Menurunnya Indeks Risiko Bencana Pada Pusat Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks Risiko Tinggi Bencana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Menurunnya Indeks Risiko Bencana Pada Pusat Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks Risiko Tinggi Bencana"

Transkripsi

1 IN PI

2 Kata Pengantar Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun telah selesai disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis pada Tahun. Laporan Kinerja BNPB tahun telah memasuki tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis BNPB Laporan Kinerja ini menggambarkan sejumlah capaian kinerja yang telah dicapai dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan di tahun beserta analisisnya. Seluruh Kebijakan yang ditempuh selama tahun merupakan upaya pencapaian tujuan dalam RPJMN yaitu Menurunnya Indeks Risiko Bencana Pada Pusat Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks Risiko Tinggi Bencana. Baik kebijakan yang bersifat makro maupun mikro telah dilaksanakan dalam upaya penanggulangan bencana. Permasalahan dan kendala yang dihadapi BNPB akan menjadi rencana dan tindak lanjut untuk perbaikan kinerja ke depan. Berkat dukungan dan kerja keras dari seluruh jajaran, program dan kegiatan penanggulangan bencana dapat mencapai kemajuan yang cukup besar. Hal ini menjadi modal dasar untuk lebih mengembangkan penanggulangan bencana di masa datang, sehingga sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Demikian Laporan Kinerja ini disusun, semoga dapat menjadi penilaian atas kinerja BNPB yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Jakarta, Februari 2017 Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

3 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun, merupakan perwujudan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan sebagai pelaksana penanggulangan bencana sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Selain itu, Laporan Kinerja BNPB merupakan perwujudan dari kinerja dalam pencapaian visi dan misi, sebagaimana dijabarkan dalam tujuan/sasaran strategis yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN) Tahun dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun. Visi BNPB adalah Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana. Untuk mewujudkan visi tersebut, BNPB mempunyai lima misi yaitu: (1) melindungi bangsa dari ancaman bencana dengan membangun budaya pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana menjadi bagian yang terintegrasi dalam pembangunan nasional; (2) membangun sistem penanganan darurat bencana secara cepat, efektif dan efisien; (3) menyelenggarakan pemulihan wilayah dan masyarakat pascabencana melalui rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih baik yang terkoordinasi dan berdimensi pengurangan risiko bencana; (4) menyelenggarakan dukungan dan tata kelola logistik dan peralatan penanggulangan bencana; (5) menyelenggarakan penanggulangan bencana secara transparan dengan prinsip good governance. Dalam mencapai visi dan misi, BNPB menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam tahun yaitu Menurunnya Indeks Risiko Bencana Pada Pusat Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks Risiko Tinggi Bencana dengan sasaran strategis yang meliputi: (1) Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan; (2) Meningkatnya keandalan dan kecepatan penanganan darurat bencana; (3) Terselesaikannya pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi (4) Tersedianya logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai; dan (5) Terlaksananya peningkatan kapasitas pelayanan dan kinerja penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sasaran strategis ini diukur melalui Indikator Kinerja BNPB yaitu: (1) jumlah Kabupaten/Kota yang difasilitasi kajian risiko bencana; (2) ii

4 rata-rata waktu respon kejadian bencana; (3) prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana; (4) prosentase daerah yang memiliki logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai; dan (5) ratarata waktu penyebaran informasi kejadian bencana. Dari hasil pengukuran kinerja, capaian kinerja BNPB secara umum telah mencapai 100 % target yang telah ditetapkan dengan rincian sebagaimana tabel berikut: Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan Meningkatnya keandalan dan kecepatan penanganan darurat bencana Terselesaikannya pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi Tersedianya logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai Terlaksananya peningkatan kapasitas pelayanan dan kinerja penyelenggaraan penanggulangan bencana Jumlah Kabupaten/Kota yang difasilitasi kajian risiko bencana Rata-rata waktu respon kejadian bencana Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana Prosentase daerah yang memiliki logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana Realisasi Capaia n (%) 15% 21% 140% 1 hari / 24 jam 1 hari / 24 jam 100% 65% 69,49% 107% 45% 50,20% 112% 4,5 Jam 2.26 Jam 150% Dari sisi capaian realisasi anggaran, pagu anggaran BNPB dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahun setelah penghematan adalah sebesar Rp ,- dengan capaian realisasi anggaran sebesar 99.39% atau sebesar Rp ,-. Ke depan, seiring dengan intensitas kejadian bencana yang semakin meningkat, pelaksanaan program dan kegiatan penyelenggaraaan penanggulangan bencana nasional harus semakin optimal sehingga perlu didukung oleh peningkatan koordinasi dan kerjasama antar lembaga pemerintah, pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana. iii

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar.. i Ikhtisar Eksekutif.... ii Daftar Isi.. iv Daftar Tabel v Daftar Gambar vii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Tugas dan Fungsi BNPB 3 4. Keragaman SDM BNPB Aspek Strategis dan Potensi Permasalahan Sistematika Penyajian Laporan Kinerja 11 BAB II PERENCANAAN KINERJA.. 12 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi. 15 B. Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP LAMPIRAN 103 Perjanjian Kinerja Kepala BNPB. 104 iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 1 : Penetapan Kinerja BNPB 13 Tabel 2 : Pagu Anggaran BNPB Tahun.. 14 Tabel 3 : Capaian Kinerja BNPB Tahun. 15 Tabel 4 : Capaian Kinerja Tahun. 20 Tabel 5 : Jumlah Kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana. 28 Tabel 6 : Capaian Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana Tabel 7 : Rekapitulasi Lokasi Bencana Tahun Tabel 8 : Rekapitulasi Posko Kedaruratan Tahun.. 28 Tabel 9 : Rekapitulasi Koordinasi Penanganan Daurat Tahun. 39 Tabel 10 : Capaian Kinerja Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Tahun Tabel 11 : Perbandingan capaian kinerja bidang rehabilitasi dan rekonstruksi tahun 2015 dan Tabel 12 : Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB Tabel 13 : Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Diluar Dari Sasaran Lokus PB Tabel 14 Daftar Wilayah yang Mendapat Intervensi Kegiatan Sosial Ekonomi Pada Tahun...., 50 Tabel 15 : Rencana & Realisasi Capaian Sasaran Logistik dan Peralatan.. 74 Tabel 16 : Dukungan Bantuan Logistik dan Peralatan ke BPBD Prov/Kab/Kota Tabel 17 : Perbandingan Capaian Keuangan Tahun 2012 s/d Tabel 18 : Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dan. 79 Tabel 19 : Sebaran data dan informasi kejadian bencana yang slow on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun Tabel 20 : Sebaran data dan informasi kejadian bencana yang sudden on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun Tabel 21 : Pagu Anggaran BNPB Setelah Penghematan Tabel 22 : Realisasi Anggaran BNPB Setelah Penghematan Tabel 23 : Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun 2015 Dan Tahun Per Program Tabel 24 : Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Penyusunan Peta Risiko Bencana Tahun v

7 Tabel 25 Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Kota Tangguh Risiko Tabel 26 : Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Penyusunan Rencana penanggulangan Bencana Tahun Tabel 27 : Daftar Daerah yang Lokasi Fasilitasi Sekolah/Madrasah Aman Bencana dan sister school Tabel 28 : Lokasi Fasilitasi Rencana kontinjensi Tabel 29 : Lokasi Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana dan Pemasangan Instrumentasi Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah Tabel 30 : Lokasi Fasilitasi Desa Tangguh Bencana Tahun vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Peta Wilayah Prioritas Nasional RPJMN Gambar 2 : Struktur Organisasi BNPB. 7 Gambar 3 : Daerah Kejadian Bencana Tahun. 9 Gambar 4 : Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan. 16 Gambar 5 : Pemasangan webbing jute sebagai penahan longsor di Kab. Badung Gambar 6 : Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx ): Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response Toolkit. 31 Gambar 7: Penanganan Banjir dan Tanah Longsor Purworejo Tanggal 5 Februari 33 Gambar 8: Penanganan Banjir Bandang Kab. Garut tanggal 21 September.. 36 Gambar 9: Posko Kedaruratan Gempa Bumi di Prov Aceh tanggal 22 Desember.. 37 Gambar 10: Koordinasi dengan Instansi terkait di Bencana Banjir dan Tanah Longsor Kab. Sumedang Tanggal 23 September.. 38 Gambar 11: Koordinasi siaga darurat bencana Asap Akibat Karhutla di Kab. Banjar Prov. Kalimantan Selatan Tanggal 5 September.. 39 Gambar 12: Kegiatan Simulasi Lapangan penanganan darurat bencana oleh peserta peningkatan kapasitas TRC Daerah Tanggal 20 Maret Gambar 13: Peningkatan Kapasitas Penanganan Pengungsi di Kabupaten Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat Tanggal 16 Maret Gambar 14: Peningkatan kapasitas Petugas Pengelola Bantuan Kedaruratan bencana di Pusdiklat WATSAN PMI Kab. Sumedang, Provinsi Jawa Barat Tanggal 16 Mei.. 42 Gambar 15: Bantuan Kebutuhan Dasar di Kab. Temanggung Tanggal 1 September Gambar 16: Inventarisasi/verifikasi/supervisi Perbaikan darurat di Kab. Bombana Tanggal 13 April Gambar 17: Pembersihan Lingkungan pasca bencana gempa bumi Prov Aceh Tanggal 7 Desember 43 Gambar 18: Kegiatan Inventarisasi/ Pendataan Pengungsi tanggal 10 November 44 Gambar 19: Kegiatan Rakor Dalam Rangka Penandatanganan PHD.. 51 Gambar 20: Rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Mentawai.. 52 vii

9 Gambar 21: Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca banjir bandang Manado.. 54 Gambar 22: Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca erupsi Sinabung.. 56 Gambar 23: Penampilan tarian dari masyarakat terdampak bencana dalam Kegiatan Gelar Budaya Kab Tasikmalaya dan Minahasa Selatan.. 61 Gambar 24: Aplikasi e-jitupasna Gambar 25: Aplikasi e-proposal Gambar 26: Aplikasi e-pelaporan.. 64 Gambar 27: Aplikasi e-asset.. 65 Gambar 28: Mapping Asset Gambar 29: Buku ASEAN Disaster Recovery Reference Guide Foto 2 dan 3: Buku Pelatihan PDRR & PDNA.. 70 Gambar 30: Kegiatan koordinasi dalam rangka inisiasi pembentukan Forum RR dengan Interdep, Dunia Usaha/Lembaga Non Pemerintah/Lembaga Internasional dan Perguruan Tinggi.. 71 Gambar 31: Penyelenggaraan Pameran PRB Manado dikunjungi juga oleh Kepala BMKG dan Bupati Minahasa Utara Gambar 32: Penyerahan Penghargaan Kepada Peserta Pameran Terbaik dalam Pameran PRB Manado oleh Kepala BNPB Gambar 33: BPBD Penerima bantuan Logistik dan Peralatan tahun 2012 s/d Gambar 34: Pengiriman Paket Bantuan Logistik di Banjir Sampang Madura Gambar 35: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim Gambar 36: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim Gambar 37: Pemanfaatan Logistik di Banjir Jawa Barat Gambar 38: Logistik yang Telah diterima Masyarakat Gambar 39: Proses Bongkar Logistik di Kabupaten Garut Gambar 40: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya Gambar 41: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya Gambar 42: Pemanfaatan Mobil Tangki Air untuk suplai air bersih pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya Gambar 43: Pemanfaatan Mobil Dapur Umum Lapangan sebagai Sarana Dapur Umum pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya 78 viii

10 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebagai amanah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang selanjutnya diturunkan melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB melaksanakan fungsi koordinasi, Komando dan pelaksana dalam penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Sesuai dengan arah kebijakan penanggulangan bencana dalam RPJMN adalah untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. Untuk selanjutnya dijabarkan ke dalam kebijakan strategis sebagai prioritas yang harus dituntaskan pada akhir pelaksanaan RPJMN tahun 2019, yang meliputi: percepatan penyelesaian pembangunan sistem peringatan dini nasional untuk bencana alam, peningkatan kapasitas masyarakat melalui pembentukan desa tangguh bencana, pembangunan sistem logistik kebencanaan 6 wilayah pulau (dan alat transportasinya), peningkatan penyediaan logistik kebencanaan, peningkatan jumlah kajian risiko bencana, peningkatan kapasitas sumberdaya nasional untuk menghadapi keadaan darurat, percepatan manajemen pemulihan pascabencana, dan mengkoordinasikan upaya-upaya khusus untuk pengurangan dampak bencana hidrometeorologi. Untuk itu BNPB berkomitmen untuk meningkatkan pengelolaan bencana yang diarahkan dalam menurunkan indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan tingkat risiko tinggi di 136 kabupaten/kota. Target sasaran yang akan dicapai adalah penurunan indeks risiko bencana sebesar 30% LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 1

11 di akhir Tahun 2019 melalui strategi: 1). Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan di Pusat dan daerah; 2). Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; dan 3). Peningkatan kapasitas dalam penanggulangan bencana Gambar 1: Peta Wilayah Prioritas Nasional RPJMN Dalam melaksanakan program dan kegiatan dalam pengurangan indeks risiko bencana, BNPB sebagai unit kerja pemerintah semakin dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan sistem manajemen pemerintahan yang mengarah ke asas akuntabilitas, dimana setiap penyelenggaraan negara diminta agar dapat mempertanggungjawabkan kinerja atau hasil dari seluruh program dan kegiatan yang memiliki dampak pada masyarakat serta atas penggunaan dana dan kewenangan yang diberikan. Atas dasar hal-hal tersebut, BNPB sebagai Instansi Pemerintah dan Penyelenggara Negara telah menetapkan target kinerja tahun sebagai wujud akuntabilitas dari pelaksanaan Program dan Kegiatan. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 2

12 2. Maksud Dan Tujuan Penyusunan Laporan Kinerja BNPB Tahun adalah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan pada setiap akhir tahun kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Adapun tujuan penyusunan BNPB Tahun adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan sasaran BNPB selama tahun, dan selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut menjadi masukan dalam perencanaan di tahun berikutnya. 3. Tugas Dan Fungsi BNPB Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang ditetapkan pada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagaimana diubah dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10 Tahun 2013 Tentang : Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang dipimpin oleh Kepala setingkat menteri yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Dalam hal ini BNPB mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan dalam bidang Penanggulangan Bencana, yaitu meliputi: 1. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi secara adil dan setara; 2. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan; LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 3

13 3. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat; 4. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; 5. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional; 6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundanganundangan; dan 8. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana tersebut di atas, BNPB mempunyai fungsi: 1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan 2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan Nasional Penanggulangan Bencana didukung oleh: a. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana; Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana terdiri dari Ketua yang dijabat oleh Kepala BNPB dan 19 (sembilan belas) anggota yang terdiri dari 10 (sepuluh) Pejabat Pemerintah Eselon I atau yang setingkat, yang diusulkan oleh Pimpinan Lembaga Pemerintah, dan 9 (sembilan) anggota yang berasal dari unsur masyarakat profesional. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 4

14 Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana mempunyai tugas memberikan masukan dan saran kepada Kepala BNPB dalam penanggulangan bencana. Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan konsep kebijakan penanggulangan bencana nasional; 2) Pemantauan, dan 3) Evaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana nasional. b. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana mempunyai tugas melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana, untuk melaksanakan tugas tersebut, unsur pelaksana menyelenggarakan fungsi: 1) Koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana; 2) Komando penyelenggaraan penanggulangan bencana; dan 3) Pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Di dalam unsur pelaksana terdapat 6 (enam) Unit Eselon I sebagai berikut: 1) Sekretariat Utama (Settama) yaitu unsur Pendukung yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Utama dan bertugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi dilingkungan BNPB. Susunan organisasi Settama terdiri dari: Biro Perencanaan, Biro Hukum dan Kerjasama, Biro Keuangan, Biro Umum, Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana. 2) Inspektorat Utama (Ittama), yaitu unsur pengawasan fungsional dalam melaksanakan pengawasan fungsional dilingkungan badan. Ittama dipimpin oleh seorang Inspektorat Utama. Susunan organisasi Ittama terdiri dari: Inspektorat I dan Inspektorat II. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 5

15 3) Kedeputian bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Mitigasi Bencana. Kedeputian bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dipimpin oleh seorang Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, dan Direktorat Kesiapsiagaan. 4) Kedeputian bidang Penanganan Darurat, yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Penanganan darurat saat tanggap darurat. Kedeputian bidang Penanganan Darurat dipimpin oleh seorang Deputi Penanganan Darurat. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Tanggap Darurat, Direktorat Bantuan Darurat, Direktorat Perbaikan Darurat, dan Direktorat Pengungsi. 5) Kedeputian bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Kedeputian bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dipimpin oleh seorang Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Penilaian Kerusakan, Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Fisik. 6) Kedeputian bidang Logistik dan Peralatan, yaitu unsur pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Logistik dan Peralatan. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Logistik dan Direktorat Peralatan. Susunan Organisasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana dapat dilihat pada gambar berikut: (Sesuai Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10 Tahun 2013 yang diperbarui dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008). LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 6

16 Gambar 2: Struktur Organisasi BNPB 4. Keragaman SDM BNPB Sampai dengan tanggal 31 Desember jumlah pegawai di BNPB mencapai 520 orang, dengan rincian sebagai berikut: 1) Jumlah pegawai menurut unit Eselon I : Sekretariat Utama 195 orang, Inspektorat Utama 34 orang, Kedeputian Pencegahan dan Kesiapsiagaan 65 orang, Kedeputian Penanganan Darurat 123 orang, Kedeputian Rehabilitasi dan Rekonstruksi 56 orang, dan Kedeputian Logistik dan Peralatan 47 orang. 2) Jumlah pegawai menurut golongan: Golongan IV sebanyak 72 orang, Golongan III sebanyak 290 orang, Golongan II sebanyak 158 orang. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 7

