BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Kaku Pengertian Perkerasan Kaku Perkerasan kaku berupa perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal. Pada perkerasan ini, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Struktur perkerasan beton semen secara tipikal sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Tipikal Struktur Perkerasan Beton Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut : 1. Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar. II - 1

2 2. Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat. 3. Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat. 4. Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan. Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya Klasifikasi Perkerasan Kaku Berdasarkan material pembentuknya terdapat 4 jenis perkerasan kaku, antara lain: 1. Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan / Jointed Plained Concrete Pavement (JCPC). Perkerasan ini terdiri dari pelat beton dan sambungan arah memanjang dan melintang sumbu jalan. Sambungan memanjang menggunakan ruji/dowel dan sambungan melintang menggunakan batang pengikat/tie bar. 2. Perkerasan Beton Semen Bersambung dengan Tulangan / Jointed Reinforced Conrete Pavement (JRCP). Perkerasan ini menggunakan tulangan, serta memiliki sambungan memanjang dan melintang. 3. Perkerasan Beton Semen Menerus dengan Tulangan / Continuously Reinforced Concrete (CRCP). Perkerasan ini menggunakan tulangan memanjang yang menerus, sehingga tidak menggunakan sambungan melintang. Panjang perkerasan ini biasanya lebih dari 75 meter. II - 2

3 4. Perkerasan Beton Semen Pracetak Prategang / Precast Prestressed Concrete Pavement (PPCP). Perkerasan ini tidak memakai tulangan susut, melainkan menggunakan tulangan prategang. 2.2 Perkerasan Kaku Konvensional Deskripsi Umum Sudarmawan (2011) mengatakan bahwa Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Berdasarkan California Department of Transportation (2015) bahwa perkerasan konvensional menggunakan sambungan yang mencukupi untuk mengontrol semua retakan alami yang diinginkan. Retakan diharapkan terjadi pada joint dan tidak di tempat lain pada pelat. Perkerasan konvensional tidak menggunakan II - 3

4 perkuatan tulangan. Tetapi, terdapat sambungan penyalur beban berupa dowel pada sambungan melintang dan tie bar pada sambungan memanjang. Gambar 2.2 Ilustrasi Perkerasan Konvensional Beton Ahadi (2010) mengemukakan bahwa beton perkerasan konvensional terdiri dari kombinasi material semen, agregat kasar dan halus, air, dan sebagian bahan tambahan (admixture). Sifat beton seperti kekuatan, ketahanan, permeabilitas, dan ketahanan terhadap aus ditentukan oleh material tersebut. Untuk perkerasan kaku yang digunakan adalah mutu beton fc 35 dan menggunakan beton untuk LC adalah mutu beton fc Sambungan / Joint Pelat beton akan retak secara acak dari aksi alami seperti penyusutan atau pengkerutan. Maka dari itu joint menjadi elemen desain Perkerasan Konvensional yang penting sebagai pengontrol retak dan pergerakan horizontal. Tanpa adanya sambungan, pelat beton dapat rusak oleh retakan dalam waktu 1-2 tahun setelah II - 4

5 dipasang. Jika perkerasan konvensional dipasang dengan tidak benar atau didesain dengan sambungan yang buruk, bisa menghasilkan retak prematur. 1. Sambungan Memanjang (Tie Bar) Sambungan memanjang digunakan untuk mengontrol retakan arah longitudinal (memanjang) pada perkerasan konvensional. Tie bar ditempatkan pada sambungan ini untuk menahan gaya horizontal perkerasan. Gambar 2.3 Tie Bar Terpasang pada Perkerasan Konvensional 2. Sambungan Melintang (Dowel Bar) Sambungan melintang dipasang tegak lurus dengan tulangan memanjang. Pada sambungan melintang terdapat dowel yang membantu transfer beban. Transfer beban adalah kemampuan sambungan untuk menyalurkan beban kendaraan dari satu sisi pelat ke pelat lain, dan dowel adalah sarana trensfer beban tersebut. II - 5

6 Gambar 2.4 Dowel Bar Terpasang pada Perkerasan Konvensional 2.3 Continuously Rigid Concrete Pavement / CRCP Deskripsi Umum Berdasarkan California Department of Transportation (2015), Continuously Reinforced Concrete Pavement (CRCP) adalah perkerasan beton dengan perkuatan tulangan tanpa menggunakan sambungan melintang. CRCP diperkuat pada arah longitudinal dengan tambahan sambungan melintang yang digunakan untuk mendukung tulangan longitudinal. Sambungan ini ditujukan untuk menjaga kelangsungan dan memastikan penguatan pada beton secara terus menerus. Tabel 2.1 Perbedaan antara CRCP dengan Perkerasan Konvensional TYPE OF PAVEMENT CRCP Perkerasan Konvensional DESCRIPTION Ketebalan Pondasi Base B (cm) Min. 50 Min. 50 Ketebalan Pondasi Base A (cm) Min. 30 Min. 30 Pembesian Memanjang Ada Tidak Ada II - 6

7 Dowel Bar Tidak Ada Ada Tie Bar Ada Ada Panjang Minimum Pengecoran (m) 75 5 Mutu Beton Fs 5 K-500 Terminal Angkur Optional Tidak Ada Pengendalian Crack pada Pavement Ya Tidak Masa Perawatan Minim Perbaikan Sering Perbaikan Umur Konstruksi (Tahun) Tulangan / Pembesian CRCP terdiri dari tulangan longitudinal dan transversal. Karena tulangan adalah deformed / ulir, kemungkinan selip menjadi minimal dan ikatan dengan beton menjadi meningkat. Sehingga, kontraksi dan ekspansi pergerakan diminimalisir. Tulangan longitudinal menguatkan pavement, megatur jarak retakan transversal, dan menjaga kerapatan retakan tansversal. Sempitnya retakan mampu menjaga interlock tegangan lentur, menghasilkan beban transfer tingkat tinggi antara permukaan beton yang pecah dan tegangan lentur perkerasan yang melemah akibat beban lalu lintas. Kerapatan retakan juga mengurangi infiltrasi air dan kacaunya material yang tidak memadat. Untuk mempertahankan kontinyuitas tulangan dilakukan penyambungan dengan overlap splicing ada arah longitudinal untuk memastikan performa CRCP yang baik. Tulangan transversal dipasang melintang selebar CRCP terutama untuk membantu tulangan longitudinal selama konstruksi dan untuk menahan retakan II - 7

