UJI FUNGSI REAKTOR PELINDIAN NATRIUM ZIRKONAT SECARA SINAMBUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI FUNGSI REAKTOR PELINDIAN NATRIUM ZIRKONAT SECARA SINAMBUNG"

Transkripsi

1 6 ISSN Budi Sulistyo, dkk. UJI FUNGSI REAKTOR PELINDIAN NATRIUM ZIRKONAT SECARA SINAMBUNG Budi Sulistyo, Sunardjo Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan ABSTRAK Uji fungsi reaktor pelindian natrium zirkonat secara sinambung. Proses pelindian natrium zirkonat adalah mengambil unsur atau senyawa zirkon dengan menggunakan pelarut HCl, sehingga zirkon larut dalam HCl membentuk senyawa zirkon oksid klorid (ZrOCl 2 ). Ada dua faktor yang berpengaruh dalam proses pelindian ini yaitu faktor proses kimia dan faktor alatnya. Pada uji fungsi ini yang akan diamati adalah pengaruh dari cara kerja alat, dan pengaruh prosesnya. Pengaruh alat antara lain adalah bentuk, ukuran, dan jenis dari reaktor dan kedudukan atau posisi alat pendukungnya. Alat pendukung yang utama antara lain pompa, pengaduk, baffle, kran, dan alat intrumen seperti flowmeter dan level kontrol. Dari pengamatan diperoleh hasil dan data sebagai berikut, volume reaktor hanya bisa diisi 50 % dari volume kosong 40 liter. Perlu penambahan alat konveter untuk mengatur aliran output pompa sesuai yang dibutuhkan. Kerja pompa berubah menjadi pompa dosis. Motor pengaduk kecepatannya perlu dinaikkan 1,5 kali. Tinggi pengaduk perlu diturunkan lagi menjadi 1/3 tinggi tangki. Flowmeter perlu diganti yang mempunyai range 100 s/d 750 ml/menit. Tangki penampung asam sebaiknya dari bahan fiber, yang harganya lebih murah, tahan banting, dan korosi. Perlu feeder untuk memasukan serbuk natrium zirkonat yang mempunyai range 5 s/d 25 gram serbuk /menit. Reaktor tidak perlu dihubungkan penghisap gas. Dari percobaan proses secara kontinyu ( sinambung) dengan waktu 120 menit diperoleh konversi pelindian sebesar %. Kata kunci :pelindian HCl ABSTRACT FUNCTION TEST IN A CONTINUOUS LEACHING REACTOR OF SODIUM ZIRCONATE. The process of leaching sodium zirconate was taking the element or zircon compound using HCl, so that the zircon dissolves in HCl to be a compound of zirconium oxide chloride (ZrOCl 2 ). There were two factors that affects the leaching process, the chemical processes factor and apparatus factor. In this function test that would be observed were the influence of the workings of the apparatus, and influence of the process. Effect of apparatus include the shape, size, type of reactor and the position of the supports. The main supporting apparatus pumps, stirrers, baffles, valves, instruments and tools such as the flow meter and the control level. From the observations obtained results and the following data, the volume of the reactor could only be filled 50% of the empty volume of 40 liters. Additional apparatus to regulate the flow of output inverter pump. Working pump turned into a dosage pump. Stirrer motor speed needs to be increased 1.5 times. High mixer needs to be reduced again to 1 / 3 high tank. Flow meter must be replaced which flow meter that have a range of 100 to 750 ml / minutes. Acid storage tanks should be replaced fiber, which are cheaper, resilient, and resistant from base strong. Feeders need to include sodium zirconate powders that have a range of 5 to 25 grams of powder / minutes. The reactor does not need to be connected to the vacuum gas. From the experiment a continuous process (continuous), by 120 minutes obtained by leaching of 66.24% conversion. Key word : leaching HCl PENDAHULUAN ada pembuatan ZrO 2 dari pasir zirkon dapat Pdilakukan dua macam proses yaitu proses basah dan proses kering. Proses basah mudah dilakukan karena membutuhkan suhu hanya sampai 1000 o C, dan hasilnya cukup baik, hanya saja proses basah jalannya panjang sehingga memakan waktu lama dan bahan kimia yang banyak, sedangkan proses kering jalannya pendek, hanya suhu pemanasnya yang sangat tinggi sampai 1800 o C. Pada proses basah, mula-mula pasir zirkon dicampur dengan NaOH dengan perbandingan tertentu, dipanaskan pada suhu o C dengan waktu tertentu, akan terjadi reaksi [1,2,3] : ZrSiO 4 +4NaOH Na 2 ZrO 3 +Na 2 SiO 3 +2H 2 O (1)

