Potensi dan Konservasi Durian Hutan Kalimantan (Durio kutejensis) (Potency and conservation of Wild Durian of Kalimantan (Durio kutejensis) Tri Atmoko

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Potensi dan Konservasi Durian Hutan Kalimantan (Durio kutejensis) (Potency and conservation of Wild Durian of Kalimantan (Durio kutejensis) Tri Atmoko"

Transkripsi

1 Potensi dan Konservasi Durian Hutan Kalimantan (Durio kutejensis) (Potency and conservation of Wild Durian of Kalimantan (Durio kutejensis) Tri Atmoko Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Kehutanan Jl. Soekarno-Hatta Km 38, Samboja, Po.Box 578, Balikpapan, Kalimantan Timur Telp , Faks Abstrak Indonesia memiliki hutan tropis dengan keanekaragaman jenis tumbuhan buah. Salah satu di antaranya adalah durian hutan. Di dunia sudah diidentifikasi sebanyak 27 jenis durian, 19 jenis di antaranya ada di Borneo. Dari jumlah tersebut 7 di antaranya dapat, yaitu Durio dulcis, D. excelsus, D. grandiflorus, D. graveolens, D. kutejensis, D. oxleyanus, dan D. testudinarum. Jenis Lai (D. kutejensis) adalah buah hutan yang paling banyak dikenal dan mulai dikembangkan oleh masyarakat. Selain sebagai sumber pangan alternatif, bagian dari pohon Lai seperti biji dan kulit buahnya dilaporkan berpotensi sebagai bahan baku bioethanol dan bahan serat alam. Saat ini sebagian besar jenis durian hutan hanya dapat ditemui di hutan pedalaman Kalimantan. Maraknya pembalakan hutan baik yang legal maupun yang illegal, perusahaan tambang batubara menjadikan keberadaannya semakin kritis dan hampir punah. Karakteristik buah Lai yang mirip dengan durian (D. zibethinus), membuat Lai paling potensial untuk dibudidayakan. Masyarakat dan beberapa instansi mulai menanam dan memberikan perhatiannya. Upaya konservasi eks-situ telah dilakukan oleh Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam dengan menanam 1000 tanaman Lai (2,5 ha), dengan benih berasal dari beberapa lokasi di Kalimantan Timur, yaitu Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kata kunci: durian hutan, Durio kutejensis, Lai, konservasi eks-situ Absract Indonesia has a tropical forest with a diversity of flora, especially fruit plants. One of them was a wild durian. In the world has identified as many as 27 species of durian, 19 spesies of which native in Borneo. Seven of which as edible fruit, ie Durio dulcis, D. excelsus, D. grandiflorus, D. graveolens, D. kutejensis, oxleyanus D., and D. testudinarum. Lai (D. kutejensis) is the most widely known and was developed by the community. Besides as an alternative food source, In addition a part of the Lai tree, that is seeds and fruit skin was reported as a potential raw material of bioethanol and natural fiber materials. Currently most of wild durian species can only be found in the deep forest. Rising of logging, coal mining company makes its presence are critical and almost extinction. Fruit of Lai characteristics similar to durian (D. zibethinus), so its the most potential for cultivated. Community and some institution began to grow and give attention. Ex-situ conservation efforts have been carried out by the Institute of Research Technology for Natural Resources Conservation by planting 1000 plants of Lai (2.5 ha), with seed derived from several locations in East Kalimantan, that is East Kutai Regency, Paser Regency, Penajam Paser Utara Regency, and Kutai regency. Keywords: wild durian, Durio kutejensis, Lai, ex-situ conservation Pendahuluan Hutan Indonsia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Salah satu kekayaan hayati yang perlu digali dan dikembangkan adalah jenis buah-buahan hutan tropis. Beberapa jenis tumbuhan hutan memiliki potensi sebagai sumber pangan. 437

