BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Fenomena Anak Sulit Mengkonsumsi Sayuran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Fenomena Anak Sulit Mengkonsumsi Sayuran"

Transkripsi

1 BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Fenomena Anak Sulit Mengkonsumsi Sayuran 1. Tinjauan Umum Sayuran Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng, dan seterusnya. Kandungan zat gizi alami dalam sayuran hijau sangat banyak, selain kaya dengan vitamin A dan C, sayuran hijau juga mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan fosfor. Sayuran yang berwarna hijau tua merupakan sumber karotenoid (pigmen dalam tanaman yang terdapat pada tumbuhan) terbaik dan tergolong penting untuk memerangi radikal bebas. Pro-vitamin A dalam sayuran diketahui berguna untuk pertumbuhan tulang, mata, rambut dan kulit anak-anak, disamping bermanfaat juga untuk mengganti sel-sel tubuh, mengganti selaput lendir mata, dan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi. Pro-vitamin A hanyalah salah satu dari sekian banyak zat-zat berguna yang terdapat dalam sayuran, dimana semua vitamin dan mineral tersebut sangat diperlukan agar anak dapat tumbuh dengan baik. Peran 34

2 35 orang tua sangat diperlukan untuk membuat anak mau memakan makanan bergizi tersebut, namun seringkali orang tua dihadapkan pada masalah yang memang telah terjadi sejak dulu. 2. Fenomena Sulit Mengkonsumsi Sayuran di Indonesia Fenomena anak tidak suka makan sayur di Indonesia adalah masalah klasik yang sejak lama belum terungkap secara benar, yang menimbulkan berbagai opini dan pendapat spekulatif yang tidak sepenuhnya benar. Keadaan anak yang tidak mau makan sayur harus diamati secara teliti dan cermat. Secara nasional kekurangan asupan gizi pada anak masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010 pada subjek rumah tangga dan anggota rumah tangga mewakili 33 provinsi yang tersebar di 441 kabupaten/kota di seluruh Indonesia dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Tabel 3.1 Persentase Anak menurut Jenis Makanan serta Rata-rata (Median) Konsumsi Makanan dan Kelompok Usia (Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013)

3 36 Tabel 3.2 Persentase Anak menurut Jenis Minuman serta Rata-rata (Median) Konsumsi Minuman Anak dan Kelompok Usia (Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013) Tabel 3.3 Distribusi Anak dilihat dari Tipe Sarapan dan Rata-rata (Median) Konsumsi Pangan Anak dan Kelompok (Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013) Tabel diatas menggambarkan tipe asupan gizi makanan subjek anak Indonesia berdasarkan konsep gizi seimbang menghasilkan data bahwa anak usia 3 5 tahun meliputi pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman (36.2%); anak usia 6 12 tahun meliputi pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman (34.4%). Tipe sarapan lengkap yang terdiri dari pangan sumber karbohidrat, protein, sayur, buah, dan minuman hanya dikonsumsi oleh 0.5% anak usia 3 5 tahun dan 0.6% anak usia 6 12 tahun. Masih ditemukannya subjek yang memiliki kontribusi energi dan zat gizi yang rendah dapat disebabkan karena rendahnya sumber karbohidrat dan ragam

4 37 jenis pangan saat dikonsumsi, padahal zat gizi yang cukup hanya bisa dipenuhi dari makanan yang beragam terutama sayur atau buah-buahan. 3. Penyebab dan Dampak Kurang Konsumsi Sayuran Dari hasil penelitian dan pengalaman klinis1, didapatkan sekitar 30% anak yang mengalami gangguan proses makan di mulut yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan mengunyah dan menelan. Tampilan klinis yang terjadi adalah mengalami kesulitan dalam makan bahan makanan yang berserat atau bertekstur kasar seperti sayur atau daging sapi (empal). Analisa kejadian ini berkembang bahwa apakah anak memang tidak mau makan sayur atau memang tidak bisa makan sayur. Informasi diatas memang belum begitu banyak diketahui para orang tua, tapi ada baiknya orang tua mengetahui penyebab anak tidak mau makan sayur berdasarkan observasi sehari-hari. Berikut beberapa penyebab anak-anak menyisihkan sayuran pada piring makan mereka: a. Faktor fisik yakni terganggunya organ pencernaan anak atau bida karena infeksi dalam tubuh anak b. Faktor Psikis yakni yang berkaitan dengan psikologi anak. Seperti beberapa hal dibawah ini: 1) Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan. Menu makan saat bayi (>6 bulan) yang itu-itu saja akan membuat anak bosan dan malas makan, apalagi cara penyajian makanan yang campur aduk antara lauk pauk seperti makanan yang diblender jadi satu.

5 38 2) Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan. Makanan seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack ber-msg yang dimakan anak-anak sebelum jam makan seringkali membuat anak merasa kenyang. 3) Minum susu terlalu banyak. Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar, atau orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu. Fakta menyebutkan setelah anak berusia satu tahun, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib karena secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor. 4) Terpengaruh kebiasaan orang tuanya. Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya. Perilaku orang tua memilih-milih makanan atau menyukai junk food, akan sangat mudah ditiru oleh anak. Perilaku lainnya seperti kebiasaan mengiming-imingi jajanan pada anak yang rewel, membuat anak lebih memilih makananmakanan yang memang lebih terasa lezat di lidah tersebut. 5) Munculnya sikap negativistik. Pada usia >2 tahun, Sikap negativistik merupakan fase normal yangg dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk independen. Orang tua yang kurang memahami hal ini merasa

6 39 khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, sehingga dengan keras memaksa anaknya makan. Hal ini dapat berujung pada penolakan terhadap makanan tertentu, bahkan kadang sampai anak beranjak dewasa. 6) Pengenalan sayuran pada anak yang sangat rendah/kurang. Orang tua yang terlalu sibuk, seringkali melupakan pentingnya proses pengenalan berbagai hal baru pada anak. Kurangnya wawasan orang tua di era teknologi informasi sekarang ini sudah tidak bisa lagi menjadi alasan kurangnya pengenalan makananmakanan bergizi pada anak. Di lain pihak orang tua dipenuhi rasa cemas dan takut anak menjadi kurang gizi mengingat sayur adalah salah satu sumber vitamin dan mineral yang sangat baik. Jika anak kekurangan vitamin dan mineraltentunya akan mengalami masalah bagi pertumbuhanya. Dalam keadaan normal anak usia di atas 2 tahun seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun. Nama Penyakit Kekurangan/ Defiseiensi Gejala dan Tanda Klinis 1 Buta Senja (xeroftalmia) Vitamin A Mata kabur atau buta 2 Beri-beri Vitamin B1 Badan bengkak, tampak rewel, gelisah, pembesaran jantung kanan

