FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVENTORY TURNOVER PADA SUKU CADANG, PART DAN BAHAN, DI PT ASTRA DAIHATSU MOTOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVENTORY TURNOVER PADA SUKU CADANG, PART DAN BAHAN, DI PT ASTRA DAIHATSU MOTOR"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVENTORY TURNOVER PADA SUKU CADANG, PART DAN BAHAN, DI PT ASTRA DAIHATSU MOTOR ESTER LESTARI dan JEDDY J. SARDJONO LAPORAN TEKNIS Jakarta, 24 Januari 2015 Disetujui, Ir. Jeddy J. Sardjono, M.Sc.

2 ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis inventory turnover pada jenis produk yang berbeda dan untuk mengetahui apakah inventory turnover pada jenis produk yang berbeda tersebut dipengaruhi oleh faktor yang sama. Data dalam penelitian ini diambil dari data penjualan dan inventory yang diperoleh dari PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci yang terletak di Jalan Otista No. 21, Gerendeng Karawaci. Data yang telah diperoleh tersebut kemudian diolah oleh penulis sehingga dapat dilakukan analisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah : 1. Secara keseluruhan inventory turnover suku cadang di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci dipengaruhi oleh faktor service level dan kelompok suku cadang. 2. Pada kelompok suku cadang part, inventory turnover dipengaruhi oleh faktor service level, harga, dan variasi produk. 3. Sedangkan pada kelompok suku cadang bahan, inventory turnover hanya dipengaruhi oleh faktor service level. Dari penelitian yang sudah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, pihak akademis sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang, dan pihak perusahaan, PT Astra Daihatsu Motor, dalam menentukan strategi dan kebijakan perusahaan dalam menyelesaikan persoalan inventory yang sedang dihadapi. Kata kunci : inventory, inventory turnover, suku cadang, service level, harga, variasi produk, analisis regresi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Astra Daihatsu Motor merupakan agen tunggal mobil Daihatsu di Indonesia yang memiliki slogan Daihatsu Sahabatku. Berpegang pada slogan tersebut, Daihatsu terus mengedepankan pelayanan dan inovasi untuk memanjakan dan memudahkan pelanggan layaknya sahabat yang handal dan terpercaya. Untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, perluasan jaringan distribusi Daihatsu di seluruh Indonesia yang berada dibawah pengelolaan Daihatsu Sales Operation (DSO) terus dilakukan agar semakin mudah dijangkau

3 seluruh masyarakat Indonesia. Hingga akhir tahun 2013, Daihatsu telah memiliki 211 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada setiap outlet selain melayani penjualan unit mobil juga dilengkapi dengan fasilitas layanan purna jual (after sales service) yaitu bengkel. Selain peningkatan jumlah penjualan unit mobil, salah satu kunci keberhasilan para produsen mobil juga diukur dari kemampuan mereka dalam memberikan layanan purna jual (after sales service) yang baik kepada pelanggannya sehingga pelanggan tidak merasa diterlantarkan setelah membeli produk yang telah ditawarkan. Untuk itu, apa yang menjadi kebutuhan suku cadang (spare part) mobil harus dapat terpenuhi dengan baik oleh perusahaan. Banyaknya jenis komponen suku cadang (spare part) dan ketidakpastian permintaan (uncertainty demand) yang dihadapi oleh para produsen mobil menjadikan penangganan suku cadang (spare part) menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Suku cadang (spare part) yang merupakan persediaan (inventory) perusahaan yang harus ditangani seefisien mungkin sehingga perusahaan tidak mengalami kelebihan barang (overstock) yang mana dapat menimbulkan peningkatan jumlah dead stock di gudang atau tidak mengalami kekurangan barang (stockout) yang mana menyebabkan perusahaan kehilangan peluang untuk memenuhi permintaan pelanggannya. 1.2 Identifikasi Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh salah satu DSO PT Astra Daihatsu Motor yaitu PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci adalah rendahnya inventory turnover untuk persediaan suku cadang part dan bahan. Dari Analisis data tahun 2013 diketahui bahwa rata-rata rasio inventory turnover hanya 1,19 kali yang artinya bahwa dalam setahun perputaran persediaan perusahaan hanya 1,19 kali. Hal ini berdasarkan inventory benchmark yang dirilis oleh Risk Management Association dibawah ini : Tabel 1.4 Inventory Benchmark untuk Industri Kendaraan Bermotor Upper Middle Lower 12,2 6,5 4,0 (Sumber Data : Risk Management Association) Hal ini menggambarkan bahwa telah terjadinya penumpukan stock suku cadang di gudang yang mengakibatkan tingginya jumlah dead stock di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. 1.3 Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, diharapkan penelitian ini dapat menjawab permasalahan-permasalah sebagai berikut : 1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dengan inventory turnover suku cadang (spare part) di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci?

4 2. Apakah masing-masing kelompok suku cadang (spare part), yang terdiri dari part dan bahan, memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi inventory turnover yang sama? 3. Apa implikasi faktor-faktor tersebut terhadap PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci? 1.4 Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inventory turnover suku cadang (spare part) di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor inventory turnover terhadap masing-masing kelompok produk, part dan bahan. 3. Untuk mengetahui implikasi faktor-faktor tersebut terhadap perusahaan. Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan berpikir mengenai perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi inventory turnover untuk jenis produk yang berbeda. 2. Bagi PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen untuk mengetahui faktor-faktor manakah yang paling signifikan berpengaruh terhadap inventory turnover untuk masing-masing jenis produk sehingga dapat menetapkan strategi dan kebijakan yang lebih tepat untuk penanganan persediaan (inventory) di masing-masing gudang suku cadang (spare part). 3. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi ilmiah untuk penelitian lebih lanjut dan atau penelitian dibidang yang sama. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Data diperoleh dari salah satu Cabang PT Astra Daihatsu Motor yang berada di Jl. Otista No. 21, Gerendeng Karawaci. 2. Data yang dianalisis adalah dalam periode Januari 2014 Juni BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan (Definition of Inventory) Berikut definisi persediaan (inventory) menurut para ahli : 1. Schroeder (2007) : stok material atau barang yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memenuhi permintaan pelanggan.

