulos yang dibagikan pada zaman dahulu dalam adat perkawinan batak toba adalah ulos ragi hotang sedangkan pada saat ini ulos yang digunakan adalah sadom karena saat ini ulos ragi hotang sudah sulit ditemui tetapi sadom sangat banyak dimasyarakat saat ini. Dan dilihat dari harganya ulos ragi hotang jauh lebih mahal disbanding dengan ulos sadom saat sekarang ini Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka makna ulos tidak berubah meskipun dibuat dengan tekstil dengan adanya perubahan zaman, tetapi dengan adanya perubahan zaman maka makna ulos menurut bapak Simarmata adalah maknanya berubah karena menurut beliau ulos sudah bisa dipakai dengan model apasaja yang dapat dikenakan oleh masyarakat dan dapat memperkenalkan budaya batak Mangulosi dalam pernikahan Proses Pernikahan yang dilangsungkan dalam adat batak toba terdapat acara Mangulosi. Dimana mangulosi tersebut menurut bapak S Mangapul Sihaloho dan bapak Togim Silalahi bahwa Mangulosi, adalah salah satu hal yang teramat penting dalam adat Batak. Mangulosi secara umum berarti memberikan ulos. Mangulosi bukan sekadar pemberian hadiah biasa, karena ritual ini mengandung arti

18 56 yang cukup dalam. Mangulosi melambangkan pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan dan kebaikan-kebaikan lainnya 62. Mangulosi dalam pernikahan adat batak toba memiliki beberapa aturan, dimana menurut bapak Tamba Tambunan aturan mangulosi dalam pernikahan adat batak toba yaitu Dalam ritual mangulosi ada beberapa aturan yang harus dipatuhi, antara lain bahwa seseorang hanya boleh mangulosi mereka yang menurut tutur atau silsilah keturunan berada di bawah, misalnya orang tua boleh mengulosi anaknya, tetapi anak tidak boleh mangulosi orang tuanya. Disamping itu, jenis ulos yang diberikan harus sesuai dengan ketentuan adat. Karena setiap ulos memiliki makna tersendiri, kapan digunakan, disampaikan kepada siapa, dan dalam upacara adat yang bagaimana, sehingga fungsinya tidak bisa saling ditukar 63. Oleh sebab itu menurut peneliti proses mangulosi dalam pernikahan memiliki perilaku yang menghasilkan sebuau makna dalam proses berlangsungnya acara tersebut, tidak hanya itu proses ini wajib dilaksanakan dalam hal adat istiadat suku batak toba, agar dalam aturanya mereka mendapatkan makna berkat dari proses tersebut Pembagian ulos dalam Proses Mangulosi Dalam pernikahan adat batak toba, ada tradisi mangulosi atau yang disebut dengan pemberian ulos dari pihak pengantin perempuan kepada pihak pengantin laki-laki. Menurut Bapak Anggiat Sidabutar dalam mangulosi ada beberapa 62 Wawancara dilakukan pada tanggal 17 Desember, ibid 63 Wawancara dilakukan pada 19 Desember 2014, ibid

19 57 pembagian ulos dalam prosesnya, salah satunya adalah Ulos Passamot. Ulos Passamot adalah ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan kepada orang tua pengantin laki-laki. Tujuanya ialah pihak orang tua laki-laki mampu memperhatikan serta mengajari menantu dalam membina keluarganya. Hal ini perlu dilakukan untuk menunjukkan bahwa pengantin perempuan telah diserahkan kepada pihak laki-laki. Ulos yang diberikan dapat diartikan agar memperoleh umur yang panjang untuk membina keluarga yang baru tersebut. Ulos Pansamot dapat memaknai dari bentuk rasa kedekatan dan bukti kasih sayang yang dilakukan pada acara adat. Biasanya ulos pansamot disampaikan sebelum pemberian ulos hela. Jenis ulos pada acara biasanya diberikan Ulos yang berwarna putih ( Sibontar ) dan ulos yang digunakan dalam ulos passamot adalah ulos titi marakkup Wawancara dilakukan pada 21 Desember 2014, ibid

20 58 Selain ulos Passamot yang diberikan dalam pernikahan, maka ada juga yang diberikan yang namanya ulos hela. Dimana ulos hela dalam proses pemberiannya menurut bapak Anggiat Sidabutar sebagai berikut : Ulos Hela merupakan ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan kepada menantunya. Dimana ulos hela itu sendiri merupakan simbol bahwa pengantin laki-laki sudah resmi menikah dengan anaknya 65. Dari pengertian ulos hela menurut bapak Anggiat Sidabutar, maka ulos hela dan menggunaannya menurut bapak S.Mangapul Sihaloho yaitu Ulos hela sendiri merupakan simbol yang memiliki makna bahwa dia telah menikah apabila dipakai dalam acara pesta disetiap keluarga. Dalam pemberian ulos hela dalam pernikahan itu, orang tua perempuan tidak lupa memberikan sebuah sarung yang dinamakan mandar hela, dimana mandar hela sendiri memiliki makna dan fungsi yang dapat digunakan dalam membantu acara (marhobas) kekeluargaan, dalam pemberian ulos hela maka ulos yang digunakan adalah Ragi Hotang 66. Pemberian ulos hela merupakan salah satu simbol yang utama dalam proses berlangsungnya pernikahan dalam budaya adat batak toba, oleh sebab itu pembagian ulos dalam pernikahan adat batak toba memiliki makna yang terdapat 65 Wawancara dilakukan pada 21 Desember 2014, ibid 66 Wawancara dilakukan pada 19 Desember 2014, ibid

21 59 dalam simbol untuk dikomunikasikan. Maka pembagian ulos lainnya menurut bapak Togim Silalahi sebagai berikut: Ulos Suhi Ni Appang na opat adalah ulos yang penting juga dalam proses simbol ulos. Dimana ulos ini termasuk ulos pamarai ( ulos yang diberikan kepada abang dari yang menikahkan adiknya), ulos Ahanihela, ulos iboto, ulos untuk namboru 67. Selain ulos suhi ni appang na opat yang diberikan selanjutnya, maka ada juga yang dinamakan ulos holong, dimana ulos tersebut dapat diberikan oleh siapa saja kepada pengantin, menurut bapak Antonius Simarmata ulos holong dan maknanya adalah sebagai berikut : Ulos holong adalah ulos yang diberikan dari para undangan yang hadir kepada pengantin. Dimana makna ulos holong itu adalah sebagai cinta kasih dan kebahagiaan karena mereka tidaklah lagi dua melainkan satu Wawancara dilakukan pada 17 Desember 2014, ibid 68 Wawancara dilakukan pada 22 Desember 2014, ibid