7 40 3 Ariboflavinosis Vitamin B2 Retak pada sudut mulut, lidah merah jambu dan licin Cengeng, mudah kaget, kejang, 4 Defisiensi B6 Vitamin B6 anemia (kurang darah), luka di mulut Gejala 3 D (dermatitis /gangguan kulit, diare, deementia), Nafsu 5 Defisiensi Niasin Niasin makan menurun, sakit di lidah dan mulut, insominia, diare, rasa bingung. 6 Defisiensi Asam Folat Vasam Folat Anemia, diare Anemia, sel darah membesar, lidah 7 Defisiensi B12 Vitamin B12 halus dan mengkilap, rasa mual, muntah, diare, konstipasi Cengeng, mudah mara, nyeri 8 Defisiensi C Vitamin C tungkai bawah, pseudoparalisis (lemah) tungkai bawah, perdarahan kulit Pembekakan persendian tulang, 9 Defisiensi Fosfor Vitamin D deformitas tulang, pertumbuhan gigi melambat, hipotoni, anemia

8 41 10 Defisiensi Lodium Vitamin K Perdarahan, berak darah, perdarahan hidung dsb Tabel 3.4 Penyakit Akibat Kekurangan Vitamin (Sumber: Laporan Depkes 2012) Nama Penyakit Kekurangan/ Defiseiensi Gejala dan Tanda Klinis 1 Anemia Defisiensi Besi Zat besi Pucat, lemah, rewel Mudah terserang penyakit, 2 Defisiensi Seng Seng pertumbuhan lambat, nafsu makan berkurang, dermatitis Pertumbuhan otak terganggu, 3 Defisiensi Tembaga Tembaga rambut jarana dan mudah patah, kerusakan pembuluh darah nadi, kelainan tulang 4 Hipokalemi Kalium Lemah otot, gangguan jantung 5 Defisiensi Klor Klor Rasa lemah, cengeng 6 Defisiensi Fluor Fluor Resiko karies dentis (kerusakan gigi) 7 Defisiensi Krom Krom Pertumbuhan kurang, sindroma

9 42 like diabetes melitus 8 Hipomagnesemia Magnesium Defisiensi hormon paratiroid 9 Defisiensi Fosfor Fosfor Nafsu makan menurun, lemas Pembesaran kelenjar gondok, 10 Defisiensi Lodium Lodium gangguan fungsi mental, perkembangan fisik Tabel 3.5 Penyakit Akibat Kekurangan Mineral dan Elektrolit (Sumber: Laporan Depkes 2012) Tabel diatas menunjukan macam-macam penyakit sebagai dampak dari kekurangan vitamin dan mineral. Padahal vitamin dan mineral dikenal sebagai mikronutrients, merupakan salah satu komponen yang penting dari nutrisi. Tanpa komponen tersebut, akan banyak anak-anak yang mengalami cacat lahir, kebutaan, dan mengalami ketidakmampuan untuk belajar dengan baik. Usia dua tahun pertumbuhan dan perkembangan anak membutuhkan gizi cukup yang dipengaruhi oleh faktor internal berupa genetik dan faktor eksternal berupa asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Berdasarkan data WHO 2011, prevalensi anak gizi kurang di Indonesia mencapai 13% dan untuk angka kematian akibat gizi buruk mencapai 54%. Menurut data Riskesdas tahun 2010, prevalensi kasus gizi kurang pada anak di propinsi Jawa Tengah sebesar 17,9% dan untuk gizi buruk mencapai angka 4,9%. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah praktik pemberian makanan pada anak yang tidak tepat. Berdasarkan

10 43 data WHO 2010, 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak tepat dan 90% diantaranya terjadi di negara berkembang. B. Analisis Situasi Pemberian makanan pada anak dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu serta adanya dukungan keluarga dan lingkungan. Pengetahuan dan sikap ibu akan mempengaruhi asupan makanan yang ada di dalam keluarga terutama anak. Pendidikan gizi pada orang tua atau keluarga yang mempunyai anak dapat merubah perilaku dari keluarga terutama dalam pemberian makan. Pemberian asupan makan yang tepat akan banyak dipengaruhi oleh keluarga sehingga dapat mempengaruhi asupan makan dan status gizi anak. Pemberian makanan yang tepat meliputi pemberian makan utama dan camilan pada anak. Sikap ibu mengenai makanan pada anak akan mempengaruhi praktik ibu dalam pemberian makan anaknya. Sikap ibu dalam pemberian makan pada anak dapat mempunyai risiko 2,7 kali terhadap praktik ibu, dibandingkan dengan pengetahuan ibu yang tidak mempengaruhi perilaku. No Umur Subjek (Bulan) Perilaku Ibu 1 20 Anak tidak suka mengkonsumsi sayur sehingga ibu akan menyuapi anak dengan tambahan lauk dan kuah sayur. Ibu

11 44 tidak mau mencoba menyuapi anak dengan sayur, dengan alasan anak anak tidak suka. Ibu tidak mencoba memperkenalkan sayur pada anak, dengan anggapan anak akan suka sayur bila sudah besar. Anak terbiasa diberikan makanan camilan sebelum mengonsumsi makanan utama, sehingga anak tidak terlalu 2 12 banyak menghabiskan makanan utamanya. Hal ini dilakukan agar anak terpancing mengonsumsi makanan utama, walau terkadang makanan utama sering tidak habis dikarenakan anak sudah kenyang karena telah mengonsumsi makanan jajajanan. Anak terbiasa mengonsumsi bakwan setiap harinya. Hal ini dikarenakan anak hanya mau mengonsumsi sayur dalam bentuk bakwan. Namun sayur yang digunakan di dalam bakwan hanya 3 12 berupa kubis dan wortel. Ibu tidak mencoba modifikasi makanan lain dikarenakan ibu beranggapan ribet bila hanya mempersiapkan makanan untuk anak saja sedangkan tugas 11 rumah yang harus ibu lakukan cukup banyakk. Sehingga menurut ibu, bakwan merupakan pemilihan yang praktis. Anak lebih suka mengonsumsi makanan camilan sehingga anak 4 16 susah untuk makan utama. Ibu hanya menyuapi anak tidak lebih dari 3-4 sendok. Selebihnya anak diberikan makan krupuk, biskuit, roti yang biasa di jual di warung, Ibu tidak

