IDENTIFIKASI KERUSAKAN JALAN BETON DITINJAU DARI JENIS KERUSAKANNYA IDENTIFICATION OF CONCRETE ROAD DAMAGE SEEN FROM THE DAMAGE TYPE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI KERUSAKAN JALAN BETON DITINJAU DARI JENIS KERUSAKANNYA IDENTIFICATION OF CONCRETE ROAD DAMAGE SEEN FROM THE DAMAGE TYPE"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI KERUSAKAN JALAN BETON DITINJAU DARI JENIS KERUSAKANNYA IDENTIFICATION OF CONCRETE ROAD DAMAGE SEEN FROM THE DAMAGE TYPE Prima Eko Agustyawan 1, Sugeng Dwi Hartantyo 2 1 Program Studi teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan, pelok.pea27@gmail.com 2 Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan, sugeng.dwih@gmail.com ABSTRAK Kerusakan jalan menggambarkan kondisi struktural dan fungsional jalan sudah tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal. Pada jalan penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan dijumpai banyak kerusakan yang hingga saat ini belum dilakukan evaluasi.tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan jalan penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, serta memberikan solusi atas masalah yang dialami jalan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode perhitungan yang mengacu pada ketentuan Bina Marga.Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil nilai kerusakan jalan (Nr) sebesar 83, hal ini menunjukkan jalan mengalami kerusakan yang cukup parah dan harus segera dilakukan perbaikan. Faktor yang menyebabkan kerusakan jalan tersebut adalah tanah yang tidak stabil, kurang baiknya proses pembangunan seperti tidak adanya proses perbaikan tanah, serta kurangnya perawatan dan pemeliharaan jalan. Dan untuk mengatasi masalah tanah yang menjadi penyebab kerusakan jalan tersebut maka perlu dibangunnya dinding penahan tanah untuk membuat tanah menjadi stabil, dan perlu juga adanya proses perbaikan tanah sebelum pembangunan jalan berlangsung. Kata kunci : kerusakan jalan, perkerasan rigid, nilai kerusakan jalan (Nr). ABSTRACT Damage to road describes the structural and functional condition of the road that is no longer able to provide optimal service. On the connecting road between Jl. Jaksa Agung Suprapto with Balun Village, Turi District, Lamongan Regency there are a lot of damage that has not been evaluated yet. The purposes of this study are to evaluate and identify the factors that cause damage to connecting road between Jl. Jaksa Agung Suprapto with Balun Village, Turi District, Lamongan Regency, and provide solutions on the problems experienced by the road. This study uses the calculation method which refers to the provisions of Bina Marga. From thr research conducted, the result show that score of damage to the road (Nr) is 83, it shows the road suffered from severe damage and repairs must be done immediately. Some of the factors that caused damage to the road are unstable ground, the lack of good development process, such as the absence of soil improvement process, as well as the lack of care and maintenance of road. To overcome the soil problem that causes damage to the road, it is necessary to build a retaining wall to make the the soil becomes stable, and the soil also needs improvement process before the construction takes place. Keywords : Damage Road, Rigid Pavement, Road Damage Score (Nr).

2 I. PENDAHULUAN Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengandaerah lain yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat. Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya kemudian diteruskan ke tanah dasar. Berdasarkan bahan pengikatnya, lapisan perkerasan jalan dibagi menjadi dua kategori yaitu lapisan perkerasan lentur dan lapisan perkerasan kaku. Perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat material pasir dan split. Perkerasan kaku adalah perkerasan jalan yang menggunakan bahan pengikat dari beton sebagai struktur utama dan lapis aus permukaan, yang kemudian dikenal dengan perkerasan kaku beton semen (rigid pavement). Kombinasi antara dua jenis perkerasan ini disebut perkerasan komposit (composite pavement) dimana sebagai lapis bawah digunakan struktur beton sedangkan sebagai lapis permukaandigunakan aspal. Pada ruas jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Kabupaten Lamongan menggunakan perkerasan kaku (rigid pavement). Perkerasan beton semen mempunyai beberapa keunggulan antara lain, cocok untuk lalu lintas berat, lebih tahan terhadap cuaca panas, dan tahan terhadap pengaruh air. Akan tetapi perkerasan kaku juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya pada masa pelaksanaan, karena setelah pengecoran diperlukan waktu sekitar 28 hari untuk mencapai kekuatan rencana sebelum dibuka untuk lalu lintas. Hal ini dapat menggangu kelancaran lalu lintas terutama pada jalan dengan lalu lintas padat. Biaya konstruksi jalan beton sedikit lebih mahal dibandingkan pada perkerasan lentur. Beton yang dipakai pada jalan ini berasal dari perusahaan beton siap pakai (ready mix) karena hasil yang diperoleh cukup baik dan mampu melayani volume lalu lintas yang besar dan berat. Seiring berjalannya waktu, kondisi jalan tersebut tidak seperti saat semula dibangun. Jalan mulai mengalami kerusakan, terlihat dari munculnya beberapa retakan di jalan tersebut baik yang masih kecil atau bahkan sudah parah.kerusakan tersebut bisa diakibatkan beberapa sebab atau faktor, diantaranya kekuatan (mutu) dan tebal beton kurang, material bahan yang kurang baik, beban kendaraan yang berlebihan (overload), kehilangan dukungan tanah dasar yang diakibatkan oleh pemompaan (plumping), tegangan tekuk yang berlebihan akibat perubahan temperatur, tidak sempurnanya transfer beban pada sambungan-sambunngan, buruknya sambungan, dan kondisi tanah yang labil atau mudah berubah. Hal ini sudah pasti akan mengganggu kenyamanan pengguna jalan dalam berkendara, juga mengurangi keindahan permukaan jalan. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi kerusakan di jalan penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, agar bisa dilakukan penanganan pada jalan tersebut sehingga bisa nyaman seperti sedia kala. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi rusaknya Jalan Penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan ditinjau dari jenis kerusakannya. 2. Untuk memberikan solusi kerusakan jalan dilihat dari jenis kerusakannya. II. METODE PENELITIAN Pada metode penelitian terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan agar mendapatkan hasil penelitian yang meliputi studi pendahuluan untuk mengetahui karakteristik jalan, dilanjutkan dengan survey ke lokasi penelitian. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data primer maupun sekunder yang diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan, meliputi pengenalan masalah yang akan dibahas lalu dilanjutkan dengan analisa pambahasan. Diagram Alir Penelitian Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

