4 BAB IV KONSEP. 4.1 Konsep Dasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 BAB IV KONSEP. 4.1 Konsep Dasar"

Transkripsi

1 4 BAB IV KONSEP 4.1 Konsep Dasar Konsep adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu kesatuan. Dalam dunia arsitektur, sebuah konsep merupakan garis besar yang digunakan sebagai acuan dalam merancang sebuah bangunan, bias satu atau lebih rencana yang saling berhubungan dalam satu kesatuan. Konsep bangunan rumah sakit yang fungsionalis dan mementingkan fleksibilitas dari kegunaanya hal ini menjadi sebuah gagasan yang coba diangkat dalam membentuk bangunan ini, hal ini sejalan dengan konsep FORM FOLLOW FUNCTION dalam arsitektur, yaitu bentuk dari bangunan yang terjadi Karena mengakomodasi fungsi-fungsi yang dibutuhkan dari bangunan. Dalam perancangan arsitektur akhir ini ada tema pokok yang diangkat dalam proses perencanaan bangunan Rumah Sakit ini yaitu / Green Architecture. Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensi llngkungan binaan. Hal ini didukung dengan banyaknya peraturan yang mengatur tentang arsitektur hijau dan bangunan berkelanjutan. Kriteria dalam perancangan akhir ini sesuai dengan ketentuan dari Kerangka Acuan Kerj adalah Bangunan Hijau dengan kriteria penilaian Minimal Gold dari Green Building Council Indonesia (GBCI). Dalam ketentuanya ada beberapa kriteria utama dari Green Building / Bangunan Hijau yang menjadi ketentuan Utama, Yaitu: 1. Apropriate Site Development. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 88

2 Pemilihan site atau lokasi di kawasan yang sesuai dengan mempertimbangan luasan untuk area hijau yang berada pada site minimal 10% dari luasan lahan yang ada. Mempunyai aksesibilitas yang baik untuk menuju dan keluar dari bangunan. Meningkatkan kualitas iklim mikro disekitar gedung yang mencakup kenyamanan manusia dan habitat disekitar gedung. 2. Energy Eficiency and Conservation. Pengaturan penggunaan air dan energi yang digunakan Penghematan energi dengan selubung bangunan yang baik. Pencahayaan alami dan ventilasi yang menggunakan hemat energi. 3. Water Conservation. Penerapan dan penggunaan manajemen air yang baik. Penggunaan air yang efisien. 4. Material Resource and Cycle. Menggunakan bahan yang tidak merusak ozon. Menggunakan bahan yang mudah didapat dan dapat diperbaharui. Menggunakan bahan yang lebih alami. 5. Indoor Health and Comfort. Menggunakan material-material yang menyebabkan ketidak nyamanan pengguna baik dari polusi udara atau dari jenisnya. Menerapkan akustik ruang yang baik sehingga kebisingan bias diminimalisir dengan baik. 6. Building Enviroment Management Pengolahan limbah yang baik, baik limbah medis ataupun limbah non medis. Penerapan prinsip green building dengan aturan-aturan yang berlaku. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 89

3 4.2 Konsep Perancangan Bangunan Konsep Gubahan Massa 1. Bentuk side yang memanjang dan memiliki sisi muka yang lebih sempit yang menghadap jalan utama. 2. Massa yang memanjang berbentuk persegi panjang menjadi bentuk dasar dari bangunan ini, selain mengdopi dari sitenya bentuk ini merupakan salah satu bentuk geometri yang seimbang SPACE 3. Permukaan yang di bedakan agar membuat bangunan lebih dinamis dan tidak monoton, pembagian 2 zoning utama sebagai pelayanan utamana dalam rumah sakit. (Merah = Zona Emergency, Hijau = Non Emergency). 4. Dari hasil analis kebutuhan ruang massa di bagian non-emergency di buat lebih menipis sebagai penerapan green building yang membuat konsusmsu energi lebih heman, sekaligus dapat menciptakan ruang interaksi bangunan. 5. Ruang yang tercipta digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan emergency yang mempunyai luasan yang cukup luas dan juga sebagai tempat penerimaan menuju pelayanan-pelayanan pada bangunan rumah sakit. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 90

4 4.2.2 Konsep Zoning Pada perancangan arsitektur ini, perancangan rumah sakit di bagi menjadi beberapa zoning utama yang menjadi dasar perancangan. Zoning ini dibagi menjadi beberapa area berdasarkan urgensi dan kebutuhan pelayanan dari rumah sakit. Hal ini ditujukan untuk menghindari terjadinya bentrokan alur antara kebutuhan rumah sakit Emergency dan Non-Emergency Secara garis besar pembagian zoning dalam perancangan ini adalah: Zona Emergency, yaitu area yang di peruntukan untuk pelayananpelayanan reaksi cepat. Zona Non-emergency, Yaitu area untuk pelayanan-pelayanan umum pada rumah sakit yang tidak membutuhkan waktu singkat dan pelayanan yang cepat untuk pasien atau penggunanya. Zona Service, yaitu zona yang diperuntukan untuk kegiatan-kegiatan penunjang atau kegiatan yang mendukun kelancaran berjalanya rumah sakit ini Zoning Horizontal Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 91

5 Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 92

6 Zoning Vertikal LANTAI 6 Luas Area: 3915 M2 Akses Vertikal LANTAI 5 Luas Area: 3915 M2 Emergency Akses Vertikal LANTAI 4 Luas Area: 3915 M2 LANTAI 3 Luas Area: 4170 M2 LANTAI 2 Luas Area: 4170 M2 LANTAI 1 Luas Area: 3100 M2 Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 93

7 4.2.3 Konsep Tata Ruang Dalam Tata ruang dalam bangunan atau yang sering kita sebut dengan Desain Interior. Dalam penerapanya pada bangunan rumah sakit banyak spesifikasi spesifikasi tertentu yang ditentukan sesuai dengan aturan atau pedoman teknis bangunan rumah sakit. Elemen dari penataan ruang interior terkait seperti: Funiture Walpaper Lantai Plafon Partisi Dinding Cat Dll Dalam perancangan bangunan rumah sakit ini bahan-bahan minimalis dan mudah untuk perawatan dan pembersihan menjadi pertimbangan utama dalam perancangan tata ruang dalamnya. Pada bagian-bagian tertentu pada ruangan rumah sakit yang menuntut untuk mudah dibersihkan dan tidak menyimpan kuman. Dinding: Dinding pada rumah sakit mempunyai beberapa pilihan bahan untuk perancanganya. Di rumah sakit ini partisi menggunakan frame baja ringan yang dilapisi dengan Cement board dan diisi peredam berupa rock wool atau insulasi yang lain. Gambar 21 Ilustrasi Penggunaan Dinding Partisi Dalam Bangunan Sumber: Untuk finising dinding menggunakan beberapa bahan finishing seperti: Wallpaper Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 94