8 longitudinal yang muncul secara acak dan untuk mengantisipasi bahaya potensial dari punchout. Retak longitudinal terjadi kurang lebih sejajar dengan as jalan. Chairs atau dudukan digunakan untuk menjaga elevasi tulangan longitudinal dan transversal yang dipasang. Chairs berbahan plastik atau besi. Gambar 2.5 Konfigurasi Tulangan CRCP Beton Beton terdiri atas kombinasi material semen, agregat kasar dan halus, air, dan admixture jika diperlukan. Sifat beton seperti kekuatan, ketahanan, permeabilitas, dan ketahanan abrasi air tergantung pada material tersebut. CRCP sebaiknya didesain menggunakan kualitas beton terbaik untuk memaksimalkan ketahanan jangka panjang. Tidak dianjurkan menggunakan Rapid Strength Concrete (RSC). Pada CRCP, beton yang digunakan adalah mutu fs 5 atau serupa dengan fc dan untuk LCBC yang digunakan adalah mutu K-125 serta untuk terminal angkur menggunakan mutu beton K-350. II - 8

9 Tabel 2.2 Standar Proporsi Pada Beton CRCP CONCRETE CLASS Terminal Anchor LCBC Rigid Pavement DESCRIPTION (K-350) (K-125) (fs' 5) Maximum Size of Coarse Aggregate (mm) Slump (cm) 7.5± ± ±2.5 Ratio of cement/water (%) Moisture Content (kg/m 3 ) Cement Content (kg/m 3 ) Fine Aggregate (kg/m 3 ) Coarse Aggregate (kg/m 3 ) Minimum compressive strength at 28 days with cube test (MPa) Minimum compressive strength at 28 days with cylindrical test (MPa) Minimum flexural strength at 28 days (MPa) Catatan : a. Batas toleransi massa semen, agregat, dan air ±2% pada mix design yang telah ditentukan. b. Uji slump ditentukan oleh AASHTO T119 atau JISA 1101 dengan nilai slump 7±2 c. Temperatur beton segar dibawah 35º C d. Sampel beton dibuat sebanyak 6 buah/50m³ beton, karena test sampel beton dilakukan pada hari pertama, ke-7 (3 buah sampel) dan hari ke-28 (3 buah sampel) dengan bentuk silinder yang memiliki tinggi 30cm dan diameter 15cm e. Test kuat tekan beton sesuai dengan AASHTO T22 dan T23 f. Test kuat lentur sesuai dengan AASHTO T 97, menggunakan sampel persegi panjang sebanyak 6 buah/50m³ II - 9

10 g. Semen yang digunakan seragam yaitu semen portland dengan ketentuan oleh AASHTO M 85 h. Fs adalah flexural strength yang merupakan kekuatan lentur dari beton. Adapun konfersinya adalah = 7, Sambungan / Joint Joint CRCP terdiri dari sambungan konstruksi longitudinal dan terminal joint. Sambungan konstruksi longitudinal dipasang di antara baris menggunakan tie bar. Tie bar digunakan untuk menjaga perkerasan dari pergerakan horizontal. Sambungan ini tidak perlu dilapisi kecuali di daerah yang beriklim gurun atau gunung. Gambar 2.6 Konfigurasi Tie Bar pada CRCP Sambungan kontraksi longitudinal diperlukan untuk mengontrol retak pada arah longitudinal akibat pembelokan, pelebaran, dan tegangan penyusutan disebabkan oleh variasi temperatur. II - 10

11 Gambar 2.7 Sambungan Longitudinal Joint pada CRCP Terminal Angkur Pada Struktur Continuously Reinforced Concere Pavement (CRCP) diperkirakan mampu bergerak secara longitudinal pada bagian ujungnya. Pergeseran ini sangat bergantung pada kemampuan CRCP menahan gaya-gaya geser atau sifat viskoelastis yang dimiliki. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka diperlukan ruas terminal atau transisi pada bagian CRCP yang berbatasan langsung dengan struktur maupun tipe pavement lain. Struktur ruas terminal dirancang untuk menyediakan tempat perpindahan CRCP tanpa merusak struktur yang berada didekatnya (Continuously Reinforced Concrete Pavement Design and Construction Guidelines of CRSI, 2009). II - 11

12 Gambar 2.8 Terminal Angkur pada CRCP 2.4 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan CRCP Pelaksanaan pekerjaan suatu proyek merupakan serangkaian kegiatan proyek mulai dari awal sampai selesai pada suatu tahapan yang telah ditentukan. Dari kegiatan ini akan terwujud suatu bangunan yang diharapkan memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan desain perencanaan. Urutan pekerjaan dapat dilihat pada flowchart urutan pekerjaan sebagai berikut. Gambar 2.9 Flowchart Pekerjaan CRCP II - 12

13 2.4.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan (preparation) merupakan tahap awal yang dilakukan untuk memulai pekerjaan struktur CRCP. Tahap ini merupakan tahap yang penting untuk mewujudkan pelaksanaan pekerjaan yang efektif sesuai dengan shop drawing. Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan pengecekan lokasi pekerjaan. Kegiatan persiapan pada pekerjaan ini yaitu kegiatan pemadatan lapisan timbunan dibawah slab LCBC, yaitu lapisan base A dengan ketebalan 30 cm. Kegiatan pemadatan dibagi menjadi dua layer, yaitu masing-masing layer 15 cm. Detail pekerjaan pemadatan dijelaskan lebih lanjut dalam bab 6. Setelah kegiatan ini selesai, maka harus dilakukan inspeksi pemadatan berupa uji sandcone. Uji sandcone ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab 6. Pekerjaaan persiapan merupakan tanggung jawab pelaksana lapangan. Setelah uji sandcone memenuhi standar spesifikasi, maka kegiatan selanjutnya dapat dilaksanakan Pekerjaan Lean Concrete Base Coarse (LCBC) Lean Concrete Base Course (LCBC) merupakan support pada struktur CRCP yang berfungsi sebagai lantai kerja yang berada diantara lapisan Sub Base Course / Base A dan rigid pavement. Hasil akhir yang harus tercapai dari pekerjaan LCBC adalah: 1. Konstruksi yang rata sehingga dapat dibuat CRCP slab yang sesuai dengan desain. 2. Bersifat permanen sehingga mampu mendukung struktur CRCP selama umur rencana. II - 13

