BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Juliani,2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Juliani,2016"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Zaman telah berkembang dengan sangat cepat. Globalisasi dan westernisasi telah menyentuh seluruh golongan termasuk anak usia Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada anak SD di kota Bogor, siswa cenderung lebih menyukai bermain game online atau bermain games di handphone. Dengan kecenderungan tersebut mempengaruhi pergaulan anak di dalam masyarakat, anak lebih bersifat individualis. Anak lebih sering asyik sendiri dari pada berkumpul bersama temannya untuk belajar bersama atau bermain bersama di lapangan. Kebiasaan demikian juga turut mempengaruhi proses berpikir dan kemampuan siswa dalam belajar. Siswa lebih menyukai hal-hal yang bersifat instan dan cepat dalam proses pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan saat ini sangat bervariatif, mulai dari model, metode maupun media pembelajaran. Baik yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas yang melibatkan lingkungan. Pembelajaran yang dilakukan tidak terlepas dari model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi yang akan diajarkan serta situasi dan kondisi saat pembelajaran berlangsung. Adapun aspek yang terlibat dalam pembelajaran yaitu guru, materi, dan siswa. Ketiga aspek ini saling terkait satu sama lain sehingga harus tercipta hubungan yang kondusif karena aspek tersebut mempengaruhi proses jalannya suatu pembelajaran. Yusnandar (2012, hlm. 30) menjelaskan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan proses sebab akibat. Guru yang mengajar, merupakan penyebab utama bagi terjadinya proses belajar siswa, meskipun tidak setiap perbuatan belajar siswa merupakan akibat guru mengajar. Oleh karena itu, guru sebagai figur sentral dalam pembelajaran harus mampu menerapkan pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif, produktif, dan efisien. 1

2 Kegiatan pembelajaran akan berlangsung jika ada pelaku pembelajaran yakni guru dan siswa. Guru berperan sebagai pengajar (mengajar) sedangkan perilaku belajar dilakukan oleh siswa. Perilaku mengajar dan perilaku belajar terkait 2

3 2 dengan bahan ajar yang akan disampaikan. Proses pembelajaran akan berjalan baik dan produktif apabila guru mimiliki kemampuan dalam menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan tentunya memerlukan guru yang kreatif dan memiliki kemampuan mengkomunikasikan bahan ajar secara terprogram. Matematika adalah ilmu dasar yang kehidupan sehari-hari yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dewasa ini. Begitu pentingnya matematika untuk kehidupan namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan penguasaan dan keterampilan matematika pada siswa khususnya Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran matematika di Indonesia yang terjadi saat ini seperti yang dijelaskan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Wardiman Djojonegoro (dalam Turmudi, 2010, hlm. 2) dalam sebuah seminar nasional pernah mengungkapkan bahwa: Kebanyakan sekolah dan guru-guru (di Indonesia) memperlakukan siswa bagaikan suatu wadah yang siap untuk diisi pengetahuan. Contoh lain yang populer adalah kecenderungan terhadap jawaban salah-benar dalam belajar. Sekolah dan guru umumnya berfokus pada perolehan jawaban siswa yang benar dalam mengembangkan proses dan menurunkan jawaban. Hasilnya, bahwa siswa seringkali hanya untuk pencapaian prestasi dan untuk memahami kulit-kulitnya saja, karena cara-cara hafalan jatuh dalam kategori belajar seperti ini. Hal-hal seperti di atas memang relevan dengan yang dikemukakan oleh ahli-ahli pendidikan matematika bangsa lain terutama yang berkaitan dengan pembelajaran yang masih dipandang konvensional. Misalkan Silver (dalam Turmudi, 2010, hlm. 3) mengemukakan bahwa pada umumnya dalam pembelajaran matematika, para siswa menonton bagaimana gurunya mendemonstrasikan penyelesaian soal-soal matematika di papan tulis dan siswa mengkopi apa yang telah dituliskan oleh gurunya. Hal serupa dikemukakan oleh Senk dan Thompson (dalam Turmudi, 2010, hlm. 3) bahwa dalam kelas tradisional, umumnya guru-guru menjelaskan pembelajaran matematika dengan mengungkapkan rumus-rumus dan dalil-dalil matematika terlebih dahulu, baru siswa berlatih dengan soal-soal yang disediakan. Jika pembelajaran matematika dilakukan hanya dengan metode konvensional, tanpa adanya usaha-usaha yang dapat menciptakan suatu pembelajaran yang