8 Cat: Gambar 22 Contoh Motif Wallpaper Sumber: Keramik: Gambar 23 Contoh Warna Cat Sumber: Gambar 24 Contoh Motif Keramik Dinding Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 95

9 Sumber: Pemilihan dinding di dasarkan pada kebutuhan ruangan yang akan di pakai dan tingkat sterilisasi yang diperlukan. Lantai: Lantai merupakan elemen penting dalam desain interior, lantai sendiri juga memiliki bermacam-macam jenis finishingnya, dalam perancangan Rumah sakit pendidikan ini, pemilihan lantai didasarkan dari mudah atau tidaknya pembersihan dari kotoranya. Adapun jenis-jenis material lantai yang diaplikasikan adalah: Lantai Granit/ Keramik Gambar 25 Contoh Motif Keramik/Granit Lantai Sumber: Epoxy: Vynil Gambar 26 Ilustrasi Penerapan Lantai Epoxy Sumber: Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 96

10 Karpet Gambar 27 Motif Vynil Lantai Sumber: Plafon: Gambar 28 Penerapan Finishing Karpet Sumber: Plafon atau yang sering disebut langit-langit, merupakan komponan bangunan yang berfungsi sebagai lapisan yang membatasi tinggi suatu ruangan. Selain itu, plafon juga berguna untuk keamanan, kenyamanan, serta keindahan sebuah ruangan. Tinggi rendahnya plafon sangat menentukan tampilan suatu ruang. Ketinggian ini diukur mulai dari permukaan lantai sampai dengan sisi bawah bidang plafon. Bila rancangan plafon terlalu rendah maka ruangan akan terasa pengap dan sesak, sehingga atmosfer ruangan menjadi kurang baik. Sebaliknya jika terlalu tinggi, dapat menghilangkan nilai estetika ruang di rumah meski sirkulasi udara berlangsung baik dan memberikan suasana sejuk. Di beberapa gedung perkantoran bertingkat, umumnya maksimal ketinggian plafon adalah 2,5 meter. Ini disebabkan dari ketinggian setiap lantai yang tiga meter, masih dikurangi dengan balok dan ducting AC. Jadi, jika melebihi batas maksimum maka akan mengakibatkan pemborosan material. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 97

11 Adapun material plafon yang sering digunakan adalah: Triplek Ukuran triplek yang ada di pasaran untuk plafon adalah 122cm x 244cm dengan ketebalan 3mm, 4mm, dan 6mm. Rangka plafon menggunakan kaso 4/6 atau 5/7 dengan ukuran rangka kayu 60cm x 60cm. Untuk memasangnya, triplek dapat dibelah menjadi empat bagian dengan ukuran 61cm x 122cm dan bisa juga dipasang secara utuh tanpa dipotong. Kebutuhan material pemasangan 1 meter persegi plafon triplek sebagai berikut: o Triplek sebanyak 0,347 lembar o Kaso 5/7 atau 4/6 dengan panjang 4 meter sebanyak 1,5 batang o Paku sebanyak 0,220 kg Gambar 29 Triplek Sumber: Kelebihan menggunakan triplek sebagai bahan dasar plafon antara lain: o Mudah pengerjaannya o Mudah dibeli di pasaran o Harga murah o Mudah diperbaiki atau diganti o Ringan Sementara kekurangannya adalah: o Cepat rusak bila terkena air terus menerus o Tidak tahan api Serat fibersemen/ GRC board Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 98

12 Saat ini serat fibersemen atau GRC board lebih banyak digunakan oleh masyarakat. Sebabnya, material ini lebih murah dibanding triplek. Di pasaran, ukuran GRC board untuk plafon adalah 60cm x 120cm dan 122cm x 244cm dengan ketebalan standar 4mm. Rangka plafon yang digunakan dapat berupa kaso 4/6 atau 5/7. Ada juga orang menggunakan besi kotak (hollow) sebagai alternatif rangka plafon. Material ini kerap digunakan mengingat makin mahalnya harga kayu saat ini. Ukuran besi hollow yang sering diterapkan yakni 4cm x 4cm. Gambar 30 Fiber Cement Sumber: Pemasangan GRC board pada rangka plafon yang menggunakan kaso adalah dengan cara dipaku. Sedangkan pada rangka besi hollow cara memasangnya dengan disekrup atau river/viser. Kelebihan menggunakan GRC board sebagai material plafon yaitu: Pengerjaanya mudah o Harga relatif lebih murah dari triplek o Mudah diperbaiki atau diganti o Relatif ringan o Tahan terhadap api dan air Sementara sisi minusnya adalah: o Masih sulit diperoleh di beberapa daerah pelosok o Tidak tahan benturan Gipsum Jenis material plafon yang satu ini sangat tepat dipasang pada rumah yang penutup atapnya merupakan pelat beton, karena ada jaminan tidak bocor. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 99

13 Ukuran gipsum di pasaran umumnya 122cm x 244cm. Pada prinsipnya, kebutuhan bahan untuk pemasangan plafon gipsum sama dengan GRC board. Hanya saja selain sekrup, pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan bubuk gipsum atau compound. Bubuk ini berfungsi sebagai lem di tempat sambungan atau list dan ornamen. Pemasangan sambungan gipsum biasanya dikerjakan dengan cara diplester terlebih dahulu. Gambar 31 Gypsum Sumber: Serupa GRC board, pemasangan gipsum juga dapat menggunakan rangka besi hollow, dengan cara disekrup atau rivet/viser bukan dipaku. Pemasangan penggantunganya pun memakai dinabolt/dinaset bila dilakukan pada tembok. Selain dari material ukuran ruang yang memadai merupakan hal yang menjadi pertimbangan dari perencanaan tata ruang dalam, terutama untuk penyandang disabilitas, bangunan rumah sakit yang merupakan bangunan dengan mobilitas tinggi maka desain ruang yang cukup sangat di utamakan. Berikut ini merupakan ilustrasi-ilustrasi dari standar ruang yang telah dikumpulkan dari beberapa sumber: Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 100

