BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Susanti Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Kehidupan bersama manusia tak pernah terlepas dari simbolsimbol yang ada didalam lingkungan tempat ia berinteraksi. Manusia berpikir, berperasaan, dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis. Ungkapan yang simbolis ini yang kemudian menjadi ciri khas yang paling mendasar dari manusia (Satoto, 1987:4). Oleh karenanya setiap karya budaya nenek moyang pasti memiliki simbol sebagai suatu bentuk warisan budaya turun-temurun, dari generasi ke generasi, yang dapat berbentuk sebagai ketrampilan, pengetahuan, sikap, nilai dan motif kelompok tertentu. Mengapa demikian, karena simbol merupakan tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan yang disepakati atau disetujui (Danesi, 2010:39) yang kemudian membentuk namanya masyarakat hingga menjadi sebuah negara. Mengacu McIver (Budiardjo, 2008:46) menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem hubungan-hubungan yang ditata (society means a system of ordered relations). Sistem hubungan dapat terbentuk karena manusia mempunyai naluri (instinct) untuk hidup bersama dengan orang lain secara harmonis dengan menggunakan berbagai simbol agar dapat berinteraksi. Simbol-simbol tersebut tentunya dapat dipelajari dan disebarluaskan dalam masyarakat melalui institusi atau pelembagaan (Liliweri, 2003:9) yang kemudian membentuk identitas sosialnya sendiri. Karenanya identitas secara esensial dimaknai melalui tanda, selera, kepercayaan, sikap dan gaya hidup sekelompok masyarakat. Ketika simbol-simbol tersebut didekatkan pada kelompok atau suku bangsa tertentu, dia dapat dinamakan sebagai identitas etnis, yang dipahami sebagai entitas tetap, yang diciptakan, sesuatu yang selalu dalam proses, suatu gerak maju daripada sesuatu yang datang kemudian, dan sebagai deskripsi tentang diri yang diisi secara emosional dalam konteks situasi tertentu (Kumbara, 2008). Hall (1990) kemudian memahami identitas sebagai sesuatu yang tidak pernah sempurna, selalu dalam proses dan selalu dibangun dari dalam. Kata identitas sendiri adalah satu kata kunci yang dapat dikonotasikan sebagai apa saja, seperti; sosial, politik, budaya dan sebagainya. Identitas bagi 1
2 situasi-situasi tertentu dapat bermakna kekhawatiran, ketakutan atau keakuan. Ini terjadi ketika identitas ada didalam posisi defensif sebagaimana cenderung terjadi di Indonesia (Kumbara, 2008). Pemaknaaan ini dimungkinkan karena sebagai negara kesatuan, wilayah Indonesia terdiri dari berbagai kepulauan dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan dalam sepanjang sejarahnya selalu mengalami pasang surut dalam membangun hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Akibatnya muncul sejumlah konflik yang dalam banyak hal mengakibatkan lepasnya beberapa wilayah kesatuan menjadi negara sendiri, seperti lepasnya Timor Timur. Dari berbagai konflik kedaerahan tersebut, yang hingga saat ini masih menyisakan satu daerah konflik yang belum tuntas penyelesaiannya, yaitu konflik di Provinsi Papua dan Papua Barat. Bagi orang Papua tanggal 1 Mei 1963 adalah awal malapetaka dan pemusnahan etnis Papua dan ras Melanesia. Mengapa demikian? karena dalam upaya penyelesaiannya sebelum orang Papua menyatakan pilihannya dalam PEPERA 1969, Indonesia sudah mengirimkan pasukan militer Indonesia dan menerapkan peraturan-peraturan Indonesia di Papua dan militer melakukan tugasnya dengan lebih kejam dalam menghadapi orang-orang Papua (Yoman, 2007:119. Namun setelah runtuhnya kekuasaan orde baru, bangsa Indonesia pun mengalami berbagai pergolakan yang sangat besar, sehingga membuka peluang terjadinya reformasi politik dan demokratisasi di Indonesia. Pengalaman orde baru mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa pelanggaran terhadap demokrasi membawa kehancuran bagi negara dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu bangsa Indonesia sepakat untuk sekali lagi melakukan demokratisasi, yakni proses pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbentuk dan kedaulatan rakyat dapat ditegakkan oleh lembaga wakil rakyat (DPR) (Budiardjo, 2008:134). Sejalan dengan runtuhnya rezim Soeharto, tidak hanya rakyat yang merasa bebas dalam mengekspresikan ideologinya, tetapi media massa (pers) pun mendapat ruang untuk menginformasikan fakta yang terjadi di Indonesia secara bebas. Bebas menurut prinsip pers liberal diartikan sebagai bebas sama sekali dari campur tangan pemerintah, seperti bebas dari sensor, bebas dari surat ijin terbit, dan bebas melakukan kritik terhadap kekuasaan (Arifin, 1992:76). 2