2 Jenis tersebut adalah Bacaurea sp, Neesia sp., Pometia pinnata, dan beberapa marga dari Durio. Kalimantan adalah pusat penyebaran marga Durio di dunia. Sebanyak 18 jenis durian ada di Kalimantan, 9 jenis di antaranya bisa (Uji, 2005). Seiring dengan kerusakan hutan baik oleh penebangan legal maupun illegal, kebakaran hutan, konversi lahan menjadi areal pertambangan, dan perkebunan menyebabkan beberapa jenis punah. Demikian juga dengan jenis-jenis durian hutan sudah semakin mengkhawatirkan kelestariannya. Hutan Kalimantan yang kaya akan sumber plasma nutfah durian, perlu dilakukan upaya konservasinya. Upaya konservasi dapat dilakukan secara insitu dan eks-situ. Konservasi insitu adalah upaya konservasi di habitat alaminya, yaitu dengan menetapkan kawasan-kawasan konservasi dan hutan lindung yang di dalamnya tumbuh jenis-jenis durian hutan. Konservasi eks-situ dilakukan dengan menanam jenis durian di luar habitat aslinya. Lai (Durio kutejensis (Hassk.) Becc.) adalah salah satu jenis durian yang berpotensi sebagai sumber pangan buah-buahan disamping durian (Durio zibethinus). Lai merupakan jenis durian endemik di Kalimantan, sedangkan di daerah lain Lai belum banyak dikenal oleh masyarakat umum. Upaya promosi dan pengenalan jenis Lai perlu ditingkatkan agar jenis ini juga lebih dikenal dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan seperti halnya durian. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan potensi pengembangan jenis Lai dan upaya konservasinya. Metodologi A. Waktu dan Lokasi Eksplorasi benih jenis Lai (Durio kutejensis) dilakukan di Kalimantan Timur. Konservasi eks-situ dilakukan pada Kawasan Hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Hutan Penelitian Samboja. Kegiatan eksplorasi benih dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sedangkan penanaman dilaksanakan pada Desember B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah GPS, tally seheet, parang, dan cangkul. Bahan yang digunakan adalah benih Lai dari berberapa lokasi di Kalimantan Timur dan pupuk organik. C. Metode Kerja Informasi terkait deskripsi, jenis, dan potensi buah Durio dilakukan berdasarkan kajian pustaka. Konservasi eksitu dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: - Melakukan pengumpulan benih di beberapa Kabupaten di Kalimantan Timur. Lokasi pohon induk diambil data koordinatnya, diukur diameter dan tinggi pohon. - Informasi pembuahan dan produksi buah dilakukan dengan wawancara dengan pemilik pohon induk. 438

3 - Pegukuran buah dilakukan terhadap diameter dan panjangnya. Ukuran biji, tekstur, dan warna daging buah diamati secara deskriptif. - Penilaian dilakukan terhadap kualitas (rasa dan aroma), dan ketebalan daging buah. Penilaian dilakukan dengan sistem skoring oleh responden. Skoring diberikan oleh tiga responden dengan memberikan nilai 1-4. Ketebalan daging buah yaitu tebal (3), sedang (2), dan tipis(1). Skor tetinggi adalah 27. Pembobotan dilakukan berdasarkan skoring, yaitu: Skor (Baik), Skor (Sedang), dan Skor 0-10 (kurang). - Biji selanjutnya disemaikan dalam polybag dan dirawat selama 8 bulan di persemaian. - Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 5 x 10 meter. Jenis-Jenis Durian Kostermans (1958) telah mendeskripsikan sebanyak 27 jenis dari marga Durio. Dari jumlah tersebut 18 diantaranya ada di Kalimantan dan 14 jenis di antaranya adalah endemik Kalimantan (Uji, 2005). Dari Gambar 1, menunjukkan bahwa pulau Kalimantan adalah daerah penyebaran durian yang sangat penting di Dunia. Gambar 1. Peta penyebaran alami genus Durio di dunia (Kostermans, 1958) Lai (D. kutejensis) termasuk satu dari 9 marga Durio yang dikenal biasa (edible fruit) disamping D. zibethinus, D. dulcis, D. excelsus, D. grandiflorus, D. graveolens, D. lowianus, D. oxleyanus, dan D. testudinarum (Tabel 1). Lai memiliki karakter buah dan rasa yang hampir sama dengan durian (D. zibethinus), sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pendamping durian yang sudah umum. 439

4 Tabel 1. Jenis marga durio yang ada di Indonesia No Nama jenis Nama Sebaran Ket daerah Kalimantan Sumatera Jawa Sulawesi Maluku 1 Durio zibethinus Durian V V V V V Bisa 2 D. acutifolius Durian V anggang 3 D. affinis - V D. beccarianus - V D. bukitrayaensis - V D. carinatus Durian paya V V D. dulcis Lahong V Bisa 8 D. excelsus Apun V Bisa 9 D. grandiflorus Sukang V Bisa 10 D. graveolens Tuwala V V Bisa 11 D. griffithii Lai kuyu V V D. kutejensis Lai V Bisa 13 D. lanceolatus Durian V bengang 14 D. lissocarpus Teratung V burung 15 D. lowianus Teruntung - V Bisa 16 D. malaccensis Durian - V bangko 17 D. oblongus - V D. oxleyanus Kerantungan V V Bisa 19 D. purpureus Durian tigang V D. testudinarum Durian sekura V Bisa Sumber: Uji (2005) Deskripsi Lai Menurut KeBler dan Sidiyasa (1999) pohon Lai tingginya sampai 25 meter dengan diameter batang mencapai 40 cm. Daun lonjong dengan panjang cm dan lebar 6-12 cm. Permukaan atas daun gundul, permukaan bawah daun tertutup rapat oleh sisik coklat keemasan. Bunga besar, panjang ± 10 cm, yang terdiri dari tiga kuntum atau lebih yang tersusun dalam tandan tak beraturan di cabang lebih tua. Buah menjorong kuning kusam, panjang ± 25 cm dengan diameter ± 12 cm, biasanya beruang lima, duri panjang sampai 1,5 cm. Biji berwarna coklat mengkilap yang tertutup oleh salut biji berwarna kuning, harum, manis, dan bisa. Habitatnya di kaki bukit pegunungan di tengah-tengah Pulau Kalimantan dan termasuk jenis, endemik Borneo. Secara alami jenis ini ada di Kalimantan (Indonesia), Brunei Darussalam, Sabah, dan Sarawak (Malaysia). Gambar Buah dan bunga Lai diajikan pada Gambar