17 3) Jumlah pegawai menurut jabatan: Jabatan Pimpinan Tinggi Madya sebanyak 6 orang, Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama sebanyak 19 orang, jabatan Administrator sebanyak 47 orang, jabatan Pengawas sebanyak 97 orang, Jabatan Fungsional Tertentu sebanyak 78 orang, dan pelaksana sebanyak 274 orang. 4) Jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan: S-3 sebanyak 3 orang, S-2 sebanyak 79 orang, S-1 sebanyak 274 orang, D-3 sebanyak 80 orang, SMA sebanyak 84 orang. 5) Jumlah pegawai menurut status kepegawaian: PNS sebanyak 520 orang. 6) Jumlah pegawai menurut jenis kelamin: Laki-laki sebanyak 302 orang, sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 218 orang. Persentase Pegawai Berdasarkan Unit Eselon I 24% 11% 9% 12% 37% 7% Sekretariat Utama Inspektorat Utama Kedeputian Pencegahan dan Kesiapsiagaan Kedeputian Penanganan Darurat Kedeputian Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kedeputian Logistik dan Peralatan Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan S3 S2 S1 D3 SMA Jumlah % Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan 14% 56% Golongan IV Golongan III Golongan II LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 8

18 5. Aspek Strategis Dan Potensi Permasalahan Selama tahun terdapat kejadian bencana. Tertinggi dalam pencatatan kejadian bencana sejak tahun Sebagai perbandingan pada tahun (2.342 bencana), 2015 (1.732 bencana), 2014 (1.967 bencana), 2013 (1.674 bencana), 2012 (1.811). Jika dibandingkan dengan kejadian bencana tahun 2015 terjadi peningkatan 35 persen. Dari bencana tersebut sekitar 92 persen adalah bencana hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung. Selama terjadi 766 bencana banjir, 612 longsor, 669 puting beliung, 74 kombinasi banjir dan longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa, 7 erupsi gunung meletus, dan 23 gelombang pasang dan abrasi. Dampak yang ditimbulkan bencana telah menyebabkan 522 orang meninggal dunia dan hilang, 3,05 juta jiwa mengungsi dan menderita, unit rumah rusak dimana rusak berat, Sumber: dibi.bnpb.go.id Gambar 3: Daerah Kejadian Bencana Tahun LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 9

19 rusak sedang, rusak ringan, dan unit fasilitas umum rusak. Dibandingkan dengan tahun 2015, kejadian banjir meningkat 52 persen, longsor 19 persen, putting beliung 15 persen dan kombinasi antara banjir dan longsor meningkat 139 persen.kebakaran hutan dan lahan selama dapat dikendalikan dengan baik. Pencegahan yang dilakukan serius oleh Pemerintah dan Pemda telah menyebabkan jumlah hotspot menurun 80% dibandingkan tahun Daerahdaerah langganan kebakaran hutan dan lahan seperti di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan mampu dikendalikan sehingga kebakaran tidak meluas. Tidak ada daerah di Sumatera dan Kalimantan yang tertutup asap pekat seperti halnya tahun Meningkatnya kejadian bencana di tahun tentu menuntut upaya pengurangan risiko bencana yang perlu ditingkatkan. Budaya sadar bencana masih cukup rendah. Jutaan masyarakat Indonesia masih tinggal di daerah rawan bencana dengan tingkat mitigasi bencana yang rendah. Berdasarkan analisis lingkungan strategis, maka aspek strategis dan potensi permasalahan yang dihadapi BNPB dalam melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan penanggulangan bencana di tahun antara lain adalah: 1. Penyelesaian pembangunan Sistem Peringatan Dini Nasional untuk bencana alam untuk meningkatkan respon Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam menghadapi resiko bencana, 2. Peningkatan kapasitas masyarakat melalui program pembentukan Desa Tangguh Bencana, 3. Pembangunan sistem logistik kebencanaan nasional di 6 wilayah pulau, beserta kelengkapan sarana transportasinya, 4. Peningkatan ketersediaan logistik dan peralatan kebencanaan daerah, 5. Peningkatan jumlah kajian risiko bencana, 6. Peningkatan kesiapan sumber daya nasional dalam menghadapi kejadian keadaan darurat bencana, LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 10

20 7. Percepatan manajemen pemulihan pascabencana, 8. Pengkoordinasian upaya-upaya khusus untuk pengurangan dampak bencana hidrometeorologi. 6. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, LKJ BNPB Tahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I Bab II Bab III Bab IV Pendahuluan Menjelaskan secara umum organisasi dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi; Perencanaan Kinerja Menjelaskan Rencana Strategis BNPB selama tahun , Rencana Kinerja Tahun dan Penetapan Kinerja tahun ; Akuntabilitas Kinerja Menjelaskan analisis pencapaian kinerja BNPB selama tahun dari sisi capaian kinerja organisasi dan realisasi anggaran dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis. Penutup Menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja BNPB selama tahun dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja dimasa mendatang. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 11

21 BAB II PERENCANAAN KINERJA Selama periode , Presiden telah menetapkan Nawa Cita (agenda pembangunan) yang terdiri dari 9 agenda prioritas dalam periode 5 tahun. Terkait dengan Tugas dan Fungsi BNPB dalam penanggulangan bencana yang merupakan amanat UU No 24 Tahun 2017, salah satu agenda prioritas yang harus diwujudkan adalah Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan fokus pada 6 sub agenda, salah satunya adalah Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Dalam upaya mencapai agenda pembangunan tersebut, telah disusun RPJMN dengan arah kebijakan Untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam menghadapi bencana. Untuk mencapai sasaran dalam RPJMN, BNPB telah menyusun Renstra BNPB dengan sasaran nasional yang akan dicapai adalah menurunnya indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang beresiko tinggi (136 Kab/Kota). Komitmen BNPB dalam pencapaian sasaran tersebut, harus didorong dengan peningkatan ketangguhan dalam menghadapi bencana. Untuk itu mengacu kepada Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 65.C Tahun 2015 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun , maka tujuan yang ingin dicapai selama periode adalah: Menurunnya Indeks Risiko Bencana Pada Pusat Pertumbuhan Ekonomi Yang Memiliki Indeks Risiko Tinggi Bencana LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 12

22 Penetapan Kinerja BNPB Tahun Tahun BNPB telah menetapkan perjanjian kinerja sebagai berikut: Tabel 1: Penetapan Kinerja BNPB Tahun No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Waktu Penyelesaian 1 Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan 2 Meningkatnya keandalan dan kecepatan penanganan darurat bencana 3 Terselesaikannya pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi 4 Tersedianya logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai 5 Terlaksananya peningkatan kapasitas pelayanan dan kinerja penyelenggaraan penanggulangan bencana Jumlah Kabupaten/Kota yang difasilitasi kajian risiko bencana; Rata-rata waktu respon kejadian bencana; Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana; Prosentase daerah yang memiliki logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana. 15% Periodik Setahun 1 hari / 24 jam Perkejadian Bencana 65% Periodik Setahun 45% Periodik Setahun 4.5 Jam Perkejadian Bencana Untuk melaksanakan program dan kegiatan dalam pencapaian target dalam Perjanjian Kinerja diatas, BNPB sesuai dengan DIPA BNPB Tahun, memperoleh alokasi anggaran Rp ,- dengan rincian sebagaimana tabel di bawah ini: LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 13

23 Tabel 2: Pagu Anggaran BNPB Tahun No Program Anggaran 1 Program Penanggulangan Bencana Rp ,- 2 Program Sarana dan Prasarana Aparatur BNPB Rp ,- 3 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BNPB Rp ,- 4 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Rp ,- TOTAL Rp ,- LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 14

24 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Capaian kinerja BNPB pada tahun dapat mencapai target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja. Dari 5 (lima) Indikator Kinerja Utama (IKU) di Tahun seluruhnya dapat tercapai. Secara detail pencapaian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 3: Capaian Kinerja BNPB Tahun Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Capaian (%) Waktu Penyelesaian Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan Meningkatnya keandalan dan kecepatan penanganan darurat bencana Terselesaikannya pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi Tersedianya logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai Jumlah Kabupaten/Kota yang difasilitasi kajian risiko bencana Rata-rata waktu respon kejadian bencana Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana Prosentase daerah yang memiliki logistik dan peralatan penanggulangan bencana yang memadai 15% 21% 140% Periodik Setahun 1 hari / 24 jam 1 hari / 24 jam 100% Per kejadian Bencana 65% 69,49% 107% Periodik Setahun 45% 50,20% 112% Periodik Setahun Terlaksananya peningkatan kapasitas pelayanan dan kinerja penyelenggaraan penanggulangan bencana Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana 4,5 Jam 2.26 Jam 150% Per kejadian Bencana LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 15

25 Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya di tahun 2015, secara umum capaian kinerja BNPB mengalami peningkatan. Kenaikan capaian ini tentunya didukung oleh beberapa hal, diantaranya penggunaan Teknologi Informasi (IT), munculnya inovasi-inovasi baru serta peningkatan kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Perbandingan dengan capaian tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 160% 140% 120% 100% 140% Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan 112% 107% 100% % 100% 100% % 100% 100% 100% 100% 100% 130% 150% 80% 60% 40% 20% 0% JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG DIFASILITASI KAJIAN RISIKO BENCANA RATA-RATA WAKTU RESPON KEJADIAN BENCANA PROSENTASE PENINGKATAN PENYELESAIAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DAERAH PASCA BENCANA PROSENTASE DAERAH YANG MEMILIKI LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA YANG MEMADAI RATA-RATA WAKTU PENYEBARAN INFORMASI KEJADIAN BENCANA Target 2015 Gambar 4: Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2015 dan LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 16

26 Evaluasi dan Analisis Kinerja Sasaran Strategis 1: Terbangunnya kesadaran pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dalam seluruh aspek pembangunan Jumlah Kabupaten/Kota yang Difasilitasi Kajian Risiko Bencana Arah kebijakan pembangunan nasional bidang kebencanaan adalah untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana dengan strategi internalisasi pengurangan risiko bencana dalam rangka pembangunan berkelanjutan di Pusat dan daerah, penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana dan peningkatan kapasitas dalam penanggulangan bencana. Analisis risiko ini telah diperkaya dengan informasi tentang kerentanan dan kapasitas dari masyarakat, serta indikasi potensi kerugian. Sembari berupaya untuk menyelesaikan pengkajian- pengkajian tentang risiko di tingkat daerah, BNPB mengaku perlunya untuk memutakhirkan pengkajian-pengkajian risiko tingkat nasional secara rutin dan menyelaraskannya dengan metodologi pengkajian risiko yang lebih baik dan masukanmasukan ilmiah. Target penurunan indeks risiko bencana sangat dipengaruhi oleh komponen penyusunnya yaitu komponen bahaya, kerentanan dan kapasitas. Dari ketiga komponen penyusun indeks risiko, komponen bahaya merupakan komponen yang sangat kecil kemungkinan untuk diturunkan, maka indeks risiko bencana dapat diturunkan dengan cara peningkatan kapasitas (komponen kapasitas). Peningkatan kapasitas dapat dilakukan pada setiap tataran pemerintahan dan masyarakat. Peningkatan kapasitas juga diselaraskan dengan Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana yang memiliki 7 (tujuh) target global yaitu: 1. Mengurangi angka kematian bencana 2. Mengurangi jumlah orang yang terdampak LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 17

27 3. Mengurangi kerugian ekonomi secara langsung akibat bencana dalam kaitannya dengan Produk Domestik Bruto 4. Mengurangi kerusakan akibat bencana pada bangunan kritis dan gangguan terhadap layanan dasar, diantaranya fasilitas kesehatan dan pendidikan, termasuk melalui ketangguhan mereka 5. Meningkatkan jumlah negara yang memiliki strategi PRB pada skala nasional dan lokal 6. Meningkatkan kerjasama internasional untuk negara negara berkembang melalui dukungan yang memadai dan berkelanjutan untuk melengkapi aksi nasional 7. Meningkatkan keberadaan dan akses terhadap sistem peringatan dini yang multi hazard dan informasi risiko bencana serta penilaiannnya kepada masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Kepala BNPB No 2 Tahun 2012, tentang pedoman umum kajian risiko bencana yang merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian, fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana menjadi lebih efektif. Dapat dikatakan kajian risiko bencana merupakan dasar untuk menjamin keselarasan arah dan efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu daerah. Fungsi kajian Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko bencana. Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya. Berdasarkan IKU yang menjadi dasar pengukuran kinerja dalam Kedeputian Pencegahan dan Kesiapsiagaan, maka jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana akan menyangkut terkait dengan unit teknis dalam Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Direktorat Kesiapsiagaan, dan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat. Kajian Risiko Bencana ini menjadi dasar pelaksanaan dalam kinerja unit teknis dengan mengacu LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 18

28 pada lokasi kegiatan yang tertuang dalam RPJMN , Indikator penurunan Indeks Risiko Bencana, serta program dan kegiatan yang mendukung peningkatan tingkat kapasitas sebagai upaya penurunan indeks risiko bencana. Penetapan lokasi kegiatan sesuai dengan indiator kinerja utama jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana tahun mengacu pada 136 kabupaten/kota yang merupakan daerah pusat pertumbuhan ekonomi nasional yang mempunyai indeks risiko bencana tinggi dan sedang. Kegiatan yang dilaksanakan pada lokasi dimaksud merupakan implikasi kajian risiko bencana dengan mengacu kepada 71 indikator penurunan indeks yang terdapat pada Kebijakan dan Startegi Penanggulangan Bencana Dari 71 indikator tersebut terdapat 12 indikator yang menaungi seluruh kegiatan yang telah dialaksanakan. Kedua belas indikator tersebut yaitu: 1. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala 1: pada kabupaten dan skala 1: untuk kota, yang difokuskan pada kabupaten/kota risiko tinggi terhadap bencana 2. Tersusun dan diimplementasikannya Rencana Penanggulangan Bencana Daerah 3. Tersedianya Peraturan tentang pembentukan Forum PRB 4. Dibentuknya Forum PRB 5. Terselenggaranya Perlindungan daerah tangkapan air pada daerah berisiko banjir, longsor dan kekeringan 6. Terselenggaranya restorasi sungai pada daerah berisiko banjir dan kekeringan 7. Rencana Kontinjensi 8. Terselenggaranya Sekolah dan Madrasah Aman Bencana (SMAB) 9. Diterapkannya pembangunan sumur resapan dan/atau biopori pada kawasan domestik dan komersil 10. Tersedianya Rencana Evakuasi Bencana Tsunami beserta fasilitas yang dibutuhkan 11. Tersedianya Rencana Evakuasi Bencana Gunungapi beserta fasilitas yang dibutuhkan 12. Terbangunnya Desa Tangguh Bencana Adapun rincian kegiatan dan realisasi kabupaten/kota yang dilaksanakan dengan mengacu pada indikator kinerja utama yang telah ditentukan dapat dilihat pada Tabel berikut ini. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 19

29 No Indikator Kinerja Target (%) 1 Jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana Tabel 4: Capaian Kinerja Tahun Capaian (%) * Lokasi masing masing kegiatan dapat dilihat pada lampiran Uraian Realisasi Jumlah Kabupaten/kota 15% 21% Kajian Risiko Bencana 45 Kajian Risiko Bencana Aglomerasi Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) 6 15 Kota Tangguh 12 Sekolah dan 13 madrasah Aman Bencana Sosialisasi Sekolah 6 dan Madarasah Aman Bencana Gerakan PRB 23 Mitigasi Struktur 5 Partisipatif Rencana Kontinjensi 12 Penyediaan dan 20 Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana Pemasangan Alat 17 Peringatan Dini Gerakan Tanah Desa Tangguh 49 Bencana (108 desa) Forum PRB 6 Relawan PRB 4 (2000 relawan) Berdasarkan Tabel tersebut, capaian realisasi kinerja jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana adalah sebesar 21% dari target 15% atau sebanyak 111 kab/kota dari total 515 Kab/Kota telah terfasilitasi kajian risiko. Akselerasi capaian kinerja BNPB tersebut disebabkan adanya dukungan dan kerjasama dari Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota yang turut serta melaksanakan, mengembangkan, dan mereplikasi program/kegiatan karena LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 20

30 dapat menjadi sebuah investasi bagi daerah tersebut untuk menjaga pertumbuhan dan pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, hal ini juga menjadi tantangan bagi BNPB dalam upaya nya untuk menurunkan indeks risiko bencana mengingat Indonesia adalah Negara Kepulauan dengan beragam unsur kearifan lokal nya sehingga program/kegiatan untuk mendukung penurunan indeks tersebut mesti terus menerus dilakukan dan selalu menjalin kenitraan serta berkolaborasi antar pemangku kepentingan harus selalu ditingkatkan agar penanggulangan bencana menjadi upaya bersama yang cepat, tepat, terpadu, dan terkoordinasi. Kegiatan yang terkait dengan indikator kinerja utama tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Kajian Risiko Bencana Fasilitasi Peta Risiko oleh BNPB pada tahun 2017 cukup banyak yaitu 45 Kabupaten/Kota. Dimana kegiatan ini merupakan prioritas dalam upaya kajian risiko bencana sehingga dapat dijadikan dasar bagi daerah dalam penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah yang nantinya akan berimplikasi pada alokasi anggaran APBD. Penyusunan Peta Risiko dibantu oleh Pihak Ketiga bersama BPBD dan stakeholder terkait, dengan melibatkan Tim Asistensi dari BNPB. Tantangan dari kegiatan ini adalah ketersediaan data di lapangan yang digunakan dalam penyusunan peta risiko. Peta ini dapat diupdate demi menuju kesempurnaan. Oleh sebab itu diharapkan daerah dapat mengelola ketersediaan data yang ada di daerahnya. Alokasi anggaran, realisasi dan SDM sudah dapat dimanfaatkan secara optimal. 2. Kajian Risiko Bencana Aglomerasi Kegiatan kajian risiko bencana aglomerasi merupakan kegiatan awal untuk mengidentifikasi potensi risiko di wilayah kajian yang berdampak pada berbagai sektor. Pengembangan antar kabupaten/kota untuk kemajuan wilayah tentunya harus melihat potensi kerugian akibat bencana sehingga pembangunan yang berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan baik. Pada Tahun ini BNPB memfasilitasi 6 Wilayah yaitu: LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 21