12 45 pernah memaksa anak untuk makan dikarenakan anak suka untuk memberontak sehingga ibu akan menunggu anak untuk minta makan. Ibu hanya memberikan makan bila anak meminta, hal ini dikarenakan ibu menganggap bila anak tidak meminta makan berarti anak tidak lapar. Selain itu ibu hanya masak di pagi hari saja namun untuk dimakan dari pagi hingga malam. Ibu memberikan makan anak sesuai dengan saran dari tetangga 5 15 dikarenakan disekitar rumah mengatakan bahwa anak balita lebih suka mengonsumsi camilan dibandingkan mengonsumsi makanan utama. Sehingga ibu tidak melarang anak dalam memilih makanan yang diinginkan. Pemilihan makanan jajanan anak biasanya dilakukan sesuai dengan keinginan anak seperti coklat dan biskuit yang biasa di jual di warung. Anak susah untuk makan meskipun ibu sudah berusaha membujuk anak untuk makan. Ibu sudah berusaha menyuapi 6 19 anak agar anak dapat menghabiskan makanannya. Anak cenderung suka membeli camilan di warung dikarenakan tetangga rumah yang juga mempunyai anak seumuran suka mengajaknya untuk membeli jajanan di warung Ibu hanya memberikan lauk ayam goreng pada anak, karena anak hanya mau makan bila ada lauk ayam. Ibu pernah

13 46 mencoba memperkenalkan anak dengan lauk lain, tapi anak susah untuk menerimanya. Sehingga ibu lebih suka memberikan anak makanan dengan lauk ayam dikarenakan ibu menganggap anak dapat makan dengan lahap. Ibu terbiasa membeli makan di warung untuk lauk, hal ini dikarenakan jumlah anak yang banyak di rumah sehingga ibu malas untuk masak dalam jumlah banyak. Anak susah makan, hanya mau makan 5-6 sendok makan saja.sehingga ibu akan 8 14 membujuk anak agar dapat makan dengan jajanan yang ada di warung seperti coklat atau kue. Bila anak sudah kenyang dengan jajanan, anak biasa tidak makan siang dan ibu tidak mempermasalahkannya dikarenakan ibu menganggap anak sudah kenyang. Ibu membiasakan anak untuk makan dengan lauk yang 9 15 seadanya seperti tahu atau tempe goreng, selain itu ibu menambahkan sayur bayam walau anak hanya mau makan 2 suap saja. Anak susah makan sayur selain sayur bayam. Anak lebih suka mengkonsumsi mie goreng dengan telur goreng. Anak tidak suka mengkonsumsi makan sayur. Anak mau makan nasi namun hanya habis 5-6 sendok saja. Ibu mengikuti keinginan anak untuk makan mie goreng dikarenakan anak dapat menghabiskan makanannya.

14 47 Ibu suka membujuk anak untuk makan dengan membelikannya camilan di warung seperti coklat atau makanan ringan. Apabila anak sudah mengkonsumsi camilan, anak tidak menghabiskan makanan utamanya. Namun bila ibu tidak membelikan camilan, anak tidak mau makan. Ibu tidak dapat membeli lauk yang cukup dalam keluarga sehingga tidak ada lauk yang khusus untuk anak. Ibu akan menyuapi anak dengan krupuk, bakwan atau kue yang ada di warung bila anak masih lapar. Tabel 3.6 Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemberian Makan Anak (Sumber: Laporan Penelitian 2002) Hasil wawancara pada 12 ibu yang mempunyai anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas menunjukkan ibu masih berperilaku kurang dalam memberikan makan pada anak mereka. Sikap ibu mengenai pemberian makanan pada anak merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk berperilaku memberikan makanan yang tepat untuk anak. Makanan yang tepat buat anak diberikan agar anak dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Sikap ibu yang yang di dapat dari interaksi sosial seperti lingkungan, dapat dengan mudah mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan makanan di rumah. Kebiasaan makan yang diajarkan ibu kepada anak akan mempengaruhi pola makan anak sehingga anak dapat memutuskan makanan yang dikonsumsinya. Data di Indonesia menunjukkan 13% baduta mengalami

15 48 keterlambatan perkembangan dikarenakan pendapatan yang kurang membuat keluarga tidak dapat membeli makanan yang dapat dimakan seluruh anggota keluarga. Namun status ekonomi pada keluarga kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak (31,5%). Status ekonomi pada keluarga akan berpengaruh terhadap sikap ibu dalam pemberian makanan yang tepat pada keluarga khususnya anak. Pada wawancara mendalam yang dilakukan, sikap ibu dalam memberikan makanan masih banyak dipengaruhi oleh keinginan anak mereka. Jika balita tidak mau makan makanan keluarga dan lebih memilih makanan camilan, maka ibu menganggap hal tersebut merupakan hal biasa. Hal ini juga di dukung dengan sikap ibu dalam memilih makanan camilan buat anak, pembelian camilan seperti makanan ringan, coklat atau krupuk dianggap dapat menggantikan posisi makanan utama karena anak akan merasa kenyang. C. Dinas Kesehatan Kota Surakarta Perancangan cergam dan flashcard Olin suka Sayur-sayuran ini akan dipublikasikan dan diterbitkan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan disebarkan ke beberapa PAUD di Surakarta sebagai bentuk kampanye mengenai pengenalan manfaat serta dampak dari kurangnya mengkonsumsi sayuran bagi anak usia prasekolah. Berikut adalah data dari Dinas Kesehatan Surakarta:

16 49 1. Logo Gambar 3.1 Logo Dinas Kesehatan Kota Surakarta (Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta) 2. Visi dan Misi Dalam melaksanakan kegiatannya, Dinas Kesehatan Surakarta mempunyai visi dan misi. Visi Dinas Kesehata Surakarta adalah "Terwujudnya budaya perilaku hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan untuk menyangsong Solo Sehat 2010", sedangkan misinya adalah: a. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat b. Memberikan kontribusi nyata dalam perberdayaan masyarakat di bidang kesehatan c. Memelihara dan meningkatkan pelayaan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau d. Memelihara dan meningkatkan kesehatn individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. e. Meningkatkan mutu pelayanan menuju Surakarta Sehat.

