BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Indra Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Benda Asing pada Esofagus Definisi Benda asing didalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing pada esofagus adalah benda tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja (Yunizaf, 2011) Epidemiologi Kasus benda asing pada esofagus lebih banyak terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Umumnya, anak-anak sekitar 6 bulan sampai 5 tahun lebih sering menelan benda asing. Pada orang dewasa sekitar tahun juga ditemukan kasus benda asing pada esofagus walaupun tidak sebanyak pada anakanak (Ekim, 2010). Tertelannya benda asing dapat menjadi kondisi yang serius dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitasnya (Erbil et al., 2013). Pada tahun 1999, American Association of Poison Control mendokumentasikan sebanyak kejadian tertelannya benda asing pada pasien dibawah 20 tahun (Abdurehim et al., 2014). Terdapat insidensi kematian per tahun akibat komplikasi yang terjadi karena benda asing pada esofagus di Amerika (Erbil et al., 2013) Etiologi Benda asing pada esofagus dapat dibagi menjadi golongan anak dan dewasa. Pada anak-anak dapat disebabkan oleh anomali kongenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah. Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan, dan penyakit neurologik juga
2 6 dapat menjadi faktor predisposisi pada anak-anak. Pada orang dewasa, tertelannya benda asing sering dialami oleh pemakai gigi palsu, pemabuk, dan pada pasien gangguan mental (Yunizaf, 2011). Pemakaian gigi palsu merupakan hal yang paling sering terjadi pada orang dewasa karena menurunnya sensasi pada rongga mulut (Rathore et al., 2009). Pada orang dewasa, penyakit-penyakit medis juga sering menjadi penyebab tertelannya benda asing. Striktur esofagus merupakan penyebab tersering dikarenakan oleh penyakit medis. Keganasan pada esofagus dan akalasia juga dapat menyebabkan impaksi benda asing pada esofagus (Ambe et al., 2012) Lokasi Benda Asing Benda asing pada esofagus lebih sering ditemukan pada segmen servikalis atau pada sfingter krikofaringeal, dimana ini adalah lokasi pertama penyempitan pada esofagus. Dapat juga ditemukan benda asing pada daerah penyempitan esofagus kedua dan ketiga, yaitu pada rongga dada bagian tengah akibat tertekan lengkung aorta dan pada hiatus esofagus (Rybojad et al., 2012) Jenis Benda Asing Jenis benda asing dapat dikategorikan sesuai dengan usia (Erbil et al., 2013). Menurut penelitian yang dilakukan, benda asing yang banyak ditemukan pada anak-anak adalah benda-benda organik seperti kacang-kacangan dan bijibijian. Sedangkan pada orang dewasa, sisa-sisa makanan dan tulang (tulang ayam, tulang ikan, dll) juga menjadi benda yang paling sering menjadi penyebab kasus benda asing (Saki et al., 2009). Benda asing anorganik juga dapat ditemukan dalam kasus benda asing pada esofagus. Benda-benda berbahan logam seperti baterai dan koin paling banyak ditemukan pada kasus ini. Selain itu, benda-benda seperti mainan-mainan kecil, kancing baju, dan cincin juga dapat ditemukan (Chinski et al., 2010). Jenis benda asing juga dapat dibedakan berdasarkan negara. Umumnya, pada negara dimana penduduk wanita nya banyak yang menggunakan jilbab, peniti dapat menjadi benda asing yang banyak ditemukan (Erbil et al., 2013).
3 Gejala Klinis Berdasarkan lokasinya, gejala yang ditimbulkan oleh benda asing pada esofagus berbeda-beda. Batuk adalah gejala utama yang ditimbulkan setelah tertelan benda asing. Gejala lain yang ditimbulkan adalah disfagia, muntah, hipersalivasi, dan rasa sakit. Muntah dan hipersalivasi merupakan gejala yang signifikan terjadi pada lokasi penyempitan pertama esofagus atau sfingter krikofaringeal. Pada kasus benda asing pada esofagus, muntah dapat menjadi gejala yang berbahaya karena tekanan yang dihasilkan dapat menyebabkan ruptur dinding esofagus yang tipis. Gejala disfagia dapat terjadi pada semua lokasi di esofagus, namun paling banyak terjadi pada lokasi penyempitan pertama dan kedua esofagus (Rybojad et al., 2012) Diagnosis Data yang didapatkan dari hasil anamnesis dapat menjadi hal yang sangat penting dalam menentukan diagnosis benda asing. Pemeriksaan tambahan dan intervensi segera terhadap benda asing diputuskan sesuai dengan informasi yang diberikan pasien mengenai jenis benda asing yang tertelan, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik (Erbil et al., 2013). Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral dapat dilakukan pada pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda asing radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi. Hal ini dilakukan untuk memastikan benda asing belum berpindah ke bagian distal (Yunizaf, 2011). Untuk benda asing radiolusen, pemeriksaan foto rontgen tidak terlalu menunjukkan hasil yang berarti. Oleh karena itu, pemeriksaan CT-Scan dapat dilakukan untuk mendiagnosis benda asing dengan sensitifitas 100% dan spesifisitas 91% (Ambe et al., 2012). Pemeriksaan CT-scan esofagus juga dapat menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses (Yunizaf, 2011).