31 a) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Kedungsepur, Provinsi Jawa Tengah; b) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Banjarbakula, Provinsi Kalimantan Selatan; c) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Mamminasata, Provinsi Sulawesi Selatan; d) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Mebidangro, Provinsi Sumatera Utara; e) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Sarbagita, Provinsi Bali; dan f) Kajian Risiko Bencana Wilayah Aglomerasi Gerbangkertosusilo, Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini dibantu oleh pihak ketiga dengan Tim Asistensi dari BNPB. Capaian kegiatan ini tepat waktu dan sesuai dengan ketersediaan alokasi anggaran. 3. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Penyusunan Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana ini bertujuan untuk Membantu Pemerintah Daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten/Kota dalam merancang mekanisme sinkronisasi kebijakan penanggulangan bencana di tingkat nasional hingga daerah berdasarkan hasil kajian risiko. Pelaksanaan kegiatan ini juga dibantu oleh Pihak ketiga dan Tim Asistensi dari BNPB. Permasalahan yang seringkali ditemui adalah ketersediaan data dan informasi serta efektifitas koordinasi dengan pemerintah daerah. 4. Kota Tangguh Penilaian Kota Tangguh dilakukan menggunakan 2 (dua) Perangkat penilaian yaitu : Scorecard dan 71 Indikator Ketahanan Kota terhadap bencana. Kegiatan ini diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BNPB dan BPBD. Pelaksanaan Kegiatan ini di daerah juga dibantu oleh fasilitator. Permasalahan yang ditemukan antara lain kurangnya kapasitas fasilitator dan kekurangan pahaman perangkat didaerah dalam memberikan informasi secara objektif. Perlu dilakukan pelatihan intensif dan sharing informasi untuk fasilitator sehngga dapat memilki persepsi dan pemahaman yang sama. 5. Sekolah dan Madrasah Aman Bencana dan Sosialisasi Sekolah dan madrasah Aman Bencana Sebagai implementasi penerapan Perka BNPB No.12 tahun 2012 tentang penerapan sekolah/madarasah aman dari bencana dan mendukung kampanye global satu juta LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 22

32 sekolah dan rumah sakit aman, BNPB melakukan implementasi sekolah/madrasah aman di 13 Kabupaten/Kota. Serta melakukan sosialisasi Penerapaan Sekolah dan Madrasah Aman di 6 Kabupaten/Kota. Pelaksaan kegiatan ini dibantu oleh fasilitator nasional dan fasilitator daerah yang telah mengikuti pembekalan. Permasalahan yang sering ditemuai adalah terkait dengan kapasitas fasilitator dalam mengawal kegiatan ini. Sehingga diperlukan pelatihan yang intensif terkait penerapan kegiatan ini di daerah. Kegiatan ini diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian Kerjasama anatara BNPB dan BPBD. 6. Gerakan PRB Gerakan Pengurangan Risiko Bencana merupakan sebuah proses pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Kegiatan ini diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BNPB dan BPBD. Sejauh ini kegiatan yang telah terselenggara mendapat tanggapan positif dari kepala daerah yang disertai dengan komitmen kepala daerah untuk melakukan kegiatan tersebut secara rutin. 7. Mitigasi Struktur Partisipatif Dengan adanya kegiatan ini maka dapat tersosialisasinya Program PRB (Mitigasi Struktur Partisipatif) kepada Aparat Pemerintah dan Masyarakat sehingga dapat didorong pernyataan dukungan Pemerintah Daerah Terhadap Kegiatan Mitigasi Struktur Partisipatif. Dengan adanya kegiatan ini masyarakat akan merasa memiliki asset terkait karena mereka secara partisipatif membangun infrastruktur untuk mitigasi bencana. Kegiatan ini diselenggarakan melalui penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BNPB dan BPBD. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 23

33 Gambar 5: Pemasangan webbing jute sebagai penahan longsor di Kab. Badung 8. Rencana Kontinjensi Selama Tahun, jumlah kabupaten/kota yang terfasilitasi penyusunan rencana kontinjensi adalah 12 kabupaten/kota (rincian terlampir). Penentuan lokasi kegiatan tersebut didasarkan pada 136 kabupaten/kota yang merupakan daerah pusat pertumbuhan ekonomi nasional yang mempunyai indeks risiko bencana tinggi dan sedang. Dengan terfasilitasinya penyusunan rencana kontinjensi ini setiap pemangku kepentingan baik di Pusat dan daerah memiliki panduan dalam memobilisasi sumberdaya yang dimiliki dan dapat dikerahkan pada saat kejadian bencana. Permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan rencana kontinjensi ini adalah kurangnya pemahaman akan pentingnya rencana kontinjensi bagi unsur pimpinan di daerah. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi awal yang lebih intensif kepada pimpinan di daerah serta pembekalan dan pendampingan kepada daerah selama penyusunan. Dengan adanya pemahaman yang sama akan pentingnya dokumen rencana kontinjensi dan diperkuat dengan disahkannya dokumen oleh Kepala Daerah maka rencana kontinjensi yang telah disusun mampu menjadi panduan dalam melaksanakan tindakan yang cepat dan tepat ketika bencana terjadi. 9. Penyediaan dan Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana Penerapan kajian risiko bencana juga dimanfaatkan dalam mengembangkan infrastruturkur penanggulangan bencana yaitu penyediaan dan pemasangan rambu dan papan informasi bencana. Rambu dan papan informasi bencana merupakan sarana yang memudahkan masyarakat untuk evakuasi. Dengan adanya rambu dan informasi bencana, masyarakat dapat mengetahui lokasi/tempat evakuasi terdekat melalui jalur evakuasi yang LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 24

34 telah ditetapkan. Pada Tahun, terdapat 20 kabupaten/kota yang sudah terfasilitasi. Adapun rincian lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel (terlampir). Permasalahan yang timbul dalam kegiatan fasilitasi ini adalah kurangnya pemahaman di kalangan masyarakat terhadap fungsi rambu dan papan informasi bencana sehingga seringkali rambu dan papan informasi yang telah dan akan dipasang mengalami kerusakan (pengrusakan secara sengaja). Oleh karena itu, diperlukan penyebaran informasi secara merata di kalangan masyarakat melalui sosialisasi secara intensif terkait fungsi rambu dan papan informasi bencana. Selain itu, sinkronisasi kegiatan antara pusat dan daerah minimal satu tahun sebelumnya terkait rencana pemasangan rambu dan papan informasi bencana perlu dilakukan agar tujuan utama kegiatan fasilitasi untuk meningkatkan kapasitas dalam rangka penurunan risiko bencana dapat tercapai. 10. Pemasangan Alat Peringatan Dini Gerakan Tanah Langkah internalisasi pengurangan risiko bencana di Pusat dan daerah dilakukan melalui pengembangan pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah. Lokasi pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah didasarkan pada 136 kabupaten/kota yang memiliki tingkat risiko tinggi dan rendah terhadap ancaman bencana gerakan tanah (longsor). Pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah ini mampu memberikan pengetahuan dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana gerakan tanah sehingga apabila bencana gerakan tanah (longsor) terjadi kerugian jiwa, harta dan benda dapat dihindari ataupun dikurangi. Tantangan yang seringkali dihadapi adalah belum adanya jaringan komunikasi yang memadai dan lahan yang telah ditetapkan sebagai lokasi pemasangan alat merupakan tanah adat sehingga mempersulit proses pemasangan. Selain itu, kurangnya pengawasan dan pemeliaharaan terhdaap fungsi dan keberadaan alat menjadi salah satu faktor kurang optimalnya pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah ini. Langkah yang dilakukan dalam mengatasi tantangan tersebut adalah diperlukan sosialisasi dan keterlibatan dari tokoh masyarakat dan pimpinan masyarakat setempat terkait pemasangan alat peringatan dini gerakan tanah. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 25

35 11. Desa Tangguh Bencana Salah satu tujuan dalam pengembangan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (perka BNPB No. 1 Tahun 2012) ialah untuk meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam PRB, pihak pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, organisasi masyarakat dan kelompok-kelompok lainnya yang peduli. Tujuan yang ingin dicapai dari pengembangan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana ini adalah masyarakat memiliki kesiapan untuk menghadapi bencana dan kemampuan untuk mengurangi risiko, serta memiliki ketahanan dan kekuatan untuk membangun kembali kehidupannya setelah terkena dampak bencana. program. Pada tahun kegiatan desa tangguh meliputi fasilitasi pembentukan desa/kelurahan tangguh baru sebanyak 108 desa di 29 provinsi dan 49 Kabupaten/Kota. Rincian lokasi adalah sebagaimana tabel (terlampir). Penentuan lokasi pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Di tahun, dari pembentukan 108 desa, BNPB telah menginisiasi pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana dengan ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla) sebagai upaya pencegahan dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat. Pembentukan desa/kelurahan tangguh dengan ancaman kebakaran hutan dan lahan dilakukan sebanyak 30 desa, di 7 provinsi dan 14 Kabupaten/Kota (Rincian lokasi terlampir). 12. Forum PRB Upaya pengurangan risiko bencana juga dapat dilakukan melalui Forum Pengurangan Risiko Bencana yang telah terbentuk, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Forum pengurangan risiko bencana merupakan wadah bagi para pelaku/pemangku kepentingan untuk saling bertukar informasi, pelajaran-pelajaran dan praktik-praktik yang baik dalam pengurangan risiko bencana. Forum PRB ini dibentuk dalam rangka untuk menghadirkan atau menyuarakan kepentingan-kepentingan kelompok rentan dan kelompok yang terpinggirkan dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu, keterwakilan semua unsur masyarakat dan keikutsertaan kelompok marjinal dalam forum menjadi suatu prioritas. Isu-isu keterlibatan kelompok disabilitas, pengarustamaan gender dalam penanggulangan bencana, maupun peran kelompok LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 26

36 usaha mikro, kecil, dan menengah, menjadi salah satu hal yang penting dalam upaya penurunan indeks risiko bencana. Tahun, BNPB telah melakukan inisiasi pembentukan dan penguatan forum PRB sebanyak 6 kali. Upaya ini dilakukan agar inisiasi ini kemudian dapat dilanjutkan oleh BPBD sehingga Forum PRB ini tidak hanya kemudian terbentuk di tingkat provinsi, melainkan juga hingga kabupaten/kota bahkan juga pembentukan forum-forum tematik. Hingga tahun, Forum PRB telah terbentuk di 20 Provinsi, dan 48 Kabupaten/Kota, dengan 20 Forum Tematik. Permasalahan yang dihadapi adalah berkaitan dengan sumber daya baik manusia dan juga anggaran. Untuk itu, penciptaan modeling disertai lesson learn atas keberhasilan dan pengaruh forum PRB dalam upaya penurunan indeks risiko bencana serta pengawasan dan pemantauan serta evaluasi yang kuat dari berbagai pihak merupakan hal yang pokok dalam upaya mewujudkan dan menjaga eksistensi forum PRB di masa depan. 13. Relawan PRB Selanjutnya, upaya pengurangan risiko bencana dilakukan dengan peningkatan kapasitas masyarakat melalui pengembangan kapasitas relawan. BNPB sesuai fungsinya, melakukan koordinasi dengan berbagai kelompok relawan yang tersebar di Indonesia dalam upaya untuk menyiapkan dan mendukung upaya-upaya penanggulangan bencana, baik di masa pra, tanggap, maupun pasca bencana. Kelompok relawan yang dilibatkan dalam penanggulangan bencana berasal dari beragam komponen seperti, TNI/POLRI, Organisasi Sosial Masyarakat (Nasional, Lokal, dan Internasional), Perguruan Tinggi, dan juga Dunia Usaha. Pelibatan kelompok relawan merupakan hal yang penting karena bencana merupakan tanggung jawab bersama, bukan semata menjadi tanggung jawab pemerintah. Sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, perlu dikoordinasi dan dimobilisasi saat dibutuhkan. Jika bencana belum terjadi, pembinaan melalui pelatihan-pelatihan kerelawanan perlu terus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas relawan dalam LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 27

37 penanggulangan bencana, mengingat intensitas bencana setiap tahun semakin meningkat. Tahun, BNPB telah melakukan upaya peningkatan kapasitas kesiapsiagaan melalui pelatihan relawan PB sebanyak 2000 relawan. Keterbatasan anggaran dan juga sumber daya manusia yang tersedia menjadi tantangan yang mesti BNPB hadapi agar keterwakilan, keterlibatan, data atas peran-peran komunitas relawan ini dapat terus ditingkatkan dan digerakkan dalam upaya penanggulangan bencana. Di satu pihak, organisasi kerelawanan adalah suatu organisasi yang cair dan tidak mengikat sehingga akan selalu ada perubahan atas sumber daya manusia yang ada pada suatu organisasi kerelawanan. Karena itu, kerja sama multipihak untuk meningkatkan kapasitas relawan PB di seluruh wilayah Indonesia menjadi tanggung jawab bersama agar penanganan bencana dapat dilakukan secara tepat, terkoordinasi dan terpadu. Tabel 5: Jumlah Kabupaten/kota yang difasilitasi kajian risiko bencana No Realisasi Kegiatan Kajian Risiko Bencana Kajian Risiko Bencana Aglomerasi Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kota Tangguh Sekolah dan Madrasah Aman Bencana Sosialisasi Sekolah dan Madrasah Aman Bencana Gerakan PRB Mitigasi Struktur Partisipatif Rencana Kontinjensi Penyediaan dan Pemasangan Rambu dan Papan Informasi Bencana Pemasangan Alat Peringatan Dini Gerakan Tanah 12 Desa Tangguh Bencana (100 desa) 49 (108 desa) 13 Forum PRB Relawan PRB 4 (2000 relawan) 4 (2000 relawan) LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 28

38 Setiap pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan penanggulangan bencana akan selalu menghadapi tantangan terutama dalam hal koordinasi dan pertukaran informasi baik di tingkat Pusat maupun daerah. Dalam rangka meminimalisasi tantangan tersebut diperlukan pemutakhiran pengkajian risiko secara rutin yang akan memperkuat informasi risiko, salah satunya adalah dengan mengembangkan sistem pemantauan bencana atau yang dikenal sebagai Pusat Analisis Situasi Siaga Bencana (Pastigana). Pastigana merupakan fasilitas yang dirancang untuk melaksanakan koordinasi kesiapsiagaan berbasis teknologi yaitu sebagai focal point pengumpulan data anomali dan deteksi awal kejadian-kejadian yang kemudian diproses untuk menghasilkan laporan analisa yang akan digunakan sebagai bahan utama pengambilan keputusan eksekutif. Dengan adanya pengembangan Pastigana, diharapkan kapasitas pengurangan risiko bencana baik di tingkat Pusat dan daerah dapat ditingkatkan. Dengan adanya kegiatan yang telah dilaksanakan sebagaimana disajikan pada Tabel diatas, diharapkan seluruh komponen penanggulangan bencana memiliki kemampuan dalam mengenali ancaman dan kerentanan didaerahnya, serta mengetahui kapasitas yang dimiliki, sehingga dapat memastikan tindakan yang cepat dan tepat apabila terjadi bencana. Selain itu, guna meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan di kawasan regional Asia Pasifik Pemerintah Indonesia berinisiatif untuk melakukan latihan bersama berupa Tabletop Exercise (TTX). Inisiatif Pemerintah Indonesia ini mendapat dukungan dari Emergency Management Australia (EMA). Nama kegiatan ini adalah Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx : Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response Toolkit. Ambon DiREx merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Joint Paper antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia pada tahun 2011 mengenai A Practical Approach to Enhance Regional Cooperation on Disaster Rapid Response, dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama yang lebih luas melalui mekanisme-mekanisme regional ASEAN yang telah ada seperti AHA Centre, AADMER, ACDM, ERAT, ARF DiREx dan lain sebagainya. Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx ) : Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response Toolkit dilaksanakan di Kota Ambon dengan melibatkan 10 negara ASEAN dan negara mitra wicara ASEAN yaitu Amerika Serikat, LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 29

39 Australia, Jepang dan Selandia Baru. Tema Ambon DiREx adalah Promoting EAS Rapid Disaster Response Toolkit as Regional Protocol in Strengthening Effective Collaboration Disaster Response and Resilience in the Region. Adapun organisasi internasional yang turut berpartisipasi pada kegiatan Ambon DiREx diantaranya Sekretariat ASEAN, AHA Centre, UNOCHA, WHO, UNDP, UNESCO, FAO, WFP, UNICEF, UNHCR, UNFPA, IFRC, OXFAM, HOPE Worldwide, Save the Children, World Vision, Mercy Corps. Pelaksanaan Ambon DiREx : Tabletop Exercise mempunyai dua tujuan utama. Di tingkat nasional, TTX tersebut bertujuan untuk memperkuat mekanisme operasional yang terkoordinasi dan terencana untuk memastikan penanganan bencana yang efektif. Sedangkan di tingkat regional, bertujuan untuk meningkatkan mekanisme/prosedur regional dalam berbagi informasi, kapasitas dan sumberdaya yang terkait penanganan bencana serta untuk meningkatkan ketangguhan kawasan. Target Geladi Ruang Ambon DiREx : Tabletop Exercise on the EAS Rapid Disaster Response Toolkit yaitu: 1. Memvalidasi mekanisme sharing informasi melalui peran dan fungsi National Focal Points (NFP) dalam tanggap darurat bencana 2. Meningkatkan pemahaman yang sama dalam menangani/melindungi warga negara asing (WNA) di wilayah terdampak bencana 3. Meningkatkan pemahaman yang sama terkait Standard Operating Procedure For Regional Standby Arrangement and Coordination of Joint Disaster Relief and Emergency Response Operations (SASOP Chapter VI). SASOP Chapter VI penggunaan aset-aset militer 4. Memvalidasi EAS Rapid Disaster Response Toolkit yang merupakan panduan referensi bagi para pengambil keputusan dalam mengkoordinasikan penerimaan maupun penawaran/pemberian bantuan saat tanggap darurat bencana 5. Menunjukkan pentingnya latihan bersama dalam meningkatkan kapasitas regional terhadap respon bencana yang terkoordinasi Ambon DiREx ini menjadi kesempatan bagi negara-negara East Asia Summit (EAS) maupun pemangku kepentingan lainnya yang terkait untuk dapat memperkuat kerjasama satu LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 30