17 50 3. Lokasi, kontak, dan website Dinas Kesehatan Surakarta a. Komplek Balaikota Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta b. Nomor Telepon. (0271) , c. Website: 4. Website Gambar 3.2 Website Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta (Sumber: Di akses 15 Januari 2015) D. Data Referensi Referensi adalah sumber berupa literatur yang berfungsi sebagai contoh serta pembanding dalam pembuatan objek perancangan. Berikut adalah data bukubuku yang dijadikan referensi pembuatan konsep ilustrasi dan cerita cergam Olin Suka Makan Sayur :

18 51 1. Aku Bisa Makan Sendiri Gambar 3.3 Buku cerita Aku Bisa Makan Sendiri oleh Eka Wardhana (Sumber: Dokumentasi Pribadi) a. Penulis : Nasri Alam Rifani b. Ilustrator : Tim Ilustrator Dar! Mizan c. Penerbit : DAR! Mizan d. Editor : Ali Muakhir e. Halaman : 24 halaman f. Teks Bahasa : Indonesia, English g. Tahun Terbit : November 2009 h. ISBN :

19 52 2. Aku Hebat dan Berbakat Gambar 3.4 Buku cerita Aku Hebat dan Berbakat (Sumber: Dokumentasi Pribadi) a. Penulis : Zhizhi Siregar b. Ilustrator : Arrahmanrendi c. Editor : Wicha SB dan Suryaning Wulan d. Layouter : Omenemo Muhsinul Fajri e. Penerbit : Bestari Kids f. Halaman : 40 halaman g. Tahun Terbit : 2014 h. ISBN :

20 53 3. Mengenal Sayuran Gambar 3.5 Buku Pintar Mengenal Buah & Sayur Pertamaku (Sumber: Dokumentasi Pribadi) a. Penulis : Kak Intan Putri b. Penerbit : Idea World Kidz (Distributor Suka Buku) c. Halaman : 42 halaman d. Tahun Terbit : September e. ISBN : Hantu Lucu Gambar 3.6 Buku cerita Hantu Lucu (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

21 54 a. Penulis : A. J. Wood b. Ukuran : 22 x 27 cm c. Tebal : 40 halaman d. Penerbit : Erlangga for Kids e. ISBN : E. Data Flash Card Glenn Doman adalah pendiri The Institutes for the Achievement of Human Potential ( IAHP ). Beliau telah mengembangkan cara untuk mengajar bayi dan anak-anak sejak usia dini, serta telah membantu anak yang normal, sehat, dan juga anak-anak yang menderita cedera otak atau berkebutuhan khusus. Glenn Doman percaya bahwa mengajar anak-anak sejak usia dini dan 6 tahun pertama kehidupan dapat sangat membantu meningkatkan IQ mereka. Metode Glenn Doman adalah metode yang berfungsi untuk menstimulasi otak anak dengan mengajarkan membaca, matematika, pengetahuan ensiklopedia dan aktifitas fisik sambil bermain. Metode ini dapat diterapkan sejak bayi lahir. Metode Glenn Doman menggunakan alat peraga yang disebut bits of intelligence atau biasa dikenal dengan nama flashcards. Flashcards ini diajarkan kepada anak dengan cara flashing dengan kecepatan yang sangat cepat sekali, yaitu 1 kartu = 1 detik ; dengan total waktu kurang lebih 5-10 menit / hari. Dan tujuan utama dari Metode Glenn Doman ini adalah menjadikan anak percaya diri, dan imajinatif.

22 55 Dalam buku Glenn Doman yang berjudul How to Teach Your Baby Math dan How to Teach Your Baby to Read, diungkapkan bahwa umur keemasan adlah 1-5 tahun. Usia ini adalah jenjang yang paling terbaik dalam mengajarkan membaca, bahasa, dan menghitung. Membaca, bahasa, dan menghitung dapat diberikan melalui media flash card. Semakin dini diberikan akan semakin cepat anak dalam memahami materi pembelajaran. Kartu baca atau flash card akan berfungsi dengan sangat baik hingga umur 4 tahun. Setelah itu akan mulai melambat. Karna fase umur 1-3 tahun pertumbuhan otak anak sangat cepat. Dalam menyerap informasi yang ada, otak anak seperti spons kering yang menyerap air, sangat cepat. Karna itulah usia balita sangat baik dalam memberikan pembelajaran baca dan bahasa. Glenn Doman juga menyatakan bahwa memberikan materi kepada anak melalui media flash card harus dengan konsep bermain. Jadi orang tua dapat bermain-main seperti tebak kata dengan anak-anak. Tim Pendidikan Nasional juga menyatakan agar anak pra-sekolahharuslah bermain, tidak dianjurkan untuk belajar Berikut adalah cara Bermain flashcard dalam metode Glenn Doman: 1. Persiapan a. Memastikan ruangan cukup terang, dan tidak ada suara-suara bising yang mengganggu. b. Untuk melatih kecepatan, sebaiknya orang tua berlatih cara memainkan flashcards sebelum menunjukkannya kepada anak.