14 Gambar 32 Ilustrasi Ruang Toilet Difable Pada Rumah Sakit Sumber: Neufert Data Arsitek Jilid 2 Pada penerapanya mobilitas pada bangunan rumah sakit diperuntukan untuk beberpa penguna dari bed pasien, orang, kursi roda dll Gambar 33 Lorong Perlintasan Bed dan Orang Sumber: Neufert Data Arsitek Jilid Konsep Tata Ruang Luar Ruang luar merupakan elemen pendukung dalam bangunan, ruang luar pada bangunan. Selain sebagai elemen pendukung bangunan, ruang luar juga digunakan sebagai fasilitas tambahan yang diberikan kepada penggunga bangunan. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 101

15 Pada bangunan rumah sakit ini ruang luar juga bisa di gunakan sebagai healing pasien rumah sakit. Hal ini mengakibatkan pengolahan ruang luar pada bangunan rumah sakit ini menjadi penting. Ruang luar pada rumah sakit ini akan banyak di penuhi pohon-pohon peneduh penghasil oksigen yang sering atau banyak di jumpai di Indonesia seperti: Gambar 34 Pohon Ketapan (Kiri) & Pohon Flamboyan (Kanan) Sumber: Gambar 35 Pohon Palem (Kiri) & Pohon Kasia Emas (Kanan) Sumber: Fungsi vegetasi atau hijauan selain sebagai peneduh dapat juga digunnakan untuk barrier atau penghalang dari suara yang ada pada jalan utama pada lokasi perancangan ini. Gambar 36 Ilustrasi Penerapan Vegetasi Sebagai Barier Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 102

16 Sumber: Konsep Warna Gambar 37 Cakram Warna Sumber: Pemilihan warna juga menjadi pertimbangan dalam perancangan ini, warna merupakan salah satu elemen ekspresi dari bangunan, sehingga bangunan menjadi lebih memiliki arti dan rasa bagi pengguna atau pelaku di dalamnya. Secara psikologis warna memiliki arti dan rasa tersendiri yang diberikan kepada penggunanya, adapun beberapa arti atau rasa yang dapat di timbulkan dari warna-warna, yaitu: Red / Merah memiliki makna energik, penuh kehangatan, kuat, hasrat, dan juga panas. Warna merah seringkali dianalogikan sebagai warna yang dapat membangkitkan gairah atau selera manusia. Oleh sebab itu, warna ini seringkali digunakan pada desain logo, desain brosur, desain stasionary maupun desain kemasan milik perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Orange / Oranye seringkali diasosiakan sebagai warna untuk melambangkan ide atau pikiran inovatif dan modern. Warna ini juga menggambarkan nilai-nilai yang bersifat kegembiraan, kemampuan mengakomodasi, serta mudah berteman. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 103

17 Yellow / Kuning memberikan kesan cerah dan hangat terhadap elemen tertentu pada desain grafis. Penggunaan warna ini juga memiliki arti persahabatan. Green / Hijau. Warna ini diasosiasikan dengan segala sesuatu yang bersumber dari alam (nature). Penggunaan warna hijau dalam desain grafis juga memiliki arti kesegaran (freshness). Warna ini seringkali diadopsi pada desain logo milik perusahaan-perusahaan makanan oraganik dan perusahaan finansial. Blue / Biru. Jika Anda ingin menggambarkan nilai-nilai profesionalisme, keseriusan, integritas dan ketenangan, warna biru sangat cocok sebagai penyampai pesan-pesan tersebut. Purple / Ungu. Adalah warna untuk melambangkan nilai-nilai kesetiaan dan kemewahan. Black / Hitam merupakan warna yang memiliki kepribadian ganda. Di satu sisi, warna hitam dapat melambangkan kekuatan dan kecakapan, namun di sisi lain, ia adalah arti lain dari kematian. White / Putih secara umum diasosiasikan dengan nilai-nilai kemurnian, kebersihan dan kesederhanaan. Banyak perusahaanperusahaan terkemuka memilih warna ini pada desain logo mereka. Sebagai contoh Coca-Coca seringkali menampilkan logo berwarna putih dengan background berwarna merah. Sementara pada halaman beranda situs jejerang social Facebook, logo medsos tersebut menggunakan warna putih dengan dasar warna biru. Brown / Coklat: memiliki arti yang bersifat maskulinitas biasanya warna ini digunakan untuk desain produk-produk outdoor dan untuk melambangkan kehidupan pedesaan. Pink dapat diartikan sebagai warna yang melambangkan keceriaan atau bahkan kaganjenan. Warna ini juga melembangkan arti feminitas, yang seringkali digunakan pada desain produk yang menyasar kaum hawa sebagai target pemasarannya Konsep Struktur Struktur adalah bagian-bagian yang membentuk bangunan seperti pondasi, sloof, dinding, kolom, ring, kuda-kuda, dan atap. Pada prinsipnya, Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 104

18 elemen struktur berfungsi untuk mendukung keberadaan elemen nonstruktur yang meliputi elemen tampak, interior, dan detail arsitektur sehingga membentuk satu kesatuan. Setiap bagian struktur bangunan tersebut juga mempunyai fungsi dan peranannya masing-masing. Kegunaan lain dari struktur bangunan yaitu meneruskan beban bangunan dari bagian bangunan atas menuju bagian bangunan bawah, lalu menyebarkannya ke tanah. Perancangan struktur harus memastikan bahwa bagian-bagian sistem struktur ini sanggup mengizinkan atau menanggung gaya gravitasi dan beban bangunan, kemudian menyokong dan menyalurkannya ke tanah dengan aman. Pada dasarnya pada perancangan akhir ini menggukan STRUKTUR RIGID FRAME & CORE. Pada dasarnya struktur ini terdiri dari kolom dan balok yang saling mengikat satu dengan lainya. Kolom sebagai unsur vertical yang bertugas menerima beban dan gaya, sedangkan balok sebagai unsur horizontal yang digunakan untuk membagi beban dan gaya. System ini biasanya dilengkapi dengan CORE yang berguna sebagai tempat utilitas dan transportasi vertical pada bangunan. Pada prinsipnya system ini mempertimbangkan pola grid dan jarak atar kolom. Gambar 38 Struktur Rigid Frame dan Core Sumber : a. Struktur Bawah (Sub-Struktur) Struktur yang terletak dibawah tanah, struktur bawah meliputi Pondasi dan Sloof. Pada perancangan akhir ini menggunakan pondasi Foot Plate yang dilengkapi dengan Tiang Pancang Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 105