40 dengan yang lain serta meningkatkan pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing pihak mengenai peran dan tanggungjawabnya serta interoperability antar prosedur yang ada dalam penanganan darurat bencana yang cepat dan efektif. Gambar 6: Ambon Disaster Response Exercise (Ambon DiREx ): Tabletop Exercise on the East Asia Summit Disaster Response Toolkit Selama pelaksanaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan kajian risiko bencana dapat dikatakan efektif dan efisien namun belum optimal baik dalam penganggaran maupun sumberdaya manusia yang ada. Seluruh kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan target meskipun dengan jumlah sumberdaya manusia yang terbatas dengan alokasi anggaran yang tersedia. Meskipun demikian, perlu adanya pengkajian yang lebih intesif dalam hal penyediaan sumberdaya dan anggaran khususnya dalam hal penanggulangan bencana. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 31

41 Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Keandalan dan Kecepatan Penanganan Darurat Bencana Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana Selama kurun waktu tahun 2008 intensitas kejadian bencana semakin meningkat. Sehingga penanganan bencana dituntut untuk semakin cepat, efektif dan profesional. Salah satu indikator kinerja utama BNPB pada tahun yang menggambarkan penanganan bencana adalah rata-rata waktu respon kejadian bencana, dimana pengukuran Rata-rata waktu respon kejadian bencana adalah seberapa cepat upaya penanganan darurat pada awal informasi kejadian bencana yang diterima oleh Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB dari Pusdalops BPBD terdampak bencana. Tabel 6: Capaian Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana Indikator Capaian 2015 Target Realisasi % Realisasi Rata-rata waktu respon kejadian bencana 1 hari atau 24 jam 1 hari atau 24 jam 1 hari atau 24 jam 100 % Pencapaian rata-rata waktu respon kejadian bencana tersebut dapat terpenuhi karena: a. Adanya kecepatan informasi kejadian bencana dari BPBD daerah yang terdampak bencana yang diterima oleh Pusdalops BNPB yang selalu aktif siaga 24 jam untuk menerima segala berita/ informasi kejadian bencana di seluruh Indonesia. Selanjutnya petugas Pusdalops BNPB mengeskalasi dan melaporkan kejadian bencana tersebut LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 32

42 kepada Kepala BNPB, Deputi Bidang Penanganan Darurat, Direktur Tanggap Darurat dan seluruh pejabat di lingkungan Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB. b. Adanya dukungan informasi yang berasal dari instansi terkait (BMKG, PVMBG) maupun Media elektronik (sosial media, internet, TV, radio). c. Mobilisasi TRC yang dapat bergerak cepat dalam waktu maksimal 1 hari atau 24 jam sehingga rata-rata waktu respon kejadian bencana dapat tercapai. d. Perlengkapan dan Peralatan TRC yang memadai (Alat Komunikasi, GPS, Kamera, Drone, dan lain-lain). Gambar 7: Penanganan Banjir dan Tanah Longsor PurworejoTanggal 5 Februari Adapun data waktu respon kejadian bencana yang ditangani oleh BNPB Tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7: Rekapitulasi Lokasi Bencana Tahun NO LOKASI BENCANA KEJADIAN TANGGAL LAPORAN DITERIMA TRC TIBA DI LOKASI REALISASI CAPAIAN 1 Kab. Buru Selatan, Provinsi Maluku Gempa Bumi 17 Januari 17 Januari 18 Januari 100 % 2 Kab. Pidie, Provinsi Aceh Banjir 27 Januari 27 Januari 28 Januari 100 % 3 Kab. Purworejo, Provinsi Jawa Tengah Banjir dan Tanah Longsor 5 Februari 5 Februari 5 Februari 100 % 4 Kab. Indramayu, Provinsi Jawa Barat Banjir 7 Februari 7 Februari 8 Februari 100 % 5 Kab. Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur Gempa Bumi 12 Februari 12 Februari 13 Februari 100 % 6 Kab. Karawang, Provinsi Jawa Barat Banjir 26 Februari 26 Februari 27 Februari 100 % LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 33

43 NO LOKASI BENCANA KEJADIAN TANGGAL LAPORAN DITERIMA TRC TIBA DI LOKASI REALISASI CAPAIAN 7 Kab. Cianjur, Provinsi Jawa Barat Tanah Longsor 8 Maret 8 Maret 9 Maret 100 % 8 Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung Banjir Bandang 15 Maret 15 Maret 16 Maret 100 % 9 Kab. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo Banjir Sesuai 9 Mei 9 Mei 10 Mei 100 % 10 Kab. Karo, Provinsi Sumatera Utara Banjir Dingin Lahar 9 Mei 9 Mei 10 Mei 100 % 11 Kab. Subang, Provinsi Jawa Barat Banjir Bandang dan Tanah Longsor 22 Mei 22 Mei 23 Mei 100 % 12 Kab. Kebumen, Provinsi Jawa Tengah Banjir dan Tanah Longsor 18 Juni 18 Juni 19 Juni 100 % 13 Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat Banjir 16 Juni 16 Juni 17 Juni 100 % 14 Kab. Banyumas, Provinsi Jawa Tengah Banjir dan Tanah Longsor 18 Juni 18 Juni 19 Juni 100 % 15 Kab. Purworejo, Provinsi Jawa Tengah Banjir dan Tanah Longsor 18 Juni 18 Juni 19 Juni 100 % 16 Provinsi Jawa Timur Banjir 18 Juni 18 Juni 19 Juni 100 % 17 Provinsi Sulawesi Utara Banjir dan Tanah Longsor 21 Juni 21 Juni 22 Juni 100 % 18 Kab. Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan Banjir dan Tanah Longsor 24 Juni 24 Juni 24 Juni 100 % 19 Kab. Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara Banjir dan Tanah Longsor 16 Juli 16 Juli 17 Juli 100 % 20 Kab. Pandeglang, Provinsi Banten Banjir Bandang 24 Juli 24 Juli 25 Juli 100 % LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 34

44 NO LOKASI BENCANA KEJADIAN TANGGAL LAPORAN DITERIMA TRC TIBA DI LOKASI REALISASI CAPAIAN 21 Kab. Garut, Provinsi Jawa Barat Banjir Bandang 20 September 20 September 21 September 100 % 22 Kab. Gresik, Provinsi Jawa Timur Banjir 30 September 30 September Oktober % 23 Kab. Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Banjir 2 Oktober 2 Oktober 2 Oktober 100 % 24 Kab. Bandung, Provinsi Jawa Barat Tanah Longsor 7 Oktober 7 Oktober 8 Oktober 100 % 25 Kab. Pangandaran, Provinsi Jawa Barat Banjir dan Tanah Longsor 9 Oktober 9 Oktober 10 Oktober 100 % 26 Kab. Sampang, Provinsi Jawa Timur Banjir 10 Oktober 10 Oktober 11 Oktober 100 % 27 Kab. Klungkung, Provinsi Bali Kegagalan Teknologi 16 Oktober 16 Oktober 17 Oktober 100 % 28 Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat Banjir 24 Oktober 24 Oktober 24 Oktober 100 % 29 Kab. Boalemo, Provinsi Gorontalo Banjir 26 Oktober 26 Oktober 27 Oktober 100 % 30 Kab. Sukabumi, Provinsi Jawa Barat Banjir dan Tanah Longsor 8 November 8 November 8 November 100 % 31 Kab. Tangerang, Provinsi Banten Banjir 13 November 13 November 14 November 100 % 32 Kab. Karawang, Provinsi Jawa Barat Banjir 13 November 13 November 14 November 100 % 33 Kab. Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah Banjir 3 Desember 3 Desember 3 Desember 100 % 34 Kab. Pidie Jaya, Kab. Pidie, Kab. Bireun, Provinsi Aceh Gempa Bumi 7 Desember 7 Desember 7 Desember 100 % LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 35

45 NO LOKASI BENCANA KEJADIAN TANGGAL LAPORAN DITERIMA TRC TIBA DI LOKASI REALISASI CAPAIAN 35 Kab. Bima dan Kota Bima, Provinsi NTB Banjir Bandang 21 Desember 21 Desember 22 Desember 100 % Pengerahan personil TRC BNPB melihat besaran kejadian bencana, sehingga tidak semua kejadian bencana dikerahkan TRC BNPB. Untuk kejadian bencana yang dampak dan skalanya kecil dan dapat ditangani oleh BPBD daerah maka penanganannya lebih diutamakan oleh TRC BPBD daerah. Mengingat BNPB telah meningkatkan kapasitas TRC BPBD daerah melalui pelatihan-pelatihan serta dukungan perlengkapan dan peralatan TRC. Dalam rangka mobilisasi personil TRC BNPB untuk melaksanakan kaji cepat ke lokasi bencana, BNPB telah melakukan efisiensi penggunaan sumberdaya diantaranya: Meminimalkan jumlah personil TRC sesuai dengan dampak dan skala kejadian bencana. Mengirimkan personil TRC yang kompeten dan mempunyai keahlian sesuai dengan jenis bencana. Melakukan koordinasi dengan BPBD daerah dalam pemanfaatan dukungan perlengkapan dan peralatan yang telah diberikan BNPB kepada BPBD daerah. Melakukan kerjasama dengan unsur TNI, Polri, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten / Kota, BPBD, PMI, Pemadam Kebakaran, Manggala Agni, dan organisasi / institusi penggiat Bencana. Penanggulangan Gambar 8: Penanganan Banjir Bandang Kab. Garut tanggal 21 September LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 36

46 Dalam rangka menunjang pencapaian rata-rata waktu kecepatan respon kejadian bencana, BNPB telah melakukan beberapa kegiatan antara lain: a. Pendampingan Posko Kedaruratan Gambar 9: Posko Kedaruratan Gempa Bumi di Prov Aceh tanggal 22 Desember Pada status keadaan darurat bencana, Komandan penanganan darurat mengaktifkan atau meningkatkan pusat pengendali operasi menjadi pos komando tanggap darurat sesuai lokasi dan tingkatan bencananya. Pos komando tanggap darurat tersebut berfungsi untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi penanganan tanggap darurat. Mengingat intensitas kejadian bencana di wilayah Indonesia dari tahun ke tahun frekuensinya meningkat baik dari jumlah kejadian, jumlah korban, maupun dampak kerusakan sarana dan prasarana umum lainnya, maka perlu dilakukan Pendampingan Posko kedaruratan dalam rangka mendampingi daerah untuk memberikan petunjuk dan arahan, perintah serta mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang terkait dalam masa kedaruratan bencana di daerah yang terkena bencana pada saat penanganan darurat sehingga penanganan darurat bencana dapat dilakukan secara tepat, cepat dan akuntabel. Selama tahun telah dilaksanakan kegiatan pendampingan posko kedaruratan dengan mengaktifkan Pusdalops BNPB yang berlokasi di Kantor BNPB untuk memonitor dan menerima segala informasi kejadian bencana secara up to date dari seluruh wilayah Indonesia dan dengan segera merespon kejadian bencana secara cepat dan tepat. Selain mengaktifkan Pusdalops BNPB, pada tahun juga dilaksanakan pendampingan posko kedaruratan ke 10 (sepuluh) lokasi di Indonesia, adapun pendampingan posko kedaruratan yang dilaksanakan sebagai berikut: LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 37

47 Tabel 8: Rekapitulasi Posko Kedaruratan Tahun NO WILAYAH JENIS BENCANA 1 Kab. Minahasa Tenggara Banjir dan Tanah Longsor 2 Kab. Alor Gempa Bumi 3 Provinsi DKI Jakarta Banjir 4 Kab. Solok Selatan Banjir dan Tanah Longsor 5 Provinsi Riau Karhutla 6 Kab. Bandung Banjir dan Tanah Longsor 7 Kab. Karo Erupsi Gunung Api 8 Provinsi Sumatera Selatan Karhutla 9 Kota Ternate Banjir dan Tanah Longsor 10 Provinsi Kalimantan Barat Karhutla b. Koordinasi Penanganan Darurat Untuk meningkatkan koordinasi antara pusat dan daerah serta dengan instansi terkait lainnya dalam rangka penanganan darurat bencana, maka diperlukan koordinasi dalam penanganan darurat. Pelaksanaan kegiatan koordinasi ini dilakukan melalui pertemuan-pertemuan antara pimpinan/ pejabat BNPB dengan pejabat daerah dan instansi lainnya guna mengambil suatu kebijakan atau keputusan dalam percepatan penanganan darurat bencana, sehingga diharapkan dengan pelaksanaan koordinasi tersebut penanganan darurat dapat dilakukan secara cepat, tepat dan akuntabel. Hasil dari koordinasi penanganan darurat diantaranya adalah: Gambar 10: Koordinasi dengan Instansi terkait di Bencana Banjir dan Tanah Longsor Kab. Sumedang Tanggal 23 September LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 38

48 Kecepatan informasi kejadian bencana. 1. Percepatan penanganan darurat bencana. 2. Terpenuhinya kebutuhan dasar bagi korban bencana dengan segera. 3. Optimalisasi penanganan pengungsi akibat bencana. 4. Kemudahan akses dalam penanganan darurat bencana. 5. Percepatan pemulihan sarana dan prasarana secara darurat bagi masyarakat korban bencana. 6. Mengedepankan usaha-usaha preventif dalam situasi siaga darurat. Selama tahun telah dilaksanakan kegiatan Koordinasi Penanganan Darurat ke 21 (dua puluh satu) lokasi di Indonesia sebagai berikut : Gambar 11: Koordinasi siaga darurat bencana Asap Akibat Karhutla di Kab. Banjar Prov. Kalimantan Selatan Tanggal 5 September Tabel 9: Rekapitulasi Koordinasi Penanganan Daurat Tahun NO WILAYAH JENIS BENCANA 1 Kota Semarang Banjir 2 Prov. Kalimantan Barat Karhutla 3 Kota Bekasi Banjir 4 Kota Tangerang Banjir 5 Prov. Kalimantan Tengah Karhutla 6 Prov. Kalimantan Selatan Karhutla 7 Prov. Sumatera Selatan Karhutla 8 Prov. Sulawesi Selatan Banjir dan Tanah Longsor 9 Prov. Sumatera Barat Banjir dan Tanah Longsor 10 Kab. Karo Erupsi Gunung Api 11 Prov. Jawa Tengah Banjir dan Tanah Longsor 12 Kab. Kapuas Hulu Karhutla 13 Kab. Biak Banjir dan Tanah Longsor 14 Kota Manokwari Banjir dan Tanah Longsor 15 Kab. Pekalongan Banjir dan Tanah Longsor LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 39

49 NO WILAYAH JENIS BENCANA 16 Prov. Jawa Barat Banjir dan Tanah Longsor 17 Prov. DKI Jakarta Banjir 18 Kab. Bandung Banjir 19 Kab. Garut Banjir 20 Kota Ternate Banjir 21 Prov. Sulawesi Utara Banjir dan Tanah Longsor c. Peningkatan Kapasitas Personil Penanggulangan Bencana Peningkatan Kapasitas TRC Daerah Kegiatan Peningkatan Kapasitas TRC Daerah secara umum bertujuan untuk menyiapkan TRC PB daerah yang mampu melaksanakan tugas operasi penanganan darurat awal pada setiap kejadian/ancaman bencana di wilayah kerjanya. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut: 1) Mampu memahami manajemen penanganan darurat bencana; 2) Mampu memahami peran TRC PB dalam perkuatan Indonesia tangguh bencana; 3) Mampu melaksanakan kaji cepat pada keadaan darurat bencana; 4) Mampu membantu dalam pelaksanaan penyelamatan dan evakuasi korban; 5) Mampu membantu penanganan pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban dan pengungsi pada fase awal keadaan darurat bencana; 6) Mampu memahami sistem komando penanganan darurat bencana. Selama tahun BNPB melaksanakan kegiatan Peningkatan Kapasitas TRC Daerah yang diikuti oleh 199 (seratus sembilan puluh sembilan) Personil TRC dari 40 (empat puluh) BPBD Provinsi/Kab/Kota seluruh Indonesia. Gambar 12: Kegiatan Simulasi Lapangan penanganan darurat bencana oleh peserta peningkatan kapasitas TRC Daerah Tanggal 20 Maret LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 40

50 Peningkatan kapasitas penanganan pengungsi Kegiatan peningkatan kapasitas diberikan kepada personil BNPB dan BPBD khususnya yang masuk kategori wilayah dengan indeks risiko bencana tinggi. Peningkatan kapasitas tentang koordinasi dan manajemen tempat pengungsian yang meliputi Pendataan Pengungsi, Desain Tempat Pengungsian, Distribusi Logistik (Kebutuhan Dasar) di tempat pengungsian, dan Dukungan Psikososial/ Psychological First Aid, respon kebencanaan khususnya dalam koordinasi penanganan pengungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Gambar 13: Peningkatan Kapasitas Penanganan Pengungsi di Kabupaten Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat Tanggal 16 Maret Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Bantuan Kedaruratan Bencana Kegiatan peningkatan kapasitas petugas pengelolaan bantuan kedaruratan bencana secara umum bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petugas bantuan pemenuhan kebutuhan dasar yaitu bantuan kesehatan, air bersih, sandang, pangan, hunian sementara dan fasilitas hunian sementara di tingkat pusat maupun daerah, dan secara khusus bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman terkait pelaksanaan pemberian bantuan kebutuhan dasar sehingga mampu dilaksanakan sesuai dengan standar minimal pelayanan. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 41

51 Peserta kegiatan ini berjumlah 40 (empat puluh) orang, yaitu terdiri dari 22(dua puluh dua) orang personil BPBD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dan 18 (delapan belas) personil dari BNPB. Gambar 14: Peningkatan kapasitas Petugas Pengelola Bantuan Kedaruratan bencana di Pusdiklat WATSAN PMI Kab. Sumedang, Provinsi Jawa Barat Tanggal 16 Mei. d. Penyaluran Bantuan Kebutuhan Dasar Untuk pelaksanaan pemberian bantuan darurat pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat korban bencana, BNPB bersama dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat/dunia usaha bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan dasar korban bencana pada saat status darurat bencana. Selama pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut, masyarakat sudah mulai merasakan telah tercukupi. Hal ini dikarenakan pemenuhan kebutuhan dasar merupakan prioritas kedua setelah kegiatan pertolongan, penyelamatan dan evakuasi korban bencana. Untuk mendukung pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan dasar korban bencana BNPB selama tahun memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebanyak 11,97% dengan rincian: Bantuan pemenuhan pangan korban bencana 3,07%, bantuan pemenuhan sandang korban bencana 0,83%, bantuan pemenuhan hunian Gambar 15: Bantuan Kebutuhan Dasar di Kab. Temanggung Tanggal 1 September LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 42