5 2. Jacobs dan Chase (2011) : persediaan (inventory) adalah stok dari setiap barang atau sumber daya yang digunakan oleh perusahaan. 3. Chopra dan Meindl (2010) : sumber utama dari biaya dan mempunyai pengaruh yang besar atas reaksi (responsiveness) perusahaan. 4. Heizer dan Render (2001) : salah satu asset paling mahal bagi beberapa perusahaan, mencapai 40% dari total modal yang diinvestasikan. 5. Kimmel, Weygandt, dan Keiso (2011) : diperhitungkan sebagai biaya (cost) yang meliputi semua pengeluaran yang dibutuhkan mendapatkan barang dan menempatkannya dalam kondisi siap untuk dijual. 2.2 Jenis Jenis Persediaan (Classification of Inventory) Menurut Heizer dan Render (2001), jenis persediaan (inventory) adalah sebagai berikut : 1. Bahan Baku (Raw Materials) : barang yang telah dibeli tetapi belum memasuki proses produksi. 2. Bahan Sedang Dalam Proses (Work-in-Process) : komponen atau bahan baku yang mengalami beberapa perubahan dalam proses produksi tetapi belum selesai. 3. Maintenance, Repair, and Operating Supplies (MRO Supplies) : barangbarang yang diperlukan agar mesin dan prosess produksi tetap produktif. 4. Barang Jadi (Finished Goods) : produk yang sudah selesai produksi dan sedang menunggu pengiriman. 2.3 Tujuan Persediaan (Purposes of Inventory) Menurut Schroeder (2007) tujuan dari adanya persediaan (inventory) adalah : 1. Untuk menghadapi ketidakpastian (uncertainty) 2. Untuk produksi dan pembelian yang lebih ekonomis 3. Mengantisipasi perubahaan permintaan (demand) dan pasokan (supply) 4. Ketersediaan material pada saat transit 2.4 Struktur Biaya Persediaan (Inventory Cost Structures) Menurut Schroeder (2007), struktur biaya persediaan (inventory) dapat dibagi menjadi : 1. Item Cost Biaya pembelian atau produksi barang persediaan itu sendiri. Item cost biasanya diperoleh dari biaya (cost) per unit dikalikan dengan jumlah barang yang diperoleh atau diproduksi. 2. Ordering atau Setup Cost Biaya dari barang-barang (supplies), form pemesanan, dan biaya lain yang timbul dalam proses pemesanan. 3. Carrying atau Holding Cost Biaya yang timbul karena penyimpanan barang dalam periode waktu tertentu. 4. Stockout Cost Biaya yang menunjukkan konsekuensi ekonomi dari tidak adanya barang sehingga ada peluang bisnis masa depan yang hilang.

6 2.5 Kinerja Persediaan (Inventory Performance) Kinerja dari persediaan dapat diukur dengan : 1. Inventory Turnover Menurut Kimmel, Weygandt, dan Keiso (2011), inventory turnover menggambarkan frekuensi perputaran persediaan (inventory) dan kecepatan perusahaan menjual barangnya dalam setahun. Semakin tinggi inventory turnover menunjukkan perputaran persediaan (inventory) semakin cepat. Formula yang digunakan adalah : 2. Days in Inventory Menurut Kimmel, Weygandt, dan Keiso (2011), days in inventory menggambarkan rata-rata jumlah hari persediaan (inventory) dipegang oleh perusahaan. Semakin rendah rata-rata jumlah hari persediaan yang dipegang oleh perusahaan maka semakin cepat perputaran persediaan (inventory). Formula yang digunakan adalah : 3. Return on Assets (ROA) Menurut Kimmel, Weygandt, dan Keiso (2011), return on assets merupakan pengukuran profitabilitas secara menyeluruh. Hal ini menunjukkan seberapa besar pendapatan bersih (net income) yang mampu dihasilkan oleh setiap aset perusahaan. Jadi, semakin tinggi return on assets, maka semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan. Formula yang digunakan adalah : 2.6 Pengendalian Persediaan (Inventory Control) 1. Fixed-Order Time Model Menurut Jacobs dan Chase (2011), dalam sistem periode fixed-time, persediaan (inventory) diperhitungkan berdasarkan waktu tertentu, misalnya per minggu atau per bulan. 2. Fixed-Order Quantity Model Model ini digunakan dengan menetapkan sejumlah barang yang akan dipesan setiap kali pemesanan dilakukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam model ini adalah :

7 a. Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Vollman, Berry, Whybark, dan Jacobs (2005), EOQ digunakan untuk menentukan berapa jumlah material atau barang yang akan dipesan dalam waktu tertentu. Formula yang digunakan adalah : Dimana, D = demand (annual) S = setup cost or cost of placing an order H = annual holding and storage cost per unit of average inventory, b. Safety Stock Menurut Jacobs dan Chase (2011), safety stock merupakan sejumlah persediaan (inventory) yang disimpan untuk mencegah terjadinya stockout. Formula yang digunakan adalah : Dimana, z STD L = safety factor, tergantung pada service level = standard deviation = lead time c. Reoder Point (ROP) Menurut Heizer dan Render (2001 : 495), Reorder Point merupakan model persediaan (inventory) untuk menentukan kapan barang atau material dipesan. Formula yang digunakan adalah : Dimana, d = daily demand L = order lead time ss = safety stock 3. Klasifikasi ABC Analisis ABC merupakan aplikasi persediaan (inventory) yang mengadopsi prinsip pareto, yang pada prinsipnya menyatakan bahwa critical few and trivial many. Prinsip inilah yang membangun kebijakan persediaan

8 (inventory) untuk fokus pada persediaan (inventory) yang few critical bukan pada yang trivial many. Menurut Schroeder (2007 : 351), analisis ABC dapat dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan besarnya value yang dihasilkan oleh persediaan tersebut, yaitu : 1. Kelas A merupakan barang-barang yang memberikan value yang tinggi. Meskipun kelompok kelas A ini hanya diwakili oleh 20% dari jumlah persediaan (inventory) yang ada, tetapi value yang diberikan adalah sebesar 80%. 2. Kelas B merupakan barang-barang yang memberikan value yang sedang. Kelompok persediaan (inventory) kelas B ini diwakili oleh 30% dari jumlah persediaan (inventory) dan value yang dihasilkan adalah sebesar 15%. 3. Kelas C merupakan barang-barang yang memberikan value yang rendah. Kelompok persediaan (inventory) kelas C diwakili oleh 50% dari total persediaan (inventory) yang ada dan value yang dihasilkan hanya 5%. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Tahapan kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan dalam alur sebagai berikut : Kondisi Perusahaan Sekarang Identifikasi Permasalahan Literature Review Penentuan Variabel Hipotesis Pengumpulan Data Analisis Data Uji Hipotesis Hasil Analisis Rekomendasi Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian

9 3.2 Variabel Penelitian Dalam jurnal penelitiannya, Gaur, Fisher, dan Raman (2004 : 8) menyatakan bahwa keempat karakteristik operasional, yaitu : service level (tingkat layanan), harga, variasi produk, dan panjangnya siklus hidup (lifecycle) produk mempunyai hubungan yang erat dengan inventory turnover. Untuk itu dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh antara keempat karakteristik operasional tersebut dengan inventory turnover. Berdasarkan hal tersebut diatas maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Service level (X 1 ) Menurut Tersine (1994), service level adalah kemampuan untuk memenuhi permintaan pelanggan dari persediaan yang ada. 2. Harga (X 2 ) Menurut Schroeder (2007), harga adalah berapa nilai yang pelanggan bayar ke perusahaan untuk memperoleh suatu produk agar manfaat dari produk tersebut dapat dinikmati baik secara langsung maupun tidak langsung oleh pelanggan. 3. Variasi Produk (X 3 ) Menurut Kotler dan Keller (2012), variasi produk adalah sekelompok produk yang mempunyai fungsi yang sama dan mempunyai satu atau beberapa bentuk yang berbeda. 4. Panjang siklus hidup produk (length of product lifecycle) (X 4 ) Menurut Kotler dan Keller (2012), siklus hidup (lifecycle) suatu produk terdiri dari empat tahap yaitu : introduction, growth, maturity, dan decline. Panjang siklus hidup produk merupakan lama suatu produk dari pertama kali diperkenalkan kepada pelanggan (tahap introduction) sampai dengan barang tersebut mengalami penurunan (tahap decline). Namun, dalam penelitian ini panjang siklus hidup produk (length of product lifecycle) kedua kelompok jenis produk part dan bahan tidak dapat diukur karena belum memasuki tahap penurunan (tahap decline). Untuk itu, variabel X 4 ini tidak akan diperhitungkan dalam penelitian ini. 3.3 Model Analisis Model analisis untuk keseluruhan kelompok suku cadang, part dan bahan, dalam penelitian ini adalah : Service Level (X 1 ) Harga (X 2 ) Variasi Produk (X 3 ) Inventory Turnover (Y 1 ) Kelompok Suku Cadang, Part dan Bahan (X 4) Gambar 3.2 Model Analisis 1

10 Model analisis untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel terhadap inventory turnover pada kelompok suku cadang part dapat digambarkan sebagai berikut : Service Level (X 1 ) Harga (X 2 ) Inventory Turnover (Y 2 ) Variasi Produk (X 3 ) Gambar 3.3 Model Analisis 2 Sedangkan model analisis untuk jenis produk bahan dapat digambarkan sebagai berikut : Service Level (X 1 ) Harga (X 2 ) Inventory Turnover (Y 3 ) Variasi Produk (X 3 ) Gambar 3.4 Model Analisis Metode Penelitian dan Analisis Data Metode penelitian dan analisis data digunakan adalah analisis statistika berupa analisis regresi berganda. Persamaan model regresi berganda dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Model analisis 1 : Y 1 = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + ε 2. Model analisis 2 : Y 2 = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ε 3. Model analisis 3 : Y 3 = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ε Yang mana, Y 1, Y 2, Y 3 = inventory turnover X 1 = service level X 2 = harga X 3 = variasi produk X 4 = kelompok suku cadang (part = 1; bahan = 0) β 1, β 2, β 3, β 4 = koefisien regresi ε = faktor error

11 3.5 Hipotesis Penelitian Kriteria penerimaan untuk hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Model Analisis 1 H 0 : β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0; semua variabel tidak mempengaruhi H a : Setidaknya ada satu beta (β) yang nilainya tidak sama dengan nol (0) berarti setidaknya minimal ada salah satu diantara variabel dalam penelitian yang memberikan pengaruh terhadap inventory turnover. 2. Model Analisis 2 H 0 : β 1 = β 2 = β 3 = 0; semua variabel tidak mempengaruhi H a : Setidaknya ada satu beta (β) yang nilainya tidak sama dengan nol (0) berarti setidaknya minimal ada salah satu diantara variabel dalam penelitian yang memberikan pengaruh terhadap inventory turnover. 3. Model Analisis 3 H 0 : β 1 = β 2 = β 3 = 0; semua variabel tidak mempengaruhi H a : Setidaknya ada satu beta (β) yang nilainya tidak sama dengan nol (0) berarti setidaknya minimal ada salah satu diantara variabel dalam penelitian yang memberikan pengaruh terhadap inventory turnover. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut diatas maka level of significant yang dipergunakan adalah (α) = 0,05 (5%) 3.6 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini akan dilakukan uji hipotesis dengan dua cara, yaitu : Uji Keseluruhan Parameter (F-Test) Tahapan-tahapan dalam uji keseluruhan (F-Test) adalah sebagai berikut : 1. Membuat formulasi hipotesis nol dan hipotesis alternatif yaitu : a. Model Analisis 1 H 0 : β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0 H a : paling tidak ada satu beta (β) yang tidak sama dengan nol (0) b. Model Analisis 2 H 0 : β 1 = β 2 = β 3 = 0 H a : paling tidak ada satu beta (β) yang tidak sama dengan nol (0) c. Model Analisis 3 H 0 : β 1 = β 2 = β 3 = 0 H a : paling tidak ada satu beta (β) yang tidak sama dengan nol (0) 2. Menentukan f tabel dengan level of significant α = 5%, df 1 = k ; df 2 = n-k-1 3. Mencari F hitung dengan rumus :

12 Yang mana, F = koefisien korelasi ganda k = jumlah variabel bebas n = jumlah anggota sampel R 2 = koefisien regresi Keputusan : 1. Jika F hitung F tabel, maka H 0 diterima, dan H a ditolak. Artinya variabel dari modal regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. 2. Jika F hitung > F tabel, maka H 0 ditolak, dan H a diterima. Artinya variabel dari model regresi berhasil menerangkan variabel bebas secara keseluruhan mempengaruhi variabel terikat Uji Individual Parameter (T-Test) Tahapan-tahapan dalam uji keseluruhan (T-Test) adalah sebagai berikut : 1. Membuat formulasi hipotesis nol dan hipotesis alternatif yaitu : a. Model Analisis 1 H 0 : β 1 = 0 Ha : β 1 0 H 0 : β 2 = 0 Ha : β 2 0 H 0 : β 3 = 0 Ha : β 3 0 H 0 : β 4 = 0 Ha : β 4 0 b. Model Analisis 2 H 0 : β 1 = 0 Ha : β 1 0 H 0 : β 2 = 0 Ha : β 2 0 H 0 : β 3 = 0 Ha : β 3 0 c. Model Analisis 3 H 0 : β 1 = 0 Ha : β 1 0 H 0 : β 2 = 0 Ha : β 2 0 H 0 : β 3 = 0 Ha : β Menentukan t tabel dengan level of significant α = 5%; df 2 = n-k-1