23 56 c. Sebelum bermain flashcards, dianjurkan mengajak anak bermain permainan yang lain yang membuat anak rileks, seperti membaca buku, menyusun balok, mendengarkan musik/lagu anak, dsb. d. Permainan ini harus bisa dinikmati oleh orang tua dan anak anda dalam suasana yang menyenangkan. Jadi, bukan hanya anak. Namun orang tua juga harus dalam keadaan rileks tanpa stress dan rasa terpaksa. e. Jika sudah siap, orang tua harus menginstruksikan dengan antusias dan wajah senang bahwa ia mempunyai kartu flashcards, dan tanyakan apakah anak mau bermain bersama. 2. Belajar membaca a. Orang tua berhadapan dengan anda mereka dengan jarak kira-kira 1 s.d. 1,5 meter. b. Pastikan anak dalam keadaan rileks dan mau bermain flashcards. c. Menyiapkan 10 kartu dari kelompok yang sama, misalnya kelompok buah, ditumpuk dan dipegang dengan tangan kiri. Halaman kartu yang bergambar berada di bagian depan menghadap ke anak anda. d. Untuk menarik perhatian anak (untuk tahap awal), tunjukkan halaman kartu yang bergambar dengan cara mengambil kartu yang paling belakang dan meletakkannya ke urutan paling depan, sambil mengucapkan dengan jelas nama gambar tersebut, misalnya APEL.

24 57 e. Kemudian baliklah gambar apel tersebut sehingga tulisan apel berada di bagian depan, sambil mengucapkan APEL. Lakukan tindakan ini dengan cepat, masing-masing tidak lebih dari 1 detik. f. Jangan meminta anak anda mengikuti/mengulang apa yang anda ucapkan. g. Setelah itu, ambil kartu kedua dari kartu yang di urutan paling belakang, kemudian lakukan seperti langkah no. e dan f. h. Lakukan secara berurutan sampai dengan kartu kesepuluh, dengan kecepatan tidak lebih dari 1 detik untuk tiap-tiap gambar dan tulisan yang ditunjukkan. Menunjukkan kartu dengan cepat ini akan memicu otak kanan untuk bekerja menerima informasi yang ada di kartu. Jika anak anda sudah kelihatan mengerti nama-nama gambar dan juga hubungan antara gambar dengan tulisan, maka langkah no.5 tidak perlu lagi dilakukan, tapi langsung menunjukkan tulisan saja dengan kecepatan 1 detik/kartu. i. Tunjukkan rasa senang anda ketika permainan ini selesai dengan cara memuji anak anda atau memeluk dan menciumnya. j. Permainan bisa diteruskan dengan kelompok kartu yang lain, tetapi sebaiknya hentikan permainan ini ketika anak masih ingin bermain. Hal ini akan membuat anak mau bermain secara berkelanjutan. 3. Mengecek kemajuan anak a. Untuk anak yang belum bisa berbicara 1) Pilih 2 kartu yang sudah pernah dimainkan oleh anak anda. Misalnya kartu apel dan pepaya. Pegang kedua kartu tersebut di tangan kanan

25 58 dan kiri anda, kemudian tunjukkan halaman tulisan kata apel dan pepaya di depan anak anda. 2) Mintalah anak anda mengambil salah satu nama kartu, misalnya, anda mengatakan, Yang mana apel? 3) Tunjukkan rasa senang anda dengan cara memuji ataupun memeluknya, jika anak anda mengambil kartu yang benar. 4) Jika anak anda mengambil kartu yang salah, katakan Ini pepaya. Jangan mengatakan, Salah!. b. Untuk anak yang sudah bisa berbicara 1) Ambil 1 kartu yang sudah pernah dimainkan oleh anak anda. Misalnya kartu apel. 2) Tunjukkan di depan anak anda, dan tanyakan, Ini apa? 3) Berikan waktu beberapa saat kepada anak untuk berpikir, tapi jangan terlalu lama (kira-kira 5 s.d. 10 detik). 4) Jika anak anda mengatakan dengan benar, tunjukkan rasa senang anda dengan cara memuji ataupun memeluknya. 5) Jika anak anda menyebutkan nama yang salah, katakan Ini apel. Jangan mengatakan, Salah!. Catatan : 1. Permainan ini cukup singkat, hanya memerlukan sekitar 10 detik untuk 1 kali permainan. Jika dilakukan dengan benar dan dalam suasana yang

26 59 menyenangkan, hasilnya akan sangat efektif untuk perkembangan otak kanan dan kemampuan membaca anak anda. 2. Sebaiknya lakukan permainan flashcards ini 3 kali dalam 1 hari, pagi, siang dan malam. 3. Jika anak anda kelihatan cepat bosan, lakukan 2 kali sehari, ataupun 1 kali sehari. Intinya, sedapat mungkin lakukan supaya anak tetap tertarik melakukannya secara konsisten. 4. Jika anak anda tidak memperhatikan kartu yang anda tunjukkan, kemungkinan dia sudah mengerti informasi kartu tersebut. Jadi, gantilah dengan seri/kelompok kartu yang lain. 5. Jika anak anda sudah kelihatan bosan dan tidak mau bermain lagi, hentikan untuk beberapa hari. 6. Setelah itu tawarkan untuk bermain lagi. Akan lebih baik jika anda punya seri/kelompok lain yang baru. 7. Jika anda punya dotcards, sebaiknya diberi jarak minimal sekitar 30 menit s.d. 1 jam, dan di antara waktu itu anda bermain dengan anak untuk menunjukkan rasa kasih sayang anda. Itu saran dari Glenn Doman, penggagas pertama permainan flachcards ini. F. Target Cergam dan Flashcard Olin Suka Makan Sayur 1. Target Market a. Segmentasi Geografi Wilayah yang dicakup khususnya meliputi wilayah kota Surakarta.