4 3 memberikan pengalaman lebih bagi siswa, akan menyebabkan sedikitnya pengalaman belajar yang didapatkan siswa sehingga mengakibatkan terbatasnya kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Keterbatasan pemahaman akan turut mempengaruhi kemampuan kreatif siswa dalam megembangkan suatu konsep yang dipelajari. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di SD Negeri Cibeureum 2 Kota Bogor pada tanggal 13 Februari 2015 dengan cara observasi dan wawancara, observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran di kelas yaitu dengan melihat bagaimana respon siswa dalam mempelajari matematika. Siswa cenderung memiliki banyak kesulitan dalam mempelajari matematika baik dari sisi konsep maupun pengembangannya. Siswa lebih banyak diam tanpa ada aktivitas yang menonjol. Kondisi kelas kurang kondusif karena tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru, ada yang asyik mengobrol dan ada pula yang asyik sendiri dengan mainannya, seperti mencoret-coret buku dan menggambar kartun. Selain mengamati proses belajar siswa, peneliti juga mengamati bagaimana guru menyampaikan pelajaran. Guru hanya menggunakan media seadanya yakni pembelajaran hanya dengan metode ceramah dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan siswa latihan. Guru menjelaskan materi di papan tulis dan memberikan contoh, selanjutnya siswa mengerjakan latihan soal di LKS yang telah menjadi pegangan masing-masing siswa. Kondisi belajar seperti itu membuat siswa jenuh dan minim pengalaman belajarnya. Adapun hasil wawancara dengan guru di sekolah tersebut yaitu ibu Siti Rahmah mengenai metode pembelajaran, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan guru dalam mengajar matematika biasanya ceramah, demonstrasi, diskusi dan ekspositori. Namun karena keterbatasan media yang dimiliki guru, biasanya guru hanya mengandalkan ceramah dan LKS sebagai metode pembelajaran. LKS dan buku paket sebagai bahan ajar yang menjadi pegangan siswa. Terkadang guru memberikan tugas kelompok agar siswa mau bekerja sama, namun pada kenyataannya siswa saling mengandalkan satu sama lain. Adapun LKS yang digunakan merupakan terbitan dari luar yang tidak dibuat oleh guru pengajar sehingga siswa sering merasa kesulitan dengan bahasa yang