14 3. Memiliki permukaan yang halus untuk memudahkan proses penulangan pada konstruksi CRCP. Pada sub-bab ini akan dijelaskan tahap pekerjaan LCBC yang akan dijabarkan pada setiap detail pekerjaan. 1. Pemasangan Geogrid Geogrid merupakan komponen yang penting dalam pembangunan pavement pada lokasi yang rawan terjadi settlement. Geogrid berfungsi untuk mengantisipasi penurunan per-segmen pada lapisan diatasnya. Dengan menggunakan material ini penurunan dapat terjadi secara bersamaan pada seluruh slab. Metode pemasangan geogrid yaitu dengan membujurkan geogrid dengan arah tegak lurus terhadap geogrid yang telah terpasang sebelumnya, yang dalam hal ini adalah geogrid yang telah terpasang di bawah timbunan Base A. Pada saat pemasangan geogrid, overlap untuk sisi memanjang adalah sepanjang 30cm, sedangkan untuk untuk sisi lebarnya adalah sepanjang 60cm. Gambar 2.10 Pemasangan Geogrid II - 14

15 Gambar 2.11 Overlap pada Sisi Memanjang 2. Stake Out Tahap stake out merupakan tahap penentuan koordinat dan elevasi dari struktur LCBC yang akan dikerjakan. Pada kegiatan ini akan diperoleh dimensi struktur di lapangan sehingga proses pekerjaan berikutnya dapat dilakukan sesuai dengan desain perencanaan yang telah ditentukan. Pekerjaan ini dilakukan oleh surveyor. Proses penentuan koordinat dilakukan dengan menggunakan alat total station. Setelah diperoleh koordinat yang dicari, maka dilakukan proses marking. Proses ini dilakukan dengan cara menandai titik koordinat menggunakan pylox kemudian menancapkan tulangan sebagai patok untuk memudahkan proses penentuan elevasi. Proses penentuan elevasi dilakukan dengan menggunakan alat auto level. Setelah diperoleh elevasi rencana, proses berikutnya adalah marking pada patok. Untuk memudahkan penulangan dan pemasangan bekisting, setiap II - 15

16 patok dihubungkan dengan seutas tali pada titik yang telah ditandai sebagai batas elevasi. Dalam serangkaian proses stake out, tulangan hanya berfungsi sebagai patok dan sama sekali tidak mempengaruhi kekuatan struktur. Oleh karena itu, dimensi yang digunakan merupakan dimensi terkecil yang digunakan pada proyek ini, atau dapat memanfaatkan besi waste. Baja tulangan dipilih sebagai patok sebab proses marking dilakukan di atas sub-base layer yang telah dipadatkan sehingga dibutuhkan patok yang kuat dan dapat dengan mudah ditancapkan. Gambar 2.12 Pengukuran Elevasi 3. Pemasangan Formwork Formwork installation (pemasangan bekisting) merupakan proses yang dilakukan setelah pemasangan patok selesai. Pemasangan bekisting dilakukan sesuai dengan batas dari patok yang telah terpasang. Bekisting yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah steel formwork dengan ketinggian 20cm. II - 16

17 Tahap pemasangan bekisting yaitu: 1. Pemasangan bekisting sesuai dengan batas dan elevasi patok. 2. Memasang formwork stopper yaitu berupa baja tulangan dengan dimensi D13 atau dapat memanfaatkan besi waste setiap jarak 50cm. Formwork stopper berfungsi sebagai perkuatan bekisting pada sisi belakang. 3. Melapisi permukaan bekisting dengan plastik cor agar campuran beton tidak langsung menempel pada bekisting. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pelepasan bekisting setelah umur beton mencapai tiga hari. Ketepatan dalam pemasangan bekisting sangat mempengaruhi dimensi beton yang akan dicetak. Oleh karena itu sangat dibutuhkan pengawasan oleh pelaksana lapangan agar dimensi beton yang dihasilkan sesuai dengan shop drawing dan tidak tejadi kelebihan beton yang akan menimbulkan kerugian pada proyek. Gambar 2.13 Pemasangan Bekisting II - 17

18 4. Pengecoran Beton Proses pouring concrete (pengecoran) merupakan proses penuangan campuran beton pada lokasi yang telah ditentukan sesuai dengan batas bekisting. Sebelum dilakukan pengecoran, penting untuk dilakukan pembersihan lokasi pengecoran dari sampah konstruksi maupun nonkonstruksi. Campuran beton untuk proses pengecoran diangkut menggunakan concrete mixer truck dari batching plant menuju lokasi pengecoran. Setelah concrete mixer truck tiba di lokasi pengecoran, dilakukan proses uji suhu dan slump. Proses ini sangat menentukan kelayakan campuran beton untuk proses pengecoran. Alat-alat serta penggunaannya dalam proses pengecoran yaitu: Menyiram lokasi pengecoran dengan air. Proses ini bertujuan untuk menurunkan suhu lokasi pengecoran agar beton yang dihasilkan tetap terjaga suhunya dibawah standar maksimum suhu campuran beton yaitu 35ºC. Gambar 2.14 Penyiraman Lokasi Pengecoran II - 18

19 Menuangkan beton dari concrete mixer truck. Ketika concrete mixer truck tiba di lokasi pengecoran, maka beton langsung dilakukan uji slump dan suhu. Jika hasil tes tersebut memenuhi standar spesifikasi beton, maka pengecoran dapat langsung dilakukan. Proses penuangan campuran beton harus dilakukan sedemikian rupa hingga ketinggian maksimum jatuhnya beton adalah 1,5m. Hal ini bertujuan untuk menghindari proses segregasi beton. Gambar 2.15 Penuangan Beton Segar Menghilangkan gelembung udara menggunakan vibrator. Proses ini merupakan proses yang sangat penting dilakukan untuk menghilangkan rongga udara di dalam campuran beton sehingga pengecoran menghasilkan beton yang halus, rata, dan tidak keropos. Proses vibrasi dilakukan dengan cara memasukkan vibrator ke dalam campuran beton. Dalam proses pengecoran digunakan dua alat vibrator II - 19

20 untuk mendukung efektifitas pekerjaan. Alat ini diaplikasikan pada saat beton baru dituang serta pada saat akan diratakan menggunakan jidar. Gambar 2.16 Penggunaan Vibrator Perataan Campuran Beton Menggunakan Jidar. Jidar digunakan untuk meratakan permukaan campuran beton setelah beton diratakan menggunakan cangkul. Gambar 2.17 Perataan Permukaan Beton dengan Jidar Finishing menggunakan jidar dan trowel. Trowel digunakan pada saat finishing permukaan beton setelah diratakan menggunakan jidar. II - 20

