Keterkaitan Ekoliterasi (Melek Lingkungan), Pendidikan Lingkungan dan PPLH (Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Keterkaitan Ekoliterasi (Melek Lingkungan), Pendidikan Lingkungan dan PPLH (Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 Keterkaitan Ekoliterasi (Melek Lingkungan), Pendidikan Lingkungan dan PPLH (Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) Oleh : Iid Moh. Abdul Wahid, S.Si, M.I.L I. PENDAHULUAN Pembangunan yang dilaksanakan saat ini di berbagai negara mengalami perkembangan pesat pada berbagai sektor. Namun, masyarakat dunia juga menghadapi berbagai bencana/ permasalahan lingkungan, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan kebakaran hutan yang menimbulkan kerugian materi maupun korban manusia. Pada saat ini telah terjadi krisis dan permasalahan ekologi, yang ditandai dengan sistem ekologi mengalami ketidakstabilan maupun gangguan kesetimbangan pertukaran energi-materi dan informasi yang selanjutnya mengakibatkan ketidakseimbangan pada fungsi-fungsi distribusi serta akumulasi energi-materi antara satu organisme dengan organisme lain dan alam lingkungannya sementara itu organisme (manusia) dengan teknologi, perilaku dan organisasi sosialnya belum mampu melakukan penyesuaian yang berarti dalam mengantisipasi atau merespons guncangan tersebut (Dharmawan, 2007). Lebih lanjut dijelaskan bahwa krisis ekologi ini merupakan krisis hubungan antar manusia dan kebudayaannya dengan lingkungan hidup tempat mereka berlindung, bermukim, dan mengeksploitasi sumberdaya alam ( Masyarakat internasional saat ini telah menyepakati pentingnya menjaga bumi dari pencemaran dan kerusakan, misalnya melalui pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan telah menjadi komitmen dan tanggung jawab bersama masyarakat dunia untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan dan kehancuran akibat pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Pembangunan berkelanjutan berusaha untuk memahami interaksi antara alam dan masyarakat dalam rangka untuk mempromosikan transisi menuju keberlanjutan. Inti dari pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan dasar manusia sambil menjaga sistem pendukung kehidupan planet bumi. Dalam rangka menghadapi tantangan lingkungan di bumi, ada kebutuhan untuk mendidik dan memberi informasi kepada masyarakat mengenai permasalahan lingkungan. Salah satu komitmen masyarakat dan pemerintah internasional dalam menjaga bumi dari pencemaran dan kerusakan adalah melalui pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup 0

2 (Environment Education), yang merupakan kunci untuk mempersiapkan masyarakat dengan pengetahuan, keahlian, nilai dan sikap peduli lingkungan sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah lingkungan. Pendidikan Lingkungan Hidup menurut konvensi UNESCO di Tbilisi (1997) merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan peduli terhadap masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup baruterhadap permasalahan lingkungan hidup yang Di berbagai penjuru dunia dewasa ini, dijelaskan oleh Anwari (2010), bahwa kerusakan ekologi kian mengemuka dan bahkan mulai mengalahkan isu-isu politik dan ekonomi. Bahkan, kerusakan ekologi ditengarai sebagai isu super sensitif. Pada satu sisi, segilintir manusia bertindak meluluhlantakkan ekologi atas dasar ambisi dan egoisme. Pada sisi lain, dampak buruk kerusakan ekologi dirasakan oleh hampir seluruh manusia. Segala upaya dipandang mutlak dilakukan demi mencegah agar kerusakan ekologi tidak semakin parah. Dunia pendidikan pun dituntut mampu untuk turut serta menemukan solusi agar kerusakan ekologi tak terpilin menuju titik nadir kehancuran. Masalah lingkungan hidup tidak dapat diatasi hanya melalui reposisi hubungan manusia dengan lingkungan alamnya, tetapi juga harus melalui reorientasi nilai, etika dan norma-norma kehidupan yang kemudian tersimpul dalam tindakan kolektif, serta restrukturisasi hubungan sosial antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan antara kelompok dengan organisasi yang lebih besar (misal: negara, lembaga internasional). Pada titik ini pula, dunia pendidikan dituntut mampu mengembangkan perspektif yang relevan (Anwari, 2010). Pertama, dunia pendidikan harus membangun pengertian bahwa kerusakan ekologi merupakan dampak buruk dari ulah manusia memperebutkan sumber-sumber daya. Kedua, dunia pendidikan memahami kerusakan ekologi sebagai realitas buruk yang meminta tumbal pengorbanan manusia. Dua hal ini penting dimengerti oleh dunia pendidikan sebagai saling hubungan antara manusia dan lingkungan. 1

