ANALISIS KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA BURUH WANITA DI PERUSAHAAN MAKANAN BEKU (COLD STORAGE) PT X BELAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA BURUH WANITA DI PERUSAHAAN MAKANAN BEKU (COLD STORAGE) PT X BELAWAN"

Transkripsi

1 ANALISIS KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA BURUH WANITA DI PERUSAHAAN MAKANAN BEKU (COLD STORAGE) PT X BELAWAN Halinda Sari Lubis, Evawany Aritonang Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Abstract Iron deficiency anemia is a problem under nutrition in Indonesia and woman laborer are community that have high risk to that deficiency because low iron consumption in their food everyday. Many researches proved that anemia in woman laborer have low productivity than in non anemia laborer. This research aim to analysis hemoglobin blood level to 40 woman laborer in food cold storage company in Belawan with cross sectional study. Data consists of: laborer characteristic (age, and income), and anemia status that analysis in descriptive. Analysis of anemia status has been done with take vena blood by laboratory analyst and analysis of HB level with cyanmethemoglobin method in Local Health Laboratory, Health Department in Medan. This research showed that 57% woman laborer have normal nutritional status (IMT: 18-25); 25% have under nutrition (IMT: < 18); 12.5% have over nutrition (IMT: 25-27); and 5% in obese (IMT: > 27). Beside that 42.5% woman laborer in anemia condition (Hb level < 12 gr/dl) and 57.5% did not have anemia (Hb level 12 gr/dl). This research recommend to the company to give extra food to their laborers regularly in order to increase their energy and iron consumption. It will be hope to prevent anemia that could be reduce productivity. Another recommendation from this survey is to do analysis (measurement) Hb level regularly so that will be suggestion to take curative action and preventive action in anemia to the woman laborers. Keywords: Woman laborer, anemia, hemoglobin blood level, nutritional status PENDAHULUAN Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia yang disebabkan kekurangan zat besi disebut dengan anemia gizi besi oleh karena zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb atau sel darah merah. Kelompok masyarakat yang rawan terkena anemia adalah bayi, balita, remaja, wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui. Di Indonesia prevalensi anemia pada kelompok umur ini relative besar yaitu berkisar 40-57% (Depkes, 2003). Kurangnya konsumsi zat besi pada masyarakat Indonesia disebabkan lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang lebih rendah kandungan zat besinya daripada makanan hewani yang tinggi kandungan zat besi, sehingga sangat beresiko terhadap terjadinya anemia. Keadaan ini diakibatkan kemampuan ekonomi yang rendah. Pangan nabati relative lebih murah dibandingkan pangan hewani. Dampak anemia pada anak-anak dapat menyebabkan rendahnya kemampuan belajar, menghambat pertumbuhan fisik, dan meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun. Sedangkan pada wanita, anemia ini dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja, turunnya kebugaran, dan turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah sakit. Buruh wanita merupakan kelompok masyarakat yang sangat berisiko terhadap terjadinya anemia karena konsumsi zat besi yang rendah dalam pola makannya sehari-hari. Riset yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Menteri Urusan Peranan Wanita mengungkapkan bahwa sekitar 50% dari 25 juta pekerja wanita di Indonesia menderita anemia gizi besi yang disebabkan konsumsi makanan bergizi yang rendah karena upah yang mereka terima masih rendah. Anemia pada pekerja wanita ini dapat menurunkan produktivitas kerja mereka karena berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pada pekerja yang anemia mempunyai produktivitas kerja yang lebih rendah dibandingkan pekerja yang tidak anemia. 58