21 Gambar 2.18 Penggunaan Trowel Pada pengecoran LCBC digunakan beton dengan karakteristik K-125. Proses pengecoran harus dilakukan dengan cepat sebelum beton memasuki kondisi setting. Dalam pekerjaan ini, setiap proses pengecoran dilakukan oleh 20 orang pekerja. Gambar 2.19 Pekerjaan Lean Concrete Base Course II - 21

22 2.4.3 Pekerjaan Terminal Angkur Pada proses penulangan terminal angkur tipe A dibutuhkan material sebagai berikut. H beam Baja tulangan Kawat bendrat Beton decking Plastik cor Polyester foam Desain terminal angkur tipe A terdiri dari terminal angkur dan plat injak. Dalam metode pelaksanaan, terminal angkur dibangun terlebih dahulu setelah itu dilakukan proses penulangan plat injak. Pekerjaan di lokasi dapat dilihat dalam gambar berikut. II - 22

23 Gambar 2.20 Pembesian Terminal Angkur Gambar 2.21 Posisi H-Beam pada Susunan Tulangan Gambar 2.22 Hasil Akhir Terminal Angkur Tipe A II - 23

24 2.4.4 Pekerjaan Continuously Reinforced Concrete Pavement (CRCP) 1. Stake Out Tahap stake out merupakan tahap penentuan koordinat dan elevasi dari struktur CRCP yang akan dikerjakan. Pada kegiatan ini akan diperoleh dimensi struktur di lapangan sehingga proses pekerjaan berikutnya dapat dilakukan sesuai dengan desain perencanaan yang telah ditentukan. Proses penentuan koordinat dilakukan dengan menggunakan alat total station. Setelah diperoleh koordinat yang dicari, maka dilakukan proses marking. Proses ini dilakukan dengan cara menandai titik koordinat menggunakan pylox kemudian menancapkan tulangan sebagai patok untuk memudahkan proses penentuan elevasi. Proses penentuan elevasi dilakukan dengan menggunakan alat auto level. Setelah diperoleh elevasi rencana, proses berikutnya adalah marking pada patok. Untuk memudahkan penulangan dan pemasangan bekisting, setiap patok dihubungkan dengan seutas tali pada titik yang telah ditandai sebagai tanda batas elevasi. II - 24

25 Gambar 2.23 Proses Penentuan Elevasi 2. Polyethylene Membrane Installation Polyethylene membrane installation merupakan proses membujurkan lembaran polyethylene diatas LCBC. Proses ini bertujuan untuk menjaga kadar air dalam campuran beton agar tidak meresap ke dalam slab LCBC dan untuk mencegah kerusakan beton akibat kurangnya kadar air dalam komposisi beton. Gambar 2.24 Pemasangan Polyethylene Membrane II - 25

26 3. Penulangan / Pembesian Penulangan merupakan tahap penyusunan baja tulangan di lapangan sesuai dengan shop drawing. Proses penulangan merupakan serangkaian proses dari cutting, bending, dan penyusunan tulangan di lokasi proyek. Memasang joint filler dan bond breaker dengan tebal masing-masing 2 cm pada pertemuan antara struktur CRCP dan terminal anchor. Meletakkan transverse bars di atas lembaran polyethylene membrane. Gambar 2.25 Meletakkan Transverse Bars Meletakkan dua longitudinal bars pada sisi kiri dan kanan kemudian menandai jarak antar transverse bars sebagai acuan penataan transverse bars. II - 26

27 Gambar 2.26 Memasang dan Menandai Longitudinal Bars Menandai jarak (spacing) antar longitudinal bars pada transverse bar sebagai acuan pemasangan longitudinal bars. Gambar 2.27 Marking pada Tulangan Menyusun transverse bars di atas chair dengan jarak antar chair yaitu 1 m. Setelah itu meletakkan longitudinal bars diatas transverse bars sesuai dengan spacing tulangan. II - 27

28 Gambar 2.28 Pemasangan Tulangan di Atas Chair Menandai posisi sambungan antar longitudinal bars menggunakan tali yang diikat dan diposisikan membujur dengan sudut Pada susunan tulangan CRCP, sambungan longitudinal bars disusun dengan sudut Hal ini didasarkan pada kemampuan sambungan yang lebih lemah dalam menerima beban. Metode ini bertujuan untuk mendistribusikan gaya yang diterima oleh sambungan tulangan. Sehingga pada saat pembebanan lalu lintas, gaya yang terjadi tidak tertumpu pada seluruh sambungan secara bersamaan dan resiko crack melintang pada area sambungan dapat dihindari. Gambar 2.29 Posisi Sambungan Longitudinal Bars II - 28

29 Meletakkan longitudinal bars pada sambungan dengan panjang sambungan 40D. Mengikat setiap pertemuan tulangan menggunakan kawat bendrat rangkap tiga. Gambar 2.30 Mengikat Tulangan Menggunakan Kawat Bendrat Memasang plastik cor pada bekisting. Memasang tie bar di atas susunan longitudinal bars. Gambar 2.31 Pemasangan Tie Bars II - 29

30 Setelah proses penulangan selesai, tulangan ditutup menggunakan nonwoven geotextile untuk proses curing pada tulangan. Gambar 2.32 Nonwoven Geotextile sebagai Penutup Tulangan 4. Formwork Installation Formwork installation (pemasangan bekisting) merupakan proses yang dilakukan setelah proses penulangan selesai. Pemasangan bekisting dilakukan sesuai dengan patok yang telah terpasang. Bekisting yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah steel formwork dengan ketinggian 30 cm. Tahap pemasangan bekisting yaitu: 1. Pemasangan bekisting sesuai dengan batas dan elevasi dari patok. 2. Melapisi permukaan bekisting dengan plastik cor agar campuran beton tidak langsung menempel pada bekisting. Hal ini dapat mempermudah pelepasan bekisting setelah umur beton mencapai tiga hari. II - 30

31 3. Memasang formwork stopper yaitu berupa baja tulangan dengan dimensi D 13 atau yang lain (dapat berupa besi waste ) untuk jarak setiap 50cm. Formwork stopper berfungsi sebagai perkuatan bekisting pada sisi belakang. Gambar 2.33 Pemasangan Steel Formwork 5. Pouring Concrete Proses pengecoran merupakan proses pengisian beton sesuai dengan batas bekisting dan marking survey yang telah ditetapkan. Tahap-tahap pengecoran di lokasi pekerjaan adalah sebagai berikut. Menginstal Vibratory Truss Screed. Sebelum dilakukan proses pengecoran. II - 31