22 60 Dalam acara pemberian ulos dalam pernikahan, ulos yang sering digunakan pada saat ini adalah sadum, dimana sadum merupakan ulos yang sagat mudah ditemui ataupun di jual dimana saja untuk kegunaan dalam acara adat batak toba. Semakin berkembangnya zaman maka pemberian ulos pada saat ini mengalami perubahan dari sisi jumlah ulos yang disepakati pada zaman dahulu. Dalam pemberian ulos dalam pernikahan adat batak toba pada zaman dahulu, maka ulos dahulunya sangat terbatas yang dapat dikategorikan sampai pada suhi ni appang na opat saja dan ulos juga dahulunya paling tinggi jumlah pemberiannya adalah enam sebagai simbolik penghormatan dalam pernikahan, dan apabila dilihat pada saat sekarang ini, ulos sudah dapat diberikan sebanyak empat belas ulos dari segi jumlah dan tergantung pada banyaknya Sinamot ataupun Mahar karena semuanya sudah ada perkembangan Musik ataupun Gondang dalam Proses Pemberian Ulos Ulos merupakan simbol yang utama dalam budaya batak toba, dikarenakan ulos memiliki makna yang sakral dengan fungsi yang tergantung pada pemberiannya. Oleh sebab itu simbol ulos dalam pernikahan yang diberikan kepada pengantin selalu diiringi dengan gondang ataupun musik, maka menurut

23 61 bapak Anggiat Sidabutar musik dalam proses pemberian ulos memiliki fungsi yaitu fungsi gondang ataupun musik dalam pemberian ulos di pernikahan tidaklah memiliki fungsi apapun, karena gondang ataupun musik hanya sebagai pelengkap karena semakin berkembangnya zaman. Dahulunya pemberian ulos yang sebagai simbol dalam budaya batak tidak sediktpun diiringi oleh gondang ataupun musik, karena dengan tidak adanya gondang tersebut maka orang yang menyampaikan ulos kepada pengantin dapat dengan fokus menyampaikan nasihat kepada pengantin dan semua undangan yang hadir dapat mendengarkan nasihat tersebut dengan jelas. Berbeda dengan saat ini pemberian ulos yang diiringi oleh gondang membuat suasana semakin tidak fokus dalam penyampaiannya kepada pengantin 69. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti maka sangat jelas sekali perbedaan pemberian ulos pada saat ini kerena seiring berkembangnya zaman, banyak pernikahan adat batak toba khususnya dalam penyerahan simbol ulos sudah banyak diiringi music sebagai fungsi untuk hiburan sebelum menyerahkan ulos kepada pengantin Perbedaan Motif Ulos zaman dahulu sampai saat ini Ulos apabila dilihat dari segi motif, maka terdapat perbedaan motif ulos yang diberikan dalam pernikahan dari zaman dahulu sampai sekarang ini, oleh sebab itu menurut bapak Anggiat Sidabutar perbedaannya adalah : 69 Wawancara dilakukan pada 21 Desember 2014, ibid

24 62 Ulos Zaman Dahulu Ulos Pada Saat Sekarang Dilihat dari motifnya ulos pada zaman dahulu sangatlah polos dan menjunjung khas warna batak toba yaitu merah,putif dan hitam.dalam ulos yang asli rambu rambunya berwarna dasar batak memiliki arti tersendiri beserta pinggiran ulos yang ada bulatan-ulatan kecil warna merah dan putih. Dan tidak lari dari dalihan natolu. Ulos pada saat sekarang sudah sangat jauh berbeda dari motif yang lama, bahkan ulos pada saat sekarang sudah sampai ke eropa untuk dapat dipakai dengan motif yang lebih menarik 70. Ulos dalam komunikasi simboliknya di pernikahan adat batak toba, sangat berbeda dengan pernikahan adat batak lainnya, seperti batak simalungun. penyampaian komunikasi simbolik ulos dalam pernikahan adat batak toba sangatlah bermakna sakral dimana batak toba mempertahankan ulos sebagai pemberian kasih sayang kepada pengantin, dalam adat batak simalungun ulos hanyalah diberikan kepada pengantin saja dari pihak utama keluarga wanita 70 Wawancara dilakukan pada 21 Desember 2014, ibid

25 63 sedangkan para undangan tidak memberikan ulos kepada pengantin (pada saat mangulosi) melainkan undangan memberikan kain panjang sebagai kado kepada pengantin. Pelaksanaan adat pernikahan yang dilakukan oleh orang batak dalam perilakunya memaknai pemberian ulos sangatlah berbeda-beda, dimana dalam ulos hela yang diberikan oleh orang tua dari pihak perempuan memiliki makna Doa, sebuah kewajiban, tanggungjawab dan lain sebagainya, Dalam makna yang terdapat dalam ulos hela tersebut maka orang tua dari pihak perempuan dalam perilakunya menyampaikan umpasa atau sebuah pantun orang batak yang berupa nasihat dan pesan, dan setelah itu orang tua pihak perampuan mengikatkan kedua ujung rambu ulos yang terdapat pada ulos hela tersebut sebagai makna lainnya agar mereka memperoleh kebahagian,. Ulos Passamot yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada orang tua laki-laki memiliki keterkaitan makna ulos passamot dalam perilakunya. Dimana dalam perilaku orang tua perempuan dalam penyampaian ulos passamot tersebut dengan membuat beras sipirnitondi atau yang disebut dengan beras yang menyimbolkan sebuah simbol yang dapat memberikan panjang umur dan disampaikan lagi sebuah pantun batak dengan sebuah harapan-harapan mengenai pengantin yang akan tinggal dirumahnya. Perilaku tersebut mewakili proses pemaknaan ulos sebelum penyampaian ulos hela. Ulos Si-hutti ampang dan ulos Holong dalam pemaknaannya juga memiliki keterkaitan dalam perilaku penyampaian ulos tersebut dengan beberapa makna ulos tersebut, dalam perilakunya sebelum ulos tersebut diserahkan maka terlebih

26 64 dahulu akan diawali dengan sebuah musik, dimana music tersebut sebagai penghibur dalam penyerahannya agar makna perkenalan yang dilakukan dalam penyampaian ulosnya dapat memiliki interaksi timbal balik, biasanya dari pihak laki-laki akan memberikan uang dalam sebuah amplop sebagai ganti dari ulos yang diberikan, perilaku yang memiliki keterkaitan makna dalam ulos tersebut memiliki komunikasi yang lebih dekat lagi hal ini berdasarkan dari observasi yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan penjelasan diatas, maka keterkaitan makna ulos dalam perilakunya dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.3 Keterkaitan Makna dengan Perilakunya Ulos Makna Perilakunya Ulos Passamot Ulos Hela Ulos Si-Hutti Ampang dan Ulos Holong 1. Panjang Umur 2. Doa 3. Kebahagiaan 4. Mendapat menantu baru 1. Doa 2. Kewajiban 3. Tanggungjawab 4. Berkat 5. kebahagiaan 1. Doa 2. Pengenalan Keluarga 3. Sebagai Kado 4. Ucapan Terimakasih 1. Membuat Beras Sipirnitondi atau beras sebagai berkat. 2. Menyatakan sebuah pesan ataupun nasihat dengan sebuah pantun ataupun nasihat 3. Manortor mengelilingi orang tua pengantin lakilaki dan memberikan ulos tersebut. 1. memberikan nasihat ataupun kepada pengantin melalui pantun atau umpasa 2. memberikan ulos yang diiringi dengan lagu batak 3. memberikan Mandar Hela kepada pengantin laki-laki 1. Memberikan ulos Si-Hutti ampang kepada abang dan kakak dari orang tua pengantin laki laki yang di iringi lagu batak 2. Ulos holong yang diberikan dari para undangan diiringi