2 Berdasarkan masih tingginya prevalensi anemia pada pekerja wanita, pemerintah merekomendasikan agar perusahaan memberikan vitamin dan obat cacing pada pekerjanya. Rekomendasi ini dituangkan dalam SKB (Surat Keputusan Bersama) antar tiga instansi yaitu Departemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Menteri Urusan Peranan Wanita. Perusahaan penanganan makanan beku di Belawan merupakan salah satu perusahaan yang banyak mempekerjakan wanita. Penanganan makanan beku meliputi pembersihan ikan, penyortiran, dan pengepakan yang dilakukan pada ruangan dingin (10 0 C). Kondisi yang dingin ini membutuhkan kalori yang tinggi untuk mengantisipasi suhu tubuh sehingga menuntut konsumsi pangan yang cukup kalori. Rendahnya konsumsi pangan akan beresiko terhadap banyaknya kasus gizi kurang dan gizi buruk pada pekerja dan resiko terjadinya anemia. Selain itu juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Hal ini semuanya berdampak terhadap penurunan produktivitas kerja buruh wanita sehingga merugikan bagi perusahaan. Survey awal yang dilakukan pada perusahaan makanan beku ini menemukan bahwa banyak pekerja wanita yang mengalami keluhan pusing, pucat, menggigil, tangan dan kaki kaku, serta lemas. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah untuk mengetahui status anemia hampir tidak pernah dilakukan oleh perusahaan terhadap tenaga kerjanya. Hal ini juga dijumpai pada perusahaan penanganan makanan beku di Belawan yang banyak mempekerjakan wanita yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kadar Hb. Disisi lain perusahaan selalu menuntut produktivitas tinggi dari tenaga kerjanya. Adanya pemeriksaan kadar hemoglobin untuk deteksi anemia merupakan hal yang sangat penting bagi buruh wanita ini agar dapat mengambil tindakan yang tepat agar keadaan anemia ini tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi bagi pekerja maupun bagi perusahaan. Perumusan Masalah Pemeriksaan kadar hemoglobin darah pada tenaga kerja wanita tidak pernah dilakukan sehingga dapat dianalisis sebagai factor penyebab banyaknya prevalensi gizi kurang ataupun gizi buruk serta keluhan sakit yang terjadi pada tenaga kerja wanita di Perusahaan Makanan Beku (Cold Storage) PT X Belawan. Tinjauan Pustaka Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) sehingga disebut anemia gizi besi (Saidin. M, dkk, 2003). Stoltzfus, R.J (2003) menyatakan anemia gizi besi juga dapat terjadi karena: 1. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) seperti sayuran hijau tua yang walaupun kaya akan zat besi namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus. 2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam. Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri. Pada penderita penyakit menahun seperti TBC. 3. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita: Kecacingan terutama cacing tambang. Infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus, mesekipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi. Malaria pada penderita anemia giz besi dapat memperberat keadaan anemianya. Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah. Sumarmo I., dkk (1996) menyatakan bahwa pada umumnya wanita dan remaja putri sering menderita anemia yang disebabkan: 1) Pada umumnya masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati dibandingkan hewani sehingga masih banyak yang menderita anemia. 2) Wanita lebih jarang mengkonsumsi makanan hewani dan sering melakukan diit pengurangan makan karena ingin langsing. 59