32 Gambar 2.34 Truss Screed Installation Menyiram lokasi pengecoran dengan air. Proses ini bertujuan untuk menurunkan suhu lokasi pengecoran dan tulangan agar beton yang dihasilkan tetap terjaga suhunya dibawah standar maksimum suhu campuran beton. Gambar 2.35 Penyiraman Lokasi Pengecoran Proses penuangan campuran beton harus dilakukan sedemikian rupa hingga ketinggian maksimum jatuhnya beton adalah 1,5m. Hal ini bertujuan untuk menghindari proses segregasi beton. II - 32

33 Gambar 2.36 Penuangan Campuran Beton Meratakan campuran beton menggunakan excavator. Gambar 2.37 Perataan Beton Menggunakan Excavator Meratakan beton menggunakan cangkul. Proses ini dilakukan oleh para pekerja secara bersamaan. Diupayakan seluruh ruang pada lokasi pengecoran dapat terisi oleh beton. II - 33

34 Gambar 2.38 Proses Perataan Menggunakan Cangkul Menghilangkan gelembung udara menggunakan vibrator (vibrasi). Proses ini merupakan proses yang sangat penting dilakukan untuk menghilangkan rongga udara di dalam campuran beton sehingga pengecoran menghasilkan beton yang halus, rata, dan tidak keropos. Gambar 2.39 Proses Vibrasi Mengaktifkan vibratory truss screed. Setelah campuran beton diratakan menggunakan cangkul dan vibrator, maka beton siap untuk dilakukan perataan menggunakan vibratory truss screed. Proses ini lebih efektif dibandingan dengan proses perataan dengan menggunakan jidar. II - 34

35 Gambar 2.40 Perataan Menggunakan Vibratory Truss Screed Proses finishing menggunakan trowel dan jidar. Gambar 2.41 Proses Finishing 6. Grooving Work Proses grooving merupakan proses pembuatan alur pada permukaan beton yang bertujuan untuk menjadi media pengaliran air ke drainase dan anti selip. Proses grooving dilakukan dengan menggunakan grooving tools yang dioperasikan secara manual. II - 35

36 Gambar 2.42 Grooving Work Pada proses ini digunakan jidar sebagai alat bantu untuk meluruskan garis yang dihasilkan serta untuk mempermudah pemindahan grooving tools. Proses grooving dilakukan membujur kearah saluran drainase dan dengan kedalaman alur 5mm. Proses ini dapat dikerjakan langsung setelah proses pengecoran melewati tahap finishing. Untuk melakukan proses ini dibutuhkan dua orang pekerja. Salah seorang pekerja sebagai penggerak grooving tools, dan pekerja lainnya bertugas meletakkan gerigi grooving tools dengan jarak 1,5cm dari garis sebelumnya. Gambar 2.43 Jidar Sebagai Alat Bantu Memindahkan Grooving Tools II - 36

37 7. Joint Sealant Work Proses penuangan joint sealant merupakan proses penuangan elastobond untuk mengisi sambungan longitudinal struktur CRCP yang sebelumnya telah dicutting. Bertujuan untuk menghindari masuknya air pada sambungan perkerasan dan pengaruh dari kembang susut dari beton akibat siklus perubahan iklim dan temperatur perkerasan. Proses penuangan elastobond pada celah sambungan adalah sebagai berikut. Membersihkan seluruh permukaan perkerasan. Mempersiapkan bejana metal untuk meletakkan separuh bagian dari kemasan elastobond. Memanaskan elastobond hingga pada rentang suhu 150 C 200 C. Menuangkan elastobond pada celah perkerasan. Untuk mendapatkan hasil dengan adhesi baik, suhu elastobond tidak boleh kurang dari 130 C pada saat terjadi kontak dengan beton. Gambar 2.44 Hasil Akhir Joint Sealant II - 37

38 2.5 Biaya Biaya didefinisikan sebagai manfaat (benefit) yang dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Manfaat diukur dalam rupiah melalui pengurangan aktivitas atau pembebanan utang pada saat manfaat (benefit) itu diterima. Gambar 2.45 Struktur Analisis Harga Satuan Pekerjaan II - 38

39 Gambar 2.46 Struktur Analisis Harga Satuan Dasar Upah Gambar 2.47 Struktur Analisis Harga Satuan Dasar Alat II - 39

40 Gambar 2.48 Struktur Analisis Harga Satuan Dasar Bahan Biaya Langsung Komponen harga satuan pekerjaan yang terdiri atas biaya upah, biaya bahan, dan biaya alat. Harga satuan pekerjaan (HSP) terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri atas upah, alat, dan bahan. Biaya langsung masing masing perlu ditetapkan harganya sebagai harga satuan dasar (HSD) untuk setiap satuan pengukuran standar, sehingga hasil rumusan analisis yang diperoleh mencerminkan harga aktual di lapangan. Biaya tidak langsung dapat ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Harga satuan dasar yang digunakan harus sesuai dengan asumsi pelaksanaan / penyediaan yang aktual (sesuai dengan kondisi lapangan) dan mempertimbangkan harga pasar setempat waktu penyusunan harga perkiraan sendiri (HPS) atau harga perkiraan perencana (HPP). II - 40

41 Harga satuan dasar (HSD) diuraikan persyaratan komponen utama harga satuan, yaitu untuk tenaga kerja, alat, dan bahan, yang masing masing dianalisis sebagai harga satuan dasar (HSD) Biaya Tak Langsung Komponen harga satuan pekerjaan yang terdiri atas biaya umum (overhead) dan keuntungan, yang besarnya disesuaikan dengna ketentuan yang berlaku. Biaya umum adalah biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk mendukung terwujudnya pekerjaan (kegiatan pekerjaan) yang bersangkutan, atau biaya yang diperhitungkan sebagai biaya operasional meliputi pengeluaran untuk : a. Biaya kantor pusat yang bukan dari biaya pengadaan untuk setiap mata pembayaran, b. Biaya upah pegawai kantor lapangan, c. Biaya manajemen (bunga bank, jaminan bank, tender, dll), d. Biaya akuntasi, e. Biaya pelatihan, dan auditing, f. Biaya perjanjian dan registrasi, g. Biaya iklan, humas, dan promosi, h. Biaya penyusutan peralatan penunjang, i. Biaya kantor, listrik, telepon, dll j. Biaya pengobatan pegawai kantor / lapangan, k. Biaya travel, pertemuan / rapat, dan l. Biaya asuransi di luar peralatan. II - 41