3 Proses transisi demokrasi yang diawali dari kejatuhan rezim orde baru Soeharto tahun 1998 berlangsung dengan penuh gejolak konflik elite, agama dan munculnya gerakan pemisahan (separatisme). Melihat situasi dan perkembangan terakhir dalam politik nasional, ada kecenderungan bahwa transisi menuju demokrasi secara damai atau non kekerasan masih jauh dari kenyataan. Sebaliknya, fenomena dan ancaman terjadinya kekerasan politik tetap tinggi, terutama di wilayah-wilayah yang sedang bergejolak seperti Aceh, Kepulauan Maluku dan Papua (Nugroho, 2001). Kemerdekaan Papua dalam sejarahnya merupakan tonggak dimana bangsa Papua dapat menentukan nasibnya sendiri, dengan pemerintahan yang dibentuk oleh kolonial Belanda saat itu. Bagi orang Papua yang pernah berada, hidup, dan menyaksikan masa tahun an sulit melupakan peristiwa demokrasi yang amat bersejarah ini. Tetapi sebaliknya, bagi bangsa Indonesia ini peristiwa yang melawan bangsa Indonesia. Sebelum orang Papua menyatakan pilihannya dalam PEPERA 1969, apakah ingin tetap dengan Indonesia atau memisahkan diri dengan mendirikan negara merdeka. Saat itu Indonesia sudah mengirimkan pasukan militernya dan menerapkan peraturanperaturan Indonesia di Papua dan militer melaksanakan tugasnya dengan lebih kejam dalam menghadapi orang Papua (Yoman, 2009:220 & 228). Dalam buku Suara Bagi Kaum Tak Bersuara, (Yoman, 2009:39) menjelaskan perjuangan rakyat Papua Barat adalah untuk merebut sebuah nilai yang dimaksud adalah martabat, harga diri, dan ideologi serta nasionalisme rakyat Papua Barat. Karena itu kebenaran sejarah orang Papua yang telah direkayasa sejak 1 Mei 1963 oleh penguasa Indonesia demi kepentingan NKRI dengan mengabaikan kepentingan masa depan dan kelangsungan hidup orang Papua dari tanah leluhur mereka harus di informasikan kebenarannya (Yoman, 2009:213). Dalam buku ini pula, Deddy A Madong, SH, yang juga Pendiri dan Pengurus Pusat Lembaga Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (ELHAM) mengatakan: Sejarah yang buruk di masa-masa lampau menyebabkan anak bangsa ini saling curiga atau saling iri, benci, marah terhadap ras dan etnis lain. Saya berpendapat bahwa bangsa ini perlu membuka dirinya bagi pemulihan dari luka sejarah yang dialami, (Yoman, 2009:215). 3
4 Lebih dari itu, Orang Papua merasa pernah menjadi bangsa berdaulat sejak 1 Desember 1961 silam. Hanya saja, kedaulatan itu telah dicabik-cabik Indonesia lewat aneksasi Papua ke dalam NKRI melalui Operasi Mandala 1961 dan berbagai operasi militer hingga manipulasi Pepera Munculnya era reformasi tahun 1998 terkait dengan kuatnya tuntutan rakyat Indonesia yang dipelopori kaum intelektual dan mahasiswa. Mereka menuding rezim Soeharto adalah penyebab berbagai krisis multi-dimensional (ekonomi, politik, hukum, etika/moral, dan sosial) di penghujung 1990-an. Soeharto didesak mengakhiri kekuasaannya dan bila perlu dihukum mati. Lewat akumulasi tuntutan dan aksi massa yang membesar di seantero wilayah Indonesia, rezim Orde Baru yang otoriter dan koruptif akhirnya tumbang. Soeharto lengser pada 21 Mei 1998 setelah 31 tahun lebih berkuasa. Kekuasaan selanjutnya diambil alih B.J. Habibie yang saat itu menjadi wakil presiden. Kran demokrasi pun dibuka lebar-lebar sehingga partipasi politik rakyat meningkat. Lantas, banyak organisasi perjuangan Papua juga mulai bermunculan.seperti komunitas ataupun ikatan mahasiswa yang berstudi di luar Papua yang melakukan demo damai ataupun unjuk rasa untuk menuntut penegakkan Hak Asasi Manusia Papua. Hal ini pun yang mendorong terjadinya aksi-aksi demonstrasi diiringi penaikan bendera Bintang Kejora di seluruh wilayah Papua dan Jawa dengan tuntutan kemerdekaan (Nugroho, 2001). Seiring berjalannya waktu, provinsi Papua terus mengalami berbagai macam tindak kekerasan, kriminal, HAM, dan sebagainya, yang menyebabkan keresahan serta mengganggu aktivitas masyarakat. Hal ini ditopang dengan sistem oposisi media yang cenderung mengkonstruksi realitas politik di Papua sebagai bentuk dan atas tindak kekerasan yang dilakukan oleh negara. Dampaknya sejumlah aksi perlawanan kembali muncul melalui pengibaran Bendera Bintang Kejora. Gerakan perlawanan ini kemudian disebut separatisme. Separatisme adalah kelompok yang memisahkan diri dari kesatuan/negaranya (Deni Kurniawan As ari, 2006:192). Sebagaimana aksi massa yang menimbulkan konflik ini terjadi, media massa sebagai saluran informasi publik pun mulai dengan gencar memberitakan tentang aksi pengibaran, kegiatan yang secara tidak langsung memunculkan Bendera Bintang Kejora, dan aksi lain disertai pengibaran bendera Bintang Kejora. Iyengar (dalam Werner & James, 2009:334) 4