5 Gambar 2. Buah dan bunga Lai (Durio kutejensis) (Kostermans, 1958) Potensi Buah Lai Berdasarkan dari segi rasa dan aroma, Lai (D. kutejensis) memiliki aroma yang lembut dan rasa yang tidak terlalu tajam dibandingkan buah durian (D. zibethinus). Jika dibandingkan dengan buah buah Lai yang sudah masak umumnya memiliki tekstur yang lebih keras dibandingkan dengan durian, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Karakteristik buah Durian dan buah Lai memiliki kemiripan, sehingga Lai dapat menjadi pendamping buah durian yang secara luas sudah dikenal sebagai sumber pangan kelompok buah-buahan. Kemiripan tersebut memberikan peluang diversifikasi manfaat yang kurang lebih sama dengan beberapa penyesuaian. Penyesuaian tersebut tentu memerlukan kajian lebih lanjut. Driversifikasi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Dayak terhadap buah durian adalah diolah menjadi lempok atau dodol durian, tempoyak, lalap, dan keripik biji durian (Subhadrabandhu et al., 1991). Tempoyak adalah teknik pengawetan daging buah durian dengan cara difermentasi secara tradisional. Fermentasi dilakukan dengan menambahkan sedikit garam kemudian didiamkan sekitar 3-5 hari. Selanjutnya tempoyak dapat digunakan sebagai bumbu masakan ataupun sambal. Masyarakat Dayak juga memanfaatkan pucukpucuk daun serta buahnya yang masih muda sebagai lalapan, sedangkan biji durian dapat dengan cara dlrebus atau dibakar terieblh dahulu. Keripik biji durian dapat juga dibuat dengan cara merebus bijinya teriebih dahulu kemudian diiris tipis-tipis, dijemur lalu digoreng. Kandungan nutrisi Lai dibandingkan dengan jenis Durio lainnya seperti tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Lai memiliki kandungan lemak yang relatif lebih rendah dibandingkan D. graveolens maupun D. zibethinus. 441

6 Potensi pemanfaatan buah durian dan bagian-bagiannya selain sebagai sumber pangan masih sangat terbuka lebar. Berbagai penelitian dan ragam pemanfaatan durian terutama Durio zibethinus telah banyak dikaji. Beberapa pemanfaatannya dari bagianbagian buah durian tersebut diantaranya dapat menjadi bioethanol, bahan serat alam, bahan obat. Biji durian memiliki zat pati lebih dari 43% dan sangat potensial untuk diolah menjadi bioethanol (Nurfiana et al., 2009), kulit durian dapat digunakan sebagai bahan serat alam (Manshor et al., 2014), antimokroba (Noorhamdani, et al.,-). Air rebusan bunga D. kutejensls (Lai) dapat mengobali penyakit panas atau demam karena mengandung minyak atsiri dan vitamin C yang berfungsi sebagai anti bakteri, anti oksidan dan anti inflamasi (anti radang) (Priyanti, 2012). Selain itu bunga D.kutejensis dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit seperti sariawan, diare, dan demam (Hendra,2009). Seperti halnya pada D. oxleyanus, D. griffitii, dan D. zibethinus yang kulit batangnya masing-masing memiliki khasiat mengobati penyekit malaria, diare, dan antifertilitas (Michon and de Foresta, 1995; Uji, 2005; Nurliani dan Santoso, 2010), maka kulit batang D. kutejensi juga berpotensi sebagai bahan obat tradisional. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Rudiyansyah dan Garson (2006) yang telah mengisolasi senyawa asam 3β-O-trans-kaffeoil- 2α-hidroksiolean-12-en-28 oat dan asam 3β-O-trans-kaffeoil-2α-hidroksiurs-12-en-28-oat dari kulit batang D. kutejensis. Potensi pemanfaatan buah durian dan bagian-bagiannya selain sebagai sumber pangan masih sangat terbuka lebar. Berbagai penelitian dan ragam pemanfaatan durian terutama Durio zibethinus telah banyak dikaji. Beberapa pemanfaatannya dari bagianbagian buah durian tersebut diantaranya dapat menjadi bioethanol, bahan serat alam, bahan obat. Biji durian memiliki zat pati lebih dari 43% dan sangat potensial untuk diolah menjadi bioethanol (Nurfiana et al., 2009), kulit durian dapat digunakan sebagai bahan serat alam (Manshor et al., 2014), antimokroba (Noorhamdani, et al.,-). Air rebusan bunga D. kutejensls (Lai) dapat mengobali penyakit panas atau demam karena mengandung minyak atsiri dan vitamin C yang berfungsi sebagai anti bakteri, anti oksidan dan anti inflamasi (anti radang) (Priyanti, 2012). Selain itu bunga D.kutejensis dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit seperti sariawan, diare, dan demam (Hendra,2009). Seperti halnya pada D. oxleyanus, D. griffitii, dan D. zibethinus yang kulit batangnya masing-masing memiliki khasiat mengobati penyekit malaria, diare, dan antifertilitas (Michon and de Foresta, 1995; Uji, 2005; Nurliani dan Santoso, 2010), maka kulit batang D. kutejensi juga berpotensi sebagai bahan obat tradisional. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian 442

7 443 Tabel 2. Kondisi nutrisi buah Lai (Durio kutejensis) dengan beberapa jenis Durio lainnya Jenis Energi (kcal) Kadar air (%) Protein (%) Lemak (%) CHO (%) Serat Kasar (%) Abu (%) P (mg) K (mg) Ca (mg) Mg (mg) Fe (mg) Mn (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Vit. C (mg) D.kutejensis* ,5 2,6 1,7 30,9 1,9 1, ,7 5 3,2 7,3 15,9 D.graveolens* ,7 2,6 6,2 21,5 2,0 1, ,6 4 7,0 5,9 10,4 D.zibethinus** ,9-68,7 2-2,8 1,2-7,3 21,3-36,1 0,9-4,4 0,8-1,5 19,6-65,4 431,3-4,5-41, ,38-0,8 mg/g 1,0 mg/g 1,4 mg/g 22, ,9 D.oxleyanus** , ,9 3 Sumber: *Hoe & Siong (1999); ** Brown (1997); Ket.: Komposisi nutrisi per 100 g 0,13% 488,1 1,59 % 0,03% 0,08 µg/g 17 µg/g 12 mg/g 21 mg/g 17 mg/g 2,08

8 Rudiyansyah dan Garson (2006) yang telah mengisolasi senyawa asam 3β-O-transkaffeoil-2α-hidroksiolean-12-en-28 oat dan asam 3β-O-trans-kaffeoil-2α-hidroksiurs-12-en- 28-oat dari kulit batang D. kutejensis. Konservasi Namun sayangnya sebagian besar jenis durian tersebut mulai sulit dijumpai karena hanya dapat ditemui di hutan-hutan belantara. Semakin maraknya pembalakan hutan baik yang legal maupun yang illegal ditambah dengan banyaknya perusahaan tambang batubara yang menggusur hutan untuk mengeruk emas hitam menjadikan keberadaan jenis tersebut semakin kritis dan berada diambang kepunahan. Habitat alami D. kutejensis terancam oleh kerusakan seperti penebangan hutan dan pembukaan lahan perkebunan mengakibatkan terjadinya erosi genetic antar populasi, sehingga IUCN memasukkannya dalam status Vulnerable (IUCN, 1998). Konservasi eks-situ Lai yang dilakukan oleh Balitek KSDA mulai Eksplorasi benih sebagia materi penanaman buah lai dikumpulkan dari beberapa lokasi di Kalimantan Timur, diantaranya dari Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil eksplorasi yang dilakukan mendapatkan sebanyak 34 pohon induk (Lampiran 1). Hasil skoring terhadap rasa, aroma dan ketebalan daging buah menunjukkan buah Lai dari 9 pohon induk berkualitas baik, 18 pohon berkualitas sedang, dan 2 pohon berkualitas kurang (Tabel 3.). Tabel 3. Skoring dan pembobotan pohon induk Lai (D. kutejensis) berdasaarkan kualitas daging buahnya Pohon Induk No. Jumlah Skor Bobot 1, 4, 7, 9, 11, 17, 23, 29, Baik 3, 5, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 15,16, 18, 24, 25, 26, 27, 28, 31, Sedang 33, Kurang Penanaman dilakukan di KHDTK Samboja seluas 2,5 ha dengan jarak tanam 5 x 10 m sehingga bibit yang ditanam sebanyak 1000 tanaman. Pengumpulan materi benih dilakukan pada pohon induk yang tumbuh di ladang, kebun atau yang sudah dibudidayakan masyarakat. Sampai saat ini baru dilakukan pengukuran awal pada diameter dan tinggi tanaman. Pemeliharaan dilakukan dengan penyulaman dan pembersihan sekitar tanaman menggunakan sistem piringan. Beberapa masalah dalam pembangunan plot konservasi ini adalah adanya seranggan landak yang menggigit dan mematahkan batang tanaman. Hal ini dikarenakan plot konservasi berada di kawasan hutan dimana banyak satwaliar di dalamnya. 444

9 Kondisi hutan di sekitarnya yang masih relatif baik terhadap keberadaan satwa penyerbukan. Menurut Yumoto (2000) satwaliar yang membantu penyerbukan adalah lebah (Apis dorsata dan Trigona spp.), burung (Arachnothera robusta, A. flavigaster, A. longirostra, Anthreptes simplex, Dicaeum trigonostigma), dan kelelawar (Eonycteris spelaea). Hasil identifikasi keanekaragaman hayati di sekitar lokasi pembangunan plot konservasi Lai di temukan beberapa jenis satwa penyerbuk tersebut, seperti burung Arachnothera longirostra dan Dicaeum trigonostigma, serta Trigona spp. (Atmoko et al., 2014). Penutup Lai (Durio kutejensis) memiliki potensi sebagai sumber pangan buah-buahan karena memiliki karakteristik mirip dengan duarian (Durio zibethinus). Kondisi rasa, aroma, tekstur, dan kemampuannya untuk dapat disimpaan membuat jenis ini di sukai oleh masyarakat. Upaya konservasi eksitu perlu dilakukan sebagai upaya penyelamatan sumber plasma nutfah di hutan-hutan yang sudah banyak mengalami kerusakan. Materi tersebut sangat penting sebagai materi pemuliaan untuk meningkatkan mutu dan kualitasnya. Daftar Pustaka Atmoko, T., I. Yassir, Mukhlisi, S. A. Widuri, B. S. Sitepu, T. Muslim, I. Mediawati, A. Ma ruf Laporan identifikasi Keanekaragaman Hayati Hutan Rintis Wartono Kadri. Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya alam. Brown, MJ., Durio - A Bibliographic Review (R.K. Arora, V. Ramanatha Rao and A.N. Rao, Editors). IPGRI office for South Asia, New Delhi. Hendra, M Etnoekologl perkebunan dan kearifan botani lokal masyarakat Dayak Benuaq dl Kabupaten Kutal Barat Kalimantan Tlmur. Institut Pertanian Bogar. Bogar. Hoe, V.B. and K.H. Siong The nutritional value of indigenous fruits and vegetables in Sarawak. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition 8(1): IUCN World Conservation Monitoring Centre Durio kutejensis. The IUCN Red List of Threatened Species. Version < Downloaded on 19 September KeBler, P.J.A. dan K. Sidiyasa Pohon-pohon hutan Kalimantan Timur. Pedoman mengenal 280 jenis pohon pilihan di daerah Balikpapan-Samarinda. Tropenbos- Kalimantan Series 2. Kostermans, A.J.G.H The Genus Durio Adans. (Bombac.). Reinwardtiana 4, Part 2, pp Manshor, M.R., H. Anuar, M.N. Nur Aimi, M.I. Ahmad Fitrie, W.B. Wan Nazri, S.M. Sapuan, Y.A. El-Shekeil, and M.U. Wahit Mechanical, thermal and morphological properties of durian skin fibre reinforced PLA biocomposites. Materials & Design 59: Michon, G., and de Foresta, H., 1995, The Indonesian agroforest model. Forest Resource Management and Biodiversity Conservation, in P. Halladay and D.A. Gilmour Eds, Conserving Biodiversity Outside Protected Areas. The role Of Traditional Agroecosystems, IUCN. Noorhamdani, Samodriyanti, dan P. Kusumadewi. -. Uji ekstrak kulit Durian (Durio zibethinus Murr) sebagai Antimikroba terhadap Pseudomonas aeruginosa secara In Vitro. [Tugas Akhir]. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang. 445

10 ).pdf. Nurfiana, F., U. Mukaromah, V. C. Jeannisa, dan S. Putra Pembuatan bioethanol dari biji Durian sebagai sumber energi alternatif. Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta, 5 November Nurliani, A., dan Santoso, H. B., 2010, Efek spermatisida ekstrak kulit kayu Durian (Durio zibethinus Murr.) terhadap mortilitas dan kecepatan gerak spermatozoa manusia secara in vitro, Sains dan Terapan Kimia, 4: 72. Priyanti, Keanekaragaman tumbuhan Durio spp. menurut perspektif lokal masyarakat dayak. Widya 29(319):45-52 Rudiyansyah and Garson, M. J., 2006, Secondary metabolites from the wood bark of Durio ziberthinus and Durio kutejensis, J. Nat. Prod, 69: Subhadrabandhu S, J.P.M. Schneema M, and E.W.M. Vehelj Durio zibethjnus deism E.W.M. Vemelj and R.E. Coronel (Editor). Buah buahan yang Dapat Dimakan. Prosea. Jakarta: Gramedls Pustaka Utama. Uji, T., 2005, Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durian (Durio spp.) di Indonesia, Buletin Plasma Nutfah, 11: Yumoto, T Bird-pollination of three Durio species (Bombacaceae) in A tropical rainforest in Sarawak, Malaysia. American Journal of Botany 87(8):

11

12 447 Lampiran 1. Kondisi pohon induk Lai (Durio kutejensis) hasil eksplorasi dan kondisi buahnya sebagai materi konservasi eks-situ No Koordinat Lat Long Tinggi pohon (m) Diameter batang (cm) Produktivitas (buah/panen) Musim berbuah Lingkar buah Panjang buah ukuran biji Tekstur daging buah Warna daging buah 1 N E Sedang legit Orange N E jan, maret Buah rusak N E , sedang keras Orange S E Feb kecil sedang Orange S E Feb sedang sedang Orange S E Mmaret 40, sedang lembek kuning-orange S E feb 41, Sedang lembek Orange S E jan-feb 43,5-48, besar lembek orange-kemerahan S E feb sedang sedang Orange S E sedang lembek Orange S E feb sedang lembek Orange S E feb-maret sedang lembek Orange S E feb kecil sedang Orange S E feb-maret besar keras kuning-orange S E feb-maret sedang lembek Orange S E feb 40-42, serdang lembek Orange S E feb sedang lembek Orange S E feb-maret sedang lembek Orange S E feb-maret sedang lembek kuning-orange S E feb-maret sedang sedang kuning-orange Penilaian Skor Rasa Skor Aroma Tebal daging buah Total

13 S E feb-maret sedang sedang Orange S E feb-maret sedang sedang Orange S E feb-maret sedang lembek Orange S E feb-maret sedang lembek Orange S E feb-maret besar sedang Orange S E feb-maret besar lembek Orange S E feb-maret 42, sedang lembek Orange S E feb-maret sedang sedang orange S E feb-maret sedang lembek Orange

Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio (Durio spp.) di Indonesia

Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio (Durio spp.) di Indonesia Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio (Durio spp.) di Indonesia Tahan Uji Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI 28 ABSTRACT Indonesia is rich of genetic resources

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Secara umum kerabat durian (Durio spp.) merupakan tanaman buah yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Jangkauan pasarnya sangat luas dan beragam mulai dari pasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia termasuk negara dengan megabiodiversity terbesar

Lebih terperinci

MENGENAL RAGAM DAN POTENSI PEMANFAATAN SUMBERDAYA GENETIK DURIAN

MENGENAL RAGAM DAN POTENSI PEMANFAATAN SUMBERDAYA GENETIK DURIAN AgroinovasI MENGENAL RAGAM DAN POTENSI PEMANFAATAN SUMBERDAYA GENETIK DURIAN Indonesia merupakan rumah bagi sebagian besar kerabat durian (Durio sp.). Dari sekitar 30 spesies yang ada di dunia, 20 spesies

Lebih terperinci

PENELITIAN EKOLOGI JENIS DURIAN (Durio spp.) DI DESA INTUH LINGAU, KALIMANTAN TIMUR

PENELITIAN EKOLOGI JENIS DURIAN (Durio spp.) DI DESA INTUH LINGAU, KALIMANTAN TIMUR J. Tek. Ling. Vol. 8 No. 3 Hal. 211-216 Jakarta, September 2007 ISSN 1441-318X PENELITIAN EKOLOGI JENIS DURIAN (Durio spp.) DI DESA INTUH LINGAU, KALIMANTAN TIMUR Muhammad Mansur Peneliti di Bidang Botani,

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA FRAKSI ETIL ASETAT KAYU BATANG DURIAN KUSIK (Durio dulcis Becc.)

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA FRAKSI ETIL ASETAT KAYU BATANG DURIAN KUSIK (Durio dulcis Becc.) KARAKTERISASI SENYAWA FENLIK PADA FRAKSI ETIL ASETAT KAYU BATANG DURIAN KUSIK (Durio dulcis Becc.) Afiata Sansyari 1*, Rudiyansyah 1, Titin Anita Zaharah 1 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Durian merupakan salah satu anggota genus Durio. Durian yang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Durian merupakan salah satu anggota genus Durio. Durian yang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Durian Durian merupakan salah satu anggota genus Durio. Durian yang dapat dikonsumsi ada sembilan spesies, yaitu D. zibethinus, D. kutejensis (lai), D. excelsus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Durian (Durio zibethinus murr) adalah salah satu buah yang sangat populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam famili Bombacaceae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak Pola Penyebaran dan Struktur Populasi Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan Asrianny, Arghatama Djuan Laboratorium Konservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekuator, memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi mendukung berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ekuator, memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi mendukung berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang sangat kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non

Lebih terperinci

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN MADU MADU ADALAH SUBSTANSI PEMANIS BUATAN ALAMI YANG DIPRODUKSI OLEH LEBAH MADU YANG BERASAL DARI BEBERAPA BUNGA ATAU SEKRESI TUMBUHAN. Kandungan Madu Gula

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DURIAN LOKAL KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DURIAN LOKAL KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DURIAN LOKAL KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR M. Hidayanto, N.R. Ahmadi, Sumarmiyati, Y. Fiana, dan F.R. Abadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jl. PM Noor Sempaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN DARI KULIT JERUK MANIS

PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN DARI KULIT JERUK MANIS PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN DARI KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis (L) Osbeck) TERHADAP KADAR PROTEIN PRODUK OLAHAN MAKANAN JELLY DARI BIJI BUAH DURIAN (Durio ziberthinus Murr) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TAHURA Bukit Soeharto merupakan salah satu kawasan konservasi yang terletak di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara dengan luasan 61.850 ha. Undang-Undang

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Hingga saat ini varietas unggul mangga di Indonesia yang telah dilepas sebanyak 32 varietas. Dari 32 varietas unggul tersebut, 14 varietas berasal dari

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bagi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dengan pengertian seperti itu

BAB I. PENDAHULUAN. bagi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dengan pengertian seperti itu BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu lingkup pengelolaan lingkungan hidup adalah keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati merupakan suatu fenomena alam mengenai keberagaman makhluk hidup,

Lebih terperinci

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi ZULHENDRA 1*, FITMAWATI 2, NERY SOFIYANTI 2 123 Jurusan

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBIBITAN MERBAU (Intsia bijuga) Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

TEKNIK PEMBIBITAN MERBAU (Intsia bijuga) Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat TEKNIK PEMBIBITAN MERBAU (Intsia bijuga) Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Merbau merupakan salah satu jenis pohon yang menghasilkan kayu dengan kualitas yang baik. Kualitas ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah biji buah pepaya (Carica papaya L.). Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Talas (Colocasia sp) merupakan tanaman pangan dari umbi-umbian yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berwatakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis, yang tidak saja mengandung kekayaan hayati flora yang beranekaragam, tetapi juga termasuk ekosistem terkaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT (Population Of Bekantan (Nasalis Larvatus, Wurmb) In The Area Of Sungai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayatun Nufus, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayatun Nufus, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk melalui fermentasi sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya fermentasi banyak digunakan untuk

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN Durio spp. MENURUT PERSPEKTIF LOKAL MASYARAKAT DAYAK

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN Durio spp. MENURUT PERSPEKTIF LOKAL MASYARAKAT DAYAK KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN Durio spp. MENURUT PERSPEKTIF LOKAL MASYARAKAT DAYAK Priyanti Program Studi Biologi FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRACT Durio is one of the members of Bombacaceae. It is

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk Asal : PT. East West Seed Philipina Silsilah : rekombinan 5607 (F) x 5607 (M) Golongan varietas : menyerbuk silang Tipe pertumbuhan : tegak Umur panen

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anacardiaceae

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anacardiaceae 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai tidak kurang 17000 pulau, baik yang besar maupun yang kecil. Dengan sendirinya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi buah buahan mempunyai keragaman dalam jenisnya serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan. Selain itu, buah buahan juga bersifat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme tersebar luas di alam seperti di udara, air, tanah, dalam saluran pencernaan hewan, pada permukaan tubuh dan dapat dijumpai pula pada pangan. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa merupakan salah satu tanaman yang terpenting dalam perekonomian Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan buah mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia. Luas kawasan hutan di Indonesia saat ini mencapai 120,35 juta ha. Tujuh belas persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah penting. Oleh karena itu, jahe menjadi komoditas yang mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai usaha

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tape merupakan makanan selingan yang cukup populer di Indonesia dan Malaysia. Pada dasarnya ada dua tipe tape, yaitu tape ketan dan tape singkong. Tape memiliki rasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Durian ( Durio zibethinus, Murr.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek cukup cerah untuk menjadi komoditas unggulan, baik untuk tujuan ekspor

Lebih terperinci

POTENSI DAN STATUS PENGEMBANGAN TIGA KERABAT DURIAN: LAI, MANDONG, DAN KERANTUNGAN

POTENSI DAN STATUS PENGEMBANGAN TIGA KERABAT DURIAN: LAI, MANDONG, DAN KERANTUNGAN POTENSI DAN STATUS PENGEMBANGAN TIGA KERABAT DURIAN: LAI, MANDONG, DAN KERANTUNGAN Indonesia ditumbuhi sekitar 20 spesies durian dari jumlah total 28 30 yang ada di dunia. Sekitar 18 spesies ditemukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam (Supriatna dan Wahyono, 2000), dan Sumatera merupakan daerah penyebaran primata tertinggi, yaitu

Lebih terperinci

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA Allen Adilla Akbar*, Erny Poedjirahajoe**, Lies Rahayu W.F.*** The area

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom: Plantae;

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom: Plantae; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Malvales; Famili: Bombacaceae; Genus: Durio; Spesies:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000

Lebih terperinci

BRIKET BATUBARA BERSTIMULAN PENYALAAN

BRIKET BATUBARA BERSTIMULAN PENYALAAN Prosiding Semirata 2015 bidang Teknologi Informasi dan Multi Disiplin Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 253-258 BRIKET BATUBARA BERSTIMULAN PENYALAAN Sanjaya Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon dengan batang dan cabang berkayu serta tumbuh tinggi tegak. Manggis berasal dari hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan salah satu tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia (Ashari, 1995). Durian

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBEBASAN FRAGMENTASI HABITAT ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI HUTAN RAWA TRIPA Wardatul Hayuni 1), Samsul

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati dan keunggulan komparatif untuk menghasilkan berbagai produk pertanian tropis yang tidak dapat dihasilkan negara non-tropis.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Durian ( Durio zibethinus Murr)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Durian ( Durio zibethinus Murr) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Durian (Durio zibethinus Murr) Durian termasuk dalam klasifikasi Kingdomnya (Plantae), Divisi (Magnoliophya), Kelas (Magnoliopsida), Ordo (Malvales), Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya melalui penganekaragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

MENGENAL RAGAM DAN POTENSI PEMANFAATAN SUMBERDAYA GENETIK DURIAN

MENGENAL RAGAM DAN POTENSI PEMANFAATAN SUMBERDAYA GENETIK DURIAN No. 8 - November 2012 MENGENAL RAGAM DAN POTENSI PEMANFAATAN SUMBERDAYA GENETIK DURIAN Indonesia merupakan rumah bagi sebagian besar kerabat durian (Durio sp.). Dari sekitar 30 spesies yang ada di dunia,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan PENDAHULUAN Latar Belakang Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan bunga jantan tanaman penghasil nira seperti aren, kelapa, tebu, bit, sagu, kurma, nipah, siwalan, mapel,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati dan hewani Indonesia sangat berlimpah. Salah satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan Patin (Pangansius hypopthalmus).

Lebih terperinci

Analisis Kuantitatif Unsur Hara Daun Kelapa Sawit Pada Pelepah Ke-17 Sebagai Langkah Optimasi Hasil Panen Kelapa Sawit

Analisis Kuantitatif Unsur Hara Daun Kelapa Sawit Pada Pelepah Ke-17 Sebagai Langkah Optimasi Hasil Panen Kelapa Sawit Analisis Kuantitatif Unsur Hara Daun Kelapa Sawit Pada Pelepah Ke-17 Sebagai Langkah Optimasi Hasil Panen Kelapa Sawit Tanaman Kelapa Sawit (Picture from https://www.sciencenews.org) Tanah dan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. buah-buahan. Berbagai macam jenis buah tumbuh di Indonesia dan ada beberapa

I. PENDAHULUAN. buah-buahan. Berbagai macam jenis buah tumbuh di Indonesia dan ada beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman buah-buahan. Berbagai macam jenis buah tumbuh di Indonesia dan ada beberapa yang masih belum dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn., BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan endemik dianggap penting bukan hanya karena jumlah (populasi)nya yang sangat sedikit, melainkan juga karena populasi tersebut sangat terbatas secara geografis

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bambu merupakan salah satu taksa yang sangat beragam dan mempunyai potensi ekonomi yang tinggi. Bambu termasuk ke dalam anak suku Bambusoideae dalam suku Poaceae. Terdapat

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konversi hutan di Pulau Sumatera merupakan ancaman terbesar bagi satwa liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, tidak kurang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi

Lebih terperinci

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN 422 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 5 NOVEMBER-2013 ISSN: 2338-3976 PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN FERTILIZATION OF NPK ON LOCAL DURIAN (Durio zibethinus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan Australia, merupakan negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan lainnya dipisahkan

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satwa liar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk kepentingan keseimbangan ekosistem, ekonomi, maupun sosial budaya (Alikodra, 2002).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaharu telah digunakan lebih dari 2000 tahun yang lalu secara luas oleh orang dari berbagai agama, keyakinan dan kebudayaan terutama di Negara-negara Timur Tengah, Asia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH (Dyera costulata Hook.f) YANG DITANAM PADA LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH DI KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh/by SULAIMAN BAKRI Program Studi Budidaya Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan KULIT BATANG Garcinia rigida

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan KULIT BATANG Garcinia rigida ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan KULIT BATANG Garcinia rigida Berna Elya Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok 16424,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam melimpah. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia seiring dengan perkembangan zaman. Pemanfaatan hutan biasanya sangat bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT PEMBAHASAN ROAD MAP PUSAT KAJIAN ANOA DAN PEMBENTUKAN FORUM PEMERHATI ANOA Manado,

Lebih terperinci

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

SELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG

SELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG SELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG (A parental tree selection of Shorea spp at a seed stand area IUPHHK-HA of PT.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996) PENDAHULUAN Latar Belakang Secara biologis, pulau Sulawesi adalah yang paling unik di antara pulaupulau di Indonesia, karena terletak di antara kawasan Wallacea, yaitu kawasan Asia dan Australia, dan memiliki

Lebih terperinci