27 65 dengan lagu batak dan tortor yang artinya sebagai kebahagian dan kado kepada pengantin Adanya keterkaitan makna dengan perilaku yang dilakukan baik dari pihak pengantin dan perempuan ataupun para undangan, maka terjadi suatu interaksi yang timbal balik dalam acara adat pernikahan tersebut, dan perilaku yang disampaikan berbeda beda mulai dari penyampaian ulos passamot sampai kepada ulos holong tersebut dengan melihat observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat acara adat batak tersebut berlangsung, proses pemaknaan ulos yang berkaitan dengan perilakunya sudah mulai diterapkan pada saat masyarakat batak mengenal budaya, dan perilakunya masih diterapkan pada adat perkawinan batak toba saat ini. Sehingga dimana perilakunya dapat mencerminkan dari makna ulos yang digunakan pada lingkungan sosial masyarakat, namun pada saat ini tata cara penyampaian makna ulos yang diberikan dalam acara adat perkawinan tersebut sudah mengalami perkembangan yang diiringi dengan sebuah musik atau gondang batak pada saat penyampaian ulos si-hutti ampang dan ulos holong. Dimana salah satu perilaku yang diterapkan dalam pemberian ulos tersebut sebagai perilaku hiburan yang menunjukkan makna dari ulos itu dan agar acara tersebut dapat menyatukan ataupun mempererat hubungan antar undangan yang ingin mernari ataupun manortor, seperti yang disampaikan oleh bapak Anggiat Sidabutar bahwa fungsi gondang ataupun musik dalam pemberian ulos di pernikahan tidaklah memiliki fungsi apapun, karena gondang ataupun musik hanya sebagai pelengkap

28 66 karena semakin berkembangnya zaman. Dengan adanya penjelasan dari bapak anggiat sidabutar tersebut dapat menunjukkan dalam penyampian ulos dalam pernikahan yang mengandung makna-makna tertentu dapat menampilkan perilaku yang berbeda dalam penyampaian setiap ulos tersebut. 4.3 Pembahasan Orang Batak menganggap adat bukanlah hanya sekedar kebiasaan atau tata tertib sosial, melainkan sesuatu yang mencakup seluruh dimensi kehidupan jasmani dan rohani baik pada saat sekarang maupun masa depan. Budaya batak merupakan suatu kebudayaan yang sangat dipertahankan dalam situasi apapun. Pernikahan dalam budaya batak memiliki pengertian tersendiri karena ada satu istilah bagi orang batak dalam pernikahan yaitu seseorang yang sudah menikah tidak diperbolehkan menikah untuk kedua kalinya kecuali dipisahkan oleh kematian meskipun sudah resmi bercerai maka adat orang batak sangat melarang keras untuk meresmikan pernikahan selanjutnya. Apabila dilihat dalam komunikasi ritual, maka komunikasi ritual merupakan erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif yang biasanya dilakukan secara kolektif. Salah satu kegiatan dari komunikasi ritual tersebut adalah Pernikahan. Dalam acara itu orang-orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilakuperilaku simbolik. Bila dikaitkan dengan komunikasi ritual, maka peneliti dalam penelitian ini memilih kegiatan pernikahan yang terjadi pada budaya batak toba. Pernikahan yang dilaksankan pada tanggal 15 Desember 2014 di desa Tigaras kabupaten

29 67 simalungun, menurut observasi peneliti acara pernikahan yang dilaksanakan masih sangat kental dengan adat batak toba. Dimana dalam pelaksanaan pernikahan tersebut tidak menggunakan musik dalam gereja sama halnya dengan zaman dahulu, pernikahan tersebut menggunakan bahasa batak simalungun karena pengantin mengikuti bahasa di daerah tersebut. Setelah selesai pemberkatan dalam gereja maka langsung dilaksanakan acara adatnya. Dalam pelaksanaan pernikahan adat batak toba mereka tidak terlepas dari dalihan na tolu. Dimana dengan adanya dalihan na tolu semua orang yang hadir menimbulkan interaksi sosial dengan sesasama para undangan. Interaksi yang mereka lakukan dalam pernikahan tersebut adalah pihak pengantin melakukan tortor yang menandakan pengantin telah selesai pemberkatan dan akan melangsungkan adatnya. Dalam interaksi tersebut budaya batak yang diawali dengan konsep dalihan na tolu harus terlebih dahulu mengutamakan hula hula (pihak pengantin perempuan) dalam acara adat tersebut. Budaya batak dalam acara pesta tersebut dapat dikomunikasikan dengan tortor dan orang yang menghadiri acara adat tersebut selalu menggunkan ulos. Dimana ulos berperan sebagai simbol bahwa mereka akan menghadiri suatu pesta. Sebelum melaksanakan penyerahan ulos kepada pengantin, maka pihak laki-laki akan menyerahkan sisa mahar yang akan dibayar kepada pihak perempuan. Dimana dalam adat batak toba mahar tidak boleh diserahkan sepenuhkan pada saat marhata sinamot karena dalam penyerahan sisa mahar pada saat pesta merupakan simbol yang berfungsi untuk informasi kepada para undangan berapa jumlah mahar yang diberikan kepada pihak laki-laki kepada

30 68 pihak perempuan yang diselingi dengan penyerahan jambar (pembagian daging kepada pihak keluarga inti pengantin. Penyerahan sisa sinamot tersebut tidak terlepas dari yang namanya umpasa (pantun). Umpasa tersebut berfungsi sebagai jawaban dari penyerahan sinamot yang berbentuk uang. Disini pengantin tidak boleh hadir dalam penyerahan sinamot karena dalam budaya batak toba sisa uang sinamot tersebut bermakna bahwa semua ritual dalam pernikahan telah dibayar kepada orang tua wanita. Proses selanjutnya adalah penyerahan ulos kepada pengantin atau yang disebut dengan nama Mangulosi. Tetapi sebelum peneliti membahas mengenai mangulosi dalam pernikahan adat batak toba, maka peneliti akan menjelaskan mengenai ulos. Diaman ulos merupakan kain yang sakral yang digunakan sebagai simbol utama yang bermakna sebagai pengenal budaya batak toba, tidak hanya itu ulos juga dalam pembuatannya sangatlah sulit bahkan memerlukan waktu yang lama Ulos dalam Proses Perkawinan Adat Batak Toba Untuk mencapai proses penyerahan ulos dalam adat perkawinan batak toba, maka ada beberapa proses yang harus dilalui oleh pengantin dalam budaya batak toba, yaitu Perkenalan Keluarga, Hori-hori Dinding, Sukkun sajabu, Marhata Sinamot, Martumpol dan Adat Perkawinan. Berikut dengan penjelasannya : 1. Perkenalan Keluarga Dalam Proses ini, pasangan yang berencana akan membentuk suatu keluarga akan membawa pasangannya kehadapan orang tua masing-masing. Disini orang