5 4 digunakan dalam LKS tersebut. Materi dan latihan yang disajikan dalam LKS kadang kurang mendukung siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Setiap guru juga mengakui bahwa siswa SD sebagian besar kesulitan dalam mengembangkan konsep dan terbatas pada konsep yang diberikan guru tanpa mau berkreasi untuk mengembangkan konsep. Siswa hanya terbiasa pada soal-soal rutin sehingga ketika mendapatkan masalah yang lebih kompleks (soal non rutin) siswa akan mengalami banyak kesulitan dan cenderung menghafal daripada memahami. Begitu pula hasil pengamatan guru yang telah dilakukan bahwa siswa zaman sekarang lebih senang bermain game online secara individu daripada bermain secara bersama-sama atau belajar kelompok. Permasalahan tersebut terjadi tidak hanya di satu sekolah melainkan terjadi secara merata hampir dibeberapa wilayah, baik di pedesaan maupun di kota. Kondisi seperti ini tentu tidak dapsat dibiarkan namun perlu adanya penanganan yang tepat agar masalah tersebut tidak berlarut-larut. Kemampuan berpikir kreatif pada siswa perlu ditingkatkan karena proses berpikir kreatif dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah secara efisien dan efektif (Susanto, 2014, hlm. 109). Sikap siswa yang turut disoroti dalam masalah ini adalah sikap sosial yang terlihat kurang baik yang ditunjukkan dengan rasa individualis juga turut harus dicarikan solusi. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial dimana satu sama lain saling membutuhkan. Tidak akan terjadi hubungan yang harmonis jika orangorang disekitar hanya mementingkan diri sendiri. Disisi lain, siswa SD merupakan usia dimana terbentuk sifat-sifat dan karakter baik yang sangat perlu dikembangkan. Jiwa cinta tanah air dan budaya turut menjadi sorotan yang perlu dikembangkan pada diri siswa. Hasil uji tes learning obstacle dengan jumlah empat soal yang dilakukan pada tanggal Februari 2015 pada siswa-siswi SD Negeri Cibeureum 2 dan SD Negeri Sirna Galih 5 ditemukan beberapa hambatan belajar mengenai konsep persegi dan persegi panjang yaitu: 1. Learning obstacle terkait konsep image mengenai persegi 2. Learning obstacle terkait menentukan panjang dan lebar dari luas suatu persegi panjang 3. Learning obstacle terkait sifat-sifat persegi dan persegi panjang

6 5 4. Learning obstacle terkait menentukan persegi dan persegi panjang dari suatu gambar Begitu kompleksnya masalah yang terjadi saat ini. Zaman semakin modern namun tidak serta merta menyelesaikan berbagai masalah kehidupan, namun terkadang ada beberpa perkembangan zaman yang justru memberikan dampak negatif. Agar masalah tersebut tidak berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian, maka sebagai insan pendidik yang dapat memberikan perubahan hendaknya mencari solusi atas masalah yang terjadi seperti masalah yang telah dipaparkan di atas. Untuk memperoleh kualitas proses pembelajaran yang baik, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. Metode, model atau pendekatan yang baik dirasa cukup membantu siswa dalam memahami suatu materi, namun pada kenyataannya suatu metode tidak akan berjalan baik jika peranan guru tidak terlibat secara penuh. Menurut teori kognitif Piaget (dalam Suwangsih dan Tiurlina, 20114, hlm. 82) bahwa fase berpikir siswa sekolah dasar berada pada operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya (Susanto, 2014, hlm.184). Dengan sifat matematika yang abstrak, maka tugas guru adalah membuat strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami matematika tersebut. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 disebutkan bahwa salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan Sekolah Dasar adalah siswa dapat menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif sekaligus dapat menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. Selama ini, pembelajaran budaya Sunda (pada satuan pendidikan dasar dan menengah) hanya dimaktubkan dalam pembelajaran muatan lokal Bahasa Sunda. Pada pelaksanaannya, hal itu menjadi kontraproduktif dengan kenyataan bahwa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran muatan lokal Bahasa

