ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN WISATA TERHADAP KONSERVASI DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN WISATA TERHADAP KONSERVASI DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN"

Transkripsi

1 ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN WISATA TERHADAP KONSERVASI DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN ERWAN PRAYOGA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing skripsi, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2013 Erwan Prayoga H i

3 RINGKASAN ERWAN PRAYOGA. Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan BENNY OSTA NABABAN Wisata alam merupakan Salah satu kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan. Wisata alam merupakan bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan (Suswantoro,1997). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2010 Pasal 1 menyatakan bahwa wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati keunikan dan keindahan alam di Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Sumberdaya alam yang dimaksudkan adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan. Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) adalah sebuah kawasan yang dilindungi atau kawasan konservasi, sekaligus menjadi salah satu Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) di Indonesia karena merupakan habitat satwa endemik, yaitu Rhinoceros sondaicus atau Badak Jawa (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Kawasan TNUK memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan untuk mendukung kegiatan konservasi di TNUK yang bisa dilakukan pada zona pemanfaatan. Sebagai kawasan konservasi TNUK perlu melakukan kegiatan wisata alam berbasis ekowisata. Hal tersebut sebagai upaya membantu kegiatan konservasi di TNUK agar mencegah terjadinya perambahan ke zona inti yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan wisata tersebut secara tidak langsung dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya konservasi dan juga dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar kawasan disamping pekerjaan pokok diantaranya tour guide, porter, kuncen, dan penyewaan kapal. Kegiatan konservasi membutuhkan biaya dalam pelaksanaannya, sehingga diharapkan pengembangan wisata alam berbasis ekowisata tersebut dapat berkontribusi terhadap kegiatan konservasi di TNUK. Oleh karena itu, perlu diketahui dan dikaji persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata TNUK dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan TNUK, estimasi besarnya nilai ekonomi wisata, estimasi harga tiket optimum masuk kawasan TNUK, dan bagaimana kontribusi kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi di TNUK. Penelitian dilaksanakan di kawasan wisata Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh berupa kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, Travel Cost Method, Willingness To Pay, dan analisis regresi berganda. Keindahan alam, kebersihan, dan keamanan di TNUK dinilai baik oleh pengunjung walaupun penyediaan tempat sampah, toko souvenir, penyewaan alat, konsumsi, dan jaringan telekomunikasi dinilai masih kurang memadai. Faktorfaktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap wisata di TNUK adalah pendapatan, usia, lama mengetahui, jarak ke lokasi wisata, dan jumlah tanggungan ii

4 keluarga. Semua faktor tersebut berpengaruh positif, hanya jumlah tanggungan keluarga yang berpengaruh negatif. TNUK memiliki nilai penting berupa manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata, ditunjukkan oleh nilai ekonomi wisata TNUK sebesar Rp ,90. Adapun nilai WTP pengunjung wisata TNUK adalah sebesar Rp ,7 dan nilai surplus konsumen sebesar Rp ,016 per kunjungan. Hal ini merupakan peluang bagi pengelola untuk mengoptimalkan manfaat dari jasa wisata, salah satunya dengan menetapkan tiket optimum yang saat ini masih dianggap terlalu murah oleh pengunjung yaitu sebesar Rp 2.500,00. Kegiatan wisata di TNUK berkontribusi sebagai pendukung kegiatan konservasi di TNUK, yaitu sebagai upaya mencegah perambahan ke zona inti oleh masyarakat. Jika rata-rata jumlah kunjungan per tahun adalah sebesar maka penerimaan dari tiket wisata dengan tarif saat ini dapat berkontribusi sebesar 24,16% terhadap biaya pengembangan wisata atau hanya sebesar 0,83% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Jika diestimasi berdasarkan WTP pengunjung kontribusinya dapat meningkat menjadi 49,02% terhadap biaya pengembangan wisata atau sebesar 1,67% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Selain itu masih ada peluang memanfaatkan surplus konsumen yang jika dimaksimalkan dapat memenuhi seluruh biaya pengembangan wisata serta kegiatan konservasi di TNUK, kemudian dapat pula dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak langsung. Sistem keuangan saat ini belum memungkinkan penerapan skenario kontribusi tersebut karena berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak mengharuskan semua penerimaan dari pungutan masuk kawasan hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata laut harus disetorkan langsung ke kas negara sehingga menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Oleh karena itu, penggunaan langsung dana dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK tidak memungkinkan. Melainkan harus melalui APBN yang diajukan sebagai satu kesatuan pengajuan anggaran oleh kementerian kehutanan. Selain itu pungutan yang diberlakukan oleh BTNUK hanyalah berupa retribusi sebesar Rp 2.500,00 seperti yang diberlakukan sekarang ini (PP No. 59 Tahun 1998 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan). Namun mengacu pada PP No. 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam, pengembangan wisata di TNUK yang berbasis ekowisata dapat dilaksanakan dengan menggandeng pihak lain atau merintis kembali kerjasama dengan mitra baik itu koperasi, swasta, maupun BUMN sebagaimana pernah dilakukan sebelumnya. Diharapkan hal ini dapat menjembatani atau menjadi solusi bagi permasalahan pengalokasian dana konservasi dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK. iii

5 ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN WISATA TERHADAP KONSERVASI DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN ERWAN PRAYOGA H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 iv

6 Judul Skripsi Nama NIM : Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten : Erwan Prayoga : H Menyetujui, Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc NIP Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus: v

7 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas atas bantuan berbagai pihak baik moril dan materil. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua penulis, bapak (Eman Suherman) dan ibu (Nining Nurnaningsih) serta adik (Listiani, Dicky, dan Annisa) atas segala dukungan, semangat dan senantiasa memberikan doa serta kasih sayang yang tak terhingga. 2. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan pelajaran berharga selama penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS dan Nuva, SP, M.Sc yang berkenan sebagai dosen penguji. 4. Dosen-dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas ilmu, kesabaran, bimbingan, dan pertolongan yang diberikan. 5. Pihak-pihak dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon atas penerimaan, waktu, kesempatan, informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk kelancaran proses penelitian. Bapak Otong Sontani, Bapak Andri Novi, Bapak Asep Supriyatna, Bapak Weli, Bapak Teguh, Bapak Hendar, Bapak Miskandi, Bapak Lili, Bapak Saepudin dan Bapak Rubani selaku pembimbing di lapangan. 6. Cucu Rahayu. Terima kasih atas segala dukungan yang senantiasa selalu diberikan kepada penulis. vi

8 7. Teman-teman ESL 45, Pondok Perjuangan, Wawan, Andri, Ade, Pradipta, Azis, Vicky, Agung. Terima kasih untuk semangat, keceriaan, dan kebersamaannya. 8. Teman-teman sebimbingan Dyah, Elok, Mirza, Evy, Nova, Nurul, dan Shinta yang selalu memberikan dukungan. 9. Staf pelayanan akademik (Mbak Aam) yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi serta seluruh staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan kalian. Bogor, Februari 2013 Penulis vii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan dalam skripsi ini adalah menganalisis persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata TNUK, menduga fungsi permintaan wisata, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan TNUK, mengestimasi surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata TNUK serta mengetahui kontribusi kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi di TNUK. Bersama ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan. Bogor, Februari 2013 Penulis viii

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Berkelanjutan Wisata Alam Wisata di Kawasan Konservasi Taman Nasional Wisata Bahari Permintaan dan Penawaran Wisata Konsep Persepsi Konsep Nilai Untuk Sumberdaya dan WTP Travel Cost Method (TCM) Surplus Konsumen Penelitian Terdahulu Perbaruan (novelty) dari Penelitian III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengambilan Sampel Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Persepsi dan Preferensi Pengunjung Permintaan Wisata Nilai Ekonomi Wisata Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan V. GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kawasan TNUK Zona Kawasan TNUK Deskripsi Kawasan Wisata TNUK Objek Wisata TNUK Gambaran Umum Wisatawan xi xii xiii ix

11 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Pengunjung TNUK Persepsi terhadap Fasilitas yang Disediakan Persepsi terhadap Keadaan Lingkungan Persepsi terhadap Aksesibilitas dan Kondisi Keamanan di TNUK Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Kawasan TNUK Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata TNUK Model Fungsi Permintaan Wisata TNUK Faktor-Faktor yang Berpengaruh Nyata Terhadap Permintaan Wisata TNUK Faktor-Faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata Terhadap Permintaan Wisata TNUK Nilai Ekonomi Wisata TNUK Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK Berdasarkan Surplus Konsumen Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK Berdasarkan WTP Pengunjung Kontribusi Kegiatan Wisata TNUK terhadap Konservasi VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP x

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Penelitian Terkait Permintaan, Surplus dan Nilai Ekonomi Wisata Penelitian Terkait Taman Nasional Ujung Kulon Matriks Metode Analisis Data Indikator Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Fasilitas, Aksesibilitas, Keamanan, Keindahan Alam, dan Kebersihan di Taman Nasional Ujung Kulon Karakteristik Responden Pengunjung TNUK Berdasarkan Faktor Demografi Karakteristik Responden Pengunjung TNUK Berdasarkan Karakteristik Dalam Berwisata Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas yang Disediakan Oleh Pengelola Persepsi terhadap Keadaan Lingkungan di TNUK Persepsi terhadap Aksesibilitas dan Keamanan di TNUK Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Wisata TNUK Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata TNUK Kesediaan Membayar Tiket Masuk Kawasan TNUK Distribusi Besaran WTP Pengunjung terhadap Tarif Masuk Kawasan Wisata TNUK Dasar Penetapan Tarif Masuk Kawasan TNUK Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan Kegiatan Konservasi Serta Estimasi Penerimaan dari Kegiatan Wisata di TNUK Tahun xi

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara di TNUK Tahun Klasifikasi Valuasi Non-Market Total Surplus Konsumen Alur Kerangka Berpikir Panorama Pantai Pulau Peucang Padang Penggembalaan Cidaon Gua Sanghyangsirah Panorama Pantai Selatan TNUK Kegiatan Canoeing di Sungai Cigenter Kegiatan Surfing di Pulau Panaitan Panorama Curug Cikacang xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Peta Lokai Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Sistem Zonasi di Taman Nasional Ujung Kulon Rute Jalur Darat dan Laut Menuju Kawasan Wisata TNUK Hasil Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Tabel Nilai Kritis Uji Kolmogorov-Smirnov Hasil Uji Normalitas Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK Tabel Statistik d Durbin Watson (Taraf Nyata 5%) Perhitungan Surplus Konsumen Objek Wisata TNUK Jumlah Pengunjung Nusantara Objek Wisata TNUK Tahun Realisasi Keuangan BTNUK Tahun Hasil Estimasi Parameter Beberapa Model Permintaan Wisata TNUK dengan Teknik Stepwise Harga Tiket Masuk dan Paket Wisata di Kawasan Wisata TNUK Fasilitas yang Terdapat di Kawasan Wisata TNUK Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung di TNUK xiii

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu potensi daerah yang banyak dikembangkan masyarakat Indonesia. Kekayaan alam dan uniknya budaya lokal yang kita miliki dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi objek-objek wisata yang ada di Indonesia. Sektor pariwisata dapat menyerap 7,43 juta orang atau 6,87% dari kesempatan kerja di Indonesia dan menyumbang devisa negara untuk pembangunan nasional rata-rata per tahun sebesar US$ ,36 juta (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012). Pengembangan pariwisata di Indonesia dewasa ini telah banyak dilakukan di wilayah-wilayah berpotensi wisata. Hal ini disebabkan semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap wisata di tengah kesibukan mereka. Tingginya kebutuhan masyarakat dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan nusantara rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,55% atau kunjungan per tahun (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012). Salah satu kegiatan wisata yang dilakukan adalah kegiatan wisata alam. Wisata alam merupakan bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan (Suswantoro, 1997). Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam Pasal 1 menyatakan bahwa wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati keunikan dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan 1

16 raya, dan taman wisata alam (Dephut, 2012). Sumberdaya alam yang dimaksud adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan. Salah satu kawasan wisata alam yang ada di Indonesia adalah kawasan wisata alam TNUK yang secara administratif berada di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. TNUK merupakan kawasan konservasi yang sekaligus menjadi salah satu Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) di Indonesia karena merupakan habitat satwa endemik yaitu Rhinoceros sondaicus atau Badak Jawa (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Upaya untuk menghindari ancaman atau tekanan terhadap konservasi TNUK dilakukan melalui kegiatan konservasi di kawasan tersebut, dimana dalam pelaksanaannya membutuhkan dana yang tidak sedikit (Statistik BTNUK, 2011). Sebagai kawasan konservasi, TNUK perlu melakukan kegiatan wisata alam berbasis ekowisata sebagai upaya membantu kegiatan konservasi di TNUK agar mencegah terjadinya perambahan ke zona inti (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya). Kawasan TNUK memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan pada zona pemanfaatan dimana kegiatan wisata tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan konservasi di TNUK sehingga perlu dikaji nilai ekonomi wisata dan kontribusi kegiatan wisata tersebut terhadap kegiatan konservasi di TNUK. 2

17 1.2 Perumusan Masalah Masyarakat modern saat ini lebih senang mengisi waktu luangnya untuk berwisata ke alam (back to nature) sehingga menyebabkan adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kegiatan wisata (Sihombing, 2011). Pengembangan pariwisata ini harus diupayakan tetap pada koridor pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar sumberdaya alam dan lingkungan tetap tersedia bagi generasi yang akan datang. Pemanfaatan pariwisata alam dapat dilakukan di zona pemanfaatan TNUK sebagai salah satu obyek wisata dengan konsep back to nature. Balai TNUK (2011) menyatakan bahwa zona pemanfaatan merupakan salah satu zona di dalam kawasan TNUK yang telah disahkan oleh Dirjen PHKA dengan nomor Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/2011 tentang Zonasi Taman Nasional Ujung Kulon. Jumlah pengunjung TNUK cenderung meningkat dari tahun yang disajikan pada Gambar wisatawan nusantara wisatawan asing Sumber: Statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2011 Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara di Taman Nasional Ujung Kulon Tahun

18 Peningkatan jumlah pengunjung yang cenderung semakin tinggi sejak tahun 2008 dikhawatirkan dapat menimbulkan over carrying capacity dalam jangka panjang. Hal tersebut dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kelestarian TNUK. Nilai ekonomi perlu diketahui untuk melihat seberapa penting jasa wisata tersebut. Adapun tiket optimum perlu diestimasi sebagai upaya untuk mengontrol jumlah pengunjung sekaligus dapat berkontribusi terhadap biaya konservasi (Vanhove, 2005). Keberadaan obyek wisata alam ini bergantung pada wisatawan yang datang sehingga penting bagi pihak pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik wisatawan dan persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata yang nantinya diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pengelolaan di masa yang akan datang. Potensi wisata alam di TNUK selayaknya patut dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan wisata sebagai upaya mendukung kegiatan konservasi. Selain itu dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. 4

19 Berdasarkan perumusan masalah tersebut, terdapat permasalahan yang perlu dianalisis yaitu: 1. Bagaimana persepsi wisatawan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan wisata TNUK? 2. Bagaimana besarnya nilai ekonomi wisata TNUK? 3. Bagaimana harga tiket optimum masuk kawasan TNUK? 4. Bagaimana kontribusi kegiatan wisata di TNUK terhadap kegiatan konservasi di TNUK? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata TNUK dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan TNUK 2. Mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata TNUK 3. Mengestimasi harga tiket optimum masuk kawasan TNUK 4. Mengetahui sejauhmana kontribusi kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi di TNUK 5

20 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai kontribusi ekonomi kawasan wisata TNUK. 3. Bagi pengambil kebijakan, dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan oleh pengelola dalam mengelola dan mengembangkan Taman Nasional Ujung Kulon. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan zona pemanfaatan untuk kegiatan wisata alam pada saat lose season. Responden yang diambil saat penelitian hanya dilakukan pada wisatawan nusantara dan perhitungan nilai ekonomi hanya dilakukan pada nilai langsung jasa wisata. 6