31 69 tua akan menanyakan mengenai Marga dan seluk beluk keluarga yang akan menikahi anaknya, alas an orang tua menanyakan mengenai marga pasangan anaknya adalah untuk menghindari perkawinan sedarah meskipun berbeda marga dan menghindari larangan larangan suku batak dalam pernikahan. 2 Hori-hori dinding Dalam proses ini, para orang tua akan saling bertemu untuk berkenalan dan berbincang-bincang mengenai keluarga dan rencana anak-anak mereka dalam melaksanakan pernikahan. Dalam tahap ini para orang tua akan saling menilai dan menyetujui atau tidak anak mereka akan melaksanakan pernikahan. 3 Sukkun Sajabu Sukkkun Sajabu merupakan tahap dimana orang tua akan menanyakan kepada raja parhata atau tokoh adat satu marga mereka untuk mengetahui rancana pihak keluarga laki-laki akan dating kerumah pihak perempuan untuk melaksanakan pembicaraan Sinamot ataupun Mahar. 4 Marhata Sinamot ataupun mahar Marhata Sinamot ataupun Mahar adalah salah satu proses dimana pihak lakilaki akan berdiskusi berapa jumlah uang yang akan diberikan kepada pihak keluarga perempuan. Dimana sebagian mahar yang disimbolkan dengan uang akan dijadikan untuk membeli ulos yang dibutuhkan khususnya ulos passamot, ulos hela dan mandar hela, dan ulos si hutti ampang. Dimana dengan adanya pembelian ulos tersebut maka pihak laki-laki akan membicarakan mengenai acara

32 70 pesta yang akan dilaksanakan oleh pihak laki-laki maupun perempuan. Dengan adanya kesepakatan marhata sinamot tersebut maka akan dilanjutkan dengan Martumpol. 4 Martumpol Martumpol adalah acara pernikahan yang akan dilaksanakan digereja. Dimana pengantin akan menandatangani akte nikah dan dinyatakan sah dari pihak gereja. 5 Adat Perkawinan Dengan dilaksanakannya acara Martumpol maka akan langsung dilaksanakan acara adat perkawinan, tujuan dilaksakannya adat perkawinan tersebut adalah acara ritual adat dimana dengan adanya proses ini maka orang tua dari pengantin laki-laki mendapat ulos passamot, pengantin akan mendapatkan ulos hela dan mandar hela, abang dan kakak dari orang tua pengantin laki-laki mendapat ulos sihutti ampang, dan ulos holong yang diberikan oleh para undangan kepada pengantin sebagai salah satu simbol alat-alat suku batak yang memiliki makna masing-masing dari ulos tersebut berdasarkan penyampaian perilakunya yang dilaksanakan secara sakral. Adat perkawinan tersebut dalam perkawinan adat batak harus dilaksanakan seturut dengan ritual yang ada karena adat perkawinan batak sebagai salah satu syarat untuk dapat menikahkan anaknya kelak dengan istilah bataknya adalah Adat Nagok. Berdasarkan dari penjelasan mengenai Proses Pernikahan dalam adat batak toba, maka dapat disimpulkan dengan bagan sebagai berikut :

33 71 Bagan 4.4 Proses Perkawinan adat Batak Toba Perkenalan keluarga Adat Perkawinan Hori-hori Dinding Proses Perkawinan Martumpol Sukkun Sajabu Marhata Sinamot Varian Makna Ulos Ulos merupakan kain sakral yang digunakan oleh suku batak toba khususnya pada acara pernikahan yang dilaksanakan, dimana dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti baik dari observasi di acara pernikahan yang dilaksanakan di Tigaras dan hasil wawancara dengan para Narasumber, maka peneliti menemukan Varian Makna Ulos yang ditemukan pada saat melakukan wawancara dilapangan dan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, tidak hanya itu varian makna ulos juga sangat dipandang serius oleh semua masyarakat dari tahun ke tahun. Berdasarkan penjelasan diatas, maka varian makna ulos yang ditemukan peneliti seperti :

34 72 Tabel 4.5 Varian Makna Ulos Kategori Aspek Makna warna Motif Fungsi Waktu Pembuatan 1 Merah 2 Hitam 3 putih 1 polos 2 banyak tanbahan atau hiasan 1 Ulos Zaman Dahulu 2 Ulos pada saat ini 1 Tenun 2 Tekstil Berani dan darah Gelap atau duka Suci atau jujur Sakral Lebih indah Sakral Banyak digunakan Satu minggu 1 ulos Perhari 100 ulos Pemberian ulos 1 Ulos Passamot Penghormatan dalam Pernikahan 2 Ulos dan Mandar Hela Pemersatu pengantin adat batak toba 3 Ulos si-hutti ampang Penghormatan dan pengenalan 4 Ulos Holong Cinta kasih Kasih sayang Varian makna ulos tersebut merupakan pemaknaan yang dinyatakan oleh para narasumber pada saat peneliti melakukan wawancara, jelas sekali ulos yang sebagai simbol utama adat batak toba memiliki perkembangan yang sangat

35 73 signifikan dalam proses pemberian ulos pada saat acara adat berlangsung, dan dengan adanya varian makna ulos tersebut ulos dapat dinyatakan sebagai ornament batak toba yang dipertahankan meskipun mengalami perubahan seiring berkembang jaman, tetapi dalam pernikahan meskipun ulos dalam varian maknanya berkembang tetapi fungsi dan makna ulos tetap sakral yang dipercayai oleh masyarakat batak toba dapat mencurahkan suatu berkat kepada yang menerima ulos tersebut yang dalam perkembangannya ulos berkembang sesuai dengan motif dan pembuatan yang berbeda Warna dan Motif Ulos Ulos batak toba pada saat ini sangat banyak ditemui adalah ulos dengan banyak warna dan motif. Dimana ulos yang banyak warna dapat ditemui dimana saja dengan warna yang beragam berbeda dengan ulos yang digunakan pada zaman dahulu. Dimana pada zaman dahulu ulos batak toba menggunakan warna khas orang batak yaitu merah, hitam dan putih. Warna khas batak toba tersebut memiliki makna tersendiri bagi orang batak toba, dengan itu maka : 1 Merah Merah merupakan ornament yang sangat tegas dalam suku batak toba, dimana selain memiliki makna yang berani, warna merah juga merupakan makna yang dapat disebut dengan darah. Karena merah bermaknakan sesuatu yang sakral yang dapat dihormati dan merupakan makna yang tajam sesuai dengan kegunaannya.

36 74 2 Hitam Hitam bagi suku batak merupakan duka, meskipun hitam bermakna duka atau gelap namun warna tersebut selalu ada pada ulos zaman dahulu. Dimana batak toba memaknai hitam sebagai warna yang sangat dihormati dari nenek moyang dahulunya. 3 Putih Putih merupakan warna yang suci dimana secara umum putih merupakan sesuatu yang tidak bernoda, namun dalam suku batak warna putih selain bermakna suci namun juga memiliki makna kejujuran dan dapat dikatakan sebagai lambing kedamaian, oleh sebab it ulos yang bercorakkan warna putih dahulunya hanyalah ulos ulos tertentu saja. Dari proses yang tradisional tersebut kain ulos menjadi begitu memikat, dengan berbagai warna alami yang di dominasi hitam, merah, dan putih serta di hiasi oleh ragam tenunan dari benang manalu. Dari sisi warna yang terlihat pada zaman dahulu sampai saat ini, ulos zaman dahulu menjunjung ketiga warna tersebut dalam satu pembuatan ulos kecuali ulos yang digunakan dalam upacara kematian, karena ulos pada upacara kematian warnanya hanya hitam yang dapat dikatakan dengan ulos sibolang. Tetapi dengan timbulnya warna ulos yang beraneka ragam dalam satu ulos maka masyarakat sangat banyak yang menyukainya. Dan dalam pernikahan ulos yang dinyatakan sebagai simbol pada saat ini sangat sulit ditemui ulos yang hanya terdiri dari ketiga warna tersebut, kebanyakan ulos yang diberikan kepada orang yang melaksanakan pernikahan