3 III. PEMBAHASAN Daerah Penelitian Jalan yang menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini adalah jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Kondisi Jalan Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sebagai dasar penelitian dan evaluasi jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, maka dilakukan pengamatan atau observasi tentang kondisi jalan di daerah tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, data yang diperoleh antara lain : a) Secara Visual Secara visual kondisi jalan penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan tampak terjadi kerusakan yang sangat parah. Selain retak di sepanjang jalan, juga terlihat bebrapa jenis kerusakan lainnya, seperti lubang, gompal, beda ketinggian antar retakan, dan lain-lain. Dari hasil observasi di lapangan, diperoleh hasil beberapa jenis kerusakan diantaranya retak, mulai dari yang kecil hingga yang parah mencapai 25 cm. Jenis kerusakan lainnya adalah penurunan atau patahan, yaitu beda elevasi pelat beton pada retakan yang mencapai 7 cm. b) Kondisi Fisik Jalan Setelah diamati di lapangan, secara umum kondisi fisik pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Kabupaten Lamongan kurang memadahi bila ditinjau dari kondisi kelayakannya. Banyak bagian jalan yang ambles dan berlubang, baik yang masih ringan hingga yang sudah parah dan sangat berbahaya bagi para pengguna jalan karena bisa mengakibatkan kecelakaan. Selain itu kondisi permukaan jalan yang tidak rata dan juga terjadi banyak kerusakan tersebut membuat jalan ini sebenarnya sudah tidak layak untuk digunakan dan harus dilakukan perbaikan. c) Kondisi tanah Secara teknis, tanah yang terdapat pada area jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan merupakan tanah persawahan atau tanah tambak yang pada umumnya sangat labil. Tanah jenis ini umumnya merupakan tanah lempung yang memiliki permeabilitas yang tinggi pada musim hujan dan akan sangat kering dan keras pada saat musim kemarau. Hal ini akan sangat berdampak pada konstruksi perkerasan jalan di daerah tersebut. d) Kondisi Lalu Lintas Kondisi lalu lintas pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan tidak begitu berat dan padat. Kendaraan yang melewati jalan tersebut juga relatif kendaraan kecil, seperti motor, mobil pribadi, dan kendaraan tak bermotor. Hanya sesekali truck pengangkut bahan material. Hal tersebut tentu saja sangat kecil pengaruhnya terhadap kerusakan jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Kerusakan Jalan yang Terjadi Dari hasil pengamatan atau observasi di lapangan dapat diperoleh beberapa jenis kerusakan yang terjadi di jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Kabupaten Lamongan, antara lain : 1. Retak Memanjang Retak memanjang yaitu retak individual atau tidak saling berhubungan satu sama lain yang memanjang di sepanjang perkerasan beton. Pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan terjadi keretakan di sepanjang jalan yang tentu saja sangat mengganggu para pengguna jalan. Beda penurunan pada tanah dasar. Tidak adanya sambungan atau sekat tiap ruas pelat beton. Pelat beton kurang tebal. Gambar 3. Retak Memanjang

4 2. Retak Melintang Retak melintang yaitu retak individual atau tidak saling berhubungan satu sama lain yang melintang pada perkerasan beton. Pada jalan penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan pelat beton dibangun tidak begitu tebal dan tanpa menggunakan tulangan. Hal ini yang menjadi penyebab terjadinya retak pada ruas jalan tersebut. Penyusutan beton selama masa perawatan dan pelat beton terlalu panjang. Adanya rocking (gerakan vertikal pada retakan oleh beban lalu lintas). Pelat beton kurang tebal. Pelat beton dibangun tanpa adanya sambungan. 4. Polished Aggregate (Agregat Licin) Selain retak, Jenis kerusakan yang terjadi pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan salah satunya adalah agregat licin (polished aggregate). Agregat licin yaitu tergosoknya partikel agregat di permukaan perkerasan, sehingga permukaannya licin karena aus. Kerusakan jenis ini disebabkan : Kualitas agregat campuran beton tidak bagus, sehingga oleh beban lalu lintas permukaan perkerasan menjadi aus dan licin terutama saat basah atau hujan. Kualitas mortar pada permukaan tidak baik. Pengecoran beton kurang baik sehingga mengakibatkan naiknya air semen ke permukaan. Gambar 4. Retak Melintang 3. Retak Sudut Retak sudut yaitu retakan atau pecahan yang terjadi pada sudut plat beton dengan bentuk pecahan segitiga. Kerusakan jenis ini juga terjadi pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Kerusakan jenis ini disebabkan : Kurangnya daya dukung tanah dasar yang diakibatkan oleh pemompaan. Pelat beton kurang tebal. Gambar 5. Retak Sudut 5. Punch-out (Remek) Gambar 6. Agregat Licin Dari hasil pengamatan di lapangan, jenis kerusakan lain yang terjadi pada jalan penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan adalah punch-out atau remek. Punch-out yaitu kerusakan lokal pada perkerasan beton yang pecah menjadi beberapa bagian yang relatif kecil. Masalah yang terjadi akibat punch-out adalah pelat beton yang remek bisa termasuki air sehingga terjadi erosi pada base / subbase dan bisa menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Kerusakan jenis ini disebabkan : Pelat perkerasan beton yang terlalu tipis. Pengecoran beton yang kurang baik. Tidak adanya tulangan pada pelat beton.