7 6 Sunda berpijak pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar bahasa pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi, luasnya aspek budaya Sunda seyogyanya dipelajari secara lintas kurikulum, meliputi beberapa mata pelajaran yang diajarkan di sekolah (kecuali mata pelajaran bahasa Inggris). Peluang memasukkan aspek-aspek budaya Sunda ke dalam kurikulum tiaptiap mata pelajaran terbuka lebar dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP, sekolah diarahkan untuk memasukkan keunggulan lokal sebagai salah satu basisnya. Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan keunggulan kompetitif dan/atau komparatif daerah. Desentralisasi terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah, seharusnya mampu dimanfaatkan secara maksimal dengan mendesain kurikulum yang melibatkan potensi dan kearifan lokal yang bersumber dari kehidupan alam dan masyarakat setempat (Sunda). Disisi lain, budaya merupakan suatu warisan tradisi yang perlu untuk dikembangkan dan dijaga kelestariannya (Endraswara, 2006, hlm. 4) hal ini pula disebutkan dalam salah satu bait pupuh Sunda dengan judul Tanah Sunda yang berbunyi Miara pakaya mémang sawajibna, Getén titén rumawat tanah pusaka. Yang artinya bahwa memelihara kekayaan adalah kewajiban, Semangat merawat tanah pusaka. Kekayaan yang dimaksud adalah kebudayaan. Melalui integrasi ke dalam setiap mata pelajaan, Pembelajaran Budaya Sunda (Etno Sunda) dilaksanakan dengan proses membangun visi, misi dan tujuan sekolah, grand desain pendidikan berbasis budaya Sunda, keterkaitan antara Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD), nilai budaya dan karakter, serta bentuk budaya Sunda. Desain kurikulum yang melibatkan budaya Sunda sebagai pijakannya, sudah tentu memerlukan perhatian dan kesungguhan dari berbagai pihak. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka sudah dapat terjawab mengenai permasalahan siswa SD dalam memahami matematika. Seorang guru harus bisa berinovasi dalam membuat suatu pembelajaran menjadi menyenangkan tanpa mengurangi pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Seperti

8 7 yang kemukakan Dimyati (dalam Susanto, 2014, hlm.186) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna. Pembelajaran kontekstual berbasis budaya Sunda dirasa sangat cocok dengan permasalahan dalam pembelajaran matematika. Hal ini seperti yang diungkapkan Brooks dkk. (dalam Wahyuni,dkk, 2013, hlm. 115) dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah metode bagi siswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk dan prinsip yang kreatif tentang bidang ilmu. Salah satu wujud pembelajaran berbasis budaya adalah Etnomatematika (Ethnomathematics). Pembelajaran Etnomatematika Sunda akan membawa siswa pada lingkungan sekitarnya sehingga siswa merasa hanya berinteraksi dengan lingkungan. Disamping itu, pembelajaran Etnomatematika Sunda dapat dipandang sebagai usaha pelestarian budaya. Dalam Budaya Sunda banyak sekali hal-hal yang dapat diadopsi ke dalam pembelajaran, salah satunya permainan sondah. Permainan sondah dapat mengajarkan siswa mengenai persegi dan persegi panjang serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, hal ini karena permaian sondah yang berhubungan dengan persegi dan persegi panjang dan dituntut pemikiran kreatif dalam strategi permainannya. Dengan permainan diharapkan siswa dapat belajar matematika lebih menyenangkan, aktif, dan terjadi proses penanaman nilai-nilai budaya. Sebelum menerapkan suatu metode atau strategi pembelajaran hendaknya seorang guru harus mampu membuat bahan ajar yang baik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan optimal. Maka dengan hal tersebut dibutuhkan Didactical Design Research (DDR) sebagai studi pendahuluan yang diawali dengan learning obstacle agar bahan ajar sesuai kebutuhan siswa dan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. DDR dilakukan dalam rangka menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran, dimana tidak hanya memperhatikan materi pelajaran, guru, dan siswa melainkan turut memperhatikan didaktik dan situasi pedagogik yang memiliki hubungan satu sama lain dengan