37 75 adalah ulos yang memiliki beraneka warna yang sangat mudah ditemui dengan harga yang terjangkau. Secara teoritis apabila terjadi perubahan warna dan motif maka maknanya juga berbeda, namun simbol ulos dalam pernikahan tersebut sudah memiliki perubahan warna dan motif yang tidak merubah makna dalam pemberiannya tetapi dari hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti, terjadi perbedaan pendapat mengenai warna dan motif ulos menurut kegunaannya. Namun meskipun begitu peneliti berasumsi bahwa dengan adanya perubahan warna dan motif pada simbol tersebut tetap saja fungsinya sama dalam pernikahan budaya adat batak toba. warna dan motif ulos seiring berkembangnya zaman yang digunakan dalam kegiatan apa saja khususnya pernikahan, tetapi ulos dengan warna hitam,biru, dan putih merupakan ulos sibolang yang digunakan untuk yang meninggal

38 Fungsi Ulos Ulos yang diartikan secara umum adalah kain merupakan suatu bagian penting dalam budaya batak, karena suku batak mengkomunikasikan ulos sebagai simbol utama dalam setiap kegiatan apapun itu. Apabila dilihat atau diulas kembali pada zaman dahulu sampai saat ini simbol ulos memiliki fungsi yang sudah mulai berkembang, dimana ulos yang pada zaman dahulunya memiliki fungsi yang sangat sakral dari warna dasar orang batak dengan susunan yang teratur dimana warna merah selalu terletak di dasar, warna hitam terletak di bagian tengah dan warna putih pada bagian atas. Dan ulos pada saat dahulu memiliki fungsi yang sakral seperti pelindung, menyatakan identitas diri, sesuai dengan kegunaan acara yang dihadiri. Berbeda dengan saat ini ulos yang sudah berkembang dan memiliki perubahan warna sudah sangat bebas digunakan oleh setiap orang. dimana ulos dapat digunakan sebagai rok, pembuatan hiasan dan lain sebagainya. ulos memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam adat perkawinan, karena meskipun fungsi ulos zaman dahulu sampai saat ini berbeda namun dalam perilakunya dalam adat perkawinan ulos tetaplah ulos yang merupakan simbol untuk suatu interaksi yang memiliki makna sama dalam pemberiannya kepada pengantin mulai dari proses pemberian ulos suhi ni appang na opat sampai kepada ulos holong yang diberikan pada undangan kepada pengantin. Karena dalam teori interaksi simbolik mengatakan dalam suatu interaksi sosial masyarakat terpadat suatu makna. Dimana interaksi tersebut timbul suatu pemberian simbol yang disebut dengan ulos. Dan dapat dilihat dari filosofi ulos yang menyatukan ulos zaman dahulu dengan ulos zaman sekarang menjadi satu makna yang sama adalah

39 77 Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong", yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya maka ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama. Filosofi tersebutlah yang menyatukan perkembangan ulos sampai saat ini dengan satu makna yang tidak akan pernah berubah meskipun ulos zaman dahulu sangat sulit untuk dimiliki saat ini namun maknanya tetaplah satu dan fungsi yang berbeda karena perkembangan zaman. ulos saat ini yang dapat dijadikan rok, hiasan dan lain sebagainya dan dapat digunakan sebagai pemberian ulos pada saat pernikahan sebagai makna kasih sayang ataupun cinta kasih. Ulos zaman dahulu yang digunakan oleh orang tua pengantin saat pernikahan anaknya apabila dia sudah menikahkan anak laki-laki dan perempuannya maka ia dapat memakaianya pada saat pernikahan anak berikutnya

40 Waktu Pembuatan Ulos Dilihat dari ulos yang di tenun dan yang terbuat dari tekstil sangat jauh sekali bedanya. Karena dalam pembuatan ulos yang ditenun sangatlah sulit dan memerlukan waktu yang cukup lama dalam penenunan satu ulos. Untuk satu ulos yang ditenun memerlukan waktu satu minggu untuk membuatnya dan tergantung dari daun salaom dan benang manalu yang tersedia. Berbeda dengan ulos yang pembuatannya dengan tekstil, dimana ulos yang di tekstil dapat menghasilkan ratusan ulos perharinya dan pembuatannya sudah memiliki warna yang beragam dam satu ulos. Ulos yang di tenun dengan waktu satu minggu memiliki harga yang cukup mahal mulai dari harga Rp ,00 (tiga ratus ribu rupiah) sampai jutaan rupiah tergantung jenis ulos yang dipesan, tetapi ulos yang dibuat dengan tekstil cenderung memiliki harga yang telatif murah dan terjangkau mulai dari harga yang seperti biasanya Rp ,00 (delapan puluh ribu rupiah) sampai ratus ribuan rupiah. Ulos yang digunakan dalam adat perkawinan batak toba pada saat ini sudah terbuat dari tekstil karena dapat terjangkau harganya selain itu juga dengan banyak motif maka ulos lebih terlihat indah jika dibandingkan dengan ulos yang ditenun cenderung polos. Dan biasanya ulos yang ditenun dalam pernikahan selalu diberikan kepada orang tua laki-laki dari orang tua pihak pengantin perempuan yang dinamakan ulos passamot dan ulos yang diberikan kepada pengantin dari orang tua pengantin peremuan yang dinamakan dengan ulos hela. Kerena kedua ulos tersebut sangat sakral dan dapat menyimbolkan identitas dirinya pada saat memakai ulos tersebut dengan makna yang terkandung

41 79 di dalamnya secara nonverbal dalam lingkungan acara adat yang dihadiri sesuai dengan perilakunya dalam menghadiri dan melaksankan adat batak toba, namun dalam pembuatan ulos tidak menjadi tolak ukur dalam pernikahan adat tersebut karena ulos dalam pernikahan tetaplah sakral dan dapat memberikan berkat kepada yang menerimanya Pemberian Ulos dalam Pernikahan Adat Batak Toba Secara umum pemberian ulos dalam acara pernikahan adat batak toba meliputi Ulos Passamot, Ulos Hela, Ulos Suhi Ni appang Na opat, Ulos Tulang dan Ulos Holong, dimana semuanya dikatakan sebagai simbol adalah : 1 Ulos Passamot Acara perkawinan adat batak toba dalam prosesnya akan sampai pada tahap mangulosi (pemberian ulos), dimana dalam proses mangulosi ada yang dinamakan dengan memberikan ulos passamot. Ulos Passamot diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada orang tua pengantin laki-laki di awal acara mangulosi mulai dengan tujuan bahwa orang tua laki-laki mampu membantu mengajari dan membina menantunya dalam membentuk keluarganya, dengan makna bahwa pengantin peremuan telah sah diserahkan kepada pihak laki-laki, tidak hanya itu fungsi dari ulos passamot itu sendiri diberikan kepada orang tua laki-laki dengan arti umur yang panjang. Jenis ulos pada acara biasanya diberikan Ulos yang berwarna putih (Sibontar). Melihat dari kelayakan pemberi sudah diusahakan memberikan ulos passamot dengan motif yang beraneka ragam dan warna yang mewah. Rasi ialah gambar atau garis yang ada pada ulos dan dengan