5 7. Gompal (Spoiling) Pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan juga terlihat kerusakan berupa gompal (spoiling). Gompal yaitu pecah pada perkerasan beton yang terjadi pada bagian pinggir perkerasan. Akibat dari penutupan retakan yanng buruk, sehingga memungkinkan material keras masuk ke dalam lubang sambungan atau retakan. Akibat panas yang menyebabkan pelat beton memuai. Pemuaian ini memecahkan beton pada retakan yang terisi oleh material keras. Gambar 7. Remek 6. Penurunan atau Patahan Penurunan atau patahan juga merupakan salah satu kerusakan yang terjadi di jalan penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Penurunan atau patahan yaitu beda elevasi pelat beton yang terjadi pada sambungan atau retakan. Dari hasil pengamatan di lapangan, penurunan atau patahan yang terjadi bisa dibilang lumayan parah yaitu antara 5 sampai 8 cm, bahkan ada beberapa patahan yang mencapai 11 cm. Kerusakan jenis ini disebabkan : Beban kejut lalu lintas yang bergerak di atas retakan. Dukungan tanah dasar kurang baik. Pelat bertekuk atau bergelombang akibat perubahan temperatur atau beda kelembaban. Hilangnya butiran halus material lapis pondasi akibat pemompaan. Perubahan volume tanah dasar. 8. Lubang (Pothole) Gambar 9. Gompal Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh lagi jenis kerusakan lain yang terjadi pada jalan penghubung Jl. Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, yaitu lubang pada perkerasan beton (pothole). Selain sangat mengganggu pengendara jalan karena bisa mengakibatkan kecelakaan, lubang pada perkerasan beton juga bisa mengakibatkan infiltrasi air ke dalam perkerasan sehingga bisa menyebabkan erosi pada base / subbase. Gompal yang dibiarkan dan tidak segera diperbaiki. Retakan atau kerusakan lain yang tidak segera ditutup atau diperbaiki. Gambar 8. Penurunan atau Patahan

6 10. Pumping Kerusakan jenis lain yang terjadi pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan adalah pumping atau pemompaan, yaitu peristiwa terangkatnya campuran air, pasir, lempung di sepanjang sambungan dan pinggir perkerasan. Faktor penyebabnya adalah akibat terpompanya material berbutir halus dari tanah dasar dan/atau lapis pondasi, ketika retakan atau sambungan tergenang air dan dilalui kendaraan secara berulang-ulang, sehingga mengurangi dukungan tanah dasar terhadap pelat beton. 9. Pinggir Turun Gambar 10. Lubang Kerusakan lain yang terjadi pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan yaitu pinggir turun, berupa bagian bahu jalan yang turun relatif terhadap perkerasan. Hal ini adalah akibat penurunan bahu jalan terhadap permukaan perkerasan, atau akibat erosi bahu jalan. Retakan yang tidak segera ditutup sehingga mengakibatkan terpompanya air dan material berbutir halus dari tana dasar. Kondisi tanah dasar yang kurang mengalami pemadatan sehingga mudah terurai dan terpompa keluar. Akibat beda penurunan antara bahu jalan dan permukaan perkerasan. Erosi bahu jalan. Tebal rencana bahu jalan yang kurang tepat. Pemadatan bahu jalan atau drainase tidak baik. Gambar 12. Pumping Tabel 1. Data Kerusakan Jalan Jenis Kerusakan Luas Kerusakan Jalan ( M 2 ) Luas Jalan ( M 2 ) Retak Gompal Lubang Ambles Gambar 11. Pinggir Turun Belahan Sumber : Survey Lapangan

7 Nilai Kerusakan Jalan (Nr) Dari berbagai jenis kerusakan jalan dapat dicari besar nilai kerusakannya. Nilai kerusakan (Nr) diperoleh dari jumlah keseluruhan dan nilai kerusakan per setiap jenis kerusakan (Nq). Penilain kondisi permukaan pertamakali mencari nilai prosentase kerusakan (Np). Untuk mencari nilai Np dengan cara : Np = (Luas Jalan Rusak / Luas Jalan Keseluruhan) x 100% Setelah prosentase nilai didapatkan maka dapat digolongkan menurut Tabel 2, menurut kategori dan nilainya. Tabel 2. Nilai Prosentase Kerusakan Jalan Prosentase Kategori Nilai < 5% Sedikit Sekali 2 5% - 20% Sedikit 3 21% - 40% Sedang 5 > 40% Banyak 7 Sumber : Bina Marga Contoh perhitungan : Untuk jenis kerusakan retak maka, Np = ( 442,72 / 2100 ) x 100% = 21,8 % Setelah itu dari tabel ketentuan diperoleh bahwa nilai Np untuk retak adalah 5 (lihat tabel 2). Setelah Np diperoleh, untuk mencari nilai kerusakan (Nq) tinggal dikalikan dengan nilai jenis kerusakan (Nj). Untuk nilai Nj sendiri sudah ada ketentuan nilainya berdasarkan dengan jenis kerusakan yang ada, berikut adalah nilai nilai tersebut. Tabel 3. Nilai Jenis Kerusakan (Nj) No. Jenis Kerusakan Nilai 1 Retak 5 2 Gompal Lubang 6 4 Ambles 7 5 Belahan 7 Sumber : Bina Marga Jika nilai Np dan nilai Nj sudah diketahui maka nilai tersebut dapat digunakan mencari nilai No jumlah kerusakan jalan ( Nq ). Rumus Nq sendiri adalah : Nq = Np x Nj Dimana, Nq = Nilai Jumlah Kerusakan Jalan Np = Nilai Prosentase Kerusakan Jalan Nj = Nilai Jenis Kerusakan Jalan Untuk Kategori Nilai Nq dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Kategori Nilai Jmlah Kerusakan No. Jenis Kerusakan Kategori Sedikit Sedang Banyak Sedikit Sekali 1 Retak Gompal Lubang Ambles Belahan Sumber : Bina Marga Contoh Perhitungan : Untuk jenis kerusakan retak maka, Nq = Np x Nj = 5 x 5 = 25 Nilai nilai jumlah kerusakan sudah diperolah maka tinggal dijumlahkan semuanya masing masing jenis kerusakan dan dapat di perolah nilai kerusakan (Nr). Karena rumus mencari nilai Nr sendiri adalah Jumlah keseluruan Nq. Untuk perhitungan nilai nilai tersebut pada ruas jalan yang di teliti dapat dilihat pada Tabel 5. Jenis Kerusakan Luas Kerusakan (M 2 ) Luas Jalan (M 2 ) Np (%) Np Nj Nq Kategori 1 Retak Sedang 8 2 Gompal Sedikit sekali 3 Lubang Sedikit sekali 4 Ambles Sedikit 5 Belahan Sedikit sekali Nr 83