2 Budi Sulistyo, dkk. ISSN Hasil dari leburan tersebut dilakukan pelindian dengan air, maka Na 2 SiO 3 larut dalam air, sedangkan Na 2 ZrO 3 tidak larut dalam air. Serbuk Na 2 ZrO 3 dilakukan proses pelindian menggunakan larutan HCl pada konsentrasi tertentu. Dalam pelindian terjadi reaksi sebagai berikut : Na 2 ZrO 3 +4HCl ZrOCl 2 +2NaCl+2H 2 O (2) Pada pelindian ini diperoleh hasil berupa larutan zirkon oksid klorid, yang kemudian diendapkan menggunakan larutan amonium hidroksida reaksinya adalah sebagai berikut. ZrOCl 2 +NH 4 OH+2H 2 O Zr(OH) 4 +2NH 4 Cl (3) Endapan Zr(OH)4, kemudian dikalsinasi pada suhu 800 o C menjadi ZrO 2, reaksi sebagai berikut: Zr(OH) o C-- ZrO 2 +2H 2 O (4) Pelindian natrium zirkonat dangan larutan HCl tujuannya untuk mengambil unsur zirkon menjadi larutan zirkon oksid klorid. Pelindian natrium zirkonat ini secara sinambung yaitu bagian mini plant. Pada proses pelindian secara sinambung ini memerlukan data dari penelitian dasar sebelumnya, yaitu proses catu, antara lain adalah kelarutan senyawa natrium zirkonat dalam HCl, waktu yang diperlukan untuk melarutkan, perbandingan serbuk natrium zirkonat dengan pelarut, konsentrasi pelarut. sehingga diperoleh konversi pelindian yang terbesar. Neraca masa proses pelindian secara sinambung adalah sebagai berikut : Input Output + Product = Acc Gambar 1. Blok diagram aliran reaktor Pelindian HCl F ao = kecepatan alir zirkon masuk (mol/men) F bo = volume flowrate HCl 4 N (dm 3 /men) F a = volume RATB 20 liter, atau 20 dm 3 X = konversi pelindian C a = konsentrasi zirkon sisa pelindian C ao = konsentrasi zirkon dalam umpan masuk pelindian Alat pelindian berupa tangki berpengaduk dari bahan gelas, dengan kapasitas 40 liter cairan, yang dilengkapi pengaduk dari bahan gelas, buffle dari bahan flexsi glass, dan alat instrumentasi seperti kran untuk mengatur aliran cairan masuk ke reaktor dan kran untuk mengatur aliran cairan keluar reaktor, dan kontrol permukaan cairan dalam reaktor. Reaktor tersebut sebelumnya telah digunakan untuk proses catu dan akan digunakan proses sinambung. Faktor yang berpengaruh pada proses pelindian serbuk natrium zirkonat adalah sebagai berikut : perbandingan serbuk dengan pelarut, waktu pelindian, kecepatan alir pelarut, kecepatan pengadukan. Uji fungsi masing masing instrumen dan kontrol proses. Uji coba alat secara sinambung dengan batasan, volume reaktor, pompa, feeder, kran pengatur aliran. Ruang lingkup yang membatasi uji coba ini adalah pompa larutan HCl, screw feeder serbuk natrium zirkonat, volume reaktor, flowmeter, putaran pengaduk, kedudukan pengaduk. Dengan keterbatasan tersebut, maka akan menentukan volume reaktor, dan konversi dari proses pelindian serbuk natrium zirkonat dengan HCl. Oleh sebab itu maka Process Engineering Flow Diagram (PEFD), dapat disesuaikan dengan laju alir masuk ke dalam sistem. TATA KERJA Peralatan Terdiri dari: Reaktor dari bahan gelas dengan volume 40 liter, tangki penyimpan larutan HCl, dari gelas dengan volume 40 liter, tangki penyimpan hasil dari fiber dengan volume 100 liter atau dari gelas, pompa larutan HCl jenis piston dengan kapasitas maksimum 150 l/jam, flow meter yang dapat mengukur aliran HCl maksimum 350 ml/menit, kran pengatur aliran, motor pengaduk dengan daya 2 Hp, yang kecepatan putarnya maksimum 300 rpm, kedudukan dari batang pengaduk dari dari dasar tangki. Dari penelitian sebelumnya yaitu pelindian natrium dengan larutan HCl, secara catu diperoleh data (5,6) bahwa perbandingan serbuk natrium zirkonat dengan larutan HCl adalah 1 gram serbuk natrium zirkonat/30 ml larutan HCl, konsentrasi HCl yang optimum mulai dari 3,9 4,5 N, waktu pelindian