42 80 adanya pemberian ulos passamot tersebut maka mengandung suatu perilaku yang mana sebelum memberikan ulos tersebut orang tua perempuan memberikan sebuah umpasa dan boras sipirni tondi kepada orang tua pengantin laki-laki yang dipercayai sebagai makna panjang umur. Setelah perilaku tersebut berlangsung maka barulah ulos itu diberikan dengan interaksi yang menimbulkan hubungan timbal balik dari acara tersebut. Ulos Passamot 2 Ulos Hela Pada acara perkawinan adat batak toba, ulos hela merupakan ulos yang sangat penting dalam acara ini, dimana ulos hela diberikan setelah ulos passamot, simbol pemberian ini diartikan bahwa pengantin laki-laki dapat melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya dalam hal keluarga, adat dan sebagainya. Ulos hela diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada pengantin laki-laki, tidak hanya itu ulos hela dalam pemberiannya pada perkawinan terdapat simbol lain

43 81 yang diberikan seiring dengan pemberian ulos tersebut adalah sarung atau yang sering disebut dengan mandar hela. Dimana dalam interaksi sosialnya simbol tersebut dapat digunakan pada saat ada acara yang berlangsung dalam keluarga. Makna ulos hela dalam pernikahan menurut peneliti adalah sebagai bukti cinta kasih orang tua pihak pengantin kepada pengantin laki-laki dan mereka senang bahwa pengantin itu tidak lagi dua melainkan satu dalam hal apapun. Ulos Hela Dalam pemberian ulos hela, orang tua pihak perempuan selalu menyampaikan nasihat kepada pengantin sebelum ulos tersebut diberikan yaitu : Di tingki na laho pasahat ulos helai sai tar jumolo do di hatahon hata nauli hata na denggan, na boi tarangkai songon naditoruon. 1. Hata poda/sipasingot 2. Hata pasu-pasu di hagabeon 3. Hata pasu-pasu di hagabeon hamoraon

44 82 4. Hata panggonggoman, mangulahon angka pasu-pasu 5. Hata pangujungi Dison panurat-manurathon hata di tingki na laho pasahat ulos hela: Diho amang hela saonari laho pasahat ulos ma hami simatuam ima ulos hela, jadi jumolo ma hata dohonon tu hamu nadua : nungnga di jalo hamu pasupasu parbagason sian Tuhan i marhite na posona di bagas joro ni debata, na mangadathon asa marsihaholongan hamu na dua, sada hata sada pandohan. Artinya: Pada saat pemberian ulos hela, pertama dilakukan dengan berbagai bentuk : 1. Sambutan dan nasihat 2. Sambutan ucapan selamat 3. Sambutan ucapan selamat dan kejayaan 4. Sambutan menyemangati 5. Sambutan penutup Kepada hela, sekarang kami menyampaika ulos hela, dari kami mertuamu. Pertama kali kami sampaikan kepada kalian berdua: sudah kalian terima berkat dari pada tuhan, melalui pendeta. Yang menyebutkan bahwa saling menyanyangilah kalian berdua, setia sekata satu langkah dan satu tujuan. Sada langka sada tujuan Satahi saoloan Marpege ma hamu sangharimpang Jala marhunik sada holbung Rap mangangkat hamu tu ginjang

45 83 Ia tu toru hamu rap manainbung Marsiamin-aminan ma hamu Songon lampak ni gaol Marsitungkol-tungkolan Songon suhat di robean Sada ma hamu sisalong bane-bane Sada ma si suan gadong anturha Sada ma hamu siboan dame Sada ma nang di baen las ni roha Artinya: Seperti jahe yang berkeping dua Seperti kunyit satu kepal Semua naik ke atas, dan Kebawah sama-sama melangkah Saling berpegangan seperti batang pisang Saling menopang seperti talas Saling bekerja sama, dan saling mencari kedamaian Sebagai tanda kebahagiaan Di ho lae anju ma borunghon, sada ma hamu rap ni gaol, marsitungkoltungkolan songon suhat ni robean. Di ho pe boru hasian, ingkon unduk ma ho marsinonduk suang songon i nang marsi matua. Asa dapot ma antong songon. Ni buat bane-bane Bahen ruhut-ruhut ni soban

46 84 Sada ma hamu mardame-dame Asa di pasu-pasu tuhan Mangula ma pangula Mangulahon di gadu-gadu Hormat ma ho marsimatua Unduk mardongan sajabu Diho ito boru hasian ingkon pantun jala hormat ho marsimatua, asa las ni roha simatuam jala ganjang umurna. Mangula ma pangula Mangulahon ma di gadu-gadu Hormat jala pantun ho marsimatua Jala ingkon unduk mardongan sajabu Luat ni purba tua Panopaan ni pinggan pasu Artinya: Bagimu lae terimah lah anak perempuanku ini, satuh lah kalian berdua seperti batang pisang, seperti talas di tepi jurang. Dan bagimu boru yang kusayang, hendaklah kamu menuruti suamimu dan kepada mertua. Diambil bane-bane Dijadikan pengikat kayu Bersatulah dalam damai Biar di berkati tuhan Bekerjalah pekerja

47 85 Bekerja di pematang jawa Hormatilah kepada mertua Tunduk kepada suamimu Semogalah engkau berdua, tetap hormat kepada mertua, biar suka cita selalu dan panjang umur. Kampung purba tua Tempat menempah pinggan pasu Nasan sangap na tua-tua Ido na dapotan pasu-pasu Asai tung denggan ma mar siadopan (marsuami) suang songoni nang marsimatua, tagamon mu ma pasupasu sian amanta Debata, jala hatop ma ho di liliti andormu (hamil). Tubuan lak-lak ma ho tubuan singkoru Di dolok ni purba tua Tubuan anak ma ho tubuan boru Dongan mu mai saur matua Habang ma si ruba-ruba Songgop tu ranggas na dua Tubu anak buha baju muna Jala boru ma si paidua Bintang narumiris ombun na sumorop Toho mai di rondang bulan Maranak hamu riris marboru torop Sude nai angka si oloi tuhan Dangka ni antajau

48 86 Pajangkit-jangkiton Tubu dohot anak boru mu Sai tongka ma panahit-nahiton Dung dipasu-pasu Debata hamu di hagabeon pinta dohot tangiang ta tu tuhan i, di lehon ma di hamu nang panamotan asa adong jalo on mu laho pature-ture angka ianakhon mu di haringkotan na. Asa lomak ma si linjuang Lomak mai so binaboan Tudia hamu mangalangka Disima dapotan pansamotan Andor has ma tu andor his Uram-uram ni pora-pora Horas ma hamu jala torhis Ihut ma dohot na mamora Artinya: Yang hormat kepada orang tua itulah yang mendapat berkat Biar lebih baik lagi kepada suami dan juga kepada mertua, berpeganglah kepada berkat dari tuhan. Dan ucapkanlah engkau memiliki anak. Bertumbuhlah lak-lak Di desa purba tua Bertumbuhlah sikkoru teman hidup sampai tua Terbanglah si ruba-ruba