3 Sampai saat ini telah berkembang tiga teori etika lingkungan (Keraf, 2020), yaitu: antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme. Antroposentrisme adalah etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Hanya manusia dan kepentingannyalah yang mempunyai nilai. Manusia sebagai penguasa alam yang boleh melakukan apa saja. Segala sesuatu yang ada di alam semesta hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh mendukung dan demi kepentingan manusia, sehingga alam beserta seluruh isinya hanya dipandang sebagi objek, sumber daya, alat atau sarana bagi pemenuhan kepentingan, kebutuhan dan tujuan manusia. Dalam pandangan antroposentris ini alam dikonstruksikan tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Etika antroposentrisme ini sering dituding sebagai penyebab krisis ekologi karena dari etika ini lahir sikap dan perilaku eksploitatif yang tidak peduli sama sekali terhadap keberlanjutan alam. Sebagai akibat berciri instrumentalitik dan egoistis. Biosentrisme adalah etika lingkungan yang memandang setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri sehingga makhluk hidup selain manusia yang ada di alam ini, perlu diperlakukan secara moral, terlepas dari apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak. Sebagai konsekuensinya, alam semesta adalah suatu komunitas moral, dimana setiap kehidupan dalam alam semesta ini, baik manusia maupun bukan manusia samasama mempunyai nilai moral. Dengan demikian, Gudynas (1990) menyatakan bahwa etika tidak lagi hanya diberlakukaan sebatas pada komunitas manusia, tetapi juga berlaku bagi seluruh komunitas biotik manusia dan makhluk hidup lainnya. Setiap makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan pada dasarnya mempunyai hak hidup, demikian pula sistem kehidupan. Implikasinya, agar antroposentrisme berubah menjadi biosentrisme maka segala sesuatu yang bersifat hirarkis harus dihindari dengan cara menyatu dengan dan bukan berada di atas organisme lain. Ekosentrisme, etika diperluas ke seluruh system ekologi baik biotik maupun abiotik. Pandangan ekosentrisme ini memahami bahwa secara ekologis makhluk hidup dan lingkungan abiotiknya saling terkait, tidak terpisah, sehingga kewajiban dan tanggung jawab moral manusia tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup, melainkan juga berlaku kepada semua anggota atau realita ekologi. Ekologi pendidikan, menurut Dian Permata Suri (2006), adalah sebuah ekosistem pendidikan yang meliputi beberapa macam komponen lingkungan anak. Selama ini dikenal 2

4 bahwa sekolah adalah satu-satunya faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan. Namun demikian, ternyata ekologi pendidikan menjelaskan bahwa sekolah bukan satusatunya faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan, namun harapannya memiliki kontribusi besar dalam pendidikan karena bersifat kurikuler. Terdapat empat prinsip ekologi yang banyak digunakan sebagai perspektif oleh kalangan intelektual, ilmuwan, dan penggiat hijau atau green. Empat prinsip ini menimbulkan beberapa konsekuensi (Ife, 2002), yaitu sebagai berikut: 1) holistik (holism): filosofi ekosentrik, respek pada kehidupan dan alam, menolak solusi linear, perubahan yang bersifat organik; 2) keberlanjutan (sustainibility): konservasi mengurangi konsumsi eko-nomi tanpa menekankan pada pertumbuhan, kendala pada pengem-bangan teknologi; 3) keanekaragaman (diversity): anti kapitalis, menghargai perbedaan, tidak ada jawaban tunggal atas suatu masalah, desntralisasi, jejaring (networking) dan komunikasi lateral, teknologi tepat guna (lower level technology); dan 4) keseimbangan (equilibrium): global/lokal, yin/yang, gender, hak/ tanggung jawab, perdamaian dan kerjasama. Dengan prinsip tersebut sebenarnya mempunyai banyak hubungan yang sangat erat agar tujuan utama berupa kelestarian lingkungan melalui upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan dapat terwujud dalam konteks keadilan yang mencakup keadilan ekologi, keadilan ekonomi dan keadilan sosiologis. 3

5 II. DEFINISI DAN SEJARAH A. Ekoliterasi Secara harfiah kata literasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan untuk membaca dan menulis atau dengan istilah yang sedang berkembang adalah melek. Sejak kelahirannya, masalah literasi lingkungan telah menarik perhatian banyak peneliti pendidikan dan ilmuwan lingkungan. Meskipun istilah ini telah banyak didiskusikan, tetapi tidak ada definisi yang disepakati secara umum. Definisi awal literasi lingkungan dikemukakan oleh Roth (1968) yang mendefinisikan orang yang melek lingkungan sebagai seseorang yang memiliki keterampilan dasar, pemahaman dan perasaan mengenai hubungan manusia-lingkungan. Roth menambahkan bahwa orang melek lingkungan memahami keterkaitan antara sistem alam dan sosial, kesatuan manusia dengan alam, bagaimana teknologi mempengaruhi pengambilan keputusan masalah lingkungan dan pembelajaran tentang lingkungan adalah suatu usaha seumur hidup. Ecoliteracy berarti keadaan di mana seseorang, sudah tercerahkan tentang pentingnya lingkungan hidup. Ecoliteracy menggambarkan kesadaran tentang pentingnya lingkungan hidup. Dengan demikian, orang yang sudah sampai pada taraf ecoliteracy adalah orang yang sudah sangat menyadari betapa pentingnya lingkungan hidup, pentingnya menjaga dan merawat bumi, ekosistem, alam sebagai tempat tinggal dan berkembangnya kehidupan. Atas dasar dan digerakkan oleh kesadaran inilah manusia menata pola dan gaya hidupnya menjadi pola dan gaya hidup yang selaras dengan lingkungan hidup. Manusia lalu menggunakan kesadaran tersebut untuk menuntun hidupnya dalam segala dimensinya sampai menjadi sebuah budaya yang merasuki semua anggota masyarakat untuk akhirnya terciptalah sebuah masyarakat yang berkelanjutan. Ecoliteracy merupakan cara berpikir tentang dunia dalam hal sistem alam dan manusia yang saling bergantung termasuk pertimbangan dari konsekuensi dari tindakan manusia dan interaksi dalam konteks alami. (Keraf (2014) dalam Tamam, 2014). B. Pendidikan Lingkungan Hidup Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) secara formal yaitu kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang diselenggarakan melalui sekolah yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan metode pendekatan kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang monolitik atau tersendiri. Sedangkan Pendidikan Lingkungan Hidup non Formal 4