4 Penatalaksanaan Tertelannya benda asing dapat melewati saluran perncernaan tanpa kesulitan. Sehingga, terapi konservatif dapat dilakukan pada beberapa kasus benda asing dengan melalukan observasi. Terapi ini dilakukan pada kasus benda asing tumpul, pendek (panjang < 6cm), dan kecil (diameter < 2,5cm). Benda asing akan berlalu dengan spontan dalam waktu 4-6 hari. Pada beberapa kasus, dapat bertahan hingga 4 minggu. Pasien harus selalu mengobservasi feses nya sampai benda asing tersebut keluar. Tidak perlu ada perubahan pola makan dalam hal ini (Ambe et al., 2012). Benda asing di esofagus dapat dikeluarkan dengan tindakan endoskopi yaitu esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi, tergantung lokasi benda asing tersebut (Yunizaf, 2011). Esofagoskopi memiliki dua tipe dasar. Tipe satu adalah tuba logam kaku dengan suatu lumen berbentuk oval dimana dapat digunakan untuk melihat langsung gambaran esofagus dan berbagai alat untuk biopsi dan pengeluaran benda asing (Siegel, 2012). Esofagoskopi kaku juga dapat melindungi esofagus dari bagian yang tajam pada benda asing (Rathore et al., 2009). Tipe kedua adalah esofagoskopi fleksibel yang memiliki saluran kecil untuk melihat gambaran mukosa, aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk biopsi dan pengeluaran benda asing (Siegel, 2012). Tabel 2.1 Jadwal Endoskopi untuk Tertelannya Benda Asing (ASGE, 2011) Emergent Endoscopy Pasien dengan obstruksi esofagus Baterai pada esofagus Benda tajam dan runcing pada esofagus Urgent Endoscopy Benda asing non-tajam dan non-runcing pada esofagus Impaksi makanan pada esofagus tanpa obstruksi total
5 9 Nonurgent Endoscopy Koin pada esofagus dapat diobservasi dahulu dalam 24 jam pertama Benda asing berupa baterai jika sudah sampai di lambung tanpa adanya gejala sistem gastrointestinal Pembedahan dilakukan hanya <1% kasus benda asing pada esofagus. Sejak tindakan endoskopi memberikan hasil yang cukup memuaskan, pembedahan hanya dilakukan untuk indikasi-indikasi tertentu. Tindakan pembedahan dilakukan jika terdapat perforasi dan komplikasi lainnya yang tidak dapat diatasi dengan tindakan endoskopi (Ambe et al., 2012). Tabel 2.2 Ukuran Tuba Esofagoskopi pada Bayi dan Anak (Siegel, 2012) USIA ESOFAGOSKOPI Prematur 3,5 mm x 25 cm Bayi baru lahir 4,0 mm x 35 cm 3 hingga 6 bulan 4,0 mm x 35 cm 1 tahun 5,0 mm x 35 cm 2 tahun 5,0 mm x 35 cm 4 tahun 6,0 mm x 35 cm 5 hingga 7 tahun 6,0 mm x 35 cm 8 hingga 12 tahun 6,0 mm x 35 cm Komplikasi Komplikasi yang terjadi akibat benda asing yang tersangkut di esofagus menimbulkan perasaan tidak nyaman dan batuk (Siegel, 2012). Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah edema, laserasi esofagus, erosi atau perforasi, hematoma, jaringan granulasi, abses paraesofageal, mediastinitis, sampai pada kematian (Fitri et al., 2012).
