BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan
|
|
- Hamdani Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan pendorong didalam tingkah laku manusia dalam hidupnya. Kebudayaanpun menyimpan nilai-nilai yang menjadi landasan pokok bagi penentu sikap terhadap dunia luar, Bahkan menjadi dasar setiap tingkah laku yang dilakukan sehubungan dengan pola hidup dimasyarakat (Cassirer:1987). Nilai-nilai luhur dari kebudayaan inilah yang telah di wariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya melalui berbagai adat istiadat yang khusus. Berkaitan dengan hal di atas, setiap kelompok masyarakat pada umumnya mempunyai konsep bahwa tiap-tiap individu terbagi dalam tingkatan hidup. Tingkat demi tingkat itu akan dilalui dan akan dialami oleh individu-individu yang bersangkutan di sepanjang hidupnya, dalam Antropologi di sebut sebagai stages along the life sycle. pada tiap tingkat hidup itu individu yang bersangkutan di anggap dalam kondisi dan lingkungan tertentu. Karena itu setiap peralihan dari satu tingkat ketingkat lainnya dapat di katakan sebagai peralihan dari satu lingkungan sosial ke lingkungan sosial yang lain. Lingkungan sosial individu mulai terbentuk sejak ia masih dalam kandungan ibunya hingga akhirnya ia meninggal dunia. Lingkungan sosial yang harus dilalui dalam perjalanan hidup seseorang meliputi masa dalam rahim atau kandungan ibunya (kehamilan), kelahiran bayi, masa anak-anak, masa remaja, dewasa, tua dan mati (Koentjaraningrat:1985). Masa peralihan ini pada dasarnya akan di lalui oleh hampir semua manusia yang hidup di dunia,walaupun tidak
2 semua masa peralihan itu sama, karena ada yang hanya melalui masa bayi hingga anak-anak saja kemudian meninggal dan ada pula yang melalui seluruh tahapan peralihan tersebut. Pada berbagai kebudayaan ada anggapan bahwa masa peralihan manusia yaitu peralihan dari satu tingkat kehidupan atau lingkungan sosial ketingkat kehidupan atau lingkungan sosial yang lain merupakan saat-saat penuh bahaya, baik bahaya yang nyata maupun gaib. Oleh karena itu dalam beberapa kebudayaan sering di lakukan suatu upacara daur hidup (life cycle) yang di maksudkan untuk menghindari bahaya nyata maupun gaib yang mungkin datang. Upacara ini sering di sebut dengan upacara kritis hidup (Crities rites). Di dalam kebudayaan Jawa juga mengenal upacara-upacara daur hidup, yaitu mulai dari upacara masa hamil, upacara kelahiran, upacara perkawinan, hingga upacara kematian (Darori, 2000). Masyarakat Jawa percaya bahwa rentang waktu lahir hingga mati bagi manusia merupakan saat-saat manakala dunia dan kehidupannya tergelar dan terpapar, oleh karena itu beberapa ritus hidup mesti di laksanakan. Pelaksanaan upacara-upacara tersebut bagi masyarakat Jawa pada dasarnya untuk memenuhi krenteg dan karep (niat dan kehendak) di dalam tanggapan dunia bahwa pada dasarnya kehidupan manusia itu sakral (Linus Suryadi AG : 1993 ) Perubahan status seseorang yaitu pertumbuhan kearah kehidupan berikutnya menuju kearah kedewasaan, bagi masyarakat Jawa merupakan serangkaian babak yang rawan untuk di serang atau di rasuki oleh roh-roh jahat (Geertz : 1985). Bagi masyarakat Jawa Kehidupan di bumi dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa gaib dan mahluk halus yang menembus perjalanan sehari-hari
3 manusia, dimana kekuatan mahluk gaib tersebut bisa merusak atau bermanfaat. Namun yang jelas kekuatan tersebut sangat mempengaruhi kehidupan nyata manusia. Untuk itu didalam tahapan peralihan manusia di perlukan suatu upacara khusus, agar kekuatan mahluk gaib tersebut tidak mengganggu atau merugikan manusia, namun di harapkan kekuatan tersebut dapat memberikan manfaat bagi manusia. Masyarakat Jawa meyakini bahwa upacara daur hidup yang mereka lakukan dipenuhi dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang tumbuh secara turun temurun. Nilai-nilai dan norma-norma tersebut di gunakan untuk mencari keseimbangan tatanan kehidupan mereka (Mulder dalam Soeseno: 1992). Salah satu upacara yang di lakukan oleh masyarakat Jawa ketika memasuki babak baru dalam tingkat kehidupannya adalah upacara yang berkenaan dengan kelahiran seorang anak. Setelah seorang laki-laki dan perempuan melaksanakan pernikahan, seorang anak merupakan dambaan bagi setiap rumah tangga. Karena seorang anak mempunyai nilai-nilai khusus, misalnya nilai ekonomis status sosial, memberi suasana tenteram dalam keluarga membahagiakan orang tua, serta memberikan harapan dimasa mendatang, sebagai payung dimana orang tuanya sudah jompo karena tidak bisa bekerja lagi (Geertz : 89). Hadirnya seorang anak juga sebagai bukti nyata hasil perkawinan antar kelompok dan sering di anggap sebagai hadiah kehidupan yang jelas dari pihak wanita pada pihak suaminya. Pengharapan tinggi terhadap seorang anak (terutama anak pertama) merupakan kebahagian tersendiri. Untuk itu setelah anak tersebut lahir selalu ada upacara-upacara yang di lakukan sebagai usaha penjagaan terhadap anak, di
4 antaranya adalah upacara ketika anak menginjakan tanah untuk yang pertama kalinya atau yang sering disebut dengan upacara Tedhak Siten. Upacara Tedhak Siten adalah suatu acara memperkenalkan anak untuk pertama kalinya pada bumi atau tanah dengan maksud anak tersebut mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupannya kelak. Bagi masyarakat Jawa upacara ini merupakan wujud pengharapan orang tua terhadap buah hatinya agar kelak siap dan sukses dalam menapaki kehidupan yang penuh dengan rintangan dan hambatan dengan bimbingan orang tuanya (Bratawijaya : 1997). Selain itu upacara ini juga sebagai bentuk penghormatan terhadap bumi sebagai tempat berpijak sekaligus yang telah memberikan banyak hal dalam kehidupan manusia. Di katakan bahwa manusia hidup dan mati berada di bumi, makan minum, rumah, kendaraan semua berasal dari bumi, maka manusia perlu menghormatinya. Sebab dengan cara seperti ini maka manusia akan mendapatkan keselarasan terhadap alam, karena dalam konsep masyarakat Jawa manusia menemukan hidupnya tergantung dari alam dan apabila hidupnya selaras akan memperoleh kebaikan (Salamun dkk, 200). Jadi dapat dikatakan bahwa upacara Tedhak Siten merupakan peringatan bagi manusia akan pentingnya hidup diatas bumi yang mempunyai hubungan yakni, hubungan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya (Wibowo, 200). Pada dasarnya setiap pelaksanaan upacara di kalangan masyarakat menunjukan adanya kandungan makna di balik upacara itu sediri, dimana makna tersebut sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakatnya. Biasanya hal itu diberikan melalui simbol-simbol dalam upacara, lambang atau simbol inilah yang sebenarnya mempunyai nilai cukup penting bagi kehidupan manusia (Rostyati :
5 1984). Demikian pula pelaksanaan upacara Tedhak Siten pada masyarakat Jawa, pelaksanaan upacara ini tidak hanya sebagai ungkapan terima kasih telah di beri anugrah oleh Tuhan berupa hadirnya seorang anak akan tetapi juga mempunyai makna tertentu baik bagi anak orang tua maupun bagi masyarakat. Makna upacara inilah yang akan di kemukakan pada tulisan ini. Makna adalah arti atau penilaian yang di berikan pada sesuatu. Sedangkan upacara dalam hal ini adalah tingkah laku resmi yang di bakukan untuk peristiwa yang tidak ditujukan pada kegiatan tehnis sehari-hari akan tetapi mempunyai kaitan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan diluar kemampuan manusia. Berkaitan dengan upacara tedhak siten tersebut ternyata perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi begitu pesatnya sangat berpengaruh terhadap pandangan hidup dan sikap hidup orang Jawa dalam melanjutkan tradisi nenek moyangnya. Sehingga ada kecendrungan untuk tidak lagi melaksanakan tradisi seketat dan sedisiplin semula. Masyarakat Jawa khususnya di Sumatra Utara mulai cenderung meninggalkan segala sesuatu yang berbau tradisional. Sementara mereka lebih suka meniru hal yang bergaya moderen yang tidak jarang kabur pemahamannya. Tentu saja kecendrungan ini lebih banyak timbul karena ketidak tahuan mereka, sehingga mereka kurang menghargai dan memahami secara tepat dan benar makna serta nilai luhur yang terdapat pada pelaksanaan upcara Tedhak Siten tersebut. Padahal makna yang terbentuk dari suatu tradisi tidak akan terlepas dari masyarakat pendukugnya dan akan menemukan manfaat bagi masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Jawa itu sendiri.
6 1. 2. Ruang Lingkup Penelitian Agar tidak terjadi perluasan masalah dan sasaran penelitian ini dapat tercapai sesuai dengan rencana maka akan dibatasi ruang lingkup penelitiannya yaitu terbatas pada: 1. Menggambarkan pelaksanaan upacara Tedhak Siten yang di lakukan oleh masyarakat 2. Mengetahui makna unsur-unsur atau perlengkapan yang di gunakan dalam pelaksanaan upacara Tedhak Siten 3. Mengetahui makna upacara Tedhak Siten bagi masyarakat pendukungnya Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di desa perkebunan Tanjung Jati kecamatan Binjai kabupaten Langkat Sumatra Utara. Desa ini merupakan sebuah desa yang berada dalam kawasan perkebunan milik PTPN II kebun Tanjung Jati yang merupaka badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan. Pemilihan lokasi ini sebagai wilayah penelitian mengenai makna Tedhak Siten, karena 85% penduduk desa ini merupakan etnis Jawa. di desa ini upacara Tedhak Siten masih ada yang melakukan dibandingkan desa-desa lain yang hampir tidak ada lagi. Selain itu desa Tanjung Jati adalah desa yang sebahagian besar masyarakatnya pendatang asli dari Jawa yang masih mempartahankan tradisi adat istiadat warisan leluhur sehingga nilai-nilai asli dapat kita temukan terutama tentang makna upacara Tedhak Siten.
7 1.4. Tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk memberi gambaran tentang seberapa besar pengetahuan masyarakat Jawa yang ada di desa Tanjung Jati tentang upacara Tedhak Siten. 2. Untuk mengetahui makna unsur-unsur atau perlengkapan yang di gunakan sehingga dapat kemudian mengerti dan memahami makna yang di kandungnya. 3. Untuk mengetahui makna upacara Tedhak Siten tersebut bagi masyarakat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah 1. Dengan penelitian ini di harapkan agar masyarakat luas di luar etnik Jawa dapat mengenal dan mengerti tentang budaya Jawa sebagai bagian dari budaya nasional 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan studi khususnya bagi mereka yang berminat mengenai budaya Jawa Tinjauan Pustaka Masa krisis yang ditandai dengan perubahan status bagi manusia merupakan masa saat manusia berhadapan dengan ketidakpastian. Itulah sebabnya masa krisis sangatlah mencemaskan manusia tanpa pandang bulu. Keadaan demikian tidak mungkin diatasi hanya dengan dikuasainya ilmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi juga dengan keyakinan dan iman yang terwujud melalui berbagai upacara-upacara religi dan keagamaan (Wibowo : 2000). Dalam kaitannya dengan upacara religi dan agama Robertson Smith mengemukakan 3 gagasan penting:
8 1. Disamping sistem keyakinan dan doktrin sistem upacara merupakan perwujudan dari religi atau agama yang memerlukan studi dan analisa yang khusus. 2. Upacara religi atau agama yang biasa dilakukan oleh banyak masyarakat pemeluk religi atau agama yang bersangkutan bersama-sama mempunyai fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat. 3. Berkaitan dengan upacara bersaji, dimana sajiannya dianggap sebagai suatu aktifitas untuk mendorong rasa solidaritas pada dewa. Upacara bersaji digambarkan suatu upacara gembira, meriah dan keramat. Dalam pelaksanaan upacara religi ada 5 komponen upacara yaitu tempat upacara, saat upacara (waktu upacara), benda-benda upacara orang-orang yang melakukan upacara dan pemimpin upacara. Orang yang memimpin upacara terbagi atas 3 golongan yaitu Pendeta, Dukun dan Shaman (Koentjaraningrat: 1987). Manusia sebagai warga masyarakat membutuhkan keyakinan-keyakinan dan sentimen-sentimen serta kesadaran kolektif yang memberi identitas kepadanya dan memperkuat kebutuhan moralnya. Hal-hal tersebut sebaliknya memerlukan upacara-upacara yang ditentukan oleh gagasan-gagasan kolektif yang tidak pernah hilang dari kehidupan masyarakat (Durkheim dalam Keesing, 2000). Upacara dianggap mempertebal perasaan kolektif dan intergrasi sosial (Brown dan Durkheim dalam Keesing, 1992). Upacara merupakan cara bertindak yang terlaksana ditengah-tengah kelompok yang berkumpul tersebut, yang dipersiapkan untuk membangkitkan, melestarikan atau menciptakan kembali
9 keadaan mental tertentu dalam kelompok itu. Dikatakan kolektif karena kelompok mengekspresikan dan melambangkan suatu keadaan mental, kekaguman yang tumbuh dari kehidupan sosial yang intensif. Menurut Durkheim, aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat desa berkaitan dengan mata pencaharian hidup, berpegang pada tradisi yang dilandasi oleh kepercayaan yang diwariskan nenek moyangnya, kemudian ditransformasikan dengan situasi yang berkembang dalam lingkungan sekitarnya. Upacara atau selametan adalah tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang untuk menegaskan dan memperingati kembali kebudayaan umum serta untuk menghilangkan kekuatan yang mengacau (Geertz, 1986). Untuk mencegah datangnya kekuatan yang datang mengganggu biasanya dilakukan beberapa ritual khusus yang dimaksudkan agar suatu bahaya yang berasal dari kekuatan diluar diri manusia tidak mengganggu kehidupannya. Dalam beberapa kebudayaan ada anggapan bahwa manusia akan mengalami masa-masa bahaya terutama pada masa peralihan dari satu tingkat kehidupan ketingkat kehidupan yang lain. Yaitu mulai masa bayi, masa remaja, dewasa, hingga meninggal, baik berupa bahaya gaib ataupun nyata. Untuk menghindari bahaya tersebut maka diperlukan upacara-upacara (ritus) ataupun untuk memberitahukan kepada orang banyak bahwa seseorang telah memasuki tahapan kehidupan tertentu (Koentjaraningrat, 1998). Van Gennep mengatakan bahwa dalam kehidupan manusia memerlukan regenerasi semangat kehidupan sosial yang menurun dalam masa-masa peralihan. Untuk menimbulkan kembali semangat kehidupan sosial antar masyarakat
10 diperlukan ritus dan upacara religi. Lebih lanjut Van Gennep mengatakan bahwa dalam tahap-tahap peralihan manusia yaitu sejak dia lahir kemudian masa anakanak, melalui proses menjadi dewasa dan menikah, hingga meninggal manusia mengalami proses-proses perubahan biologi serta pertumbuhan dalam lingkungan sosial budayanya yang dapat mempengaruhi jiwanya dan dapat menimbulkan krisis mental. Untuk menghadapi tahap pertumbuhannya yang baru maka dalam tahap perubahan itu diperlukan serangkaian ritus dan upacara peralihan, yang dimaksudkan untuk meregenerasi kembali semangat kehidupan masyarakat tersebut. Upacara ini merupakan rangkaian ritus dan upacara paling tua yang paling penting dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan (Daeng, 2000). Van Gennep menyatakan bahwa upacara pergantian musim, upacara kelahiran dan upacara perkawinan di sebut sebagai upacara integrasi dan pengukuhan. Upacara ini juga merupakan bagian dari upacara relegi (Daeng, 2000). Menurutnya upacara yang di lakukan merupakan keyakinan sosial yang melibatkan anggota masyarakat dalam usaha mencapai tujuan keselamatan bersama. Upacara itu merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat pendukungnya, ini dikarenakan setiap upacara selalu memiliki makna tertentu yang berkaitan dengan masyarakat pendukungnya. Makna-makna dan gagasan tersebut di nyatakan dalam berbagai simbol-simbol upacara. Sebagai contoh dapat di kemukakan penelitian yang di lakukan oleh Bambang Sularto dkk, mengenai upacara Sekaten daerah istimewa Yogyakarta. Di katakan bahwa upacara sekaten masih terus di lakukan karena mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat pendukungnya, yaitu memberikan makna keberuntungan. Bagi mereka dengan ikut melibatkan diri dalam pelaksanaan upacara Sekaten, seperti keikutsertaan
11 mereka menginang (mengunyah kinang) bersamaan dengan pertama kali di bunyikan gemelan Sekaten, mempunyai makna pengharapan akan meraih keberuntungan yang membuat diri mereka menjadi awet muda. Demikian pula pada upacara Garebeg Mulud, keikutsertaan masyarakat membunyikan pecut-pecut (Cambuk) bagi laki-laki dan bagi perempuan menyelipkan ane-ane (alat memotong padi) pada sanggul mereka bersamaan dengan drel (bunyi tembakan) mempunyai makna pengharapan akan meraih keberuntungan dalam usaha pertanian dan peternakan mereka. Bunyi pecut akan berpengaruh baik pada binatang piaraan atau ternak yaitu dapat memicu berkembang biaknya hewan ternak. sedang ane-ane yang di selipkan pada sanggul dapat melipatkan hasil panen yang di petiknya. Dari contoh diatas kita dapat melihat bahwa keberadaan suatu upacara di karenakan mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Apakah itu makna keberuntungan, makna keselamatan, ekonomi, keindahan dan lain-lain (Landmen dalam Poespowardojo, 1977). Makna dan nilai-nilai inilah yang menjadi tujuan manusia untuk memperingatinya. Karena pada dasarnya manusia adalah mahluk yang terperangkap dalam jaring-jaring makna yang di tenunnya sendiri (Geertz, 1992). Manusia selalu hidup dalam emosi-emosi, imajinasi, kerinduan dan kecemasan, ilusi dan dis ilusi, fantasi dan impian. Untuk memahami makna tersebut kita harus menggambarkan bukan saja apa yang sebenarnya terjadi tetapi apa yang sebenarnya di harapkan orang itu terjadi, tentang suatu gejala ataupun suatu ritual yang tujuannya untuk menelusuri
12 makna, untuk mengungkapkan niat di balik apa yang di lakukan orang, artinya bagi kehidupan dan penilaian, ritual, dan kepercayaan mereka (Fadhil, 2000). Dalam memahami makna akan berkaitan dengan sebuah paradigma yaitu simbol, karena makna hanya terdapat pada simbol misalnya sebuah salib, sebuah bulan sabit atau seekor ulat berbulu (Geertz, 1992). Melalui simbol-simbol tersebut masyarakat meringkas apa yang mereka katakan tentang kehidupan mereka, kualitas emosi, dan hal-hal yang seharusnya mereka perbuat. Simbol menurut Geertz adalah hal yang mempunyai arti yang sama bagi orang lain, bisa hal tersebut adalah objek tindakan, peristiwa dan lain-lain. Simbol-simbol tersebut adalah sumber informasi yang ekstrinsik melalui pemahaman bersama (Geertz, 1992) Metode penelitian Tipe penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat deskriptif yang bermaksud memberi gambaran secara terperinci mengenai makna upacara Tedhak Siten bagi masyarakat Jawa di desa Tanjung Jati. Untuk mendeskripsikan makna upacara Tedhak Siten tersebut maka di lakukan penelitian lapangan dalam mendapatkan data primer. Selain itu dalam penelitian ini peneliti juga memerlukan data sekunder yang di peroleh melalui studi kepustakaan, berupa jurnal buku-buku, dan hasil penelitian para ahli sebelumnya.
13 Tehnik pengumpulan data Penelitian mengenai makna Tedhak Siten bagi masyarakat Jawa ini di lakukan dengan menggunakan penelitian yang bersifat kualitatif untuk mendapatkan data primernya. Penelitian yang bersifat kualitatif ini di lakukan dengan menggunakan metode observasi (pengamatan) dan wawancara. 1. Observasi (Pengamatan) Metode observasi yang di gunakan di sini adalah metode observasi partisipasi (pengamatan terlibat) pengamatan yang dilakukan peneliti di sini adalah mengamati secara langsung pelaksanaan upacara Tedhak Siten yang di laksanakan oleh masyarakat Jawa. Peneliti mengamati alat-alat yang di gunakan dan tahapan-tahapan pelaksanaan upacara Tedhak Siten. Gunanya agar peneliti memperoleh gambaran langsung tentang upacara Tedhak Siten tersebut. Selain itu peneliti juga mengamati aktifitas yang di lakukan oleh masyarakat Jawa dalam kesehariannya, terutama yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini untuk memperoleh gambaran apakah adat istiadat Jawa masih di lakukan di dalam keseharian atau tidak. Dalam melakukan pengamatan (observasi) ini peneliti menggunakan alat bantu berupa kamera fhoto untuk mempublikasikan hal-hal yang penting yang berkaitan dengan masalah penelitian. Hal ini untuk memudahkan peneliti dalam memberikan gambaran tentang pelaksanaan upacara Tedhak Siten.
14 2. Wawancara Metode wawancara dalam penelitian ini adalah metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan. Wawancara ini di lakukan dengan cara tatap muka dalam bentuk dialog dan percakapan. Wawancara mendalam ini di lakukan guna mendapatkan sebanyak mungkin gambaran dan keterangan dari informan yang berkaitan dengan topik penelitian, hal ini khususnya mengenai makna Tedhak Siten. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan interview guide yaitu berupa daftar pertanyaan yang telah disusun sebelum di lakukan pengumpulan data lapangan. Interview guide ini di perlukan untuk mengantisipasi agar pertanyaan yang disampaikan tidak menyimpang dari topik penelitian Dalam melakukan wawancara penulis melakukan tiga tahap. Tahap pertama, penulis mengidentifikasi masyarakat desa Tanjung Jati yang terlibat aktif sebagai pemimpin atau secara langsung memiliki pengetahuan mendalam terhadap upacara tersebut. Tahap kedua, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan dengan menggunakan tehnik snow ball yaitu mencari informan secara berjenjang. Informan pertama menentukan informan kedua dan seterusnya, berhenti jika data telah mencukupi. Tahap ketiga, penulis mencoba menggali lebih dalam lagi mengenai upacara Tedhak Siten pada saat wawancara dengan menganalisa makna pelaksanaan upacara Tedhak Siten bagi masyarakat. Pada saat wawancara penulis menggunakan alat bantu semacam catatan lapangan. catatan lapangan di sini di gunakan untuk mencatat poin-poin penting dari hasil wawancara. Hal tersebut di maksudkan agar peneliti dapat lebih mudah dalam penyusunan data.
