BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh peneliti dalam penelitian. Landasan teori ini menjelaskan mengenai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh peneliti dalam penelitian. Landasan teori ini menjelaskan mengenai"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Tinjauan teoretis merupakan penegasan landasan teori yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian. Landasan teori ini menjelaskan mengenai pengertian dan pengukuran masing-masing variabel yang akan digunakan dalam penelitian Teori Kebijakan Dividen Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba ditahan untuk diinvestasikan kembali. Dengan demikian pertanyaannya seharusnya adalah kapan (artinya, dalam keadaan seperti apa) laba akan dibagikan dan kapan akan ditahan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan (Husnan dan Enny 2004:297). Martono dan Agus (2010:253) menyatakan kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Pembayaran dividen umumnya dilakukan dengan tunai, yang akan mempengaruhi keputusan investasi dan kondisi keuangan perusahaan. Kebijakan dividen masih mengundang perdebatan, karena memiliki lebih dari satu pendapat. 11

2 12 Berbagai pendapat tentang dividen yang dikemukakan oleh Husnan dan Enny (2004:298) dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Pendapat yang menginginkan dividen dibagikan sebesar-besarnya Argumentasi pendapat ini bahwa harga saham dipengaruhi oleh dividen yang dibayarkan. Peningkatan pendapatan dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan juga meningkat. Perusahaan tidak dapat membagikan dividen yang semakin besar apabila laba yang diperoleh tidak meningkat. Memang benar kalau perusahaan mampu meningkatkan pembayaran dividen karena peningkatan laba, harga saham akan naik. Meskipun demikian kenaikan harga saham tersebut disebabkan karena kenaikan laba dan bukan kenaikan pembayaran dividen. Perusahaan tidak diharuskan untuk membagikan semua laba sebagai dividen, hanya karena perusahaan harus membagikan dividen sebesar-besarnya. Laba dibenarkan untuk ditahan, jika dana tersebut dapat digunakan untuk investasi, dan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih besar dari biaya modalnya. 2. Pendapat yang mengatakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan Pendapat ini mengatakan bahwa perusahaan dapat membagikan dividen yang banyak ataupun sedikit, asalkan dimungkinkan untuk menutup kekurangan dana dari sumber ekstern. Jadi yang penting adalah investasi yang tersedia diharapkan akan memberikan NPV yang positif, tidak perduli apakah dana yang dipergunakan untuk membiayai berasal dari dalam perusahaan (menahan laba) ataukah dari luar perusahaan (menerbitkan saham baru). Dampak pilihan

3 13 keputusan tersebut sama saja bagi kekayaan pemodal, atau keputusan dividen adalah tidak relevan (the irrelevant ofdividend). 3. Pendapat yang mengatakan bahwa perusahaan seharusnya justru membagikan dividen sekecil mungkin Pendapat bahwa dividen tidak relevan mendasarkan diri atas pemikiran bahwa membagikan dividen dan menggantinya dengan menerbitkan saham baru mempunyai dampak yang sama terhadap kekayaan pemegang saham (lama). Analisis tersebut sayangnya, demikian penganut pendapat bahwa dividen seharusnya dibagikan sekecil-kecilnya, mengabaikan adanya biaya emisi (floatation costs). Salah satu tujuan investor yang menginvestasikan dananya terhadap suatu perusahaan yaitu dikarenakan ingin memperoleh dividen. Menurut Hanafi (2013:361) bahwa dividen sebagai kompensasi yang diperoleh oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Dengan demikian aspek penting dari

4 14 kebijakan deviden adalah menentukan alokasi laba yang sesuai di antara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan perusahaan (Martono dan Agus, 2010:253) Sugiono (2009:173) menyatakan bahwa dividen merupakan pendapatan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen merupakan harapan bagi para investor, sehingga dalam pembagian dividen biasanya dibagikan dalam bentuk dividen tunai atau yang sering disebut sebagai dividend payout ratio. Gitosudarmo dan Basri (2008:232) menyatakan dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat. Rahmawati, Ivonne, dan Paulina (2014) mengatakan bahwa DPR banyak digunakan dalam penelitian sebagai cara pengestimasian dividen untuk periode yang akan datang, sedangkan banyak analis mengestimasikan pertumbuhan dengan menggunakan laba ditahan lebih baik daripada dividen Teori Keagenan Kebijakan dividen terkait dengan hubungan antara manajer dengan pemegang saham yang biasa disebut dengan teori keagenan. Para manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat

5 15 keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory) (Brigham dan Houston, 2009:26). Konflik kepentingan dapat timbul sebagai akibat dari adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer, misalkan manajer menghendaki menggunakan dana yang besar untuk mendanai investasinya, sehingga membagikan dividen yang kecil, sedangkan pemegang saham menghendaki pembagian dividen yang besar. Pertentangan kepentingan antara pihak manajer dengan pemegang saham dapat menimbulkan permasalahan dalam agency theory yang dikenal sebagai Asymmetric Information. Asymmetric Information yaitu suatu keadaan dimana terdapat ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen/agen sebagai penyedia informasi memiliki informasi lebih banyak mengenai perusahaan dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi. Agen lebih banyak memperoleh informasi karena berhubungan langsung dengan operasional perusahaan. Dengan asumsi individu untuk mensejahterakan dirinya, maka dengan asimetri informasi akan mendorong agen untuk menyembunyikan informasi yang tidak dimiliki oleh principal. Konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham serta asimetri informasi dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan (monitoring) yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait. Munculnya mekanisme pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu kos yang disebut agency cost.

6 16 Masalah agency cost dapat diminimalisasi dengan struktur corporate governance. Menurut teori keagenan, untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer dapat dilakukan melalui pengelolaan perusahaan yang baik. Corporate governance merupakan suatu mekanisme yang digunakan oleh supplier keuangan untuk melakukan control terhadap manajer guna memastikan bahwa supplier keuangan perusahaan memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan manajer, Shleifer dan Vishny dalam (Trihapsari, 2006). Jensen et al., (dalam Wicaksana:2012) menyatakan bahwa dividen dapat digunakan untuk memperkecil masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Semakin banyak dividen yang ingin dibayarkan oleh suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan berkurangnya laba ditahan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mencari sumber dana eksternal untuk melakukan investasi baru. Pembiayaan dividen mungkin dapat digunakan sebagai alat untuk memonitor atau mengevaluasi hasil kerja manajemen meskipun pembayaran dividen yang tinggi mengakibatkan pembiayaan eksternal yang mahal menurut Weston dan Copeland (dalam Wicaksana:2012) Corporate Governance Konsep corporate governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).

7 17 Syakhroza (2003) mendefinisikan corporate governance sebagai suatu sistem yang dipakai oleh board untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing, controlling, and supervising) pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis, dan produktif-e3p dengan prinsipprinsip transparan, accountable, responsible, independent, dan fairness TARIF dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam Corporate Governance Perception Index (dalam Oemar, 2014) mendefinisikan good corporate governance sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Kementerian Negara BUMN memiliki peran sebagai pengawas pelaksanaan GCG bagi Badan Umum Milik Negara (BUMN), sesuai Keputusan Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 yang memiliki prinsip-prinsip good corporate governance, meliputi: (a) Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan; (b) Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif; (c) Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsipprinsip korporasi yang sehat; (d) Kemandirian (independency), yaitu keadaan di

8 18 mana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; (e) Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam hak-hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan. Corporate Governance dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari pertanggungjawaban manajer kepada stakeholder perusahaan, dimana pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) manajer sebagai pengambil keputusan memberikan pertanggungjawabannya dalam mengelola perusahaan kepada pemegang saham. Pertanggungjawaban yang diberikan manajer kepada pemegang saham salah satunya mengenai pembagian keuntungan yang biasanya disebut dengan kebijakan dividen. Berkaitan dengan karakteristik BUMN kepemilikan sebagaian besar pemegang sahamnya merupakan pemerintah, menyebabkan pemerintah yang akan mengambil peranan penting dalam pengambilan keputusan khususnya mengenai kebijakan dividen. Dengan proporsi kepemilikan saham yang sangat besar, pemerintah dapat mengambil keputusan mengenai kebijakan dividen tanpa memerlukan pendapat dari pemegang saham minoritas, sehingga dalam pengambilan keputusan dapat bertentangan dengan kepentingan pemegang saham minoritas. Terlebih lagi apabila pemerintah memiliki kecenderungan untuk menggunakan laba yang diperoleh untuk investasi perusahaan sebagai perluasan usaha, serta memenuhi kewajiban perusahaan, sehingga dividen yang akan dibagikan berjumlah lebih