3 8 ISSN Budi Sulistyo, dkk. dari menit, kecepatan pengadukan minimal 300 rpm, diperoleh konversi pelindian %. setiap 30 menit sekali, untuk dianalisis kadar zirkonnya dalam cairan. Pada percobaan tidak terbentuk gas yang jelas. Proses ini dihentikan apabila konversi pelindian yang stabil. Gambar 3. Skema alat unit proses pelindian Na 2 ZrO 3 Gambar 2. Alat Pelindihan HCl Bahan Bahan yang digunakan terdiri dari : larutan HCl 4N, serbuk natrium zirkonat dengan kadar 48 % Zr, hasil pelindian air, yang berasal dari leburan pasir zirkon Cara Kerja Uji coba Reaktor larutan HCl 4 N sebasnyak 40 liter, permukaan cairan diberi garis tanda. Motor pengaduk dijalankan dengan pelanpelan serbuk natrium zirkonat dimasukkan sabanyak 1667 gram. Pengaduk diputar selama 3 jam, Setiap 30 menit cairan didalam reaktor diambil sampelnya untuk dianalisis kadar zirkonnya dengan alat X Ray. Percobaan ini untuk mengetahui konversi zirkon yang terlindi disetiap waktu, sampai konversi stabil. Dari percobaan ini diamati gerakan larutan terhadap kecepatan putar pengaduk. Karena putaran pengaduk kurang cepat, maka cairan dalam reaktor dikeluarkan 50 %, sampai tinggal 20 liter. Waktu tinggal diambil 1,5 jam, maka dari perhitungan cairan HCl 4 N masuk ke Reaktor dengan kecepatan 222 ml/menit atau 0,222 l/menit. kemudian dimasukkan serbuk natrium zirkonat hasil leburan dengan kecepatan 7,407 gram/menit. Permukaan cairan dalam reactor dipertahankan tetap pada volume 20 l, diberi garis tanda. Bila keadaan sudah stabil antara cairan masuk sama dengan kecepatan keluar reaktor dengan ditandai garis tandanya tidak berubah, maka HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Motor pengaduk bagian dari reaktor tugasnya untuk menggerakan lapisan film dari larutan yang ada di reaktor, supaya pencampurannya homogen maka reaksi pelindian bisa berjalan sempurna, yang ditandai konversi pelindiannya besar atau mendekati 100 %. Dari pengamatan dilapangan bahwa motor pengaduknya mempunyai tenaga lebih besar dari yang diperlukan, hanya putarnya kurang lebih 300 rpm, maka bila volume reaktor diisi penuh 40 liter, lapisan cairan bagian atas gerakannya lambat sehingga kontaknya kurang baik, dari kalibrasi maka diperoleh bahwa volume 50 % dari volume total reaktor yaitu 20 liter, ada gerakan lapisan yang paling baik, maka dianggap mempunyai volume yang optimum, artinya lapisan film yang ada pada bagian atas cairan bergerak cukup baik. Motor pengaduk tenaga cukup memadai hanya kecepatan putar kurang dari 300 rpm, maka serbuk cepat turun kebawah, bila kecepatan pengaduk lebih cepat, serbu akan turun kebawah lebih lambat, karerna berputar dulu. Motor pengaduk yang dianjurkan yang mempunyai kecepatan putar sampai 900 rpm, dilengkapi inverter yang dapat mengatur kecepatan putar. 2. Pompa cairan mempunyai kapasitas alir 150 l/jam = 2500 ml/menit, adalah debit yang sangat besar. Debit yang diperlukan yaitu 10 % dari kapasitas pompa. Karena motor pompa kecepatan putar tetap, maka aliran pompa tidak bisa diubahubah, maka aliran outputnya yang dicabang supaya aliran sesuai dengan kebutuhan. 3. Alat ukur aliran (flow meter)