8 Tabel 5. Perhitungan Nilai Kerusakan Jalan (Nr) Sumber : Hasil Analisis Data Faktor yang Menyebabkan Kerusakan Jalan Pada umumnya jalan dibangun untuk digunakan dalam waktu yang cukup lama. Akan tetapi pada kenyataannya usia jalan tidak sampai pada usia perencanaan jalan. Hanya dalam waktu beberapa tahun saja jalan mulai mengalami kerusakan, mulai dari kerusakan yang ringan hingga kerusakan yang sudah parah. Seperti yang terjadi pada jalan penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan yanng sudah mulai mengalami kerusakan di sepanjang jalan. Terlihat beberapa jenis kerusakan seperti retak, lubang, gompal, beda elevasi keretakan, dan lain-lain. Hal ini tentu saja sangat mengganggu kenyamanan para pengguna jalan dalam berkendara, dan bahkan bisa menyebabkan kecelakaan. Kerusakan jalan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : a) Tanah yang Labil Seperti yang telah diamati di lapangan, bahwa jenis tanah yang berada di daerah jalan penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten lamongan adalah tanah pertambakan yang merupakan tanah liat atau tanah lempung. Tanah jenis ini sangat tidak stabil karena akan sangat lembek apabila musim penghujan dan akan sangat kering pada saat musim kemarau, yang bisa mebuat tanah menjadi pecah-pecah. Dengan kondisi yang seperti ini tentu saja akan sangat berpengaruh pada base / subbase perkerasan karena perubahan dari subgrade yang sangat signifikan. Hal ini berkaitan dengan daya dukung tanah. Daya dukung tanah pada jalan sangat dipengaruhi kandungan air yang ada di dalam tanah tersebut. Jika kandungan air optimum sudah terlewati maka daya dukung tanah akan menurun. Daya lekat antar butiran tanah menjadi sangat kecil, bahkan bisa tidak ada sama sekali. Pada kondisi ini kemampuan tanah dalam mendukung memikul beban bisa dikatakan sangat kecil. Sedangkan kendaraan akan tetap lewat dan memberikan beban pada struktur perkerasan jalan, khususnya lapisan permukan. Akibat daya dukung tanah yang berkurang dan beban kendaraan terus menekan permukaan jalan maka terjadilah pelepasan ikatan antar butiran pada tanah dan akan mengakibatkan permukaan jalan menjadi pecah dan ambles. b) Proses Pengerjaan yang Kurang Baik Kualitas suatu jalan juga sangat dipengaruhi oleh proses dan cara pengerjaannya. Apabila suatu jalan dikerjakan dengan cara yang baik dan sesuai dengan standart yang telah ditentukan, maka kualitas jalan tersebut juga akan baik. Sedangkan apabila proses pengerjaan suatu jalan tersebut kurang baik dan tidak mengikuti standart yang ditentukan, sudah pasti kualitas jalan tersebut jaga akan kurang baik dan kurang layak. Pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, salah satu kekurangannya adalah pada proses pengerjaannya. Dari data yang diperoleh, proses pengerjaan jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Kabupaten Lamongan ini kurang memenuhi standart dan tata cara pengerjaan perkerasan jalan beton yang baik dan benar, yaitu : Tidak adanya perbaikan tanah sebelum proses pengecoran Seperti yang telah diketahui tanah yang berada pada lokasi penelitian adalah tanah pertambakan yang merupakan jenis tanah liat atau tanah lempung. Tanah jenis ini sangat tiadak stabil karena memiliki ciri sangat lembek apabila musim hujan dan sangat kering apabila musim kemarau. Tentu saja tanah jenis ini kurang baik apabila digunakan untuk pondasi perkerasan jalan. Oleh karena itu perbaikan tanah sangat dibutuhkan pada daerah penelitian sebelum dilakaukan pembangunan konstruksi jalan beton. Akan tetapi pada proses pembuatan jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan ini tanpa dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh pada konstruksi jalan karena tanah yang digunakan untuk pondasi masih tidak stabil. Sehingga jalan mengalami kerusakan yang lebih cepat dari umur rencana. Tebal perkerasan yang tipis dan tanpa tulangan Konstruksi perkerasan jalan beton tanpa tulangan dengan menggunakan tulangan jelas memiliki kekuatan yang berbeda. Hal ini disebabkan fungsi tulangan pada perkerasan jalan beton yang berfungsi sebagai penguat kuat tarik beton sehingga bisa meminimalisir keretakan yang terjadi akibat gaya tekan dari beban roda kendaraan. Pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Kabupaten Lamongan, perkerasan jalan dibuat