27 60 b. Segmentasi Demografi 1) Umur(age) : tahun 2) Jenis kelamin : Laki laki dan perempuan 3) Status : Guru 4) Ekonomi : Semua kalangan c. Segmentasi Psikografi Anak-anak tetap membutuhkan dorongan dan bimbingan dari orang dewasa untuk mengenalkan dan mengajarkan buku dan flashcard tersebut. Karena penyebaran buku dan flashcard ini dikhususkan pada TK dan Playgroup maka, guru dipilih sebagai target market. 2. Target Audience Target audiens merupakan masyarakat yang mempunyai minat terhadap cergam dan flashcard yaitu sebagai berikut: a. Segmentasi Geografis : Kota Solo b. Segmentasi Demografis 1) Umur(age) : 3-5 tahun 2) Jenis kelamin : Laki laki dan perempuan 3) Pendidikan : Anak usia pra-sekolah. 4) Ekonomi : Semua kalangan c. Segmentasi Psikografis Alasan memilih kelompok umur antara 3-5 tahun adalah dikarenakan anak-anak usia tersebut telah memiliki kecenderungan sulit mengkonsumsi

28 61 sayur sayuran. Selain itu, dengan disisipkannya metode flashcard atau kartu bergambar dalam perancangan ini akan menjadi pembelajaran yang sangat efektif dalam melatih serta meningkatkan pemahaman kata dan dan kemampuan baca anak. G. Analisis SWOT Cergam dan flashcard Olin suka makan sayur memiliki kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Data data diperoleh berdasarkan observasi data dan konsep yang akan divisualisasikan ke dalam cergam dan flashcard untuk mengenalkan anak mengenai pentingnya mengkonsumsi sayuran. Berikut adalah tabel analisis SWOT kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki oleh cergam dan flashcard Olin suka makan sayur-sayuran. Analisis SWOT Strength Cergam & flashcard Olin Suka Makan Sayur 1. Tema cerita yang fiktif dan imajinatif dapat mengembangkan imajinasi anak dan membuat anak lebih antusias mengetahui isi cerita. 2. Konsep storyline yang menggambarkan dampak dari kurangnya mengkonsumsi sayur, dapat memberikan kesadaran pada anak untuk merubah sikap serta perilakunya dalam mengkonsumsi sayuran. 3. Buku Cergam dilengkapi dengan flashcard yang dapat melatih pemahaman anak terhadap kata dan melatih serta meningkatkan kemampuan baca anak. 4. Manfaat sayuran yang ditampilkan pada flashcard sebagai wacana edukasi untuk menambah wawasan

29 62 Weakness Opportunity Threat anak mengenai pentingnya mengkonsumsi sayuran. 5. Flashcard menampilkan nama sayuran dalam 2 bahasa. Yaitu bahasa Inggris dan Indonesia yang dapat melatih kemampuan 2 bahasa (bilingual) anak sejak dini. 1. Penyampaian makna cerita melalui teks atau narasi dalam buku tergolong banyak untuk anak usia 3-5 tahun. 2. Flashcard yang disediakan terbatas, hanya bertemakan sayur-sayuran. 3. Buku hanya sebagai materi peraga pembelajaran di sekolah, sehingga tidak diperjual belikan. 4. Tidak menonjolkan unsur budaya lokal. 1. Masyarakat masih membutuhkan buku sebagai media utama yang dipercaya sebagai sumber pembelajaran (edukasi). 2. Beberapa TK dan Playgroup di kota Surakarta telah terbiasa dalam menggunakan media pembelajaran dengan menggunakan buku cergam dan flashcard. 1. Buku edukasi sejenis yang menggunakan sarana media yang lebih interaktif, yang dapat ditemukan di tokotoko buku. 2. Tersedianya materi edukasi lain yang interaktif berbentuk CD program komputer yang menampilkan animasi, hal ini lebih menarik bagi anak-anak. Tabel 3.7 Analisis SWOT Kesimpulan : Dari hasil analisis diatas, perancangan cergam dan flashcard Olin suka makan sayur mendapatkan hasil yang bagus dalam pemasarannya.

30 63 Untuk itu, dengan dirancangnya Cergam dan flashcard ini diharapkan mampu mencapai tujuan awal media ini dibuat, yaitu untuk menanamkan kedaran anak sejak dini mengenai pentingnya mengkonsumsi sayur, sekaligus dapat melatih kemampuan baca anak melalui perancangan flashcard. H. Riset 3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data 1) Data Primer a) Penyebaran angket Angket diseberkan kepada 20 orang tua balita terkait perihal konsumsi masalah anak dalam mengkonsumsi sayur-sayuran di wilayah surakarta dengan mengajukan daftar pertanyaan berikut: ANGKET PERTANYAAN Nama: Pekerjaan: Umur: Alamat: Ya/ Tidak 1. Apakah anak anda mengalami sulit makan? a.ya b. Tidak 2. Apakah anak anda mau mengkonsumsi sayur-sayuran? a.ya b. Tidak

31 64 3. Apakah anak anda mengetahui nama sayur-sayuran yang biasa mereka konsumsi? a. Ya b. Tidak 4. Apakah anda sudah mengenalkan Bahasa Inggris kepada anak anda? a. Sudah b. Belum 5. Apakah anda telah menanamkan manfaat sayuran pada anak anda? a. Ya b. Tidak 6. Apakah anda sudah mengenal metode Glenn Doman? a. Sudah b. Belum 7. Sudah pernahkah anda mengajak anak anda bermain sambil belajar menggunakan flashcard? a. Sudah b. Belum NO NAMA RESPONDEN PERTANYAAN Y T Y T Y T S B Y T S B S B 1 Yuni Irawan 2 Astrini Wijayanti 3 Deliana Pradita

32 65 4 Desi Nursita 5 Dwi Wulan 6 Dewi Ruth 7 Fatikatul Inayah 8 Sandra Dewi 9 Yosi Erviana 10 Pandu Satria 11 Erwin Febrianto 12 Andri Rahmat 13 Triswanto Susilo 14 Wulan Roudatul 15 Anisa Rahma 16 Uswatun Khasanah 17 Ani Susilowati 18 Rudy Setiawan 19 Wiwid Juliani

33 66 20 Chandra Wayani Tabel 3.8 Jawaban dari 20 Responden Jawaban Pertanyaan No Variabel (Pertanyaan) Ya/ Sd h Tidak/ Blm Abstein Simpulan Terbanyak Presentase Terbanyak Dari 20 responden 1 Apakah anak anda mengalami sulit makan? terdapat 14 memilih YA. Jadi kesimpulannya anak-anak mengalami sulit 70% makan. Apakah anak Dari 20 responden anda mau terdapat 3 memilih 2 mengkonsumsi sayur-sayuran YA. Anak-anak tidak 15%? menyukai sayursayuran.

