BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tidaklah dilihat sebagai barang antik yang harus diawetkan, yang
|
|
- Surya Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tidaklah dilihat sebagai barang antik yang harus diawetkan, yang beku, berasal dari masa lalu, dan tidak pernah akan dan boleh berubah yang kemudian diagungkan dan diabadikan. Justru sudut pandang seperti ini akan mengangkat tradisi, khususnya tradisi lisan seperti yang telah diungkapkan dalam berbagai penelitian, dalam sejarah kegemilangan masa lalunya saja tanpa mengaktualkannya dalam situasi masa kini (Pedoman KTL, 2009: 2; Pudentia MPSS, 2013: 7). Masyarakat yang kebudayaannya diwarnai oleh tradisi, cenderung untuk menengok ke masa lampau apabila harus memecahkan suatu masalah yang terjadi di dalam suatu lingkungan masyarakat. Tradisi yang ada selalu mengalami transformasi akibat penyesuaiannya dengan konteks zaman. Kehidupan sebuah tradisi pada hakikatnya berada pada proses transformasi itu karena sebuah tradisi tidak akan hidup kalau tidak mengalami transformasi. Tradisi di Indonesia lebih umum dikenal adat. Tradisi menjadi pedoman di dalam mengatur tata hidupnya dalam keluarga, di dalam masyarakat, dan hubungannya dengan pemerintah dan orang-orang lain dari luar masyarakat. Adat itu menjadi bertambah kuat karena menurut pendapat masyarakat mengandung restu dari para leluhurnya karena dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh semua anggota masyarakat (Soemardjan, 1993: 104). Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau adat itu sukar sekali diubah atau diganti dengan unsur-unsur
2 2 yang lain. Tradisi dan budaya yang mengalami transformasi terdapat inovasi akibat persinggungan sebuah tradisi dengan modernisasi atau akibat penyesuaiannya dengan konteks zaman. Tradisi merupakan adat atau kebiasaan (custom or habbit) sebagai penanda identitas, baik secara pribadi maupun kolektif masyarakat pendukungnya. Identitas adalah penciptaan konstansi dalam perjalanan waktu, yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan masyarakat pewarisnya dengan realitas identitas sosial yang lebih luas (Giddens, 2003: ). Melalui nilai-nilai tradisi ini manusia belajar mengadaptasikan dirinya dengan keadaan lingkungan agar tercipta keharmonisan dan keselarasan antara manusia, lingkungan, dan Sang Pencipta. Hubungan manusia dengan tradisi merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan karena di dalamnya manusia mengalami proses pembelajaran. Dalam catatan sejarah Indonesia, salah satu tanda masuknya zaman modern adalah ditemukannya tulisan. Padahal, jauh sebelum adanya tulisan manusia sudah mempunyai kebudayaan, yakni tradisi lisan. Sebelum adanya tulisan manusia sudah berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya, baik secara lisan maupun kata-kata. Sangat mudah untuk menyadari bahwa kita tengah hidup pada masa perubahan sosial yang berlangsung cepat dan radikal. Hal ini seolah menegaskan bahwa suatu keadaan yang lama tergantikan oleh keadaan yang baru. Keadaan yang lama di sini adalah tradisi lisan yang kemudian bergeser menjadi tradisi yang baru, yakni tradisi yang lebih modern dan kompleks, yakni tulisan. Banyak tradisi lama yang ada di lingkungan masyarakat kini kurang diperhatikan lagi, mengingat adanya teknologi dan kemajuan zaman (Suastika, 2013: 33).
3 3 Berdasarkan pertanyaan Rymer sebenarnya apa yang hilang ketika suarasuara itu senyap? Ketika budaya lisan mulai terpinggirkan atau tertindih budaya tulis. Tulisan dengan kemajuan (cetak dan elektronik) dan kemampuan yang menakjubkan telah mengubah struktur kesadaran manusia. Ada beberapa ciri penting tradisi lisan yang kian hari tersisih oleh tradisi tulis. Pertama, kedekatan gagasan dan ucapan dalam kegiatan sehari-hari tanpa adanya jarak dari realitas kekinian. Kedua, kelisanan tidak mengenal pembakuan makna. Kata-kata selalu mendapatkan maknanya dari habitat nyata yang mencakup gerak tubuh, infleksi vokal, ekspresi wajah, dan seluruh latar kehidupan manusia tempat kata itu berucap (Ong, 2013: xvi). Tradisi lisan memegang peranan penting sebelum adanya tulisan. Tradisi lisan merupakan salah satu budaya lokal yang memiliki hubungan batin dengan pewarisnya sehingga dapat menjadi perekat dan adanya saling menghargai dalam masyarakat. Melalui nilai-nilai tradisi manusia belajar dan mengadaptasikan dirinya dengan keadaan lingkungan supaya tetap dapat menjaga keharmonisan dalam lingkup sosial dan hubungannya dengan Tuhan. Hal-hal yang terkait dengan tradisi lisan dapat diaktualisasikan ke dalam sastra dan seni pertunjukan, religi dan upacara, pengetahuan tradisional serta sistem kognitif lainnya, manusia dan lingkungannya, dan sebagainya (Pedoman KTL, 2009: ). Modernisasi selanjutnya banyak merombak tatanan sistem sosio budaya, pandangan, dan ekonomi masyarakat tradisional. Sehubungan dengan itu, pola gaya hidup serta tingkah laku masyarakat hampir sama (identik) dengan gaya hidup masyarakat kapitalis, yang profit oriented dan mengagungkan budaya barat.
4 4 Parahnya percampuran dua model kebudayaan ini sedikit demi sedikit, tetapi pasti menggeser tata letak budaya lokal ke arah pinggir dan subordinat. Banyak tradisi lama yang ada di lingkungan masyarakat, kini kurang diperhatikan lagi. Salah satu di antaranya adalah tradisi kaombo (pingitan) dalam masyarakat Buton di Kecamatan Mawasangka. Rustam (2009: 104) menjelaskan bahwa kaombo merupakan suatu prosesi upacara peralihan status perempuan dari remaja (kabuabua) menjadi dewasa (kalambe). Ritual ini dilakukan khusus untuk anak perempuan berusia tahun. Namun, kini ritual kaombo dilakukan ketika perempuan akan menikah. Ritual kaombo pada masyarakat Buton menunjuk pada pengertian larangan atau dilarang. Maksud larangan atau dilarang dalam ritual ini adalah ketika perempuan memasuki usia dewasa banyak larangan atau aturan yang mengikat dalam kehidupan sehari-hari yakni dalam pergaulan dan bertingkah laku. Tradisi ritual kaombo yang paling nyata dalam masyarakat Buton merupakan tradisi yang mengandung nilai-nilai yang berpengaruh langsung terhadap kehidupan anak perempuan yang memasuki usia dewasa. Salah satu di antaranya adalah nilai-nilai moral yang termasuk dalam ritual kaombo ini, yakni selama beberapa hari gadis-gadis remaja dikurung dalam rumah kemudian diberikan nasihat-nasihat dalam kehidupan bagaimana layaknya seorang wanita dalam berperilaku dan bergaul dengan lawan jenis. Suatu masyarakat tentunya mempunyai tatanan nilai-nilai tersendiri dalam suatu kelompok masyarakat seperti halnya masyarakat Buton di Kecamatan Mawasangka seluruhnya beragama Islam. Dalam ajaran Agama Islam melakukan hubungan seksual diluar pernikahan
5 5 merupakan perbuatan zinah atau dilarang. Dengan dilaksanakannnya ritual kaombo, diharapkan anak perempuan yang akan beranjak dewasa lebih menjaga pergaulan, apalagi ketika mereka sudah ada ketertarikan dengan laki-laki. Sibarani (2012: 103) menjelaskan bahwa kebudayaan lokal adalah kebudayaan komunitas pada suatu tempat tertentu yang didasarkan ada tidaknya daerah (lokasi) yang mendukung kebudayaan itu. Kebudayaan yang ada tersebut merupakan kebiasaan yang secara turun-temurun diwariskan sebagai pedoman hidup. Tampak jelas bahwa kebudayaan sudah tidak mampu lagi meng-counter dengan munculnya kebiasaan lain di luar kebiasaan yang ada, akhirnya ada yang hilang tanpa proses pewarisan. Ritual kaombo merupakan salah satu tradisi lisan yang mencakup kebudayaan lokal yang ada di masyarakat Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Ketidakmampuan ritual kaombo dalam meng-counter kebudayaan yang berasal dari luar, seakan tradisi ini mulai terkikis karena pewarisan yang tidak berjalan alamiah atau sebagaimana mestinya. Kaombo yang merupakan tradisi lokal masyarakat Buton tentunya memiliki nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya. Karakter yang dimaksud di sini adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seorang anak perempuan. Kepribadian seseorang terbentuk dari hasil internalisasi kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang berpikir, bersikap, dan bertindak, dapat dipercaya atau hormat kepada orang lain. Nilai-nilai moral yang terkandung salah satu di antaranya adalah nilai moral dalam ritual kaombo ini sangat kental dengan agama yang dianut oleh masyarakat Buton yakni agama
6 6 Islam. Tradisi ini memberikan porsi yang lebih terhadap kedudukan perempuan di Buton. Perempuan merupakan calon ibu bagi anak-anaknya kelak ketika sudah menikah. Sehubungan dengan itu, perlu diadakan ritual kaombo ini agar tetap dipertahankan dalam masyarakat Buton. Hal ini penting karena dalam ritual ini diadakan pembinaan mental bagi seorang perempuan untuk bekal ketika berumah tangga (menikah) nantinya. Dalam konteks pembinaan mental, Giddens (2003: ) menjelaskan bahwa tradisi merupakan adat atau kebiasaan (custom or habbit), yang merupakan penanda identitas, baik secara pribadi maupun kolektif masyarakat pendukungnya. Identitas adalah penciptaan konstansi dalam perjalanan waktu, yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan masyarakat pewarisnya dengan realitas identitas sosial yang lebih luas, dalam hal ini disebut dengan perhatian psikologis. Sebagaimana tradisi dulu memegang peranan penting dalam mengatur manusia terhadap lingkungannya. Menurut Arkinson (dalam Dove, 1985: xliii), dalam menanggapi tekanan, baik dari dalam maupun luar, masyarakat tradisional tidak statis, tetapi melakukan suatu penyesuaian dan perubahan terus-menerus. Kontak antarbudaya tidak terhindarkan lagi. Hal ini berdampak pada cara berpikir, bersikap, dan berperilaku masyarakat terlebih generasi muda. Masyarakat Buton yang dulunya memegang tradisi ritual kaombo sebagai tradisi yang berlaku di tengah-tengah masyarakat kini perlahan mulai terabaikan. Sairin (2002: 50) menjelaskan bahwa kehadiran teknologi, akibat globalisasi terjadi pergulatan dalam sistem nilai masyarakat yang pada akhirnya menyeret terjadinya krisis nilai-nilai budaya lokal seperti yang
7 7 dirasakan masyarakat pada saat ini. Demikian pula dengan nilai-nilai tradisional dalam sebuah ritual tradisi sebagai warisan budaya tidak luput dari modernisasi. Kondisi masyarakat Buton di Sulawesi Tenggara dalam pelaksanaan ritual kaombo telah mengalami ketepinggiran dari segi bentuk pelaksanaan dan pemahaman makna. Ritual ini sudah semakin jarang ditemukan pelaksanaannya. Ini diakibatkan oleh kurangnya pemahaman makna dan nilai ritual tradisi pada generasi muda terhadap ritual kaombo. Padahal secara substansial kearifan lokal tersebut mengandung nilai dan norma budaya yang berlaku dalam menata kehidupan masyarakat. Bahkan, nilai dan norma tersebut yang diyakini kebenarannya menjadi acuan dalam bertingkah laku sehari-hari masyarakat setempat. Ritual pingitan yang dilakukan oleh masyarakat (khususnya Jawa) kebanyakan biasa dilakukan ketika seorang wanita akan melangsungkan pernikahan. Biasanya calon pengantin wanita dipingit dalam rumah selama beberapa hari dan tidak boleh bertemu dengan calon pengantin laki-laki sebelum hari pernikahan tiba. Menarik, bahwa pingitan (kaombo) yang terjadi di masyarakat Buton justru dilakukan jauh sebelum seorang wanita akan menikah. Ritual kaombo ditujukan kepada anak-anak perempuan yang baru menanjak (dalam bahasa Buton disebut kabua-bua) menuju perempuan dewasa (kalambe). Hal ini ditandai dengan menstruasi pada anak perempuan yang menandakan telah memasuki usia aqil baligh. Pada usia inilah anak-anak perempuan telah memiliki rasa ketertarikan terhadap lawan jenis dan proses pembentukan karakter sebagai perempuan dewasa.
8 8 Rustam (2009: ) menjelaskan bahwa ritual kaombo dimaksudkan sebagai salah satu proses pembinaan mental dan fisik yang dilakukan oleh bhisa (dukun). Pembinaan mental terhadap anak perempuan berupa pemberian petuah yang berisi nasihat-nasihat, etika, dan akhlak sesuai dengan kaidah-kaidah Islam dalam pergaulan sehari-hari. Dalam ritual ini diberikan pemahaman tentang status sebagai perempuan dewasa yang sebaiknya dalam bersikap dan bertindak dalam keluarga, bahkan dalam lingkungan masyarakat. Pada usia baligh (memasuki usia dewasa) seperti inilah anak-anak perempuan masih belum bisa mengontrol emosi sehingga cenderung labil. Contoh yang banyak terjadi di masyarakat saat ini seperti hamil di luar nikah. Oleh sebab itulah, dengan adanya kaombo ini, seorang perempuan tahu batas-batas dirinya dalam bergaul. Sehingga nantinya ketika menikah dan menjadi seorang ibu bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Realitas dalam masyarakat Buton dewasa ini menunjukkan bahwa para ahli waris yang menguasai tradisi ritual kaombo yang sarat akan makna semakin terpinggirkan sehingga diasumsikan terjadi kemunduran pengetahuan tentang ritual kaombo. Sama halnya yang terdapat dalam pedoman KTL (2009: 2) para penutur dan komunitas tradisi lisan semakin berkurang. Hal ini terjadi akibat proses pewarisan secara alamiah tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sementara perubahan kebudayaan berjalan dengan cepat. Dihadapkan pada kenyataan tersebut, satu-satunya yang penting dalam upaya menjaga tradisi lisan sebagai sumber ilmu pengetahuan pada masa sekarang dan yang akan datang adalah perubahan sistem pewarisannya.
9 9 Selain pengaruh globalisasi, ajaran agama Islam yang diyakini masyarakat setempat ikut memengaruhi keberadaan ritual-ritual tradisi yang dimililki masyarakat. Seluruh masyarakat Buton sudah beragama Islam, tetapi masih menjalankan tradisi-tradisi leluhur. Artinya, tidak bisa dimungkiri masuknya kelompok Islam reformis turut memengaruhi keberadaan ritual ini. Islam yang reformis tidak melakukan ritual-ritual yang bersumber dari tradisi atau leluhur. Mereka hanya melakukan ritual yang bersumber dari Alqur an dan alhadis yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Ajaran agama yang dianut kelompok masyarakat sering dijumpai bertolak belakang dengan ritual tradisi sehingga menyebabkan orang per orang atau kelompok tertentu menentang ritual-ritual tradisi masyarakat lokal yang dianggap mistik dan syirik. Kondisi ini mempercepat hilangnya tradisi-tradisi lisan di Nusantara. Konsep pembangunan dan modernisasi serta aturan-aturan agama yang berimplikasi kepada kehidupan masyarakat tradisional menyebabkan kaburnya nilai-nilai tradisional masyarakat. Hal ini dipertegas oleh Sibarani (2012: 131) bahwa dalam kenyataannya kini, implementasi kearifan lokal itu semakin menurun. Di samping itu, minimnya pengetahuan mengenai pentingnya nilai-nilai tradisi merupakan faktor utama mengapa tradisi budaya, nilai dan norma budaya, dan kearifan lokal tidak mendapat perhatian dalam pembagunan. Masih ada orang yang menganggap bahwa tradisi tidak relevan dengan kehidupan modern ini. Berdasarkan fenomena yang ada pada latar belakang penelitian ini, selanjutnya setelah menggali informasi di masyarakat dan menghimpun data penelitian budaya masyarakat Buton, yaitu (1) peneliti yang mendeskripsikan ritual kaombo
10 10 secara khusus, sistematis, dan mendalam yang dapat dijadikan informasi ilmiah, baik sebagai referensi keilmuan maupun sebagai bahan pembelajaran generasi muda berkaitan dengan tradisi lokal; (2) pentingnya penelitian ini dilakukan dengan alasan-alasan yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal, nilai moral, dan makna dalam ritual kaombo. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan topik Keterpinggiran Ritual Kaombo pada Masyarakat Buton Kecamatan Mawasangka, Provinsi Sulawesi Tenggara. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus bahasan dalam penelitian ini. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah bentuk keterpinggiran ritual kaombo pada masyarakat Buton, Kecamatan Mawasangka, Provinsi Sulawesi Tenggara? 2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan keterpinggiran ritual kaombo pada masyarakat Buton,Kecamatan Mawasangka, Provinsi Sulawesi Tenggara? 3. Bagaimanakah dampak dan makna keterpinggiran ritual kaombo pada masyarakat Buton, Kecamatan Mawasangka, Provinsi Sulawesi Tenggara? 4. Bagaimanakah strategi pewarisan ritual kaombo pada masyarakat Buton, Kecamatan Mawasangka, Provinsi Sulawesi Tenggara?
11 Tujuan Penelitian Ada dua tujuan yang mendasar dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan proses lokal tradisi ritual kaombo pada masyarakat Buton di Kecamatan Mawasangka. Tradisi ini merupakan modal budaya yang dimiliki dan diturunkan secara lisan Tujuan Khusus Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mengetahui bentuk keterpinggiran ritual kaombo pada masyarakat Buton, Kecamatan Mawasangka, Provinsi Sulawesi Tenggara. 2. Memahami faktor-faktor yang menyebabkan keterpinggiran ritual kaombo pada masyarakat Buton, Kecamatan Mawasangka, Provinsi Sulawesi Tenggara. 3. Menginterpretasi dampak dan makna keterpinggiran ritual kaombo pada masyarakat Buton, Kecamatan Mawasangka, Provinsi Sulawesi Tenggara. 4. Mendapatkan solusi strategi pewarisan ritual kaombo pada masyarakat Buton, Kecamatan Mawasangka, Provinsi Sulawesi Tenggara.
12 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dibedakan atas dua, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat sebagai sumbangan informasi ilmiah, terutama yang berkaitan dengan kebudayaan masyarakat lokal. Selain itu, hasil penelitian itu dapat bermanfaat sebagai pengembangan cakrawala keilmuan dari kajian budaya, khususnya dalam pengkajian tradisi lisan yang ada di Nusantara yang kini mulai terlupakan oleh masyarakat Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi (1) pemerintah, khususnya pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan yang tepat dalam pelestarian budaya-budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat, (2) pihak-pihak yang peduli dengan pelestarian budaya lokal, terutama yang berkaitan dengan ritual yang dimiliki oleh masyarakat yang kian hari kian punah, (3) temuan penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan untuk memaknai ritual tradisi yang merupakan bagian dari masa lalu, (4) menambah wawasan masyarakat, khususnya masyarakat Buton tentang pelestraian budaya leluhur sebagai identitas dan jati diri etnis secara khusus, dan (5) sebagai langkah inventarisasi tradisi lisan yang kian hari keberadaannya semakin punah pada masyarakat pendukungnya.
BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi
Lebih terperincicommit to user 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan secara alamiah mereka mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya. dan pada dasarnya manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar
Lebih terperinciPendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan
Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciBAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR
BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR Setelah mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkandung
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal yang begitu lekat dengan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya kebudayaan di Indonesia merupakan hasil dari kelakuan masyarakat yang sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena yang dirasakan semakin kuat mencengkram memasuki abad dua puluh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi sudah melewati proses sejarah yang sangat panjang, suatu fenomena yang dirasakan semakin kuat mencengkram memasuki abad dua puluh satu ini. Umat manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Buton dalam kehidupannya terikat kuat oleh tradisi lisan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Buton dalam kehidupannya terikat kuat oleh tradisi lisan. Tradisi lisan tersebut berupa tuturan yang memberi ciri khas terhadap individu atau kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.
Lebih terperinci2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mantra merupakan puisi lisan yang bersifat magis. Magis berarti sesuatu yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara yang istimewa. Perilaku magis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan berasal dari kata tahu yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2008, artinya mengerti setelah melihat suatu fenomena alam. Berdasarkan pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk sosial. Dimana sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk selalu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang memiliki kekayaan budaya, bahasa, cara hidup, dan tradisi. Tradisi di Indonesia terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri karena adanya bukti-bukti berupa tradisi dan peninggalan-peninggalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu, anak-anak dan kerabat lainnya. Lingkungan keluarga merupakan tempat dimana anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Fokus Penelitian, Penegasan Istilah. A. Latar Belakang Di era globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan
Lebih terperinci2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan
82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab IV telah dibahas mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan dan pembahasan penelitian
Lebih terperinciPada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda dan Yennie,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka
67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian tentang Faktor dan Dampak Maraknya Fenomena Hamil di Luar Nikah pada Masyarakat Desa wonokromo Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen ini menunjukan bahwa: 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dilihat dari segi media pengungkapannya atau cara penyampaiaanya, sastra dibedakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak folklor yang telah berkembang dari dulu hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang dimiliki oleh masyarakat
Lebih terperinciDalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna
Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017 Drs. Suprijatna 1. Pendidikan harus merupakan aset atau modal kekuatan yang bisa menumbuhkan peradaban bangsa
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan bangsa. Istilah pendidikan seni berarti pemanfaatan seni sebagai alat pendidikan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Sunda dan bambu (awi) adalah dua hal yang sangat erat kaitannya. Mulai dari rumah, perkakas, bahkan hingga alat-alat kesenian dan ritual pun banyak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Masyarakat Bugis Makassar seperti juga masyarakat etnik yang lain memiliki kekayaan nilai budaya yang terdapat pada kearifan lokal yang tertuang dalam naskah lontaraq.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya terdapat berbagai macam keragaman budaya, budaya merupakan satu cara hidup yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana
Lebih terperinci