3 3) Mengalami haid setiap bulan sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak daripada pria. Oleh karena itu wanita cenderung menderita anemia dibandingkan dengan pria. Tanda-tanda anemia (WHO, 1996): Lesu, lemah, letih, lelah, lalai (5 L) Sering mengeluh pusing dan mata berkunangkunang Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Walter, T (2003) mengemukakan dampak anemia pada berbagai kelompok usia yaitu: Anak-anak: Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak Meningkatkan resiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Wanita: Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit. Menurunkan produktivitas kerja Menurunkan kebugaran Remaja putri: Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal Menurunkan kemampuan fisik olahragawati Mengakibatkan muka pucat Ibu hamil: Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan Meningkatkan resiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah (< 2,5 Kg) Pada anemia berat bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan atau bayinya Cara Mencegah dan Mengobati Anemia (Yip and Dalman, 1996): 1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi Konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe) Konsumsi sayuran dan buah yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. 2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD). 3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti kecacingan, malaria dan penyakit TBC. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui dan menganalisis kadar hemoglobin darah pada buruh wanita di perusahaan makanan beku (cold storage) sebagai deteksi kejadian anemia (status anemia) yang menimbulkan dampak terhadap berbagai keluhan sakit dan status gizi. 2. Manfaat Penelitian: Memberikan informasi status anemia buruh wanita pada perusahaan sehingga perusahaan dapat menindak lanjuti dalam upaya perbaikan status gizi pekerja, penanganan keluhan sakit dan peningkatan produktivitas kerja. Pada pemerintah khususnya Departemen Kesehatan memberikan informasi status anemia yang terjadi pada buruh wanita sehingga dapat menindak lanjuti dalam program-progam perbaikan status gizi masyarakat. METODE PENELITIAN 1. Lokasi: Perusahaan penanganan makanan beku (cold storage) di Belawan kota Medan dengan alasan: Belum pernah dilakukan pemeriksaan kadar Hb pada pekerja. Adanya keluhan menggigil, kurang koordinasi, pucat, kulit dingin pada beberapa pekerja Pekerja terpapar suhu dingin 5 0 C 10 0 C 7 jam setiap hari dengan 6 hari kerja dalam 1 minggu 2. Jenis Penelitian: survey dengan desain cross sectional study. 3. Populasi: adalah seluruh pekerja yang bekerja di bagian cold storage yaitu 40 orang. Sampel: total sampel yaitu direncanakan 40 orang dengan criteria inklusi bersedia 60

4 melakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar Hb. 4. Metoda Pengumpulan Data 1. Jenis Data Data dalam penelitian ada 2 yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dengan mengukur ataupun observasi langsung. Data primer terdiri dari: karakteristik pekerja (umur, jenis kelamin, pendapatan), keluhan sakit, dan status anemia pekerja. Data sekunder merupakan data yang diambil dengan mengutip dari institusi lain yaitu Perusahaan Cold Storage. Data sekunder terdiri dari jumlah pekerja, jenis kegiatan, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 2. Cara Pengumpulan Data Karakteristik pekerja dan keluhan sakit dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Sedangkan penilaian status anemia dilakukan dengan pengambilan darah dan analisa kadar HB menggunakan metode cyanmethemoglobin. Pengambilan darah dilakukan oleh Laboran dan analisis kadar Hb dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Departemen Kesehatan di Medan. 