34 67 Apakah anak Dari 20 responden anda terdapat 5 memilih mengetahui YA. 3 nama sayursayuran yang Anak-anal belum mengetahui nama 25% biasa mereka sayur sayuran. konsumsi? 4 Apakah anda sudah mengenalkan manfaat sayuran kepada anak anda? Dari 20 responden terdapat 10 memilih SUDAH. Orangtua banyak yang belum mengenalkan manfaat kepada anak mereka 50% Apakah telah anda Dari 20 responden terdapat 8 memilih menanamkan SUDAH. 5 manfaat Masih banyak 40% sayuran pada orang tua yang anak anda? belum menanamkan

35 68 manfaat sayuran pada anak mereka. Apakah anda Dari 20 responden sudah terdapat 3 memilih mengenalkan SUDAH. 6 metode belajar menggunakan Orang tua belum mengetahui metode 15% flashcard belajar untuk anak menggunakan anda? flashcard. 7 Sudah pernahkah anda mengajak anak anda bermain sambil belajar menggunakan flashcard? Dari 20 responden terdapat 4 memilih YA. Orang tua belum pernah menggunakan flash card sebegai metode bermain sambil belaja 20% Tabel 3.9 Rekapitulasi Angket

36 69 Pertanyaan 7 Pertanyaan 6 Pertanyaan 5 Pertanyaan 4 Pertanyaan 3 Tidak/Belum Ya/Sudah Pertanyaan 2 Pertanyaan Grafik 3.1 Jawaban Ya/Sudah Tidak/Belum Hal tersebut terbukti dari hasil pengumpulan data melalui kuisoner, menunjukkan bahwa anak-anak prasekolah termasuk usia 3-5 tahun, sebanyak 70% anak mengalami sulit makan, sedangkan 15% yang menyukai sayur-sayuran. Dari pengumpulan data ini juga terbukti hanya 25% anak sudah mengetahui nama sayur-sayuran yang mereka konnsumsi, 50% orang tua belum mengenalkan bahasa inggris kepada anak mereka dan hanya 15% yang mengetahui tentang metode Gleen Doman, sedangkan yang sudah mengenalkan cara belajar sambil bermain menggunakan flashcard pada anak mereka hanya ada 20%. Maka dari itu, perlu media informasi guna untuk memberikan metode belajar bahasa inggris kepada anak usia dini sekaligus dapat

37 70 sebagai pengenalan nama sayur-sayuran sehingga anak dapat lebih tertarik mengkonsusi sayyur-sayuran yang baik bagi tubuh mereka. b) Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan terhadap laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jurnal Gizi dan Pangan, Maret ) Data sekunder Data dari internet berupa artikel pada situs berita online. b. Sumber data 1) Literatur dari buku, artikel, jurnal, maupun internet yang mencangkup tentang perihal obesitas pada anak dan segala resiko penyakit yang menyertainya, serta kajian teori yang mendukung judul penelitian ini. 2) Kuisioner adalah sumber data yang digunakan dalam pencarian data dari pihak ahli maupun target konsumen mengenai respon mereka terhadap masalah sulitnya anak mengkonsumsi sayuran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Analisa Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini diperoleh dari: 2.2 Data proyek Pencarian data berupa buku literatur serta internet yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan aktivitas dan pendapatan penduduk, semakin mendorong permintaan makanan dan minuman yang praktis, mudah, dan cepat cara penyajiannya namun tetap bergizi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, spiritual, dan sosial yang begitu signifikan. Pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, spiritual, dan sosial yang begitu signifikan. Pertumbuhan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia tiga sampai lima tahun dikenal sebagai anak usia prasekolah. Dimana pada usia ini terjadinya pertumbuhan dan perkembangan biologis, psikososial, kognitif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menyimpulkan, sebaiknya makanan pendamping (MP) ASI diberikan paling cepat pada usia 6 bulan. Hal ini sesuai dengan anjuran WHO untuk memberikan ASI eksklusif selama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecerdasan serta kesehatan anak bisa diperoleh salah satunya adalah dengan mencukupi kebutuhan gizi dan nutrisinya. Pemenuhan zat gizi dan juga nutrisi sangat diperlukan

Lebih terperinci

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Anak bukan miniatur orang dewasa Anak sedang tumbuh dan berkembang Anak membutuhkan energi per kg BB lebih tinggi Anak rentan mengalami malnutrisi Gagal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hasil peternakan yang sering kita jumpai dengan sangat mudah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hasil peternakan yang sering kita jumpai dengan sangat mudah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil peternakan yang sering kita jumpai dengan sangat mudah adalah telur. Telur adalah salah satu bahan makanan yang berasal dari hewan selain daging dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan cepat saji adalah makanan yang mengandung lemak tinggi seperti hamburger, ayam goreng,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang beraneka ragam, termasuk pangan. Sayur merupakan bahan pangan yang mudah didapat. Sayur memiliki

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Apa itu Nutrisi???? Defenisi Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan Setiap anak mempunyai

Lebih terperinci

Bab 1.Pengenalan MP ASI

Bab 1.Pengenalan MP ASI Bab 1.Pengenalan MP ASI Apa sih MPASI itu? MPASI adalah singkatan dari Makanan Pendamping ASI. Pendamping ASI, jadi ASI tetap diberikan kepada bayi ya... Hal pertama yang harus kita ingat adalah usia bayi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menerapkan pola hidup sehat merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Hidup dengan cara sehat sangat baik untuk kesehatan

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung SATUAN ACARA PENYULUHAN ( Gizi Seimbang Pada Lansia ) Topik Sasaran : Gizi Seimbang Pada Lansia : lansia di ruang Dahlia Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Waktu Tempat : 25 menit : Wisma Dahlia di UPT

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PAUD Mentari 2 berlokasi di jalan Boliyohuto Desa Ombulo Kecamatan Limboto Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PAUD Mentari 2 berlokasi di jalan Boliyohuto Desa Ombulo Kecamatan Limboto Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Profil PAUD Mentari 2 PAUD Mentari 2 berlokasi di jalan Boliyohuto Desa Ombulo Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Lokasi PAUD

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi lebih dan masalah gizi kurang merupakan masalah yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Obesitas merupakan sinyal pertama dari munculnya kelompok penyakit-penyakit