52 beserta fasilitas hunian korban bencana 6,32%, bantuan pelayanan kesehatan korban bencana 0,41% dan bantuan pemenuhan air bersih dan sanitasi 1,34%, sedangkan untuk pemenuhannya sampai dengan 100% telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan didukung oleh Dunia Usaha dan lembaga non pemerintah lainnya. e. Inventarisasi/ verifikasi/ supervisi perbaikan darurat Inventarisasi/ verifikasi/ supervisi perbaikan darurat yaitu kegiatan yang meliputi perbaikan darurat prasarana dan sarana vital di lokasi bencana sehingga fungsi sosial dan fungsi ekonomi dapat berjalan dengan baik. Inventarisasi /verifikasi /supervisi perbaikan darurat yang telah dilaksanakan di tahun telah terealisasi sebanyak 24 (dua puluh empat) lokasi. f. Pendampingan Pembersihan Lingkungan Gambar 17: Pembersihan Lingkungan pasca bencana gempa bumi Prov Aceh Tanggal 7 Desember g. Inventarisasi/Pendataan Pengungsi Gambar 16: Inventarisasi/verifikasi/supervisi Perbaikan darurat di Kab. Bombana Tanggal 13 April Pembersihan lingkungan adalah upaya yang dilakukan untuk membersihkan suatu lokasi dari lumpur, sampah, puing, dan bahanbahan berbahaya yang ditimbulkan akibat kejadian bencana. Kegiatan identifikasi dan supervisi pembersihan lingkungan yang telah dilaksanakan di tahun adalah sebanyak 16 (enam belas) lokasi. Pendataan pengungsi yang dilaksanakan secara rinci by name by address diperlukan sebagai dasar pemberian bantuan kepada para pengungsi baik itu untuk LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 43

53 kebutuhan hunian darurat, kebutuhan logistik dasar dan dukungan psikososial. Semakin cepat data pengungsi didapatkan semakin cepat penanganan terhadap para pengungsi bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien. Gambar 18: Kegiatan Inventarisasi/ Pendataan Pengungsi tanggal 10 November Sasaran Strategis 3: Terselesaikannya Pemulihan Daerah Terdampak Bencana Melalui Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Prosentase Peningkatan Penyelesaian Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Daerah Pasca Bencana Target kinerja pada tingkat sasaran strategis dijadikan tolak ukur dalam mengukur keberhasilan organisasi didalam upaya pencapaiannya. Pengukuran, evaluasi dan analisis capaian kinerja peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana menggunakan kategori capaian kinerja dengan skala pengukuran ordinal disampaikan sebagai berikut: LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 44

54 Tabel 10: Capaian Kinerja Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Tahun Indikator Kinerja Sasaran Sasaran Strategis Target Realisasi Strategis Menurunnya indeks risiko bencana di pusat pusat pertumbuhan yang berisiko tinggi Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana 65 % 69,48 % Dalam pencapaian target kedeputian pada tahun yaitu peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah pascabencana, ditetapkan sebesar 65%. Prosentase kinerja didapatkan melalui formula sebagai berikut : Prosentase Peningkatan Penyelesaian RR = (X 1 )+(Y 0,5) 136 RPJMN x 100% Keterangan : X adalah jumlah daerah yang menyelesaikan RR dalam wilayah 136 RPJMN dengan nilai bobot 1. Nilai X pada pelaksanaan RR Tahun sejumlah 48 wilayah dengan rincian sebagai berikut: o 33 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan hibah RR tahun anggaran 2015 yang termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan bencana tahun ; o 15 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan bantuan bidang sosial ekonomi tahun anggaran yang termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan bencana tahun Y adalah jumlah daerah yang menyelesaikan RR di luar wilayah 136 RPJMN dengan nilai bobot 0,5. Nilai Y pada pelaksanaan RR Tahun sejumlah 93 wilayah dengan rincian sebagai berikut: o 83 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan hibah RR tahun anggaran 2015 yang tidak termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan bencana tahun o 10 wilayah provinsi/kabupaten/kota yang dialokasikan bantuan bidang sosial ekonomi tahun anggaran yang tidak termasuk dalam sasaran lokus kegiatan penanggulangan LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 45

55 bencana tahun Penetapan prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana berdasarkan pada jumlah daerah yang telah menyelesaikan kegitan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang bersumber dari alokasi anggaran dana cadangan yang diberikan dalam bentuk hibah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk bantuan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dan anggaran DIPA BNPB untuk kegiatan pemulihan sosial ekonomi. Hibah RR yang dihitung dalam kinerja ini adalah hibah RR yang dianggarkan dan disalurkan pada TA 2015 dan pelaksanaan/penyelesaiannya pada tahun. Sementara untuk pemulihan sosial ekonominya merupakan kegiatan pada DIPA BNPB TA yang dilaksanakan dan selesai pada tahun. Berdasarkan perhitungan pada rumus diatas, diperoleh hasil sebagai berikut : Prosentase Peningkatan Penyelesaian RR = (48 1 )+(92 0,5) 136 = 69,48% x 100% Berdasarkan skala pengukuran tersebut, capaian kinerja BNPB untuk penyelesaian Rehabilitasi dan Rekonstruksi dapat dikatakan sangat baik, karena melampaui target pencapaian yang ditetapkan. Apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2015 sebesar 63,75%, maka capaian kinerja Kedeputian Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi tahun mengalami peningkatan sebesar 5,74%, seiring dengan meningkatnya target yang ingin dicapai yaitu 65%. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 46

56 Tabel 11: Perbandingan capaian kinerja bidang rehabilitasi dan rekonstruksi tahun 2015 dan 2015 Indikator Kinerja Sasaran Strategis Target Realisasi Target Realisasi Prosentase peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana 60 % 63,75 % 65 % 69,48 % Target sesuai RPJMN yang harus dicapai pada rentang waktu dari tahun 2015 sampai tahun 2019 sebesar 70%. Melihat realisasi yang telah dicapai pada tahun sebesar 69,48%, maka sasaran strategis berupa terselesaikannya pemulihan daerah terdampak bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi optimis dapat tercapai. Tabel 12: Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan 1 Kab. Karo 1 2 Kota Padang 1 3 Kab. Kep. Mentawai 1 4 Kab. Lampung Barat 1 5 Kab. Tanggamus 1 6 Kota Bandar Lampung 1 7 Kab. Lahat 1 8 Kab. Cilacap 1 9 Kab. Kebumen 1 10 Kab. Semarang 1 11 Kab. Sidoarjo 1 12 Kab. Jember 1 13 Kab. Bangkalan 1 14 Kab. Malang 1 15 Kab. Sangihe 1 16 Kab. Minahasa Selatan 1 17 Kota Manado 1 18 Kab. Parigi Moutong 1 19 Kab. Konawe 1 20 Kab. Bantaeng 1 21 Kab. Ketapang 1 22 Kab. Lombok Timur 1 LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 47

57 No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan 23 Kab. Lombok Barat 1 24 Kab. Dompu 1 25 Kab. Bima 1 26 Kab. Ngada 1 27 Kab. Alor 1 28 Kab. Kep. Morotai 1 29 Kab. Buru 1 30 Kota Ambon 1 31 Kota Jayapura 1 32 Kab. Teluk Wondama 1 33 Kab. Manokwari 1 Total 33 Tabel 13 Daftar Wilayah Penerima Hibah TA 2015 Diluar Dari Sasaran Lokus PB No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan 1 Prov. Aceh 0,5 2 Kab. Aceh Barat Daya 0,5 3 Kab. Aceh Selatan 0,5 4 Kab. Aceh Besar 0,5 5 Kab. Aceh Tengah 0,5 6 Kab. Bener Meriah 0,5 7 Prov. Sumatera Utara 0,5 8 Kab. Mandailing Natal 0,5 9 Kab. Nias 0,5 10 Kab. Humbang Hasundutan 0,5 11 Kab. Nias Barat 0,5 12 Kab. Tapanuli Selatan 0,5 13 Kab. Labuhan Batu Sltn 0,5 14 Kota. Tebing Tinggi 0,5 15 Kab. Pakpak Barat 0,5 16 Prov. Sumatera Barat 0,5 17 Kab. Solok Selatan 0,5 18 Kab. Tanah Datar 0,5 19 Kota Sawahlunto 0,5 20 Kab. Solok 0,5 21 Prov. Jambi 0,5 22 Kota Sungai Penuh 0,5 23 Prov. Lampung 0,5 24 Prov. Sumatera Selatan 0,5 25 Kota Pagar Alam 0,5 26 Prov. Jawa Tengah 0,5 LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 48

58 No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan 27 Kab. Pati 0,5 28 Kab. Temanggung 0,5 29 Kab. Jepara 0,5 30 Kab. Pekalongan 0,5 31 Kab. Karanganyar 0,5 32 Prov. Jawa Timur 0,5 33 Kota. Probolinggo 0,5 34 Kab. Lumajang 0,5 35 Kab. Situbondo 0,5 36 Kab. Tuban 0,5 37 Kab. Tulungagung 0,5 38 Kab. Blitar 0,5 39 Prov. Bali 0,5 40 Kab. Karangasem 0,5 41 Prov. Sulawesi Utara 0,5 42 Kab. Kep. Sitaro 0,5 43 Kab. Bolaang Mongondouw 0,5 44 Kab. Minahasa 0,5 45 Kota Tomohon 0,5 46 Prov. Sulawesi Tengah 0,5 47 Prov. Sulawesi Tenggara 0,5 48 Kab. Kolaka Utara 0,5 49 Kab. Konawe Utara 0,5 50 Kab. Muna 0,5 51 Kota. Baubau 0,5 52 Prov. Gorontalo 0,5 53 Kab. Gorotalo Utara 0,5 54 Prov Sulawesi Selatan 0,5 55 Kab. Pinrang 0,5 56 Kab. Enrekang 0,5 57 Kab. Luwu 0,5 58 Kab. Wajo 0,5 59 Kab. Kep. Selayar 0,5 60 Kab. Soppeng 0,5 61 Kab. Toraja Utara 0,5 62 Kab. Sidenreng Rappang 0,5 63 Kota Pare-pare 0,5 364 Kab. Barru 0,5 65 Kab. Malinau 0,5 66 Prov. Kalimantan Tengah 0,5 67 Kab. Kotawaringin Barat 0,5 68 Kab. Kotawaringin Timur 0,5 LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 49

59 No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan 69 Prov. Kalimantan Barat 0,5 70 Prov. Kalimantan Selatan 0,5 71 Kab. Hulu Sungai Utara 0,5 72 Prov. NTB 0,5 73 Prov. NTT 0,5 74 Kab. Timor Tengah Utara 0,5 75 Kab. Sumba Tengah 0,5 76 Kab. Kupang 0,5 77 Kab. Flores Timur 0,5 78 Kab. Manggarai Barat 0,5 79 Prov. Maluku 0,5 80 Kab. Keerom 0,5 81 Kab. Tolikara 0,5 82 Kab. Yapen 0,5 83 Kab. Tambrauw 0,5 Total 33 Tabel 14: Daftar Wilayah yang Mendapat Intervensi Kegiatan Sosial Ekonomi Pada Tahun Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB Tidak Termasuk Dalam Sasaran Lokus PB No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan No. Provinsi/Kota/Kab Keterangan 1 Kab. Karo 1 1 Kota Batam Kab Manggarai 1 2 Kab Agam Kab Pacitan 1 3 Kab. Majalengka Kab. Bojonegoro 1 4 Kab Bolaang Kota Manado 1 5 Mongondow Kab Bener Meriah Kota Balikpapan 1 6 Kab Kediri Kab Sukabumi 1 7 Kab Bombana Kota Bandung 1 8 Kab Aceh Tengah Kab. Tasikmalaya 1 9 Kab Banjarnegara Kab. Minahasa 1 10 Kota Semarang Selatan Kab Alor 1 12 Kab Badung 1 13 Kab Parigi Moutong Kota Surabaya 1 15 Prov DI Yogyakarta 1 Total 15 Total 10 LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 50

60 Pada tahun sebelumnya (2009, 2010, 2011 dan 2013), penyelesaian kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana kepada pemerintah daerah yang terkena bencana diberikan bantuan dana sosial berpola hibah dalam bentuk block grand. Sedangkan bantuan dana rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahun 2012 dan 2014 tidak cair, sehingga rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah pascabencana tidak dapat dilaksanakan sesuai perencanaan. Dalam rangka peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana telah disusun kebijakan baru terkait dengan bantuan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Bantuan dengan sistem dana sosial berpola hibah digantikan dengan hibah pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang disalurkan langsung oleh Kementerian Keuangan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah sebagaimana tertuang pada: 1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.07/2015 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. 2) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2015 Gambar 19: Kegiatan Rakor Dalam Rangka Penandatanganan PHD tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. 3) Petunjuk Pelaksanaan Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. Penggunaan bantuan ini merupakan lex specialist atau aturan khusus pada hibah rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dimana bencana tidak mengenal tahun anggaran. Demikian juga dengan pemanfaatan hibah bantuan dana rehabilitasi dan LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 51

61 rekonstruksi yang tidak harus mengikuti siklus anggaran Januari sampai dengan Desember pada tahun berjalan. Kekhususan lainnya adalah penyaluran hibah dilakukan secara sekaligus sejumlah yang tercantum dalam perjanjian hibah. Berdasarkan kebijakan pengehematan anggaran dari Kementerian Keuangan sebesar 50%, maka BNPB melakukan perubahan yang semula akan dialokasikan kepada 124 pemda diubah menjadi 96 pemda dan dilakukan penyesuaian alokasi per daerah. Beberapa daerah yang semula diusulkan untuk mendapatkan hibah pada tahun anggaran menjadi tertunda dan akan diusulkan kembali pada tahun anggaran Hibah yang dialokasikan tahun prioritas untuk penyelesaian pemukiman bagi korban gempa bumi dan tsunami Mentawai, banjir dan longsor Sulawesi Utara khususnya kota Manado serta bencana lainnya di berbagai daerah yang berdampak pada sektor tertentu, terutama infrastruktur yang rusak dan perlu segera diperbaiki agar kerusakan dan kerugian tidak semakin bertambah. BNPB dalam fungsinya untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan RR pascabencana melakukan pemantauan secara berkala dan melaporkan progres kegiatan serta mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan di daerah penerima hibah RR Pascabencana. Sesuai dengan program priotas nasional dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Kepulauan Mentawai Prov. Sumatera Barat, Kab. Karo, Prov. Sumatera Utara dan Kota Manado, Prov. Sulawesi Utara, berikut disampaikan progres kegiatan RR pada ketiga daerah tersebut pada tahun. 1. RR Pasca Gempa Kep. Mentawai Hingga akhir Desember huntap telah terbangun 100% yaitu sebanyak KK beserta kelengkapan infrastruktur prasarana lingkungan dan air sanitasi. Sementara itu pemenuhan terhadap kebutuhan penerangan dari KK telah terfasilitasi penerangan/listrik melalui anggaran RR BNPB dengan daya PLN = 311 KK dan Gambar 20: Rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Mentawai LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 52

62 Kementerian ESDM dengan daya PLTS = 584 KK. Melalui dana hibah RR TA 2015 digunakan untuk memfasilitasi listrik dengan daya PLTS = 778 KK yang pelaksanaannya tahun 2017 dan ditargetkan selesai bulan November 2017, sedangkan kekurangan 399 KK akan difasilitasi melalui daya PLN dalam program listrik desa RR Pasca Banjir Bandang Manado Pada pemulihan Ex-Situ (Relokasi), sasaran relokasi sebesar KK (unit rumah) dengan target pembangunan tahap I sebesar: KK (unit rumah), dengan stimulan bantuan sebesar Rp40jt/KK (unit rumah) menggunakan pola pemberdayaan masyarakat. Progres pembangunan rumah ex-situ di Kelurahan Pandu hingga akhir Desember selesai terbangun unit. Pada pemulihan In-Situ, sasaran sebesar KK (unit rumah), dengan stimulant bantuan sebesar Rp40jt/KK (unit rumah) untuk rusak berat dan Rp20jt/KK (unit rumah) untuk rusak sedang dengan pembangunan menggunakan pola pemberdayaan masyarakat. Progres pembangunan rumah in-situ tahun telah terfasilitasi bantuan dana rumah (BDR) sebanyak hingga akhir Desember. Sisanya dana yang tersedia untuk 988 KK (Rusak Berat =537 KK dan Rusak Sedang =451 KK), namun setelah dilakukan verifikasi dan validasi cukup untuk KK (RB=165 KK dan RS=1.195 KK) akan akan dilanjutkan pada tahun 2017 melalui perpanjangan pemanfaatan dana hibah TA Upaya pemulihan sektor sosial berupa penguatan para tokoh agama, upaya ini sekaligus akan memberikan ruang bagi terbentuknya komunitas relawan kebencanaan di sektor agama; hal ini sangat dibutuhkan karena sejauh ini upaya penanggulangan bencana sangat membutuhkan peran dan tanggungjawab lembaga agama, terutama dalam menguatkan kembali sruktur mentalitas dan spiritualitas masyarakat korban bencana. Keberadaan para Tokoh Agama di tengah masyarakat hingga saat ini masih merupakan figur sentral yang relatif masih lebih dipercaya dan didengar oleh masyarakat. Oleh karena itu, upaya penguatan kapasitas para Tokoh Agama tersebut akan menjadi bagian strategis dari upaya membangun dan menguatkan kembali LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 53