19 Gambar 39 Jenis Pondasi Dengan Tiang Pancang Sumber: Pada struktur basement menggunakan dinding penahan (retaining wall) sebagai struktur dinding utama untuk menahan tekanan dari tanah pada sekitar bangunan: Gambar 40 Retaining Wall dan Penerapanya Sumber : b. Struktur Tengah (Upper-Struktur) Struktur tengah merupakan bagian-bagian bangunan yang terletak di atas permukaan tanah dan di bawah atap, serta layak ditinggali oleh manusia. Yang dimaksud struktur tengah di antaranya dinding, kolom, dan ring. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 106

20 Gambar 41 Struktur Kolom & Balok Sumber: c. Struktur Atas (Roof Struktur) Struktur atas (superstruktur) yaitu bagian-bagian bangunan yang terbentuk memanjang ke atas untuk menopang atap. Struktur atas bangunan antara lain rangka dan kuda-kuda. Pada perancangan ini menggunakan dak beton sebagai struktur atapnya sehingga pemanfaatan ruang atas sebagai tempat penunjang utilitas Konsep Utilitas Gambar 42 Struktur Atap Dak Beton Sumber : Sistem Air Bersih (Fresh Water) Pada system distribusi air bersih untuk bangunan tinggi dapat di bagi menjadi beberapa tipe terrgantung kebutuhan dan fungsi dari bangunan, adapun tipe-tipe pendistribusian air bersih dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu: 1. Up Feed. 2. Down Feed. Masing-masing pendistribusian air mempunyai kekurangan dan kelebihan tergantung aplikasi dan fungsi dari bangunan. Pada kasus bangunan rumah sakit 6 lantai ini lebih menitik beratkan pada system down feed. System down feed adalah system pendistribusian air kebawah. System ini dianggap lebih Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 107

21 menguntungkan dikarenakan mempunyai 2 tempat penyimpanan air yang sama sama dapat digunakan dalam waktu bersamaan, pada pendistribusianya system ini lebih hemat energi dikarenakan menggunakan system gravitasi. Boiler Atap Bangunan Roof Tank Pompa Tekan Kran/Shower Pompa Hisap Sink Wastafel Closet Muka Air Tanah Ground Tank Gambar 43 Skema Distribusi Air Bersih Down Feed Sistem Air Kotor (Waste & Sewage Water) Air kotor pada bangunan tinggi pada perancangan ini di buang melalui resapan atau bias juga menggunakan biotank sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan, yang dapat menguraikan kotoran sehingga air yang dibuang merupakan air kotor yang bias di buang ke saluran kota langsung. Gambar 44 Septic Tank Bio Sumber: Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 108

22 Ground Saluran Kota Biotank Gambar 45 Skema Air Kotor Limbah tinja masuk kedalam septic tank bio akan dihancurkan oleh media penghancur. Setelah itu limbah tinja akan diuraikan dan dimakan oleh bakteri pengurai. Bakteri pengurai merubah limbah tinja menjadi cairan. Limbah cair akan di filterisasi oleh bio filter menjadi cairan yang siap dan aman untuk dibuang ke saluran air/got dengan sebelumnya disterilisasi oleh disinfektan untuk membunuh kuman berbahaya. Sedangkan air bekas pada bangunan tinggi seperti air hujan, air bekas closet, air bekas wastafel, air bekas laundry dll. Akan melalui pipa buang kemudian lansung ke saluran kota. Kran/Shower Sink Wastafel Ground Saluran Kota Bak Kontrol Gambar 46 Skema Air Bekas Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 109

23 Sistem Elektrikal Penyediaan listrik pada bangunan harus mempertimbangkan kebutuhan pada kegiatan, kenyamanan serta keamanan. Dengan pertimbangan tersebut, maka supply listrik yang dipergunakan adalah menggunakan fasilitas kota dengan jasa PLN sebagai sumber listrik utama untuk kebutuhan akan penerangan alat-alat listrik kantor, lift, pompa air dan sebagainya. Jika sewaktuwaktu terjadi pemadaman listrik digunakan tenaga listrik cadangan berupa genzet dengan memanfaatkan sub-sub panel pada unit-unit yang memerlukan panel tersendiri dan dihubungkan dengan mempergunakan sistem gerak kerja peralihan dengan Automatic Transfer Switch (ATS) PLN GARDU/ TRAFO METERAN LISTRIK EQUIPMENT AUTOMATIC TRANSFER SWITCH PANEL UTAMA PANEL TRANSFER PENERANGAN GENSET STOP KONTAK Gambar 47 Skema Kelistrikan Utama Gedung Sistem Telekomunikasi Pada system telekomunikasi bangunan tinggi biasanya diatur secara otomatis melalui ekstensi-ekstensi telepon tertentu. Pada bangunan rumah sakit ini direncanakan menggunakan system PABX. PABX (Private Automatic Branch Exchange) adalah Alat Penyambung (Switch) untuk mengatur komunikasi telpon masuk dan telpon keluar secara efisien dan efektif di Kantor, Ruko, Rukan, Rumah besar/bertingkat, Asrama, Kost, dan bangunan lainnya. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 110

24 Pada dasarnya semua PABX digital mempunyai grup fungsional yang sama, tapi fungsi-fungsi tersebut diterapkan dan diatur dalam jalan yang berbeda dalam sistem yang bervariasi. Fungsi PABX sebagai sistem penyambungan telepon untuk mengatur proses penyambungan komunikasi telepon. Gambar 48 Skema Sistem Kerja PABX Cara kerja PABX adalah bahwa sesungguhnya perangkat ini merupakan modem yang berfungsi sebagai control station pusat. Setiap kali ada telepon baru yang masuk, maka telepon tersebut akan di-routing (diarahkan) melalui control station ini. Karena di dalam sistem PABX tersebut telah dimasukan kode tertentu untuk masing-masing nomor telepon di kantor, atau untuk masingmasing extension, maka telepon masuk tersebut akan diarahkan ke tujuan yang tepat dengan menggunakan kode tersebut Sistem Penangkal Petir Radius perlindungan tidak hanya berdasarkan kapasitas rata-rata yang tercantum pada tabel. Radius perlindungan sebuah terminal unit penangkal petir elektrostatis juga sangat tergantunng pada posisi penempatannya dari atas Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 111