4 Budi Sulistyo, dkk. ISSN Alat ukur aliran (flow meter) mempunyai daya ukur sampai maksimum 350 ml/menit, apabila reaktor dioperasikan volume 40 liter, maka kecepatan alirnya menjadi dua kali 222 ml/menit, sehingga aliran tidak bisa terbaca, karena melebihi daya ukur, maka perlu diganti flowmeter dengan daya ukur dengan range 100 sampai dengan 750 ml/menit. Gambar 4. Hubungan skala terhadap debit/aliran masuk ke reaktor. 4. Inverter Inverter adalah alat yang bisa mengendalikan frekuensi listrik, sehingga listrik yang kita masukkan ke motor pompa frekuensi dikendalikan dari rendah ke tinggi maka motor bisa berputar pelan sampai cepat. Putaram motor pompa bisa diatur, maka debitnya bisa diatur, dengan mengatur kecepatan putar, sehingga seperti pompa dosis, maka instalasi pemipaan tanpa menggunakan aliran by pass, menjadi lebih sederhana dan lebih murah tanpa menggunakan banyak kran. 5. Screw feeder Screw feeder adalah alat pengumpan serbuk natrium zirkonat masuk kedalam reaktor. Alat ini mempunyai kecepatan alir minum 25 gram/menit, padahal yang dibutuhkan hanya 7 gram/menit, jadi terlalu besar, ini bisa dikecilkan dengan cara screw bagian dalam alurnya dikecilkan. Feeder yang dikehendaki adalah yang mempunyai daya ukur dari 5 sampai 25 gram/menit. 6. Posisi tinggi rendah pengaduk dari dasar tangki akan mempengaruhi gerakan lapisan film didalam reaktor. Bila posisinya lebih tinggi dari 1/3 dari dasar tangki, maka serbuk yang ada didasar tangki kurang bergerak, menyebabkan masih ada serbuk yang belum larut, dan serbuk langsung menuju kearah bawah dan akhirnya keluar dari tangki sebelum reaksinya sempurna. Pada reaktor ini posisi pengaduk terlalu tinggi, disarankan posisi pengaduk 1/3 tinggi dari dasar reaktor. 7. Tangki penampung dari bahan steanless steel, kurang tahan asam, yang tahan adalah dari bahan gelas, tetapi bahan mudah pecah bila kena benturan atau benda lain, disarankan tangki penampungnya menggunakan bahan dari fiber atau teflon, yang harganya relatif murah, tahan benturan, dan beratnya ringan. 8. Volume cairan dalam reaktor, sangat berpengaruh terhadap alat pendukung lainnya. Volume reaktor dapat menampung cairan sampai 40 liter, berdasarkan perhitungan dengan, waktu tinggal 90 menit, perbandingan serbuk natrium zirkonat dibanding larutan HCl 4 N adalah 1gram/30 ml, maka bahan yang masuk seperti tertera dalam table 1. No Vol. reaktor Kec. Alir HCL Kec. Alir Serbuk ( liter ) Masuk ml/menit ( g/menit) ,67 5, , ,33 11, ,7 13, , , Berdasarkan table 1. tersebut pada volume cairan dalam reaktor 10 liter, yaitu volume yang paling kecil, pengadukan belum berfungsi, dan batas ukurnya screw feeder terlalu besar, sedangkan alat flow meter sudah memenuhi syarat untuk mengukur, Bila volume reaktor diisi kapasitas penuh yaitu 40 liter, alat pendukung flow meter, tidak mampu mengukur karena debitnya terlalu besar, kecepatan putar pengaduk, kurang cepat, sehingga serbuk kurang tercampur sempurna, sedangkan alat feeder bisa mengukur dengan baik. Pada volume reaktor diisi cairan sebanyak 20 sampai 25 liter, alat pendukung hampir semua terpenuhi kecuali alat pengumpan serbuknya yang masih terlalu besar. Dari volume reaktor diisi 20 liter kecepatan alir larutan HCl 4 N adalah 333,33 ml/menit, kecepatan alir serbuk 11,11 gram/menit, dengan kecepatan pengaduk yang telah ada dan tinggi pengaduk yang telah terpasang, maka diperoleh data analisis adalah sebagai berikut, kadar zirkon dalam hasil pelindian sebesar 8,1122 g Zr/liter. Diperoleh konversi pelindian ( X ) adalah sebesar : X = 1 - C a /C ao dimana C a = konsentrasi zirkon (sisa) hasil pelindian = (12, ,162 ) = 4,159 g Zr/l C ao = konsentrasi zirkon sebelum pelindian ( 12, 3212)g Zr/l X = (1-4,159 / 12, 3212) x 100 % = 66,24 % Dari percobaan pelindian dari mulai awal sampai waktu 90 menit konversi reaksi mencapai 66 %, waktu tersebut diteruskan ternyata sapai waktu 180 menit konversi reaksi hanya naik menjadi 69 %, sehingga kenaikan waktu terhadap konversi sangat kecil maka diambil waktu tinggal didalam reaktor proses pelindian diambil cukup 90 menit.