9 8 ketiga aspek pembelajaran. Suryadi (2013, hlm. 3) menjelaskan hubungan didaktis dan pedagogis tidak bisa dipandang secara parsial melainkan perlu dipahami secara utuh karena pada kenyataannya kedua hubungan tersebut dapat terjadi secara bersamaan. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya memberikan pelajaran agar tercapai tujuan yang ditentukan. Seorang guru harus mengetahui bagaimana kecenderungan-kecenderungan dalam berperilaku yang ditunjukkan siswa dalam menyelesaikan masalah selama proses pembelajaran atau sering disebut disposisi. Dengan pemaparan di atas maka diperlukan penelitian mengenai desain didaktik dan studi eksperimen pada konsep persegi dan persegi panjang di kelas III. Untuk itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Pembelajaran Etnomatematika Sunda dalam Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Siswa SD. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, masalah pembelajaran matematika sangat luas sehingga membutuhkan pemecahan atau solusi yang banyak pula. Peranan guru dalam memperhatikan kesulitan-kesulitan belajar siswa juga turut berkontribusi dalam kegagalan siswa dalam memahami pembelajaran matematika. Metode yang kurang tepat menjadi akar permasalahan yang berkontribusi besar terhadap pemahaman siswa. Pembelajaran yang konvensional terus dilakukan tanpa adanya inovasi yang dapat membantu siswa meminimalisir kesulitan belajarnya menjadi masalah utama. Bahan ajar berupa LKS tidak cukup menunjang pembelajaran yang lebih optimal. Disamping itu, hubungan didaktik dan pedagogik perlu mendapatkan tempat dalam proses pembelajaran. Hubungan guru- siswa (hubungan pedagogis) dan hubungan siswamateri (hubungan didaktik) perlu dirancang sedemikian rupa guna menghasilkan pembelajaran yang optimal, produktif, dan efisien. Didactical Design Research (DDR) dengan pembelajaran berbasis Etnomatematika Sunda dirancang dengan tujuan untuk dapat membantu siswa dalam meminimalisir kesulitan belajar khususnya pada pelajaran matematika dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Pembelajaran ini

10 9 disusun dengan diawali learning obstacle dalam rangka mengetahui kesulitan belajar siswa yang akan menjadi pertimbangan bagi guru dalam membuat bahan ajar yang efektif. Setelah bahan ajar dirasa optimal, maka peneliti melakukan kegiatan membandingkan proses pembelajaran melakului penelitian eksperimen dengan kelas eksperimen I adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran DDR- Etnomatematika Sunda, kelas eksperimen II dengan pembelajaran Etnomatematika Sunda non DDR, dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran DDR-Etnomatematika dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran Etnomatematika Sunda non DDR? 2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran Etnomatematika dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional? 3. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran DDR-Etnomatematika Sunda dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional? 4. Bagaimana disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran Etnomatematika Sunda? D. Tujuan Penelitian Sebagaimana latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran DDR-Etnomatematika Sunda dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran Etnomatematika Sunda non DDR.

11 10 2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran Etnomatematika Sunda dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. 3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran DDR-Etnomatematika Sunda dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. 4. Untuk mengetahui disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran Etnomatematika Sunda. E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua kalangan, diantaranya: 1. Bagi siswa Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yakni untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis sehingga mampu menghasilkan gagasan-gagasan dan ide yang baru, unik serta dapat membantunya dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi. 2. Bagi guru a. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui desain didaktik pembelajaran Etnomatematika Sunda yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika khususnya pada konsep persegi dan persegi panjang. b. Penelitian ini bermanfaat bagi guru yakni untuk dapat berinovasi dalam kegiatan pembelajaran yang tujuan utamanya adalah membantu siswa dalam memahami materi pelajaran serta mencapai tujuan pendidikan. 3. Bagi Lembaga Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi lembaga pendidikan guna menjadi bahan kajian dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran Etnomatematika Sunda berasarkan desain didaktik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran matematika sering kali ditafsirkan sebagai kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, dengan mengenalkan subjek, memberi satu dua contoh, lalu menanyakan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Putri Dewi Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Putri Dewi Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah disiplin ilmu yang kaya konsep dan sangat mengutamakan keteraturan dan koneksitas. Konsep-konsep dalam matematika tidak terputusputus dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matermatika yang dilakukan di Indonesia kira-kira seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matermatika yang dilakukan di Indonesia kira-kira seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran matermatika yang dilakukan di Indonesia kira-kira seperti yang diungkapkan oleh De Lange (dalam Turmudi,2010) bahwa pembelajaran matematika seringkali ditafsirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nurul Haque,2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nurul Haque,2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan selalu memiliki tujuan baik yang ingin dicapai. Seperti yang tercamtum dalam Undang Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah sebuah ilmu pengetahuan yang berguna untuk segala aspek kehidupan. Keterampilan matematika dibutuhkan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan jaman, tentunya pengetahuan semakin berkembang. Supaya suatu negara bisa lebih maju, maka negara tersebut perlu memiliki manusia-manusia yang