21 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Berkelanjutan LIPI COREMAP II (2005) memaparkan pariwisata tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu faktor pembangunan yang menyeluruh. Itu sebabnya, penyelenggaraan pariwisata harus memperhatikan prinsip partisipasi masyarakat, hak budaya lokal, aspek konservasi sumberdaya, pendidikan dan pelatihan, promosi, akuntabilitas, serta pemantauan dan evaluasi. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, periwisata harus dipandang sebagai suatu sistem. Dalam sistem tersebut tercakup berbagai komitmen yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi, meliputi pasar, perjalanan, destinasi dan pemasaran. Oleh karena itu perlu adanya sinergi kebijakan yang mengatur penyelenggaraan pariwisata. Konsep wisata berkelanjutan merupakan jawaban atas permasalahan yang terjadi dalam pembangunan wisata. Konsep wisata berkelanjutan mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan, sehingga mempunyai prinsip dasar yang sama. Prinsip dasar yang dipegang adalah pembangunan yang ramah lingkungan, yaitu dengan tercapainya keselarasan antara pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Syarat untuk suksesnya pembangunan berkelanjutan adalah integrasi serta kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat umum. Langkah pertama untuk menciptakan integritas dan kerjasama ketiga pelaku pembangunan tersebut adalah pemahaman dan penanaman makna dasar serta tujuan utama dari konsep pembangunan berkelanjutan (Lindberg, 2001). 7

22 Menurut Gunn (1997) dimensi yang harus diperhatikan dalam pembangunan wisata berkelanjutan ada tiga, yaitu: 1) Jenis wisata harus sesuai dengan kondisi sumber daya lokasi wisata tersebut, 2) Ketersediaan sumber daya yang menentukan tingkat dan arah pembangunan wisata, dan 3) Perbandingan antara jumlah kunjungan nyata ke lokasi wisata dengan jumlah kunjungan yang potensial. 2.2 Wisata Alam Wells (1997) menyebutkan bahwa pariwisata alam adalah salah satu bentuk pariwisata yang atraksinya berada di tempat-tempat yang mempunyai nilai ekologis. Menurut Suswantoro (1997), Kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi, pariwisata, pendidikan, penelitian, kebudayaan, dan cinta alam. Semua kegiatan wisata ini dilakukan dalam obyek wisata yang ada. Pada umumnya obyek wisata tersebut berada pada suatu kawasan dimana kawasan tersebut sering disebut sebagai kawasan wisata alam. Kawasan wisata alam ini merupakan suatu kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun perairan, dengan mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. (Suswantoro, 1997) Wisata di Kawasan Konservasi Jumlah orang yang mengambil bagian dalam berbagai kegiatan outdor semakin meningkat, seperti kegiatan hiking, cycling, dan kegiatan yang berbasis pada air seperti kayaking di muara sungai maupun laut, dan scuba diving. Dari kegiatan outdor tersebut, terdapat perkembangan minat perjalanan petualangan ringan (soft adventure) atau ekowisata ringan (nature based tourism), dimana 8

23 perjalanan lebih casual, sedikit pendekatan kegiatan kepada atraksi alam, dan menginginkan kenyamanan yang lebih tinggi, dan perjalanan petualangan berat (hard adventure) atau ekowisata yang melibatkan minat khusus, seperti keinginan untuk dekat dengan alam atau kehidupan liar, dengan tingkat kenyamanan yang lebih rendah. Industri wisata harus dapat merespon kisaran minat tersebut untuk mengembangkan berbagai paket relung pasar (Eagles, 2002). Menurut Eagles (2002), kawasan konservasi merupakan tempat yang menarik untuk memenuhi pertumbuhan permintaan wisata outdor (kegiatankegiatan yang memberi penghargaan pada lingkungan alam). Hal ini merupakan tantangan bagi pengelola kawasan konservasi untuk memastikan bahwa pengunjung mendapatkan kegiatan wisata yang diinginkan, dan di sisi lain juga mampu meningkatkan kesadaran mereka untuk memelihara nilai-nilai yang dilindungi dengan kegiatan tersebut Taman Nasional Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya, taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Sedangkan kawasan pelestarian alam sendiri didefinisikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun laut yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. 9

24 Dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 disebutkan bahwa, kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari: 1. Zona Inti Zona inti merupakan zona dengan persyaratan yang ketat, yaitu bagian yang mutlak harus dilindungi dan dilestarikan. Perubahan sekecil apapun akibat campur tangan manusia harus dicegah. Dengan demikian zona ini tertutup untuk umum. 2. Zona Pemanfaatan Zona pemanfaatan merupakan zona yang mempunyai bentuk kegiatan paling luas. Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam zona pemanfaatan adalah kegiatan pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pemulihan jenis tumbuhan dan satwa asli, dan kegiatan penunjang budi daya. Selain itu pembangunan sarana pariwisata alam boleh dilakukan di dalam zona pemanfaatan. 3. Zona lainnya sesuai dengan keperluan Zona di luar kedua zona tersebut yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi, dan zona lainnya Wisata Bahari Menurut Wheat (1994) dalam LIPI COREMAP II (2005) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Menurut Siti Nurisyah (1998) dalam LIPI COREMAP II (2005) kegiatan wisata bahari ada yang memanfaatkan wilayah pesisir secara langsung dan tidak langsung. jenis-jenis wisata yang secara 10

25 langsung memanfaatkan wilayah pesisir antara lain: berperahu, berenang, snorkling, menyelam, dan memancing. Sedangkan jenis jenis wisata yang secara tidak langsung memanfaatkan wilayah pesisir antara lain: kegiatan olahraga pantai dan piknik menikmati suasana pantai. LIPI COREMAP II (2005) memaparkan orientasi pemanfaatan pesisir dan lautan serta berbagai elemen pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan kawasan secara terpadu dalam usaha mengembangkan kawasan wisata. Aspek kultural dan fisik merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dan saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari. 2.3 Permintaan dan Penawaran Wisata Menurut Muntasib (2007), permintaan merupakan sejumlah barang atau jasa yang dibeli oleh individu dan mampu untuk dibeli dengan harga tertentu dan waktu tertentu. Permintaan masyarakat terhadap wisata sama halnya dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Sedangkan menurut Douglass (1982), yang dimaksud dengan permintaan wisata adalah banyaknya kesempatan wisata yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata secara umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas yang memadai atau memenuhi keinginan masyarakat. Morley (1990) dalam Ross (1998) mengatakan permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan orang untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian dan pilihan tempat tujuan perjalanannya. Permintaan juga ditentukan oleh sifat-sifat 11

26 dan ciri-ciri tempat tujuan perjalanan, daya tariknya, harga dan efektif tidaknya kegiatan memasarkan tempat tujuan. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dapat mendorong atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi wisatawan, seperti keamanan. Menurut Wahab (1992), penawaran pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh destinasi pariwisata kepada wisatawan yang real maupun potensial. Penawaran dalam pariwisata menunjukkan khasanah atraksi wisata alamiah, budaya dan buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang yang kira-kira akan menarik orang-orang untuk mengunjungi suatu negara tertentu. Atraksi alam meliputi pemandangan alam, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Singkatnya, pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti candi dan adat-istiadat masyarakat. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Margasatwa Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Disneyland, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah hospitality, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006). Penawaran pariwisata meliputi seluruh areal tujuan wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Penawaran ini terdiri dari unsur-unsur daya tarik alam, barang dan jasa hasil ciptaan manusia yang dapat mendorong keinginan seseorang untuk berwisata. Hal ini sejalan dengan pendapat Gold (1980), bahwa penawaran rekreasi adalah jumlah dan kualitas dari sumber daya yang tersedia untuk penggunaan pada waktu tertentu. 12

27 2.4 Konsep Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah pandangan dan pengamatan, pengertian dan interpretasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan obyektif yang diinformasikan kepada dirinya dari lingkungan tempat ia berada sehingga dapat menentukan tindakannya (Rakhmat, 2005). Surata dalam Tungabdi (1997) mengemukakan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu (faktor internal) dan faktor dari luar individu (faktor eksternal). Faktor internal adalah kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera, dan jenis kelamin. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu, dan perbedaan latar belakang sosial dan budaya. Persepsi seseorang tergantung kepada seberapa jauh suatu objek membuat kesan bagi seseorang. Persepsi juga melibatkan derajat pengertian kesadaran, suatu arti atau suatu penghargaan terhadap obyek tersebut. Karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Osley (1972) dalam Nurlia (2006) adalah; 1) Faktor ciri khas dari objek stimulus yang terdiri dari nilai, arti, familiaritas, dan intensitas, 2) faktor pribadi, termasuk di dalamnya ciri khas individu seperti tingkat kecerdasan, minat dan emosi, 3) faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain dapat memberi arahan suatu tingkah laku yang sesuai, 4) faktor perbedaan latar belakang kultural. 13

28 2.5 Konsep Nilai untuk Sumberdaya dan WTP Secara umum menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem bisa diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa. WTP dapat juga diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu. Menurut Fauzi (2006) teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar terungkap). Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah Market Values, Hedonic Markets, Travel Cost Method, dan Avertive Behaviour. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada kriteria di mana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup popular dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM), dan Choice Experiments. Secara skematis, teknik valuasi nonmarket tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. 14

29 Valuasi Non-Market (Revealed WTP) Hedonic Pricing Travel Cost Random Utility Model (Expressed WTP) Contingent Valuation Random Utility Model Choice Experiments Sumber: Fauzi (2006) Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-Market Travel Cost Method (TCM) Menurut Fauzi (2006), Travel Cost Method (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas. Seorang konsumen misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di pantai akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola ekspenditur dari konsumen tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat: 1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi. 2. Penambahan tempat rekreasi baru. 3. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi. 4. Penutupan tempat rekreasi yang ada. Tujuan dasar TCM adalah ingin mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumber daya kriteria melalui pendekatan proxy, dengan kata lain biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam digunakan sebagai 15

30 proxy untuk menentukan harga dari sumber daya tersebut. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi, bersifat dapat dipisahkan (separable). Haab dan McConnel (2002), menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan: pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya (behavioural model), atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah kita harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Meski dianggap sebagai suatu pendekatan yang praktis, menurut Fauzi (2006), TCM memiliki beberapa kelemahan, yakni: 1. Harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini kita tidak menelaah aspek kunjungan ganda (multipurpose visit) 2. TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang dari wilayah setempat 3. Masalah pengukuran nilai dari waktu (value of time) Surplus Konsumen Salah satu hal krusial dalam penilaian ekonomi dari sumber daya alam adalah bagaimana surplus dari sumber daya alam dapat termanfaatkan secara optimal, untuk itu perlu pemahaman mengenai kurva permintaan dan kurva 16

31 penawaran sehingga konsep surplus dapat diturunkan dengan lebih rinci. Menurut Fauzi (2006) dalam perspektif ekonomi neo-klasik, kurva permintaan dapat diturunkan dari dua sisi yang berbeda, pertama, kurva permintaan dapat diturunkan dari memaksimumkan kepuasan atau utilitas yang kemudian akan menghasilkan kurva permintaan biasa (ordinary demand curve) atau sering juga disebut sebagai kurva permintaan Marshall, kedua, kurva permintaan juga dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran yang akan menghasilkan kurva permintaan terkompensasi (compensated demand curve) atau sering juga disebut kurva permintaan Hicks. Sementara kurva penawaran dari suatu barang dan jasa menggambarkan kuantitas dari barang (x) yang dapat ditawarkan produsen pada tingkat harga tertentu. Pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumber daya alam. Kurva permintaan dapat ditunjukkan dalam Gambar 3 berikut: P Surplus Konsumen Garis Harga Sumber: Djijono (2002) Gambar 3. Total Surplus Konsumen Q 17

32 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, nilai ekonomi dan surplus konsumen telah dilakukan sebelumnya oleh Dewi (2005), Firandari (2009), dan Lianasari (2012). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penelitian Terkait Permintaan, Surplus dan Nilai Ekonomi Wisata No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitan 1 Dewi (2005) Fungsi Permintaan Fungsi permintaan TSI dalam lima tahun Taman Safari terakhir adalah F5 = 1,887 6,148x10- Indonesia (TSI) 2X1 + 7,473x10-2X2 + 0,902X10 dengan Metode dengan R2 sebesar 61,1%. Faktor-faktor yang mempengaruhi Biaya Perjalanan permintaan Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor secara nyata pada selang kepercayaan 95% adalah biaya perjalanan, pendapatan dan tempat rekreasi alternatif. Biaya perjalanan berpengaruh negatif terhadap permintaan TSI, sedangkan pendapatan, tempat rekreasi alternatif dan lama berada di lokasi berpengaruh positif terhadap permintaan. Surplus konsumen TSI sebagai tempat rekreasi sebesar Rp 93,71 Milyar per 2 Firandari (2009) Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung (PSG-3) tahun. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kunjungan ke objek wisata PSG-3 yakni biaya perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3, dan jarak tempuh. Surplus konsumen pengunjung Pulau Situ Gintung-3 adalah sebesar Rp ,51 per kunjungan kemudian nilai ekonomi PSG-3 adalah sebesar Rp ,00. 18

33 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitan 3 Lianasari Perbandingan Faktor yang mempengaruhi permintaan di (2012) Surplus Konsumen pantai Mutun Ms Town adalah umur, status Dan Faktor-Faktor pernikahan, pendidikan, dan lama Yang Mempengaruhi kunjungan. Sedangkan aktor yang Permintaan Wisata mempengaruhi permintaan di Pulau Pada Pantai Mutun Ms Town Dan Pulau Tangkil, Kabupaten Tangkil adalah biaya perjalanan, jarak, dan lama mengetahui. Nilai surplus konsumen total kunjungan per individu per kunjungan Pesawaran, Bandar di Pantai Mutun MS Town sebesar Rp Lampung ,00 sedangkan nilai surplus konsumen total kunjungan per individu per kunjungan di Pulau Tangkil sebesar Rp ,00. Penelitian terkait dengan Taman Nasional Ujung Kulon telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada (Tabel 2). Tabel 2. Penelitian Terkait Taman Nasional Ujung Kulon No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitan 1 Badi ah Kajian Pengelolaan Pengelolaan wisata di Taman Nasional (2005) Wisata di Kawasan Ujung Kulon belum optimal, yang Konservasi (Studi diindikasikan oleh kecilnya jumlah pengunjung dan defisit anggaran Kasus di Taman pengelolaan wisata. Sumberdaya pesisir Nasional Ujung dan laut TNUK seperti mangrove, terumbu Kulon, Kabupaten karang serta kondisi perairannya Pandeglang, Provinsi Banten) mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan wisata pesisir, bahari dan pulau-pulau kecil. Metode Technology of Participation (ToP) dapat digunakan untuk pengelolaan wisata, karena dapat memperbaiki efektifitas organisasi dan membangun rasa memiliki serta komitmen diantara pemangku kepentingan, sehingga mengurangi resistensi stakeholders terhadap pengelolaan taman nasional. Dengan pendekatan Visitor Experience and Resources Protection (VERP), Taman Nasional Ujung Kulon mempunyai tujuh produk wisata pesisir dan bahari yang mempunyai prioritas tinggi untuk dikembangkan yaitu: Hiking, Canoing, Surfing, Bird Watching,Trecking, penelitian komunitas hutan mangrove, wildlife viewing. 19