13 3. Mencari F hitung dengan rumus : Yang mana, r xy = koefisien korelasi xy n = jumlah sampel Keputusan : 1. Jika -t tabel t hitung +t tabel, maka H 0 diterima, dan H a ditolak. Artinya variabel (X) tersebut tidak berpengaruh terhadap inventory turnover (Y). 2. Jika t- hitung > t- tabel atau t hitung < -t tabel, maka H 0 ditolak, dan H a diterima. Artinya variabel (X) tersebut berpengaruh terhadap inventory turnover (Y). 3.7 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci berupa data Laporan Penjualan Suku Cadang (spare part) dan Laporan Persediaan (Inventory) suku cadang (spare part) yang dimiliki oleh PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Metode pengumpulan data diawali dengan observasi langsung ke PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci kemudian penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan persediaan (inventory) suku cadang (spare part) di lapangan. Setelah itu data yang diperlukan berupa Laporan Penjualan Suku Cadang (spare part) dan Laporan Persediaan (inventory) suku cadang (spare part) untuk penelitian ini diberikan langsung oleh pemilik otoritas PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. 3.8 Populasi dan Sampel Penelitian Sample dalam penelitian ini adalah sama dengan populasi yang berarti berupa semua jenis part dan bahan yang dimiliki oleh PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci yang mana berjumlah 100 jenis part dan 16 jenis bahan. BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Data Hasil Penelitian Model Analisis 1

14 1. Dari uji F-Test diperoleh diperoleh F hitung 45,42 > Critical F value 2,45 sehingga dapat disimpulkan bahwa model analisis Inventory Turnover = β 0 + β 1 Service Level + β 2 Harga + β 3 Variasi Produk + β 4 Kelompok Suku Cadang (Part/Bahan) + ε layak untuk digunakan karena secara keseluruhan faktor service level, harga, variasi produk, dan kelompok suku cadang (Part/Bahan) memiliki pengaruh signifikan terhadap inventory turnover untuk kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. 2. Hasil regresi data model analisis 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Hasil Regresi Data Kedua Kelompok Suku Cadang (Spare Part) Part dan Bahan Coefficients Standard Error T stat P value Konstanta -14,32 1,44-9,94 0,00 X 1 7,03 1,39 5,05 0,00 X 2-0,00 0,00-0,53 0,60 X 3-0,00 0,04-0,05 0,96 X 4 10,45 0,81 12,97 0,00 (Sumber : Data sekunder 2014 yang telah diolah) 3. Hasil uji T-Test dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Uji hipotesis 1 : T hitung 5,05 > T tabel 1,98 maka service level (X 1 ) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y 1 ) b. Uji hipotesis 2 : - T tabel -1,98 < T hitung -0,53 maka harga (X 2 ) tidak memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y 1 ) c. Uji hipotesis 3 : -T tabel -1,98 < T hitung -0,05 maka variasi produk (X 3 ) tidak memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y 1 ) d. Uji hipotesis 4 : T hitung 12,97 > T tabel 1,98 maka kelompok suku cadang (part/bahan) (X 4 ) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y 1 ) 4. Persamaan linier berganda model analisis 1 adalah Y 1 = -14,32 + 7,03 X 1 * 0,00 X 2 0,00 X ,45 X 4 * ( * = signifikan 5%) 5. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi inventory turnover untuk keseluruhan kelompok suku cadang adalah faktor kelompok suku cadang (part/bahan) kemudian diikuti dengan faktor service level Hasil Penelitian Model Analisis 2 1. Dari uji F-Test diperoleh diperoleh F hitung 8,78 > Critical F value 2,70 sehingga dapat disimpulkan bahwa model analisis Inventory Turnover = β 0 + β 1 Service Level + β 2 Harga + β 3 Variasi Produk + ε layak untuk digunakan karena secara keseluruhan faktor service level, harga, dan variasi produk memiliki pengaruh signifikan terhadap inventory turnover untuk kelompok suku cadang (spare part) part di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci.

15 2. Hasil regresi data model analisis 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2 Hasil Regresi Data Kelompok Suku Cadang (Spare Part) Part Coefficients Standard Error T stat P value Konstanta 0,73 0,14 5,13 0,00 X 1-0,46 0,22-2,06 0,04 X 2 0,00 0,00 2,24 0,03 X 3-0,02 0,01-3,82 0,00 (Sumber : Data sekunder 2014 yang telah diolah) 3. Hasil uji T-Test dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Uji hipotesis 1 : T hitung -2,06 < -T tabel -1,99 maka service level (X 1 ) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y 2 ) b. Uji hipotesis 2 : T hitung 2,24 > T tabel 1,99 maka harga (X 2 ) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y 2 ) c. Uji hipotesis 3 : T hitung -3,82 < -T tabel -1,99 maka variasi produk (X 3 ) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y 2 ) 4. Persamaan linier berganda model analisis 2 adalah Y 2 = 0,73 0,46 X 1 * + 0,00 X 2 * 0,02 X 3 * ( * = signifikan 5%) 5. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi inventory turnover untuk kelompok suku cadang part adalah faktor service level kemudian diikuti dengan faktor variasi produk dan harga Hasil Penelitian Model Analisis 3 1. Dari uji F-Test diperoleh diperoleh F hitung 21,24 > Critical F value 3,49 sehingga dapat disimpulkan bahwa model analisis Inventory Turnover = β 0 + β 1 Service Level + β 2 Harga + β 3 Variasi Produk + ε layak untuk digunakan karena secara keseluruhan faktor service level, harga, dan variasi produk memiliki pengaruh signifikan terhadap inventory turnover untuk kelompok suku cadang (spare part) bahan di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. 2. Hasil regresi data model analisis 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Hasil Regresi Data Kelompok Suku Cadang (Spare Part) Bahan Coefficients Standard Error T stat P value Konstanta -4,03 2,18 1,85 0,09 X 1 27,48 3,62 7,60 0,00 X 2-0,00 0,00-0,38 0,71 X 3 0,30 0,17 1,72 0,11 (Sumber : Data sekunder 2014 yang telah diolah) 3. Hasil uji T-Test dapat disimpulkan sebagai berikut :

16 a. Uji hipotesis 1 : T hitung 7,60 > T tabel 2,18 maka service level (X 1 ) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y 3 ) b. Uji hipotesis 2 : -T tabel -2,18 < T tabel -0,49 maka harga (X 2 ) tidak memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y 3 ) c. Uji hipotesis 3 : T hitung 2,08 < -T tabel -1,92,18 maka variasi produk (X 3 ) memiliki pengaruh terhadap inventory turnover (Y 3 ) 4. Persamaan linier berganda model analisis 3 adalah Y 3 = -4, ,48 X 1 * - 0,00 X 2 + 0,30 X 3 ( * = signifikan 5%) 5. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi inventory turnover untuk kelompok suku cadang bahan hanya faktor service level. 4.2 Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Perusahaan Pengaruh Kelompok Suku Cadang Terhadap Inventory Turnover Secara keseluruhan, faktor service level dan kelompok suku cadang merupakan faktor yang paling mempengaruhi inventory turnover. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing kelompok suku cadang mempunyai faktorfaktor yang berbeda yang mempengaruhi inventory turnover sehingga dalam menetapkan strategi dan kebijakan masing-masing kelompok suku cadang perlu diperlakukan berbeda oleh pihak Manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Untuk kelompok suku cadang (spare part) part yang memiliki umur lebih panjang menurut Chopra dan Meindl (2010) posisi produk telah jenuh di pasar dan permintaan pelanggan menjadi lebih pasti sehingga supply produk dapat diprediksi. Jadi, semakin lama suatu produk bertahan di pasar maka inventory turnover akan semakin meningkat. Sebaliknya, pada kelompok suku cadang (spare part) bahan yang memiliki umur lebih pendek menurut Chopra dan Meindl (2010) posisi produk masih dalam fase perkenalan di pasar dan permintaan produk sangat tidak pasti sehingga supply produk tidak dapat diprediksi. Akibatnya, inventory turnover produk tersebut rendah Pengaruh Service Level Terhadap Inventory Turnover Secara keseluruhan service level cukup mempunyai pengaruh yang signifikan dan juga berpengaruh positif terhadap inventory turnover untuk kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Hal ini menunjukan bahwa hubungan trade-off antara service level dan inventory turnover perlu diperhatikan oleh Manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Pada kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan, service level merupakan faktor yang paling mempengaruhi inventory turnover. Pada kelompok suku cadang (spare part) part, service level berpengaruh negatif terhadap inventory turnover sedangkan pada kelompok suku cadang (spare part) bahan, service level berpengaruh positif terhadap inventory turnover.