5 menyatakan bahwa sebagian dari pembingkaian penting yang dilaksanakan oleh media berhubungan dengan pengajuan siapa yang bertanggung jawab atas suatu masalah dan siapa yang dapat membantu memberi cara untuk perbaikan masalah tersebut. McNair mengatakan komunikasi politik adalah murni membicarakan tentang alokasi sumber daya publik yang memiliki nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas yang memiliki kewenangan untuk memberi kekuasaan dan keputusan dalam pembuatan undang-undang atau aturan, apakah itu legislatif atau eksekutif, serta sanksi-sanksi, apakah itu dalam bentuk hadiah atau denda (Cangara, 2011:29-30). Beranjak dari pengertian ini, sebenarnya komunikasi (politik) yang baik dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Melalui kebijakan yang dibuat untuk menyejahterakan masyarakat dapat dilakukan dengan baik. Karena itu dalam setiap peristiwa yang membawa nama Papua selalu didalamnya ada tuntutan dialog damai. Hal ini agar supaya ada solusi yang menyenangkan agar hak asasi manusia Papua dapat ditegakkan. Sejak Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, pembangunan yang dilakukan masih sangat lamban. Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang kemudian menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang diberi Otonomi Khusus dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia di masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Gus Dur juga dikenang oleh tokoh dan masyarakat Papua karena pendekatan politiknya yang manusiawi atas persoalan Irian Jaya. Ia juga mengawali dialog menuju Otonomi Khusus Papua, mengenyampingkan pendekatan militeristik, tetapi juga membolehkan Bintang Kejora menjadi lambang daerah Papua. 1 Sesungguhnya bagi orang Papua, bendera Bintang Kejora punya arti khusus, kibarannya menjadi simbol panggilan suci pada leluhur untuk membebaskan mereka dari kehidupan fana di dunia yang penuh derita. Kibaran Bintang Kejora adalah rangkaian puisi pengharapan. Mengharap akan 1 Presiden Abdurrahman Wahid adalah presiden RI yang paling dikenang oleh tokoh dan masyarakat Papua karena pendekatan politiknya yang manusiawi atas persoalan Irian Jaya. Ia bukan saja mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua, mengawali dialog menuju Otonomi Khusus Papua, mengenyampingkan pendekatan militeristik, tetapi juga membolehkan Bintang Kejora menjadi lambang daerah Papua. (Kata Pengantar Prof Ikrar Nusa Bhakti dalam The Papua Way, Ayorbaba, 2011). 5
6 terbebaskan dari peluru, sangkur, dan bayonet. Suburkanlah kebunku dengan batatas (ubi) dan keladi (talas). Kembalikan hutan Papua, agar sagu dan babi tersedia untuk saya dan seluruh kerabat serta masyarakat. Bersihkan sungaisungai agar ikan dan udang kembali melompat ke perahu. Jika pembebasan tidak kunjung datang pada saat bendera sudah dikibarkan, mereka lalu berintrospeksi, adakah sesuatu yang salah dalam proses sehingga ritus tidak berhasil. Maka, pada saat lain mereka akan mencoba mengibarkannya kembali. 2 Media massa (pers) sebagai pilar ke-empat dalam negara demokrasi, selain Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif, mempunyai fungsi selain menginformasikan, juga mempengaruhi khalayak, dimana media berfungsi sebagai sosial kontrol masyrakat. Mengutip tulisan bangsawan dan pemikir Swiss Benyamin Constant ( ) Dengan surat kabar kadang muncul kericuhan, tapi tanpa surat kabar akan selalu muncul penindasan mengingatkan bahwa demokrasi tidak dapat berdiri tegak tanpa memiliki empat pilar. Pilar legislatif sebagai fungsi aspirasi rakyat, eksekutif sebagai fungsi pemerintahan, yudikatif dan pers sebagai fungsi civil society. 3 Misalnya dalam kasus bendera Aceh, Aceh belum bisa menerima usulan pemerintah pusat agar menerima bendera dan lambang provinsi itu. Namun perwakilan Aceh menjamin bendera Aceh hanya menjadi identitas daerah dan bukan tanda kedaulatan (Kompas, Rabu 8 Mei 2013). Hal ini disampaikan ketika perwakilan Aceh bertemu dengan tim Jakarta tanggal 7 Mei 2013 untuk membahas soal lambang bendera Aceh. Media massa dengan gencar menginformasikan proses pengesahan lambang daerah Aceh,bagaimana dan kapan mengenai kesepakatan yang dibuat oleh pemerintah pusat dan daerah di informasikan ke publik, agar semua yang terjadi dapat dipahami orang banyak dengan jelas. Begitu pula dengan kasus bendera Bintang Kejora, yang sudah sekian lama ada tapi belum ada kejelasan dari pihak pusat (Jakarta). Dialog damai yang dinginkan masyarakat Papua pun sulit untuk direalisasikan, padahal dengan Aceh sangat mudah dilakukan. Dampaknya tiap kali aksi massa terjadi selalu menggunakan bendera bintang kejora dan diterbitkan oleh