5 Konversi Zr ( % ) 10 ISSN Budi Sulistyo, dkk w aktun pelindihan ( menit) Gambar 5. Hubungan waktu pelindian terhadap konsentrasi Zr terlarut. Reaktor pelindian bila dioperasikan dengan kapasitas penuh yaitu 40 liter, secara perhitungan aliran larutan HCl 4 N, yang diperlukan adalah 666,7 ml/menit, serbuk natrium zirkonat 22,22 gram/menit. Alat ukur bisa mengukur dengan baik bila daya ukur di tengah, artinya tidak mendekati minum atau terlalu dekat maksimu, maka alat ukur sebagai pendukung harus mempunyai daya ukur sebagai berikut : Flow meter harus mempunyai daya ukur antara 100 sampai dengan 1000 ml/menit, Screw feeder daya ukurnya antara 10 sampai dengan 50 gram serbuk /menit, kecepatan pengaduk antara 100 sampai dengan 1000 rpm. KESIMPULAN Dari data pengamatan di lapangan dan perhitungan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Unit pelindian natrium zirkonat dengan larutan HCl 4 N, dapat dilakukan dengan proses secara sinambung. Volume reaktor hanya bisa digunakan 50 % dari volume 40 liter. Kecepatan putar motor pengaduk perlu ditambah menjadi satu setengah kali dari putaran sekarang. Tinggi pengaduk perlu diturun menjadi 1/3 tinggi tangki dari dasar tangki. Perlu penambahan alat inveter, yang gunanya mengatur frekuensi listrik PLN, sehingga aliran output pompa bisa diatur. Perlu menggunakan feeder untuk memasukkan serbuk Na 2 ZrO 3 dengan kecepatan alir 7,407 gram/menit. Alat indikasi kecepatan alir (flow meter) perlu dipilih yang mempunyai range 100 s/d 750 ml/menit. Tangki penampung HCl dan penampung hasil yang baik dari jenis fiber. Reaksi pelindian tidak menimbulkan gas, maka tidak perlu penghisap gas. Pada percobaan dengan waktu 120 menit diperoleh konversi pelindian sekitar 66,24 %. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada saudara Mintolo Amd, Rohyanto dan Iga Trisnawati, ST yang telah membantu proses dari awal dan sampai tersusunnya makalah ini, dan kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. DAFTAR PUSTAKA 1. LUSTMAN B AND KERZE, F, The Metallurgy of Zirconium, Mc Graw Hill Book Company Inc., New York, (1955). 2. MILLER, G.L., The Metallurgy of Rarer Metals, Butterworths Scientific Publications, , (1957). 3. DWIRETNANI, Pelindian Na 2 ZrO 3 dengan HCl, PPI, BATAN, Yogyakarta, (1988). 4. SUNARDJO, Uji Coba Reaktor Pelindian Na 2 ZrO 3 dengan HCl, PPI, BATAN, Yogyakarta, (1988). 5. ELINSON, SV, PETROV, KI., Zirconium Chemical and Physical Methods of Analyzer., Atomic Energy at The Cuncil of Ministrys, Mozcow (1960). 6. PERRY, C. H., Chemical Engineer s Handbook, Mc Graw Hill Book Company, New York, (1987). 7. TUNDJUNG INDRATI, Optimalisasi Pengolahan Pasir Zr menjadi ZrO 2, Laporan Kerjasama PTAPB-BATAN dan BPPT, Yogyakarta, (2004). 8. TUNDJUNG INDRATI, Karakterisasi Unjuk Kerja Reaktor Pelindian Na 2 ZrO 3 Tanpa Baffle Kapasitas 40 liter, Proseding PPI, BATAN, Yogyakarta, (2005). TANYA JAWAB Ratmi Herlani Mengapa disebutkan bahwa reactor tidak perlu dihubungkan penghisap gas? Sedangkan dalam proses pelindihan natrium zirkonat digunakan pelarut HCl dimana pada tahap menuangkan HCl pasti ada uap/gas dari klor (Cl-) yang keluar yang bisa mengganggu pernafasan. Jelaskan. Budi Sulistyo Secara teoritis reaksi pelindihan tak menimbulkan gas Na2ZrO3 + HCl ZrOCl2 +NaCl + H2O Tak timbul gas Cl2, untuk mengatasi uap HCl diinstalasi pembuatn ZrO2 dilengkapi penghisap ruangan. MV. Purwani Secara teoritis waktu tinggal tergantung dari harga konstanta kecepatan reaksi dan konversi serta orde reaksi. Konstanta kecepatan reaksi ditentukan dengan cara batch. Waktu tinggal yang diperoleh digunakan untuk menghitung volume reactor disamping oleh pengaruh flow rate. Kalau volume reactor sudah ada, flow rate diatur berdasarkan waktu tinggal sehingga konversi yang dihasilkan bisa ditebak

6 Budi Sulistyo, dkk. ISSN (levenspiel). Bagaimana komentarnya dengan pendapat diatas? Budi Sulistyo Waktu tinggal perbandingan bubuk dengan larutan HCl 4 N, 1 gr dalam 30 ml. dari penelitian laboratorium untuk waktu pelindihan dari 60 s/d 90 konversi 80%. Volume reactor 40 liter, bila dibagi waktu 90 menit maka kecepatan 40/90 liter/menit.

VERIFIKASI KOEFISIEN TRANSFER MASSA UNTUK UJI FUNGSI UNIT PELINDIAN AIR SECARA KONTINYU

VERIFIKASI KOEFISIEN TRANSFER MASSA UNTUK UJI FUNGSI UNIT PELINDIAN AIR SECARA KONTINYU 110 ISSN 0216-3128 Harry Supriadi, dkk. VERIFIKASI KOEFISIEN TRANSFER MASSA UNTUK UJI FUNGSI UNIT PELINDIAN AIR SECARA KONTINYU Harry Supriadi dan Sajima Pusat Teknolgi Akselerator dan Proses Bahan Jl.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA HASIL OLAH PASIR ZIRKON

PENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA HASIL OLAH PASIR ZIRKON ISSN 1410-6957 PENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA HASIL OLAH PASIR ZIRKON Dwiretnani Sudjoko, Triyono Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN Yogyakarta55281 ABSTRAK PENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA

Lebih terperinci

MODIFIKASI HOPER PENGUMPAN PADA UNIT PELINDIAN AIR

MODIFIKASI HOPER PENGUMPAN PADA UNIT PELINDIAN AIR MODIFIKASI HOPER PENGUMPAN PADA UNIT PELINDIAN AIR Sudaryadi, Sajima dan Dedy Husnurrofiq -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 101 Ykbb 55281 e-mail : ptapb@batan.go.id ABSTRAK MODIFIKASI