6 10 Terlalu lama nya benda asing di dalam esofagus dapat menyebabkan terjadinya perforasi oleh karena edema pada dinding sekitar esofagus. Sehingga, di dalam pelaksanaan bronkoskopi diperlukan kehati-hatian yang cukup (Rathore et al., 2009). 2.2 Benda Asing pada Traktus Trakeobronkial Definisi Aspirasi benda asing adalah masuknya benda asing berupa benda padat maupun cair ke dalam saluran pernafasan (Kam et al., 2013). Benda asing pada traktus trakeobronkial adalah benda yang dalam keadaan normal tidak ada yang terdapat pada trakea, bronkus, maupun keduanya Epidemiologi Aspirasi benda asing terus menjadi masalah kesehatan yang penting walaupun telah banyak metode yang canggih untuk mengeluarkan benda asing (Ṣentṻrk and Ṣen, 2011). Melalui sebuah studi dengan melakukan pemeriksaan bronkoskopi rutin, ditemukan benda asing dengan prevalensi <0,2% per tahun (Wu et al., 2012). Kejadian aspirasi benda asing lebih sering terjadi pada anak-anak. Pada anak-anak, mayoritas pasien benda asing pada traktus trakeobronkial adalah anak dengan usia sekitar 1-3 tahun, diikuti dengan anak dibawah 1 tahun, dan terjadi penurunan pada anak lebih dari 3 tahun (Saki et al., 2009). Hal ini disebabkan oleh karena gigi anak-anak tidak dapat mengunyah secara efektif sehingga makanan tersimpan lebih lama didalam mulut dan mengakibatkan aspirasi bendabenda padat (Yetim et al., 2012). Anak laki-laki biasanya lebih banyak ditemukan dalam kasus aspirasi benda asing karena memiliki kepribadian dan sifat ingin tahu yang lebih tajam daripada anak perempuan (Sahadan et al., 2011). Status sosial-ekonomi, kebudayaan, dan tradisi juga memengaruhi kejadian aspirasi benda asing. Kasus ini lebih banyak ditemukan pada negara berkembang karena edukasi yang kurang dan dan kelalaian (Yetim et al., 2012).
7 Etiologi Benda asing pada traktus trakeobronkial sering ditemukan pada anak-anak, meskipun dapat terjadi juga pada segala usia. Penyebab yang paling sering adalah kecerobohan pasien atau orang tuanya. Anak-anak sering mengulum makanan di dalam mulut, demikian pula mainan, peniti, dan benda lain (Siegel, 2012). Hal ini dilakukan sebagai usaha anak-anak untuk mengenali lingkungan sekitarnya. Bahkan anak-anak sering menangis, berteriak, lari-lari atau bermain sementara ada benda dalam mulutnya (Fitri et al., 2012). Pada bayi, faktor yang lebih berperan adalah belum tumbuhnya gigi geligi bagian posterior dan kemampuan proteksi jalan nafas dan mekanisme yang belum matang. (Fitri et al., 2012). Refleks batuk adalah mekanisme pertahanan yang sangat penting untuk memproteksi pasien dari aspirasi. Ketika mekanisme refleks batuk tersupresi, ini dapat memicu terjadinya aspirasi pada pasien. Faktor-faktor risiko yang dapat memicu menurunnya refleks batuk adalah intoksikasi alkohol, anestesia umum, kehilangan kesadaran, intubasi, penyakit neuromuskular, dan struktur yang abnormal dari faring (Kam et al., 2013) Lokasi Benda Asing Lokasi benda asing tidak hanya tergantung berdasarkan bentuk dan ukuran, tetapi juga berdasarkan posisi saat terjadinya aspirasi (Korlacki et al., 2011). Benda asing pada saluran nafas dapat tersangkut di tiga tempat, yaitu laring, trakea, dan bronkus, dimana 80-90% akan tersangkut pada bronkus (Novialdi and Rahman, 2012). Benda asing pada saluran nafas lebih banyak ditemukan pada bronkus kanan daripada bronkus kiri. Hal ini disebabkan oleh bronkus kanan yang memiliki aliran udara lebih besar dan posisi nya yang lebih landai (Yunizaf, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan Orji dan Akpeh (2010), dari 85 kasus aspirasi benda asing, 68 kasus berada pada bronkus dan 17 kasus pada trakea bagian bawah. Pada kasus benda asing pada bronkus, ditemukan 76% terdapat pada bronkus kanan dan 24% pada bronkus kiri.