5. Analisa Data Data yang dikumpulkan disajikan dalam distribusi frekuensi dan dianalisa secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Pekerja Berdasarkan karakteristik pekerja diketahui bahwa 36 orang (90%) pekerja berada pada usia reproduksi sehat yaitu tahun. Sedangkan 3 orang (7,5%) berusia 38 tahun dan 1 orang (2,5%) berusia 48 tahun. Pada usia reproduksi sehat ini wanita sangat berisiko anemia karena adanya siklus haid setiap bulan ataupun adanya kehamilan dan menyusui sehingga kadar Hb menjadi hal yang sangat penting diperhatikan untuk mencegah dampak buruk akibat anemia tersebut. Usia pekerja wanita yang paling muda dalam penelitian ini adalah 18 tahun dan usia pekerja wanita yang paling tua adalah 48 tahun. Selain itu rata-rata berat badan pekerja wanita adalah 51,7 kg dengan berat badan minimum adalah 38 kg dan berat badan maksimum adalah 72 kg. Tinggi badan rata-rata pekerja wanita adalah 153,7 cm dengan tinggi badan minimum adalah 145 cm dan tinggi badan maksimum adalah 163 cm. Tabel 1. Karakteristik Pekerja Karakteristik Ratarata Minimum Maksimum 1. Umur (tahun) 25, Berat Badan (kg) 51, Tinggi Badan (cm) 153, Status Gizi Pekerja Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indicator status gizi pada orang dewasa yang diukur dengan rumus rasio berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) 2 yang dibagi atas status gizi kurang, status gizi normal (baik), status gizi lebih, dan status gizi obesitas. Pada Tabel 2 terlihat status gizi pekerja berdasarkan IMT. Tabel 2. Status Gizi Pekerja Berdasarkan Indeks Massa Tubuh No. Status Gizi berdasar IMT N % 1. Kurang (IMT: < 18) 10 25,0 2. Baik (IMT: 18-25) 23 57,5 3. Lebih (IMT: 26-27) 5 12,5 4. Obes (IMT: > 27) 2 5,0 Total Status Anemia berdasarkan Kadar Hb Kadar Hb (hemoglobin) merupakan indicator status anemia dimana bila kadar Hb < 12 gr/dl dikatakan dengan anemia sebaliknya bila kadar Hb 12 gr/dl dikatakan tidak anemia. Dalam penelitian ini bila dilihat berdasarkan rata-rata Hb maka tidak ada satu orangpun pekerja wanita yang mengalami anemia. Rata-rata kadar Hb pekerja wanita adalah 12,3 gr/dl. Sedangkan bila dilihat distribusi kadar Hb dengan ambang batas 12 gr/dl maka akan terlihat jumlah pekerja wanita yang anemia dan jumlah pekerja wanita yang tidak anemia yang terlihat pada Tabel 3. Kadar Hb minimum dalam penelitian ini adalah 10,1 gr/dl dan kadar maksimum adalah 14,6 gr/dl. Tabel 3. Distribusi Pekerja Wanita Berdasarkan Kadar Hb No Status Anemia berdasar N % Kadar Hb 1. Anemia (Hb: < 12 gr/dl) 17 42,5 2. Tidak Anemia (Hb: ,5 gr/dl) Total Dari Tabel 3 terlihat bahwa prevalensi anemia pada pekerja wanita dalam penelitian ini cukup tinggi yaitu 42,5%. Prevalensi anemia dalam penelitian ini sama seperti apa yang dikemukakan 61

5 oleh Departemen Kesehatan yaitu bahwa di Indonesia prevalensi anemia berkisar 40-57% (Depkes, 2003). Beberapa studi yang meneliti prevalensi wanita pada wanita juga menemukan tingginya prevalensi anemia seperti studi Dijkhuizen et al (2001) di Bogor menemukan 52% ibu menyusui anemia. Studi Aritonang. E (2007) juga menemukan 33,9% ibu menyusui di Bogor mengalami anemia. Selain itu riset yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Menteri Urusan Peranan Wanita mengungkapkan bahwa sekitar 50% dari 25 juta pekerja wanita di Indonesia menderita anemia gizi besi yang disebabkan konsumsi makanan bergizi yang rendah karena upah yang mereka terima masih rendah. Anemia pada pekerja wanita ini dapat menurunkan produktivitas kerja mereka karena berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pada pekerja yang anemia mempunyai produktivitas kerja yang lebih rendah dibandingkan pekerja yang tidak anemia (Karyadi, 1989; Suhardjo, 1993). Dalam penelitian ini terlihat bahwa terjadinya kejadian anemia pada pekerja wanita ini disebabkan karena konsumsi zat besi yang kurang. Meskipun tidak dilakukan analisis zat besi dari konsumsi pangan namun berdasarkan pengamatan terhadap pola makan pekerja wanita tersebut pada saat penelitian terlihat bahwa konsumsi pangan mereka sangat rendah kandungan zat besinya. Pada saat buruh wanita istirahat makan siang peneliti melihat bahwa hampir seluruhnya pekerja mengkonsumsi nasi dengan lauk pauk seadanya bahkan cenderung sangat minim seperti tahu, tempe, ikan asin, ataupun ikan basah tetapi ukuran kecil. Bekal nasi untuk makan siang tersebut mereka bawa dari rumah. Minimnya lauk pauk yang dikonsumsi dikarenakan keberadaan ekonomi pekerja wanita tersebut yang