15 1.7. Analisa data Dalam penelitian ini, peneliti akan bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Data-data tersebut akan diperlakukan sebagaimana adanya tanpa adanya penambahan dan pengurangan sehingga tidak mempengaruhi keaslian data. Data-data tersebut selanjutnya akan diperiksa dan akan di edit ulang untuk memeriksa kembali kelengkapan data yang diperlukan. Data yang telah dikumpulkan kemudian di analisis secara kualitatif. Semua data yang di peroleh baik dari lapangan yaitu melalui pengamatan dan wawancara ataupun studi kepustakaan di susun sesuai dengan pemahaman, fokus-fokus dan kategori-kategori tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
kebudayaan lain yaitu, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menjadi negara Indonesia yang memiliki keunikan dengan budaya yang beraneka ragam dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda yang menambah daya tarik wisatawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejarah umat manusia, agama dan kebudayaan memiliki peran sentral yang tak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama dan kebudayaan adalah dua hal yang selalu menarik untuk dicermati. Hal ini disebabkan karena bagi hidup manusia, keduanya selalu menjadi hal yang tak terelakkan.
Lebih terperinciRELIGI. Oleh : Firdaus
RELIGI Oleh : Firdaus Pertemuan ini akan Membahas : 1. Konsep Religi 2. Komponen sistem Religi 3. Teori Berorintasi Keyakinan Pertanyaan untuk Diskusi Awal: 1. Apa Konsep Religi 2. Apa Komponen Sistem
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano
BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH
41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai Upacara Tingkapan karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai Upacara Tingkapan karena upacara ini masih tetap berlangsung hingga kini meskipun perkembangan budaya semakin canggih.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi
Lebih terperinciBAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus
BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman mengenai peranan pendidikan dalam pembangunan nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar belakang sosial budaya bangsa Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian
Lebih terperinciPROSESI ADAT MITONI DI TINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN MORAL
PROSESI ADAT MITONI DI TINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN MORAL (Studi Kasus di Desa Turus Ngaran Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten) Skripsi Diajukan Guna Melangkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Kelulusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan
Lebih terperinciBAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.
BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI
BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi
Lebih terperinciBAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.
BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI
BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan
Lebih terperinciPALANGEHON BORU. ( Ritus Dan Upacara Siklus Hidup Etnis Batak Toba di Desa. Pargarutan, Tapanuli Tengah )
PALANGEHON BORU ( Ritus Dan Upacara Siklus Hidup Etnis Batak Toba di Desa Pargarutan, Tapanuli Tengah ) 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang
A. Penelitian Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu: a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang Tradisi Fida
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat dan kepercayaan pada setiap etnik bangsa yang menjadikan sebuah daya tarik tersendiri
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH
BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH 4.1.Ritual Masyarakat Trunyan Dalam kehidupan suatu masyarakat yang berbudaya menghadirkan suatu tradisi-tradisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami tiga peristiwa penting, yaitu waktu dilahirkan, waktu menikah atau berkeluarga dan ketika meninggal dunia. Meskipun semuanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perubahan Perubahan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti, hal (keadaan) berubah, peralihan, pertukaran. Dalam hal ini perubahan didefinisikan
Lebih terperinciNo Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa
Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup seorang diri, karena kelemahan kelemahan fisiknya dan karena harus belajar berbagai unsur budaya dari orang lain. Di
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena yang dirasakan semakin kuat mencengkram memasuki abad dua puluh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi sudah melewati proses sejarah yang sangat panjang, suatu fenomena yang dirasakan semakin kuat mencengkram memasuki abad dua puluh satu ini. Umat manusia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan
BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Kaus Nono dalam Perkawinan Meto Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1
Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan aset dari kebudayaan nasional adalah bersumber dari puncak-puncak terindah, terhalus, terbaik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka
Lebih terperinciPARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :
PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan
Lebih terperinciMAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI
MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tradisi tidaklah dilihat sebagai barang antik yang harus diawetkan, yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tidaklah dilihat sebagai barang antik yang harus diawetkan, yang beku, berasal dari masa lalu, dan tidak pernah akan dan boleh berubah yang kemudian diagungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia, sekaligus sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Lebih terperinciKekerabatan dan Keturunan
Kekerabatan dan Keturunan Lewis Henry Morgan (1818-1881) Latar belakang Guru besar Antropologi Amerika Utara abad ke- 19 yang dipandang sebagai perintis studi tentang kekerabatan. Dalam bukunya yang berjudul:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan
Lebih terperinci