Lebih terperinci

UJI FUNGSI REAKTOR PELINDIAN NATRIUM ZIRKONAT DENGAN ASAM KHLORIDA SECARA SINAMBUNG SATU TINGKAT

UJI FUNGSI REAKTOR PELINDIAN NATRIUM ZIRKONAT DENGAN ASAM KHLORIDA SECARA SINAMBUNG SATU TINGKAT UJI FUNGSI REAKTOR PELINDIAN NATRIUM ZIRKONAT DENGAN ASAM KHLORIDA SECARA SINAMBUNG SATU TINGKAT Sajima dan Sudaryadi, BATAN Jln. Babarsari no 21 Yogyakarta email: sajima_06@yahoo.com ABSTRAK UJI FUNGSI

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PEMANASAN DAN W AKTU DALAM PELEBURAN PASIR ZIRKON

PENGARUH KECEPATAN PEMANASAN DAN W AKTU DALAM PELEBURAN PASIR ZIRKON Pusat Teknologi Akslerator don Proses Bahan PENGARUH KECEPATAN PEMANASAN DAN W AKTU DALAM PELEBURAN PASIR ZIRKON Sajima, Tunjung Indrati, MuIyono PTAPB - BATAN, Yogyakarta Abstrak: PENGARUH KECEPA TAN

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

OPTIMASI KONDISI OPERASI PELEBURAN KONSENTRAT ZIRKON MENGGUNAKAN ROTARY KILN

OPTIMASI KONDISI OPERASI PELEBURAN KONSENTRAT ZIRKON MENGGUNAKAN ROTARY KILN 8 ISSN 026-328 Sunardjo, dkk. OPTIMASI KONDISI OPERASI PELEBURAN KONSENTRAT ZIRKON MENGGUNAKAN ROTARY KILN Sunardjo, Sajima Jl. Babarsari Kotak Pos 60 YKBB Yogyakarta Email :ptapb@batan.go.id ABSTRAK :

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM AKUISISI DATA UNIT PELARUTAN ZOH (ZIRCON HYDROXIDE) MENJADI LARUTAN ZOC (ZIRCONIUM OXYCHLORIDE)

PERANCANGAN SISTEM AKUISISI DATA UNIT PELARUTAN ZOH (ZIRCON HYDROXIDE) MENJADI LARUTAN ZOC (ZIRCONIUM OXYCHLORIDE) PERANCANGAN SISTEM AKUISISI DATA UNIT PELARUTAN ZOH (ZIRCON HYDROXIDE) MENJADI LARUTAN ZOC (ZIRCONIUM OXYCHLORIDE) Moch. Rosyid dantunjung Indrati Y Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan -BATAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI ph PADA REAKTOR PENGENDAPAN ZIRKON HIDROKSIDA

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI ph PADA REAKTOR PENGENDAPAN ZIRKON HIDROKSIDA RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI ph PADA REAKTOR PENGENDAPAN ZIRKON HIDROKSIDA Moch. Rosyid, Sudaryadi -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail: m_rosyid@batan.go.id ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KARBON DAN TEBAL LAPISAN PADA PROSES PEMBUATAN ZIRKON KARBIDA

PENGARUH JENIS KARBON DAN TEBAL LAPISAN PADA PROSES PEMBUATAN ZIRKON KARBIDA 115 PENGARUH JENIS KARBON DAN TEBAL LAPISAN PADA PROSES PEMBUATAN ZIRKON KARBIDA Budi Sulistyo, Sunardjo, Dwiretnan dan Pristi Hartati P3TM BATAN ABSTRAK PENGARUH JENIS KARBON DAN TEBAL LAPISAN PADA PROSES

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

PEMBUATAN ZIRKON TETRAKLORIDA DARI PASIR ZIRKON DENGAN PROSES KERING SECARA LANGSUNG

PEMBUATAN ZIRKON TETRAKLORIDA DARI PASIR ZIRKON DENGAN PROSES KERING SECARA LANGSUNG ISSN 1410-6957 PEMBUATAN ZIRKON TETRAKLORIDA DARI PASIR ZIRKON DENGAN PROSES KERING SECARA LANGSUNG Budi Sulistyo Bidang Kimia dan Proses Bahan, PTAPB, BATAN, YOGYAKARTA ABSTRAK PEMBUATAN ZIRKON TETRAKLORIDA

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BUTIR PASIR DAN JUMLAH KOKAS PADA KHLORINASI PASIR ZIRKON

PENGARUH UKURAN BUTIR PASIR DAN JUMLAH KOKAS PADA KHLORINASI PASIR ZIRKON , dkk. ISSN 0216 3128 203 PENGARUH UKURAN BUTIR PASIR DAN JUMLAH KOKAS PADA KHLORINASI PASIR ZIRKON, Dwiretnani, Budi Sulistyo dan Pristi H. P3TM BATAN ABSTRAK PENGARUH UKURAN BUTIR PASIR DAN JUMLAH KOKAS

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA

Lebih terperinci

PEMBUATAN ZIRKONIL NITRAT DARI ZIRKON OKSIKLORID UNTUK UMPAN EKSTRAKSI ZR-HF DENGAN MIXER-SETTLER (MS)