6 merupakan proses membangun kesadaran dan kepedulian lingkungan diluar sekolah seperti rumah tangga dan masyarakat sehari hari. Pendidikan Lingkungan Hidup sebenarnya sudah dilaksanakan sejak 25 tahun yang lalu dengan nama Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) dengan cara mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain. Namun hasilnya tidak berhasil karena berbagai masalah diantaranya yang sudah disebutkan di atas. Tentu belajar dari pengalaman, kegagalan atau ketidakberhasilan ini jangan terulang lagi. Agar tidak terulang maka diperlukan kesungguhan pemerintah dalam menunjang program mulok ini dengan mempersiapkan gurunya melalui pelatihan. PLH memiliki karakteristik tersendiri sehingga gurunyapun harus disiapkan, demikian juga dengan segala perangkat dan fasilitas untuk melaksanakan program. Proses pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang dilaksanakan hendaknya merupakan suatu proses mengorganisasi nilai dan memperjelas konsep-konsep untuk membina keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menghargai antar hubungan manusia, kebudayaan, dan lingkungan fisiknya. Pengetahuan dan kesadaran tentang keberadaan dan ruang lingkup masalah lingkungan adalah penting karena dapat membangkitkan kepedulian dan perhatian terhadap lingkungan. Penekanannya harus pada (i) pengetahuan tentang penyebab, (ii) pengetahuan tentang efek, dan (iii) pengetahuan tentang strategi untuk berubah, ketika menghadapi masalah lingkungan. Selain itu perlunya pendidikan lingkungan juga mencakup pada aspek etika terhadap lingkungan. Etika lingkungan sendiri merupakan sikap dan perilaku dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini tidak lepas dari prinsip etika lingkungan. Prinsip etika lingkungan menurut Chiras (1993: 76) adalah: Pertama, bumi ini memiliki persediaan sumber daya alam yang terbatas dan harus digunakan oleh semua organisme. Kedua, manusia merupakan bagian dari alam oleh karena itu harus tunduk kepada hukumhukum alam dan tidak kebal terhadap hukum alam tersebut. Manusia bukan merupakan puncak pencapaian alam tetapi merupakan anggota dari jaringan kehidupan yang saling berhubungan (interconnected web of life) sehingga harus patuh kepada hokumhukum dan keterbatasan-keterbatasan alam. Ketiga, keberhasilan manusia terletak dalam bentuk kerjasama dengan kekuatan-kekuatan alam bukan mendominasi alam. Keempat, 5

7 ekosistem yang berfungsi baik dan sehat adalah sangat penting bagi semua kehidupan (Adisendjaya, 2007). C. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009, Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Tujuan dari Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah : 1) melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup 2) menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; 3) menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; 4) menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup; 5) mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup; 6) menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan; 7) menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; 8) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; 9) mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan 10) mengantisipasi isu lingkungan global. Jika melihat definisi dan tujuan serta aspeknya maka dapat dilihat bahwa Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan konsep yang menaungi segala usaha dan upaya untuk menjaga lingkungan hidup yang ada dalam arti mempunyai cakupan lebih luas dibandingkan dengan 6

8 III. KETERKAITAN EKOLITERASI, PLH DAN PPLH Satu hubungan yang sangat dinamis antara manusia dan lingkungannya, dapat dilihat dari bagaimana cara manusia hidup bersama, berdampingan dengan semua komponen di sekitarnya. Kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk berperilaku baik dalam kesehariannya dengan menggunakan pemahamannya terhadap kondisi lingkungan itulah yang disebut dengan literasi lingkungan atau environment literacy. Literasi lingkungan bukanlah sebuah disiplin ilmu baru atau bahkan sebuah konsep baru dalam mengkaji hubungan manusia terhadap lingkungannya. Ini merupakan pemikiran yang sederhana dan berangkat dari fisis determinisme, fisis possibilisme atau bahkan pandangan antroposentrisme. Fisis determinisme merupakan pandangan bahwa alam telah menyediakan semua yang dibutuhkan manusia untuk hidup dan manusia berusaha untuk sejalan dengan kondisi lingkungan yang ada. Dalam hal ini, manusia tidak mempunyai banyak alternatif untuk menentukan perannya terhadap lingkungan di mana dia tinggal. Lain halnya dengan fisis possibilisme, manusia mempunyai begitu banyak kemungkinan, begitu banyak alternatif untuk meminimalisir kekurangan dari kondisi lingkungan yang ada.8 Dengan kata lain, manusia bisa berpikir dan berupaya keras bagaimana mengatasi keterbatasan yang alam sediakan. Literasi lingkungan dapat berupa hal-hal sederhana, misalnya: 1. Menyediakan 25% ruang terbuka bervegetasi di rumah. Dengan adanya lahan terbuka bervegetasi, berarti telah membiarkan air hujan bisa masuk meresap ke dalam tanah, telah memberikan kelangsungan dalam siklus gas terutama oksigen dan karbon dioksida dengan baik. 2. Menyediakan fentilasi yang cukup. Dengan adanya fentilasi, berarti selain terjadi siklus gas terutama oksigen dan karbon dioksida dengan baik. Fentilasi berguna juga untuk mencegah rumah menjadi tempat yang kumuh dan lembab. 3. Membiarkan cahaya matahari masuk di pagi dan siang hari. Cahaya matahari berfungsi untuk membunuh bakteri jahat di rumah. 4. Mendirikan rumah di tempat yang landai. Dengan demikian penghuni rumah bisa terhindar dari resiko longsor jika terjadi hujan lebat. 7

9 Sejak kelahirannya, masalah literasi lingkungan telah menarik perhatian banyak peneliti pendidikan dan ilmuwan lingkungan. Meskipun istilah ini telah banyak didiskusikan, tetapi tidak ada definisi yang disepakati secara umum. Definisi awal literasi lingkungan dikemukakan oleh Roth (1968) yang mendefinisikan orang yang melek lingkungan sebagai seseorang yang memiliki keterampilan dasar, pemahaman dan perasaan mengenai hubungan manusia-lingkungan. Kemudian Roth menambahkan bahwa orang melek lingkungan memahami keterkaitan antara sistem alam dan sosial, kesatuan manusia dengan alam, bagaimana teknologi mempengaruhi pengambilan keputusan masalah lingkungan dan pembelajaran tentang lingkungan adalah suatu usaha seumur hidup. Meskipun ada perbedaan definisi dan komponen literasi lingkungan, solusi untuk mengatasi masalah lingkungan adalah dengan mengembangkan masyarakat yang melek lingkungan, berperilaku dengan cara yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Sebuah perilaku dianggap yang bertanggung jawab terhadap lingkungan ketika tindakan individu atau kelompok menganjurkan penggunaan secara berkelanjutan atau efisien terhadap sumber daya alam. Salah satu wujud/ bentuk masyarakat yang memiliki literasi lingkungan adalah masyarakat yang berkarakter peduli lingkungan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Untuk membangun masyarakat berkarakter peduli lingkungan, salah satunya melalui pendidikan merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi dunia masa depan dan merupakan cara yang paling efektif dalam membentuk masyarakat yang memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan menjadi dasar bagi tindakan dan penting untuk dapat meningkatkan kapasitas masyarakat, hal ini menekankan bahwa baik pendidikan formal dan non formal sangat diperlukan untuk mengubah sikap masyarakat. Selama ini pendidikan di seluruh dunia lebih mengutamakan literasi dasar (matematika, fisika, kimia, biologi teknologi dan lain-lain) daripada literasi lingkungan (konservasi sumberdaya, multikulturalisme, pembangunan berkelanjutan, demokrasi, kepekaan sosial, budi pekerti dan lain-lain).bidang pendidikan. Seperti kita ketahui, Karena 8

10 itu perlu dilakukan reorientasi pendidikan, yang berarti diintegrasikannya literasi lingkungan dengan literasi dasar. Reorientasi pendidikan telah menjadi istilah yang sangat penting bagi pengelola sekolah dan pendidik pada semua tingkatan pendidikan untuk memahami perubahan yang dibutuhkan. Reorientasi yang penting adalah lebih banyak dimasukannya prinsip-prinsip, keterampilan, perspektif dan nilai-niai yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan dalam pendidikan, yang tepat dan relevan dengan satuan pendidikan. Reorientasi pendidikan juga dipandang sebagai upaya mengembangkan pendidikan/ pembelajaran yang membangkitkan pengetahuan, keterampilan, perspektif, dan nilai yang akan membimbing dan memotivasi manusia menuju kehidupan yang berkelanjutan, berpartisipasi dalam masyarakat yang demokratis, dan hidup secara berkelanjutan (Desfandi, 2015). Salah satu bentuk implementasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup yang dilaksanakan secara terprogram di sekolah adalah program Eco School. Program Eco School merupakan program internasional yang bertujuan untuk meningkatkan literasi lingkungan pada siswa. Program Eco School dikembangkan oleh Foundation of Enviromental Education (FEE) pada tahun 1994, yang dikembangkan atas dasar kebutuhan untuk melibatkan kaum muda dalam hidup dan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal.mencari solusi terhadap tantangan ingkungan. Munculnya Eco School, berangkat dari keprihatinan bersama untuk memperbaiki kualitas lingkungan. Cukup banyak strategi yang telah ditempuh untuk memperbaiki kualitas lingkungan, mulai dari penyuluhan, penataran, bimbingan, proyek percontohan dan perbaikan komponen yang menyebabkan rusaknya lingkungan seperti reboisasi, kali bersih, jumat bersih dan gerakan sadar kebersihan. Program-program tersebut sudah lama dilakukan tetapi tidak memberikan hasil yang signifikan, karena yang dirasakan hanya kerusakan yang terus berlanjut dan semakin parah (Desfandi, 2015) Program Eco School / Adiwiyata memilki fokus yang kuat pada masalah-masalah sumber daya, energi dan limbah sebagai bidang utama tindakan.15 Meskipun program ini dikoordinasikan melalui kerangka kerja umum di tingkat internasional, negara-negara anggota yang melaksanakan program Eco School memiliki fleksibilitas dalam menyesuaikan program dengan kebutuhan mereka. Umumnya sekolah yang berpartisipasi menerapkan 9

11 proses tujuh langkah untuk menuju sertifikasi Green Flag, meskipun variasi ada dalam isi dan fokus dari langkah-langkah. Umumnya Langkah-langkah yang dilakukan adalah untuk: 1. Memperbaiki lingkungan sekolah, 2. Mengurangi sampah dan limbah, 3. Mengurangi penggunaan energi dan air, 4. Menemukan cara-cara yang efisien perjalanan ke dan dari sekolah, 5. Mempromosikan gaya hidup sehat, 6. Mendorong kewarganegaraan aktif, 7. Membangun kemitraan yang kuat dengan berbagai kelompok masyarakat Di Indonesia, dalam upaya mempercepat pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup khususnya jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, maka pada tanggal 21 Februari 2006 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mencanangkan Program Adiwiyata, dengan tujuan mendorong dan membentuk sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan yang mampu berpartisipasi dan melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang. Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik dan ideal di mana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan (Desfandi, 2015) Program Adiwiyata dilaksanakan guna mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Kegiatan yang dilakukan misalnya pengolahan limbah, pramuka Saka Taruna Bumi, penanggulangan banjir, kantin dan sekolah sehat dan sebagainya. Dengan melaksanakan program Adiwiyata akan menciptakan warga sekolah, khususnya peserta didik yang peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung dan mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki karakter bangsa terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai pembangunan berkelanjutan di daerah. Pelaksanaan Program Adiwiyata menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2012) diletakkan pada dua prinsip dasar berikut ini: 10