Lebih terperinci

01/04/ TAHUN (USIA(Th)) x 2 + 8) RUMUS PERKIRAAN TINGGI BADAN TAHUN USIA (th) x RUMUS PEERKIRAAN BERAT BADAN PERHITUNGAN

01/04/ TAHUN (USIA(Th)) x 2 + 8) RUMUS PERKIRAAN TINGGI BADAN TAHUN USIA (th) x RUMUS PEERKIRAAN BERAT BADAN PERHITUNGAN By Yetti Wira Citerawati SY Apa yang di makan bayi sejak usia dini merupakan fondasi penting bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. SDM akan optimal jika gizi dan kesehatan pada beberapa tahun

Lebih terperinci

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Genetik Nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan Lingkungan Tumbuh kembang Optimal 3 } perilaku makan adalah

Lebih terperinci

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT Oleh : ENDANG SUPRIYATI, SE KETUA KWT MURAKABI ALAMAT: Dusun Kenteng, Desa Puntukrejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. APA YANG ADA dibenak dan PIKIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi. Maka dari itu orang tua harus pandai pandai dalam memilih zat gizi pada anak

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi. Maka dari itu orang tua harus pandai pandai dalam memilih zat gizi pada anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan selama masa anak-anak berlangsung dengan kecepatan yang lebih lambat dari pada pertumbuhan bayi, akan tetapi kegiatan fisik pada tahap kehidupan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan adalah kebutuhan pokok manusia. Makan merupakan kegiatan mengkonsumsi makanan dengan memasukkan makanan ke dalam mulut dan menelannya, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP

Lebih terperinci

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita KAPAN SAATNYA BALITA MULAI MEMERLUKAN MAKANAN NON ASI? Masa ketergantungan bayi terhadap ASI dimulai sejak bayi lahir sampai usia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK. 2008, Sarapan atau breakfast (dalam bahasa Inggris), break (istirahat)

BAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK. 2008, Sarapan atau breakfast (dalam bahasa Inggris), break (istirahat) BAB II PENTINGNYA SARAPAN PAGI UNTUK ANAK-ANAK 2.1 Pengertian Sarapan Pagi Menurut sumber dari laman (page) web http://www.fbuzz.com/2008/12/13/pentingnya-sarapan-atau-makan-pagi/. 13 des 2008, Sarapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Asupan nutrisi yang tidak seimbang akan mengakibatkan anak kependekan, kekurusan, maupun kegemukan. Anggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Direktorat Gizi Masyarakat adalah terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Untuk dapat mencapai masyarakat yang sehat, perlu ditanamkan pola

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai harganya yang kelak akan menjadi pewaris dan penerus, begitu juga untuk menjadikan suatu bangsa menjadi lebih baik kedepannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian di Indonesia yang dilakukan di Jakarta terhadap anak prasekolah. Menunjukan hasil prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebanyak 44,5% diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL 59 60 Kode : KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL Nama Jenis Kelamin Alamat Rumah Nomor Telepon/ HP Enumerator Tanggal

Lebih terperinci

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah. Kata pengantar Saat akan makan, pertama-tama yang kamu lakukan melihat makananmu. Setelah itu, kamu akan mencium aromanya kemudian mencicipinya. Setelah makanan berada di mulut, kamu akan mengunyah makanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengetahuan Pengetahuan adalah, kata dasarnya tahu, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi menurut susunan perkataannya,

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja) NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja) dr. Maria Ulfa, MMR Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin.

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin. Jus Sehat Untuk IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin. A Publication of Nutrisi penting dalam segelas jus sehat Kesehatan janin pada masa kehamilan sangatlah penting.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena

Lebih terperinci

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini. NO. RESP A. KUESTIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Perkenalkan nama saya Intan Fermia P, mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,. Kakak sedang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 79 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Bayi Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan MP ASI Sasaran : Ibu yang mempunyai Bayi usia 0-2 tahun di Puskesmas Kecamatan Cilandak Waktu : 30 menit (08.00-08.30)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 No. Responden : Kelas : Diisi oleh peneliti Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden Informed Consent Persetujuan menjadi Responden Selamat Pagi/Siang/Sore Perkenalkan nama Saya Laila Suciati mahasiswi S1 eks 2006 Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes 1 GIZI BALITA dan ANAK 1-5 tahun Balita Dibedakan : * 1 3 tahun : Batita * 4 5 tahun : usia pra sekolah >5 thn- 9 tahun anak-anak Pertambahan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyapihan 1. Pengertian Penyapihan adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus. Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya lautnya, salah satunya adalah ikan. Meskipun begitu, produksi ikan yang melimpah tersebut belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan pertumbuhan dasar anak, selain itu juga terjadi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan pertumbuhan dasar anak, selain itu juga terjadi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia 1-5 tahun adalah periode penting dalam tumbuh kembang anak. Masa ini merupakan pertumbuhan dasar anak, selain itu juga terjadi perkembangan kemampuan berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif terhadap gaya hidup dan pola konsumsi makanan pada masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan?

pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan? tingkat lanjutan pelajaran 1 Apa itu Kelaparan dan Kekurangan Gizi dan Siapa yang Menderita Kelaparan? Pelajaran ini dirancang untuk jangka waktu 45-60 menit, tapi guru dapat menambah atau mengurangi bahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam. Salah satu ibadah dalam agama Islam adalah shoum atau berpuasa, menahan lapar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA A. JUDUL Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Gizi Kurang pada Balita B. TUJUAN 1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memulai aktifitas sehari-hari dengan sarapan pagi merupakan kebiasaan yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja, maupun dewasa. Sangat

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN. pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN. pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi adik-adik semua, Perkenalkan nama saya Tika Elmayanti Purba, saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di. Saya ingin memberitahukan

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan P Kalori di sini adalah perkiraan Script Hari 1, penjelasan 3 menit Masih ingat ANGKA AJAIB Anda? 1. Ini adalah angka AJAIB karena jika Anda mengingatnya dan membatasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian 77 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER Pengaruh Permainan Monopoli Gizi (Monogi) Tentang Pola Makan Seimbang Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SD Mangkubumi Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia memerlukan makanan karena makanan merupakan sumber gizi dalam bentuk kalori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double Burden Nutrition). Masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara gizi lebih juga

Lebih terperinci