17 Menurut Chopra dan Meindl (2010) service level merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan dari pelanggan secara tepat waktu. Semakin tinggi service level maka semakin tinggi juga tingkat responsiveness dan semakin tinggi juga cost yang harus dikeluarkan, begitu juga sebaliknya. Menurut Robinson (2001), kekurangan barang dapat menyebabkan penurunan pada service level sedangkan kelebihan barang menimbulkan ketidakefisienan. Pendapat Chopra, Meindl, dan Robinson tersebut diatas terjadi pada kelompok suku cadang (spare part) part. Hal ini menggambarkan bahwa pada kelompok suku cadang (spare part) part hubungan service level dan inventory turnover adalah berbanding terbalik. Target service level 100% yang ditetapkan oleh Manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci akan menyebabkan tingkat inventory turnover menurun. Akibatnya, tingkat dead stock kelompok suku cadang (spare part) part akan tinggi. Sebaliknya, pada kelompok suku cadang (spare part) bahan, hubungan antara service level dan inventory turnover adalah berbanding lurus. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi service level maka semakin cepat perputaran persediaan (inventory turnover). Ketersediaan kelompok suku cadang (spare part) bahan di gudang sangat perlu diperhatikan Manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci agar tidak terjadi stock out. Menurut Chopra dan Meindl (2010), pelanggan yang menempatkan kebutuhan darurat (emergency order) akan suatu produk cenderung mengharapkan tingkat ketersediaan produk yang tinggi. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut maka pelanggan akan mencari dan beli produk yang mereka butuhkan di tempat yang lain. Untuk kelompok suku cadang (spare part) bahan, target service level 100% harus dicapai oleh perusahaan agar permintaan dari pelanggan dapat dipenuhi tepat waktu. Jika tidak, pelanggan akan mencari dan membeli barang yang mereka butuhkan di tempat lain Pengaruh Harga Terhadap Inventory Turnover Dari hasil penelitian diketahui bahwa harga tidak berpengaruh signifikan terhadap inventory turnover pada kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Hal ini menggambarkan bahwa pelanggan tidak terlalu memperhatikan masalah harga dalam pembelian produk yang ditawarkan oleh di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Menurut Kotler dan Keller (2012), teknik pricing umumnya digunakan oleh pihak perusahaan sebagai salah satu strategi untuk mendongrak permintaan pelanggan dan meningkatkan penjualan. Namun, menurut Chopra dan Meindl (2010), perusahaan harus mempertimbangkan kesesuaian antara strategi yang ditetapkan dengan supply chain. Pemahaman perusahaan akan siapa pelanggannya menjadi tahap pertama yang harus diperhatikan perusahaan. Menurut Chopra dan Meindl, perusahaan harus mengidentifikasi kebutuhan dari segmen pelanggan yang dilayaninya. Pelanggan yang menempatkan kebutuhan darurat (emergency order) cenderung

18 tidak terlalu memperhatikan masalah harga dalam membeli suatu produk atau layanan. Untuk itu, biasanya mereka bersedia membayar berapapun harga yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, hal itu berlaku pada bisnis PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. Kecenderungan pelanggan yang menikmati jasa after sales yang ditawarkan oleh PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci adalah mereka ingin kendaraan roda empat mereka segera dapat beroperasi kembali. Para pelanggan PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci tidak terlalu mempertimbangkan masalah harga service maupun suku cadang (spare part) kendaraan roda empat mereka. Menurut Chopra dan Meindl (2010) harga bukanlah pertimbangan utama bagi pelanggan, akan tetapi hal yang utama adalah ketersediaan produk di pasar. Jadi, semakin cepat kendaraan roda empat pelanggan dapat beroperasi kembali atau dapat digunakan kembali semakin baik karena itu merupakan kebutuhan yang mendesak bagi pelanggan Pengaruh Variasi Produk Terhadap Inventory Turnover Secara keseluruhan, variasi produk tidak mempengaruhi kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan. Namun, pada kelompok suku cadang (spare part) part, variasi produk cukup berpengaruh terhadap inventory turnover dan berpengaruh negatif terhadap inventory turnover. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin banyak variasi produk part di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci maka semakin rendah perputaran persediaannya (inventory turnover), begitu juga sebaliknya. Menurut Chopra dan Meindl (2010) variasi produk yang semakin banyak akan mempersulit peramalan permintaan karena ketidakpastian permintaan akan semakin tinggi. Hal ini akan berdampak pada efisiensi dan kemampuan respon dalam supply chain. BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan dan Rekomendasi Dari hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan dan direkomendasikan bahwa : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi inventory turnover pada kedua kelompok suku cadang (spare part) yaitu part dan bahan di PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci adalah service level dan kelompok suku cadang. 2. Pada masing-masing kelompok suku cadang (spare part), inventory turnover dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Inventory turnover kelompok suku cadang (spare part) part dipengaruhi oleh faktor service level, variasi produk, dan harga sedangkan pada kelompok suku cadang (spare part) bahan inventory turnover hanya dipengaruhi oleh faktor service level.