12 1. Partisipatif: Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran. 2. Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif Sekolah yang telah melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan baik sesuai dengan program Eco School, akan memperoleh pengharagaan Sekolah Adiwiyata dari Kementerian Lingkungan Hidup. Sekolah yang telah melaksanakan Program Adiwiyata selain diharapkan dapat mewujudkan lingkungan sekolah sehat, bersih, indah dan nyaman, sehingga dapat membentuk warga sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, sekolah Adiwiyata juga diharapkan dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat di sekitar sekolah. Sekolah harus menjadi model bagi masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang sehat, bersih, indah dan nyaman. Sikap peduli dan berbudaya lingkungan dari warga sekolah diharapkan dapat ditularkan/berimbas kepada masyarakat sekitar sekolah, guna mewujudkan masyarakat yang berkarakter peduli lingkungan. Dari aksi nyata bentuk pendidikan lingkungan hidup di tingkat sekolah sebagaimana contoh di atas melalui program Adiwiyata tentunya akan membentuk karakter siswa dalam memperlakukan lingkungannya dengan bijak sehingga terbangun literasi (melek) lingkungan yang tentunya bermuara pada tujuan akhir terbentuknya lingkungan yang lestari dan nyaman huni. Dengan kata lain adalah terbentuknya Lingkungan yang lestari, nyaman, layak huni, terjaga merupakan impact dari segala upaya dan usaha perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terbentuk dari sikap dan perilaku yang berpihak pada lingkungan (ekoliterasi/melek lingkungan). Terbentuknya ekoliterasi ini sebagai buah (output) dari proses pendidikan lingkungan yang dilakukan baik formal maupun informal secara kontinyu/berkesinambungan. 11

13 IV. PENUTUP A. Kesimpulan Keterkaitan antara ekoliterasi dengan pendidikan lingkungan hidup dan perlindungan, pengelolaan lingkungan hidup adalah mutlak dan merupakan sistem causalitas. Hubungan sebab akibat ini dimulai dengan adanya keprihatinan kerusakan, krisis dan permasalahan lingkungan yang menimbulkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Usaha tersebut dimulai dengan penyadaran melalui pendidikan lingkungan yang membentuk karakter peduli lingkungan sehingga dilakukan upaya-upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang berprinsip pada keadilan ekologi, ekonomi dan sosiologis secara bersamaan sehingga tujuan akhir lingkungan hidup yang lestari dapat terwujud. B. Saran 1. Untuk mencapai tujuan dan sasaran perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup hendaknya dilakukan upaya yang berkesinambungan dalam : a. Melakukan pendidikan lingkungan secara formal dan informal. b. Mengembangkan sistem insentif dan disinsentif pada pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup 2. Menekankan pada para pendidik akan pentingnya pembentukan karakter, sikap dan perilaku yang berbudaya dan berwawasan lingkungan. 3. Mengedepankan keteladanan dalam pembentukan karakter peduli lingkungan untuk membentuk ekoliterasi pada masyarakat. 12

14 DAFTAR PUSTAKA Adisendjaja, Yusuf Hilmi Penerapan Pendidikan Lingkungan Di Sekolah. Seminar Open Mind Jurusan Biolgi FKIP Universitas Pasundan. Bandung tanggal 21 Mei 2007 Coss, Roger Review of Ecoliterate: How Educators are Cultivating Emotional, Social, and Ecological Intelligence. University of the Pacific. Journal of Sustainability Education Vol. 5, May 2013 ISSN: Darsiharjo Eco-School Sebagai Media Pedidikan Lingkungan Di Sekolah. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Peran Pendidikan di Persekolahan dalam Mempersiapkan Generasi Peduli Lingkungan di Auditorium JICA FPMIPA UPI Bandung pada tanggal 1 Desember Desfandi, M Mewujudkan Masyarakat Berkarakter Peduli Lingkungan Melalui Program Adiwiyata. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2(1), 2015, doi: / sd.v2i Dharmawan, A. H Konsep-konsep Dasar dan Isyu-Isyu Kritikal Ekologi Manusia. Modul Kuliah Ekologi Manusia. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Bogor. Dian Permata Suri Apa dan Bagaimana Pendidikan Berwawasan Ekologi? Freuder, Tracy Grace Designing for the Future: Promoting Ecoliteracy in Children s Outdoor Play Environments. faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University. USA diakses tanggal 22 Desember 2016 jam KLH, Ekoliterasi. Diakses tanggal 22 Desember 2016 jam Kementerian Lingkungan Hidup. (2012). Panduan Adiwiyata. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Keraf, Sonny. A. (2002). Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, PT. Kompas Media Nusantara. Ozsoy, Sibel., Ertepinar, Hamide., dan Saglam, Necdet. (2012). Can Eco-Schools Improve Elementary School Students Environmental Literacy Levels? Jurnal: Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Vol. 13 Issue 2/December Raharja, Setya Pendidikan Berwawasan Ekologi : Pemberdayaan Lingkungan Sekitar Untuk Pembelajaran. Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY. Jogjakarta Taman, Badrud Peningkatan Ecoliteracy siswa sebagai Green Consumer melalui Pemanfaatan Kemasan Produk Konsumsi dalam Pembelajaran IPS. UPI. Bandung. 0

MEWUJUDKAN MASYARAKAT BERKARAKTER PEDULI LINGKUNGAN MELALUI PROGRAM ADIWIYATA

MEWUJUDKAN MASYARAKAT BERKARAKTER PEDULI LINGKUNGAN MELALUI PROGRAM ADIWIYATA Available online at SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/sosio-fitk SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015, 31-37 MEWUJUDKAN

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENGAJARKAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP?

BAGAIMANA MENGAJARKAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP? BAGAIMANA MENGAJARKAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP? Pendahuluan Kebijakan pemerintah dalam hal ini Pemerintahan Kota Bandung yang menginstruksikan muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi semua

Lebih terperinci

ETIKA DAN LINGKUNGAN

ETIKA DAN LINGKUNGAN ETIKA DAN LINGKUNGAN Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini lokal, regional, nasional, internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia Kasus-kasus pencemaran dan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan 214 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan /peribahasa yang bisa dijadikan acuan atau pedoman dalam hidup sehari-hari. Ungkapan-ungkapan dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hanya dengan menjadikan ini kepedulian dan upaya bersama, sumberdaya. calon pengambil keputusan di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Hanya dengan menjadikan ini kepedulian dan upaya bersama, sumberdaya. calon pengambil keputusan di masa mendatang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu masalah global yang perlu mendapat perhatian serta penanganan secara serius dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. 1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan deep ecology? 2. Bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa peran pemerintah dalam konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didk secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sebagai bentuk kebersamaan antara dunia pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sebagai bentuk kebersamaan antara dunia pendidikan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar makhluk hidup dan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup (Sirait, 2011: 3). Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun ETIKA LINGKUNGAN Dosen: Dr. Tien Aminatun DEFINISI ETIKA: Sebuah refleksi kritis tentang norma dan nilai, atau prinsip moral yg dikenal umum selama ini, dalam kaitan dg lingkungan, cara pandang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kerusakan lingkungan sudah bukan merupakan hal yang baru dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 29 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Adiwiyata-Sekolah Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup (Panduan Sekolah Adiwiyata 2010 Wujudkan Sekolah Peduli Dan Berbudaya Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan

Lebih terperinci

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V)

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) Tim Pengajar MK Ekologi Manusia 2010 Etika Kebiasaan, cara hidup yang baik Dibakukan menjadi Kaidah, norma, aturan Nilai-nilai & prinsip moral Pedoman hidup: Man-Manusia Man-Masyarakt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pembangunan dan pesatnya kemajuan teknologi di berbagai bidang telah dan akan terus menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif pada lingkungan, yaitu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BERWAWASAN EKOLOGI : Pemberdayaan Lingkungan Sekitar untuk Pembelajaran

PENDIDIKAN BERWAWASAN EKOLOGI : Pemberdayaan Lingkungan Sekitar untuk Pembelajaran PENDIDIKAN BERWAWASAN EKOLOGI : Pemberdayaan Lingkungan Sekitar untuk Pembelajaran Oleh: Setya Raharja 1 Abstract Ecological-vision education becomes important when there has been ecological crisis, as

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat Lingkungan Hidup Lokakarya Peradilan dalam Penanganan Hukum Keanekaragaman Hayati. A.Sonny Keraf Jakarta, 12 Januari 2015

Etika dan Filsafat Lingkungan Hidup Lokakarya Peradilan dalam Penanganan Hukum Keanekaragaman Hayati. A.Sonny Keraf Jakarta, 12 Januari 2015 Etika dan Filsafat Lingkungan Hidup Lokakarya Peradilan dalam Penanganan Hukum Keanekaragaman Hayati A.Sonny Keraf Jakarta, 12 Januari 2015 Krisis dan Bencana LH Global (1) 1. Kerusakan: hutan, tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia internasional saat ini. Hal ini dipicu oleh perilaku manusia yang kurang peduli pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHLUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

BAB I PENDAHLUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia 1 BAB I PENDAHLUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia internasional saat ini. Hal ini dipicu oleh perilaku manusia yang kurang peduli pada

Lebih terperinci

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih ix U Tinjauan Mata Kuliah ntuk menjaga agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga, diperlukan etika lingkungan. Etika lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini isu-isu tentang lingkungan menjadi salah satu suatu pusat perhatian seluruh Dunia, diantaranya isu global warming, krisis ketersedian sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan hidup dan merupakan sarana yang penting dalam menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai 286 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Hubungan Krisis Lingkungan Hidup dengan Krisis Nilai Krisis lingkungan hidup adalah kondisi di mana kualitas lingkungan hidup kurang mendukung kehidupan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia Pesatnya pembangunan saat ini yang ditopang dengan modernitas industrial dan mesin-mesin teknologi mutakhir telah menyebabkan sumbersumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Upaya Pencapaian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian upaya adalah untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, tindakan yang

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

VII ANALISIS KETERKAITAN HASIL AHP DENGAN CVM

VII ANALISIS KETERKAITAN HASIL AHP DENGAN CVM VII ANALISIS KETERKAITAN HASIL AHP DENGAN CVM Studi AHP menghasilkan prioritas utama teknologi pengomposan dan incenerator untuk diterapkan dalam pengolahan sampah di Jakarta Timur. Teknologi pengomposan