9 dengan tebal 12,5 cm, bisa dibilang relatif tipis, apalagi jalan tersebut dibangun tanpa menggunakan tulangan. Hal ini tentu saja membuat jalan lebih mudah rusak dibanding jika jalan dibangun dengan menggunakan tulangan. c) Hambatan Samping yang Merupakan Sungai Salah satu sisi jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Surapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan merupakan sungai yang pada musim penghujan arus airnya lumayan deras. Hal ini bisa menyebabkan tanah pada lereng sungai yang merupakan hambatan samping dari jalan akan mengalami erosi akibat terbawa arus air sungai. Dengan terbawanya tanah oleh arus sungai maka akan menyebabkan tanah menjadi gerak dan mengalami longsor. Hal ini dibuktikan dengan semakin lebarnya sungai setiap tahunnya. Dengan kondisi yang seperti ini tentu saja membuat tanah dasar atau subgrade pada jalan menjadi tidak stabil dan akan memicu terjadinya keretakan pada lapisan permukaan jalan. Kondisi yang seperti ini dan terjadi secara terus menerus setiap tahunnya sudah pasti membuat jalan mengalami kerusakan yang semakin parah, dan tidak akan mencapai umur rencana. d) Kurangnya Perawatan Untuk memperoleh kualitas yang baik dan agar dapat mencapai umur rencana, suatu jalan memerlukan perawatan yang baik pula. Tanpa pemeliharaan dan perbaikan jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala, akan dapat mengakibatkan kerusakan yang besar pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya. Pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan yang dibangun sejak tahun 2005 ini proses perawatannya bisa dibilang sangat kurang. Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa tidak ada pemeriksaan rutin terhadap kondisi jalan. Penanganan terhadap kerusakan pun terkesan seadanya, misalnya pada jalan yang kondisinya retak parah, sampai remek, bahkan sampai mengakibatkan patahan hanya dilakukan pengurukan dengan material seadanya, dan tidak melakukan penanganan lanjutan. Hal ini tentu saja akan membuat kerusakan jalan menjadi semakin parah dan akan semakin mengganggu kenyamanan para pengguna jalan. Solusi Untuk Kerusakan Jalan Seperti yang telah diketahui, terjadi banyak jenis kerusakan yang terjadi pada jalan penghubung Jl. Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Untuk menanggulangi kerusakan tersebut perlu adanya solusi yang tepat agar kerusakan tidak semakin parah dan kondisi jalan bisa lebih baik. Solusi dari kerusakan tersebut adalah : 1. Retak Memanjang Untuk celah yang kecil (kurang dari 5 mm), maka dilakukan pengisian celah dengan pengisi / aspal. Hal ini untuk mencegah terjadinya infiltrasi air ke dalam perkerasan. Untuk celah yang lebih lebar (lebih dari 5 mm), maka dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal. Penambalan pada pelat beton yang retak. 2. Retak Melintang Untuk jenis kerusakan ini umumnya solusinya sama dengan retak memanjang, yaitu : Untuk celah yang kecil (kurang dari 5 mm), maka dilakukan pengisian celah dengan pengisi / aspal. Hal ini untuk mencegah terjadinya infiltrasi air ke dalam perkerasan. Untuk celah yang lebih lebar (lebih dari 5 mm), maka dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal. Penambalan pada pelat beton yang retak. 3. Retak Sudut Untuk kerusakan jenis ini juga sama solusinya seperti retak memanjang dan retak melintang yaitu : Untuk celah yang kecil (kurang dari 5 mm), maka dilakukan pengisian celah dengan pengisi / aspal. Hal ini untuk mencegah terjadinya infiltrasi air ke dalam perkerasan. Untuk celah yang lebih lebar (lebih dari 5 mm), maka dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal. Penambalan pada pelat beton yang retak. 4. Agregat Licin (Polished Aggregate) Permukaan perkerasan ditutup dengan material yang tahan aus. Dibuat alur-alur kecil untuk mengkasarkan permukaan. 5. Remek Retakan diisi dengan material pengisi. Penambalan pada pelat beton yang pecah atau remek. Perbaikan lokal pada pelat beton. 6. Patahan atau Turunan Mengembalikan pelat ke posisi semula dengan cara pengisian bagian dasar pelat beton. Pada patahan dengan beda elevasi kurang dari 25 mm, diberikan lapis perata, dan pengisi retakan.pada patahan dengan beda elevasi lebih dari 25 mm, perbaikan dilakukan dengan