63 kesadaran dalam aspek mentalitas dan spiritualitas masyarakat di wilayah pascabencana. Upaya pemulihan sektor ekonomi di Kota Manado telah dilakukan dalam kegiatan Pendampingan Ekonomi ialah usaha kuliner. BNPB telah menyalurkan stimulan berupa peralatan dan bahan-bahan kepada kelompok yang dibentuk oleh masyarakat di Desa Karame, Kecamatan Singkil, Kota Manado. Berdasarkan kesepakatan masyarakat, maka dibentuklah Kelompok Usaha Masyarakat Kuliner Kukis Cerdas. Setelah kegiatan pendampingan ekonomi dilakukan, BNPB akan melakukan kegiatan pembinaan pendampingan ekonomi dalam rangka memperkuat kelompok usaha serta peranan pemerintah daerah Gambar 21: Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca banjir bandang Manado 3. Gunung Sinabung Kabupaten Karo Pada pembangunan huntap relokasi menggunakan dana hibah TA 2015, sasaran relokasi sebesar KK (unit rumah). Hasil verifikasi dan validasi sebanyak KK telah ditetapkan melalui SK Bupati Karo. Besarnya stimulan bantuan dana rumah (BDR) sebesar Rp. 59,4 juta untuk pembelian tapak rumah dan pembangunan rumah serta bantuan lahan usaha tani (BDLUT) sebesar Rp.50,6 juta. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 54

64 Pembangunan menggunakan pola pemberdayaan masyarakat dengan mekanisme relokasi mandiri. Relokasi mandiri adalah masyarakat menyiapkan lahan dan membangun rumahnya secara mandiri dengan didampingi secara teknis oleh Tim Pendamping (fasilitator). Pembatasan relokasi mandiri yaitu di luar 7 Km dari puncak Gunung Sinabung dan atau di luar batas Area Terdampak Langsung (ATL) berdasarkan rekomendasi PVMBG dan lokasinya masih berada di dalam wilayah Kabupaten Karo. Progres pembangunan rumah relokasi sampai dengan saat ini telah terealisasi sebanyak 93 KK sedang proses pembangunan fisik rumah melalui pendampingan Tim Rekompak Kemen PUPR dan 55 KK telah dicairkan bantuannya karena telah membangun sendiri rumahnya. Sementara untuk Bantuan Lahan Usaha Tani (BDLUT), telah terealisasi sebanyak KK. Sehubungan dengan dana bantuan baik rumah dan lahan usaha tani telah tertransfer dari rekening kas umum daerah ke rekening kelompok masyarakat, maka sifat dana adalah dana masyarakat sehingga proses pembangunan hunian tetap relokasi mandiri dapat dilanjutkan pada TA 2017 yang masih akan mendapatkan pendampingan dari Tim Rekompak Kemen PUPR. Kegiatan pendampingan sosial dilaksanakan di Kawasan Relokasi Siosar pada masingmasing desa, yaitu Desa Simacem, Kelompok Tari Siosar mengembangkan pelatihan tari dan pelatihan tudung serta make up tari. Desa Sukameriah berupa pendampingan sosial yang dilaksanakan berupa peningkatan kemampuan Bahasa Inggris untuk siswa/i SD, SMP, dan SMA. Serta Desa Bekerah dilaksanakan revitalisasi Posyandu Desa bekerah dengan kegiatan berupa Pelatihan Kader Posyandu dan pemberian makanan tambahan bagi balita. Upaya pemulihan sektor ekonomi di Kawasan Relokasi Siosar telah dilakukan dalam kegiatan Pendampingan Ekonomi ialah usaha keripik kentang. BNPB telah menyalurkan stimulan berupa peralatan dan bahan-bahan kepada kelompok yang dibentuk oleh masyarakat di Desa Simacem, Kawasan Relokasi Siosar, Kabupaten Karo. Berdasarkan kesepakatan masyarakat, maka dibentuklah Kelompok Usaha Bersama (KUB) Simacem Simalem. BNPB telah memberikan lima (5) set alat LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 55

65 pengolahan keripik kentang untuk kelompok tersebut. Setelah kegiatan pendampingan ekonomi dilakukan, BNPB akan melakukan kegiatan pembinaan pendampingan ekonomi dalam rangka memperkuat kelompok usaha serta peranan pemerintah daerah. Gambar 22: Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca erupsi Sinabung Dalam upaya peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pascabencana BNPB memberikan dorongan berupa stimulan dalam memulihkan penghidupan sosial ekonomi masyarakat dilakukan dengan melalui pendampingan ekonomi, pembinaan pendampingan ekonomi, dukungan pemasaran, pendampingan sosial serta gelar budaya. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 56

66 1) Pendampingan Ekonomi BNPB selama tahun telah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam bentuk pendampingan pada sektor ekonomi. Pendampingan ini menjadi stimulan masyarakat terdampak agar menjadi semakin lenting dan resisten terhadap bencana yang baru saja mereka alami. Hasil dari kegiatan ini telah mengangkat dan meningkatan kemampuan ekonomi warga diwilayah kebencanaan, serta ketangguhan masyarakat dalam hal memulihkan kondisi ekonomi pasca bencana, mendorong terciptanya kearifan lokal dalam memanfaatkan potensi dan sumberdaya lokal yang ada untuk mencegah atau mengurangi dampak kebencanaan (jika sewaktu-waktu datang kembali) dan menimpa perekonomian masyarakat. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 57

67 Pelaksanaan kegiatan Pembinaan pendampingan ekonomi merupakan keberlanjutan program pendampingan ekonomi yang berfokus pengembangan usaha komoditas unggulan berbasis sumberdaya lokal. Pada tahun BNPB menginisiasi beberapa perjanjian antara BNPB, BPBD dan SKPD pemerintah daerah untuk menjaga keberlanjutan program pemulihan ekonomi berupa stimulan untuk kelompok masyarakat terdampak yang telah dimulai sejak tahun Dengan campur tangan pemerintah daerah maka kelompok masyarakat yang masih mendapatkan pendampingan diarahkan agar mereka semakin mandiri. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 58

68 2) Dukungan Pemasaran Kelompok Terdampak Bencana Dukungan Pemasaran Kelompok Terdampak Bencana Merupakan kegiatan publikasi yang diharapkan ada dukungan pemasaran pada kelompok korban terdampak bencana yang sudah mulai bangkit memperbaiki perekonomiannya. Melalui kegiatan pameran juga diharapkan dapat membantu mempromosikan produk yang dihasilkan korban terdampak bencana, sehingga dapat meningkatkan penjualan dan pendapatan. Adapun dalam tataran pelaksanaan kegiatan berupa pameran dengan melibatkan dan menampilkan produk hasil karya masyarakat terdampak bencana yang diselenggarakan di Jakarta, Bali, Surabaya, Batam, Manado, Semarang dan Yogyakarta Pemulihan dan Peningkatan Sosial Pascabencana 1) Pendampingan Sosial BNPB melaksanakan program dan kegiatan Pendampingan Sosial di daerah pascabencana dengan pola pemberdayaan masyarakat dengan fasilitasi pendampingan dari tenaga- tenaga profesional pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini telah berjalan dan mendapat apresiasi positif dari masyarakat karena kebutuhan sosial mereka menjadi terpenuhi. Bahkan beberapa kelompok masyarakat yang terdampak bergantung terhadap pemulihan sosial yang terdiri dari seni dan budaya lokal. Dampak langsung dari kegiatan ini adalah terbangunnya hubungan antara kelompok masyarakat di wilayah terdampak bencana yang tadinya tersekat dengan stratifikasi sosial. Diharapkan pola hubungan yang terbangun LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 59

69 didalam masyarakat menjadi semakin solid dalam menghadapi bencana. 2) Gelar Budaya Kegiatan Gelar Budaya di Wilayah Pascabencana adalah memulihkan dan meningkatkan kesejahteraan sosial di wilayah pascabencana menumbuhkan kembali semangat, motivasi dan kepercayaan diri masyarakat pascabencana berdasarkan kesenian yang berkembang sesuai dengan masyarakat di wilayah pascabencana pada tahun ini dilaksanakan di di Kab Minahasa Selatan dan Kab Tasikmalaya. Gelar Budaya adalah salah satu upaya BNPB untuk memulihkan sektor sosial serta menumbuhkan kembali kearifan lokal masyarakat terdampak bencana. Melalui gelar budaya, BNPB berhasil mengangkat semangat masyarakat untuk bersosialisasi, menyamakan persepsi dan semangat dalam penanggulangan bencana di wilayahnya. Dampak yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat adalah bagaimana mereka tetap menjaga kearifan lokal khususnya dalam pengurangan risiko bencana. Dengan peranan BNPB selanjutnya mereka dapat lebih resisten dan memiliki daya lenting untuk menghadapi bencana di wilayahnya LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 60

70 Gambar 23: Penampilan tarian dari masyarakat terdampak bencana dalam Kegiatan Gelar Budaya Kab Tasikmalaya dan Minahasa Selatan Dalam pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, beberapa inovasi yang telah dilakukan BNPB antara lain: a) Aplikasi Pendukung dalam Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (RR) Seluruh aplikasi RR akan diintegrasikan dalam sebuah web RR, sebagai basis data dijital dari seluruh rangkaian kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana guna mendukung program peningkatan penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana berbasis e-governance. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 61

71 e-jitupasna Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (Jitupasna) merupakan tahap awal yang dilakukan dari rangkaian proses rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah pascabencana. Dalam rangka meningkatkan akurasi Jitupasna berupa kajian dampak, akibat serta kebutuhan pemulihan pascabencana secara cepat, tepat, akurat dan terpadu, dikembangkan aplikasi e-jitupasna untuk memudahkan proses pengkajian tersebut. e-jitupasna dilengkapi dengan Petunjuk teknis, buku panduan, serta aplikasi desktop dan web-based, yang telah digunakan pada tahap perencanaan RR Pascabencana baik di BNPB maupun di BPBD. Pemanfaatan e-jitupasna mendukung kinerja peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah pascabencana dengan cepat, tepat dan terintegrasi. Gambar 24: Aplikasi e-jitupasna e-proposal Aplikasi e-proposal rehabilitasi dan rekonstruksi bertujuan untuk menertibkan pemasukan proposal/usulan bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang disampaikan oleh pemerintah daerah (BPBD prov/kab/kota) kepada BNPB melalui satu pintu secara online. Hal ini dilakukan untuk menjaga akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi. Hanya proposal yang memenuhi syarat administrasi LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 62

72 lengkap yang akan mendapat nomor registrasi dan layak ditindaklanjuti untuk verifikasi lapangan. Pembuatan rancangan e-proposal sudah selesai dan uji coba kepada beberapa BPBD telah dilakukan pada tahun. Tahap selanjutnya perlu disosialisasikan kepada seluruh BPBD dan dibuat aturan/legislasi untuk penerapan/implementasinya. Gambar 25: Aplikasi e-proposal e-pelaporan e-pelaporan merupakan aplikasi yang mendukung pelaporan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana terkait pemanfaatan hibah pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam rangka bantuan pendanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Tujuan dari e-pelaporan adalah untuk memudahkan pembuatan laporan, meminimalisir kesalahan dalam pembuatan laporan, mempercepat penyampaian laporan dan menyediakan database dan arsip elektronik pelaporan. e-pelaporan mulai diaplikasikan pada pemerintah daerah penerima dana hibah RR sejak tahun anggaran Pada aplikasi ini tersimpan seluruh data pelaksanaan RR mulai dari data penyaluran, rencana kerja (RKA) sampai dengan progress triwulan dan laporan akhir. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 63

73 Gambar 26: Aplikasi e-pelaporan e-asset Pengembangan e-asset dilakukan untuk inventarisasi seluruh aset fisik hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi tahun 2009 s.d Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menyediakan database hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dengan lingkup kegiatan adalah seluruh hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang menggunakan alokasi dana APBN pada DIPA BNPB tahun anggaran 2009, 2010, 2011 dan 2013 yang dikelola oleh provinsi/kabupaten/kota penerima dana. Proses inventarisasi dan manajemen database dilakukan secara bertahap, mulai dari April 2015 dan masih berlangsung hingga saat ini. Diharapkan seluruh aset fisik hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dapat diinventarisasi sehingga mempermudah dalam monitoring dan evaluasi secara keseluruhan, terhadap kebijakan, pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah secara komprehensif. Untuk selanjutnya hasil e-asset akan terkoneksi dengan e- Pelaporan yang menghasilkan database komprehensif seluruh kegiatan RR pascabecana mulai dari 2009 sampai dengan saat ini. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 64

74 Gambar 27: Aplikasi e-asset Mapping asset Mapping asset merupakan kegiatanpemetaan rumah dan aset fisik hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana berbasis web-gis. Kegiatan ini terutama dimaksudkan guna melengkapi informasi spasial dari basis data aset kegiatan RR Pascabencana tahun Kegiatan ini dilakukan secara bertahap, dimulai pada tahun Anggaran Kegiatan dilakukan dengan membangun aplikasi berbasis web untuk menampilkan hasil pemetaan aset yang dilaksanakan di 5 (lima) provinsi yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah, DIY, Papua dan Papua Barat. Pada tahun, kegiatan pemetaan aset dilanjutkan dengan mengembangkan aplikasi untuk survey lapangan dalam bentuk aplikasi mobile berbasis android. Pemetaan dilaksanakan di 2 (dua) provinsi yaitu Aceh dan NTB.Untuk selanjutnya, akan dilakukan pemetaan rumah dan aset rehabilitasi dan rekonstruksi untuk wilayah yang belum tercover pada T.A 2015 dan. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 65

75 Gambar 28: Mapping Asset b) Indeks Pemulihan Pascabencana Indeks pemulihan pascabencana adalah indeks yang mengukur pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana pada suatu daerah/wilayah/kawasan terdampak bencana melalui perkembangan data dan informasi kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Salah satu metoda yang digunakan adalah Indonesia Post Disaster Recovery Index (Ina-PDRI), suatu metoda yang dikembangkan dan diperkenalkan oleh penggiat rehabilitasi dan rekonstruksi di Indonesia, diantaranya BNPB, BPS, Akademisi, UNDP, dll. Rumusan Ina-PDRI yang digunakan untuk menghitung Indeks pemulihan ekonomi di wilayah pascabencana adalah indeks komposit yang terdiri dari beberapa indeks dari aspek: (1) pendidikan, (2) kesehatan dan (3) ekonomi. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 66

76 Cara pengumpulan data (berupa data kualitatif dan kuantitatif) adalah dengan survey, wawancara, dan pengamatan, serta desk studi dari dokumen yang tersedia, meliputi: 1) Data subjek terkait dengan opini, sikap, pengalaman, dan karakteristik; 2) Data fisik terkait dengan fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ekonomi dan infrastruktur; 3) Data dokumenter seperti jurnal, laporan kegiatan, hasil kajian. Adapun parameter yang diukur adalah sebagai berikut: 1) Aspek pendidikan berupa Angka partisipasi murni (APM) SD, SLTP dan SLTA. 2) Aspek Ekonomi berupa Angka Partisipasi Angkatan Kerta (TPAK), dan 3) Aspek kesehatan berupa Angka Kesakitan (Morbidity). Pada tahun anggaran telah dilaksanakan pengukuran indeks pemulihan pascabencana metoda Ina-PDRI di 30 kabupaten/kota, termasuk diantaranya adalah wilayah yang terdampak bencana masif, yaitu Kabupaten Karo Sumatera Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat, dan Kota Manado Sulawesi Utara. Pada tahun anggaran 2017 direncanakan pelaksanaannya akan dikembangkan di kabupaten/kota penerima dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana tahun anggaran Dengan menggunakan metode penentuan jumlah sampel untuk menentukan jumlah KK pada masyarakat terdampak bencana yang diwawancarai dengan purposive sampling, pelaksanaan pengukuran Indeks Pemulihan Bencana (Ina- PDRI) di 30 kabupaten/kota menunjukkan : LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 67

77 tingkat kesejahteraan adalah suatu komposit indeks yang terdiri dari indeks pemulihan aspek pendidikan, indeks pemulihan aspek kesehatan dan indeks pemulihan aspek ekonomi. peningkatan nilai indeks Ina-PDRI rata-rata dari tahun 2014 ke tahun 2015 adalah sebesar 2,46%. Kesimpulan hasil perhitungan Ina-PDRI di 30 kabupaten/kota kajian bahwa telah terjadi peningkatan nilai indeks pemulihan ekonomi dari saat terjadinya bencana sampai dengan tahun Peningkatan nilai indeks Ina-PDRI rata-rata dari tahun 2014 ke tahun 2015 adalah sebesar 2,46%. Peningkatan nilai ini artinya adalah upaya dari pemerintah khususnya BNPB telah mampu membantu mendorong masyarakat terdampak agar dapat kembali hidup mandiri dengan segala sumber daya yang dimilikinya. Karena pencapaian-pencapaian program BNPB pada masa pemulihan pascabencana memang mengupayakan masyarakat agar tidak berlarut-larut tenggelam dalam suasana bencana. Oleh karena itu masih diperlukan program rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana untuk mencapai terjadinya pemulihan seperti sedia kala atau kearah yang lebih baik lagi. Beberapa penghargaan yang diterima oleh BNPB dalam kegiatan pameran yang diikuti selama tahun adalah: 1) Penghargaan meraih juara 2 kategori stand terbaik dalam acara Pameran Invesda Expo di Jogjakarta pada tanggal Mei. 2) Penghargaan meraih Juara Harapan 2 kategori umum penataan display produk terbaik dalam acara Batik Bordir dan Aksesoris Fair di Surabaya pada tanggal 11- LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 68