49 87 Hinggap pada rantung tua Lahirlah anak laki-laki dan anak perempuan Bintang yang bertaburan Embun yang mulai turun Memiliki anak banyak Boru pun banyak Setelah tuhan memberikan berkat kepada kalian, di berikan juga pada kalian keselamatan dan umur panjang untuk mendidik anak-anak kalian, untuk mendapatkan cita-citanya. Biar rimbun silinjuang Rimbun tida di rumputi Kemana pun kalian melangkah Disitu mendapatkan Batang pohon andor his Ramuan ikan pora-pora Panjang umur selalu Dan jadilah kaya Jadi di hamu amang hela nang diho boru hasian nuaeng pasahathon ma ulos tu hamu, ulos na ganjang jala sitorop rambu. Parhitean ni tangiang do on tu amanta debata asa anggiat ma antong: Ganjang ma barita gabe barita horas tu joloan on Songon torop ni rambu ni ulos on ma torop ni pinomparanmu Ulos si torop rambu ulos ragi hotang

50 88 Mangulosi anak dohot boru di ramoti debata marumaenna ganjang Ima hela dohot ho boru. Di pasahat hami ma ulos hela on, sihapal sisi dohot si torop rambu. Sai marsiaminan-aminan ma hamu songon lampak ni gaol, marsitukol-tukolan songon surat di robean. Satahi saoloan ma ho, udur tu dolok tu toruan, songon torop ni ulos on ma torop ni pinomparanmu. Tung na hurang pe ulos na hupasahat hami on tu hamu amanta debata ma na manggohi mardongan pasu-pasu didia pe hamu maringanan mu didesa na walu, na uli nadengan nang dohot ragam ni hata pasu-pasu tangkas mai gonggom hamu di tonga ni jabu. Asa tingko ma inggir-inggir Bulung nai rata-rata Angka hata pasu-pasu Pasauthon ma amanta debata Nuaeng pe pasahaton ma ulos on tu hamu sahat ma nauli na denggan di pasu-pasu amanta debata. Asa sahat ma solu tu bontenan Bortean ni tiragas Asa hu pasahat hami ma ulos on (sambil di ulos hon) Tu hamu sahat ma tu panggabean jala horas-horas. Dung di pasahat ulos hela i, di pasahat ma muse mandar hela, jala di adat hon (ditekankan) asa di pangkei molo laho tu adat (pesta). Jala sude ulaon adat na ikon hadangon na (di abarai di hadang) asa tanda naung marruma tangga jala asa adong sakehononna ( dililithon di gonting tu toru) molo di parhobasan

51 89 asa tarida, songon (terkesan) sopan. Di dok ma tu helana asa ingkon pahe onnai di tingki ulaon, asa tanda hamu naung marhasohotan. Unang boan on tu parlungkoan alai boanonmu ma on tu ulaon ( sulu-suda). Dung i di ampehon ma mandar i di ibara na (siamun). Artinya : Dan kepada kalian hela, dan kepadamu boru, aku menyampaiakn ulos kepada kalian, ulos yang panjang dan mempunyai corak, inilah yang menjadi penghubung dari doa kepada tuhan supaya: berkepanjangan berita damai dan panjang umur kehari-hari yang akan datang, seperti corak ulos ini. Ulos yang banyak corak Ulos ragi hotang Memberi ulos anak dan boru, Dijagai tuhan lah selalu kalian berdua Kami berikan lah ulos ini yang tebal dan banyak makna, bersatu selalu, saling menolong sepertu umpana yang di sampaiakan sebelumya. Seia sekatalah selalu bersama-sama ke hilir, bersama kehulu, dan seperti banyaknya corak ulos ini jugalah banyak corak anak dan cucumu. Jika ulos ini masih kurang, semnoga tuhan dan memenuhi segala permintaan kalian dimana pun berada. Dibagian seluruh penjuru semuanya baik melalui ucapan selamat dan berkat dari tuhan di tengah keluarga dan rumah kalian. Bulat seperti inggir-inggir Daunnya berwarna hijau

52 90 Semua ucapan selamat Yang mengabulkan adalah tuhan Pada kesempatan ini juga ulos ini kepada kalian biar sampai segala yang baik diberkati tuhan. Sampai perahu Sampai pada tujuan Akan kami sampaikan ulos ini Sampailah kepada kejayaan Setelah ulos hela diberikan, diberikan juga mandar hela, dan ditekankan agar mandar hela tidak dipakai pada kegiatan pesta. Dari segala kegiatan pesta harus diikuti dan dijalankan, dan itu menandakan bahwa sudah berumah tangga. Diucapkanlah mandar hela tersebut : jangan bawa ini kepada kegiatan yang tidak acara adat, tetapi engkau harus membawa ini pada upacara adat. Setelah itu diletakkan ada bahu pada sebelah kanan laki-laki. Adanya pantun atau umpasa tersebut yang merupakan suatu nasihat kepada pengantin maka ada perilaku lainnya yaitu pemberian tersebut diiringi dengan musik ataupun gondang batak sebagai arti yang berbahagia hal tersebut dalam interaksinya melakukan ritual menurut adat batak toba.

53 91 3 Ulos Si-hutti Ampang Ulos Si-hutti Ampang ( dialap jual) atau istilah Ulos ni Ibotona (taruhon jual) yaitu kakak perempuan atau ito ataupun namboru dari silaki-laki yang menikah dan berhak menerima ulos si- Hutti Ampang. Dalam simbol ulos si hutti ampang ini, merupakan ulos yang wajib juga diberikan kepada pihak lakilaki, dimana dalam maknanya ulos tersebut diberikan sebagai bentuk pengenalan pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan dihadapan para undangan, dan simbol ulos yang diberikan kepada si-hutti ampang sudah kebanyakan ulos yang di tekstil namun bermakna yang sama dengan ulos pada zaman dahulu. 4 Ulos Holong Ulos Holong merupakan ulos yang diberikan para undangan kepada pengantin. Dimana dalam pemberiannya ulos tersebut dapat dijadikan sebagai kado kepada mempelai. Setiap undangan yang hadir selalu memberikan ulos dengan makna mereka berharap pengantin yang tidak lagi dua melainkan satu dapat hidup dengan bahagia dan selalu mendapat berkat, ulos holong yang selalu diberikan kepada pengantin saat ini adalah ulos sadom yang dapat dijadikan sebuah simbol dari para undangan. Dan pada umumnya setiap undangan yang mangulosi pengantin selalu saja ada feedback dari keluarga pengantin baik itu keluarga laki-laki maupun perempuan yaitu mereka memberikan uang sebagai ganti dari ulos yang diberikan, kebiasaan tersebut sudah berlangsung sejak lama dengan makna ucapan terima kasih dari keluarga yang melaksanakan adat perkawinan.