25 bangunan, Semakin tinggi letak posisi terminal petir maka akan menghasilkan jarak perlindungan yang semakin besar. Selain itu ada teori penunjang lain yang menyebitkan bahwasana intensitas petir (curah petir tahunan) di sebuah wilayah juga bisa mempengaruhi radius proteksi terminal unit penangkal petir. Bila sebuah wilayah memiliki intensitas sambaran petir yang sangat tinggi misalnya daerah pegunungan atau daerah perbukitan maka standart kinerja radius proteksi terminal unit penangkal petir harus di nilai 80% dari kinerja optimal, karena akan ada waktu singkat (jeda pendek) untuk mengisi ulang kapasitor. Didalam teori atu buku tentang penangkal petir ESE (Early Streamer Emission Lightning Conduktor) terminal di atur dalam standart NFC (dari prancis) dan UNE (dari Spanyol), Sampai sat ini hanya 2 negeri ini di dunia yang mengadopsi ESE kedalam standart acuan proteksi penangkal petir. Maka dari itu Terminal Petir Elektrostatis yang berasal dari luar negeri (Import) jika di pasang di indonesia sebetulnya secara teori dalam mentukan radius perlindungan petir sudah tidak sesuai lagi dengan radius perlindungan, jika Terminal Petir tersebut di pasang di negara lain, sebab variable dalam rumus radius proteksi petir sudah berbeda dengan negara kita. Penangkal Petir Flash Vectron merupakan penangkal petir elektrostatis yang didesain kusus untuk di pasang di indonesia karena teknologinya sudah di sesuaikan dengan parameter yang ada di daerah tropis. Tabel 5 Tabel Radius Perlindungan Penangkat Petir Flash Vectron Sumber: Bentuk radius proteksi penangkal petir Flash Vectron bila dilihat seperti payung atau sangkar yang melindungi struktur bangunan atau sebuah areal dari sambaran petir langsung (eksternal protection). Jadi bila ada sambaran petir yang mengarah kebangunan yang telah terpasang penangkal petir Flash Vectron maka sambaran petir tersebut akan mengenai unit terminal Flash Vectron sebagai alat penerima sambaran dan akan disalurkan melalui kabel penyalur ke grounding. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 112

26 Bentuk radius proteksi penangkal petir Flash Vectron bila di lihat dari atas. Instalasi penangkal petir yang telah terpasang ada yang bertujuan untuk melindungi struktur bangunan saja dan ada yang bertujuan melindungi seluruh areal bangunan. maka sebelum dipasang penangkal petir sebaiknya kita mengetahui luas bangunan atau areal yang akan di lindungi. Radius proteksi penangkal petir harus saling beradu atau saling bertabrakan antara radius proteksi titik satu dengan titik yang lain. Gambar 49 Skema Gambar Penagkal Petir Sumber: Sistem Transportasi Vertikal Transportasi vertikal pada bangunan atau gedung adalah suatu utilitas yang berfungsi sebagai lalu lintas para pengguna di dalamnya untuk berpindah dari lantai satu ke lantai lainnya. Tujuan dari transportasi vertikal ini adalah untuk efisiensi waktu, tenaga, keamanan, dan kesehatan. Penggunaan transportasi vertikal umumnya hanya untuk bangunan tiga lantai keatas, dibawah itu menggunakan tangga biasa. Transportasi vertikal memiliki berbagai macam jenisnya, ada yang menggunakan tangga mekanis dan tabung disertai kabel. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 113

27 Pada perencanaan bangunan tinggi system transportasi vertical yang digunakan ada beberapa macam Karena setiap system transportasi vertical mempunyai masing masing fungsi pada setiap bagiannya. Adapun system transportasi yang digunakan adalah: 1. Eskalator (Tangga Berjalan) Eskalator adalah transportasi vertikal untuk mengangkut orang yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak keatas dan kebawah dengan mengikuti jalur atau rail yang digerakkan dengan motor. Untuk jarak yang pendek eskalator lebih efektif dibanding elevator dan dapat menampung pengguna dalam jumlah banyak. Escalator biasa digunakan di tempat ramai seperti pusat perbelanjaan, tempat transit, dan bandara. Eskalator dibangun dari beberapa bagian yakni kerangka penyangga, gigi penggerak, anak tangga, track, alat-alat pengontrol, rem darurat, ballustrade (pagar), dan pegangan tangan (hand reil). Selain itu, eskalator mempunyai governor yakni alat otomatis untuk menghentikan eskalator pada keadaan-keadaan darurat seperti kaki terjepit dan sebagainya. Selain itu eskalator juga mempunyai perlengkapan pelindung, pelindung ini selain untuk melindungi pengguna juga untuk melindungi eskalator sendiri, antara lain perlindungan dari kebakaran. 2. Lift Gambar 50 Eskalator Sumber: Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 114

28 Lift atau disebut juga elevator adalah alat utama yang digunakan untuk transportasi vertikal dalam bangunan gedung bertingkat banyak (Highrise Building). Lift ini memiliki bentuk berupa tabung yang dapat mengangkut penumpang dan bergerak dari atas kebawah atau dari bawah keatas secara mekanis dengan bantuan tenaga mesin. Lift sendiri juga memiliki bermacam jenisnya. Yang pertama adalah Passanger Elevator atau lift yang digunakan untuk mengangkut orang. Kedua adalah Service elevator yaitu lift untuk pelayanan dan ketiga Freight Elevator atau lift untuk barang. Untuk bagian-bagiannya, lift terdiri oleh kereta (elevator car), kabel, mesin elevator, alat pengontrol, beban pengimbang, rel (guide reil), ruang mesin, dan pit lift (sumur per penahan). Gambar 51 Lift/ Elevator Sumber: Pada perancangan ini perhitungan lift menggunakan system yang ada pada SNI bangunan gedung Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 115