8 Jenis Benda Asing Jenis benda asing organik yang sering ditemukan pada aspirasi benda asing adalah jenis makanan seperti kacang, buncis, dan jagung. Benda-benda asing organik ini dapat mengabsorbsi air dan membesar dalam beberapa waktu sehingga menjadi lebih mudah pecah. Karena karakteristik tersebut, benda asing dapat lebih mudah menuju saluran nafas yang lebih jauh pada saat dilakukan endoskopi dan bisa mengakibatkan benda asing susah untuk diakses (Yetim et al., 2012). Benda-benda anorganik seperti koin, peniti, mainan-mainan kecil, plastik juga dapat ditemukan pada kasus aspirasi benda asing (Saki et al., 2009). Pada negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, benda asing berupa peniti cukup sering dijumpai khusunya pada perempuan yang menggunakan jilbab. Insidensi benda asing berupa plastik juga masih cukup tinggi pada negara industri (Eroglu et al., 2003). Plastik dapat sukar didiagnosis secara radiologik karena bersifat non-iritatif serta radiolusen, sehingga dapat menetap di traktus trakeobronkial dalam waktu yang lama (Yunizaf, 2011). Selain benda-benda yang berasal dari luar tubuh manusia atau yang biasa disebut dengan benda eksogen, benda asing pada saluran nafas juga dapat berasal dari dalam tubuh manusia atau yang biasa disebut dengan benda endogen. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, dan nanah. Cairan amnion dan mekonium dapat masuk ke saluran nafas bayi pada saat proses persalinan (Yunizaf, 2011) Gejala Klinis Gejala yang timbul akibat aspirasi benda asing tergantung pada jenis, ukuran, lokasi, dan sifat iritasi benda asing terhadap mukosa (Novialdi and Rahman, 2012). Aspirasi benda asing dapat muncul tanpa gejala dan tidak terdeteksi dalam hitungan jam, bahkan sampai tahunan (Fitri et al., 2012). Gejala utama yang ditimbulkan oleh aspirasi benda asing pada anak-anak maupun orang dewasa adalah batuk. Selain batuk, gejala lain yang dapat ditimbulkan adalah tersedak, dispnea, sianosis, mengi, stridor, demam, dan kadang-kadang tidak
9 13 menimbulkan gejala. Sianosis dan dispnea sering ditemukan pada pasien yang didiagnosis secara terlambat (Saki et al., 2009). Selain itu, dapat juga terjadi suara pernafasan yang melemah unilateral dan adanya ronkhi (Orji and Akpeh, 2010) Diagnosis Diagnosis aspirasi benda asing yang tepat waktu sangatlah penting untuk menghindari komplikasi awal dan lambat yang berat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, radiologi, dan bronkoskopi sebagai standar baku emas (Fitri et al., 2012). Anamnesis merupakan diagnosis yang cukup penting dalam kasus benda asing pada traktus trakeobronkial. Anamnesis dapat membuktikan 70-80% kasus (Petrovic et al., 2012). Riwayat mengenai tersedak perlu ditanya untuk menegakkan adanya aspirasi benda asing. Kemudian gejala seperti batuk, mengi, dan bahkan stridor juga perlu ditanya ketika melakukan anamnesis (Novialdi and Rahman, 2012). Pada setiap pasien yang diduga mengalami aspirasi benda asing, dapat dilakukan pemeriksaan radiologik untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang berupa radioopak dapat dibuat foto rontgen segera setelah kejadian, sedangkan pada benda yang berupa radiolusen hanya terlihat komplikasi yang terjadi seperti emfisema atau atelektasis setelah 24 jam pertama. Pemeriksaan rontgen pada benda asing radiolusen dalam waktu kurang dari 24 jam setelah kejadian sering menunjukkan gambaran radiologis yang belum berarti (Yunizaf, 2011). Pemeriksaan radiologik tidak hanya menunjukkan lokasi benda asing, namun dapat juga menunjukkan jumlah dan ukuran benda asing. Selain itu, komplikasi yang terjadi juga dapat terlihat (Ambe et al., 2012). Bronkoskopi harus dilakukan pada pasien aspirasi benda asing pada saluran nafas jika benda asing tidak dapat didiagnosis melalui pemeriksaan radiologik. Pemeriksaan bronkoskopi perlu dilakukan dengan cepat, karena semakin cepat pemeriksaan dilakukan semakin sedikit komplikasi yang akan terjadi. Selain sebagai sarana diagnosis, pemeriksaan bronkoskopi juga dilakukan
10 14 sebagai terapi pada pasien dengan kasus benda asing pada saluran nafas (Saki et al., 2009) Penatalaksanaan Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat perlu diketahu gejala-gejala yang ditimbulkan oleh benda asing. Secara prinsip, benda asing pada saluran nafas dapat diatasi dengan pengangkatan segera secara endoskopi dalam kondisi yang paling aman, dengan trauma yang minimum. Pengangkatan secara endoskopi harus dipersiapkan secara optimal, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih (Yunizaf, 2011). Pada kasus aspirasi benda asing, bronkoskopi menjadi standar baku emas dengan tingkat keberhasilan diatas 98%. Bronkoskopi kaku memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan bronkoskopi fleksibel. Bronkoskopi kaku juga dapat digunakan untuk aspirasi darah, sekret kental, dan untuk ventilasi pasien. Dalam kasus yang jarang terjadi, jika tindakan bronkoskopi gagal maka dapat dilakukan tindakan reseksi segmental (Rodrigues et al., 2012). Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring adalah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver) yang dapat dilakukan pada anak-anak dan orang dewasa. Cara melakukannya adalah dengan meletakkan tangan pada prosesus xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke arah paru pasien beberapa kali, sehingga benda asing akan terlempar keluar mulut. Pada tindakan ini, posisi wajah pasien harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping agar jalan nafas merupakan garis lurus. Pada anak dibawah satu tahun, sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan karena dapat menimbulkan komplikasi berupa fraktur iga (Yunizaf, 2011).