42 Biaya umum / overhead ini dihitung berdasarkan persentasi dari biaya langsung yang besarnya tergantung dari lama waktu pelaksanaan pekerjaan, besarnya tingkat bunga yang berlaku. Besarnya biaya umum dan keuntungan ditentukan dengan mempertimbangkan antara lain tingkat suku bunga pinjaman bank yang berlaku, tingkat inflasi, overhead, kantor pusat dan lapangan, resiko investasi. Ini merupakan domain kontraktor yang sampai dengan saat ini belum ada ketentuan resmi dari pemerintahyang mengatur nilai maksimum biaya umum dan keuntungan kontraktor. Untuk kepentingan estimasi harga melalui AHS ini dapat ditentukan keuntungan dan overhead yang wajar untuk pekerjaan konstruksi minimal 15% (penjelasan Perpres Nomor 70 tahun 2012, pasal 66 ayat 8), suatu nilai optimum yang relatif dekat dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia. 2.6 Manajemen Waktu Proyek Mawardi (2014) menyebutkan bahwa pengertian manajemen waktu proyek adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian) secara sistimatis pada suatu proyek dengan mengggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Pada manajemen proyek dalam pengertian diatas, kegiatan-kegiatan yang dilakukan beraneka ragam, mulai dari perencanaan program, survey, penelitian, studi kelayakan, perancangan, pengadaan / lelang sampai pelaksanaan, sehingga akan melibatkan berbagai ahli dan pihak yang lebih banyak (surveyor, perencana/arsitek, ahli geologi, konsultan, kontraktor dsb.) yang merupakan suatu tim yang saling berkaitan dan berhubungan sehingga memerlukan pengelolaan (manajemen) yang professional (terpadu) sehingga II - 42

43 dengan pendekatan konsep ini dibutuhkan seorang atau badan usaha dibidang manajemen yang akan mengelola proyek tersebut mulai dari perencanaan, perancangan, lelang / tender sampai pelaksanaannya Definisi Aktivitas Definisi Aktivitas merupakan identifikasi aktivitas khusus yang harus dilakukan oleh anggota tim proyek dan stakeholder untuk menghasilkan deliverables. Aktivitas atau tugas adalah elemen pekerjaan yg biasanya ditemukan pada proyek yang membutuhkan durasi, biaya, dan sumber daya. Jadwal proyek menjadi dokumen mendasar yg mengawali proyek. Project charter mencakup tanggal mulai dan berakhirnya proyek, juga mengenai informasi anggaran. Pernyataan lingkup dan Work Breakdown Structure (WBS) membantu bagaimana proyek akan dilaksanakan. Definisi aktivitas mencakup pengembangan WBS yang lebih rinci dan penjelasan yang mendukung pengertian tentang bagaimana pekerjaan akan dilakukan, sehingga dapat dibuat estimasi biaya dan durasi pekerjaan yangg realistis Definisi Kurva-S Kurva S adalah suatu kurve yang disusun untuk menunjukkan hubungan antara nilai komulatif biaya atau jam-orang (man hours) yang telah digunakan atau persentase (%) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu. Dengan demikian pada kurva S dapat digambarkan kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang berlangsungnya proyek atau pekerjaan dalam bagian dari proyek. II - 43

44 Dengan membandingkan kurva tersebut dengan kurva yang serupa yang disusun berdasarkan perencanaan, maka akan segera terlihat dengan jelas apabila terjadi penyimpangan. Oleh karena kemampuannya yang dapat diandalkan dalam melihat penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan proyek, maka pengendalian proyek dengan memanfaatkan Kurva S sering kali digunakan dalam pengendalian suatu proyek. Pada Kurva S, sumbu mendatar menunjukkan waktu kalender, dan sumbu vertikal menunjukkan nilai komulatif biaya atau jam-orang atau persentase penyelesaian pekerjaan. Kurva yang berbentuk huruf S tersebut lebih banyak terbentuk karena kelaziman dalam pelaksanaan proyek yaitu: 1. Kemajuan pada awal-awalnya bergerak lambat. 2. Kemudian diikuti oleh kegiatan yang bergerak cepat dalam kurun waktu yang lebih lama. 3. Pada akhirnya kegiatan menurun kembali dan berhenti pada suatu titik akhir. Ada dua macam bobot persen: 1. Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara harga suatu jenis pekerjaan dalam waktu tertentu terhadap harga total yang tercantum dalam dokumen kontrak. Dalam hal ini grafik bobot persen menyatakan hubungan antara harga kumulatif bobot persen dengan waktu. 2. Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara bobot suatu jenis pekerjaan dengan bobot seluruh pekerjaan. Dari bobot persen ini, dapat dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara persentase kumulatif pekerjaan II - 44

45 dengan waktu, dari grafik ini pula dapat diketahui persentase pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Bobot persen yang dipakai pada proyek ini adalah sebagai berikut: Pada dasarnya kurva-s ini dibuat untuk mengontrol kemajuan suatu proyek, sesuai jangka waktu yang tersedia. Dalam pelaksanaanya, kurva-s harus selalu dikontrol agar dapat dilakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan, maka harus ada pekerjaan yang lain yang dipercepat menutupi keterlambatan terjadi, misalnya dengan penambahan tenaga kerja, penambahan peralatan, kerja lembur dan sebagainya. Dalam penyusunan kurva-s ini, yang perlu mendapat perhatian adalah efisiensi pekerjaan, sehingga biarpun terjadi keterlambatan, proyek tersebut masih memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis. II - 45

46 Gambar 2.49 Contoh Kurva-S 2.7 Uraian Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini termasuk jenis penelitian analisa perbandingan dengan melakukan perhitungan pekerjaan perkerasan jalan antara CRCP dengan perkerasan kaku konvensional dengan menghitung biaya resiko yang ada. Secara umum tidak ada penelitian sebelumnya yang melakukan perbandingan perkerasan jalan dengan material yang sama tetapi berbeda struktur konstruksi nya. Namun ada beberapa penelitian yang menyinggung mengenai perkerasan jalan, volume perkerjaan serta perbandingan terhadap biaya konstruksi, penelitian tersebut antara lain : II - 46