10 menambal, atau mengganjal pelat dengan pasak yang diikuti dengan lapis tambahan. 7. Gompal Penambalan pada sebagian kedalaman, untuk kedalaman gompal lebih dari 50 mm. Pelapisan tambahan tipis, untuk kedalaman gompal kurang dari 50 mm. Menambal pelat beton yang mengalami gompal. 8. Lubang Penambalan pelat beton yang rusak atau lubang di permukaan. Penambalan di seluruh kedalaman pelat beton untuk perbaikan permanen. 9. Pinggir Turun Pada lokasi yang beda tingginya kecil, maka dilakukan penambalan. Pada lokasi yang beda tinggnya besar, bahu jalan harus ditinggikan dengan penambahan lapisan. Karena bahu jalan tidak diperkeras, maka harus dibongkar dan material jelek diganti dengan material yang bagus dan kemudian dipadatkan. 10. Pumping atau Pemompaan IV. Menutup retakan yang terjadi. Menyuntikkan (Grouting) material pengisi ke dalam rongga di bawah pelat yang retak. Perlu adanya proses pemadatan yang lebih pada tanah dasar. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pengamatan di lapangan, yaitu jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Kabupaten Lamongan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah Nilai Kerusakan Jalan (Nr) adalah 83, maka jalan sudah mengalami kerusakan yang lumayan parah dan harus segera dilakuan perbaiakan. 2. Faktor umum penyebab terjadinya kerusakan jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan adalah kondisi tanah yang labil dan proses pengerjaan yang kurang baik, seperti tidak adanya proses perbaikan tanah sebelum proses pengecoran jalan. Sedangakan untuk faktor penyebab tiap jenis kerusakan adalah sebagai berikut ; retak memanjang dan retak melintang disebabkan karena tidak adanya sambungan pada pelat beton, retak sudut disebabkan karena kurang tebalnya pelat beton, agregat licin disebabkan kualitas agregat campuran beton yang tidak bagus, remek disebabkan pelat beton yang terlalu tipis dan tidak adanya tulangan, penurunan atau patahan disebabkan kurangnya daya dukung tanah dan berubahnya volume tanah dasar pada perkerasan beton, lubang disebabkan retak atau gompal yang tidak segera ditutup sehingga mengakibatkan menjadi lubang, pumping disebabkan oleh retakan yang tidak segera ditutup dan tanah dasar yang kurang mengalami pemadatan sehingga mudah terurai dan terpompa keluar permukaan perkerasan beton. 3. Solusi umum untuk mengatasi kerusakan pada jalan penghubung Jl. Jaksa Agung Suprapto dengan Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan antara lain ; pembangunan dinding penahan tanah di sepanjang lereng pada sungai yang berbatasan langsung dengan konstruksi jalan, dilakukan perbaikan tanah sebelum proses pengecoran jalan, memperbaiki metode pelaksanaan konstruksi jalan beton. Sedangkan solusi untuk tiap jenis kerusakan adalah sebagai berikut ; untuk jenis retak yang meliputi retak mamanjang, retak melintang, dan retak sudut solusinya yaitu menutup retakan yang terjadi, untuk agregat licin solusinya dibuuat alur-alur kecil untuk mengkasarkan permukaan, untuk remek solusinya retakan diisi dengan material pengisi, untuk patahan solusinya menambal atau mengganjal pelat beton, untuk lubang solusinya dengan melakukan penambalan pada lubang yang terjadi, untuk pumping solusinya melakukan penutupan pada retakan yang terjadi dan menyuntikkan material pengisi ke dalam rongga di bawah pelat yang retak. Daftar Pustaka : Direktorat Jenderal Bina Marga Tata Cara Pemeliharaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement). Jakarta. Hardiyatmo,H.C Pemeliharaan Jalan Raya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sukirman, S Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Nova.

11

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1) EVALUASI KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN RIGID DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS RUAS JALAN SEI DURIAN RASAU JAYA km 21 + 700 S.D. km 24 + 700) Supardi 1) Abstrak Jalan Sei Durian Rasau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT Oleh : Dwi Sri Wiyanti Abstract Pavement is a hard structure that is placed on the subgrade and functionate to hold the traffic weight that

Lebih terperinci

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan lainnya supaya tidak mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perkerasan jalan adalah bagian konstruksi jalan yang terdiri dari beberapa susunan atau lapisan, terletak pada suatu landasan atau tanah dasar yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perkerasan jalan adalah bagian konstruksi jalan yang terdiri dari beberapa susunan atau lapisan, terletak pada suatu landasan atau tanah dasar yang diperuntukkan

Lebih terperinci

Tabel Tingkat Kerusakan Struktur Perkerasan Lentur

Tabel Tingkat Kerusakan Struktur Perkerasan Lentur Tabel Tingkat Struktur Perkerasan Lentur No. Jenis Tingkat 1. Retak Buaya Low Halus, retak rambut/halus memanjang sejajar satu dengan yang lain, dengan atau tanpa berhubungan satu sama lain. Retakan tidak

Lebih terperinci

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI)

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) Fitra Ramdhani Dosen Program Studi S1 Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan raya merupakan prasaranan perhubungan untuk melewatkan lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan raya merupakan prasaranan perhubungan untuk melewatkan lalu lintas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jalan raya merupakan prasaranan perhubungan untuk melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk menjamin kenyamanan kendaraan yang lewat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perkerasan jalan adalah bagian konstruksi jalan yang terdiri dari beberapa susunan atau lapisan, terletak pada suatu landasan atau tanah dasar yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Kondisi Perkerasan Nilai Kondisi Perkerasan dihitung berdasarkan data dari hasil pengamatan visual di lapangan yang diperoleh dalam bentuk luasan kerusakan, panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil ISSN

Jurnal Teknik Sipil ISSN ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 543-552 TINJAUAN KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN KOMBINASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) DAN SURFACE DISTRESS INDEX (SDI) PADA JALAN TAKENGON BLANGKEJEREN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA PERKERASAN JALAN BY DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA Perkerasan Jalan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruas jalan di persimpangan banyak mengalami kerusakan akibat beban kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan yang melakukan pengereman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan diatasnya sehingga diperlukan suatu konstruksi yang dapat menahan dan mendistribusikan beban lalu lintas yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Klasifikasi Jalan Menurut Peraturan Pemerintah (UU No. 22 Tahun 2009) Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu

Lebih terperinci

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN PERKERASAN LENTUR 1.KEGEMUKAN ASPAL (BLEEDING) LOKASI : Dapat terjadi pada sebagian atau seluruh permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Menurut (Sukirman, S 1992) Lapisan perkerasan adalah konstruksi diatas tanah dasar yang berfungsi memikul beban lalu lintas dengan memberikan rasa

Lebih terperinci

EVALUASI KUAT TEKAN JALAN BETON YANG POLA PEMBANGUNANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Teguh Yuono. Abstrak

EVALUASI KUAT TEKAN JALAN BETON YANG POLA PEMBANGUNANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Teguh Yuono. Abstrak EVALUASI KUAT TEKAN JALAN BETON YANG POLA PEMBANGUNANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Teguh Yuono Abstrak Pembangunan jalan berguna bagi masyarakat untukmenghubungkan antar wilayah, mempermudah pengiriman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh dan Kualitas Drainase Jalan Raya Drainase jalan raya adalah pengeringan atau pengendalian air dipermukaan jalan yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, terutama di daerah perkotaan terus memacu pertumbuhan aktivitas penduduk. Dengan demikian, ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang jalan, jalan didefinisikan sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1), Isyak Bayu M 2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016 IDENTIFIKASI KERUSAKAN JALAN (STUDI KASUS RUAS JALAN BATAS KOTA PALEMBANG SIMPANG INDERALAYA) Sartika Nisumanti 1), Djaenudin Hadiyana 2) 1),2) Jurusan Teknik Sipil Universitas Indo Global Mandiri Jl Jend.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang

Lebih terperinci

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. 1.1 SEJARAH PERKERASAN JALAN. A. Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut. Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lain yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat (Wirahadikusumah, 2007). Lapisan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PCI (Studi Kasus : Ruas Jalan Blora Cepu ) 1 ABSTRAK

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PCI (Studi Kasus : Ruas Jalan Blora Cepu ) 1 ABSTRAK ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PCI (Studi Kasus : Ruas Jalan Blora Cepu ) 1 Andini Pratiwi Putri 2, Anita Rahmawati 3, Emil Adly 4 ABSTRAK Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN TOL CIPULARANG ABSTRAK

KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN TOL CIPULARANG ABSTRAK KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN TOL CIPULARANG Adhitya Hardiawan Mulyantono NRP: 0221029 Pembimbing: Dr. Budi Hartanto Susilo, Ir., M.Sc. ABSTRAK Salah satu permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Kata-kata kunci: Damaje Jalan Kuala Dua, rigid pavement, Metode PCI. 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Kata-kata kunci: Damaje Jalan Kuala Dua, rigid pavement, Metode PCI. 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura EVALUASI JENIS DAN TINGKAT KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PCI (PAVEMENT CONDITION INDEX) (Studi Kasus Km 21 s/d Km 24 Kec. Rasau Jaya) Abstrak Eko Herry Pambudi 1) Eti Sulandari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada. perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada. perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan, maka sejalan dengan itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU JALAN BARU PADA PROYEK JALAN SURAMADU SISI MADURA

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU JALAN BARU PADA PROYEK JALAN SURAMADU SISI MADURA Spectra Nomor Volume VI Juli 008: -7 STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU JALAN BARU PADA PROYEK JALAN SURAMADU SISI MADURA Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Pada dasarnya jalan memiliki umur pelayanan dan umur rencana. Dengan berjalannya waktu tingkat pelayanan jalan akan berkurang, oleh karena itu untuk menjaga tingkat

Lebih terperinci

Kata Kunci : Jalan Raya, Kerusakan Jalan, Metode Pavement Condition Index (PCI).

Kata Kunci : Jalan Raya, Kerusakan Jalan, Metode Pavement Condition Index (PCI). ANALISIS KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (Studi Kasus : Ruas Jalan Puring-Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah) Zukhruf Erzy Muhania Aini 2, Anita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan 2.1.1 Istilah Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : 1. Jalan adalah prasarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perkerasan Tanah saja biasanya tidak cukup dan menahan deformasi akibat beban roda berulang, untuk itu perlu adanya lapisan tambahan yang terletak antara tanah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Lalu Lintas Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefinisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume

Lebih terperinci

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung beban lalulintas dan meneruskannya sampai

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Ruas Jalan Metro Tanjung Kari di Kecamatan Sekampung Lampung Timur STA 10+600 s/d 11+600) Ida Hadijah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Struktur perkerasan merupakan struktur yang terdiri beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berbeda-beda, tiap lapisan perkerasan harus terjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang digunakan berupa batu pecah

Lebih terperinci

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1, Arys Andhikatama 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BIAYA PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR METODE ANNUAL WORTH. Retna Hapsari Kartadipura 1)

STUDI PERBANDINGAN BIAYA PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR METODE ANNUAL WORTH. Retna Hapsari Kartadipura 1) 54 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 2, Desember 2011 STUDI PERBANDINGAN BIAYA PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR METODE ANNUAL WORTH Retna Hapsari Kartadipura 1) Abstrak Kerusakan jalan sering terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass;

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass; BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Underpass Underpass adalah tembusan di bawah sesuatu terutama bagian dari jalan atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass; 2014). Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Perkembangan Teknologi Jalan Raya Sejarah perkembangan jalan dimulai dengan sejarah manusia itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA 0+900 2+375) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Lalu lintas Konstruksi perkerasan jalan menerima beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda-roda kendaraan. Besarnya tergantung dari berat total kendaraan, konfigurasi

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku Reka Racana Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2014 Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku SURYO W., SATRIO 1., PRASETYANTO, DWI