11 15 Tabel 2.3 Ukuran Tuba Bronkoskopi pada Bayi dan Anak (Siegel, 2012) USIA BRONKOSKOPI Prematur 3,0 mm x 20 cm Bayi baru lahir 3,5 mm x 25 cm 3 hingga 6 bulan 3,5 mm x 30 cm 1 tahun 4,0 mm x 30 cm 2 tahun 4,0 mm x 30 cm 4 tahun 5,0 mm x 35 cm 5 hingga 7 tahun 5,0 mm x 35 cm 8 hingga 12 tahun 6,0 mm x 35 cm Komplikasi Keterlambatan diagnosis merupakan faktor utama terjadinya komplikasi pada aspirasi benda asing. Terlalu lama nya benda asing didalam saluran nafas dapat memicu terbentuknya jaringan granulasi dan infeksi paru yang rekuren. Penyebab lain terjadinya komplikasi adalah keterlambatan dilakukannya bronkoskopi. Pasien yang menjalani bronkoskopi lebih dari 24 jam setelah aspirasi benda asing memiliki komplikasi dua kali lipat dibandingkan dengan pasien yang menjalani bronkoskopi pada 24 jam pertama (Shlizerman et al., 2010). Komplikasi dapat terjadi baik dari benda asing nya sendiri maupun dari prosedur pengangkatan benda asing. Komplikasi yang dapat terjadi berupa pneumonia, edema jalan nafas, sesak nafas, bronkiektasis, bronkitis, jaringan granuloma, trakeitis, dan pneumothorax (Sahadan et al., 2011). Beberapa peneliti menganjurkan penggunaan kortikosteroid sebelum dan sesudah bronkoskopi untuk mengurangi kejadian edema jalan nafas pasca intervensi (Yetim et al., 2012).
12 Anatomi Esofagus dan Traktus Trakeobronkial Anatomi Esofagus Esofagus adalah saluran otot vertikal yang menghubungkan faring dan lambung, dimulai dari batas bawah kartilago krikoid pada vertebra servikalis VI dan berakhir pada orifisium kardia lambung pada vertebra torakalis XI. Pada umunya, panjang esofagus adalah 25 cm. Esofagus terdiri dari beberapa segmen (Stranding, 2008): a. Segmen servikalis Segmen servikalis esofagus terletak pada posterior trakea dan dihubungkan melalui jaringan ikat longgar. Bagian posteriornya adalah tulang punggung, longus colli, dan lapisan prevetebral pada fasia servikalis bagian dalam. Pada bagian lateral setiap sisi terdapat arteri karotid dan bagian posterior kelenjar tiroid. (Stranding, 2008) b. Segmen torakalis Segmen torakalis esofagus terletak sedikit ke kiri pada mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebralis. Pada bagian anterior terdapat trakea, bronkus kiri, perikardium dan diafragma. Pada bagian posterior terdapat vertebra torakalis, duktus torakikus, vena azygos, dan aorta desenden. Di bagian kiri, terdapat arteri subklavia kiri, bagian terminal dari arkus aorta, saraf laringeal kiri dan duktus torakikus. Dan pada bagian kanan terdapat pleura dan vena azygos (Ellis, 2006). c. Segmen abdominalis Segmen abdominalis esofagus memiliki panjang 1 2,5 cm dan berakhir pada orifisium kardia lambung atau batas lambung-esofagus (Stranding, 2008).
13 17 Gambar 2.1 Esofagus (Ellis, 2006) Anatomi Traktus Trakeobronkial Sistem respiratori adalah sistem yang berfungsi untuk mengambil oksigen (O 2 ) dari atmosfer kedalam sel-sel tubuh dan untuk mentransport karbon dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer (Sloane, 2004). Secara struktural, sistem respiratori dapat dibagi menjadi sistem respiratori bagian atas dan bawah. Sistem respiratori bagian atas terdiri dari hidung dan faring, sedangkan bagian bawah terdiri dari laring, trakea, bronkus, dan paru-paru (Tortora and Derrickson, 2009). Trakea adalah sebuah saluran untuk udara yang memiliki panjang sekitar 12 cm (5 inci) dan diameter sekitar 2,5 cm (1 inci). Trakea memiliki cincin kartilago yang membentuk seperti huruf C, dan dihubungkan oleh jaringan ikat padat. Bagian terbuka dari tulang kartilago tersebut menghadap posterior menuju esofagus dan dihubungkan oleh membran fibromuskular. Pada membran ini, terdapat serat otot melintang halus yaitu otot trakealis dan jaringan ikat elastis yang memungkinkan diameter trakea berubah selama respirasi (Tortora and Derrickson, 2009).