34 No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitan 2 Miarni Kajian Ekologi dan Ekosistem rumput laut di muara sungai (2004) Ekonomi Rumput Ciguha sanpai Tanjung Sodong merupakan Laut Alami di Desa komunitas pendukung bagi kehidupan Rancapinang, Taman akuatik di laut yaitu sebagai sumber pakan Nasional Ujung bagi moluska, ikan herbivor dan penyu Kulon serta merupakan daerah perlindungan binatang akuatik. Penduduk hanya memetik rumput laut dari jenis Gellium sp, Gracilaria coronopifolia, Eucheuma serra, Gellidiella aserosa, dan Eucheuma edule karena merupakan rumput laut yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena tidak memahami teknologi pascapanen yang baik maka tanpa diolah rumput laut tersebut langsung dijual kepada pengumpul setelah dikeringkan dengan harga yang murah yaitu Rp /kg. nilai ekonomi total ekosistem rumput laut di Desa Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon adalah Rp ,64/tahun. Sumbangan nilai yang terbesar adalah manfaat langsung ekosistem rumput laut yaitu Rp ,14/tahun, disusul dengan manfaat keberadaan, manfaat pilihan dan manfaat tidak langsung. 2.7 Keterbaruan (novelty) dari Penelitian Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang terkait dengan permintaan, surplus, dan nilai ekonomi wisata adalah lokasi dan waktu penelitian. Selain itu aspek keterbaruan dari penelitian ini adalah berkaitan dengan konservasi. Terkait dengan kegiatan wisata alam di kawasan konservasi masih sedikit atau belum ada penelitian yang melihat kontribusi pengembangan wisata alam terhadap kegiatan konservasi di kawasan tersebut. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji dan mengestimasi apakah pengembangan wisata alam di kawasan konservasi (Taman Nasional) dapat memberikan kontribusi terhadap biaya konservasi. 20

35 III. KERANGKA PEMIKIRAN Objek Wisata Taman Nasional Ujung Kulon merupakan tempat wisata yang memanfaatkan potensi alam sebagai daya tarik utamanya. Objek wisata tersebut memiliki keindahan alam yang alami, kondisi udara yang segar, panorama pantai yang indah, dan hutan yang mengelilinginya menjadi nilai tambah tersendiri bagi tempat wisata ini. Kegiatan konservasi di TNUK membutuhkan biaya pelaksanaan. Adanya pengembangan wisata alam berbasis ekowisata diharapakan dapat berkontribusi terhadap kegiatan konservasi di TNUK, sehingga prospek pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNUK sangat potensial untuk dilakukan secara berkelanjutan. Objek wisata di TNUK berhubungan erat dengan pengunjung sehingga sangat penting bagi pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengunjung, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaaan wisata, penilaian pengunjung terhadap objek wisata TNUK, surplus konsumen dan tiket optimum yang bersedia dibayar oleh pengunjung. Wisata yang dilakukan oleh pengunjung pada suatu daerah tujuan wisata pasti akan mengeluarkan sejumlah biaya tertentu yang disebut dengan biaya perjalanan. Biaya perjalanan ini terdiri atas biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi, parkir, dan biaya lain disamping biaya tiket masuk ke daerah wisata tersebut. Permintaan wisata selain dipengaruhi oleh biaya perjalanan juga dipengaruh oleh faktor sosial ekonomi pengunjung, seperti total pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jarak dan waktu tempuh dari tempat tinggal menuju lokasi wisata, jumlah tanggungan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial ekonomi 21

36 pengunjung yang telah diketahui, kemudian dilakukan analisis pada model regresi sehingga akan didapatkan fungsi permintaan wisata di TNUK. Jika permintaannya telah diketahui maka akan diketahui nilai ekonomi atau manfaat barang tersebut melalui perhitungan surplus konsumen. Harga tiket masuk kawasan yang terlalu rendah dapat mengarah kepada open acces, dimana jumlah pengunjung terus meningkat yang dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat mengakibatkan over carrying capacity (Ress, 1996). Penentuan tarif merupakan salah satu upaya dalam membatasi jumlah kunjungan untuk menghindari terjadinya over carrying capacity dalam jangka panjang. Adapun pengeluaran yang dibayarkan pengunjung tidak selalu sama dengan keinginan membayar yang sebenarnya ingin dibayarkan oleh pengunjung sesuai dengan konsep willingness to pay (WTP). Penetapan tiket optimum berdasarkan WTP atau berdasarkan surplus konsumen dapat pula memberikan kontribusi berupa dana konservasi yang diperlukan untuk kegiatan konservasi di kawasan tersebut (Vanhove, 2005). Besarnya biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi perlu diketahui, yaitu melalui pendekatan alokasi dana untuk kegiatan pengembangan wisata dan kegiatan konservasi yang diberikan pemerintah melalui dana APBN (Statistik BTNUK, 2011). Dana tersebut dibandingkan dengan estimasi pendapatan dari tiket masuk kawasan wisata untuk mengetahui share/kontribusi terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi di TNUK. 22

37 Pengelola objek wisata TNUK dalam rangka pembangunan ekowisata juga memiliki rencana pengembangan ekowisata yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari objek wisata tersebut. Rencana pengembangan wisata oleh pengelola akan lebih bijak jika dapat disinkronkan dengan persepsi dan harapan pengunjung mengenai objek wisata tersebut. Sehingga pengembangan wisata yang akan dilakukan akan dapat bermanfaat baik bagi pengelola, pengunjung, bahkan masyarakat sekitar objek wisata. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dalam penetapan kebijakan oleh pihak-pihak terkait. Adapun alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 4. 23

38 Taman Nasional Ujung Kulon Fungsi Konservasi Kegiatan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan Pengunjung Penerimaan Pengelola Potensi Nilai Ekonomi wisata TNUK Valuasi Ekonomi Persepsi pengunjung terhadap objek wisata TNUK Harga Tiket Optimum Penerimaan Tiket Masuk Kawasan TNUK Dana Pengembangan Wisata dan Konservasi Dari Pemerintah Travel Cost Method Analisis Deskriptif Teknik WTP Analisis Deskriptif Analisis Regresi Linier Berganda Fungsi permintaan wisata TNUK Surplus Konsumen Nilai Ekonomi wisata TNUK Harapan perbaikan fasilitas objek wisata yang diinginkan pengunjung WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk TNUK Kontribusi Terhadap Konservasi Peranan Kegiatan Wisata di TNUK terhadap Kegiatan Konservasi Keterangan: Kegiatan Wisata Alam Mendukung Kegiatan Konservasi di TNUK Gambar 4. Kerangka Alur Berpikir 24

39 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Lampiran 1). Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa kawasan ini berpotensi untuk lebih dikembangkan dan memiliki perkembangan jumlah pengunjung yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir ini. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei-Juni Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang diolah baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer yang digunakan berupa data cross section. Data cross section digunakan untuk menggambarkan keadaan objek penelitian mengenai fakta-fakta yang terjadi pada selang waktu tertentu yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung kawasan wisata TNUK yang ditemui pada saat penelitian. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap petugas dan pengelola objek wisata TNUK. Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon yang terdiri dari data jumlah pengunjung per tahun, jumlah PNBP dari penerimaan tiket masuk kawasan TNUK, rencana dan realisasi keuangan TNUK, sejarah dan status, luas dan letak lokasi, pembagian zonasi, dan jenis objek wisata. Selain itu data sekunder diperoleh juga dari literatur yang relevan dengan topik penelitian ini. 25

40 4.3 Teknik Pengambilan Sampel Metode pengambilan contoh untuk pengunjung dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling, hal ini karena populasi responden tidak diketahui dengan pasti. Responden pengunjung dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana responden dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 1999). Responden yang dipilih pada penelitian ini merupakan responden yang berusia 17 tahun ke atas yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk mengikuti proses wawancara. Sedangkan yang dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 30 orang (12%) dari jumlah populasi yaitu dari jumlah pengunjung yang datang pada waktu yang sama dalam satu tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan karena waktu dan tempat penelitian. Waktu yang tepat untuk penelitian ini pada saat berlibur dan cuaca yang mendukung. Menurut Arikunto (1987), apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semua, sedangkan apabila jumlahnya cukup besar dapat diambil 10% - 15% atau 25% - 35%. Dengan demikian secara teoritis jumlah sampel sebanyak 30 orang (12%) dari jumlah populasi sudah memenuhi ketentuan. Selain pengunjung, dilakukan wawancara secara mendalam kepada informan (key person), yaitu kepada empat orang dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon yaitu satu orang Kelompok Pejabat Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), Kepala Bidang (Kabid) Perencanaan Keuangan dan Kerjasama, dan Kepala Resort Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang, satu orang dari WWF, dan Sekretaris Desa Tamanjaya dan Ujung Jaya. 26

41 4.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab 14 for windows. Pada Tabel 3 akan diuraikan matriks analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini. Tabel 3. Matriks Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data 1 Mengidentifikasi persepsi Data primer: Analisis deskriptif wisatawan mengenai kawasan - Wawancara kualitatif wisata Taman Nasional Ujung Kulon langsung dengan wisatawan dengan bantuan 2 Menduga fungsi permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Taman Nasional Ujung Kulon 3 Mengestimasi besarnya surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata Taman Nasional Ujung Kulon 4 Mengestimasi harga tiket optimum masuk kawasan Taman Nasional Ujung Kulon 5 Mengetahui sejauhmana kontribusi kegiatan wisata di TNUK terhadap kegiatan konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Sumber: Penulis (2012) kuesioner Data primer: - Wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Data primer: - Wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Data primer: - Wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Data Sekunder: - Data jumlah penerimaan tiket masuk kawasan TNUK - Data dana pengembangan wisata alam dan kegiatan konservasi di TNUK Analisis Regresi Linier Berganda Travel Cost Method Wilingness To Pay Analisis Deskriptif 27

42 4.4.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kategori Fasilitas, Keamanan, Aksesibiltas, Kebersihan, Dan Keindahan Alam Persepsi pengunjung terhadap kegiatan wisata yang tengah berlangsung penting untuk diketahui. Persepsi pengunjung dilakukan pada kategori fasilitas, keadaan lingkungan, keamanan, serta aksesibiltas menuju kawasan wisata TNUK. Data tersebut diolah dengan mempersentasikan hasil tersebut kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif, tahap akhir adalah menginterpretasikan data tersebut. Informasi ini akan menjadi acuan dalam pengelolaan kegiatan wisata di TNUK agar upaya perbaikan sarana dan prasarana serta peningkatan kualitas pelayanan dapat lebih terarah dan sesuai harapan. Adapun indikator dari persepsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Indikator Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Fasilitas, Aksesibilitas, Keamanan, Keindahan Alam, dan Kebersihan di Taman Nasional Ujung Kulon No Kategori Indikator Keterangan 1 Kondisi Fasilitas Memadai 2 Aksesibilitas Mudah Tidak Memadai Sulit 3 Keamanan Aman Sumber: Penulis (2012) Tidak Aman - Fasilitas wisata terebut ada, jumlahnya memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya baik - Fasilitas wisata terebut ada, namun jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya buruk - kondisi jalan bagus dan banyak angkutan umum menuju kawasan. - kondisi jalan buruk dan sulit ditemukan angkutan umum menuju kawasan. - Bebas dari tindak kejahatan dan gangguan binatang, serta keamanan pengunjung ketika melakukan kegiatan wisata terjamin - Rawan dari tindak kejahatan dan gangguan binatang, serta keamanan pengunjung ketika melakukan kegiatan wisata tidak terjamin. 28

43 No Kategori Indikator Keterangan 4 Keindahan Alam Menarik - Menarik minat pengunjung untuk berwisata di TNUK karena keindahan alam alam yang ada sangat indah dan jarang ditemukan di tempat lain Cukup Menarik - Cukup menarik minat pengunjung untuk berwista di TNUK karena keindahan alam alam yang ada sangat indah tapi banyak ditemukan di tempat lain Tidak Menarik - Tidak menarik minat pengunjung untuk berwisata di TNUK karena keindahan alam yang ada biasa saja dan banyak ditemukan di tempat lain 5 Kebersihan Bersih Cukup Bersih Tidak Bersih Sumber: Penulis (2012) - Tidak terdapat sampah yang berserakan - Masih terdapat sampah yang berserakan namun jumlahnya sedikit - Banyak sampah yang berserakan Permintaan Wisata Morley (1990) mengatakan bahwa permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini mempengaruhi sesorang untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuan untuk bepergian, dan pilihan tempat tujuan perjalanan. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode regresi linier berganda. Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen) (Juanda, 2009). Menurut Fauzi (2006) pendugaan fungsi permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dilakukan dengan menggunakan metode Individual Travel Cost Method (ITCM), yaitu : 29

44 Y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7 +b 8 X 8 + b 9 X 9 + b 10 X 10 + e i.(1) Dimana : Y = Jumlah kunjungan ke objek wisata dalam lima tahun terakhir b i = Koefisien regresi untuk faktor X i, dimana i = 1,2,3,..,10 X 1 = Biaya perjalanan individu ke objek wisata (Rupiah per kunjungan) (diasumsikan berkorelasi negatif). X 2 = Pendapatan responden (Rupiah per tahun) (diasumsikan berkorelasi positif). X 3 = Tingkat pendidikan responden (tahun) (diasumsikan berkorelasi positif). X 4 = Umur responden (tahun) (diasumsikan berkorelasi negatif). X 5 = Waktu tempuh (jam) (diasumsikan berkorelasi negatif). X 6 = Besarnya responden (orang) (diasumsikan berkorelasi negatif). X 7 = Lama di lokasi wisata (hari) (diasumsikan berkorelasi positif). X 8 = Lama mengetahui objek wisata (tahun) (diasumsikan berkorelasi positif). X 9 = Jarak ke objek wisata (km) (diasumsikan berkorelasi negatif). X 10 = Tanggungan responden (orang) (diasumsikan berkorelasi negatif). ε = Error term b1- b10 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X10 Pada regresi linier berganda dilakukan pengujian asumsi atau uji parameter untuk mengetahui apakah model fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain: 1. Uji Kenormalan Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term dari data observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Hal tersebut dapat dilihat dari normal probability plot dan histogram. Apabila terbentuk kuva normal yang menyerupai bentuk lonceng dalam histogram dan letak titik-titik berada pada garis berbentuk linier dalam dalam normal probability plot, maka asumsi kenormalan terpenuhi. Namun, untuk meyakini data mendekati sebaran normal perlu dilakukan sebuah uji. Salah satu uji yang dapat dilakukan 30

45 adalah uji Kolmogorov Smirnor. Hasil uji Kolmogorov Smirnor dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yaitu pada tabel One Sample Kolmogorov Smirnov Test. 2. Uji Multikolinearitas Multikolinear merupakan salah satu masalah yang sering timbul dalam Ordinary Least Square (OLS), yaitu terjadinya hubungan korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah multikolinear dapat diketahui dengan melihat langsung melalui output regresi berganda, dengan melihat nilai VIF, dimana jika nilai VIF > 10 maka tidak terdapat masalah multikolinear. 3. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Kesalahan yang terjadi tidak random tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas. Heteroskedastisitas akan muncul dalam bentuk residu yang semakin besar jika pengamatan semakin besar. Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Glejser. Selain itu, heteroskedastisitas dapat juga dideteksi dengan metode grafik, uji Park, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quandt, dan white test. 4. Uji Autokorelasi Autokorelasi terjadi jika terdapat korelasi antar anggota sampel atau data pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu (time series) atau ruang (cross section). Cara untuk mendeteksi autokorelasi dalam analisis regresi berganda adalah dengan uji Durbin-Watson. Jika nilai uji Durbin-Watson berada diantara nilai 1,55 dan 2,46 maka tidak terjadi autokorelasi di dalam model (Firdaus, 31

46 2004), atau jika nilai Durbin-Watson berada diantara du (4-du) maka tidak terjadi autokorelasi di dalam model (Gujarati, 2006) Nilai Ekonomi Wisata Nilai ekonomi kawasan wisata TNUK diestimasi dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method). Menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Setelah mengetahu fungsi permintaan, surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi dapat diukur. Nilai surplus konsumen ini yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata TNUK. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) surplus konsumen adalah kesenjangan antara utilitas total suatu barang dengan nilai total pasarnya. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula sebagai berikut: SK = Dimana: N... (2) 2b1 N = Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i b 1 = Koefisien dari variabel biaya perjalanan Nilai manfaat total atau nilai ekonomi wisata dari kawasan wisata TNUK merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi wisata TNUK diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana: NE = SK TN. (3) NE SK TN = Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun = Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan = Total jumlah pengunjung selama satu tahun 32

47 4.4.4 Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK Nilai WTP pengunjung terhadap kawasan wisata dengan pendekatan surplus konsumen tidak selalu sama dengan nilai yang sebenarnya ingin dibayarkan pengunjung terhadap tarif masuk kawasan wisata TNUK. Oleh karena itu, nilai yang sebenarnya ingin dibayarkan pengunjung terhadap tarif masuk kawasan wisata diestimasi dengan pendekatan willingness to pay (WTP). Guna mendapatkan nilai kesediaan membayar atau WTP pengunjung di kawasan wisata TNUK dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Sebelum mendapatkan nilai kesediaan membayar, penulis membuat skenario Wisata alam TNUK masih dapat dikembangkan dengan berbagai rencana pengembangan oleh pihak pengelola dengan tujuan untuk dapat meningkatkan daya tarik wisata dan melestarikan ekosistemnya karena kawasan ini merupakan kawasan konservasi sehingga didapat lingkungan yang lebih asri, nyaman, dan lestari sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengunjung. Usaha pengembangan tempat wisata TNUK dan kegiatan konservasi memerlukan dana yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan perawatan kawasan TNUK. Usaha pengembangan wisata lebih lanjut diperlukan adanya kebijakan menaikan harga tiket masuk untuk membantu pendanaan kegiatan konservasi di TNUK, mengingat tiket masuk yang berlaku saat ini hanya sebesar Rp Seluruh responden diberi informasi mengenai skenario tersebut agar responden dapat mengetahui gambaran tentang situasi hipotesis yang dimaksud. Setelah membuat pasar hipotetik, guna mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan survei ke pengunjung. Tujuan dari survey ini 33

48 adalah memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung sebagai responden. Nilai penawaran yang diajukan terhadap pengunjung adalah menggunakan teknik pertanyaan payment card yaitu teknik bertanya terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang sudah disertai dengan jawabanjawaban untuk dipilih melalui kartu. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai rata-rata WTP menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus (Hanley dan Spash 1993): EWTP = n i=1 Wi n... (4) Dimana: EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp) Wi n i = Nilai WTP ke-i (Rp) = Jumlah responden (orang) = Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk kawasan wisata (i=1,2,,n) 34

49 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Kawasan Taman nasional Ujung Kulon secara administrasi terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara 102º º37 37 BT dan 06º º52 17 LS (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar alam Ujung Kulon seluas Ha dan Penunjukan perairan laut di sekitarnya seluas Ha yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang, Propinsi Dati I Jawa Barat menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Ujung Kulon maka luas kawasan TNUK adalah Ha yang terdiri dari hektar daratan dan hektar perairan laut (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Seluruh luas kawasan TNUK dibagi ke dalam tiga wilayah pengelolaan untuk memudahkan pengelolaan kawasan tersebut, (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009), pembagian wilayah tersebut yaitu: 1. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Panaitan, yang berkedudukan di Pulau Panaitan, tepatnya di daerah Legon Butun. 2. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Pulau Handeuleum yang berkedudukan di Pulau Handeuleum. 3. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Sumur yang berkedudukan di Kecamatan Sumur, tepatnya di daerah Cibayoni. 35

50 5.1.1 Zonasi Kawasan TNUK Sebagaimana dikatakan di dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1990, bahwa taman nasional adalah suatu kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi, maka zonasi Taman Nasional Ujung Kulon Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/2011 meliputi zona inti, zona rimba, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan, zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, dan zona khusus (Lampiran 2) Deskripsi Kawasan Wisata TNUK Objek wisata TNUK merupakan salah objek wisata yang menarik yang ada di Kabupaten Pandeglang yang menyajikan keindahan alam, pantai serta laut yang indah dan masih sangat terjaga keasriannya karena kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi. Objek wisata TNUK juga bepotensi untuk menjadi wisata alternatif selain Pulau Umang, Anyer, dan Tanjung Lesung yang selama ini dikenal dan selalu ramai dikunjungi baik oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara. Suasana yang nyaman dan alami yang didukung dengan laut yang biru dan masih jernih serta pasir yang putih dapat memberikan sensasi relaksasi yang bisa membangkitkan semangat beraktivitas mereka kembali. Setiap pengunjung TNUK harus membayar tiket masuk sebesar Rp untuk pengunjung nusantara dan Rp untuk pengunjung mancanegara. Selain menawarkan wisata pantai yang indah, objek wisata juga dilengkapi dengan berbagai aktivitas wisata yang lain yaitu (1) Snorkling dan Diving di Ciharashas dan Cihandarusa, (2) Surfing di Legon Bajo, (3) tracking ke Karang Copong, Citerjun, dan tanjung layar, (4) melihat Banteng di padang 36

51 penggembalaan Cidaon, (5) Canoing di sungai Cigenter, (6) Penelitian dan Wildlife Viewing di sekitar Cigenter, dan (7) Ziarah ke Gua Sanghyang sirah. Walaupun terdapat banyak akses untuk mencapai lokasi objek wisata TNUK namun aksesibilitas yang sulit dan sebagian jalan yang rusak membuat akses menuju lokasi tidak dapat dijangkau dengan mudah. TNUK dapat dicapai melalui jalur darat dan laut. Jalur darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, jasa travel atau angkutan umum. Jika menggunakan angkutan umum kita harus menggunakan bis jurusan Jakarta/Kalideres-Labuan atau Jakarta/Kp. Rambutan-Serang-Labuan, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum minibus/elf jurusan Labuan-Sumur-Tamanjaya (Lampiran 3). Perjalanan menuju kawasan TNUK melalui jalur laut dapat dilakukan dengan menggunakan kapal sewaan (longboat atau slowboat) yang biasa disewakan di Labuan/Carita, Sumur, maupun Tamanjaya. Rute perjalanan laut menuju objek wisata TNUK bisa dilihat pada Lampiran 3. Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan objek wisata TNUK antara lain : 1. Kantor pusat informasi dan pelayanan di Resort Pulau Panaitan, Peucang, dan Handeuleum 2. Penginapan tipe Flora A, Flora B, Fauna, dan Bivak di Resort Pulau Peucang 3. Penginapan di Resort Pulau Handeuleum 4. Dermaga untuk bersandarnya kapal kecil, speed boat atau long boat di Pulau Panaitan, Peucang, dan Handeuleum 5. Shelter atau saung yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam 37

52 6. Koperasi Badak diperuntukkan bagi wisatawan untuk membeli peralatan mandi, makanan ringan, minuman dan kenang-kenangan dari TNUK 7. Sedangkan fasilitas lainnya yaitu, mushola, kantor petugas, dan MCK Obyek Wisata TNUK Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikannya. Semuanya merupakan pesona alam yang sangat menarik untuk Anda kunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain. Beberapa objek wisata yang ada di TNUK antara lain: 1. Pulau Peucang Pulau Peucang merupakan salah satu pulau yang banyak dikunjungi para pengunjung. Bahkan karena keindahannya, beberapa pengunjung menjuluki pulau ini sebagai Dream Island. Pulau seluas 450 Ha ini memiliki laut dengan gugusan karang dan kehidupan bawah laut yang indah sehingga sangat sesuai untuk kegiatan snorkeling dan diving. Selain itu di pulau ini, kita pun dapat bercengkrama dengan rusa (Russa timorensis) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang banyak berkeliaran. Fasilitas wisata yang dapat dijumpai di pulau ini antara lain penginapan dan visitor centre. Pulau ini terdapat sebuah batu karang mati besar yaitu Karang Copong yang terdapat di pulau Peucang bagian Utara. Selain tracking ke Karang Copong, pengunjung akan melihat pemandangan sunset dengan latar belakang laut yang membentang indah. Melalui pulau ini kita dapat menuju lokasi wisata yang menarik lainnya seperti padang penggembalaan Cidaon dan Air terjun Citerjun. Pantai Pulau Peucang dapat dilihat pada Gambar 5 38

53 Sumber: Data Primer (2012) Gambar 5. Panorama Pantai Pulau Peucang 2. Padang Penggembalaan Cidaon Kegiatan ini dilakukan dengan tracking dari Cidaon ke Cibunar, yang merupakan hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah yang masih alami. Sepanjang jalan menuju lokasi, pengunjung dapat menemui berbagai macam burung dan vegetasi pakan Badak. tracking ini merupakan perjalanan dari pantai utara menembus pantai selatan dengan perbedaan karakteristik yang menarik. Setelah sampai di padang penggembalaan Cibunar, pengunjung dapat menikmati atraksi kumpulan Banteng yang sedang merumput. Padang penggembalaan Cidaon dapat dilihat pada Gambar Gua Sanghyangsirah Sumber: BTNUK (2009) Gambar 6. Padang Penggembalaan Cidaon Gua Sanghyangsirah terletak di bagian barat Semenanjung Ujung Kulon. Setiap tahunnya terutama bulan Maulid dan Muharram tahun hijriyah, gua ini 39

54 banyak dikunjungi para peziarah. Keberadaan Gua ini sangat erat dengan mitos dan legenda perjalanan hidup Kiansantang yang hidup pada masa Prabu Siliwangi di Kerajaan Padjajaran. Gua Sanghyangsirah dapat dilihat pada Gambar Pantai Selatan Sumber: Data Primer (2012) Gambar 7. Gua Sanghyang Sirah Kawasan ini membentang sepanjang pantai selatan semenanjung Ujung Kulon, mulai dari Cegog sampai Cibunar. Kawasan ini sangat tepat bagi pengunjung yang menyukai tracking, karena disamping areal perjalanan yang panjangnya kurang lebih delapan jam perjalanan, juga terdapat berbagai tantangan yang bervariasi. Sepanjang perjalanan tracking pengunjung dapat menikmati panorama alam pantai selatan yang indah. Panorama pantai selatan di TNUK dapat dilihat pada Gambar 8. : Sumber: Data Primer (2012) Gambar 8. Panorama Pantai Selatan TNUK 40

55 5. Kepulauan Handeuleum Kepulauan Handeuleum terdiri atas beberapa pulau diantaranya adalah Pulau Handeuleum besar, Handeuleum Tengah dan Handeuleum Kecil. Kekayaan jenis yang ada di ketiga pulau ini sangat beragam. Selain jenis-jenis mangrove, di ekosistem ini terdapat banyak burung, reptil, jenis-jenis biota air payau seperti udang dan kepiting bakau. Selain itu di kepulauan ini terdapat pula sungai-sungai seperti sungai Cigenter yang dapat disusuri dengan berkano (Canoeing). Pengunjung dapat bermalam di pulau Handeuleum, kemudian pada pagi hari berkano menyusuri sungai-sungai yang mengalir diantara pulau-pulau sangat kecil di Handeuleum. Selama berkano, pengunjung dapat mengamati kehidupan liar pada hutan pantai dan hutan mangrove seperti burung, ikan, kepiting bakau, ular dan lain sebagainya Canoeing di sungai Cigenter dapat dilihat pada Gambar 9 6. Pulau Panaitan Sumber: Data Primer (2012) Gambar 9. Kegiatan Canoeing di Sungai Cigenter Pulau Panaitan terletak di sebelah barat laut pulau Peucang. Pulau seluas Ha ini memiliki beberapa tempat diving seperti Legon Lentah dan Legon Kadam di Pantai Utara serta Legon Samadang dan Karang Jajar di Pantai Selatan pulau ini. Selain itu terdapat pula lokasi yang sangat cocok untuk kegiatan surfing antara lain di bagian dalam teluk Kasuaris. Lokasi ini menjadi favorit para surfer 41

56 karena ombaknya yang cukup besar. Kegiatan surfing di Pulau Panaitan dapat dilihat pada Gambar 10. Sumber: BTNUK (2009) Gambar 10. Kegiatan Surfing di Pulau Panaitan 7. Habitat Owa Jawa Curug Cikacang Curug Cikacang merupakan salah satu habitat Owa Jawa. Daerah ini dikelilingi oleh hutan primer dan hutan sekunder sehingga sering dijadikan sebagai tempat penelitian, pendidikan lingkungan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa kegiatan penelitian yang sering dilakukan adalah pengamatan primata, pengamatan burung, dan penelitian berbagai macam tanaman obat. Curug Cikacang di TNUK dapat dilihat pada Gambar 11. Sumber: Negoro (2011) Gambar 11. Panorama Curug Cikacang 42

57 5.2 Gambaran Umum Wisatawan Karakteristik umum responden kawasan wisata TNUK didasarkan kepada hasil survei yang telah dilakukan terhadap 30 responden. Karakteristik responden pengunjung dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pengunjung dan karakteristik dalam berwisata. Faktor sosial ekonomi (demografi) pengunjung terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Karakteristik responden berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pengunjung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Karakteristik Responden Pengunjung TNUK Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Pengunjung Tahun 2012 Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan ,3 26,7 Jumlah ,0 2. Umur (Tahun) ,7 26,7 33,3 13,3 3,3 6,7 Jumlah ,0 3. Pendidikan Terakhir SLTP SLTA D3 S1 S ,0 26,7 16,7 43,3 3,3 Jumlah ,0 4. Pekerjaan Pegawai Swasta Pensiunan Pengusaha/Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa ,0 3,3 13,3 33,3 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer Diolah (2012) 43

58 Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 5. Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan) < , , , > ,7 10,0 26,7 30,0 16,7 10,0 Jumlah ,0 6. Jarak Dari Tempat Tinggal 60,1 100 km >100 km 7. Daerah Asal Jabodetabek Purworejo Pekanbaru Pandeglang Serang Bandung Ciamis Sukabumi Madura ,7 93,3 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer Diolah (2012) 56,7 6,7 6,7 6,7 3,3 3,3 6,7 6,7 3,3 Pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di TNUK umumnya berasal dari berbagai golongan, daerah dan profesi. Karakteristik pengunjung TNUK diperoleh dari hasil survei terhadap pengunjung yang diperoleh dari hasil menyebarkan kuisioner kepada 30 orang responden, berdasarkan hasil jawaban kuisioner responden diperoleh hasil mayoritas responden berjenis kelamin lakilaki dengan proporsi 73,3% berjenis kelamin laki-laki dan 26,7% berjenis kelamin perempuan. Umumnya wisatawan yang berekreasi di TNUK memiliki usia berkisar antara tahun. Hal tersebut disebabkan karena untuk mencapai kawasan wisata TNUK harus mengeluarkan biaya yang cukup besar dikarenakan aksesibiltas yang sulit dan jarak yang jauh dari kota, sehingga yang datang ke 44