7 media massa seringkali salah diartikan. Misalnya, bendera Bintang Kejora sebagai symbol OPM. Penelitian ini melihat bagaimana media massa (cetak) mewacanakan simbol Bendera Bintang Kejora sebagai simbol perlawanan orang Papua dalam pemberitaannya. Dalam hal ini penulis menggunakan media massa (cetak) sebagai sumber analisis. Penulis menganalisis bagaimana media cetak (Surat Kabar) baik lokal, nasional menyampaikan wacananya serta opini publik mengenai simbol bendera Bintang Kejora yang digunakan sebagai simbol perlawanan ataupun protes terhadap rezim yang berkuasa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Bagaimana media massa (cetak) mewacanakan Bendera Bintang Kejora sebagai simbol perlawanan orang Papua dalam pemberitaannya? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan wacana media mengenai simbol bendera Bintang Kejora yang digunakan sebagai simbol perlawanan orang Papua. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut: Secara teoritis, penelitian ini untuk menjelaskan wacana media dalam menyampaian informasi kepada khalayak mengenai bendera Bintang Kejora sebagai simbol perlawanan. Juga sebagai bahan informasi publik, dimana secara teori memberikan pengetahuan kepada khalayak luas akan makna simbol bendera bintang kejora bagi masyarakat orang asli Papua Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dari penulis sendiri dalam menganalisa bagaimana media membangun dan mengembangkan wacana mengenai simbol identitas masyarakat, sebagaimana media sebagai saluran informasi publik 7
8 yang tak pernah terlepas dari kehidupan kita. Juga untuk melatih penulis dalam proses penulisan sebuah penelitian. 1.5 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis membatasi fokus penelitian yang dilakukan yaitu dengan melihat isi pesan media cetak (surat kabar) dalam pemberitaan tentang aksi massa yang menggunakan simbol bendera Bintang Kejora. Dengan demikian penulis mengambil berita tersebut dari beberapa media cetak yang digunakan sebagai bahan penelitian, seperti harian Kompas dan Cenderawasih Pos, dimana media-media tersebut cukup aktif dalam pemberitaan mengenai aksi massa yang menanpilkan simbol bendera Bintang Kejora tersebut. Kedua media massa (cetak) yang digunakan sebagai bahan analisis dari penulis, yakni pemberitaan Kompas tanggal 02 Mei 2012 dan pemberitaan Cenderawasih Pos tanggal 21 April Selain itu, Harian Kompas merupakan media cetak yang statusnya media nasional, sedangkan Cenderawasih Pos adalah media lokal di Provinsi Papua. 1.6 Konsep dan Definisi Yang Digunakan Bendera Bintang Kejora Bendera Bintang Kejora, berdasarkan sejarah ini merupakan simbol kedaulatan bangsa Papua. Namun dalam perjalanan panjang yang telah terlewati, sejak bangsa Indonesia mengambil alih kekuasaan Tanah Papua simbol ini digunakan sebagai simbol perlawanan. Dimana mengartikan bahwa kami (Orang Papua) adalah bangsa yang merdeka Komunikasi Politik Dalam kehidupan sehari-hari, manusia hidup saling berdampingan dan saling berkomunikasi dengan yang lainnya. Untuk membangun pengertian dan kesepahaman dibutuhkan komunikasi. Dalam konteks sebuah negara, komunikasi politik secara signifikan dibentuk atau memiliki konsekuensi terhadap system politik. Meadow dalam Nimmo (2004) juga membuat definisi bahwa political communication refers to any exchange of symbol or messages that to a 8