14 18 Trakea berpangkal di leher, dibawah kartilago krikoidea laring setinggi korpus vertebra servikalis VI. Ujung bawah trakea terdapat di dalam thorax setinggi angulus sterni (pinggir bawah vertebra thorakalis IV) membelah menjadi bronkus utama kanan dan bronkus utama kiri. Bifurkasio trakea ini disebut carina (Snell, 2006). Bronkus utama terdiri dari bronkus utama kanan dan bronkus utama kiri. Bronkus utama kanan memiliki panjang sekitar 2,5 cm. Bronkus utama kanan lebih luas, lebih pendek, dan lebih vertikal daripada bronkus utama kiri. Perbedaan ini yang menyebabkan benda asing yang terhirup lebih sering pada bronkus utama kanan. Bronkus utama kanan memiliki cabang pertama nya yaitu lobus bronkus superior dan memasuki paru-paru setinggi vertebra torakalis V. Bronkus utama kiri, lebih sempit dan kurang vertikal daripada bronkus kanan, memiliki panjang sekitar 5 cm. Bronkus utama kiri memasuki hilum paru-paru kiri setinggi vertebra torakalis VI dan kemudian dibagi menjadi bronkus superior dan inferior (Stranding, 2008). Setiap bronkus utama bercabang 9-12 kali untuk membentuk bronkus sekunder dan tertier dengan diameter yang semakin kecil (Sloane, 2004). Gambar 2.2 Trakea dan Bronkus (Ellis, 2006).
BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dikenal dengan benda asing endogen (Yunizaf, 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benda asing dalam suatu organ merupakan benda yang berasal dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang berasal dari
Lebih terperinciBagian torakal: 1. Panjang cm, setinggi vertebra torakalis II-IX 2. Berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebralis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Esofagus Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aspirasi benda asing pada saluran nafas, terutama pada traktus trakeobronkhial sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirasi benda asing pada saluran nafas, terutama pada traktus trakeobronkhial sangat berbahaya dan terkadang sangat fatal. Aspirasi benda asing dapat terjadi pada
Lebih terperinciBronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benda Asing 2.1.1 Defenisi Benda asing dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada (Junizaf, 2007).
Lebih terperinciGambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan
EMBRIOLOGI ESOFAGUS Rongga mulut, faring, dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Ketika mudigah berusia kurang lebih 4 minggu, sebuah divertikulum respiratorium (tunas paru) Nampak di dinding ventral
Lebih terperinciTUGAS NEONATUS. Pengampu : Henik Istikhomah, S.SiT, M.Keb POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2013/2014
TUGAS NEONATUS Pengampu : Henik Istikhomah, S.SiT, M.Keb POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Anggota Kelompok 2 Aprilia Amalia Candra (P27224012 171) Aprilia
Lebih terperinciBENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
BENDA ASING HIDUNG Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 Benda asing pada hidung salah satu kasus yang banyak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus Esophagus merupakan tuba muskular dengan panjang 9-10 inci ( 25 cm) dan diameter 1 inci (2,54 cm). 4 Saat lahir panjang esofagus bervariasi antara 8
Lebih terperinciSMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.