PEMBUATAN ZIRKONIL NITRAT DARI ZIRKON OKSIKLORID UNTUK UMPAN EKSTRAKSI ZR-HF DENGAN MIXER-SETTLER (MS) PEMBUATAN ZIRKONIL NITRAT DARI ZIRKON OKSIKLORID UNTUK UMPAN EKSTRAKSI ZR-HF DENGAN MIXER-SETTLER (MS) Tri Handini, Suprihati, Sri Sukmajaya BATAN Yogyakarta handini@batan.go.id ABSTRAK PEMBUATAN ZIRKONIL

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plant (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat.Analisa laboratorium

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam Pabrik Kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut Teknologi proses.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK

PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK Ngatijo, Rahmiati, Asminar, Pranjono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK. Telah dilakukan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN HOPER PENGUMPAN PADA PELEBURAN PASIR ZIRKON

RANCANG BANGUN HOPER PENGUMPAN PADA PELEBURAN PASIR ZIRKON RANCANG BANGUN HOPER PENGUMPAN PADA PELEBURAN PASIR ZIRKON Sudaryadi, Wuntat Oktawijaya, Moch. Rosyid BATAN, Babarsari Yogyakarta, 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK RANCANG BANGUN HOPER PENGUMPAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl 3

PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl 3 PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES ISSN : 111-1 PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl R. Yustiarni, I.U. Mufidah, S.Winardi, A.Altway Laboratorium Mekanika Fluida dan Pencampuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN

KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN.978-979-99141-2-5 UJI COBA PENGOLAHAN BIJIH U RIRANG DENGAN KAPASITAS 0,75 KG: PELARUTAN TOTAL (P2BGGN/PGN- TPBGN/K/O 12/2005 Oleh : Sumarni, Hafni Lissa

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. III.1 Umum

Bab III Metodologi Penelitian. III.1 Umum Bab III Metodologi Penelitian III.1 Umum Seluruh penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung dari Bulan Februari hingga

Lebih terperinci

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM Torowati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang ABSTRAK PENGARUH KANDUNGAN URANIUM

Lebih terperinci

Eksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011:

Eksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011: Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 32 No. 2, November 2011: 115-124 PENENTUAN KONDISI PELARUTAN RESIDU DARI HASIL PELARUTAN PARSIAL MONASIT BANGKA Sumarni *), Riesna Prassanti *), Kurnia Trinopiawan *),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT ISSN 1979-2409 Proses Re-Ekstraksi Uranium Hasil Ekstraksi Yellow Cake Menggunakan Air Hangat dan Asam Nitrat (Torowati, Pranjono, Rahmiati dan MM. Lilis Windaryati) PRSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER PENDEK 2009-2010 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Senin, 19 Juli 2010 / Siti Diyar Kholisoh, ST, MT

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES 10 II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Proses Pembuatan Disodium Fosfat Anhidrat Secara umum pembuatan disodium fosfat anhidrat dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT ISSN 1979-2409 Optimalisasi Proses Pemekatan Larutan UNH Pada Seksi 600 Pilot Conversion Plant (Iwan Setiawan, Noor Yudhi) OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

Lebih terperinci

Pemungutan Uranium Dalam Limbah Uranium Cair Menggunakan Amonium Karbonat

Pemungutan Uranium Dalam Limbah Uranium Cair Menggunakan Amonium Karbonat No.04 / Tahun II Oktober 2009 ISSN 1979-2409 Torowati, Noor Yudhi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PEMUNGUTAN URANIUM DALAM LIMBAH URANIUM CAIR MENGGUNAKAN AMONIUM KARBONAT. Percobaan

Lebih terperinci

SiO2. Pabrik Silika dari Abu Ampas Tebu Dengan Proses Presipitasi. Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

SiO2. Pabrik Silika dari Abu Ampas Tebu Dengan Proses Presipitasi. Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA Pabrik Silika dari Abu Ampas Tebu Dengan Proses Presipitasi SiO2 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA 1. Akhadiyah Nur F. 2311 030 045 2. Elly Yonara 2311 030 067 Latar Belakang Kandungan Silika

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

III. METODA PENELITIAN

III. METODA PENELITIAN III. METODA PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Proses Balai Besar Industri Agro (BBIA), Jalan Ir. H. Juanda No 11 Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Maret

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 5: Cara uji oksida-oksida nitrogen dengan metoda Phenol Disulphonic Acid (PDS) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat Peralatan yang digunakan untuk memproduksi MESA adalah Single Tube Falling Film Reactor (STFR). Gambar STFR dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk menganalisis tegangan

Lebih terperinci

UJI HOMOGENITAS DAN STABILITAS KANDIDAT SRM NATRIUM ZIRKONAT DENGAN METODE XRF

UJI HOMOGENITAS DAN STABILITAS KANDIDAT SRM NATRIUM ZIRKONAT DENGAN METODE XRF UJI HOMOGENITAS DAN STABILITAS KANDIDAT SRM NATRIUM ZIRKONAT DENGAN METODE XRF ISSN 0216-3128 176 Susanna Tuning S., dkk. UJI HOMOGENITAS DAN STABILITAS KANDIDAT SRM NATRIUM ZIRKONAT DENGAN METODE XRF