rendah sehingga dengan keadaan harga-harga makanan saat ini yang mahal membuat pemenuhan konsumsi pangan yang layak ataupun cukup kandungan zat besi menjadi sangat sukar untuk diwujudkan. Pangan dengan kandungan zat besi tinggi umumnya berasal dari pangan hewani yang harganya lebih mahal dibanding pangan nabati. Pada tenaga kerja wanita yang berisiko tinggi terhadap anemia disebabkan masih dalam usia reproduksi dan setiap bulan mengalami haid, maka dengan pendapatan yang rendah tidak dapat memenuhi kecukupan besi dari konsumsi pangan. Selain itu kondisi pekerjaan tenaga kerja wanita di ruangan cold storage dalam penelitian ini menuntut asupan energi yang tinggi. Suhu di tempat kerja tenaga kerja adalah 10 0 C. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa tenaga kerja banyak yang mengalami kekakuan tangan dan kaki saat bekerja dikarenakan udara dingin di ruangan cold storage tersebut, demam, bahkan pusing dan mual. Adanya keluhan-keluhan yang disampaikan merupakan gejala-gejala anemia. Gejala-gejala anemia tersebut dapat mengurangi kecepatan dalam bekerja bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja yang dapat membahayakan keselamatan jiwa pekerja tersebut. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan kerugian bukan saja pada pihak perusahaan karena berkurangnya produktivitas pekerja bahkan juga bagi pekerja itu sendiri. Berkurangnya produktivitas pekerja pada beberapa perusahaan dapat berdampak pada pengurangan upah kerja bahkan dapat memberhentikan pekerja dari perusahaan. Salah satu upaya untuk mencegah anemia pada pekerja adalah dengan memberikan makanan tambahan pada pekerja terutama makanan dengan kandungan besi tinggi. Perusahaan cold storage dalam penelitian ini ada juga memberi makanan tambahan pada pekerjanya tetapi tidak rutin. Tidak dapat dipastikan pada periode kapan pekerja mendapat makanan tambahan tersebut. Wawancara terhadap pekerja wanita menyatakan bahwa sepertinya terserah perusahaan saja kapan memberi makanan tambahan. Dalam periode satu tahun yang lalu pekerja wanita hanya mendapat makanan tambahan hanya 3 kali dengan jenis makanan tambahan adalah susu dan kacang hijau. Tabel 4. Tabulasi Silang Status Anemia Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Status Anemia berdasar Kadar Hb Status Gizi berdasar Indeks Massa Tubuh Kurang (IMT: < 18) Baik (IMT: 18-25) Lebih (IMT: 26-27) Obes (IMT: > 27) Total N % N % N % N % N % Anemia 10 58, ,29 1 5,88 0 0, (Hb: < 12 gr/dl) Tidak Anemia (Hb: 12 gr/dl) 5 21, , ,04 1 4, Total 15 37, ,0 4 10,0 1 2, Tabulasi silang status anemia dengan indeks massa tubuh menunjukkan bahwa 29% pekerja wanita yang anemia mempunyai status gizi kurang meskipun pekerja wanita yang anemia ada juga yang mempunyai status gizi baik yaitu 35% dan 6% berstatus gizi lebih. Sebaliknya pada pekerja yang 62

6 tidak anemia, 21% mempunyai status gizi kurang, 60% berstatus gizi baik, 13% berstatus gizi lebih, dan 4% berstatus gizi obes. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja yang anemia lebih banyak mempunyai status gizi kurang yaitu 58,8%, sebaliknya pada pekerja yang tidak anemia hanya 21,7% yang mempunyai status gizi kurang bahkan 4,35% mempunyai status gizi obes. Ukuran fisik yang terlihat dari berat badan dan tinggi badan memang merupakan dampak konsumsi gizi tetapi lebih kepada konsumsi energi. Sedangkan anemia merupakan dampak kurangnya konsumsi zat besi. Meskipun kondisi ukuran tubuh bukan factor mutlak terhadap kejadian anemia, akan tetapi dapat berdampak terhadap penurunan berat badan bila anemia tersebut dibarengi dengan timbulnya rasa sakit seperti demam, pusing, dan infeksi lainnya yang menurunkan selera makan yang akhirnya berdampak terhadap penurunan asupan makan. 