78 15 Mei. 3) Penghargaan sebagai kategori stand terbaik dalam acara Batam Creative Industry Expo September di Mega Mall, Batam. 4) Penghargaan meraih juara 2 kategori stand terbaik dalam acara Pameran KTNA Expo di Samarinda Convention Hall, Kalimantan Timur pada tanggal September. Dalam penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi selama tahun, BNPB melakukan koordinasi dengan berbagai Instansi di lingkup nasional dan internasional dengan beberapa capaiannya adalah : a) Peran BNPB dalam Working Group Recovery Dalam penanggulangan bencana di level ASEAN, Indonesia dalam hal ini BNPB khususnya Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi memiliki dipercaya menjadi co chair dalam keanggotaan Working Group Recovery (WGR). BNPB berpartisipasi aktif dalam capaian ADDMER WORK PROGRAME sejak tahun WGR bekerja sesuai dengan rumusan yang tertera dalam AADMER Priority Programme 7: RECOVER, bercita-cita untuk memberdayakan negara-negara anggota ASEAN dalam melakukan pemulihan bencana dengan cepat dan berbasiskan kemampuan serta sumber daya lokal yang ada. Beberapa output aktifitas kegiatan yang dilakukan berikut peran serta BNPB adalah sebagai berikut: 1. Menyebarluaskan Panduan Referensi Pemulihan Bencana ASEAN untuk membangun kesadaran di antara lembaga pemerintah mengenai pengaturan pemulihan yang dibutuhkan, yang pada pertemuan ke 6 WGR di Nay Pyi Taw, Myanmar dilakukan diseminasi dan pelatihan simulasi (SIMEX) penggunaan buku panduan tersebut bagi negara-negara anggota WGR. 2. Memperkenalkan beberapa alat untuk penilaian/assessment (PDNA dan penilaian dampak sosial), serta monitoring dan evaluasi (Indeks Pemulihan) dan disesuaikan ke dalam konteks ASEAN. BNPB berkontribusi dan berbagi tools/alat assessment yang telah dibuat, yakni Jitu Pasna/PDNA, e-pdna/elektronic PDNA, Post-Disaster Rehabilitation and Reconstruction dan Post-Disaster Recovery Index/PDRI. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 69

79 3. Membentuk Forum Pemulihan Reguler ASEAN, dilakukan back-to-back dengan sesi terbuka Kelompok Kerja Pemulihan ACDM, untuk mengumpulkan mitra, sektor swasta, dan pemangku kepentingan lainnya, guna mengembangkan pengaturan pemulihan pra-bencana di wilayah bencana. Gambar 29: Buku ASEAN Disaster Recovery Reference Guide Foto 2 dan 3: Buku Pelatihan PDRR & PDNA b) Inisiasi BNPB dalam Pembentukan Forum RR Pascabencana Pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi yang bertujuan untuk memulihkan kehidupan masyarakat di wilayah yang terkena bencana berjalan lambat dan tidak tuntas. Persoalan ini telah mengakibatkan penderitaan masyarakat korban bencana menjadi berkepanjangan dan memicu terjadinya gejolak sosial dan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah Pusat dan Daerah. Terhadap permasalahan tersebut, dalam rangka peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, harus ditingkatkan efektivitas fungsi pelaksanaan hubungan kerja dengan multi pihak, baik K/L, dunia usaha seperti BUMN/D dan swasta serta Perguruan Tinggi yang dapat mendorong setiap pihak yang potensial terlibat dalam pemenuhan komitmen untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah yang terdampak bencana, sehingga pemulihan kehidupan masyarakat yang terkena bencana dapat segera terwujud. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 70

80 Gambar 30: Kegiatan koordinasi dalam rangka inisiasi pembentukan Forum RR dengan Interdep, Dunia Usaha/Lembaga Non Pemerintah/Lembaga Internasional dan Perguruan Tinggi Fungsi pelaksanaan hubungan kerja dimaksud akan dapat diefektifkan dilakukan melalui pembentukan Forum RR Pascabencana yang dibagi dalam klaster sesuai bidangnya, yang telah diinisiasi rancangan pembentukannya oleh BNPB pada tahun anggaran melalui koordinasi dengan berbagai stakeholder dan penyusunan draft pedomannya akan dilanjutkan pada TA Melalui Forum ini diharapkan akan secara aktif dilakukan pemantauan terhadap daerah yang memerlukan bantuan RR dan menjaringpenyediaan pendanaan dengan metode konstruksi yang membangun lebih baik dan lebih aman yang berbasis pengurangan risiko bencana. c) Apresiasi BNPB terhadap Kontribusi Lembaga Eksternal dalam Penanggulangan Bencana Dalam rangka meningkatkan kordinasi antar stakeholder BNPB khususnya bidang rehabilitasi dan rekonstruksi ikut mengambil peran pada kegiatan bulan Pengurangan Risiko Bencana yang dibarengi dengan kegiatan ACDM ke 24, yang dilaksanakan di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara, berupa kegiatan pameran LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 71

81 kebencanaan. Tiap instansi/lembaga yang bekerja di bidang kebencanaan dapat menunjukkan hasil kinerjanya kepada masyarakat, BPBD Se-Indonesia dan negaranegara ASEAN. Gambar 31: Penyelenggaraan Pameran PRB Manado dikunjungi juga oleh Kepala BMKG dan Bupati Minahasa Utara. Pengunjung yang datang setiap harinya mencapai orang dari berbagai kalangan dari prkatisi, anak sekolah, BPBD Se-Indonesia dan juga masyarakat setempat karena pameran juga menjadikan salah satu media edukasi penanggulangan bencana bagi masyarakat Kota Manado dan sekitarnya. Selain itu, Pameran PRB turut dikunjungi oleh para pejabat, antara lain Sekjen Kemenkes, Kepala BMKG, para bupati/walikota, Kepala Gambar 32: Penyerahan Penghargaan Kepada Peserta Pameran Terbaik dalam Pameran PRB Manado oleh Kepala BNPB Pelaksana BPBD provinsi/kabupaten/kota, perwakilan dari Kementerian Bappenas, perwakilan dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 72

82 perwakilan dari Kementerian Perhubungan, perwakilan dari Badan Pusat Statistik, dan perwakilan dari Kementerian Pertanian. Melalui kegiatan pameran diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kegiatan kebencanaan serta memberikan aperesiasi kepada pelaku-pelaku kebencanaan dilapangan. Penyerahan hadiah, sertifikat, dan tropi diberikan oleh Kepala BNPB untuk apresiasi yang diberikan, BNPB berharap dapat terus mensinergikan antar elemen-elemen stakeholder agar penanggulangan bencana dapat terjaga dan semakin baik koordinasinya. Bidang rehabilitasi dan rekonstruksi BNPB didukung oleh 54 orang pegawai negeri sipil dan 17 orang tenaga pendukung. Jumlah tersebut masih belum memadai mengingat besarnya beban kerja yang tidak sebanding dengan jumlah sumber daya manusia. Selain itu, dikarenakan kebijakan penghematan anggaran yang dilakukan pada, terdapat beberapa kegiatan terkait pengembangan kapasitas sumber daya yang tidak dapat dilaksanakan. Hal tersebut secara langsung tidak mempengaruhi output kinerja, namun cukup penting dalam mendukung kinerja bidang rehabilitasi dan rekonstruksi secara keseluruhan. Untuk itu masih diperlukan peningkatan sumber daya baik dari segi jumlah maupun kapasitas karyawan guna meningkatan kinerja dalam bidang rehabilitasi dan rekonstruksi. Sasaran Strategis 4: Tersedianya Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana Yang Memadai Prosentase Daerah Yang Memiliki Logistik Dan Peralatan Penanggulangan Bencana Yang Memadai Dalam Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah mendukung kegiatan penanggulangan bencana yang memadai keseluruh provinsi yang ada di Indonesia. Dimulai dengan pengadaan sampai kepada pendistribusian dan pelatihan sumber daya manusia di daerah untuk memenuhi standar yang dibutuhkan untuk LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 73

83 menanggulangi bencana khususnya dibidang logistik dan peralatan. Terdapat 10 Paket bantuan logistik dan 19 Paket peralatan yang didorong kedaerah dalam rangka kesiap siapsiagaan dan penguatan kelembagaan. Pemberian bantuan logistik dan peralatan dilakukan untuk mendukung kesiapan daerah dalam penanggulangan bencana dan untuk menurunkan indeks risiko, selain hal tersebut untuk mendukung dalam siaga darurat ketika bencana terjadi, hal ini ditujukan untuk membuat BPBD serta masyarakat segera mendapat bantuan tidak kurang dari 72 hari. Sampai dengan tahun, sudah terbentuk sebanyak 501 BPBD Prop/Kab/Kota, dari total BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota tersebut yang telah menerima bantuan logistik dan peralatan rata-rata sebesar 50,20% dari target 45%, atau dengan capaian kinerja sebesar 111,55%, dengan rincian penggunaan Anggaran sebagai berikut : Tabel 15. Rencana & Realisasi Capaian Sasaran Logistik dan Peralatan No Indikator Kinerja Capaian 2015 Tahun Angaran Target Realisasi Tersedia Realisasi Realisasi 1 Prosentase Daerah yang memiliki Peralatan Penanggul angan Bencana yang memadai 45.00% 45,00% 50.20% ,83% Penghitungan Peningkatan dukungan bantuan logistik ke BPBD dari tahun 2012 sampai dengan tahun sebagai berikut: TAHUN Tabel 16. Dukungan Bantuan Logistik dan Peralatan ke BPBD Prov/Kab/Kota LOGISTIK (Prov/Kab/Kota) % PERALATAN (Prov/Kab/Kota) % TOTAL % RATA- RATA LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 74

84 GRAFIK BPBD PENERIMA BANTUAN LOGISTIK DAN PERALATAN TAHUN 2012 S/D LOGISTIK PERALATAN TOTAL Gambar 33: BPBD Penerima bantuan Logistik dan Peralatan tahun 2012 s/d Bila dibandingkan dengan capaian keuangan dengan tahun sebelumnya (tahun 2012 s/d ) sebagai berikut: Tabel 17. Perbandingan Capaian Keuangan Tahun 2012 s/d TAHUN Dana DIPA (Rp.) Realisasi (Rp.) % Capaian ,570,000, ,769,464, % ,291,548, ,044,870, % ,022,180, ,064,196, % ,422,068, ,674,444, % 477,541,000, ,713,422, % Dalam penganggulangan bencana berkaitan dengan logistik dan peralatan BNPB tidak hanya mendukung bantuan logistik dan peralatan, namun juga melakukan kegiatankegiatan yang bersifat mendukung sasaran strategis utama yang dituangkan kedalam bentuk kegiatan yaitu: 1. Peningkatan Kapasitas SDM di tingkat BPBD melalui kegiatan Peningkatan pengetahuan manajemen logistik dan Pembekalan/Workshop Logistik dan Peralatan, Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan bidang manajemen logistik peralatan bagi BPBD 33 Provinsi. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 75

85 2. Kegiatan Inventarisasi Ketersediaan & Kebutuhan logistik dan peralatan bagi BPBD 33 Provinsi Kegiatan ini untuk mengetahui kebutuhan logistik dan peralatan dari masing masing BPBD, serta untuk mengetahui ketersediaan logisik dan peralatan di BPBD. Kegiatan gelar peralatan, Dengan diselenggarakannya kegiatan ini bertujuan agar BNPB memiliki kesiapan dalam menghadapi situasi darurat bencana, baik dari segi SDM nya maupun dari segi peralatan PB. 3. Penilaian kebutuhan logistik dan peralatan di BPBD Provinsi/Kab/Kota, Dari hasil kegiatan penilaian kebutuhan akan menghasilkan data kebutuhan dari masing masing BPBD, dan dari data tersebut akan dijadikan acuan pengadaan logistik dan peralatan di tahun mendatang. 4. Penguatan manajemen logistik dan peralatan di daerah rawan bencana 5. Menyusun Pedoman/ Petunjuk Pelaksanaan / Petunjuk Teknis / SOP terkait logistik dan Peralatan. Dengan adanya peraturan diharapkan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya akan sesuai kaidah yang berlaku, dan akam meningkatkan kinerja BNPB 6. Pengadaan logistik dan peralatan, Diharapkan ketersediaan logistik dan peralatan yang akan mendukung penanggulangan bencana di daerah 7. Distribusi logistik dan peralatan ke BPBD Prov/Kab/Kota, Kegiatan ini menyalurkan logistik dan peralatan ke 34 Provinsi yang merupakan bentuk bantuan penguatan. 8. Monitoring dan evaluasi logistik dan peralatan di 33 propinsimelakukan monitoring dan evaluasi guna mengetahui hasil dukungan logistik dan peralatan, dan mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan logistik dan peralatan apakah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemanfaatan Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana saat terjadi bencana Pada saat masa tanggap darurat Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana senantiasa siap siaga untuk memberikan bantuan baik berupa logistik maupun Peralatan penanggulangan Bencana, berikut ini adalah pemanfaatan Logistik Peralatan Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat bencana. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 76

86 Gambar 34: Pengiriman Paket Bantuan Logistik di Banjir Sampang Madura Gambar 35: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim Gambar 36: Proses Pendistribusian Bantuan Logistik yang Siap Kirim Gambar 37: Pemanfaatan Logistik di Banjir Jawa Barat Gambar 38: Logistik yang Telah diterima Masyarakat Gambar 39: Proses Bongkar Logistik di Kabupaten Garut LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 77

87 Gambar 40: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya Gambar 41: Pemanfaatan Tenda Pengungsi BNPB sebagai Sekolah sementara pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya Gambar 42: Pemanfaatan Mobil Tangki Air untuk suplai air bersih pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya Gambar 43: Pemanfaatan Mobil Dapur Umum Lapangan sebagai Sarana Dapur Umum pada bencana Gempa Bumi Pidie Jaya LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 78

88 Dengan terpenuhinya dukungan logistik dan peralatan, hasil yang dicapai adalah: a. Semua pihak yang terkait dalam penanganan bencana baik Pemerintah Pusat (BNPB) maupun Pemerintah Daerah (BPBD) lebih siap, cepat dan tanggap dalam menghadapi ancaman bencana. b. Dapat menguatkan kelembagaan penanggulangan bencana dalam sarana dan prasarana di BPBD daerah. c. Dengan adanya penguatan berupa persiapan logistik dan peralatan di daerah, maka ketika terjadi bencana BPBD Propinsi/Kabupaten/Kota dapat mengantisipasi kejadian bencana atau dengan kata lain risiko bencana yang datang dapat dikurangi. Sasaran Strategis 5: Terlaksananya Peningkatan Kapasitas Pelayanan dan Kinerja Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Rata-rata Waktu Penyebaran Informasi Kejadian Bencana Indikator kinerja utama (IKU) selanjutnya adalah rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana. Pencapaian IKU pada sangat baik, yaitu sebesar 199%. Target rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana pada tahun selama 4,5 jam dan BNPB mampu merealisasikan dalam waktu rata-rata sudden on set dan slow on set 2,26 jam. Sementara itu, sebagai perbandingan target BNPB pada 2015 selama 5 jam dan 2019 nanti selama 3 jam. Berikut ini perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja pada tahun sebelumnya. Tabel 18: Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dan No Tahun Target Pencapaian Persentase jam 3,5 jam 155% 2 4,5 2,26 jam 150% jam jam N/A LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 79

89 BNPB menilai bahwa penyebaran data dan informasi sangat penting dengan latar belakang prinsip keselamatan jiwa dan seminimum mungkin kerugian dampak bencana. Target penerima dan pengguna data dan informasi tersebut adalah publik, seperti masyarakat dan media massa. Di samping itu, BNPB juga memandang mitra kerja seperti kementerian/lembaga, TNI, Polri, pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, organisasi masyarakat, lembaga donor, maupun dunia usaha yang memiliki kepedulian di bidang bencana untuk mendapatkan data dan informasi. Melihat pencapaian dalam penyebaran data dan informasi, BNPB menggunakan media atau kanal yang dapat diakses secara mudah oleh publik. Penyebaran data dan informasi bencana yang dilakukan melalui beberapa media, sebagai berikut: 1. Sosial media (Whatsapp, Instagram, Twitter, Facebook, Line) 2. Sistem Informasi/Aplikasi (website BNPB, InAWARE, Pantauan Bencana, Geospasial) 3. Pendekatan Media Massa (konferensi pers, siaran pers) Secara ringkas, alur data dan informasi yang disebarkan kepada publik bersumber dari monitoring room BNPB, pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat provinsi, kabupaten/kota, pejabat BPBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota serta stakeholders, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi. Data dan informasi dari Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB digunakan sebagai acuan informasi oleh media massa dalam bentuk berita di media online, running text di televisi serta berita di media konvensional, seperti koran. Pada era teknologi informasi, media sosial merupakan kanal yang paling efektif dalam penyebaran data dan informasi kejadian bencana. Cara kerja penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang cepat dilakukan yaitu BNPB membroadcast berita via Whatsapp dan media massa menerbitkan berita berdasarkan sumber BNPB tersebut. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 80

90 Media sosial Whatsapp mampu menyimpan 250 database kontak wartawan dari media massa lokal, nasional maupun internasional. Strategi Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB mengganti media sosial dari Blackberry Messenger (BBM) ke Whatsapp karena beberapa hal sebagai berikut: 1. Aplikasi lebih popular dan mudah dalam penggunaan untuk berkomunikasi via smartphone 2. Kemampuan untuk mengirimkan text dengan karakter tidak terbatas, gambar, suara dan video 3. Kapasitas penyimpan contact person besar di dalam grup. Melalui media atau kanal yang dimiliki BNPB, informasi dapat disampaikan secara cepat kepada masyarakat, khususnya kejadian bencana, upaya penanganan dan perkembangan terkini pascabencana. Rata-rata penyebaran informasi kebencanaan slow on set adalah 3 jam 10 menit dan sudden on set adalah 1 jam 43 menit. Kecepatan penyebaran informasi ini didukung oleh penyampaian laporan kejadian bencana yang cepat dari daerah ke pusat. Hal ini tidak terlepas dari bantuan Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB ke BPBD-BPBD di tingkat daerah berupa peralatan radio komunikasi, teknologi informasi, pembentukan pusat pengendali operasi dan mobil komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan mudahnya masyarakat dalam mengakses berita membuat penyampaian informasi kebencanaan lebih cepat sampai kepada masyarakat. Peningkatan Penyebaran Informasi kejadian bencana yang dilakukan BNPB: a. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian bencana slow on set (durasi waktu 5 jam pasca bencana) Penyebaran data dan informasi kejadian bencana slow on set mengarah kepada kejadian bencana yang sebelumnya dapat diprediksikan, seperti banjir, tanah longsor, dan erupsi gunung api. Sebagai contoh pada kejadian bencana erupsi gunungapi, lembaga yang berwenang, PVMBG Badan Geologi akan menetapkan status dan LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 81