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 18 3. METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan pekerjaan penelitian yang akan dilakukan mulai dari persiapan alat dan bahan, bahan dan alat uji yang digunakan serta pengolahan data. 3.1 Rancangan Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah industri penyamakan kulit, yang dilakukan di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam Pengambilan data ini menggunakan motor diesel empat langkah satu silinder dengan spesifikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian pemisahan plastik dengan jig dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui sifat fisik sampel plastik, dan pengamatan proses jig dalam reaktor batch untuk

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

LAMPIRAN 0,5 M 0,75 M 1 M 30 0,6120 % 1,4688 % 5,0490 % 45 2,2185 % 4,7838 % 2,9197 % 60 1,1016 % 0,7344 % 3,3666 %

LAMPIRAN 0,5 M 0,75 M 1 M 30 0,6120 % 1,4688 % 5,0490 % 45 2,2185 % 4,7838 % 2,9197 % 60 1,1016 % 0,7344 % 3,3666 % LAMPIRAN LAMPIRAN 1. DATA PERCOBAAN L.1.1 Data Percobaan Kadar Gula Reduksi Sebelum Inversi Tabel L.1 Data Percobaan Kadar Gula Reduksi Sebelum Inversi Waktu Hidrolisis (Menit) Konsentrai HCl 0,5 M 0,75

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini

Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini Dosen Pembimbing : Ir. Elly Agustiani, M.Eng NIP. 19580819 198503 2 003 Oleh Ricco Aditya S. W (2310 030 044) Rieska Foni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15%

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15% III.1 Spesifikasi Alat Utama BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, reaktor, netralizer, evaporator, centrifuge, dekanter. Spesifikasi yang ditunjukkan adalah fungsi,

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap yaitu penyiapan serbuk DYT, optimasi ph ekstraksi DYT dengan pelarut aquades, dan uji efek garam pada ekstraksi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUJIAN

BAB III ALAT PENGUJIAN BAB III ALAT PENGUJIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dang pengalaman dari dosen pembimbing. Alat uji ini dirancang sebagai alat uji dengan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *)

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *) PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *) Kindriari Nurma Wahyusi Jurusan Teknik Kimia FTIUPN Veteran Jawa Timur Abstrak Pisang merupakan tanaman budidaya dengan prospek yang baik karena

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses II. DESKRIPSI PROSES A. Macam- Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1 Waktu dan Lokasi Percobaan Sampel air diambil dari danau yang berada di kompleks kampus Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta sebelah selatan Fakultas Pertanian. Pengambilan

Lebih terperinci

PROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG ABSTRAK

PROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG ABSTRAK PROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG WIDI ASTUTI UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI Jl. Ir. Sutami Km. 15 Tanjungbintang, Lampung Selatan ABSTRAK Air sadah adalah air yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Peternakan, proses produksi biogas di Laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Persiapan Bahan Baku 4.1.1 Silika Terpresipitasi Abu sawit yang berasal dari pabrik pengolahan sawit, terlebih dahulu dikonversi menjadi silika terpresipitasi dengan cara

Lebih terperinci

2. STIRRED TANK REAKTOR (REAKSI TANGKI BERPENGADUK) Cara mengoperasikan : 1. Masukkan bahan yang akan diproses kedalam reactor. 2.

2. STIRRED TANK REAKTOR (REAKSI TANGKI BERPENGADUK) Cara mengoperasikan : 1. Masukkan bahan yang akan diproses kedalam reactor. 2. PILOT PLANT 1. LEACHING Cara Mengoperasikan : 1. Memasukkan padatan yang akan di ekstrak ke dalam kantung, dan tempatkan dalam basket yang terletak di bagian atas. 2. Tutup kembali basket ( kencangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral / laboratorium geoteknologi, analisis proksimat dilakukan di laboratorium instrumen Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 2004)

Lampiran 1. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 2004) 49 Lampiran. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 004) Performance characteristics for benzoic acid in almond paste, fish homogenate and apple juice (GC method) Samples

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Januari sampai dengan

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah Motor diesel 4 langkah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya tahap sintetis, karakterisasi serta uji kinerja. Tahap sintesis dan uji kinerja

Lebih terperinci

REVIEW KLORINASI ZIRKON DIOKSIDA

REVIEW KLORINASI ZIRKON DIOKSIDA ISSN 1410-6957 Akreditasi No. 129/Akred-LIPI/P2MBI/06/2008 REVIEW KLORINASI ZIRKON DIOKSIDA Dwiretnani Sudjoko PTAPB batan Yogyakarta ABSTRAK REVIEW KLORINASI ZIRKON DIOKSIDA. Telah dilakukan review klorinasi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II... Spesifikasi bahan baku. Epichlorohydrin Rumus Molekul : C 3 H 5 OCl Wujud : Cairan tidak berwarna Sifat : Mudah menguap Kemurnian : 99,9%

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre test and post test control group design

Lebih terperinci

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI Endro Kismolo, Nurimaniwathy, Tri Suyatno BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF

Lebih terperinci