29 Perhitungan kebutuhan lift penumpang o> Bangunan Rumah Sakit 6 Lantai : Jumlah lantai/zona = 6 lantai Luas netto lantai typical = 3720 m2 Tinggi lantai ke lantai = 4.00 m2 Kecapatan lift = 5 m/dtk Interval = dtk o> Perhitungan per zona sesuai SNI : Total luas lantai = 6 x 3720 = m2 Asumsi kepadatan penghuni = 10 m2/org Jumlah penghuni bangunan (PB) = : 10 = 2232 org 69.8 Tuntutan arus sirkulasi (TAS) per 5 = 12.5% x PB = 12.5% x 2232 = 279 org per 5 mnt Kapasitas lift = 20 orang Terkaan jumlah hentian Probable stop = 9.7 (tabel) Total lintasan (TL) = 5 lantai Panjang TL = 5 x 4.00 = 20 m Unit run = 20 : 9.7 = 2.1 m (D = distance) Akselerasi (a) u/ kecepatan lift 3m/dtk = 1.1 m/dtk Leveling time = dtk Unit time = 2 5.8/1.1 = 2.7 dtk Leveling time (approx) = 0.8 dtk = 3.5 dtk Tempo lintas naik turun (TLNT) a. Tempo naik = 9.7 x 3.5 = 34.3 dtk b. Tempo turun = (56-5.8)/5+5.4 = 7.1 dtk c. Tempo pintu = 9.7 x 3.5 dtk = 34.0 dtk d. Tempo hentian lantai = 20 x 0.8 dtk/org = 16 dtk e. Tempo hentian lobby = 20 x 1.0 dtk/org = 20 dtk Sub total = 70.0 dtk Toleransi 10% = 7.0 dtk Sub total = 76.9 dtk Jumlah TLNT = dtk Daya angkut satuan (DAS) = (300 x 16)/136.7 = 50.7 org per 5 mnt Jumlah lift (N) = TAS/DAS = 279 / 51 = 5.51 ~ 6 unit lift Daya angkut gabungan (DAG = 12.5% = (27 x 25.6 org)/5488 org x 100% = 279 / 2232 x 100% = = 12.5% OK karena DAG lebih besar atau sama dengan TAS Kebutuhan lift barang 1 = 1 x jumlah lift penumpang 6 6 x 6 = 1 lift barang 3. Tangga Darurat Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 116

30 Tangga darurat merupakan system transportasi vertical yang digunakan dalam keadaan darurat. Ketentuan radius dari tangga darurat adalah 25m-30m dan mencapai 40 m jika menggunakan sprinkler pada bangunan. 4. Dumb waiter Dumpwaiter merupakan transportasi yang digunakan untuk barang dengan kapasitas tertentu dan zona tertentu Gambar 52 Dumb Waiter Sumber: 5. Ramp Ramp merupakan kelengkapan keamanan dari gedung rumah sakit yang digunakan untuk sarana evakuasi pasien. Ramp pada bangunan rumah sakit memiliki kemiringan sebesar 7 derajat dan lebar minimal adalah 1,2 meter. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 117

31 Gambar 53 Standar Aplikasi Ramp Pada Rumah Sakit Sumber: Sistem Proteksi Kebakaran Sistem Proteksi Pasif Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai sistem proteksi pasif terhadap bahaya kebakaran yang berbasis pada desain atau pengaturan terhadap komponen arsitektur dan struktur rumah sakit sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran. Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam rumah sakit. a. Rumah sakit harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran. b. Kompartemenisasi dan konstruksi pemisah untuk membatasi kobaran api yang potensial, perambatan api dan asap, agar dapat: Melindungi penghuni yang berada di suatu bagian bangunan terhadap dampak kebakaran yang terjadi ditempat lain di dalam bangunan. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 118

32 Mengendalikan kobaran api agar tidak menjalar ke bangunan lain yang berdekatan. Menyediakan jalan masuk bagi petugas pemadam kebakaran c. Proteksi Bukaan Seluruh bukaan harus dilindungi, dan lubang utilitas harus diberi penyetop api (fire stop) untuk mencegah merambatnya api serta menjamin pemisahan dan kompartemenisasi bangunan. d. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem proteksi pasif mengikuti Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit: Bangunan Rumah Sakit Yang Aman Dalam Situasi Darurat dan Bencana, yang disusun oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Tahun Sistem Proteksi Aktif Sistem proteksi aktif adalah peralatan deteksi dan pemadam yang dipasang tetap atau tidak tetap, berbasis air, bahan kimia atau gas, yang digunakan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran pada bangunan rumah sakit. a. Pipa tegak dan slang Kebakaran Sistem pipa tegak ditentukan oleh ketinggian gedung, luas per lantai, klasifikasi hunian, sistem sarana jalan ke luar, jumlah aliran yang dipersyaratkan dan sisa tekanan, serta jarak sambungan selang dari sumber pasokan air. b. Hidran Halaman Hidran halaman diperlukan untuk pemadaman api dari luar bangunan gedung. Sambungan slang ke hidran halaman harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh instansi kebakaran setempat. Gambar 54 Hidran Halaman Sumber : c. Sistem Springkler Otomatis. Sistem springkler otomatis harus dirancang untuk memadamkan kebakaran atau sekurang-kurangnya mempu mempertahankan Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 119

33 kebakaran untuk tetap, tidak berkembang, untuk sekurang-kurangnya 30 menit sejak kepada springkler pecah. Gambar 55 Springkler Sumber : Gambar 56 Skema Sistem Sprinkler Bangunan Bertingkat Sumber : d. Pemadam Api Ringan (PAR) Alat pemadam api ringan kimia (APAR) harus ditujukan untuk menyediakan sarana bagi pemadaman api pada tahap awal. Konstruksi APAR dapat dari jenis portabel (jinjing) atau beroda. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 120

34 Gambar 57 Alat Pemadam Api Ringan Sumber : e. Sistem Pemadam Kebakaran Khusus. Sistem pemadaman khusus yang dimaksud adalah sistem pemadaman bukan portable (jinjing) dan beroperasi secara otomatis untuk perlindungan dalam ruang-ruang dan atau penggunaan khusus. Sistem pemadam khusus meliputi sistem gas dan sistem busa. f. Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran Sistem deteksi dan alarm kebakaran berfungsi untuk mendeteksi secara dini terjadinya kebakaran, baik secara otomatis maupun manual. g. Sistem Pencahayaan Darurat Pencahayaan darurat di dalam rumah sakit diperlukan khususmya pada keadaan darurat, misalnya tidak berfungsinya pencahayaan normal dari PLN atau tidak dapat beroperasinya dengan segera daya siaga dari diesel generator. h. Tanda Arah. Bila suatu exit tidak dapat terlihat secara langsung dengan jelas oleh pengunjung atau pengguna bangunan, maka harus dipasang tanda penunjuk dengan tanda panah menunjukkan arah, dan dipasang di koridor, jalan menuju ruang besar (hal), lobi dan semacamnya yang memberikan indikasi penunjukkan arah ke eksit yang disyaratkan. Gambar 58 Tanda Jalur Evakuasi Sumber : i. Sistem Peringatan Bahaya Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 121

35 Sistem peringatan bahaya dapat juga difungsikan sebagai sistem penguat suara (public address), diperlukan guna memberikan panduan kepada penghuni dan tamu sebagai tindakan evakuasi atau penyelamatan dalam keadaan darurat. Ini dimaksudkan agar penghuni bangunan memperoleh informasi panduan yang tepat dan jelas. 4.3 Penerapan Green Building Sebagai Tema Utama OTTV Bangunan. Gambar 59 Site Plan OTTV (Overall Thermal Transfer Value) atau nilai perpindahan panas melalui selubung bangunan, menjadi salah satu point dalam evaluasi bangunan pada GBCI (Green Building Council Indonesia) untuk memperoleh sertifikasi dari bangunan hijau atau Green building. Pada penerapanya dalam bangunan material bangunan, luas dari bukaan (Wall Windows Ratio) dan material transparan (Kaca) amat sangat berpengaruh terhadap nilai perpindahan panas yang akan masuk kedalam bangunan yang hubunganya dengan konsumsi energi nantinya. Berikut ini adalah perhitungan Nilai OTTV pada bangunan rumah sakit UKI ini: Data: 1. Wall Windows Ration (WWR) Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 122

36 Tabel 6 Tabel Wall Windows Ratio (WWR) -Rumah Sakit Pendidikan No Lantai Sisi WWR WWR (%) 1 Lantai 1 2 Lantai 2 3 Lantai 3 4 Lantai 4 5 Lantai 5 6 Lantai 6 Tenggara % Barat Daya % Barat Laut % Timur laut % Tenggara % Barat Daya % Barat Laut % Timur laut % Tenggara % Barat Daya % Barat Laut % Timur laut % Tenggara % Barat Daya % Barat Laut % Timur laut % Tenggara % Barat Daya % Barat Laut % Timur laut % Tenggara % Barat Daya % Barat Laut % Timur laut % 2. Nilai Absortansi Radiasi Matahari Bahan Tak Tembus Cahaya (α). Tabel 7 Tabel Nilai Absortansi Radiasi Matahari Bahan Tak Tembus Cahaya Sumber: SNI Cat Permukaan Dinding Luar α Cat Permukaan Dinding Luar α Hitam Merata 0.95 Pernis Hijau 0.79 Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 123

37 Pernis Hitam 0.92 Hijau Medium 0.59 Abu-Abu Tua 0.91 Kuning Medium 0.58 Pernis Biru Tua 0.91 Hijau/Biru Tua 0.57 Cat Minyak Hitam 0.90 Hijau Muda 0.47 Coklat Tua 0.88 Putih Semi Kilap 0.30 Abu-Abu/Biru Tua 0.88 Putih Kilap 0.25 Biru/ Hijau Tua 0.88 Perak 0.25 Coklat Medium 0.84 Pernis Putih Nilai Transmitansi Termal (Uw). Nilai Transmitansi Termal dihitung dari dinding yang tidak tembus cahaya dengan menggunakan persamaan berikut ini: U=1/Rtotal Tabel 8 Nilai Transmitansi Thermal Dinding Bata Plester Wall U-VALUE Sifat Permukaan Terluar Halus Eksternal Surface Resistance 0.12 M2K/W Width 0.15 M Dinding Bata Include Plester Thermal (SNI ) conductivity 0.81 W/M.K Resistance layer M2K/W Internal Surface Resistance 0.12 M2K/W Uw = 0.43 W/M2K 4. Nilai Temperatur Ekuivalen (TDek). Nilai Temperatur Ekuivalen merujuk pada SNI diambil senilai 10K. 5. Nilai Koefisien Peneduh dari Sistem Fenetrasi-Jika Ada (SC). Nilai koefisien peneduh merupakan nilai yang dihasilkan dari bahan yang digunakan, ketebalan dan jenis system peneduh yang digunakan, pada SNI nilainya diambil 0.5 sebagai nilai standar. Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 124

38 Tabel 9 Kaca Indofloot 6. Faktor Radiasi Matahari (SF). Faktor radiasi matahari dihitung antara jam WIB sampai dengan jam WIB. Untuk bidang Vertikal pada berbagai orientasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10 Faktor Radiasi Matahari (SF, W/m2) Untuk Berbagai Orientasi 1) Orientasi U TL T TG S BD B BL ) Berdasarkan data radiasi matahari di Jakarta Sumber: SNI Transmitansi Termal Fenetrasi (Uf). Nilai Transmitansi Termal Fenetrasi merujuk pada SNI diambil senilai 5.8Watt/M 2 K (Sumber: Data Sheet Indoflot Tabel 4). 8. Beda Temperatur antara Bagian luar dan Dalam ( T). Beda temperatur pada penelitian ini menggunakan data yang diambil dari observasi lapangan oleh peneliti, setiap sisi memiliki beda temperature masing-masing yang nanti akan berpengaruh pada performa selubung bangunan pada bangunan ini. Adapun nilai perbedaannya adalah 5 (SNI ). PERHITUNGAN OTTV: Dari data-data yang diperoleh di atas maka nilai OTTV dari bangunan SDA- Cawang, Jakarta sebagai berikut: Persamaan [1] OTTV Partial OTTV = α (((Uw x (1-WWR)) x TDek)+ (SC x WWR x SF) + (Uf x WWR x T)) Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 125

39 Persamaan [2] OTTV Total OTTV= (A01 x OTTV1) + (A02 x OTTV2)+...+ (A0i x OTTVi) A01+ A A0i NILAI OTTV DINDING GEDUNG RUMAH SAKIT UKI - CAWANG, JAKARTA No Lantai Sisi Orientasi 1 Lantai 1 OTTV (Watt/M2) Result Tenggara OK Barat Daya OK barat Laut OK Timur Laut 4.44 OK OTTV Total Standard SNI (SNI ) OK 35 No Lantai Sisi Orientasi 2 Lantai 2 OTTV (Watt/M2) Result Utara 3.75 OK Barat OK Selatan 4.37 OK Timur 1.84 OK OTTV Total Standard SNI (SNI ) 5.46 OK 35 No Lantai Sisi Orientasi 3 Lantai 3 OTTV (Watt/M2) Result Utara 5.93 OK Barat 5.07 OK Selatan 5.79 OK Timur 2.36 OK OTTV Total Standard SNI (SNI ) 4.88 OK 35 No Lantai Sisi Orientasi 4 Lantai 4 OTTV (Watt/M2) Result Utara 5.93 OK Barat 5.07 OK Selatan 5.79 OK Timur 2.36 OK OTTV Total Standard SNI (SNI ) 4.88 OK 35 Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 126

40 No Lantai Sisi Orientasi 5 Lantai 5 OTTV (Watt/M2) Result Utara 5.93 OK Barat 5.07 OK Selatan 5.79 OK Timur 2.36 OK OTTV Total Standard SNI (SNI ) 4.88 OK 35 No Lantai Sisi Orientasi 6 Lantai 6 OTTV (Watt/M2) Result Utara 5.93 OK Barat 5.07 OK Selatan 5.79 OK Timur 2.36 OK OTTV Total Standard SNI (SNI ) 4.88 OK 35 Program Studi Arsitektur Universitas Mercu Buana 127

TUGAS AKHIR PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SATELIT CAWANG, JAKARTA TIMUR

TUGAS AKHIR PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SATELIT CAWANG, JAKARTA TIMUR TUGAS AKHIR PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SATELIT CAWANG, JAKARTA TIMUR DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR STRATA 1 (S-1)

Lebih terperinci

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu, tempat atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih banyak terjadi.