91 rekomendasi terkait dengan gunungapi (umumnya kenaikan status diberlakukan pada durasi 1 2 jam kemudian sebelum kejadian). Data dan informasi yang berupa status dan rekomendasi tersebut mengalami proses analisis hingga pernyataan resmi pemerintah pertama ke publik melalui Whatsapp (khusus media massa), Twitter, dan website BNPB pada durasi 5 10 menit. Setelah itu, jika terjadi bencana, dalam durasi menit, pemerintah mengeluarkan pernyataan resmi kedua ke publik yang berisi analisis lebih lanjut berupa dampak dan penanggulangan kejadian bencana. Indikator yang digunakan dalam mengukur sasaran strategis ini adalah: Terbangun koordinasi dalam bentuk pertukaran data dan informasi antara BNPB, BMKG, PVMBG-Badan Geologi, Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), BPBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota serta mitra penanggulangan bencana, seperti Palang Merah Indonesia, Taruna Siaga Bencana, lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa, lembaga non-pemerintah, dan lembaga donor. Integrasi data kependudukan BPS dan informasi geospasial wilayah terdampak dari BNPB. Publik mendapatkan informasi terkini terkait tanggap darurat bencana di lokasi bencana. Tersebarnya informasi, yang bersumber dari BNPB, di media massa baik nasional maupun lokal. BNPB sebagai acuan media massa dalam menginformasikan kejadian bencana Dengan capaian ini informasi kejadian bencana bisa lebih cepat dari yang ditargetkan sehingga memungkinkan masyarakat atau para pemangku kepentingan untuk melakukan langkah-langkah antisipasi. Dengan demikian risiko bencana dapat dikurangi. Berikut ini beberapa penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang slow on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun yang bersumber dari BNPB, baik melalui Whatsapp (WA), konferensi pers dan website BNPB ( : LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 82

92 Tabel 19: Sebaran data dan informasi kejadian bencana yang slow on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun No Kejadian Bencana Waktu dari Jenis sumber Bencana informasi 1 Longsor Cianjur Info: BPBD Kabupaten Cianjur 2 Banjir Gorontalo Utara Info: BMKG 3 Karhutla Riau Info: LAPAN 4 Banjir Aceh Info: BMKG 5 Banjir Bima Info: BMKG 9 Maret WIB 9 Mei WIB 28 Agustus 7 November 23 Desember Wib WIB WIB Analisis Awal Pemicu kejadian Dampak Upaya Pemicu kejadian Dampak Upaya Potensi bencana Upaya Pemicu kejadian Dampak Upaya Pemicu kejadian Dampak Upaya Penyebaran Data dan Informasi Media (sampel) yang mengacu pada Waktu informasi BNPB ad//03/09/ /long sor.terjang.hotel.di.cianjur.pa da.tengah.malam 35/Dua-Orang-Terseret-Banjir- Bandang-di-Gorontalo-Utara 70/44-Hotspot-Karhutla- Sebabkan-Kualitas-Udara-Riau- Memburuk m/peristiwa/gnqxyook-lebih warga-terisolir-lantaranbanjir-menerjang-di-aceh-jaya donesia Durasi Waktu (jam) 9 Maret WIB 1 jam 21 menit 28 Agustus 9 Mei 28 Agustus 7 November 23 Desember WIB 4 jam 49 menit WIB 4 jam 48 menit WIB 5 jam WIB 2 jam 79 menit LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 83

93 Penyebaran data dan informasi kejadian bencana pada konteks slow on set Gambar 44: media sosial (Twitter) dan website ( LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 84

94 InAWARE ( Geospasial ( Gambar 45: InAware dan Geospasial LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 85

95 Gambar 46: Twitter dan Youtube BNPB b. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian bencana sudden on set (durasi waktu 1 jam pasca bencana) Penyebaran data dan informasi kejadian bencana sudden on set mengarah kepada kejadian bencana yang tidak dapat diprediksikan, seperti gempabumi. Sebagai contoh pada kejadian bencana gempabumi, lembaga yang berwenang, yaitu BMKG akan menginformasikan kejadian yang terjadi dalam durasi 5 menit kepada Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB dan Kepala BNPB. Kemudian Pusdalops melakukan pengecekan ke lokasi dan pemetaan otomatis dampak gempabumi tersebut. Ini memerlukan waktu 10 menit. Setelah itu, proses analisis awal hingga pernyataan resmi pemerintah awal dengan periode waktu yang dibutuhkan 5 10 menit. Pernyataan itu disebarluaskan kepada publik melalui Whatsapp (khusus media massa), twitter, facebook, dan website BNPB. Selanjutnya pemerintah memberikan pernyataan resmi kedua pada LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 86

96 publik dengan periode waktu menit. Pernyataan resmi kedua berisi analisis lebih lanjut berupa dampak dan penanggulangan. Indikator yang digunakan dalam mengukur sasaran strategis ini adalah: Terbangun koordinasi dalam bentuk pertukaran data dan informasi antara BNPB, BMKG, PVMBG, BIG, BPS, KLHK, BPBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota serta mitra penanggulangan bencana, seperti Palang Merah Indonesia, Taruna Siaga Bencana, lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa, lembaga non-pemerintah, dan lembaga donor. Integrasi data kependudukan BPS dan informasi geospasial wilayah terdampak dari BNPB. Akses secara online kejadian bencana dengan internet (InAWARE dan Pantauan Bencana) Publik mendapatkan informasi terkini terkait tanggap darurat bencana di lokasi bencana. Tersebarnya informasi, yang bersumber dari BNPB, di media massa baik nasional maupun lokal. BNPB sebagai acuan media massa dalam menginformasikan kejadian bencana Berikut ini beberapa penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang sudden on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun yang bersumber dari BNPB, baik melalui Whatsapp (WA), konferensi pers, dan website BNPB ( LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 87

97 Tabel 20: Sebaran data dan informasi kejadian bencana yang sudden on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun Kejadian Bencana Penyebaran Data daninformasi Durasi Media (Sampel) yang Waktu Analisis awal mengacu pada informasi Waktu (Jam) No Jenis Bencana 1 Gempa Sumba Barat Info:BMKG 2 Gempa Malang Info: BMKG 3 Gempa Garut Info: BMKG 4 Gempa Bengkulu Info: BMKG 5 Banjir Garut Info : BMKG 6 Gempa Pidie, Aceh Info : BMKG Waktu dari sumber informasi 12 Februari WIB 2 Maret WIB 6 April WIB 10 April WIB 21 September 7 Desember WIB WIB Kekuatan gempa Kondisi masyarakat Dampak korban dan kerusakan Monitoring BNPB Kekuatan gempa Monitoring BNPB Kekuatan gempa Kekuatan gempa Kondisi masyarakat Dampak korban dan kerusakan Pemicu banjir Upaya Kejadian (kekuatan, BNPB 5/Gempa-6,6-SR-Guncang- Sumba-Barat,-Komunikasi-Sulit- Dilakukan 0/Malang-Diguncang-Gempa- 5,2-SR-Masyarakat- Berhamburan 9/Gempa-6,1-SR-Guncang- Barat-Daya-Garut,-Terasa- Hingga-Jakarta 2/Gempa-5,9-SR-di-Bengkulu- Tidak-Berpotensi-Tsunami rita_indonesia//09/160921_i ndonesia_banjir_garut a/600319/52-orang-tewas-akibatgempa-pidie-jaya 12 Februari 2 Maret 6 April 10 April 21 September 7 Desember WIB WIB WIB WIB WIB WIB 51 menit 1 jam 20 menit 40 menit 1 jam 9 menit 6 jam 13 menit 1 jam 36 menit LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 88

98 No Jenis Bencana 7 Banjir Bandang Bima Info : BMKG 8 Gempa Maluku Info : BMKG Kejadian Bencana Waktu dari sumber informasi 21 Desember 21 Desember WIB WIB Analisis awal koordinat, spesifikasi gempa) Dampak Upaya Monitoring BNPB Dampak korban dan kerusakan infrastruktur Kejadian (kekuatan, koordinat, spesifikasi gempa) Dampak Upaya Penyebaran Data daninformasi Media (Sampel) yang mengacu pada informasi Waktu BNPB 0/Ribuan-Rumah-Terendam- Banjir-di-Bima ews//12/21/ /gem pa-6-6-sr-guncang-maluku-takberpotensi-tsunami 21 Desember 21 Desember WIB WIB Durasi Waktu (Jam) 2 jam 5 menit 24 menit LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 89

99 Live via stasiun televisi Konferensi pers Gambar 47: Live melalui TV dan Konferensi Pers Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 90

100 Sarana Prasarana Pendukung Kecepatan Informasi Kecepatan informasi mengenai bencana yang disebarkan oleh BNPB tergantung dari laporan kejadian bencana dari daerah ke pusat. Kejadian bencana yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia dipantau oleh Pusdalops yang bekerja selama 24 jam. Informasi dari daerah dapat secara cepat didapatkan karena bantuan peralatan teknologi informasi yang sangat mendukung. Berdasarkan data bencana BNPB, kecenderungan kenaikan kejadian bencana meningkat, salah satu faktor adalah pencatatan yang lebih baik dilakukan oleh BPBD di tingkat kabupaten dan kota. Informasi bencana yang didapatkan dari daerah, langsung disebarluaskan ke media massa melalui Whatsapp dan dimuat dalam website, twitter, ataupun facebook BNPB. Dukungan BNPB kepada BPBD dengan pembuatan pusdalops daerah, pemberian bantuan peralatan teknologi informasi dan mobil komunikasi sangat membantu dalam penyampaian informasi bencana. Selain itu, peningkatan sumberdaya di daerah juga dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan, sehingga sumber daya daerah semakin handal dalam pelaporan kejadian bencana. Tantangan BNPB yang berdiri sejak delapan tahun lalu terus berupaya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan penyebarluasan data dan informasi pada setiap kejadian bencana memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berbagai faktor yang melatarbelakangi karakteristik tersebut, seperti kondisi geografis terjadinya bencana, infrastruktur komunikasi setempat, kondisi masyarakat hingga sumberdaya lokal. BNPB melakukan penyebaran informasi kejadian bencana yang sifatnya slow dan sudden on set sepanjang tahun. Namun demikian, suatu tantangan khususnya dalam mengukur indikator yang bersifat kualitatif khususnya bagaimana perilaku dan pemahaman publik menyikapi informasi yang disampaikan oleh BNPB, baik secara langsung maupun melalui media massa. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 91

101 Di sisi lain, sebagai lembaga yang masih relatif baru, BNPB selalu membenahi diri dalam kapasitas sumber daya seperti keterampilan, pengetahuan, dan infrastruktur. Berikut ini beberapa tantangan yang dihadapi BNPB dalam menjawab target dari sasaran rencana strategis. Kecepatan penyebaran data dan informasi kejadian bencana dipengaruhi oleh alur data dan informasi dari lapangan ke pusdalops untuk kemudian diteruskan ke bagian Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB (khususnya terkait penyebaran informasi ke publik), kemudian data dan informasi tersebut diberikan dengan skala prioritas pada pimpinan BNPB sebagai pengambil kebijakan tanggap darurat. Tim lapangan dari unit kerja lain belum memiliki kapasitas dalam menganalisis kondisidi lokasi bencana secara spasial. Kondisi ini berpengaruh pada pembuatan peta geospasial tematik terkait kejadian bencana. Optimalisasi pendirian infrastruktur dan penyediaan jaringan internet sesaat setelah bencana. Belum ada prosedur baku atau standard operating procedure (SOP) untuk mendelegasikan secara cepat tim Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB ke lokasi bencana. Capaian Penyebaran Informasi untuk Kejadian Bencana dan Penurunan Risiko a. Dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pencapaian rata-rata yang melebihi target dalam penyebaran informasi kejadian bencana tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai antara lain dengan terbangunnya sistem informasi dan komunikasi yang handal pada seluruh fase bencana. BNPB selalu melakukan peningkatan dan penguatan kapasitas perangkat TIK di BNPB dan BPBD. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 92

102 Pembangunan pusdalops di 60 BPBD provinsi, kabupaten/kota adalah suatu upaya nyata dengan tujuan untuk mendukung penyebaran data dan informasi secara cepat, khususnya kepada BNPB dan publik, sehingga sasaran indeks resiko bencana turun di Indonesia. BNPB memberikan bantuan ke daerah berupa renovasi ruangan, meubeleir dan perangkat teknologi informasi untuk mendukung operasional petugas pusdalops di BPBD. Selain itu, penguatan dan pemeliharaan perangkat teknologi informasi di Data Center dengan perangkat yang diupgrade juga dapat membantu mengoptimalkan penyebaran data dan informasi lebih cepat, akurat dan menyeluruh kepada publik. Teknologi lain yang digunakan untuk penyebaran informasi kebencanaan adalah Çloud Computing, penggunaan sistem ini memiliki manfaat terpusatnya data dan fleksibelitas dengan skalabilitas yang tinggi. Kemudian rutinitas rollcall radio komunikasi dan video conference melalui Mondopad yang dilaksanakan setiap harinya oleh operator radio di BPBD merupakan aksi untuk penyebaran informasi yang efektif dan efisien. b. Respon Media Massa Melalui mesin monitoring, berita bencana yang bersumber dari BNPB sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilacak dengan kata kunci BNPB dan Sutopo Purwo Nugroho (selaku Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB). Sepanjang tahun, berita terkait bencana didominasi sumber BNPB dengan narasumber Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB. Ini menunjukkan bahwa BNPB sangat cepat dan responsif pada setiap kejadian bencana maupun informasi perkembangan terkini penanggulangan bencana di Indonesia. Data tersebut diakses pada seperti contoh pada Agustus dan Oktober. LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 93

103 Berdasarkan narasumber dan jumlah pada berita bencana Agustus Gambar 48: Rekapitulasi Narasumber dan Jumlah Berita Bencana LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 94

104 Oktober Gambar 49: Rekapitulasi Media Online Yang Memberitakan BNPB LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 95

105 Gambar 50: Rekapitulasi Narasumber oleh Media c. Diorama Edukasi Bencana BNPB tidak hanya melakukan penyebaran data dan informasi ke publik pada konteks kejadian bencana, tetapi juga penyebaran informasi prabencana. Kegiatan unggulan yang saat ini menjadi trending topik yaitu diorama edukasi bencana. Diorama edukasi bencana merupakan media untuk meningkatkan pemahaman kepada publik terkait risiko dan penanggulangan bencana di Indonesia. Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB mencatat kelompok pengunjung sangat beragam, mulai dari siswa sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), LAPORAN KINERJA BNPB TAHUN 96

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT

TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT Sesuai UU No: 24 Thn 2007 Pasal 4, Badan Penanggulangan Bencana Daerah memiliki tugas : 1. Menetapkan pedoman dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalisasi

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DESA YANG BERBASIS PENGURANGAN RISIKO BENCANA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DESA YANG BERBASIS PENGURANGAN RISIKO BENCANA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DESA YANG BERBASIS PENGURANGAN RISIKO BENCANA DISAMPAIKAN OLEH : EKO PUTRO SANDJOJO MENTERI DESA, PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk memberikan arah dan pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar menyusun dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembentukan,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG DUNIA USAHA TANGGUH BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BUPATI KARANGANYAR, ESA Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

INTEGRASI RPB dalam PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

INTEGRASI RPB dalam PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional INTEGRASI RPB dalam PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan oleh: Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal,

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB II VISI : Masyarakat Gorontalo yang Siaga dan Terlindung dari Ancaman Bencana. 2.1 RENCANA STRATEGIS 2.1.

PERENCANAAN KINERJA BAB II VISI : Masyarakat Gorontalo yang Siaga dan Terlindung dari Ancaman Bencana. 2.1 RENCANA STRATEGIS 2.1. 2.1 RENCANA STRATEGIS 2.1.1 Visi Visi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2016 adalah Masyarakat Gorontalo yang siaga dan terlindung dari ancaman bencana VISI : Masyarakat Gorontalo yang Siaga dan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 19/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGADA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGADA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGADA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGADA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN WAKATOBI BAGIAN HUKUM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 43 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 43 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 43 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATAKERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 SABID UAK SADAYU A NG T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN TAHUN 2010-0

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja a. Program : Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH TAHUN 26-22 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 7 Banyuwangi Jawa Timur Bpbd.banyuwangikab.go.id

Lebih terperinci

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2013 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BOGOR Diundangkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PRESIDEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA

PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA 14 DESEMBER 2016 DISIAPKAN OLEH : DIREKTORAT PRB, BNPB INDONESIA DAN BENCANA Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang

Lebih terperinci

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 Direncanakan oleh : Kasubbag Kelembagaan, IBRAHIM, S. Sos NIP. 520 010 396 Disetujui oleh : Kepala Bagian Organisasi, TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan

PELAKSANAAN PROGRAM Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan PELAKSANAAN PROGRAM Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BNPB Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Bidakara Hotel Jakarta, 9 Maret 2014 PROGRAM DALAM RENAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

HASIL RUMUSAN KOMISI A BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

HASIL RUMUSAN KOMISI A BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI HASIL RUMUSAN KOMISI A BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI 1. Pemerintah daerah bertanggungjawab dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam wilayahnya, yang meliputi pengalokasian dana,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH SALINAN NOMOR 44, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang

Lebih terperinci

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Menimbang Mengingat QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH JAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa dengan limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN DARI DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL MEWAKILI MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015 BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT OPERASIONAL DAN UNIT PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KAPUAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

Lebih terperinci

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOMBANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman.

BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman. No.1421, 2014 BNPB. Logistik. Inventarisasi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN INVENTARISASI LOGISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa secara geografis,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

DATA & PROFIL BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PIDIE 2014/2015 PROGRAM YANG TELAH, SEDANG DAN AKAN DI LAKUKAN

DATA & PROFIL BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PIDIE 2014/2015 PROGRAM YANG TELAH, SEDANG DAN AKAN DI LAKUKAN DATA & PROFIL BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PIDIE 2014/2015 PROGRAM YANG TELAH, SEDANG DAN AKAN DI LAKUKAN Nama SKPD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Alamat : Jalan Lingkar SugiBlang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 1 PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 T E N T A N G BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci