POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENALARAN MORAL ANAK THE WAYS OF PARENTING IN DEVELOPING CHILDREN S MORAL REASON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENALARAN MORAL ANAK THE WAYS OF PARENTING IN DEVELOPING CHILDREN S MORAL REASON"

Transkripsi

1 POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENALARAN MORAL ANAK THE WAYS OF PARENTING IN DEVELOPING CHILDREN S MORAL REASON Heni Anggraeni Vinariesta 1 Margono 2 Siti Awaliyah 3 Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang Daviena_cubiezz@yahoo.co.id ABSTRAK : Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan: pola asuh orang tua, penalaran moral anak, kendala dan solusi dari kendala dalam mengembangkan penalaran moral anak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Prosedur pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua yang otoriter maka penalaran moral anak berorientasi terhadap hukuman dan kepatuhan, pola asuh orang tua yang otoritatif maka penalaran moral anak berorientasi terhadap hukum dan ketertiban dan pola asuh orang tua yang permissive maka penalaran moral anak berorientasi terhadap pemuas kebutuhan. Terjadi beberapa kendala yang dihadapi oleh orang tua dalam mengembangkan penalaran moral anak, dan orang tua telah berupaya mengatasi kendala tersebut. 1 Heni Anggraeni Vinariesta adalah Mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari Skripsi Sarjana Hukum dan Kewarganegaraan. Program Sarjana Universitas Negeri Malang Margono adalah dosen Hukum dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang (UM). 3 Siti Awaliyah adalah dosen Hukum dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang (UM). 1

2 2 Kata kunci: pola asuh orang tua, perkembangan penalaran moral anak. ABSTRACT: The research is aimed to describe: the ways of parenting, developing children s moral reasons, and solution of the obstacles of the developing children s moral reasons. The research method utilizes in this study is descriptive qualitative approach. The procedure of data collecting through observation technique, interview and documentation. The result of this research show that authoritative ways of parenting so children s moral reasons oriented concern punishment and obedience, authoritarian ways of parenting so children s moral reasons oriented concern law and legularity, Permissive ways of parenting so children s moral reasons oriented concern needs satisfied. There are obstacles faced by parent for developing children s moral reasons, and parent had made an effort to cope the problems. Keyword: the ways parenting, developing children s moral reasons Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai trasmiter budaya atau mediator sosial budaya bagi anak [Hurlock dan Pervin (dalam Yusuf, 2001:39)]. Semakin banyaknya penyimpangan moral yang terjadi pada remaja tidak hanya menjadi tanggung jawab oleh pendidik tetapi orang tua juga ikut berperan dalam perkembangan moral anak. Danim (2010:55) menyebutkan bahwa fungsi orang tua antara lain adalah mengasuh anak dengan baik, seperti halnya guru kepada peserta didiknya. Orang tua yang berbeda menggunakan teknik pengasuhan yang berbeda pula kepada anakanaknya. Teknik kepengasuhan orang tua tergantung pada standar budaya dan masyarakat, situasi dan perilaku anak-anak pada waktu itu. Menurut Yusuf (2001:133) secara tidak langsung, sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang terlalu keras (otoriter) dalam mengasuh anak akan melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap

3 3 orang tua yang cenderung acuh tak acuh atau sikap masa bodoh akan menyebabkan anak menjadi kurang bertanggungjawab dan kurang memperdulikan norma pada diri anak. Pada dasarnya sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah, dan konsisten. Dengan begitu anak akan dilatih bertanggungjawab dan juga dilatih untuk berdisiplin. Untuk memiliki moralitas yang baik dan benar, seseorang tidak cukup sekedar telah melakukan tindakan yang dinilai baik dan benar. Seseorang dapat dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran tentang moral dan dapat menilai bahwa apa yang dikerjakannya itu baik atau buruk, atau bahkan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan [Suparno (dalam Budiningsih, 2004:5)]. Perilaku moral seseorang dapat dinilai memiliki nilai moral jika perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan atas keinginan sendiri serta bersumber dari penalaran moral yang berasal dari dirinya sendiri. Selanjutnya Kohlberg (dalam Budiningsih, 2004:5) menjelaskan bahwa penalaran atau pemikiran moral merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral. oleh karena itu, untuk menemukan perilaku moral yang sebenarnya dapat ditelusuri melalui penalarannya. Jadi perilaku moral yang benar tidak hanya dilihat dari perilaku moral yang tampak, tetapi lebih dilihat pada penalaran moral yang mendasari keputusan perilaku moral itu dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) pola asuh orangtua dalam mendidik anaknya di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang (2) penalaran moral anak di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang (3) faktor penghambat orang tua dalam mengembangkan penalaran moral anak di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang (4) upaya orang tua mengatasi hambatan dalam mengembangkan penalaran moral anak di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang.

4 4 METODE Penelitian tentang pola asuh orang tua dalam mengembangkan penalaran moral anak di Desa Mojojejer, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dilakukan karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang ada di dalam masyarakat desa Mojojejer, bagaimana pola asuh orang tua yang efektif yang bisa mengembangkan penalaran moral anak secara optimal sehingga anak dapat berperilaku yang bermoral yang sesuai dengan peraturan yang ada dan tidak menyimpang dari moralitas lingkungan sekitarnya. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Peneliti menyajikan hasil penelitian berupa-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam penelitian ini, deskripsi yang dimaksudkan yakni peneliti menggambarkan secara utuh mengenai pola asuh orang tua dalam mengembangkan penalaran moral anak di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Dengan menggunakan jenis penelitian ini, data yang diperoleh dapat berasal dari naskah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno kabupaten Jombang. Pemilihan lokasi di desa tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan yakni Peneliti mengenal orang-orang yang ada di masyarakat Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Selain itu di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang banyak terjadi kenakalan remaja seperti banyaknya remaja yang mengkonsumsi minuman keras dan melakukan seks bebas. Sumber data dalam penelitian ini adalah menggunakan sumber data primer yang berasal dari berbagai subyek yakni orang tua dan anak. Data utama dalam penelitian ini ialah kata-kata, dan tindakan dari orang-orang yang diamati. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain: dengan melakukan observasi, wawancara mendalam dengan informan, dan di dukung dengan dokumentasi untuk memperoleh keabsahan data. Analisis data menggunakan teknik analasis secara induktif. Yakni, suatu analisa yang berdasarkan

5 5 dengan data yang diperoleh selama melakukan observasi dilapangan, selanjutnya data yang diperoleh dikembangkan menjadi hipotesis. Dari hipotesis yang dirumuskan yang berdasarkan pada data tersebut, selanjutnya dicari data lagi secara berulang-ulang dengan melakukan wawancara terhadap subyek yang diteliti sehingga selanjutnya dapat disimpulkan penerimaan atau penolakan hipotesis dari data yang telah terkumpul. Jika hipotesis yang didapat berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan berulang-ulang dapat diterima, maka hipotesis tersebut dapat berkembang menjadi teori. Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan yakni ketekunan kehadiran, dan triangulasi HASIL Pola Asuh Orang Tua di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang Pola asuh orang tua di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang ada tiga yakni pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif dan pola asuh permisif. Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter memiliki ciri yaitu mendidik anaknya dengan keras bahkan setiap tingkah laku anaknya akan selalu diatur oleh orang tua. Selain itu orang tua juga melarang anak untuk mempertanyakan peraturan yang telah dibuat oleh orang tua. Saat anak melakukan kesalahan atau melanggar peraturan maka orang tua akan langsung memarahi anak bahkan terkadang memberikan hukuman yang berupa hukuman fisik. Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter jarang memberikan hadiah ataupun pujian saat anak melakukan tindakan yang baik ataupun saat anak dapat mematuhi peraturan yang berlaku. Orang tua yang mengasuh anaknya dengan menggunakan pola asuh otoritatif memiliki ciri bahwa orang tua senantiasa bersedia mendengar, menjelaskan dan bernegosiasi tentang hal apapun yang berkaitan dengan kepentingan anak dengan tetap menanamkan pentingnya peraturan, norma dan nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Seorang anak akan diumpakan seperti layang-layang, adakalanya

6 6 ditarik dan adakalanya diulur. Sedangkan orang tua yang menggunakan pola asuh permisif memiliki ciri bahwa orang tua senantiasa menuruti semua permintaan anaknya sebagai bentuk perhahatian orang tua. Orang tua selalu memberikan izin kepada anaknya untuk melakukan hal apapun. Orang tua juga jarang memarahi anaknya, ketika anaknya melakukan kesalahan ketika anak dirasa sudah keterlaluan baru orang tua akan menegurnya secara pelan-pelan. Penalaran Moral Anak Penalaran moral anak di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang berada pada tiga orientasi, yaitu orientasi terhadap hukuman dan kepatuhan, orientasi terhadap pemuas kebutuhan dan orientasi hukum dan ketertiban. Anak yang penalaran moralnya berada pada orientasi terhadap hukuman dan kepatuhan, selalu berperilaku untuk menghindari hukuman yang akan ditimbulkan dari suatu perbuatan dan patuh terhadap orang tua tanpa mempersoalkannya. Pada orientasi ini anak dihadapkan pada pola asuh orang tua yang otoriter dimana anak dituntut untuk selalu mematuhi aturan yang telah dibuat oleh orang tua. Pada orientasi pemuas kebutuhan anak selalu bertindak untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau bahkan kebutuhan orang lain. Pada orientasi ini anak dihadapkan pada pola asuh orang tua yang permisif dimana orang tua selalu bersikap memanjakan anak sehingga anak akan bertindak jika tindakan tersebut memberikan kepuasan baik untuk dirinya maupun orang lain. Dalam berperilaku anak tidak akan memikirkan konsekuansi atau hukuman yang ditimbulkan oleh perbuatannya. Sedangkan anak yang berada pada orientasi hukum dan ketertiban, dalam berperilaku selalu mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan berusaha untuk memelihara ketertiban sosial. Anak yang berada pada tahap orientasi ini dihadapkan pada pola asuh orang tua yang otoriter atau demokrasi. Faktor Penghambat dalam Mengembangkan Penalaran Moral Anak Ada beberapa kendala yang dihadapi orang tua dalam mengembangkan penalaran moral anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beberapa

7 7 kendala yang ditemui orang tua dalam mengembangkan penalaran moral anak yakni meliputi anak kurang bisa membagi waktu, sikap anak yang pemalas dan pembangkang dan kesibukan orang tua yang mengakibatkan anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Upaya Mengatasi Kendala yang Dihadapi dalam Mengembangkan Penalaran Moral Anak Dari beberapa faktor penghambat yang ditemui orang tua dalam mengembangkan penalaran moral anak, orang tua mempunyai beberapa solusi guna mengatasi kendala yang dihadapi dalam mengembangkan penalaran moral anak. Upaya orang tua yang pertama yakni pembuatan jadwal kegiatan anak guna mengatasi kurangnya kemampuan anak dalam membagi waktu. Upaya orang tua yang kedua yakni memberikan teguran secara halus kepada Anak guna mengatasi sikap anak yang pemalas dan pembangkang. Upaya yang terakhir yakni meluangkan waktu untuk memperhatikan kegiatan anak agar anak merasa diperhatikan. PEMBAHASAN Pola asuh orang tua yang ada di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang antara lain, pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif dan pola asuh permisif. Pola pengasuhan otoritatif merupakan salah satu pola pengasuhan yang paling efektif untuk mencegah delinkuensi bagi anak. Anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan otoritatif akan merasakan suasana rumah yang saling menghormati, penuh apresiasi, kehangatan, penerimaan dan adanya konsistensi pengasuhan dari orang tua. selain itu, anak akan terbiasa bekerjasama dengan orang lain dan berorientasi terhadap prestasi. Anak yang berorientasi terhadap prestasi akan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan akan memiliki tujuan atau arah hidup yang jelas (Gunarsa, 2004:281). Di dalam keluarga orang tua harus mampu menjadi teladan untuk anak-anak mereka agar anak terbiasa untuk melakukan perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan yang dilakukan melalui

8 8 keteladanan ini juga sesuai dengan teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menyatakan bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan (observational learning) dan mengingat tingkah laku orang lain. orang tua pada dasarnya memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi anak. Semakin terampil dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral anak tersebut. Mengimitasi model merupakan elemen paling penting dalam hal bagaimana si anak belajar bahasa, berhadapan dengan agresi, mengembangkan perasaan moral dan belajar perilaku yang sesuai dengan gendernya. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi itu adalah tindakan baik (Psikologimania, 2011). Penalaran moral anak di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang berada pada tiga orientasi, yaitu orientasi terhadap hukuman dan kepatuhan, orientasi terhadap pemuas kebutuhan dan orientasi hukum dan ketertiban. Hasil penelitian yang ditemukan dilapangan tidak sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kohlberg (dalam Duskin, 2008:564) yang menjelaskan bahwa usia remaja pada umumnya penalaran moral yang dimiliki berada pada tahap konvensional. Tetapi yang ditemukan di lapangan masih terdapat remaja yang berada pada tahap pra konvensional dengan orientasi hukuman dan kepatuhan serta orientasi pada pemuas kebutuhan. Lebih lanjut Kolberg (dalam Tokan, 1999:37) menegaskan bahwa remaja umumnya berada pada tingkat konvensional juga pada orang dewasa. Penelitian yang dilakukan di Amerika juga menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat mencapai tahap yang lebih tinggi dari tingkat konvensional, atau mencapai tingkat pasca konvensional. Dalam melakukan pengasuhan terhadap anak terdapat beberapa faktor penghambat yang ditemukan diantaranya anak kurang bisa membagi waktu, sikap anak yang pemalas dan pembangkang serta kesibukan orang tua yang mengakibatkan orang tua kurang mempunyai waktu lebih untuk memperhatikan

9 9 anak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gordon (1989:165) bahwa seorang anak memerlukan cinta kasih, penerimaan, batasan dan keajegan. Apabila ia tidak dapat mendapatkannya dengan cukup memadai, yang ditentukan secara individual maka kesalahan pemberian suasana ini akan tampak jelas terutama pada perkembangan moral anak. Setiap orang tua memiliki cara yang tersendiri dalam melakukan pengasuhan terhadap anaknya. Orang tua akan lebih berwibawa atas anak-anak mereka apabila cara pendekatan yang mereka gunakan adalah tanpa paksaan dan tidak menumbuhkan pemberontakan dan tingkah laku yang reaktif. Dalam meminimalkan faktor penghambat yang ditemui tersebut beberapa alternatif pemecahan untuk mengatasi kendala pola asuh orang tua dalam mengembangkan penalaran moral anak di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno kabupaten jombang antara lain dengan pembuatan jadwal kegiatan anak, memberikan teguran secara halus kepada anak serta orang tua meluangkan waktu untuk memperhatikan kegiatan anak. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Gordon bahwa pendekatan yang dilakukan tanpa adanya paksaan terhadap anak tidak akan menumbuhkan sikap pemberontakan pada diri anak. Lebih lanjut Yusuf (2001:133) menjelaskan bahwa sikap orang tua yang konsisten dalam mendidik anak sangat diperlukan agar anak tidak terbiasa mengulangi kesalahannya. Dalam melarang dan membolehkan tingkah laku pada anak orang tua harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama. Tingkah laku anak yang dilarang pada suatu waktu tertentu, juga harus dilarang apabila dilakukan kembali pada waktu lain. PENUTUP KESIMPULAN Secara umum terdapat tiga pola asuh di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang yakni pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif dan pola asuh permisif. Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter memiliki ciri yakni mengatur setiap tingkah laku anak dan menuntut anak untuk mematuhi setiap peraturan yang dibuat oleh orang tua. Orang tua yang menggunakan pola asuh

10 10 otoritatif bercirikan bahwa orang tua bersedia mendengar, menjelaskan dan bernegosiasi tentang hal apapun yang berkaitan dengan kepentingan anak dengan tetap menanamkan pentingnya peraturan, norma dan nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh permisif memiliki ciri bahwa orang tua selalu memanjakan anak dengan cara mengabulkan setiap permintaan anak serta selalu memberikan hadiah kepada anak secara berlebihan. Penalaran moral anak di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang berada pada tiga orientasi, yaitu orientasi terhadap hukuman dan kepatuhan, orientasi terhadap pemuas kebutuhan dan orientasi hukum dan ketertiban. orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter dan permisif mengakibatkan perkembangan penalaran moral anak tidak dapat berkembang dengan optimal. Penalaran moral anak akan tetap berada pada tahap pra konvensional dengan orientasi terhadap hukuman dan kepatuhan serta orientasi terhadap pemuas kebutuhan. Sedangkan orang tua yang menggunakan pola asuh otoritatif maka perkembangan penalaran moral anak dapat berkembang dengan optimal yakni berada pada tahap konvensional dengan orientasi hukum dan ketertiban. Faktor penghambat yang ditemui orang tua dalam mengembangkan penalaran moral anak. Faktor penghambat tersebut meliputi kemampuan anak dalam membagi waktu, sikap anak yang pemalas dan pembangkang dan kesibukan orang tua yang mengakibatkan anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam mengatasi hambatan dalam mengembangkan penalaran moral anak yakni dengan cara pembuatan jadwal kegiatan anak, memberikan teguran secara halus kepada anak dan meluangkan waktu untuk memperhatikan kegiatan anak. SARAN Berdasarkan temuan penelitian, pembahasan dan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran yang sekiranya dapat bermanfaat mengenai pola asuh

11 11 orang tua dalam mengembangkan penalaran moral anak di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang sebagai berikut: bagi orang tua disarankan untuk mengoptimalisasikan penalaran moral anak disarankan untuk mengembangkan pola asuh otoritatif. Jenis pola pengasuhan yang memberikan kebebasan pada anak untuk berpendapat dengan tidak mengesampingkan peraturan, norma dan nilai yang berlaku. Selain itu, orang tua memberikan umpan balik mengenai pendapat anak sebagai bukti bahwa orang tua juga bernegosiasi dengan anak. Selain itu, dalam mengasuh anak sebaiknya orang tua tidak membatasi dan mengatur tingkah laku anak, orang tua hendaknya bersedia mendengarkan dan bernegosiasi dengan anak agar ketika anak dihadapkan pada suatu masalah anak dapat memikirkan solusinya. Bagi guru, untuk lebih memberikan pemahaman mengenai perkembangan penalaran moral anak diharapkan setiap guru khususnya guru pendidikan moral untuk lebih meningkatkan usaha penyebaran informasi dan pengetahuan tentang pola asuh orang tua yang efektif dalam membantu perkembangan penalaran moral anak. Sehingga di harapkan orang tua dapat termotivasi untuk mendukung perkembangan penalaran moral anaknya hingga dapat menjadi pribadi yang mendiri kelak.

12 12 DAFTAR RUJUKAN Gordon, Thomas Menjadi Orang Tua Efektif. Jakarta: PT Gramedia. Gunarsa, Singgih, D Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: Gunung Mulai. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Psikologimania Albert Bandura tokoh Pembelajaran Sosial. (online), ( pembelajaran.html,), diakses pada 26 April Sugiyono Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Trihantoro, Gunawan Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak, (Online), ( diakses pada 30 april Universitas Negeri Malang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. Yusuf LN, Syamsu Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Zubair, Achmad Charris Kuliah Etika. Jakarta: CV Rajawali.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Disiplin memiliki arti penting bagi setiap individu yang bertujuan atau ingin mencapai sesuatu. Sebagai contoh, individu yang ingin menjadi juara kelas, juara

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self regulated learning 1. Pengertian Self regulated learning Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) self regulated learning adalah tingkatan dimana partisipan secara aktif

Lebih terperinci

POLA PERLAKUAN ORANG TUA DAN DAMPAKNYA PADA PERILAKU ANAK USIA DINI DI KELURAHAN PISANG KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL

POLA PERLAKUAN ORANG TUA DAN DAMPAKNYA PADA PERILAKU ANAK USIA DINI DI KELURAHAN PISANG KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL POLA PERLAKUAN ORANG TUA DAN DAMPAKNYA PADA PERILAKU ANAK USIA DINI DI KELURAHAN PISANG KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL Mitra Wahyuni 10060121 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah penting karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan sah yang dapat membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 Coffee Morning Global Sevilla School Jakarta, 22 January, 2016 Rr. Rahajeng Ikawahyu Indrawati M.Si. Psikolog Anak dibentuk oleh gabungan antara biologis dan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang. Pendidikan akan menjadi penentu agar bangsa kita dapat berkembang secara optimal. Dengan

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKANKEDISIPLINAN BELAJAR SISWA

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKANKEDISIPLINAN BELAJAR SISWA PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKANKEDISIPLINAN BELAJAR SISWA Afiatin Nisa Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

Nur Isma Pendidikan Sosiologi FIS-UNM

Nur Isma Pendidikan Sosiologi FIS-UNM PERANAN ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) DALAM PENDIDIKAN MORAL ANAK (STUDI KASUS DELAPAN ORANG AYAH DI DESA SONGING KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI) Nur Isma Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK

Lebih terperinci

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed Email : damaiwaty@gmail.com ABSTRAK Salah satu aspek yang penting yang harus di bentuk dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak BAB II KAJIAN TEORI 1. Definisi Anak Mansur (2007) menyatakan bahwa anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik dan orang tua adalah sebagai tukang kebun dan sekolah merupakan rumah kaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Penelitian ini membuktikan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan anak dalam melaksanakan norma-norma sekolah, dalam hal ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi ini sebagai prosedur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas dan kewajiban orang tua bukan hanya memberikan kewajiban secara jasmani anak melainkan juga secara rohani yaitu dengan memberikan pendidikan akhlak yang baik,yaitu

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 9 PADANG

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 9 PADANG POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 9 PADANG Oleh: Robi Syahputra * Asmaiwati Arief ** Ahmad Zaini ** *Mahasiswa **Dosen Pembimbing Mahasiswa Bimbingan dan

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas VII di SMP Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENANAMAN DISIPLIN PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK ADHYAKSA XXVI PADANG. Wirna Novita*

PELAKSANAAN PENANAMAN DISIPLIN PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK ADHYAKSA XXVI PADANG. Wirna Novita* 1 PELAKSANAAN PENANAMAN DISIPLIN PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK ADHYAKSA XXVI PADANG Wirna Novita* Abstrak: penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya kedisiplinan pada anak di sekolah dalam mematuhi peraturan

Lebih terperinci

ANAK Sukoharjo) Sarjana S-1

ANAK Sukoharjo) Sarjana S-1 PENDIDIKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB DAN DISIPLIN PADA ANAK DI KELUARGA SINGLE PARENT (Studi Kasus di Desa Bowan Rt. 03/05 Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pola Asuh a. Pengertian Pola Asuh Orang tua hendaknya selalu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Yusuf (2010:37) menyatakan bahwa orang tua bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dan berpotensi tinggi untuk

Lebih terperinci

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KESADARAN HUKUM SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KESADARAN HUKUM SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KESADARAN HUKUM SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO THE ROLE OF CIVICS EDUCATION TEACHER IN BUILDING LAW AWARENESS OF TENTH GRADE STUDENTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh I. PENDAHULUAN A..Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I IMPLEMENTASI KARAKTER BERSAHABAT DAN PEDULI SOSIAL PADA SISWA SMP (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari di SMP Negeri 1 Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam setiap dunia pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: SITI MARFU AH A 510 100 183

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan: a. Remaja kelas XII SMA PGII 1 Bandung tahun ajaran 2009/2010

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam

Lebih terperinci

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG Dewi Anggraeni Iswandia Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd Dr. H. A. Yusuf Sobri, S. Sos, M.Pd Administrasi Pendidikan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang berkualitas. Maka untuk

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA

PENGARUH DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA PENGARUH DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA Wiwin Winarsih, Nuraini Asriati, Rustiyarso. Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan Email : wiwienz_06@yahoo.co.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENANAMAN NILAI KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 PAGAR AIR KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN ANTARA PENANAMAN NILAI KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 PAGAR AIR KABUPATEN ACEH BESAR HUBUNGAN ANTARA PENANAMAN NILAI KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 PAGAR AIR KABUPATEN ACEH BESAR M. Arief Nabawi, Monawati, Awaluddin M.arief_nabawi@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, perbincangan tentang pendidikan akan tetap

Lebih terperinci

UTILIZING TIMES TOKEN LEARNING METHOD TO IMPROVE STUDENTS MOTIVATION AND ACHIEVEMENT IN PPKN SUBJECT GRADE X OF SMK NEGERI 11 MALANG

UTILIZING TIMES TOKEN LEARNING METHOD TO IMPROVE STUDENTS MOTIVATION AND ACHIEVEMENT IN PPKN SUBJECT GRADE X OF SMK NEGERI 11 MALANG PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TIMES TOKEN DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PPKN KELAS X SMK NEGERI 11 MALANG UTILIZING TIMES TOKEN LEARNING METHOD TO IMPROVE

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012 PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012 THE EFFECT OF PARENTING PARENTS OF STUDENTS DISCIPLINE IN CLASS XI SMK KESATRIAN PURWOKERTO

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap bimbingan beragama dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan baik berdasarkan hasil observasi maupun wawancara secara langsung kepada narasumber, maka dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi ini sebagai prosedur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah tapi di rumah dan di lingkungan sosial, bahkan sekarang ini peserta

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA Oleh: Elisabeth Fransisca S.S 1) dan Titis Oktaviyanti 2) Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Palangka Raya Kampus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Asertif menurut Corey (2007) adalah ekspresi langsung, jujur dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap warga negara. Baik itu pendidikan formal melalui lembaga resmi seperti sekolah ataupun pendidikan di luar sekolah. Manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

Artikel Publikasi Ilmiah untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Artikel Publikasi Ilmiah untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI METODE POINT SKORSING (Studi Kasus di SMK Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016) Artikel Publikasi Ilmiah untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

KEDISIPLINAN GURU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK WAHYU MAKASSAR. Andi Riswayanti Putri Pendidikan Sosiologi FIS-UNM

KEDISIPLINAN GURU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK WAHYU MAKASSAR. Andi Riswayanti Putri Pendidikan Sosiologi FIS-UNM KEDISIPLINAN GURU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK WAHYU MAKASSAR Andi Riswayanti Putri Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuanuntukmengetahuigambarankedisiplinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif lapangan (field research). Penelitian kualitatif ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan yang Maha Kuasa kepada setiap orang tua yang sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaganya. Anak akan senantiasa mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi yang diawali dengan perubahan biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A PENGEMBANGAN KARAKTER KREATIF DAN DISIPLIN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas X Seni Lukis SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Disiplin Disiplin kerja sangatlah penting dalam mempengaruhi perkembangan diri suatu perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia. Kualitas Sumber Daya Manusia bergantung pada kualitas pendidikan (Nurhadi, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar yang penting untuk kemajuan bangsa, karena dengan adanya pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi ini sebagai prosedur yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA 21 SERI BACAAN ORANG TUA Membangun Karakter Anak Usia Dini Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

HUBUNGAN PARENTING SKILL DALAM MELATIH DISIPLIN ANAK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA di SD YIMA Bondowoso. Kalsum, Festa Yumpi & Iin Ervina

HUBUNGAN PARENTING SKILL DALAM MELATIH DISIPLIN ANAK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA di SD YIMA Bondowoso. Kalsum, Festa Yumpi & Iin Ervina HUBUNGAN PARENTING SKILL DALAM MELATIH DISIPLIN ANAK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA di SD YIMA Bondowoso Kalsum, Festa Yumpi & Iin Ervina Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember Abstrak Dalam

Lebih terperinci

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup BABI PENDAHULUAN 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar BeJakang Masalah Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

POLA REHABILITASI SOSIAL WANITA TUNA SUSILA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS REHABILITASI SOSIAL TUNA SUSILA KOTA KEDIRI

POLA REHABILITASI SOSIAL WANITA TUNA SUSILA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS REHABILITASI SOSIAL TUNA SUSILA KOTA KEDIRI POLA REHABILITASI SOSIAL WANITA TUNA SUSILA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS REHABILITASI SOSIAL TUNA SUSILA KOTA KEDIRI THE PATTERNS OF PROSTITUTE SOCIAL REHABILITATION IN TECHNICAL IMPLEMENTATION UNIT FOR PROSTITUTE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam pengembangan kepribadian manusia seiiring berkembangnya ilmu teknologi dan komunikasi yang semakin

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat 137 BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Implementasi nilai kedisiplinan guru kelas IV di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia tingkat kenakalan yang dilakukan remaja akhir-akhir ini sudah melebihi batas dan mulai meresahkan para orang tua.banyak remaja, yang masihduduk dibangku

Lebih terperinci

MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA

MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG Indra Cahyani Universitas Negeri Malang E-mail: indracahyani377@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan dan merupakan usia emas dalam proses perkembangan anak. Apabila pada masa tersebut anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG TERBIASA MENGGUNAKAN FACEBOOK DALAM MATA PELAJARAN PKN SISWA KELAS VIII-7 SMPN 3 MALANG

MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG TERBIASA MENGGUNAKAN FACEBOOK DALAM MATA PELAJARAN PKN SISWA KELAS VIII-7 SMPN 3 MALANG MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG TERBIASA MENGGUNAKAN FACEBOOK DALAM MATA PELAJARAN PKN SISWA KELAS VIII-7 SMPN 3 MALANG Irawan Hadi Wiranata Universitas Negeri Malang E-mail: irawan.wiranata87@gmail.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam Kamus Besar Indonesia (Depdikbud, 1998: 681) nakal adalah suka berbuat

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam Kamus Besar Indonesia (Depdikbud, 1998: 681) nakal adalah suka berbuat BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Ruang Lingkup Kenakalan Siswa 2.1.1 Pengertian Kenakalan Remaja Dalam Kamus Besar Indonesia (Depdikbud, 1998: 681) nakal adalah suka berbuat kurang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui Ekstrakurikurikuler Polisi Cilik di SDN Landungsari 1 Malang

Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui Ekstrakurikurikuler Polisi Cilik di SDN Landungsari 1 Malang Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui Ekstrakurikurikuler Polisi Cilik di SDN Landungsari 1 Malang Dinda Davina Armin Juharyanto Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan nilai karakter

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SD N 1 SEDAYU

PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SD N 1 SEDAYU 1.362 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 14 Tahun ke-5 2016 PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SD N 1 SEDAYU IMPLEMENTATION OF MATHEMATICS REMEDIAL TEACHING

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Sekolah merupakan tempat penyelenggara proses kegiatan pendidikan yang dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk mendidik, mengembangkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Disiplin Diri Hurlock (1978) menyatakan bahwa discipline is training in self control or education (teaching children what they should or should not do). It also means

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA Tjondrorini & Mardiya Hari keluarga yang kita peringati pada tanggal 29 Juni setiap tahunnya tentu merupakan hari yang istimewa bagi semua keluarga di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah sendiri. 1 Percaya diri merupakan salah satu pangkal dari sikap dan perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perkembangan anak, merupakan suatu proses yang kompleks, tidak dapat terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi pelanggaran terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi pelanggaran terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin dalam belajar merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap siswa agar dapat tercapai tujuan belajar di sekolah. Akan tetapi pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak didik sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing,

Lebih terperinci