Lebih terperinci

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN Rachmat Mulyana Abstrak Pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam mengatasi krisis lingkungan yang terjadi saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sragen yang telah berhasil mewujudkan sekolah adiwiyata dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sragen yang telah berhasil mewujudkan sekolah adiwiyata dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SD Negeri Sine 1 Sragen merupakan salah satu sekolah di Kabupaten Sragen yang telah berhasil mewujudkan sekolah adiwiyata dengan diterimanya penghargaan Adiwiyata

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP 4.1. Visi dan Misi SKPD 4.1.1. Visi Filosofi yang mendasari pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta seperti tercantum

Lebih terperinci

METODE EVALUASI 2 STANDAR (Kebijakan Berwawasan dan Penerapan Kurikulum Berbasis Lingkungan)

METODE EVALUASI 2 STANDAR (Kebijakan Berwawasan dan Penerapan Kurikulum Berbasis Lingkungan) METODE EVALUASI 2 STANDAR (Kebijakan Berwawasan dan Penerapan Kurikulum Berbasis Lingkungan) Oleh : Ir. Rugaya Biki, M.Si BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RISET DAERAH (BLHRD) PROVINSI GORONTALO Outline Materi

Lebih terperinci

Arif Widiyatmoko Jurusan IPA Terpadu, FMIPA Universitas Negeri Semarang

Arif Widiyatmoko Jurusan IPA Terpadu, FMIPA Universitas Negeri Semarang IMPLEMENTASI MODUL PEMBELAJARAN IPA TEMA KONSERVASI UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER SISWA Arif Widiyatmoko Jurusan IPA Terpadu, FMIPA Universitas Negeri Semarang Email: arif.gnpt@gmail.com Abstrak Pembelajaran

Lebih terperinci

Laporan PELAKSANAAN SOSIALISASI ADIWIYATA PROV. GORONTALO TAHUN 2014 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014

Laporan PELAKSANAAN SOSIALISASI ADIWIYATA PROV. GORONTALO TAHUN 2014 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014 Laporan PELAKSANAAN SOSIALISASI ADIWIYATA PROV. GORONTALO TAHUN 2014 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014 BIDANG SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RISET

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kebutuhannya namun tidak memikirkan keadaan lingkungan yang menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. kebutuhannya namun tidak memikirkan keadaan lingkungan yang menjadi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan lingkungan hidup disekitar kita tiap tahun makin memprihatinkan, hal tersebut disebabkan karena kegiatan-kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Krisis lingkungan yang secara lokal maupun global dihadapi umat manusia pada abad ini, krisis lingkungan tersebut diantaranya seperti ledakan pertumbuhan penduduk, industrialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup sebagai sumber kehidupan saat ini mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup sebagai sumber kehidupan saat ini mendapat perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup sebagai sumber kehidupan saat ini mendapat perhatian yang baik dari masyarakat. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang memprihatinkan akibat bencana

Lebih terperinci

Pendidikan Lingkungan Hidup: Membelajarkan Anak pada Kearipan Alam

Pendidikan Lingkungan Hidup: Membelajarkan Anak pada Kearipan Alam Pendidikan Lingkungan Hidup: Membelajarkan Anak pada Kearipan Alam Oleh Lilis Widaningsih 1 Abstrak Pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar dan menengah dalam kurikulum tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial (social capital) yang mampu membuat individu individu yang ada didalam komunitas tersebut berbagi

Lebih terperinci

2015 PERANAN PROGRAM ADIWIYATA DALAM MEMBINA KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SISWA DI SMP NEGERI 6 BANDUNG

2015 PERANAN PROGRAM ADIWIYATA DALAM MEMBINA KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SISWA DI SMP NEGERI 6 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang berada di bumi, yang terdiri dari komponen biotik maupun abiotik. Lingkungan hidup abiotik terdiri dari tanah, air,

Lebih terperinci

ANALISIS PELATIHAN STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH ADIWIYATA BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PIYUNGAN

ANALISIS PELATIHAN STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH ADIWIYATA BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PIYUNGAN ISBN 978-602-70471-2-9 ANALISIS PELATIHAN STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH ADIWIYATA BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PIYUNGAN Siwi Purwanti, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung serta memberikan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. longsor, dan kekeringan semakin tidak terkendali. Fenomena kembar yaitu el-nino

BAB I PENDAHULUAN. longsor, dan kekeringan semakin tidak terkendali. Fenomena kembar yaitu el-nino BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena kerusakan lingkungan telah menjadi isu global. Efek dari kerusakan lingkungan tidak hanya dirasakan oleh satu negara tetapi seluruh lapisan elemen

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan global saat ini sedang menghadapi sejumlah isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan akibat interaksi aktivitas manusia dengan ekosistem global (NAAEE, 2011).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah lingkungan hidup semula merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

PENDIDIKAN LINGKUNGAN

PENDIDIKAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN Oleh: YUSUF HILMI ADISENDJAJA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FPMIPA-UPI SEJARAH CONSERVATION MOVEMENT: Preservation Management Environmental quality start at 1960s 1891 Wilbur Jackman,

Lebih terperinci

2015 D AMPAK PELATIHAN PROGRAM RESCUE TERHAD AP PENINGKATAN TANGGAP BENCANA PARA KAD ER TIM SEARCH AND RESCUE:

2015 D AMPAK PELATIHAN PROGRAM RESCUE TERHAD AP PENINGKATAN TANGGAP BENCANA PARA KAD ER TIM SEARCH AND RESCUE: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia yang terampil dan memiliki kinerja tinggi sangat diperlukan dalam era globalisasi seperti sekarang ini, sehingga mampu bersaing dalam tataran internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan lingkungan hidup. Afandi (2013) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan lingkungan hidup. Afandi (2013) mengatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia dengan luas daratan 1,3% dari luas permukaan bumi merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman ekosistem dan juga keanekaragam hayati yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh aktivitas alam (bencana alam) atau aktivitas manusia, yang menyebabkan rusaknya keseimbangan ekosistem