19 3. Implikasi terhadap PT Astra Daihatsu Motor adalah : a. Inventory turnover masing-masing kelompok suku cadang (spare part) dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda. Untuk itu kebijakan dan strategi yang diterapkan oleh pihak manajemen untuk masing-masing kelompok suku cadang (spare part) juga harus berbeda. b. Target service level 100% pada kelompok suku cadang (spare part) part dapat menyebabkan semakin tingginya dead stock pada kelompok suku cadang (spare part) part. Sedangkan, pada kelompok suku cadang (spare part) bahan pihak Manajemen harus mencapai target service level 100% agar tidak terjadi stock out. Untuk itu, disarankan pihak Manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci melakukan analisis pola permintaan, melakukan perhitungan Reorder Point (ROP), Economic Order Quantity (EOQ) dan Safety Stock sehingga dapat meminimalisir ketidakpastian permintaan (uncertainty demand), pasokan (supply), waktu tunggu (lead time) untuk masing-masing kelompok suku cadang (spare part). c. Faktor harga tidak mempengaruhi inventory turnover pada kelompok suku cadang (spare part) bahan yang artinya bahwa dalam membeli produk yang ditawarkan oleh PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci, pelanggan tidak terlalu mempertimbangkan faktor harga. Namun, pada kelompok suku cadang (spare part) part, pihak manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci dapat meningkatkan inventory turnover dengan strategi pricing seperti dengan memberikan diskon khusus bagi pelanggan yang melakukan pemesanan (booking) terlebih dahulu untuk layanan bengkel (after sales). Hal ini untuk meminimalisir ketidakpastian permintaan (uncertainty demand), pasokan (supply), waktu tunggu (lead time) yang dihadapi oleh PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci. d. Faktor variasi produk tidak terlalu signifikan mempengaruhi inventory turnover pada kedua kelompok suku cadang (spare part) part dan bahan. Namun, pihak manajemen PT Astra Daihatsu Motor Cabang Central Karawaci dapat meningkatkan inventory turnover dengan mengurangi variasi produk pada kelompok suku cadang (spare part) part. Hal ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan komponen part yang sama pada semua jenis mobil yang diproduksi oleh PT Astra Daihatsu Motor.

20 DAFTAR PUSTAKA a. Buku Chopra, Sunil dan Peter Meindl. (2010). Supply Chain Management Strategy, Planning, and Operation Fourth Edition. New Jersey : Pearson Education Inc. Heizer, Jay, dan Barry Render. (2001). Operation Management. United State of America : Prentice Hall, Inc. Jacobs, F. Robert dan Richard B. Chase. (2011). Operation and Supply Chain Management Global Edition. New York : McGraw-Hill. Kimmel, Paul D., Jerry J. Weygandt, dan Donald E. Keiso. (2011). Financial Accounting Tools for Business Decision Making Sixth Edition. New Jersey : John Wiley & Son (Asia) Pte. Ltd. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2012). Marketing Management Global Edition. England : Pearson Education Limited. Levine, David M., David F. Stephan, dan Kathryn A. Szabat. (2014). Statistic for Managers Seventh Edition. New Jersey : Pearson Education International. Russell, Roberta S. dan Bernard W. Taylor III. (2009). Operation Management Along The Supply Chain Sixth Edition. Asia : John Wiley & Sons Pte. Ltd. Schroeder, Roger G. (2003). Operations Management Contemporary Concepts and Cases Second Edition. Singapore : McGraw-Hill. Schroeder, Roger G. (2007). Operations Management Contemporary Concepts and Cases Third Edition. Singapore : McGraw-Hill. Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. (2009). Research Methods for Business a Skill Building Approach Fifth Edition. United Kingdom : John Wiley & Sons Ltd. Slack, Nigel, Alistair Brandon-Jones, dan Robert Johnston. (2013). Operations Management Seventh Edition. United Kingdom : Pearson Education Limited. Tersine, R J. (2004). Principle of Inventory and Material Management. New Jersey. Prentice Hall, Inc. Vollmann, Thomas E., Willian L. Berry, D. Clay Whybark, dan F. Robert Jacobs. (2005). Manufacturing Planning and Control for Supply Chain Management. New York : McGraw-Hill. b. Jurnal Artikel Aditya S.P, Wirawan, Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng.,Ph.D, dan Nani Kurniati, ST., MT. (2009). Pengendalian Spare Part dengan pendekatan Periodic Review (R,s,S) System (Studi Kasus : PT GMF Aero Asia Unit Engine Maintenance). Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Astra Otopart. (2013). Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2013 dan Jakarta : Kantor Akuntan Publik Tanudireddja, Wibisana & Rekan. Fisher, Marshall L. (1997). What is the Right Supply Chain for Your Product?. Harvard Business Review, March April Edition. Gaur, Vishal dan Saravanan Kesavan. (2007). The Effect of Firm Size and Sales Growth Rate on Inventory Turnover Performance in the US Retail Sector. Management Science. Gaur, Vishal, Marshall L. Fisher, dan Ananth Raman. (2004). An Econometric

21 Analysis of Inventory Turnover Performance in Retail Services. Management Science, 51, Kementerian Perindustrian. (2009). Road Map Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Alat Angkut Tahun (Buku III). Indonesia : Departemen Perindustrian. Kementerian Sekretariat Negara. (2014). Kajian Kebijakan Mencermati Perangkap Negara Berpendapatan Menengah dan Kesenjangan Kesejahteraan. Indonesia : Kedeputian Bidang Dukungan Kebijakan. Meilianasari, Mela. (2013). Analisis Peranan Penerapan Metode Economic Order Quantity dalam Meningkatkan Inventory Turnover pada PT Agronesia Divisi Industri Teknik Karet INKABA Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia. Risk Management Association. (2007). Inventory Benchmarks. Institute of Management & Association, The Controller s Report, (Mar. 2007) : p.13. Robinson, James A. (2001). Inventory Profile Analysis : An Aggregation Technique for Improving Customer Service While Reducing Inventory. Production & Inventory Management Journal (Spring), p8. Seyedi, S. N. (2012). Supply Chain Management, Lean Manufacturing, Agile Production, and Their Combination. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 4(8), c. Internet ASEAN Automotive Federation. (2013). ASEAN Automotive Federation 2013 Statistics. Retrieved October 13, 2014, from Dewayana, Triwulan S., Dedy Sugiarto, dan Dorina Hetharia. (2012). Peluang & Tantangan Industri Komponen Otomotif Indonesia. Retrieved August 22, 2014, from Gaikindo. (2014). Production Volume Retrieved October 13, 2014, from Itemid=145 Indoanalisis. (2013). Studi Kinerja Industri Mobil Indonesia Retrieved October 13, 2014, from Kementerian Perindustrian. (2014). Pasar Indonesia Menarik Minat Produsen Otomotif. Retrieved August 22, 2014, from Otomotif M, Bidik. (2014). Penjualan 1.25 Juta Mobil di Retrieved August 23, 2014, from

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini terdapat uraian mengenai metodologi dalam penelitian ini dimulai dari kerangka berpikir, metode pengumpulan data, variabel, hipotesis, dan metode analisis yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Angka produksi dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Angka produksi dan angka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Asia Tenggara didominasi oleh empat negara yang tercatat sebagai basis produksi kendaraan bermotor, yaitu Thailand, Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.4. Kesimpulan Kegiatan penelitian ini dimulai dengan menentukan critical problem dan tujuan pemeriksaan pada planning phase (tahap perencanaan). Selanjutnya peneliti menyusun