47 Tabel 2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya No Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Rudi Waluyo, Tugas Akhir, Universitas Palangka Raya, 2008 Studi Perbandingan Biaya Konstruksi Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur Analisa Komparatif Perkerasan Kaku (Metode NAASRA), Perkerasan Lentur (Metode Bina Marga). Data yang diperlukan adalah rincian volume pekerjaan, daftar harga satuan, analisa harga satuan, analisa alat berat dan gambar pekerjaan. Dari hasil analisis biaya menunjukkan bahwa perkerasan kaku membutuhkan biaya sebesar Rp dan perkerasan lentur membutuhkan biaya sebesar Rp dengan persentase penghematan biaya sebesar 24,15 % terhadap 2 Retna Hapsari, Jurnal, Jakarta, Marc Lemlin, Jurnal, Belgia, 2004 Studi Perbandingan Biaya Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur Metode Annual Worth Bituminous Pavement and Continuously Reinforced Concrete Pavement (CRCP) on a Motorway in Walloon Region (Belgium) : Economical Comparative Study Analisa Komparatif Analisa Komparatif Perkerasan Kaku, Perkerasan Lentur, Analisa annual worth. CRCP, Perkerasan Bitumen. biaya perkerasan kaku. Dari penelitian yang dilakukan didapat kesimpulan didapatkan perbandingan biaya Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur ditinjau dari umur rencana. Berdasarkan Annual Worth bila ditinjau dari umur rencana, Perkerasan Kaku lebih ekonomis bila dibandingkan dengan Perkerasan Lentur. Pada perkerasan kaku didapatkan biaya sebesar Rp /m2, sedangkan pada perkerasan lentur didapat biaya yang lebih kecil yaitu Rp ,-/m2. Perkerasan kaku lebih ekonomis karena mempunyai ongkos yang lebih kecil. We straight away face a very clear choice. Given the financial constraints, we can either opt for lower investment costs during the construction of a motorway with hydrocarbon surfacing, or aim at significant savings in time by choosing cement concrete, from the 7th or even from the 14th year on, on the basis of the adopted hypotheses. This date will come later if the discount rate used is definitely higher than 3.5%, something which is not very realistic. The choice of surfacing is thus dependent not only on the economic conditions and on the financial management II - 47

48 4 Pydi Lakshmana Rao, Institute for Steel Develompment & Growth, Jurnal, India, 2000 CRCP a Cost- Effective Long-Life Pavement Solution for Highways & Expressways Analisa Komparatif CRCP, Perkerasan Lentur, strategies, but also on the period prescribed. This is also why the last motorway sections built in Belgium are still made out of continuous reinforced concrete (example of the A8-motorway between Brussels and Tournai or, in Flanders, of the express road between Antwerp and Knokke). Continuously Reinforced Concrete Pavement, CRCP is the most desirable rigid pavement considering its lowest LCC Cost. As per the present prevailing rates, CRCP is most economical option for highways as its LCC is much lower, by about Rs 6 crore (~1.1 million euros) / Km (4 lane carriage way; 18 m wide) compared to that of flexible pavement and compared to plain concrete, its LCC is lower by Rs lac (~2.244 euros). However, the same may vary depending on actual rates prevailing at the time and location of actual commissioning of work. II - 48

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur RIGID PAVEMENT Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasn tersebut, merupakan salah satu jenis perkerasan jalan yang digunakn

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Fungsi Kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan 2.1.1 Istilah Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : 1. Jalan adalah prasarana

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya.

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT Oleh : Dwi Sri Wiyanti Abstract Pavement is a hard structure that is placed on the subgrade and functionate to hold the traffic weight that

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari struktur suatu bangunan. Fungsi kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN 4.1. Pekerjaan Struktur Pekerjaan struktur adalah satu pekerjaan tetapi dalam kenyataannya merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan Plat untuk di teruskan ke Pondasi. Tujuan penggunaan kolom yaitu : Gambar 5.1 : Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN 4.1 KONDISI PROYEK 4.1.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan seluruh rangkaian pekerjaan yang pertama kali harus dilakukan guna memudahkan

Lebih terperinci

Implementation study. Asep Sundara. BSCE, MT.

Implementation study. Asep Sundara. BSCE, MT. Implementation study TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN BADAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA PEMBANGUNAN JALAN CILEUNYI - JATINANGOR Asep Sundara. BSCE, MT. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1 Lingkup Tinjauan Khusus Tinjauan khusus pada laporan kerja praktek ini adalah metode pelaksanaan pekerjaan pondasi. Pada tinjauan ini, penulis memaparkan metode pelaksanaan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu sistem manajemen yang baik. Berbagai metode dilakukan oleh pihak pelaksana dengan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan Umum Metode pelaksanaan yang dilakukan pada setiap proyek konstruksi memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan proyek lainnya. Metode pelaksanaan yang dilakukan

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB) BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB) 6.1 Uraian Umum Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan kelas utama di Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan kelas utama di Indonesia. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan kelas utama di Indonesia. Sebagai pelabuhan terbesar, diperlukan sarana dan fasilitas pelabuhan untuk menunjang bongkar

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan

Lebih terperinci

ZULFIKAR JAUHARI NRP

ZULFIKAR JAUHARI NRP TUGAS AKHIR MANAJEMEN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL MOJOKERTO KERTOSONO STA. 5+350 STA. 10+350 DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU DI KABUPATEN MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR ZULFIKAR JAUHARI NRP. 3110040601

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP 7.1. Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan merupakan salah satu proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Perhitungan validasi program bertujuan untuk meninjau layak atau tidaknya suatu program untuk digunakan. Peninjauan validasi program dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA 0+900 2+375) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan lainnya supaya tidak mengalami

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi BAB V METODE PELAKSANAAN 5.1 Uraian Umum Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Metode pelaksanaan proyek konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam mencapai sasaran pelaksanaan

Lebih terperinci

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG Denny 1,Jonathan 2 dan Handoko 3 ABSTRAK : Dalam dunia konstruksi, balok beton bertulang adalah barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lain yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat (Wirahadikusumah, 2007). Lapisan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON Kiki Widya Apriliani NRP : 0221031 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN BAB V METODE PELAKSANAAN 5.1 Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak - pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan didalmnya, maka makin banyak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BETON SEMEN (RIGID PAVEMENT) DI PALU SULAWESI TENGAH Oleh : Ir. Peter L. Barnabas, MT