Lebih terperinci

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 17 BABUI LANDASAN TEORI 3.1 Perkerasan Jalan Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 1. Konstmksi perkerasan lentur ("fleksibel pavement"), yaitu perkerasan yang menggunakan

Lebih terperinci

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar (subgrade) yang telah dipadatkan dan berfungsi untuk memikul beban dan meneruskannya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Kondisi Jalan Pengumpulan data kerusakan pada ruas jalan Kabupaten, Sleman sepanjang 5000 m yang dilakukan melalui survei kondisi permukaan jalan survei dilakukan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON LAPORAN AKHIR METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Teknik

Lebih terperinci

TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI

TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI Abstrak Elsa Tri Mukti 1) Jaringan jalan dapat meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi produksi serta kualitas interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pada penelitian penulis yang berjudul Perbandingan Tebal Perkerasan Lentur Metode Manual Desain Perkerasan 2013 dengan Metode AASHTO 1993 (Studi Kasus: Jalur JLS Ruas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut : 1. Berdasarkan pengambilan data dan analisis yang sudah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM Secara umum struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan itu berfungsi untuk

Lebih terperinci

Perbandingan Nilai Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan Lentur Dengan Menggunakan Metode Asphalt Institute Dan Metode PCI

Perbandingan Nilai Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan Lentur Dengan Menggunakan Metode Asphalt Institute Dan Metode PCI Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Perbandingan Nilai Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan Lentur Dengan Menggunakan Metode Asphalt Institute

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Klasifikasi Jalan Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan jalan kolektor

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan jalan kolektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Kecamatan di Bekasi sering diberitakan kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DAFTAR ISI 13. Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan Berkala

Lebih terperinci

EVALUASI KUAT TEKAN JALAN BETON YANG POLA PEMBANGUNANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Teguh Yuono ABSTRAK

EVALUASI KUAT TEKAN JALAN BETON YANG POLA PEMBANGUNANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Teguh Yuono ABSTRAK ISSN : 2301 668X EVALUASI KUAT TEKAN JALAN BETON YANG POLA PEMBANGUNANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Teguh Yuono Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tunas Pembangunan Surakarta Email : younoteguh.ty@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Natural Rubber Natural rubber (karet alam) berasal dari getah pohon karet atau yang biasa dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet mentah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tersedianya sarana maupun fasilitas kepentingan umum yang layak dan memadai, merupakan salah satu wujud dari keberhasilan program pembangunan. Fasilitas kepentingan

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Rekayasa Perkerasan Jalan DOSEN PEMBIMBING Donny DJ Leihitu ST. MT. DISUSUN OLEH NAMA : KHAIRUL PUADI NPM : 11.22201.000014 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN ANTARA BECORA-KULUHUN DI KOTA DILI TIMOR-LESTE.

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN ANTARA BECORA-KULUHUN DI KOTA DILI TIMOR-LESTE. ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN ANTARA BECORA-KULUHUN DI KOTA DILI TIMOR-LESTE. João Paulo De Almeida Falcão Rodrigués 03111007 ABSTRAK Jalan Becora Culuhun di Kota Dili Timor-Leste,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi. Aktifitas masyarakat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi. Aktifitas masyarakat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, telah banyak mengalami peningkatan yang pesat dalam intensitas aktifitas sosial ekonomi seiring dengan kemajuan ekonomi

Lebih terperinci

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur RIGID PAVEMENT Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasn tersebut, merupakan salah satu jenis perkerasan jalan yang digunakn

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN

PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN Rio Rahma Dhana¹, Zulkifli Lubis² ¹Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penilaian Kondisi Jalan Pengumpulan data kerusakan pada ruas jalan Siluk Panggang, Imogiri Barat Kabupaten Bantul sepanjang 4000m yang dilakukan melalui survei kondisi permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Kerusakan jalan disebabkan antara lain karena beban lalu lintas berulang yang berlebihan (Overloaded), panas atau suhu udara, air dan hujan, serta mutu awal produk

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN JALAN BETON PADA RUAS JALAN DESA BADURAME-GEGER KECAMATAN TURI

ANALISA KERUSAKAN JALAN BETON PADA RUAS JALAN DESA BADURAME-GEGER KECAMATAN TURI ANALISA KERUSAKAN JALAN BETON PADA RUAS JALAN DESA BADURAME-GEGER KECAMATAN TURI Hardi Susilo¹, Sugeng Dwi Hartantyo² ¹Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan, ²Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas, baik arus pergerakan

Lebih terperinci

yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, lapisan lainnya hanya bersifat

yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, lapisan lainnya hanya bersifat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lapis Perkerasan Jalan Merupakan lapis tambahan yang terbuat dari bahan khusus yang terietak diantara tanah dan roda atau lapisan paling alas dari badan jalan. Berdasarkan bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat. (Wirahadikusumah, 2007).

Lebih terperinci

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Tinjauan Teknis dan Ekonomi Penggunaan Aspal Beton dan Hot Rolled Sheet Sebagai Bahan Pelapisan Ulang Permukaan Jalan ( Kasus Ruas Widang Gresik Sta 7+150 s/d Sta 10+200 ) Djoko Sulistiono, Amalia FM,

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Tabel 3.1 Jenis Kerusakan pada Perkerasan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI. Tabel 3.1 Jenis Kerusakan pada Perkerasan Jalan BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Kerusakan Perkerasan Jalan Sulaksono (2001) mengatakan bahwa pada dasarnya setiap struktur perkerasan jalan akan mengalami proses pengerusakan secara progresif sejak jalan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Survei kondisi perkerasan perlu dilakukan secara periodik baik struktural maupun non struktural untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan yang ada. Pada dasarnya

Lebih terperinci