4. Keluhan Sakit yang Dialami Pekerja Wanita Keluhan sakit merupakan rasa sakit yang bisa terjadi karena kondisi pekerjaan tertentu ataupun karena keadaan kesehatan yang kurang baik. Kondisi pekerjaan yang dingin menuntut asupan kalori yang tinggi untuk menghasilkan panas tubuh sehingga dapat mentralisir suhu dingin. Selain itu kesehatan yang kurang baik yang diakibatkan kurangnya konsumsi pangan mengakibatkan tubuh tidak dapat bekerja optimal terutama konsumsi pangan yang kurang asupan zat besi berdampak terhadap kondisi tubuh yang lemah tak bertenaga. Tabel 5 menunjukkan berbagai keluhan sakit yang dialami pekerja wanita pada keadaan satu minggu terakhir pada saat penelitian. Tabel 5. Distribusi Pekerja Wanita Berdasarkan Keluhan Sakit No Keluhan Sakit N % 1. Lemas 17 42,5 2. Menggigil 23 57,5 3. Pucat 12 30,0 4. Tangan dan Kaki Kaku 27 67,5 5. Pusing 30 75,0 6. Demam 10 25,0 kaku, menggigil, dan lemas. Sebaliknya keluhan sakit yang paling sedikit dialami pekerja wanita adalah demam. Berdasarkan distribusi keluhan sakit yang dialami pekerja wanita terlihat bahwa seorang pekerja wanita tidak hanya mempunyai satu keluhan sakit saja, akan tetapi dapat mengalami dua atau lebih keluhan sakit. Keluhan sakit yang dialami oleh pekerja wanita ini sebagian besar merupakan dampak anemia gizi besi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan tabulasi silang status anemia dengan banyaknya keluhan sakit diketahui bahwa pekerja wanita yang mempunyai kadar Hb < 12 (anemia) cenderung banyak mengalami keluhan sakit. Sebaliknya pada pekerja wanita yang tidak anemia kebanyakan tidak mempunyai keluhan sakit. Hal ini berarti anemia yang diderita pekerja wanita merupakan penyebab dari keluhan sakit yang dialami pekerja wanita tersebut selama ini. Salah satu peran zat besi dalam metabolisme tubuh adalah meningkatkan imunitas dan resistensi terhadap infeksi. Anemia akan berdampak terhadap mekanisme yang mengatur suplai oksigen ke jaringan yaitu ekstraksi oksigen dari hemoglobin oleh jaringan dan redistribusi aliran darah ke berbagai organ penting. Pada pekerja yang mengalami keluhan pusing dan lemas disebabkan defisiensi besi yang mengakibatkan kerusakan produksi energi oksidatif dalam otot skeletal yang menunjukkan berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas dengan lama, berkurangnya oksidasi glukosa secara efisien dan tingginya penggunaan jalur glukogenik dimana laktat dari otot diubah menjadi glukosa dalam hati (Yip and Dallman, 1996). Pada pekerja yang mempunyai keluhan menggigil, tangan dan kaki kaku hal ini berkaitan dengan terganggunya fungsi pengaturan suhu tubuh. Defisiensi zat besi akan mengakibatkan berkurangnya sekresi TSH (Thyroid Stimulating Hormon) dan hormone tiroid sehingga terganggunya (rusaknya) produksi panas yang terlihat sebagai hasil dari anemia. Dari Tabel 5 terlihat bahwa keluhan sakit yang paling banyak dialami oleh pekerja wanita adalah pusing. Setelah itu adalah tangan dan kaki Tabel 6. Tabulasi Silang Status Anemia berdasarkan Keluhan Sakit Status Anemia berdasar Kadar Hb Banyaknya Keluhan Sakit Tidak Ada Satu Keluhan Dua Keluhan Tiga Total 63

7 Keluhan Keluhan N % N % N % N % N % Anemia 2 11, , , , (Hb: < 12 gr/dl) Tidak Anemia (Hb: 12 gr/dl) 17 73, ,39 2 8, KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1. Pekerja yang anemia lebih banyak mempunyai status gizi kurang (58,8%) dibanding pekerja yang tidak anemia mempunyai status gizi kurang 21,7%. 2. Lebih banyak pekerja yang tidak anemia mempunyai status gizi baik (60,87%) dibanding pekerja anemia yang hanya mempunyai status gizi baik 35%. 3. Pekerja yang anemia lebih banyak mempunyai keluhan sakit baik satu keluhan atau lebih dibanding pekerja yang tidak anemia ,% pekerja wanita mempunyai status gizi baik (IMT: 18-25); 25% mempunyai status kurang (IMT: < 18); 12,5% mempunyai status gizi lebih (IMT: 25-27); dan 5% mempunyai status gizi obes (IMT: > 27) ,5% pekerja wanita mengalami anemia (kadar Hb < 12 gr/dl) dan 57,5% pekerja wanita tidak mengalami anemia (kadar Hb 12 gr/dl). 