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BETON SEMEN (RIGID PAVEMENT) DI PALU SULAWESI TENGAH Oleh : Ir. Peter L. Barnabas, MT PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BETON SEMEN (RIGID PAVEMENT) DI PALU SULAWESI TENGAH Oleh : Ir. Peter L. Barnabas, MT Pendahuluan: Peruntukan prasarana jalan atau jalan raya adalah melayani lalu-lintas kendaraan

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan yang harus direncanakan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang dibangun dengan mempertimbangkan beberapa hal. Diantaranya adalah meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013 BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Dalam kegiatan Kerja Praktik (KP) yang kami jalankan selama 2 bulan terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) 7.1 Uraian umum Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkerasan Jalan Raya Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift. BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Selama 2 bulan pelaksanaan kerja praktik (KP) yang terhitung mulai dari tanggal 16 Oktober 2013 sampai dengan 16 Desember 2013, kami melakukan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL 7.1 Uraian Umum Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sebelum tahun 1920-an, desain perkerasan pada dasarnya adalah penentuan ketebalan bahan berlapis yang akan memberikan kekuatan dan perlindungan untuk tanah dasar

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI Ferdinand Fassa TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-7 CONCRETE STRENGTH Outline Pertemuan 7 Pendahuluan Perbandingan Air Semen (water/cement ratio) Kuat Hancur Beton Kuat Tarik Beton Efek agregat dengan

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS. Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang

BAB VII TINJAUAN KHUSUS. Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Pembahasan Tinjauan Khusus Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang telah di tugaskan oleh pembimbing kerja praktek kepada penulis, adapun pembahasan

Lebih terperinci

PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM JALAN PRACETAK SpRigWP. PT. WASKITA BETON PRECAST, Tbk. Tangerang 17 Mei 2017 Didit Oemar Prihadi

PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM JALAN PRACETAK SpRigWP. PT. WASKITA BETON PRECAST, Tbk. Tangerang 17 Mei 2017 Didit Oemar Prihadi PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM JALAN PRACETAK SpRigWP PT. WASKITA BETON PRECAST, Tbk. Tangerang 17 Mei 2017 Didit Oemar Prihadi SpRigWP SISTEM PERKERASAN KAKU BETON BERTULANG MENERUS PRACETAK

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Metode

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 4.1 SYARAT PELAKSANAAN Syarat pelaksanaan diantaranya sebagai berikut: a. Pekerjaan

Lebih terperinci

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan

Lebih terperinci

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL BAB IV PERALATAN dan MATERIAL 4.1 Peralatan 4.1.1. Alat Ukur (waterpass) Waterpass adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Soft cor ini dipasang sepanjang keliling area yang akan dicor, dengan kata lain pembatas area yang sudah siap di cor dengan area yang belum siap. 46 Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Kemajuan proyek merupakan progress pekerjaan dari pekerjaan awal proyek sampai akhir pekerjaan proyek. Disetiap progress pekerjaan

Lebih terperinci

ARDYCHA PRAYUDHA NRP

ARDYCHA PRAYUDHA NRP TUGAS AKHIR ESTIMASI BIAYA DAN WAKTU PEKERJAAN PERKERASAAN RIGID PAVEMENT TOL SURABAYA- MOJOKERTO STA 37+000 42+000 JAWATIMUR ARDYCHA PRAYUDHA NRP. 3111040612 PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi BAB V METODE PELAKSANAAN 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL 7.1. Uraian umum. Pada setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada

Lebih terperinci

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!

Lebih terperinci

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA PERKERASAN JALAN BY DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA Perkerasan Jalan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993 Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993 PRATAMA,

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA STRUKTUR ATAS. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA STRUKTUR ATAS. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA STRUKTUR ATAS 5.1 Tahapan Pekerjaan Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Lalu Lintas Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefinisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Tinjauan Umum Perencanaan yang telah dibuat oleh perencana diwujudkan melalui pelaksanaan pekerjaan di lapangan oleh kontraktor. Pelaksana pekerjaan merupakan tahap yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran BAB IV Tinjauan Bahan Bangunan Dan Alat - Alat BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material. Material Konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi, dari

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Metode

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI 2.1. PENGERTIAN BETON BERTULANG Beton bertulang (reinforced concrete) tersusun dari bahan beton dan baja, yang antara keduanya mempunyai ikatan/lekatan (bond) yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... LEMBAR PENDADARAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSEMBAHAN... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... LEMBAR PENDADARAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSEMBAHAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... LEMBAR PENDADARAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi vii x xiii

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1 Uraian Umum Bangunan merupakan suatu bentuk lingkungan yang di buat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang memilioki fungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5. 1 Uraian Umum Metoda konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau

Lebih terperinci

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi Kasus Obyek studi kasus untuk penulisan Tugas Akhir ini adalah Perencanaan Jalan Tol Kertosono Mojokerto, Surabaya yang berada pada provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN Apartemen Casa de Parco BSD BabV Pelaksanaan Pekerjaan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM, BALOK DAN PELAT. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM, BALOK DAN PELAT. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM, BALOK DAN PELAT 5.1 Umum Metode pelaksanaan proyek konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran

Lebih terperinci

METODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI

METODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI METODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji di Lapangan ini mencakup : 1) Cara pembuatan dan perawatan benda uji

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Uraian Umum Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan proyek yang akan berlangsung. Manajemen pelaksanaan bukan

Lebih terperinci

RINTA ANGGRAINI

RINTA ANGGRAINI TUGAS AKHIR OPTIMALISASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN RELOKASI JALAN ARTERI RAYA PORONG (PAKET 4) KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR RINTA ANGGRAINI 3 040 67 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL. biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung bertingkat.

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL. biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung bertingkat. BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN 4.1 ALAT Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan alat bantu untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan. Pada sub bab ini penulis akan membahas

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN A. Pekerjaaan Persiapan

METODE PELAKSANAAN A. Pekerjaaan Persiapan METODE PELAKSANAAN Tahap Pelaksanaan Pekerjaan adalah tahap realisasi design rencana menjadi sebuah bangunan yang utuh. Pada tahap ini dibutuhkan metodologi yang efektif dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam pelaksanaan kerja praktik yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan (terhitung sejak 1 Maret s/d 30 April 2017) dan penulisan laporan akhir yang membutuhkan

Lebih terperinci