9 significant extent have been shaped by or have consequences for political system. System politik yang berlangsung pun memiliki aturan main didalamnya, yang berkaitan dengan keputusan-keputusan yang ditetapkan. McNair (2003) dinyatakan bahwa political communication as pure discussion about the allocation of public resources (revenues), official authority (who is given the power to make legal, legislative, and excecutive decision), and official sanctions (what the state reward or punishes) Peran Media Massa Peranan adalah pelaksanaan fungsi. Jika fungsi merupakan tugas yang diembankan pada sesuatu, maka peranan ialah ketika sesuatu itu melaksanakan fungsinya (Pareno, 2005:10). Media berita disebut lembaga keempat dari pemerintah. Istilah ini menunjukkan peran independen dari media adalah semacam watch-dog atas nama warga Analisis Wacana Kritis Van Dijk Analisis Wacana model Van Dijk ini sering disebut sebagai kognisi sosial. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Harus juga dilihat bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu (Eriyanto, 2001: 221) Gerakan Perlawanan Rakyat Giddens (1993) menyatakan bahwa gerakan sosial adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) di luar lingkup lembaga-lembaga yang mapan. 9
BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN MEDIA
BAB IV GAMBARAN MEDIA Setiap pemberitaan di media massa, secara tidak langsung membentuk sebuah wacana membentuk pola pikir pembacanya. Begitu pula dalam penelitian ini, tentang bagaimana media mewacanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar
BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur
Lebih terperinciMEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1
Tinjauan Buku MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS Djoko Walujo 1 Penulis : Muis, A. Judul Buku : Indonesia di Era Dunia Maya Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa Batas Penerbit : Remaja Rosdakarya,
Lebih terperinciBAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945
BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD 1945 A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Dalam UUD 1945, pengaturan tentang pemerintah daerah diatur dalam Bab VI pasal
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun
Lebih terperinciKEADILAN UNTUK MASYARAKAT PAPUA
KEADILAN UNTUK MASYARAKAT PAPUA Disusun Oleh : Nama : Rian Eka Putra Nim : 11.11.5130 Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo Kelompok : D Untuk memenuhi salah satu syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila JURUSAN
Lebih terperinciBAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME
BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan kerangka utama yang mendasari pembentukan bangsa dan negara Republik Indonesia. Upaya kelompok atau golongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,
Lebih terperinciDemokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka
Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kongres Rakyat Papua III yang baru-baru ini terjadi mendapat perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat negara kembali terjadi dan
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciBAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME
BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Gerakan pemisahan diri (separatisme) dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di wilayah Aceh, Papua, dan Maluku merupakan masalah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal. yang dapat disimpulkan di antaranya adalah :
178 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan di antaranya adalah : 1. Implementasi Otsus Papua di Kabupaten
Lebih terperinciREGULASI PENYIARAN DI INDONESIA
REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA Era Reformasi&Berakhirnya Era Orde Baru Proses disahkannya undang-undang penyiaran tersebut terjadi pada era pemerintahan Presiden Megawati. Tujuannya untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Etnis Tionghoa merupakan suku yang berasal dari dataran Tiongkok yang merantau dan mengadu nasib di Indonesia. Mereka bukan seperti suku lainnya di Indonesia yang
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciMATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU)
MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU) MATA KULIAH ETIKA BERWARGA NEGARA BAGIAN 4 DEMOKRASI: ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA DI INDONESIA Oleh: DADAN ANUGRAH, M.Si. UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan
Lebih terperinciJl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:
WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup
Lebih terperinciKomitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan
HAK SIPIL DAN POLITIK (Civil and Political Rights) Oleh: Suparman Marzuki Disampaikan pada PERJAMUAN ILMIAH Tentang Membangun Komitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata. communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Media massa memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi kepada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Di Era saat ini informasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat di cari oleh publik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER
145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial
BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.
BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan skripsi yang berjudul Gejolak Politik di Akhir Kekuasaan Presiden: Kasus Presiden Soeharto (1965-1967) dan Soeharto
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik)
BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik) Dilihat dari gambaran umum dan penyebab konflik, maka dapat diciptakan sebuah model 2x2 matriks
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. SIMPULAN Salah satu keputusan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag pada tanggal 23 Agustus sampai 2 September 1949 adalah kedudukan Irian Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pascaruntuhnya runtuhnya kekuasaan orde baru terjaminnya kebebasan pers telah menjadi ruang tersendiri bagi rakyat untuk menggelorakan aspirasi dan kegelisahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Acara Konvensi Kampus VII dan Temu Tahunan XIII Forum Rektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang
Lebih terperinciPendahuluan BAB I. 1. Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Keinginan orang Papua Barat 1 untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali diangkat setelah angin reformasi terjadi dalam Republik ini. Keinginan
Lebih terperinciBAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME
BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Sebagai bagian dari agenda untuk mewujudkan kondisi aman dan damai, upaya secara komprehensif mengatasi dan menyelesaikan permasalahan separatisme yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum
Lebih terperinciBAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT
37 BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT A. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia Demokrasi adalah bentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia
Lebih terperinciKelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak
Lebih terperinciKESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA
KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018
Lebih terperinciPENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)
PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan
Lebih terperinciMAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DEMOKRASI SEBAGAI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA Disusun oleh: AdeAdittama (2IB04) (10415088) Kata Penghantar Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
Lebih terperinciKesimpulan. Bab Sembilan
Bab Sembilan Kesimpulan Rote adalah pulau kecil yang memiliki luas 1.281,10 Km 2 dengan kondisi keterbatasan ruang dan sumberdaya. Sumberdayasumberdaya ini tersedia secara terbatas sehingga menjadi rebutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi keprihatinan bersama. Sampai dengan saat ini, tercatat beberapa kasus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi ini menjelaskan tentang Nasionalisme Papua dalam bendera Bintang Kejora, Burung Mambruk, dan lagu Hai Tanahku Papua. Berbagai polemik yang berkaitan dengan ideologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi di Indonesia khususnya daerah Aceh terwujud dari adanya partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat untuk berkompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai
9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui
Lebih terperinciPERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL
PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana
Lebih terperinciKARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS
KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)
BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaitkan dengan kekerasan, seperti kerusuhan, separatisme, teroris, dan revolusi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Konflik antara Aceh dengan Pemerintah Pusat pertama kali terjadi pada saat diproklamirkannya Darul Islam (DI/TII) dibawah pimpinan Teungku Daud Beureueh.