Lebih terperinci

Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi

Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi Vol 1 No 1 (2017) 27-33 Indonesian Journal of Primary Education Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca Acep Saepul Rahmat Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta acepsaepulrahmat@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut UU No. 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan-persaingan ketat dalam segala bidang kehidupan saat ini, menuntut setiap bangsa untuk mampu menghasilkan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain permasalahan yang berhubungan dengan perhitungan luas tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hudojo (2001, hlm. 45) menyatakan bahwa matematika merupakan pengembang cara berpikir sehingga sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai wahana pendidikan memegang peran penting dalam pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan logis serta mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan mata pelajaran yang dinilai sangat penting dan diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Semua orang dalam hidupnya tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Bangsa akan menjadi maju jika pendidikan diperhatikan dengan serius oleh para pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dini Asri Kusnia Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dini Asri Kusnia Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa terbagi menjadi empat aspek. Salah satu aspek kemampuan tersebut adalah kemampuan menulis. Menulis berkaitan dengan kemampuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan dan pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dihadapkan dengan perkembangan dan perubahan zaman yang begitu cepat, dimana manusia bertanggung jawab untuk memecahkan masalahmasalah yang muncul setiap

Lebih terperinci

2 Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Degeng (Uno, 2010: 3) Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dapat dipahami

2 Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Degeng (Uno, 2010: 3) Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dapat dipahami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perencanaan merupakan hal yang penting bagi seseorang yang akan melaksanakan suatu kegiatan. Perencanaan dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetimbangan asam basa merupakan pelajaran yang penting diajarkan karena sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kesetimbangan asam basa merupakan materi

Lebih terperinci

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR Aji Setiaji Hj. Epon Nur aeni L Rosarina Giyartini UPI Kampus Tasikmalaya Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan ilmu pengetahuan yang universal mempunyai arti penting dalam mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keahlian dan kemampuan yang unggul. Salah satu upaya pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keahlian dan kemampuan yang unggul. Salah satu upaya pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter bangsa khususnya generasi muda. Di era globalisasi ini, generasi muda tidak hanya dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya, proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Untuk mengimbangi kemajuan bangsa yang semakin pesat, pendidikan harus berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Jawa khususnya pada kemampuan berbicara bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Jawa khususnya pada kemampuan berbicara bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Jawa khususnya pada kemampuan berbicara bahasa Jawa pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bayat Klaten masih rendah, berdasarkan observasi yang

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bappenas (2006) mengemukakan bahwa majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri, karena pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu faktor yang mendasar majunya suatu negara. Untuk mampu bersaing, suatu negara harus mengupayakan pendidikan yang bermutu dan berkualitas.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Data Kompetensi Guru dalam Menggunakan Media Pembelajaran. Kemampuan guru memanfaatkan media sangat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran. Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan kurikulum dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah masih sangat kurang optimal baik dalam pelaksanaannya maupun dari hasil pembelajarannya, hal ini

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA Skripsi Oleh : KUNCORO PUTRI NIM : K 4303035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya penelitian dan pengembangan, keterbatasan penelitian pengembangan,