Lebih terperinciYani Mulyani, M.Si, Apt STFB
Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB Kegiatan menginhalasi dan mengekshalasi udara dengan tujuan mempertukarkan oksigen dengan CO2 = bernafas/ventilasi Proses metabolisme selular dimana O2 dihirup, bahan2 dioksidasi,
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan
BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan
Lebih terperinciPENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGUS. HARRY A. ASROEL Fakultas Kedokteran Bagian Tenggorokan Hidung dantelinga Universitas Sumatera Utara
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGUS HARRY A. ASROEL Fakultas Kedokteran Bagian Tenggorokan Hidung dantelinga Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) merupakan kelainan
Lebih terperinciOrgan yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru
Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung
Lebih terperinciBenda Asing Kacang di Trakea
Benda Asing Kacang di Trakea Abdul Rahman Saragih dan Aliandri Departemen/SMF THT-KL Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan 74 Majalah Kedokteran Nusantara Volume Universitas
Lebih terperinciTUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia
TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2 Sistem Respirasi Manusia Sistem Respirasi Manusia Isilah bernapas, seringkali diarikan dengan respirasi, walaupun secara hariah sebenarnya kedua isilah tersebut berbeda. Pernapasan
Lebih terperinciPembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung
Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung dr. Asmah Yusuf, Sp. Rad Kontributor Blok Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Pendahuluan Penilaian pembacaan foto rontgen toraks
Lebih terperinciUniversitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI
Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 2/17/2016 2 2/17/2016 3 2/17/2016
Lebih terperinciBANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Traktus trakeobronkhial terdiri dari trakhea dan bronkus. Trakea merupakan pipa yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Anatomi dan Fisiologi Traktus Trakeobronkhial 2.1.1 Anatomi Traktus trakeobronkhial terdiri dari trakhea dan bronkus. Trakea merupakan pipa yang terdiri dari tulang rawan dan
Lebih terperinciD. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui. Malacia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan
Lebih terperinciPertukaran gas antara sel dengan lingkungannya
Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan
Lebih terperinciTRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM
TRAUMA MUKA DAN HIDUNG DEPT. THT FK USU / RSHAM PENDAHULUAN Hidung sering fraktur Fraktur tulang rawan septum sering tidak diketahui / diagnosis hematom septum Pemeriksaan dapat dilakukan dengan palpasi
Lebih terperinciETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten
ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten Pendahuluan Endotracheal Tube (ETT) adalah sejenis alat yang digunakan di dunia
Lebih terperinciTask Reading: ASBES TOSIS
Task Reading: ASBES TOSIS Pendahuluan Asbestosis merupakan menghirup serat asbes. gangguan pernapasan disebabkan oleh Asbes atau Asbestos adalah bentuk serat mineral silika tahan terhadap asam kuat, serta
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care
Lebih terperinciSejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen
PENCITRAAN X-RAY Sejarah X-Ray Wilheim Conrad Roentgen DEFINISI Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet tetapi dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciLUKA BAKAR Halaman 1
LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah merupakan faktor
Lebih terperinciKadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang
Kanker Paru DEFINISI Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker
Lebih terperinciPROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI
PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : EKA DEWI PRATITISSARI
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL
1. Perhatikan gambar berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Bagian yang ditunjukan nomor 2 dan 4 adalah... Bronkiolus dan alveolus Bronkus danalveolus Bronkus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
Lebih terperinciGambar. Klasifikasi ukuran tonsil
TONSILEKTOMI 1. Definisi Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada
Lebih terperinciBAB VII SISTEM PERNAPASAN
BAB VII SISTEM PERNAPASAN PERNAPASAN / RESPIRASI PROSES PERTUKARAN GAS OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA DALAM TUBUH ORGANISME FUNGSI Mensuplai oksigen ke dalam sel-sel jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Airway Management Menurut ATLS (Advance Trauma Life Support) (2008), Airway manajemen merupakan hal yang terpenting dalam resusitasi dan membutuhkan keterampilan yang khusus
Lebih terperinci11/29/2013. Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riwayat penyakit bronkiektasis pertama kali dikemukakan oleh Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada akhir 1800, dan ditetapkan
Lebih terperinciAnatomi dan Fisiologi saluran pernafasan. 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1
Anatomi dan Fisiologi saluran pernafasan 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Anatomi Sistem Pernafasan Manusia 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 2 Sistem pernafasan atas 1/9/2009 Zullies
Lebih terperinciSistem Respirasi Manusia L/O/G/O
Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O Apersepsi Kegiatan Siswa menarik napas kemudian menghembuskan napas Pertanyaan Melalui kegiatan bernapas yang telah kamu lakukan, dapatkah kamu memprediksikan organ apa
Lebih terperinciPENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN)
UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan no. 94 Padang Telp.: 0751-31746 Fax.: 32838 PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) BAGIAN 2 SEMESTER 4 TAHUN AJARAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi
Lebih terperinci27 Benda Asing pada Saluran Napas
27 Benda Asing pada Saluran Napas Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan
Lebih terperinciKarakteristik Benda Asing Esophagus di Bagian T.H.T.K.L Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 203 Desember 205 dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L, MKes*,
Lebih terperinciPENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016
PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI Edisi 1, 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PADANG 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perineum merupakan bagian penting pada saat proses persalinan yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan pada saat proses persalinan secara
Lebih terperinciANATOMI DAN FISIOLOGI
ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan
Lebih terperinciSISTEM PERNAPASAN MANUSIA
SISTEM PERNAPASAN MANUSIA Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biologi Umum Di Susun oleh : Rukayah NPM : 3061424062 Dosen Pengasuh : Taufik Rahman, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil
Lebih terperinciBAB VIII PEMERIKSAAN PARU-PARU A. PENDAHULUAN
BAB VIII PEMERIKSAAN PARU-PARU A. PENDAHULUAN Bronchus, jaringan paru, dan pleura merupakan komponen dari paru-paru. Perubahan-perubahan pada jaringan ini akan dapat menimbulkan perubahan fungsi dan struktur
Lebih terperinciPYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY
PYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, fisiologi, patologi dan patogenesis dari hypertrophic
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.