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Oleh : Henny Wunas, I Nyoman Pujawan Wunas_henny@yahoo.com, pujawan@ie.its.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PERSEDIAAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR UNTUK MENGURANGI BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. UTOMO MOTOR DI SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PERSEDIAAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR UNTUK MENGURANGI BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. UTOMO MOTOR DI SURABAYA PERENCANAAN SISTEM PERSEDIAAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR UNTUK MENGURANGI BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. UTOMO MOTOR DI SURABAYA Angela Utami Dewi Kristiana, Katjuk Astrowulan, Nurhadi Siswanto Program Studi

Lebih terperinci

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK. Proudly present Manajemen Persediaan Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK 081-331-529-764 www.bwmahardhika.com INVENTORY MANAGEMENT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA Manajemen Persediaan Terkait dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

ANALISA INVENTORY TURNOVER PADA PRODUK EKSPOR PADA PT. SCHERING PLOUGH INDONESIA

ANALISA INVENTORY TURNOVER PADA PRODUK EKSPOR PADA PT. SCHERING PLOUGH INDONESIA ANALISA INVENTORY TURNOVER PADA PRODUK EKSPOR PADA PT. SCHERING PLOUGH INDONESIA Prawasmita Sedyandini dan Moses L. Singgih Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Exponential Smoothing w/ Trend and Seasonality Pemulusan level/keseluruhan Pemulusan Trend Pemulusan Seasonal Peramalan periode t : Contoh: Data kuartal untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap jenis

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap jenis 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap jenis dan bahan baku kain memiliki permintaan yang berfluktuatif baik dari PE Setting 1, PE Setting 21, PE Setting

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN SEDIAAN DENGAN MODEL EOQ PADA TOKO NASIONAL MAKASSAR

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN SEDIAAN DENGAN MODEL EOQ PADA TOKO NASIONAL MAKASSAR IMPLEMENTASI PENGENDALIAN SEDIAAN DENGAN MODEL EOQ PADA TOKO NASIONAL MAKASSAR Arif Tanuwijoyo Manajemen/Fakultas Bisnis dan Ekonomika arif_tanuwijoyo@hotmail.co.id Siti Rahayu, S.E., M.M. Manajemen/Fakultas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 04Fakultas Ekonomi dan Bisnis Penentuan Jumlah Persediaan: - Pengenalan Model Deterministik - Aplikasi Model Deterministik dalam Pemesanan Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN #12 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer) PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer) Diana Safitri Yulianti, I Nyoman Pudjawan Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data yang telah diolah dan diproses pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Berikut ini karakteristik kebutuhan dan keinginan

Lebih terperinci

Inventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017

Inventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Inventory Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Apa yang dimaksud inventory? Inventory adalah bahan baku. Suku cadang, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi memerlukan pengelolaan yang baik terhadap seluruh kegiatan atau fungsi yang kegiatannya ada dalam

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis Persediaan Pengaman (Safety Stock) Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Akomodasi Ketidakpastian Asumsi Model

Lebih terperinci

Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Permintaan Dan Pasokan Tidak Pasti (Studi Kasus Pada PT.XYZ)

Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Permintaan Dan Pasokan Tidak Pasti (Studi Kasus Pada PT.XYZ) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Permintaan Dan Pasokan Tidak Pasti (Studi Kasus Pada PT.XYZ) Ayu Tri Septadianti, Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha,

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

JAZILATUR RIZQIYAH DEVIABAHARI Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D PROPOSAL TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI ITS SURABAYA

JAZILATUR RIZQIYAH DEVIABAHARI Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D PROPOSAL TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI ITS SURABAYA JAZILATUR RIZQIYAH DEVIABAHARI 2509100112 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D PROPOSAL TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI ITS SURABAYA Gambaran PT. X 5% bentuk pakan 30% tepung/kon sentrat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Penelitian TUGAS AKHIR

Penelitian TUGAS AKHIR LOGO Penelitian TUGAS AKHIR PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART DENGAN MENGGUNAKAN CAN-ORDERING POLICY STUDI KASUS : PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK Irfan Ardiana Putra 2506100055 Dosen Pembimbing : Prof.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 12 Pokok Bahasan : Perencanaan Persediaan Dosen :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap PT. FGG pada proses perencanaan dan pengendalian proses produksi dalam upaya menekan kecacatan, peneliti

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Pergudangan di PT. X

Perbaikan Sistem Pergudangan di PT. X Perbaikan Sistem Pergudangan di PT. X Otto Pratama 1, I Gede Agus Widyadana 2 ABSTRACT: This paper anlayze PT X warehouse system since some problems that are faced by the company such as full capacity

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB 46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, diolah, dan dianalisa, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut : 1. Dari hasil penyebaran kuesioner

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ditetapkan di Bab 1, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Diperoleh karakteristik kebutuhan dan keinginan konsumen

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Pemeriksaan operasional dilakukan pada PT Uap Air terkait dengan pengelolaan persediaan untuk menemukan masalah dan mencari peluang untuk melakukan perbaikan. Tahap dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

Penjadwalan Pemesanan Bahan Baku untuk meminimasi Ruang Penyimpanan di Raw Material Warehouse Lamp Factory PT. Philips Indonesia

Penjadwalan Pemesanan Bahan Baku untuk meminimasi Ruang Penyimpanan di Raw Material Warehouse Lamp Factory PT. Philips Indonesia Penjadwalan Pemesanan Bahan Baku untuk meminimasi Ruang Penyimpanan di Raw Material Warehouse Lamp Factory PT. Philips Indonesia DISUSUN OLEH: NISMAH MAULIDA2506100178 PEMBIMBING: Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,

Lebih terperinci

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT PENGENDALIAN PERSEDIAAN Oleh : 1 Introduction Definisi Persediaan Aliran dan Stock dari Persediaan 2 Proses Aliran Material Proses Produksi Work in process Work in process Work in process Work in process

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manfaat penelitian serta lingkup penelitian. terhadap permintaan, namun juga dapat mengurangi keuntungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah manfaat penelitian serta lingkup penelitian. terhadap permintaan, namun juga dapat mengurangi keuntungan perusahaan BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari enam sub bab pembahasan. Pembahasan pertama yaitu tentang latar belakang penelitian yang diikuti dengan rumusan masalah. Pembahasan ketiga tentang pertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN PRODUK FARMASI CAIRAN INFUS PADA PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) PT. DOS NI ROHA SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN PRODUK FARMASI CAIRAN INFUS PADA PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) PT. DOS NI ROHA SAMARINDA ANALISIS PERSEDIAAN PRODUK FARMASI CAIRAN INFUS PADA PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) PT. DOS NI ROHA SAMARINDA THE ANALYSIS OF THE SUPPLY OF INTRAVENOUS LIQUID TO BIG PHARMACEUTICAL PRODUCT DISTRIBUTOR PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam situasi perekonomian yang masih dilanda krisis ekonomi seperti di Indonesia ini, maka setiap perusahaan harus dapat menentukan strategi operasi perusahaannya