Lebih terperinciBAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME
BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Gerakan separatisme masih menjadi ancaman nyata bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam menghadapi ancaman gerakan separatisme ini, pemerintahan Indonesia
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dessy Pricilla, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berita merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi. Rivers (Effendy, 2004: 147) menempatkan media massa sebagai fourt estate (kekuasaan
Lebih terperinciMembuka Ruang Kritis. Menolak Lupa
Membuka Ruang Kritis Menolak Lupa http://sorgemagz.com Membuka Ruang Kritis, Menolak Lupa Oleh: Daywin Prayogo 1 You never need an argument against the use of violence, you need an argument for it Noam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERISTIWA MANDOR SEBAGAI HARI BERKABUNG DAERAH DAN MAKAM JUANG MANDOR SEBAGAI MONUMEN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMENGAPA TAPOL DI PAPUA TOLAK RENCANA PEMBERIAN GRASI?
MENGAPA TAPOL DI PAPUA TOLAK RENCANA PEMBERIAN GRASI? "Kami tidak butuh dibebaskan dari Penjara, tetapi butuh dan tuntut BEBASKAN Bangsa Papua dari Penjajahan Negara Kolonial Republik Indonesia", demikianlah
Lebih terperinciSistem Politik Era Reformasi
Sistem Politik Era Reformasi KATA PENGANTAR Puji syukur, saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih rahmat dan pertolongannya saya dapat membuat makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat
Lebih terperinciKOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA
KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA Dari berbagai pendapat para pakar, komunikasi massa didefenisikan jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah besar khalayak yang heterogen dan anonim melalui media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis
Lebih terperinciKebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet
Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet Oleh Asep Mulyana Revolusi teknologi informasi yang ditandai oleh kehadiran Internet telah mengubah pola dan gaya hidup manusia yang hidup di abad modern,
Lebih terperincinegeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pers sudah dianggap sebagai fenomena kehidupan masyarakat modern, itulah sebabnya, ia terus ditelaah dan dikaji dari pelbagai dimensi pendekatan,
Lebih terperinciMANUSIA DAN PERADABAN
MANUSIA DAN PERADABAN I. PENDAHULUAN Indonesia yang merdeka 17 Agustus 1945 dengan cara direbut dari penjajah Belanda. Wilayahnya terbentang dari Sabang sampai Merauke sebagai wilayah yang dikuasai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY KAJIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH YANG MEMILIKI OTONOMI KHUSUS
EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH YANG MEMILIKI OTONOMI KHUSUS Dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia, tercatat beberapa daerah yang memiliki otonomi khusus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. political competition and struggles, in which the media, as institution, take a. position (Kahan, 1999: 22).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah These approaches and almost all the specific literature on media and politics have in common a view of the media as refelction of the society s political competition
Lebih terperinciKISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn
KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn No 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual 1.1. Memahami karakteristik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)
Lebih terperinci29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)
29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa umat manusia berkedudukan
Lebih terperinciBAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME
BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Kasus separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengancam integritas Negara Kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa telah berfungsi sebagai alat propaganda paling efektif, di samping dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya orde baru dan beralih menjadi era reformasi di Indonesia telah memberikan kebebasan, dalam arti wartawan bebas memberikan suatu informasi. Masyarakat pun
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2
PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN 2010 2014 1 Ignatius Mulyono 2 1. Misi mewujudkan Indonesia Aman dan Damai didasarkan pada permasalahan bahwa Indonesia masih rawan dengan konflik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi pers di Indonesia dewasa ini mengalami berbagai problematika, seperti kekerasan terhadap pers hingga permasalahan somasi atau tuntutan. Dewan Pers menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis isi yang dilakukan secara kualitatif terhadap berita tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari hingga Juni tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Good Governance muncul sebagai kritikan atas dominasi lembaga pemerintah dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah suatu penyelenggaraan
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.
Lebih terperinciTelah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini?
Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus beraksi dalam beberapa bulan terakhir di Papua. Aparat keamanan dan kepolisian jadi sasaran, termasuk warga sipil. Sudah banyak korban yang tewas karenanya, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkuasa selama 32 tahun penuh dengan kejayaan pembangunan kemudian jatuh
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Masalah Sejarah akan selalu jadi kenangan bagi hidup manusia. Sejarah tidak selalu datang dengan penuh keramahan, tetapi juga datang dengan cara tidak terduga, dengan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.
BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejumlah perubahan di Indonesia, tercatat peran signifikan gerakan mahasiswa di dalamnya. Gerakan mahasiswa (student movement) merupakan salah satu bentuk dari
Lebih terperinci