59 kawasan TNUK mayoritas adalah usia dewasa dengan kehidupan yang sudah mapan dan mempunyai pendapatan yang tinggi. Berdasarkan hasil kuisioner yang diperoleh mayoritas pengunjung telah memiliki pekerjaan dan mayoritas responden bekerja sebagai karyawan swasta dengan proporsi sebesar 50%. Pendapatan dari responden juga bervariasi, mayoritas tingkat pendapatan responden berkisar antara Rp ,1 sampai dengan Rp dengan proporsi sebesar 30%. Hal ini dikarenakan usia ratarata responden berkisar antara tahun dengan pendidikan terakhir adalah S1 dan telah memiliki pekerjaan tetap. Daerah asal pengunjung yang dijadikan responden dibagi atas beberapa daerah yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Pandeglang, Serang, Pekanbaru, Sukabumi, Ciamis, Bandung, Purworejo, dan Madura. Berdasarkan hasil kuisioner proporsi terbesar asal daerah responden adalah berasal dari Jabodetabek yaitu sebesar 56,7%. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat sekitar Jabodetabek merasa bosan dengan suasana kota, sehingga TNUK merupakan salah satu tempat wisata untuk menghilangkan raja jenuh yang dirasakan responden pengunjung yang berasal dari Jabodetabek. Wisatawan yang berkunjung TNUK umumnya berasal dari luar provinsi Banten. Hal tersebut disebabkan karena >50% pengunjung berasal dari luar Banten. Karakteristik responden pengunjung kawasan TNUK berdasarkan karakteristik dalam berwisata terdiri dari cara kedatangan menuju lokasi wisata, jumlah rombongan, lama kunjungan, waktu kunjungan, sumber informasi lokasi, dan tujuan wisata lokasi tersebut. Karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. 45

60 Tabel 6. Karakteristik Responden Pengunjung dalam Berwisata di Kawasan Wisata Taman Nasional Ujung Kulon Tahun 2012 Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1. Kedatangan Kelompok Rombongan/Keluarga/Instansi 2. Cara Kedatangan Kendaraan Umum & Ojek Kapal/Boat Kendaraan Pribadi & Ojek Kapal/Boat Kendaraan Sewa & Ojek Kapal/Boat 3. Lama Kunjungan 2 3 Hari 4 5 Hari 4. Waktu Berwisata Libur Tidak Harus Libur Akhir Pekan 5. Informasi TNUK Teman/keluarga Surat Kabar/majalah Internet Lainnya 6. Motivasi Kunjungan Rekreasi Pendidikan Ziarah Sumber: Data Primer Diolah (2012) 16 53, ,7 Jumlah , ,7 26,7 56,7 Jumlah , ,0 3 10,0 Jumlah , ,3 30,0 6,7 Jumlah , ,0 6,7 26,7 6,7 Jumlah , ,3 16,7 Jumlah ,0 Kedatangan pengunjung ke TNUK sebagian besar dilakukan bersama teman (bersama kelompok) yaitu sebanyak 53,3%, dan sebanyak 46,7% responden pengunjung datang bersama rombongan/keluarga/instansi. Hal ini menunjukkan bahwa TNUK sebagai tempat wisata banyak diminati pengunjung untuk berkumpul bersama teman, selain itu jika pengunjung datang ke TNUK secara sendiri akan menghabiskan biaya yang sangat besar karena semua biaya perjalanan harus ditanggung sendiri. Sedangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk berwisata ke TNUK cukup besar. 46

61 Umumnya pengunjung yang datang ke TNUK menggunakan jasa travel atau dengan kendaraan sewa menuju dermaga di Sumur atau di Tamanjaya dan bisa juga melalui Hotel Marina di Carita, kemudian melanjutkan perjalanan melalui kapal nelayan, kapal pengelola kegiatan wisata, dan boat pemilik jasa travel. Karena waktu perjalanan yang cukup lama dan umumnya wisatawan berada di lokasi lebih dari 6 jam, maka wisatawan yang berkunjung ke TNUK harus menginap. Terutama wisatawan yang jaraknya lebih dari 100 km dan memiliki tujuan wisata khusus seperti memancing, tracking, dan diving. Sebanyak 60% responden mengetahui kawasan TNUK berasal dari teman/keluarga, berasal dari surat kabar/majalah sebesar 6,7%, berasal dari internet sebesar 26,7%, sedangkan berasal informasi lainnya seperti buku pelajaran sebesar 6,7%. Lebih dari 50% responden mengunjungi kawasan TNUK pada waktu libur panjang. Hal tersebut disebabkan karena waktunya sangat luang sehingga responden dapat menikmati kawasan wisata TNUK dengan leluasa dan tenang. Motivasi kunjungan merupakan alasan yang mendorong seseorang untuk melakukan wisata ke TNUK. Setiap individu memiliki motivasi kunjungan yang berbeda-beda. Sebagian besar responden melakukan kunjungan ke kawasan wisata TNUK untuk berekreasi, yaitu sebanyak 80%. Hal tersebut membuktikan bahwa kawasan wisata TNUK memiliki potensi wisata yang menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk melakukan kegiatan rekreasi alam di kawasan tersebut. 47

62 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Pengunjung TNUK Pariwisata menawarkan produk dan jasa wisata tidak lepas dari unsur atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan hospitality. Semakin lengkap dan terintegrasinya unsur-unsur tersebut maka akan semakin kuat posisi penawaran suatu objek wisata dalam kepariwisataan. Guna memperkuat posisi tersebut maka kualitas produk yang ditawarkan harus diperhatikan, dimana hal ini terkait dengan keunikan, otentitas, originalitas, amenitas dan keragaman. Oleh karena itu, penilaian wisatawan berupa persepsi terhadap unsur atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan hospitality sangat penting untuk diketahui dan dievaluasi (Wijayanti, 2009). Berdasarkan hal tersebut persepsi pengunjung terhadap fasilitas yang disediakan oleh pengelola, keadaan lingkungan, kemanan, dan aksesibiltas menuju kawasan wisata TNUK perlu dikaji dan dianalisis sebagai masukan bagi pihak pengelola kawasan TNUK untuk pengembangan lebih lanjut di masa yang akan datang. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan daya saing dengan kawasan wisata lain Persepsi terhadap Fasilitas yang Disediakan Keberadaan dan kondisi sarana dan prasarana yang baik atau memadai merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap pengelola lokasi wisata karena akan sangat menunjang kenyamanan pengunjung yang mendatangi lokasi wisata tersebut. Persepsi responden terhadap kelengkapan dan keadaan fasilitas TNUK dapat dilihat pada Tabel 7. 48

63 Tabel 7. Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas yang Disediakan Oleh Pengelola Fasilitas yang Disediakan Memadai Tidak Memadai Total % Pengelola Responden % % Toilet dan Kamar Mandi 19 63, , Tempat Sampah 9 30, , Papan Interpretasi 13 43, , Shelter 3 10, , Tempat Duduk 27 90,0 3 10, Penginapan 20 66, , Toko Souvenir 0 0, , Penyewaan Alat 0 0, , Informasi Tentang TNUK 28 93,3 2 6, Telekomunikasi 0 0, , Rata-rata pilihan 44,1 55,9 Sumber: Data Primer Diolah (2012) Berdasarkan Tabel 7, rata-rata pilihan responden pengunjung menunjukkan penilaian memadai (44,1%) terhadap kondisi fasilitas wisata di TNUK. Sedangkan sebesar 55,9% rata-rata pilihan jawaban responden menunjukkan penilaian tidak memadai terhadap kondisi fasilitas wisata di TNUK. Adapun fasilitas yang memadai menurut responden pengunjung yaitu toilet dan kamar mandi (63,3%), tempat duduk (90,0%), penginapan (66,7%), dan informasi tentang TNUK (93,3%). Namun mengenai fasilitas berupa tempat sampah (70,0%), papan interpretasi (56,7%), shelter (90,0%), toko souvenir (100,0%), penyewaan alat (100,0%), dan telekomunikasi (100,0%) dinilai kondisinya masih tidak memadai. Berdasarkan hal tersebut pengelola harus menambahkan peralatan yang disewakan dan souvenir yang dijual agar menjadi tambahan pemasukan bagi pengelola atau juga memfasilitasi masyarakat setempat untuk menciptakan dan 49

64 menjual souvenir khas TNUK kepada wisatawan. Dalam hal telekomunikasi, telekomunikasi yang dimaksud adalah jaringan provider yang biasa digunakan oleh pengunjung. Pemerintah dan pihak pengelola perlu melakukan upaya kerjasama dengan pihak telekomunikasi agar menambahkan jaringan telekomunikasi di semua objek wisata TNUK karena telekomunikasi merupakan salah satu komponen penting ketika sedang berwisata maupun dalam kegiatan konservasi Persepsi terhadap Keadaan Lingkungan Pengembangan wisata di dalam kawasan konservasi sebagai daya tarik wisatawan berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal tersebut tentu dapat mengancam keberlanjutan kawasan wisata tersebut. Oleh karena itu, persepsi responden pengunjung terhadap lingkungan perlu diketahui agar dampak negatif dari pengembangan wisata di TNUK dapat diminimalisir. Persepsi responden pengunjung terhadap lingkungan di TNUK dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persepsi terhadap Keadaan Lingkungan di TNUK Keindahan Alam % Menarik 27 90,0 Cukup Menarik 3 10,0 Tidak Menarik 0 0,0 Jumlah ,0 Kebersihan % Bersih 8 26,6 Cukup Bersih 17 56,7 Tidak Bersih 5 16,7 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer, Diolah (2012) 50

65 Taman Nasional Ujung Kulon sebagai kawasan wisata alam yang memanfaatkan keindahan alam sebagai potensi utamanya menjadikan wisata ini harus terus berusaha mempertahankan keindahan alamnya agar dapat menjadi nilai jual tersendiri untuk wisata ini. Keindahan alam yang terdapat pada TNUK berupa pantai yang indah, panorama bawah laut, berbagai macam tipe ekosistem, berbagai jenis flora dan fauna, dan beberapa situs budaya. Berdasarkan hal tersebut sebanyak 90,0% responden mengatakan bahwa keindahan alam yang terdapat di TNUK menarik dan 10,0% menyatakan cukup menarik. Pengelola dalam rangka menjaga kondisi kebersihan di TNUK sudah menyediakan tempat sampah yang diletakkan pada lokasi-lokasi yang mudah dijangkau oleh pengunjung. Akan tetapi kesadaran pengunjung TNUK untuk menjaga kebersihan masih kurang baik. Hal tersebut terlihat dari sampah sisa pengunjung yang kerap ditemukan di tepi pantai, sekitar penginapan, shelter, jalur tracking dan area tempat duduk-duduk. Berdasarkan hasil Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 26,6% responden menyatakan bahwa kondisi di TNUK bersih, 56,7% responden menyatakan kondisi di TNUK cukup bersih, dan 16,7% responden menyatakan kondisi di TNUK tidak bersih Persepsi terhadap Keamanan dan Kondisi Aksesibilitas di TNUK Kawasan wisata TNUK merupakan salah satu objek wisata yang diminati oleh wisatawan sehingga kondisi keamanan harus diperhatikan demi kenyamanan para wisatawan di kawasan TNUK. Karena keamanan merupakan salah satu unsur yang menjadi pertimbangan bagi wisatawan untuk kembali mengunjungi atau tidaknya ke TNUK. Jika kondisi keamanan di kawasan TNUK terjamin maka wisatawan akan tertarik untuk kembali mengunjungi TNUK. 51

66 Kemudahan mencapai lokasi TNUK juga merupakan faktor pendukung seseorang untuk memutuskan melakukan kunjungan ke TNUK. Untuk mencapai kawasan TNUK dapat dicapai melalui jalur darat dan laut. Jalur darat dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum Bis jurusan Jakarta/Kalideres- Labuan atau Jakarta/Kp.Rambutan-Serang-Labuan, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum minibus/elf jurusan Labuan- Sumur-Tamanjaya. Sedangkan perjalanan menuju kawasan TNUK melalui jalur laut dapat dilakukan dengan menggunakan kapal sewaan (longboat atau slowboat) yang biasa disewakan di Labuan/Carita, Sumur, maupun Tamanjaya. Persepsi responden pengunjung terhadap Aksesibilitas dan keamanan di TNUK dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Persepsi terhadap Keamanan dan Aksesibilitas di TNUK Keamanan % Aman ,0 Tidak Aman 0 0,0 Jumlah ,0 Aksesibilitas % Mudah 8 26,7 Sulit 22 73,3 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer Diolah (2012) Berdasarkan Tabel 9 semua pengunjung merasa aman ketika mengunjungi objek wisata TNUK. Hal tersebut disebabkan karena lokasi wisata TNUK yang jauh dari pemukiman penduduk dan hanya terdapat wisatawan dan pihak pengelola saja di kawasan wisata tersebut sehingga pengunjung tidak melihat atau merasakan tindak kejahatan ketika berwisata ke TNUK. 52

67 Sebanyak 73% responden menilai bahwa sulit untuk mencapai lokasi TNUK. Hal tersebut disebabkan karena jaraknya jauh dari ibu kota, kondisi jalan yang rusak, kurangnya papan penunjuk jalan, dan kendaraan umum hanya beroperasi pada batas waktu tertentu. Sehingga bagi pengunjung yang berniat pergi dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi akan cukup kesulitan. Rata-rata pengunjung pergi ke TNUK menggunakan kendaraan sewa atau jasa travel. Sedangkan sebanyak 26,7% responden memiliki persepsi bahwa untuk mencapai lokasi TNUK mudah. Hal ini disebabkan karena responden merasa sarana transportasi penyebarangan menuju kawasan wisata TNUK seperti speed boat atau kapal nelayan jumlah dan kondisinya memadai, sehingga responden tidak mengalami kesulitan ketika mengunjungi kawasan wisata tersebut. 6.2 Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Kawasan Wisata TNUK Penentuan kebijakan pengembangan kawasan wisata di masa yang akan datang memerlukan berbagai masukan dari pengunjung. Karena Kepuasan merupakan harapan pengunjung dan pihak pengelola itu sendiri. Kepuasan pengunjung akan berdampak positif pada jumlah pengunjung. Kepuasan juga akan mendorong pengunjung untuk berkunjung kembali serta promosi secara tidak langsung. Begitupun dengan pengunjung yang datang ke kawasan TNUK, mereka memiliki harapan-harapan dalam pengembangan wisata di TNUK agar ke depannya wisata di TNUK dapat berkembang menjadi wisata yang berkelanjutan baik itu dari aspek kualitas lingkungannya maupun dari aspek pelayanannya. Berdasarkan harapan pengunjung, kawasan TNUK dapat menjadi objek daya tarik 53

68 wisata yang tetap di kunjungi oleh pengunjung. Harapan pengunjung terhadap pengembangan kawasan wisata TNUK dapat dilihat dalam Tabel 10. Tabel 10. Harapan Responden Pengunjung Terhadap Pengembangan Kawasan Wisata TNUK No Harapan Pengembangan % 1 Kebersihan Penginapan 23 20,0 2 Menambah tempat sampah 21 18,3 3 Perbaikan infrastruktur jalan 19 16,5 4 Perbaikan Masalah Pemesanan Kamar 16 13,9 5 Membangun toko souvenir 9 7,8 6 Menyediakan atraksi hiburan tradisional 8 6,9 7 Memperbanyak toilet 7 6,1 8 Menambah papan interpretasi 7 6,1 9 Memperluas mushola 5 4,4 Jumlah ,0 Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2012 Berdasarkan Tabel 10 harapan utama pengunjung objek wisata TNUK menginginkan adanya perbaikan pada kebersihan penginapan, penambahan tempat sampah, perbaikan infrastruktur jalan, toko souevenir yang disediakan, perbaikan toilet, dan masalah pemesanan kamar. Sedangkan untuk fasilitas yang lain bukan prioritas utama untuk dilakukan perbaikan. Pengunjung menginginkan adanya perbaikan pada kebersihan kamar di penginapan. Karena selama menginap pengunjung merasa kebersihan dari kamar tersebut tidak terjaga misalnya banyak debu, sarang laba-laba, dan bahkan kerap ditemukan tikus yang menyebabkan kenyamanan dari pengunjung menjadi terganggu. Pengunjung tidak mementingkan masalah fasilitas penginapan mewah atau tidak, yang terpenting bagi mereka adalah kebersihan dari penginapan tersebut. Pengunjung juga menginginkan penambahan tempat sampah di area kawasan wisata, pengunjung merasa kesulitan jika ingin membuang sampah dikarenakan jumlahnya yang sedikit. Hal tersebut dapat membuat kekhawatiran 54