Lebih terperinci

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih BAB IV: KONSEP 4.1. Pendekatan Aspek Kinerja 4.1.1. Sistem Pencahayaan System pencahayaan yang digunakan yaitu system pencahayaan alami dan buatan dengan presentase penggunaan sebagai berikut : a. Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Perancangan Asrama Mahasiswa Universitas Mercu Buana ini diharapkan dapat menjadi hunian asrama yang nyaman aman dan mudah dijangkau bagi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT Unknown Add Comment Arsitek, sipil Sistem struktur pada bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem utama seperti dibawah berikut ini

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan Relokasi Pasar Ikan Higienis Rejomulyo ini didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 160 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang di gunakan dalam perancangan ini adalah konsep yang berlandaskan pada tema sustainable building. Perancangan ini mengambil prinsip sustainable

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep tampilan eksterior dan interior bangunan berdasarkan hasil temuan analisis yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Massa Bangunan Konsep massa bangunan di ambil dari axis terhadap site di Tapak dan lingkungan sekitar. 1. Letak site yang berdempetan dengan kawasan candi prambanan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Program perencanaan dan perancangan Terminal Tipe B di Kawasan Stasiun Depok Baru merupakan hasil analisa dari pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG NILAI OTTV DI LABTEK IXC

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG NILAI OTTV DI LABTEK IXC AR 3121 FISIKA BANGUNAN LAPORAN TUGAS MENGHITUNG NILAI DI LABTEK IXC KELOMPOK 2 Indra Rhamadhan 15213025 Raudina Rahmi 15213037 Shafira Anjani 15213027 Putri Isti Karimah 15213039 Estu Putri 15213029 Fajri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 1. Topik dan Tema Hotel kapsul ini menggunakan pendekatan teknologi, yakni dengan menggunakan sistem struktur modular pada perencanaan dan perancangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Laporan Tugas Akhir Konsep dasar dari perancangan kampus fakultas kedokteran gigi dan mulut yaitu keselarasan dengan lingkungan sekitar dimana berada dalam kawasan kampus Universitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Hasil rancangan pada Perancangan Kompleks Gedung Bisnis Multimedia di Malang ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA] 5.1. Konsep Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep Dasar yang akan di terapkan pada bangunan Stasiun Televisi Swasta ini berkaitan dengan topik Ekspresi Bentuk, dan tema Pendekatan ekspresi bentuk pada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema BAB VI HASIL RANCANGAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema yang terkandung antara lain celebration

Lebih terperinci

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Sport Hall pada dasarnya merupakan sebuah tempat untuk melakukan kegiatan olahraga tertentu dalam ruangan tertutup dimana di dalamnya terdapat sarana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA A. Konsep Dasar Perencanaan Besaran ruang merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan besar ruang gerak dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tempat Istirahat KM 166 di Jalan Tol Cipoko-Palimanan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Konsep Dasar Perancangan 5.1.1. Konsep Kinerja Bangunan 1. Sistem Distribusi Listrik Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama atau trafo.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Lebih terperinci

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa OUT Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA 45 BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk dari sebuah pendekatan dari arsitektur

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant Fire Protection Pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran aktif Penanggulangan bahaya kebakaran dilakukan dengan media air( dari pasokan air utama tendon atas). Adapun alat yang dipersiapkan untuk

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal dan Konsep Umum Pertimbangan awal dalam mengambil ide awal antara lain, karena keberadaannya yang terletak di tengah daerah urban, yang dikelilingi oleh fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z Laporan Perancangan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut:

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut: 128 BAB V KONSEP 5.1. Konsep Dasar Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut: Gambar 5.1 Konsep Dasar Sumber : Hasil Analisis,

Lebih terperinci

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA BAB VI KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA 6.1. Ide Bentuk Disain Gambar 6.1 Ide disain 6.2. Konsep Perancangan Karakter Komunikatif, rekreatif, dan atraktif serta analogi bencana

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA V.1. Konsep Pengolahan Site Hal yang dibahas pada konsep pengolahan site adalah mengenai konsep penzoningan kelompok-kelompok ruang yang telah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar dalam perancangan Terminal Penumpang Pelabuhan di Paciran Lamongan adalah penggabungan Teknologi Bangunan dan pergerakan manusia teknologi bangunan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 6.1 Konsep Dasar Dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan dan perancangan Stasiun MRT Blok M Jakarta ini adalah sebuah bangunan publik

Lebih terperinci

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL 5.1. Pendekatan Perancangan 5.1.1. Kelompok Pelaku Kegiatan Pelaku yang ada di Terminal Bus Bahurekso yaitu: a) Pemimmpin

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak.

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perencanaan 5.1.1 Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak. Alamat : JL. Hayam

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor Tubagus A. Dimas, Dian Fitria, Thesa Junus D. Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Besar panas yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Konsep Dasar Dari Tema Perancangan Pusat Data & Informasi Bencana Alam ini menggunakan konsep bentuk menjadikan ekspresi yang mengarah kepada arsitekturalnya, tentunya dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning Handrail diperlukan di kedua sisi tangga dan harus ditancapkan kuat ke dinding dengan ketinggian 84.64 cm. 6. Pintu Ruangan Pintu ruang harus menggunakan panel kaca yang tingginya disesuaikan dengan siswa,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V. KONSEP DASAR PERANCANGAN Sebuah Universitas pada dasarnya merupakan sebuah wadah pendidikan bagi masyarakat untuk mengemban ilmu,bangunan universitas haruslah di rancang sebaik

Lebih terperinci