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM PADA ACARA KNOWLEDGE MANAGEMEN FORUM 2015 (ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi begitu pesat. Dengan adanya pendidikan di dunia diharapkan semua

BAB I PENDAHULUAN. terjadi begitu pesat. Dengan adanya pendidikan di dunia diharapkan semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan semakin berkembang dengan adanya berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta di tantang untuk dapat menjawab berbagai

Lebih terperinci

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan komitmen setiap orang, sadar atau tidak sadar, yang bergelut

Lebih terperinci

PARADIGMA & PERSPEKTIF EKOLOGI (Kuliah III)

PARADIGMA & PERSPEKTIF EKOLOGI (Kuliah III) & PERSPEKTIF EKOLOGI (Kuliah III) Tim Pengajar MK Ekologi Manusia 2010 Paradigma & Perspektif Ekologi 1. Akar Krisis Ekologi 2. Respon terhadap Krisis Ekologi 3. Paradigma Ekologi 4. Aplikasi Ekologi dlm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni 1972. Pemerintah Indonesia sendiri menaruh

Lebih terperinci

SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA

SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA (SEKOLAH PEDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN HIDUP) KERJASAMA ANTARA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU 1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2 PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Materi ke 2 Program pascasarjana ITATS PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pertama, pemerataan dan keadilan sosial. Harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi

Lebih terperinci

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan Pewarta-Indonesia, MESKI istilah undang-undang pokok tidak dikenal lagi dalam sistem dan kedudukan peraturan perundang-undangan sekarang ini, namun keberadaan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan suatu lembaga khususnya disekolah. Di Indonesia sendiri

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan suatu lembaga khususnya disekolah. Di Indonesia sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam konsep pendidikan, kurikulum tentunya memiliki peranan penting untuk mengembangkan suatu lembaga khususnya disekolah. Di Indonesia sendiri kurikulum sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Terjaganya lingkungan menjadikan kualitas hidup manusia lebih baik. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu ditanamkan

Lebih terperinci

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Ekologi Manusia membahas seluk-beluk ruang dalam kehidupan, termasuk benda, energi, tatanan dan makhluk hidup khususnya hal-ikhwal keberadaan manusia di dalamnya. Atas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan belajar yang bersih sangat mendukung ketertiban dan kenyamanan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Berbeda halnya dengan pelajar yang memiliki

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada Pemerintahan Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP 4.1. Visi dan Misi 4.1.1. Visi Bertitik tolak dari dasar filosofi pembangunan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan di Jawa Barat sudah berada dalam taraf menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi di perairan, tanah, dan udara.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KEAMANAN LINGKUNGAN DAN COMMUNITY DEVELOPMENT

KEAMANAN LINGKUNGAN DAN COMMUNITY DEVELOPMENT KEAMANAN LINGKUNGAN DAN COMMUNITY DEVELOPMENT Oleh: Mohamad Ikbal Bahua Makalah disampaikan pada Workshop/Seminar sehari Gorontalo REDD + with Safeguard Program in Boalemo. Gorontalo, 29 November 2011

Lebih terperinci

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam baik hayati maupun non-hayati sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup manusia. Alam memang disediakan untuk memenuhi kebutuhan manusia di bumi,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

P E M B A N G U N A N B E R K E L A N J U T A N

P E M B A N G U N A N B E R K E L A N J U T A N P E M B A N G U N A N B E R K E L A N J U T A N K O N S E P P E M B A N G U N A N B E R K E L A N J U T A N Dalam mengejar pertumbuhan ekonomi seringkali menimbulkan dampak yang tidak terduga terhadap

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global warming. Spanduk, billboard, pamflet dan aksi penggalangan dana pun dilakukan untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR, Menimbang : a. bahwa program kepemudaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan besar terjadinya

Lebih terperinci

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air BAB VI PENUTUP Air dan lahan merupakan dua elemen ekosistem yang tidak terpisahkan satu-sama lain. Setiap perubahan yang terjadi pada lahan akan berdampak pada air, baik terhadap kuantitas, kualitas,

Lebih terperinci

INDIKATOR KAWASAN PETERNAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP FAKULTAS PETERNAKAN

INDIKATOR KAWASAN PETERNAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP FAKULTAS PETERNAKAN INDIKATOR KAWASAN PETERNAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN INDIKATOR KAWASAN PETERNAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP Pengembangan Kawasan Peternakan dalam dimensi

Lebih terperinci

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*)

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*) PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*) Oleh Dr. Leonardus Banilodu, M.S. Dosen Biologi dan Ekologi FMIPA dan FKIP Unika Widya Mandira Jln. Jend. A. Yani 50-52 Telp. (0380) 833395 Kupang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan lingkungan hidup merupakan upaya untuk merubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TINGKAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TINGKAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TINGKAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 TANGGAL 12 JUNI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 No.1910, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Restorasi Sosial. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG RESTORASI SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 A. Pengertian Kurikulum SD Bertaraf Internasional harus memenuhi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan mangacu

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional sedang menggalakan pendidikan berbasis karakter. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. nasional sedang menggalakan pendidikan berbasis karakter. Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam upaya mencapai kemajuan suatu bangsa. Saat ini pemerintah lewat departemen pendidikan nasional sedang menggalakan

Lebih terperinci