69 akan menurunnya kebersihan di kawasan wisata TNUK. Selain itu kondisi jalan menuju TNUK juga masih banyak yang rusak. Perlu upaya dari pemerintah daerah setempat untuk melakukan perbaikan jalan agar kawasan wisata tersebut tidak terlalu sulit untuk diakses oleh wisatawan. Permasalahan dalam pemesanan juga harus diperbaiki karena dibeberapa objek wisata TNUK tidak terdapat jaringan telekomunikasi dan hanya mengandalkan radio call saja, sering menimbulkan kesalahpahaman dalam hal booking kamar. Banyak pengunjung yang setelah datang ke lokasi wisata tidak mendapatkan kamar untuk menginap akibat kesalahpahaman tersebut. 6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di TNUK Permintaan terhadap manfaat wisata TNUK dilihat dari frekuensi kunjungan yang dilakukan oleh pengunjung ke TNUK dalam periode tertentu. Penelitian ini mengambil dasar waktu kunjungan lima tahun terakhir. Frekuensi kunjungan dalam lima tahun terakhir merupakan dependent variable, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi merupakan independent variable. Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel yang diduga mempengaruhi permintaan rekreasi ke TNUK. Variabel bebas tersebut adalah biaya perjalanan, pendapatan, usia, lama mengetahui TNUK, jarak ke lokasi wisata, dan tanggungan keluarga. Model fungsi permintaan wisata TNUK dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diestimasi dengan menggunakan analisis regresi berganda Model Fungsi Permintaan Wisata TNUK Salah satu kriteria model yang baik adalah terbebas dari masalah multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan harus memenuhi asumsi 55

70 kenormalan. Sejumlah estimasi model permintaan wisata diperoleh dari wawancara dengan 30 orang responden wisatawan TNUK. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh fungsi permintaan wisata ke TNUK sebagai berikut: Y = 0,212-0, X1 + 0, X2 + 0,0275 X4 + 0,0386 X8 + 0, X9-0,241 X10 Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata TNUK Predictor Coef T P VIF Constant 0,2118 0,76 0,458 Biaya Perjalanan -0, ,30 0,205 1,8 Pendapatan 0, ,15 0,030 1,5 Usia 0, ,69 0,021 2,9 Lama Mengetahui 0, ,01 0,052 1,4 Jarak 0, ,36 0,038 2,5 Jumlah Tanggungan -0, ,79 0,001 3,2 S 0, F 6,40 R-Sq 62,6% P - Value 0,000 R-Sq(adj) 52,8% Durbin-Watson statistic 1, Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012) Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa model yang dihasilkan dalam penelitian tergolong relatif baik karena nilai R-Sq yang dihasilkan bernilai 62,6%. Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke TNUK dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 62,6% dan sisanya sebesar 37,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai F hitung sebesar 6,40 dengan nilai P-value uji F sebesar 0,000 (Lampiran 4) menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan jumlah kunjungan responden pada taraf α yang digunakan. 56

71 Pelanggaran asumsi yang biasa terjadi dalam analisis regresi linier berganda adalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (Gujarati, 2006). Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan asumsi untuk mengetahui tingkat keakuratan model yang telah dibangun. Pemenuhan asumsi dan uji statistik yang dilakukan antara lain: 1. Uji Multikolineritas Hasil analisis model menunjukkan bahwa tidak adanya multikoleniaritas karena nilai VIF kurang dari 10 untuk semua independent variable yang diujikan (Tabel 11), sehingga variabel bebasnya tidak saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. 2. Uji Homoskedastisitas Uji homoskedastisitas dapat diketahui dengan menggunakan uji Glejser yaitu dengan melakukan regresi linier nilai absolut residual dengan variabel prediktor (Priyatno, 2012). Dengan kriteria pengujian nilai peluang P yang lebih besar dari nilai taraf signifikansi sebesar 0,05 (Lampiran 5). 3. Uji Asumsi Normalitas Uji normalitas juga dilakukan pada model tersebut yaitu dengan membuat grafik probability plot dari residual pada normality test. Pada uji Kolmogorov- Smirnov (KS), peneliti menggunakan α sebesar 0,05. Dari sini dapat diketahui nilai statistik kolmogorov-smirnov pada tabel kolmogorov-smirnov (Lampiran 6). Berdasarkan tabel KS, statistik untuk α = 0,05 dan jumlah pengamatan sebanyak 30 adalah 0,242. Nilai ini akan dijadikan patokan untuk mengambil kesimpulan berdasarkan hasil uji kenormalan data yang telah dilakukan. Selanjutnya dari uji normalitas tersebut diperoleh hasil nilai Kolmogorov-Smirnov (KS) sebesar 0,104 57

72 (Lampiran 7). Nilai statistik kolmogorov yang diperoleh dari pengamatan kurang dari nilai statistik kolmogorov pada tabel KS. Residual model regresi linier yang dibuat telah mengikuti ditribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa asumsi kenormalan dapat terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat bisa digunakan. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Pengujian ini dapat dilakukan melalui uji DW (Durbin Watson). Pengujian ini menghasilkan nilai Durbin Watson sebesar 1,93 (1,83 <DW<2,17). Nilai DW tersebut lebih besar dari Du (1,83) dan lebih kecil dari 4-Du (2,17), maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi dan telah memenuhi asumsi non autokorelasi. Hasil uji Durbin Watson dapat dilihat pada Lampiran Faktor-Faktor yang Berpengaruh Nyata Terhadap Permintaan Wisata TNUK Analisis model permintaan wisata TNUK yang telah dikaji pada pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke TNUK dalam lima tahun terakhir adalah biaya perjalanan, jumlah tanggungan, pendidikan, usia dan lama di lokasi wisata. 1. Tingkat Pendapatan Variabel pendapatan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan pengunjung ke TNUK pada taraf nyata 5%. Kenaikan pendapatan pengunjung akan meningkatkan frekuensi kunjungan individu ke objek wisata TNUK. 58

73 Pendapatan merupakan salah satu hal yang mencerminkan kemampuan ekonomi seseorang. Semakin tinggi kemampuan ekonomi seseorang maka akan lebih mudah dalam menyisihkan pendapatannya untuk pemenuhan kebutuhan tersier seperti melakukan kegiatan wisata. Kawasan TNUK merupakan salah satu kawasan wisata yang menarik dengan berbagai keunikannya. Sehingga memiliki potensi wisata yang jarang ditemukan di daerah lain. Pengunjung yang berpendapatan tinggi memiliki peluang untuk lebih sering berwisata ke kawasan tersebut karena biaya yang harus dikeluarkan untuk mengunjungi wisata tersebut tidaklah sedikit. 2. Usia Berdasarkan hasil regresi linier berganda, koefisien variabel usia pengunjung bertanda positif dan signifikan pada taraf 5%, hal ini berarti semakin bertambahnya usia maka semakin besar peluang untuk melakukan kunjungan ulang ke TNUK. Hasil ini sesuai dengan hasil survey di lapangan dimana pengunjung banyak mengunjungi kawasan wisata TNUK adalah orang dewasa yaitu berkisar antara tahun (Tabel 5). Oleh karena itu usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi untuk melakukan kunjungan ulang ke TNUK. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi dimana objek wisata TNUK merupakan kawasan wisata alam yang masih sangat alami dan tidak terdapat sarana-sarana rekreasi seperti kebanyakan wisata lainya. Objek wisata TNUK dibiarkan apa adanya sehingga pengujung yang datang pun kebanyakan orang dewasa yang ingin menikmati suasana alam yang tenang jauh dari hiruk pikuk 59

74 keramaian kota yang dapat menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas yang dilakukan setiap hari. 3. Lama Mengetahui Variabel lama mengetahui keberadaan kawasan wisata berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisata ke TNUK. Pengunjung yang sudah lama mengetahui keberadaan kawasan wisata tertarik untuk berkunjung ke TNUK karena banyaknya informasi mengenai keindahan alam yang di tawarkan oleh kawasan wisata TNUK baik itu melalui internet, televisi atau media lainnya. Hal ini menunjukkan lamanya individu mengetahui keberadaan kawasan wisata TNUK dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisata individu ke kawasan wisata tersebut. 4. Jarak Tempuh Jarak tempuh merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi individu untuk menentukan lokasi wisata. Variabel jarak tempuh berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke kawasan wisata TNUK pada taraf nyata 5%, artinya semakin jauh jarak ke lokasi kawasan wisata TNUK maka akan menaikkan frekuensi kunjungan wisata ke TNUK. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana jarak tempuh berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke kawasan wisata TNUK. Hal tersebut disebabkan disebabkan karena keingintahuan yang tinggi dari pengunjung yang berasal dari tempat tinggal yang jauh mengenai pesona alam TNUK. Sedangkan pengunjung yang lebih dekat dengan kawasan sudah tidak asing lagi mengenai pesona alam TNUK sehingga frekuensi kunjungannya lebih rendah. Oleh karena itu, hal ini sesuai dengan hasil survey dilapangan dimana hampir semua pengunjung yaitu sebesar 93,3% 60

75 memiliki jarak tempuh yang jauh (>100 km) untuk mencapai lokasi wisata TNUK (Tabel 5). 5. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh pada taraf nyata 1% dan memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Nasional Ujung Kulon. Artinya setiap peningkatan satu orang tanggungan keluarga yang dimiliki oleh responden akan menurunkan minat responden untuk mengunjungi kembali kawasan wisata Taman Nasional Ujung Kulon. Wisatawan yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak cenderung akan menurunkan frekuensi kunjungannya dalam melakukan wisata ke TNUK. Hal tersebut disebabkan karena jika memiliki tanggungan keluarga yang banyak maka biaya yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan utama keluarga menjadi besar dan alokasi biaya untuk melakukan kegiatan wisata menjadi lebih sedikit. Sedangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengunjungi kawasan TNUK sangat besar Faktor-Faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata Terhadap Permintaan Wisata ke TNUK Setelah dilakukan uji statistik t terhadap masing-masing variabel, terdapat variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata ke TNUK. Variabel tersebut adalah biaya perjalanan. Hal ini menunjukkan bahwa biaya perjalanan tidak mempengaruhi frekuensi kunjungan individu ke kawasan TNUK karena kawasan TNUK memiliki keindahan alam yang khas dan unik sehingga dapat memberikan kepuasan tersendiri ketika mengunjungi kawasan TNUK. Oleh karena itu, biaya perjalanan tidak menjadi hambatan untuk mengunjungi kawasan wisata di TNUK. 61

76 6.4 Nilai Ekonomi Wisata TNUK Nilai ekonomi wisata TNUK merupakan total surplus konsumen dalam satu periode yaitu satu tahun terakhir yang dapat dihitung dengan mengalikan surplus konsumen per kunjungan (Rp ,016) dengan jumlah kunjungan ke TNUK selama satu tahun terakhir yaitu sebanyak kunjungan (Lampiran 9), sehingga total surplus konsumen pengunjung TNUK dalam satu tahun terakhir adalah sebesar Rp ,90 (Lampiran 9). Angka ini menunjukkan bahwa nilai ekonomi atau nilai manfaat wisata TNUK adalah sebesar Rp ,90. Nilai manfaat wisata TNUK ini menunjukkan bahwa TNUK sebagai tempat wisata yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan serta keindahan alam yang natural sebagai daya tarik utamanya memiliki nilai ekonomi yang sangat besar. Nilai ekonomi wisata TNUK sebenarnya bisa lebih besar lagi jika kegiatan pengelolaan wisata di TNUK berjalan dengan baik. Karena dalam pengelolaanya terdapat beberapa kendala, sehingga membuat kegiatan wisata di TNUK tidak berjalan maksimal yang menyebabkan kurangnya minat dan pengetahuan pengunjung akan keberadaan objek wisata di TNUK. Padahal TNUK mempunyai pesona alam yang lengkap dan natural selain itu mempunyai satwa langka yang hanya terdapat di TNUK yaitu Badak Jawa. 6.5 Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK Berdasarkan Surplus Konsumen Menurut Fauzi (2006) perhitungan nilai surplus konsumen dari masingmasing lokasi wisata diestimasi dari fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya., setelah mengetahui fungsi permintaan kita dapat mengukur surlus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi 62

77 rekreasi. Surplus konsumen total kunjungan per individu dapat diukur dengan formula SK = Y²/2b, dimana Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan individu dan b adalah koefisien dari variabel biaya perjalanan. Berdasarkan penjelasan pada sub bab 6.4, diperoleh nilai surplus konsumen pengunjung terhadap kawasan wisata TNUK sebesar Rp ,016 per orang per kunjungan. Nilai surplus konsumen tersebut jauh lebih besar dari harga tiket masuk yang berlaku sekarang yaitu sebesar Rp 2.500,00 per orang. Artinya, biaya korbanan yang dikeluarkan pengunjung untuk menikmati jasa wisata di kawasan tersebut lebih besar dari harga tiket tersebut. Surplus konsumen dapat dimanfaatkan dengan mengoptimalkan harga tiket atau dengan cara lain salah satunya dengan paket wisata minat khusus untuk optimalisasi manfaat bagi pengelola maupun masyarakat sekitar kawasan TNUK. Jika dioptimalkan berupa harga harga tiket, dikhawatirkan tidak menggambarkan kemauan membayar pengunjung sehingga perlu dilihat juga WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk kawasan TNUK. 6.6 Estimasi Harga Optimum Tiket Masuk Kawasan TNUK Harga optimum untuk tiket masuk kawasan TNUK dapat berdasarkan surplus konsumen dan WTP pengunjung. WTP pengunjung perlu ditanyakan sebagai pembanding terhadap harga tiket saat ini dan harga tiket berdasarkan surplus konsumen. Pengunjung ditanyakan kesediaan tiket masuk kawasan TNUK yang nantinya untuk membantu pendanaan kegiatan konservasi serta perbaikan fasilitas yang ada di objek wisata. Kesediaan membayar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keinginan maksimum pengunjung dalam membayar tiket masuk TNUK. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung, semua 63

78 responden bersedia membayar tiket masuk kawasan TNUK. Kesediaan membayar pengunjung terhadap Tiket masuk kawasan TNUK dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12. Kesediaan Responden Pengunjung Membayar Tiket Masuk TNUK Kesediaan Membayar % Ya ,0 Tidak 0 0,0 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer, Diolah (2012) Harga tiket masuk kawasan tersebut dinilai murah oleh pengunjung. Hal disebabkan karena kawasan wisata TNUK memiliki bentang alam yang amat beragam mulai dari bentang alam laut, bentang alam hutan rawa, dan ekosistem daratan. Objek wisata yang ditawarkan memiliki keunikan tersendiri sehingga pengunjung menganggap harga tiket tersebut tidak sesuai dengan keunikan alam yang ada di TNUK. Mereka bersedia membayar lebih dari tiket yang berlaku saat ini. Pengunjung berharap keindahan alam yang ada di TNUK dapat dijaga dan dilestarikan dengan adanya kenaikan harga tiket masuk kawasan, terutama dalam hal konservasinya. Selain itu, pengunjung juga mengharapkan sarana dan prasarana wisata di TNUK ditingkatkan dengan tetap memperhatikan fungsi dari TNUK itu sendiri sebagai kawasan konservasi. Nilai WTP pengunjung terhadap tarif masuk kawasan TNUK diestimasi berdasarkan kesediaan membayar dari 30 responden. Harga tarif masuk yang ditanyakan hanya tarif masuk Kawasan TNUK saja tidak termasuk harga sewa penyebrangan, atraksi wisata dan jasa guide yang ditawarkan di kawasan TNUK karena pada umumnya tujuan wisatawan yang datang ke TNUK hanya ingin menikmati keindahan pantai yang terdapat di Pulau Peucang saja, sedangkan objek yang lain hanya sebagai pelengkap aktivitas wisatawan selama berada di kawasan TNUK. Nilai penawaran ditanyakan kepada responden dengan metode 64