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ

Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Maulida Nurfajrianti 1, Yusuf Widharto 2 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 1 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 2 yudidito@gmail.com

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMAKAIAN VOLUME GUDANG DI PT. SIM BEKASI. Basuki. Abstrak

PENGENDALIAN PERSEDIAAN UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMAKAIAN VOLUME GUDANG DI PT. SIM BEKASI. Basuki. Abstrak PENGENDALIAN PERSEDIAAN UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMAKAIAN VOLUME GUDANG DI PT. SIM BEKASI Basuki Abstrak PT. SIM merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi kendaraan dengan cara merakit berbagai macam

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia semakin bertambah. Pada tahun 2013 tercatat ada 349 perusahaan industri manufaktur baru yang terdaftar, sehingga totalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. ETB adalah salah satu perusahaan multi nasional (MNC) yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. ETB adalah salah satu perusahaan multi nasional (MNC) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. ETB adalah salah satu perusahaan multi nasional (MNC) yang berlokasi di Pulau Batam. Perusahaan ini bergerak di bidang manufaktur elektronik dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN 1 (Manajemen Modal Kerja)

MANAJEMEN KEUANGAN 1 (Manajemen Modal Kerja) MANAJEMEN KEUANGAN 1 (Manajemen Modal Kerja) Fungsi dan Tujuan Persediaan Keputusan dalam Manajemen Persediaan Biaya dalam Keputusan Persediaan Model Eqonomic Order Quantity Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, semua pernyataan karateristik

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang penulis lakukan terhadap aktivitas pengamanan dan pengelolaan persediaan pada PT. BJG, penulis membuat beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PT. CENTRAL KARYA SENTOSA

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PT. CENTRAL KARYA SENTOSA ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PT. CENTRAL KARYA SENTOSA Christianto¹ dan Harry Indra² Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H Syahdan No 9, Kemanggisan-Jakarta Barat, 021-5345830

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL (CCO) PADA PT PALKO SARI EKA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL (CCO) PADA PT PALKO SARI EKA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL (CCO) PADA PT PALKO SARI EKA Siti Nur Fadlillah A. 1 ABSTRACT Inventory system is one of the essential managerial functions because most of companies

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah barang yang dibeli/diproduksi/dimiliki oleh perusahaan yang akan dijual kembali sebagai aktivitas atau kegiatan normal perusahaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Gambaran sistem informasi akuntansi pada siklus produksi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Email: iramutiara37@hotmail.com 2 Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Waktu merupakan salah satu inti dari masalah logistik. Bagi pelanggan waktu adalah layanan yang dibutuhkan, sedangkan bagi penjual barang waktu adalah biaya. Sehingga

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada CV. Sinar Baru, penulis membuat beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Siklus pembelian CV. Sinar Baru

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Ekpektasi Biaya Total Antara Kasus Bakcorder dan Lost Sales pada Model Persediaan Probabilistik

Studi Perbandingan Ekpektasi Biaya Total Antara Kasus Bakcorder dan Lost Sales pada Model Persediaan Probabilistik J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-65X Vol. 3, No. 2, Nov 26, 19 117 Studi Perbandingan Ekpektasi iaya Total Antara Kasus akcorder dan Lost Sales pada Model Persediaan Probabilistik Valeriana Lukitosari

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA Strategi Bisnis, Jurnal Management Strategic, Aug 2015 PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA Ardiz Sebastian ardiz.sebastian@gmail.com Mulyono,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode Economic Order Quantity. Subjek yang akan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode Economic Order Quantity. Subjek yang akan 35 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitin Penelitian ini akan menganalis mengenai sistem persediaan bahan baku dengan menggunakan metode Economic Order Quantity. Subjek yang akan diteliti

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang pengendalian kualitas untuk mengurangi produk gagal kaca pada perusahaan Sabang Kaca, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk

Lebih terperinci

Manajemen Operasi. Manajemen Persediaan.

Manajemen Operasi. Manajemen Persediaan. Manajemen Operasi Manajemen Persediaan budi.harsanto@gmail.com PENTINGnya Persediaan Melibatkan dana/modal yg sangat besar Berpengaruh pd MO, MP, MK Darah The Material Flow Cycle Tujuan Menyediakan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4 Manajemen Produksi dan Operasi Inventory M-4 1 2 PENGERTIAN PERSEDIAAN Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis pada PT X, maka penulis menarik beberapa kesimpulan atas masalah yang telah diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti pada proses produksi di perusahaan, peneliti merumuskan beberapa kesimpulan terkait dengan pemeriksaan operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Barang persediaan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam kegiatan yang kompleks seperti kegiatan industri. Dalam dunia

Lebih terperinci

BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis persediaan bahan bal'u dengan model kuantitas pembelian yang optimal (EOQ) didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR Dimas Satria Rinaldy, Patdono Suwignjo Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT.

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. NMS SALATIGA) 1) Imanuel Susanto, 2) Agustinus Fritz Wijaya Program Studi Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tercatat di wilayah Sumatera Utara berjumlah 5,3 juta.

BAB 1 PENDAHULUAN. tercatat di wilayah Sumatera Utara berjumlah 5,3 juta. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah kendaraan bermotor di Kota Medan setiap tahunnya selalu bertambah. Dalam Statistik Provinsi Sumatera Utara tahun 2014 yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang terdapat di bab pertama, dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik kebutuhan dan keinginan pelanggan yang dinilai penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Persediaan merupakan penyimpanan dari setiap item atau sumber daya yang digunakan dalam sebuah organisasi 1. Dalam pengertian lain bahwa inventory merupakan

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dalam melakukan penelitian mengenai pengelolaan operasional PT Herlinah Cipta Pratama, peneliti

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dalam melakukan penelitian mengenai pengelolaan operasional PT Herlinah Cipta Pratama, peneliti BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dalam melakukan penelitian mengenai pengelolaan operasional PT Herlinah Cipta Pratama, peneliti menggunakan empat tahap audit manajemen yaitu tahap perencanaan

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

Industrial Management ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU BUAH KELAPA SAWIT PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI

Industrial Management ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU BUAH KELAPA SAWIT PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.6 No.1 (2017) 50-56 ISSN 2302 934X Industrial Management ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU BUAH KELAPA SAWIT PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI Diana Khairani

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DI PT. LISA CONCRETE INDONESIA

APLIKASI SISTEM MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DI PT. LISA CONCRETE INDONESIA APLIKASI SISTEM MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DI PT. LISA CONCRETE INDONESIA Seno Hananto, Nyoman Pudjawan Magister Manajemen Teknologi (MMT)

Lebih terperinci