2. Saran Terhadap Perusahaan 1. Memberikan makanan tambahan bagi pekerja secara teratur sebagai upaya peningkatan konsumsi pangan terutama pangan dengan kebutuhan energi dan zat besi yang bertujuan untuk memenuhi kecukupan gizi pekerja sehingga bisa menghindari kejadian anemia yang akan menurunkan produktivitas kerja pada akhirnya. 2. Pemeriksaan status anemia secara berkala sebagai pemantauan kejadian anemia sehingga dapat mengambil upaya-upaya pengobatan dan pencegahan kejadian anemia pada pekerja Terhadap Pekerja 1. Memakai pakaian yang tebal ketika bekerja di ruangan dengan suhu dingin (cold storage) untuk mencegah efek dingin yang dapat menimbulkan gangguan dalam pekerjaan ataupun gangguan kesehatan yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja. 2. Mengupayakan pemilihan makanan-makanan dengan kandungan zat besi tinggi secara tepat sesuai dengan kemampuan dana yang ada. Terhadap Kebijakan Gizi dan Kesehatan 1. Adanya program pemberian tablet besi, pemberian makanan tambahan pada pekerja dalam upaya penanggulangan kejadian anemia ataupun dalam rangka penurunan prevalensi anemia di Indonesia. 2. Dilakukannya pemeriksaan kadar hemoglobin darah secara berkala sebagai data dasar prevalensi anemia maupun dalam upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang prevalensinya relative tinggi pada pekerja wanita di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Aritonang. E Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi pada Ibu Menyusui terhadap Kadar Zink dan Besi ASI serta Pertumbuhan Linier Bayi. Disertasi tidak dipublikasikan. Institute Pertanian Bogor Departemen Kesehatan RI Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat Jakarta Departemen Kesehatan RI Gizi dalam Angka. Jakarta Dinas Kesehatan Kota Medan Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Saidin. M, Yusuf. M, Moecherdiyantingsih, Sukati, dan Komala Efektivitas Fortifikasi Mie Instan dengan Zat Besi dan Vitamin A terhadap Peningkatan Kadar Hb dan Feritin Serum Ibu Hamil. Penelitian Gizi dan Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Bogor Seksi Pangan dan Gizi Kota Medan Evaluasi dan Kegiatan Seksi Pangan dan Gizi Kota Medan Tahun 2005 Stoltzfus, R.J Iron Deficiency: Global Prevalence and Consequences. Food and Nutrition Bulletin Supplement Vol 24 No 4, 64

8 2003 Supplement: Proceedings of The Colloqium Unlocking The Potential of The Worlds Children through Sustainable Fortification and Public Private Partnership Cincinnati, Ohio, USA October 2002 Walter Thomas Effect of Iron Deficiency Anemia on Cognitive Skills and Neuromaturation in Infancy and Childhood. Food and Nutrition Bulletin 2004 Vol 24 Supplement. United Nation University World Health Organization (WHO) Trace Elements in Human Health and Nutrition. Geneva. Yip and Dalman Present Knowledge in Nutrition. Editors Ekhard, Ziegler, and Filerh. Seventh Edition. ILSI Press. Washington, DC 65

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia A. Topik : Sistem Hematologi B. Sub Topik : Anemia C. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan peserta diharapkan dapat mengtahui cara mengatasi terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Intik gizi yang tidak cukup dan infeksi merupakan penyebab langsung gizi kurang pada bayi dan anak (UNICEF, 1999). Hal ini berdampak tidak saja terhadap kekurangan gizi makro

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anemia Gizi Besi (AGB) masih menjadi masalah gizi yang utama di Indonesia. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia merupakan masalah yang sering ditemui pada remaja putri. Remaja putri termasuk dalam kelompok