Lebih terperinciPenemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU
Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi
Lebih terperinci5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea
1. Terjadinya inspirasi pada proses pernapasan manusia adalah karena diafragma.... a. melengkung, tulang rusuk dan dada terangkat b. melengkung, tulang rusuk dan dada turun c. mendatar, tulang rusuk dan
Lebih terperinciSistem Pernafasan Manusia
Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai
Lebih terperinciEkspertise Efusi Pleura
Ekspertise Efusi Pleura Pembimbing : dr. Rachmat Mulyana Memet, Sp. Rad Oleh : Jayyidah Afifah 2010730055 Identitas : Tn. S/LK/70thn Marker : L Tanggal : 3 Desember 2013 Posisi : PA Jenis foto : Foto polos
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan kegawatdaruratan bedah abdominal pada bayi dan anak. 1-7 Angka kejadiannya di dunia satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 1. Perhatikan gambar berikut! Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio9-18-01.png Bagian yang ditunjukkan
Lebih terperinci1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan
MAKALAH BATUK EFEKTIF 1. Batuk Efektif 1.1 Pengertian Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.
Lebih terperinciBAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA
BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT : Bab ini membicarakan tentang sistema respiratoria yang melibatkan organ-organ seperti hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchus, bronchiale,
Lebih terperinciGambar 1. Anatomi Palatum 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teori BAB II KAJIAN TEORITIS 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang berkaitan dengan kependidikan, yang pada dasarnya belajar merupakan proses menuju perubahan yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya bagi masyarakat di sekitar kita. Di berbagai wilayah perkotaan sampai pedesaan, dari anak anak sampai orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Intubasi endotrakeal merupakan "gold standard" untuk penanganan jalan nafas.
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Intubasi endotrakeal merupakan "gold standard" untuk penanganan jalan nafas. Prosedur ini dapat dilakukan pada sejumlah kasus pasien yang mengalami penyumbatan jalan
Lebih terperinciPENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax
PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax Penyusun Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin CSL 2 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 TATA-TERTIB LABORATORIUM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4 1. Pasang yang tepat antara alat ekskresi dan zat yang dikeluarkan adalah... Hati menghasilkan hormon Paru-paru mengeluarkan uap air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Pharynx Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Pharynx terletak di belakang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi
Lebih terperinciBENDA ASING TELINGA HIDUNG TENGGOROK DI BAGIAN/SMF THT-KL BLU/RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2008 DESEMBER 2011
BENDA ASING TELINGA HIDUNG TENGGOROK DI BAGIAN/SMF THTKL BLU/RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 00 DESEMBER 0 Marthalisa S. Sosir Ora I. Palandeng R. E. C. Tumbel Bagian THTKL Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan penyakit umum pada masyarakat yang di tandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.
BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI
Lebih terperinciFRAKTUR TIBIA DAN FIBULA
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian
Lebih terperinciDefinisi. Kelainan ini tidak diturunkan dan memerlukan waktu bertahuntahun hingga menimbulkan gejala
Definisi Ketiadaan peristaltik korpus esofagus bagian bawah dan hipertonisitas sfingter esofagus bagian bawah (SEB/ cincin otot antara esophagus bagian bawah dan lambung) akibat degenerasi ganglia pleksus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).
Lebih terperinciRONTGEN Rontgen sinar X
RONTGEN Penemuan sinar X berawal dari penemuan Rontgen. Sewaktu bekerja dengan tabung sinar katoda pada tahun 1895, W. Rontgen menemukan bahwa sinar dari tabung dapat menembus bahan yang tak tembus cahaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi
Lebih terperinciPRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD
PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance
Lebih terperinciPENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan
BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala
Lebih terperinciPERTOLONGAN GAWAT DARURAT
PERTOLONGAN GAWAT DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT Keadaan gawatdarurat sering terjadi pada jemaah haji di Arab Saudi. Keterlambatan untuk mengidentifikasi dan memberikan pertolongan yang tepat dan benar dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta
Lebih terperinciMODUL MATA PELAJARAN IPA
KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Sistem pernapasan untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan Definisi Emboli Cairan Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah jumlah besar cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jantung dan pembuluh darah (26,3%). Ditemukan angka kematian akibat penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2001, sebab utama kematian
Lebih terperinci