54 92 Ulos Holong Keterkaitan Simbol, Makna dengan Perilakunya dalam Adat Perkawinan Batak Toba Perkawinan orang batak adalah perkawinan keluarga. Keterlibatan keluarga sangat kental, baik pada proses menuju perkawinan maupun setelah perkawinan berlangsung. Adat perkawinan batak toba adalah suatu kegiatan budaya batak untuk melakukan ritual sakral dalam proses pernikahan. Dimana dalam proses perkawinan adat batak ulos merupakan salah satu ornament yang penting, ulos dalam ornament penting tersebut merupakan simbol sakral yang harus benar-benar dijaga dan merupakan bentuk identitas suku yang kita anut. Ulos dalam orang batak bermakna yang sangat kental karena ulos dipercayai sebagai berkat dari leluhur yang mereka percayai dahulunya, tidak hanya itu makna ulos yang diberikan dalam pernikahan sangat dipercayai dapat melindungi orang batak dari hal-hal yang kurang baik. Ulos juga dipercayai menjadi bagian yang sangat

55 93 penting dalam acara kelahiran, pernikahan, kematian dan lain sebagainya. Oleh sebab itu yang membedakan ulos dalam setiap acara yang dilakukan dapat dilihat dari ketebalan dan warna pada ulos. Karena dengan adanya perbedaan tersebut maka makna dan fungi simbolik ulos dapat diketahui. Ulos dalam pernikahan menurut orang batak adalah sebuah kain yang sangat penting gunanya dalam setiap pemberian. Dalam hal ini ulos yang diberikan dalam pernikahan tergantung siapa yang memberi dan siapa yang menerima, maka dari itu simbol ulos yang diberi akan timbul sebuah makna dalam interaksinya dan ulos dipercayai dalam pernikahan sebagai makna kasih sayang, kebahagiaan, cinta kasih dalam melanjutkan langkah kehidupannya. Keterkaitan ulos bila dikatkan dengan Varian ulos memiliki pemaknaan ulos yang sangat jelas dalam pernikhan adat batak toba. Simbol ulos dalam perkawinan adat batak toba terbagi menjadi empat simbol dalam pemberiannya seperti : Ulos Passamot Simbol tersebut memiliki makna bahwa pengantin perempuan sudah diterima di orang tua laki-laki dan makna lainnya adalah sebagai panjang umur dalam

56 94 perilakunya di adat perkawinan ulos tersebut dapat digunakan pada saat ia menikahkan anak selanjutnya, dimana pada saat ia memakai ulos tersebut dalam menikahkan anak selanjutnya maka para undangan yang melihat akan mengetahui bahwa ia sudah pernah menikahkan anak sebelumnya. Secara teoritis mengatakan interaksi simbolik pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Oleh sebab itu peneliti dalam observasinya melihat interaksi dalam adat perkawinan didasari dengan menggunakan simbol-simbol yang dapat membuat acara tersebut berlangsung secara sakral. Salah satu simbolnya adalah menggunakan Ulos. Ulos tersebut merupakan ulos passamot yang makna dalam perilakunya tidak berubah sampai saat ini baik dari ulos pada zaman dahulu dan saat ini, sehingga ulos passamot tersebut tetaplah sakral karena ulos tersebut tidak dapat digunakan di sembarang tempat. Ulos Hela Ulos hela dijadikan simbol yang utama dalam pemberian ulos di adat perkawinan adat batak toba, simbol tersebut memiliki makna tanggung jawab,

DAFTAR PUSTAKA. Burhan Bungin, H.M. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

DAFTAR PUSTAKA. Burhan Bungin, H.M. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana DAFTAR PUSTAKA Ardianto. Elvinaro. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2011. Elvinaro. Metodologi penelitian untuk public relations.bandung:

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

Gambar 2. Silsilah si Raja Batak. c. Posisi duduk dalam ritual Batak

Gambar 2. Silsilah si Raja Batak. c. Posisi duduk dalam ritual Batak b. Tarombo Tarombo adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah atau patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi. BAB I PENDAHULUAN Suku Batak Toba memiliki berbagai benda budaya yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. Ulos adalah sejenis kain adat hasil kerajinan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB V LAPORAN PERANCANGAN

BAB V LAPORAN PERANCANGAN BAB V LAPORAN PERANCANGAN 5.1 Ulos dan Upacara Adat 5.1.1 Ulos Jenis - jenis ulos Batak Toba terpilih untuk diulas dalam buku ini adalah ulos - ulos yang paling sering digunakan dalam upacara adat Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa dimanapun berada memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kreativitas manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn FERI JULLIANTO Disusun oleh : GREGORIAN ANJAR P NIM 14148107

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Umpasa merupakan salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Sebagai ragam sastra lisan, umpasa awalnya berkembang di masyarakat tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari enam ( 6) sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk simbol yang mengandung arti yang beraneka ragam salah satunya digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas selama manusia itu ada dalam berbagai interaksi sosialnya, baik itu konflik perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri satu dengan yang lainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kabupaten Tapanuli Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera

PENDAHULUAN. Kabupaten Tapanuli Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yang memiliki 16 kecamatan yaitu Ajibata, Balige, Bonatua Lunasi, Borbor, Habinsaran,

Lebih terperinci

RAGAM HIAS ULOS SADUM MANDAILING

RAGAM HIAS ULOS SADUM MANDAILING RAGAM HIAS ULOS SADUM MANDAILING Netty Juliana Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan Abstrak Ragam hias merupakan suatu bentuk dua dimensi yang memiliki panjang dan lebar lebih dari satu sisi yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi sumatera utara dewasa ini mencatat adanya suku Batak dan Suku Melayu sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang membentuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi penduduk,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang dalam kehidupannya tidak lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap daerah tempat kesenian itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya): I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman suku juga disertai dengan keragaman budaya. Itulah yang membuat suku budaya Indonesia sangat dikenal bangsa lain karena budayanya yang unik. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Samosir merupakan sebuah pulau yang terletak ditengah-tengah Danau Toba. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan masyarakat Batak Toba. Di pulau inilah lahir si

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk komunikasi dan situasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi, dari hasil interaksi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan sarana dalam berinteraksi sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT ABSTRAK Upacara adat Batak Toba adalah upacara yang dihadiri oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda dari setiap suku.

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda dari setiap suku. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu bagian dari suku Batak. Seperti yang di ketahui suku Batak memiliki 6 sub suku diantaranya Batak Pak-pak, Batak Karo, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, yang didiami oleh beberapa suku seperti suku Batak Toba, Karo, Mandailing. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Beragam kebudayaan Indonesia di berbagai daerah seperti bahasa dan budaya yang berbeda dan keunikan yang dipengaruhi lingkungan sosial maupun ekoniminya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa pastinya memiliki perayaan-perayaan adatnya masingmasing. Dalam setiap perayaan adat tersebut satu hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari

BAB I PENDAHULUAN. menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna bagi mereka. Fenomena dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkat-tingkat) sosial. Perbedaan itu tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan bukanlah sekedar ritus untuk mengabsahkan hubungan seksual antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung 1. Punguan Pomparan Raja Silahisabungan Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide di dalam pikirannya.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRAK... ABSTRACT... i iii iv v viii x xii xiii BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini dapat dilihat bahwa adat sistem perkawinan suku Pakpak Kelasen sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia Indonesia dalam kehidupan berbangsa,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perkawinan adalah Anugrah dari pemberian Allah Tuhan kita yang terwujud/terbentuk dalam suatu ikatan lahir batin dari hubungan antara Suami dan Isteri (kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat Batak Toba pesta perkawinan menurut adat sebenarnya adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan menurut semestinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak Pakpak merupakan salah satu sub-etnis dari masyarakat Batak Toba, Simalungun, Karo, dan Mandailing. Salah satu yang menjadi cirri pembeda antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara pengantin merupakan kejadian yang sangat penting bagi kehidupan idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang dalam

Lebih terperinci