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya penelitian dan pengembangan, keterbatasan penelitian pengembangan, BAB I PENDAHULUAN Bab 1 akan dipaparkan beberapa cakupan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Cakupan tersebut antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan pengembangan, spesifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan suatu ilmu abstrak yang wajib dipelajari seluruh siswa di bangku sekolah. Ilmu matematika selalu dikaji dalam cakupan materi tertentu dan terstruktur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada kelas V menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Pendapatan nilai siswa cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan. Untuk itu guru seyogyanya menguasai kemampuan mengajarkan pengetahuan, kecakapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Irmayanti, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Irmayanti, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan representasi siswa Sekolah Dasar tergolong masih dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2016, menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain research. Plomp (dalam Lidinillah, 2012, hlm. 4) mengemukakan bahwa design research adalah : Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. Pendidikan berfungsi untuk mendorong suatu perubahan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. Pendidikan berfungsi untuk mendorong suatu perubahan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Pendidikan berfungsi untuk mendorong suatu perubahan agar kehidupan masyarakat menjadi lebih meningkat kualitas sumber daya manusianya. Upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah Indonesia tak pernah berhenti berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan. Begitu banyak agenda dan program yang telah, sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan untuk dapat memahami maupun menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat dan diperkirakan akan terus berkembang di masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di. Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di. Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit untuk dipahami. Pentingnya belajar matematika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat. Hal ini menuntut untuk setiap individu dapat menguasai teknologi informasi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses berpikir selalu terjadi dalam setiap aktivitas manusia yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan, maupun untuk mencari pemahaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan motivasi pemerintah untuk selalu memperbaiki sistem

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan motivasi pemerintah untuk selalu memperbaiki sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta perkembangan zaman sangat begitu cepat, bahkan cenderung tidak terkendali. Perkembangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai penjuru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika seharusnya berpusat pada siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geometri merupakan salah satu cabang dari matematika yang memuat konsep mengenai titik, garis, bidang, dan benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya,

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi memberikan kepada siswa bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar, yang dewasa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Henti Sulistiowati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Henti Sulistiowati, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya untuk meningkatkan pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh baik aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengembangan pada aspek tersebut diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan walaupun dia telah

BAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan walaupun dia telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan walaupun dia telah mengeluarkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk belajar. Pemahaman yang didapatkannya tetap

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING

PENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING PENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING DENGAN SIMULATION GAME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERNALAR PADA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI SISWA KELAS VII-E DI SMP NEGERI 1 SAWIT TAHUN AJARAN 2009 / 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang. Pendidikan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah bagi masyarakat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah bagi masyarakat untuk memperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah bagi masyarakat untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki agar dapat menghadapi segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Pada pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan keterbatasan produk yang dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya melalui pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika, diperlukan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa. diperlukannya kemampuan pemecahan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. matematika, diperlukan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa. diperlukannya kemampuan pemecahan masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran matematika, diperlukan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa lebih mengetahui tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Desain Didaktis Luas Daerah Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Desain Didaktis Luas Daerah Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengalaman belajar yang diperoleh siswa di kelas merupakan hasil dari serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa. Kegiatan yang dilakukan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016:

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu proses dan tujuan yang penting dalam pembelajaran di sekolah adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016: 1), kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang sangat besar peranannya dalam perkembangan teknologi dan juga memiliki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu lainnya. Mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam pembentukan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, sehingga lulusan tersebut dituntut memiliki kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, sehingga lulusan tersebut dituntut memiliki kualitas yang baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, dunia pendidikan dituntut untuk lebih maju dan berkualitas dalam menghasilkan lulusan-lulusan. Lulusan-lulusan itu diharapkan dapat bersaing di zaman modern,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi sorotan terpenting dan menjadi dasar awal manusia untuk menjadi lebih dewasa, lebih baik, lebih bermanfaat. Pendidikan merupakan suatu aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi yang mewarnai pembelajaran matematika saat ini adalah seputar rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal tahun pelajaran 2006/2007 telah diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu matapelajaran yang wajib diberikan dalam pendidikan dasar dan menengah. Seperti yang terdapat dalam UU no 20 tahun 2003 Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok yang perlu dipenuhi dalam kehidupan. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir, seperti yang dilakukan

Lebih terperinci

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY Siti Sarah Didi Suryadi Siti Fatimah Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan.pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang unggul merupakan potensi yang sangat penting untuk dikembangkan dalam rangka membangun Indonesia. Dengan sumber daya manusia yang unggul kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya

Lebih terperinci