79 payment card, dimana rentang nilai penawaran sudah ditentukan sebelumnya dan dicantumkan di dalam kuisioner, dengan batas minimum sebesar harga tiket masuk yang berlaku yaitu Rp ,00. Nilai rataan WTP dari distribusi besaran WTP pengunjung. dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Distribusi Besaran WTP Pengunjung Terhadap Tarif Masuk Kawasan Wisata TNUK Harga Tiket (Rp) % , , , ,7 Jumlah ,0 Minimum Maksimum Rata-rata ,7 Sumber: Data Primer, Diolah (2012) Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat nilai rataan WTP pengunjung terhadap tarif masuk kawasan TNUK adalah sebesar Rp ,7. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung masih bersedia membayar tarif masuk kawasan TNUK hingga Rp ,7. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung bersedia memberikan bantuan terhadap kegiatan konservasi di TNUK dan berkeinginan untuk mendapatkan fasilitas di lokasi wisata yang lebih baik dan lengkap sesuai dengan harapan pengunjung objek wisata. Tarif masuk kawasan wisata TNUK dapat diestimasi dengan mempertimbangkan nilai surplus konsumen, rataan WTP, dan harga tiket yang berlaku saat ini. Tabel 14 menampilkan harga tiket masuk kawasan TNUK yang dapat ditetapkan berdasarkan WTP, surplus konsumen, dan tiket yang berlaku saat ini. 65

80 Tabel 14. Dasar Penetapan Tarif Masuk Kawasan TNUK No Dasar Penetapan Tarif Masuk Nilai (Rp) 1. Harga Tiket awal 2.500,00 2. Rataan WTP ,70 3. Surplus konsumen ,016 Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis, 2012 Berdasarkan Tabel 14 pengelola masih dapat menaikan tarif masuk kawasan wisata TNUK sesuai dengan WTP pengunjung sampai Rp ,70. Peningkatan harga tiket sesuai dengan WTP jika dilakukan perbaikan mengenai fasilitas yang ada di kawasan wisata tersebut serta pengunjung diarahkan untuk melakukan kegiatan konservasi misalnya menanam mangrove dan pemberian materi mengenai pentingnya konservasi. Selain itu masih ada potensi untuk menaikan harga tiket masuk kawasan sampai surplus konsumen apabila dilakukan pengembangan wisata. Pengembangan tersebut yaitu mengembangkan paket wisata yang sudah berjalan berdasarkan segmentasi pasar dengan sasaran yang tepat yang dapat diarahkan ke jenis wisata minat khusus misalnya wisata minat khusus Badak Jawa dan wisata minat khusus lainnya seperti wisata pengamatan Kupu-Kupu dan Lebah Madu yang berbasis ekowisata yang bisa dikembangkan di kawasan TNUK. Surplus konsumen merupakan kepuasan pengunjung yang belum terbayarkan manfaatnya sehingga pihak pengelola kawasan TNUK dan masyarakat sekitar kawasan dapat memanfaatkan surplus konsumen yang dirasakan oleh pengujung wisata TNUK. Kontribusi yang signifikan adalah apabila surplus konsumen tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu pembiayaan kegiatan konservasi dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan TNUK baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya sebagai 66

81 penyewa kapal, penyedia souvenir, porter, guide, dan menyediakan penginapan bagi pengunjung. 6.7 Kontribusi Kegiatan Wisata TNUK terhadap Kegiatan Konservasi di TNUK Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam merupakan kekayaan alam yang sangat tinggi nilainya perlu dijaga kelestariannya dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata dapat diselenggarakan melalui kegiatan pengusahaan pariwisata alam. Penyelenggaraan pengusahaan pariwisata alam tersebut dilakukan dengan sebaikbaiknya sehingga tidak merusak lingkungan kawasan. Berdasarkan hal tersebut tersebut, potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di taman nasional perlu dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari. Salah satu upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya ditempuh melalui penetapan sebagian kawasan hutan atau kawasan perairan menjadi taman nasional yang salah satu fungsinya adalah sebagai obyek dan daya tarik wisata alam untuk dijadikan pusat pariwisata dan kunjungan wisata alam. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka taman nasional yang memiliki keunikan alam, keindahan alam, dan lain-lain, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam disamping sebagai wahana penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Agar obyek dan daya tarik wisata alam tersebut dapat dimanfaatkan secara nyata diperlukan modal dan teknologi. Oleh karena itu, modal masyarakat 67

82 dan teknologi yang sesuai, perlu diikut sertakan dalam kegiatan pengusahaan pariwisata alam. Kegiatan wisata di TNUK merupakan kegiatan yang memanfaatkan potensi alam yang dilakukan pada zona pemanfaatan yang berada di kawasan TNUK. Hal tersebut sebagai upaya membantu kegiatan konservasi di TNUK agar mencegah terjadinya perambahan ke zona inti yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan wisata tersebut secara tidak langsung dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya konservasi dan juga dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar kawasan disamping pekerjaan pokok diantaranya tour guide, porter, kuncen, dan penyewaan kapal. Sebagai pendukung kegiatan konservasi alangkah baiknya jika kegiatan wisata alam yang dikelola di TNUK minimalnya dapat memenuhi dana operasional untuk kegiatan wisata dari penerimaan kegiatan wisata tersebut sehingga tidak lagi dibebankan dari alokasi dana pengembangan wisata alam di TNUK yang berasal dari pemerintah. Bahkan selanjutnya diharapkan penerimaan dari kegiatan wisata tersebut mendapatkan surplus sehingga dapat pula dialokasikan sebagai dana konservasi di TNUK. Oleh karena itu, perlu dibandingkan alokasi dana pengelolaan wisata di TNUK dari pemerintah pusat dengan penerimaan yang diperoleh dari kegiatan wisata tersebut, serta sistem keuangan yang berlaku di Indonesia. Selain itu perlu diestimasi penerimaan tiket jika berdasarkan WTP dan surplus konsumen yang bisa dilihat pada Tabel 15 berikut. 68

83 Tabel 15. Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan Kegiatan Konservasi Serta Estimasi Penerimaan dari Kegiatan Wisata di TNUK Tahun 2012 Keterangan % terhadap biaya % terhadap biaya Besar pengembangan wisata dan Penerimaan wisata konservasi - Biaya Operasional Pengembangan Wisata dari Pemerintah Pusat * - Alokasi Dana Konservasi dari Pemerintah Pusat * Jumlah Penerimaan dengan harga tiket saat ini * (N x harga tiket) - Estimasi Penerimaan dengan harga WTP (N x harga WTP) ** ,16% ((ERTS/COP)*100%) ,50 49,02% ((ERTW/COP)*100%) Sumber: * = Statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon 2011 ** = Diolah oleh Penulis, 2012 Keterangan: N ERTS ERTW COP COPK = Jumlah Kunjungan = Estimasi Penerimaan dengan harga tiket saat ini = Estimasi Penerimaan dengan harga WTP = Biaya Operasional Pengembangan Wisata = Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan Alokasi Dana Konservasi dari Pemerintah 0,83% ((ERTS/COPK)*100%) 1,67% ((ERTW/COPK)*100%) Kontribusi kegiatan wisata sebagai pendukung terhadap konservasi di TNUK dapat dilihat dengan pendekatan penerimaan tiket masuk kawasan TNUK dan besarnya biaya untuk kegiatan konservasi di TNUK. Berdasarkan tarif saat ini kegiatan wisata tersebut berkontribusi sebesar 24,12% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut. Sedangkan kontribusi terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi adalah sebesar 0,83%, artinya sebesar 99,17% biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi ditanggung subsidi pemerintah. Jika berdasarkan WTP pengunjung kontribusinya dapat meningkat menjadi 49,02% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut. Sedangkan kontribusi terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi dapat 69

84 meningkat menjadi 1,67%, artinya sebesar 98,33% biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi ditanggung subsidi pemerintah. Hal ini dapat mengurangi sebesar 0,84% subsidi yang diberikan oleh pemerintah walaupun masih belum menutupi semua biaya pengembangan wisata dari pemerintah. Terjadinya peningkatan dari penerimaan kegiatan wisata tersebut dapat berkontribusi lebih besar jika dibandingkan dengan harga tiket saat ini yang dapat mengurangi beban pemerintah dalam pengembangan wisata maupun kegiatan konservasi di TNUK. Ada peluang memanfaatkan surplus konsumen sebesar Rp , 016 yang jika dimaksimalkan dengan mengalikannya dengan jumlah kunjungan satu tahun terakhir diperoleh manfaat sebesar Rp ,90. Manfaat ini dapat memenuhi seluruh biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi di TNUK. Surplus konsumen tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan wisata yang berbentuk paket wisata dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam pengelolaannya sehingga adanya kegiatan wisata di TNUK dapat membantu keberlangsungan kegiatan konservasi di TNUK. Sistem keuangan saat ini belum memungkinkan untuk menggunakan secara langsung penerimaan tarif masuk dari kegiatan wisata untuk pembiayaan konservasi di TNUK. Sistem keuangan di negara Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak mengharuskan semua penerimaan dari pungutan masuk kawasan hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata laut harus disetorkan langsung ke kas negara sehingga menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Oleh karena itu, penggunaan langsung dana dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK baik untuk tambahan dana 70

85 operasional pengembangan wisata maupun kegiatan konservasi di TNUK tidak memungkinkan, melainkan harus melalui pengajuan anggaran yang selama ini proporsi untuk kegiatan konservasi khususnya di TNUK dirasa masih kecil. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Pengusahaan pariwisata alam diselenggarakan oleh koperasi, badan usaha milik negara, perusahaan swasta dan perorangan dengan izin yang jelas dan wisata yang dikembangkan sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga untuk pengembangan wisata di TNUK yang berbasis ekowisata dapat dilaksanakan dengan menggandeng pihak lain sebagai mitra baik itu koperasi, swasta, maupun BUMN. Diharapkan hal ini dapat menjembatani atau menjadi solusi bagi permasalahan pengalokasian dana konservasi dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK. 71

86 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam, kebersihan, dan keamanan di kawasan wisata TNUK dinilai baik, namun beberapa fasilitas masih kurang memadai diantaranya penyediaan tempat sampah, toko souvenir, penyewaan alat, konsumsi dan jaringan telekomunikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap kegiatan wisata di TNUK adalah pendapatan, usia, lama mengetahui, jarak ke lokasi, dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor pendapatan, usia, lama mengetahui, dan jarak ke lokasi memiliki pengaruh positif, sedangkan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap permintaan wisata TNUK. 2. Taman Nasional Ujung Kulon sebagai tempat wisata alam yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan memiliki nilai ekonomi wisata sebesar Rp ,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa kawasan Taman Nasional Ujung Kulon memiliki nilai penting berupa manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata. 3. Nilai WTP pengunjung wisata TNUK adalah sebesar Rp ,7 dan nilai surplus konsumen sebesar Rp ,016 per kunjungan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai dasar penetapan tiket optimum masuk kawasan TNUK yang saat ini baru menetapkan tarif masuk sebesar Rp 2.500,00 untuk wisatawan nusantara. 72

87 4. Kegiatan wisata di TNUK berkontribusi sebagai pendukung kegiatan konservasi di TNUK, yaitu sebagai upaya mencegah perambahan ke zona inti oleh masyarakat. Penerimaan dari tiket wisata dengan tarif saat ini berkontribusi sebesar 24,16% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut dan sebesar 0,83% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Jika diestimasi berdasarkan WTP kontribusinya dapat meningkat menjadi 49,02% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut dan sebesar 1,67% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Selain itu masih ada peluang memanfaatkan surplus konsumen yang jika dimaksimalkan dapat memenuhi seluruh biaya pengembangan wisata serta kegiatan konservasi di TNUK, kemudian dapat pula dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak langsung. 7.2 Saran 1. Nilai ekonomi wisata TNUK yang tinggi menandakan bahwa keberadaan kawasan ini sebagai fungsi wisata yang dapat mendukung kegiatan konservasi di TNUK. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pengelolaan dan pengembangan wisata alam yang mengacu pada konsep ekowisata. Aktifitas wisata di kawasan tersebut sebaiknya diarahkan pada wisata minat khusus dengan membuat segmentasi pasar yang baru atau memperbarui segmentasi yang pernah ada pada sasaran yang tepat misalnya paket wisata minat khusus Badak Jawa sehingga dapat meningkatkan penerimaan bagi pengelola. 73

88 2. Pengembangan program yang berkaitan dengan wisata yang melibatkan masyarakat perlu ditingkatkan. Melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat terkait pengelolaan kawasan wisata dan memfasilitasi masyarakat agar ikut andil dalam upaya pengembangan kawasan wisata tersebut misalnya sebagai penyewa kapal, penyedia souvenir, guide, dan menyediakan penginapan bagi pengunjung sehingga dapat memberikan income generating untuk masyarakat sekitar kawasan TNUK. 3. Perlu dilanjutkan atau dirintis kembali kerjasama dengan mitra lama atau mitra baru dalam pengelolaan kegiatan wisata berbasis ekowisata, baik itu bermitra dengan pihak BUMN, pihak swasta maupun perorangan sepanjang tidak mengganggu fungsi konservasi TNUK dan sejalan dengan aturan yang belaku. 4. Perlu penelitian lanjutan mengenai sistem kemitraan dalam pengelolaan wisata di TNUK dan sistem pengembangan wisata di TNUK berbasis ekowisata yang harus mencakup unsur konservasi dan dapat melibatkan masyarakat sekitar. Karena wisata di TNUK memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai pendukung kegiatan konservasi. 5. Perlu penelitian lanjutan mengenai tingkat carrying capacity karena kawasan wisata TNUK merupakan kawasan konservasi yang harus tetap dijaga kelestariannya, sehingga daya dukung (carrying capacity) yang ideal harus diketahui agar wisata di TNUK tetap berlanjut di masa yang akan datang 74

89 DAFTAR PUSTAKA Arikunto Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta Badi ah Kajian Pengelolaan Wisata di Kawasan Konservasi. Sekolah Parcasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Balai Taman Nasional Ujung Kulon Sejarah dan Status Kawasan. Diakses pada Tanggal 2 September Zonasi. tnuk/pengelolaan/ zonasi. [ 2 September 2012 ] Letak dan Luas. [ 2 September 2012 ] Objek Wisata. [ 2 September 2012 ] Public Use Planning. [ 2 September 2012 ] Statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Damanik J dan Weber Perencanaan Ekowisata. ANDI. Yogyakarta Dewi RK Fungsi Permintaan Taman Safari Indonesia (TSI) dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Djijono, Valuasi Ekonomi Menggunakan metode Travel Cost Method Taman Hutan Wisata di Taman Wan Abdul Rahman, Provinsi Lampung. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Douglass RW Forest Recreation. Pargamon Press, New York. Eagles P Sustainable Tourism in Protected Areas Guidelines for Planning and Management. Adrian Phillips, series editor. IUCN-The World Conservation Union. Fauzi A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 75

90 Firandari T Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung (PSG-3) dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Firdaus M Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara. Jakarta. Gold SM Recreation Planning and Design. McGraw-hill. New- York. hlm Gujarati DN Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Gunn CA Vacationscape : Developing Tourist Areas. Ed ke-3. Taylor & Francis Pr. Washington DC. hlm Haab dan K.E. McConnell Valuing Environmental and Natural Resources: The Econometrics of Non-Market Valuation. Edward Elgar Publishing Limited. Hanley N dan Spash CL Cost Benefit Analysis and the Environment. Edwar elger publishing limited. England. Juanda, B Ekonometrika Pemodelam dan Pendugaan. IPB Press, Bogor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ranking Devisa Periwisata. Diakses pada 11 Desember 2012 Lianasari E Perbandingan Surplus Konsumen Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun Ms Town Dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. LIPI COREMAP II Studi Pengembangan Ekowisata Bahari di Perairan Pulau Abang Kecamatan Galang, Kerjasama LIPI COREMAP II dengan UIB Batam. LIPI. Jakarta Potensi Wisata Bahari di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna. LIPI. Jakarta. Lindberg Tourism and Ecotourism. McGraw-Hill. New York. hlm Miarni, V Kajian Ekologi dan Ekonomi Rumput Laut Alami di Desa Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76