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu masalah gizi wanita yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kondisi berbahaya yang sering dialami ibu hamil adalah anemia. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang asupan zat besi,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Sedangkan anemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Ibu yang sedang hamil mengalami proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan fetus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan masalah dunia, dengan prevalensi tertinggi di negara sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat. Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan terbatasnya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007). 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa kesehatan yang optimal manusia tidak dapat melakukan semua aktifitas kesehariannnya dengan sempurna.perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi anak usia sekolah disebabkan adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), 111 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bangsa akan maju dan mandiri jika manusianya berkualitas. Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas antara

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi 2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan kurang lebih 2,15 milyar orang di dunia menderita anemia dengan prevalensi kejadian anemia dengan prosentase bayi dan anak < 2 tahun (48%), anak sekolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Hemoglobin merupakan protein berpigmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru dalam periode pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa perubahan atau peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN 2003 Zulhaida Lubis Posted: 7 November 2003 STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN Oleh :Zulhaida Lubis A561030051/GMK e-mail: zulhaida@.telkom.net Pendahuluan Status gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah kadar hemoglobin 1. Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di seluruh dunia,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 Resa Valentri*, Dessy Hertati, Nobella Kristia Angelina Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pesantren merupakan salah satu tempat potensial untuk mengembangkan strategi sadar pangan dan gizi. Santri sebagai generasi muda sangat berpotensi untuk menyampaikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Jarak Kehamilan Pengertian jarak kehamilan a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya pembangunan ke arah industrialisasi yang semakin maju memacu perusahaan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal. Dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN ( Studi Kasus di SMAN 3 Klaten dan SMAN 1 Bayat) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal kelompok yang bersangkutan (WHO, 2001). Anemia merupakan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah tingkat kekurangan zat besi yang paling berat dan terjadi bila konsentrasi hemoglobin (Hb) jauh dibawah ambang batas yang ditentukan sebagai anemia.kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan suatu masalah gizi yang tersebar di seluruh dunia, baik di negara berkembang dan negara maju. Penderita anemia di seluruh dunia diperkirakan mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pekerja wanita usia subur (WUS) selama ini merupakan sumber daya manusia (SDM) yang utama di banyak industri, terutama industri pengolahan pangan yang pekerjaannya masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih banyak ditemukan, baik masalah akibat kekurangan zat gizi maupun akibat kelebihan zat gizi. Masalah gizi akibat kekurangan zat gizi diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 No. Responden : Kelas : Diisi oleh peneliti Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan sasaran pembangunan milenium yang telah disepakati oleh 189 negara yang tergabung dalam PBB pada tahun 2000. Konsep pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkelanjutan. Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus untuk meningkatkan taraf hidup. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,

Lebih terperinci