91 Muntasib H Diktat Mata Kuliah RAE. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Negoro Curug Cikacang. curug-cikacang/. [11 September 2012] Nurlia A Persepsi dan Prilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai Cikundul. [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Peraturan Pemerintah Nomor Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 59 Tahun 1998 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Priyatno D Uji Heteroskedastisitas. /2011/11/uji-heteroskedastisitas.html. Diakses pada tanggal 29 Agustus Rakhmat J Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Editor : Tjun Sudjana. Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Ress WE dan Wackernagel M Our Ecological Footprint: Reducing Human Impact on The Earth. Canada: New Society Publishers. Roos GF Psikologi Pariwisata. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Samuelson PA, Nordhaus WD Ilmu Mikroekonomi. Media Global Edukasi. Jakarta. Sihombing Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sugiyono Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketujuh. Alfabeta. Bandung 77

92 Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 284/KPTS-II/1992 tanggal 26 Februari Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar Alam Ujung Kulon dan Penunjukkan Perairan Laut di Sekitarnya. Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Suswantoro G Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta. Tungabdi R Persepsi dan Motivasi Kelompok Pecinta Alam Bogor-Jakarta Terhadap Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Undang-undang Nomor Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Vanhove N The Economics of Turism Destination. Elsevvier. Burington Wahab S Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah Frans Gromang. Pradnya Paramita, Jakarta. Wells MP Economic Perspectives On Nature Tourism, Conservation and Development. Pollution and Environmental Economics Division, Environmental Economics Series. World, Washington. Wijayanti P Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78

93 LAMPIRAN 79

94 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Sumber: Diakses pada tanggal 11 september

95 Lampiran 2. Sistem Zonasi di Taman Nasional Ujung Kulon No Nama Zona Luas (ha) Kawasan Keterangan Inti Terdiri dari: - Daratan ± 28, Semenanjung Ujung Kulon (Kalejetan, Tj. Tereleng, Tj. Alang-alang, Gunung Payung, Gunung Talanca, Pasir Baduis) dan Kawasan Gunung Honje Bagian Tengah. Zona inti adalah bagian dari Taman Nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. - Lautan Tanjung Cikaret dan Tanjung Guhapondok seluas 338 Ha. 2. Tanjung Karangbatang sebelah timur Gunung Payung seluas 479 Ha. 3. Sebelah timur kawasan pesisir Legon Haji seluas 453 Ha. 4. Sebelah timur Tanjung Karang Jajar seluas 48 Ha. 2 Rimba Pulau Panaitan, peri-peri kawasan Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje, Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum. 3 Perlindungan Bahari Pulau Panaitan (Legon Kadam, Legon Butun & Legon Bajo) & Semenanjung Ujung Kulon (P. Peucang dan Handeuleum) Zona rimba adalah bagian dari Taman Nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona Perlindungan Bahari merupakan Zona Rimba yang berada di wilayah perairan laut. 81

96 No Nama Zona Luas Kawasan Keterangan (ha) Pemanfaatan Terdiri dari : - Daratan Lautan 5 Tradisional Terdiri dari : - Daratan - Lautan 6 Rehabilitasi Terdiri dari : - Daratan - Lautan Pulau Panaitan (Legon Kadam, Legon Butun dan Legon Bajo), Pulau Peucang, Pulau Handeuleum dan Cibiuk. Perairan Pulau Panaitan Gunung Honje 7 Khusus + 24 Gunung Honje, Legon Pakis dan Ciakar Zona inti adalah bagian dari Taman Nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Zona rimba adalah bagian dari Taman Nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona Perlindungan Bahari merupakan Zona Rimba yang berada di wilayah perairan laut. Zona Khusus adalah bagian dari Taman Nasional karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai Taman Nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik. Sumber: Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/

97 Lampiran 3. Rute Jalur Darat dan Laut Menuju Kawasan Wisata TNUK Rute Jalur Darat Menuju Objek Wisata TNUK No Rute Jarak Waktu Keterangan 1 Menggunakan Bis Umum, Jakarta-Labuan 120 km 4-5 Jam Travel atau Kendaraan Pribadi 2 Menggunakan Elf, Travel atau Labuan-Sumur 60 km 2 Jam Kendaraan Pribadi 3 Menggunakan Elf, Travel atau Labuan-Taman Jaya 90 km 3 Jam Kendaraan Pribadi Sumber: Diakses pada tanggal 11 September 2012 Rute Jalur Laut Menuju Objek Wisata TNUK No Rute Jarak Waktu Keterangan 1 Labuan/Carita- Tamanjaya 45 Mil 3-4 jam 1,5 jam Longboat Speedboat 2 Labuan/Carita-Pulau Peucang 80 Mil 5-6 jam 2 jam Longboat Speedboat 3 Labuan/Carita-Pulau Handeuleum 60 Mil 4-5 jam 1,5 jam Longboat Speedboat 4 Tamanjaya-Pulau Handeuleum 8 Mil 30 Menit 10 Menit Longboat Speedboat 5 Labuan/Carita-Pulau Panaitan 80 Mil 5-6 jam 2,5 jam Longboat Speedboat Sumber: Diakses pada tanggal 11 September

98 Lampiran 4. Hasil Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK Regression Analysis: Y versus X1; X2; X4; X8; X9; X10 The regression equation is Y = 0,212-0, X1 + 0, X2 + 0,0275 X4 + 0,0386 X8 + 0, X9-0,241 X10 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0,2118 0,2804 0,76 0,458 X1-0, , ,30 0,205 1,8 X2 0, , ,15 0,042 1,5 X4 0, , ,69 0,013 2,9 X8 0, , ,01 0,057 1,4 X9 0, , ,36 0,027 2,5 X10-0, , ,79 0,001 3,2 S = 0, R-Sq = 62,6% R-Sq(adj) = 52,8% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 4,9210 0,8202 6,40 0,000 Residual Error 23 2,9456 0,1281 Total 29 7,8667 Durbin-Watson statistic = 1,

99 Lampiran 5. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Regression Analysis: RESI^2 versus X1; X2; X4; X8; X9; X10 The regression equation is RESI^2 = - 0,123-0, X1 + 0, X2 + 0,00395 X4 + 0,00362 X8 + 0, X9-0,0281 X10 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -0,1234 0,1135-1,09 0,288 X1-0, , ,32 0,750 1,8 X2 0, , ,86 0,398 1,5 X4 0, , ,96 0,349 2,9 X8 0, , ,46 0,646 1,4 X9 0, , ,72 0,099 2,5 X10-0, , ,09 0,286 3,2 S = 0, R-Sq = 20,2% R-Sq(adj) = 0,0% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 0, , ,97 0,467 Residual Error 23 0, ,02099 Total 29 0,60502 Durbin-Watson statistic = 2,34817 Lampiran 6. Tabel Nilai Kritis Uji Kolmogorov-Smirnov n = 0,20 = 0,10 = 0,05 = 0,02 = 0, ,204 0,233 0,259 0,290 0, ,200 0,229 0,254 0,284 0, ,197 0,225 0,250 0,279 0, ,193 0,221 0,246 0,275 0, ,190 0,218 0,242 0,270 0, ,177 0,202 0,224 0,251 0, ,165 0,189 0,210 0,235 0, ,156 0,179 0,198 0,222 0, ,148 0,170 0,188 0,211 0,226 Sumber: Iriawan dan Astuti,

100 Percent Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK Probability Plot of RESI1 Normal Mean -1,02511E-15 StDev 0,3187 N 30 KS 0,104 P-Value >0, ,8-0,6-0,4-0,2 0,0 RESI1 0,2 0,4 0,6 0,8 Sumber: Data Primer Diolah Peneliti, 2012 Lampiran 8. Tabel Statistik d Durbin Watson (Taraf Nyata 5%) K = 1 K = 2 K = 3 K = 4 K = 5 n dl du dl du dl du dl du dl du Sumber: Junaidi ( dari: Diakses pada tanggal 10 September n = 30 DW = 1,86 k = 5 (1,83 <DW<2,17) Tidak Terjadi Autokorelasi Menurut Gujarati (), jika nilai durbin watson berada diantara DU dan 4-DU maka tidak terjadi autokorelasi. Berdasarkan hal tersebut maka model yang digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi. 86

101 Lampiran 9. Perhitungan Surplus Konsumen Objek Wisata TNUK Individu Y (Jumlah Kunjungan atau N) Surplus Konsumen (SK)/Individu CS = N² 2b1 Surplus Konsumen (SK)/Individu/Kunjungan SK/Individu/Kunjungan SK per individu/n individu , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,381 Total , ,48 Mean , ,016 Sumber: Data Primer, Diolah (2012) Surplus Ekonomi = ,016 Nilai Ekonomi = Surplus Konsumen X total jumlah pengunjung 1 tahun terakhir Nilai Ekonomi = ,016 x = ,90 87

102 Lampiran 10. Jumlah Pengunjung Nusantara Objek Wisata TNUK Tahun Tahun lokal asing Total Pengunjung Total Rata-rata 3385,4 695, Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2011 Lampiran 11. Realisasi Keuangan BTNUK Tahun Pengembangan Kegiatan Tahun Besaran Gaji Total Anggaran Wisata Alam Konservasi Total Rata-rata Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon (2012) 88

103 Lampiran 12. Hasil Estimasi Parameter Beberapa Model Permintaan Wisata TNUK dengan Teknik Stepwise Model Constant -0, , , , ,21182 X1-0, , , , ,00000 T-Value -1,24-1,26-1,24-1,13-1,30 P-Value 0,230 0,223 0,230 0,272 0,205 X2 0, , , , ,00000 T-Value 1,44 1,52 1,80 2,08 2,15 P-Value 0,165 0,144**** 0,085 *** 0,050 ** 0,042** X3 0,037 0,033 0,024 T-Value 0,65 0,64 0,56 P-Value 0,523 0,527 0,582 X4 0,028 0,028 0,029 0,029 0,027 T-Value 2,49 2,55 2,69 2,73 2,69 P-Value 0,022** 0,019** 0,014** 0,012 ** 0,013** X5 0,016 0,015 0,014 0,014 T-Value 0,65 0,64 0,63 0,64 P-Value 0,524 0,529 0,538 0,530 X6-0,003-0,004 T-Value -0,23-0,34 P-Value 0,819 0,737 X7 0,02 T-Value 0,18 P-Value 0,856 89

104 Model Constant -0, , , , ,21182 X8 0,035 0,034 0,035 0,038 0,039 T-Value 1,58 1,62 1,73 1,96 2,01 P-Value 0,130**** 0,121*** 0,099*** 0,063*** 0,057*** X9 0, , , , ,00082 T-Value 1,46 1,50 1,50 1,44 2,36 0,149 P-Value 0,160 0,148**** **** 0,164 **** 0,027** X10-0,261-0,260-0,254-0,241-0,241 T-Value -3,47-3,55-3,67-3,74-3,79 P-Value 0,003* 0,002 * 0,001 * 0,001* 0,001* S 0,386 0,376 0,368 0,363 0,358 R-Sq 64,05 63,98 63,77 63,24 62,56 R-Sq(adj) 11,0 47,78 49,97 51,54 52,79 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012) Keterangan: = nyata pada taraf 1% = nyata pada taraf 5% = nyata pada taraf 10% = nyata pada taraf 15% 90

105 Lampiran 13. Harga Tiket Masuk dan Paket Wisata di Kawasan Wisata TNUK Harga Tiket Masuk Kawasan TNUK Jenis PNBP Satuan WNI WNA Tiket Masuk Kawasan Orang Rp Rp Tiket Masuk Kendaraan Air 1. Kapal Motor < 41 PK 2. Kapal Motor 41 s/d 80 PK 3. Kapal Motor > 80 PK Tiket Masuk untuk Penelitian 1. Penelitian 1-15 hari 2. Penelitian 6-30 hari 3. Penelitian 1-6 bulan 4. Penelitian 6-12 bulan 5. Penelitian > 1 tahun Pungutan Kegiatan Pengambilan Gambar 1. Film Komersial 2. Video Komersial 3. Handycam 4. Foto Pungutan Kegiatan Olahraga atau Rekreasi Alam Bebas 1. Menyelam 2. Snorkeling 3. Berkemah 4. Kano 5. Selancar Buah Buah Buah Orang Orang Orang Orang Orang Sekali Masuk Dok. Cerita Buah Buah Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon (2012), BerdasarkanPemberlakuan PP No. 59 Th tentang Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Paket Tour Wisata di TNUK Jenis Paket Harga/Orang Penyeberangan 1. Sunset Viewing di Karang Rp Copong 2. Padang Penggembalaan Banten di Cidaon 3. Wisata Arkeologi (Mercusuar) di Cibom-Tanjung Layar 4. Snorkeling di Citerjun 5. Sunset Viewing di Ciujung Kulon 6. Canoing di Pulau Handeuleum Rp Rp Rp Rp Rp Rp /6 Orang Rp /6 Orang Rp /6 Orang Rp /6 Orang Rp /5 Orang Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon (2012) 91

106 Lampiran 14. Fasilitas yang Terdapat di Kawasan TNUK 1. Gazebo di Tepi Pantai P. Peucang 5. Dermaga P. Peucang 2. Pusat Informasi di P. Peucang 6. Pusat Informasi di P. Handeuleum 3. Penginapan Tipe Fauna di P. Peucang 7. Penginapan Tipe Flora di P. Peucang 4. Dermaga di Tamanjaya 92

107 Lampiran 15. Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung di TNUK 1. Suasana Tracking ke Pantai Ciramea 4. Suasana Tracking ke Karang Copong 2. Suasana Tracking ke Gua Sanghyang Sirah 5. Suasana Sunset di Karang Copong Pemandangan Tracking ke Tanjung layar 93

108 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 21 Mei Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Eman Suherman dan Ibu Nining Nurnaningsih. Penulis memulai pendidikan di TK PGRI di Pandeglang ( ). Penulis meneruskan jenjang pendidikan formal dimulai dari SDN Sukajadi 2 ( ); MTs Modern Al-Mizan Rangkasbitung ( ); SMAN 6 Pandeglang ( ). Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai Staf Departemen Public Relationship HIMPRO REESA tahun 2008/ 2009, anggota Koperasi Mahasiswa IPB (Kopma IPB), dan sebagai Anggota Keluarga Mahasiswa Banten (KMB). 94

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (http://www.indonesia.travel). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata terdepan di Indonesia. The island of paradise, itulah julukan yang disandang Pulau Dewata. Siapa yang tidak tahu Bali, sebagai primadona

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 HISTORY OF TCM TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata selama ini terbukti menghasilkan berbagai keuntungan secara ekonomi. Namun bentuk pariwisata yang menghasilkan wisatawan massal telah menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. nilai ekonomi Objek Wisata Budaya Dusun Sasak Sade dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang antara garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya alam dan lingkungan dengan cara menanyakan secara langsung kepada konsumen tentang nilai manfaat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekowisata bagi negara-negara berkembang dipandang sebagai cara untuk mengembangkan perekonomian dengan memanfaatkan kawasan-kawasan alami secara tidak konsumtif. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekowisata 2.1.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata didefinisikan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) dalam Fennel (1999) sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI

NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Wisata Alam Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990

Lebih terperinci

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN Berdasarkan analisis data dan informasi yang telah dilakukan, analisis

Lebih terperinci