9 19 sedikit. Disisi lain, pemegang saham minoritas dikatakan lebih menyukai proporsi dividen dalam jumlah besar yang dibagikan atas laba yang diperoleh. Hal ini dapat terjadi apabila corporate governance perusahaan kuat, dimana hal itu berarti ada perlindungan atas hak-hak pemegang saham minoritas. Pemikiran inilah yang dapat dikatakan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya yang mengenai kebijakan dividen. Untuk Badan Umum Milik Negara (BUMN) telah ditetapkan Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Kementrian Badan Usaha Milik Negara Nomor: SK- 16/S.MBU/2012. Indikator/parameter GCG dimaksudkan untuk digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan penilaian dan evaluasi atas penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada Badan Usaha Milik Negara. Indikator/parameter tersebut terdiri dari: 1. Komitmen Penerapan Tata Kelola Perusahaan Komitmen perusahaan terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik secara berkelanjutan merupakan proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk menentukan kebijakan dalam rangka meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perseroan, sehingga akan dapat meningkatkan nilai tambah bagi Pemegang Saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan para stakeholders sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10 20 2. Pemegang Saham Pemegang saham mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan perusahaan dari direksi dan dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan kepentingan perusahaan. Keputusan pemegang saham dan keputusan Menteri Negara BUMN selaku pemilik modal dapat dilakukan dalam bentuk surat keputusan atau surat biasa, yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai keputusan RUPS/Menteri Negara BUMN. 3. Dewan Komisaris Organ perusahaan yang bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG merupakan tugas dari dewan direksi. Pengangkatan dan pemberhentian dewan komisaris dilakukan oleh RUPS yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Negara BUMN. Dewan komisaris wajib menyampaikan laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku kepada RUPS. 4. Direksi Direksi merupakan perwakilan dari organ perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan. Direksi mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam menyusun perencanaan perusahaan. Pengangkatan dan pemberhentian direksi dilakukan oleh RUPS sesuai dengan persyaratan yang telah diatur dengan Keputusan Menteri Negara BUMN.

11 21 5. Pengungkapan Informasi Pengungkapan informasi dapat diartikan sebagai keterbukaan informasi baik dalam proses pengambilan keputusan maupun mengungkapkan informasi mengenai perusahaan. Pengungkapan informasi wajib dilakukan untuk dapat memenuhi hak-hak dari para pemegang saham atas informasi yang benar dan tepat mengenai perusahaan, ikut dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan yang mendasar atas perusahaan, serta hak atas keuntungan perusahaan. Indikator/parameter tersebut dihitung berdasarkan skor pencapaian, aspek inilah yang akan menjelaskan apakah suatu perusahaan BUMN tersebut telah menerapkan good corporate governance dengan baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan penilaian dilakukan oleh penilai (assessor) independen yang ditunjuk oleh dewan komisaris/dewan pengawas. Apabila dipandang lebih efektif dan efisien, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan jasa Instansi Pemerintah yang berkompeten di bidang GCG Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Selain corporate governance yang mempengaruhi kebijakan dividen, ada faktor lain yang mempengaruhi kebijakan dividen. Faktor-faktor tersebut terdiri dari cash position, profitabilitas, dan hutang. Berikut adalah penjabaran teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. 1. Cash Position Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk

12 22 menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Dimana dapat dikatakan bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, makin tinggi dividend payout ratio nya (Riyanto 2011:267). Marlina dan Clara (2009:2) menyatakan cash position dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak. Sudarsih (2002:79) menyatakan cash position merupakan rasio kas akhir tahun dengan earning after tax. Bagi perusahaan yang memiliki posisi kas yang lebih kuat maka akan semakin besar kemampuan untuk membayar dividen, hal ini disebabkan karena posisi kas merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen, sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen. Likuiditas mempengaruhi kebijakan dividen dikarenakan likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang mendapat laba banyak belum tentu memiliki kas yang memadai, karena dividen dibayar dengan kas, maka guna untuk membayar dividen harus memiliki kas yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa posisi likuiditas mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Husnan (2003:352) menyebutkan bahwa suatu perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang, mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, tetapi

13 23 apabila perusahaan tidak ingin mengurangi pembayaran dividen hanya karena hal tersebut bisa ditafsirkan oleh investor sebagai memburuknya prospek perusahaan, maka perusahaan perlu membagikan dividen yang relatif rendah untuk mengurangi kemungkinan kesulitan likuiditas. 2. Profitabilitas Profitabilitas diperlukan karena profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan guna memperoleh laba (profit). Pembagian dividen perusahaan menjadikan laba sebagai dasar pengambilan keputusan, apakah akan dibagikan dalam bentuk dividen tunai ataupun dividen saham. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur profitabilitas yaitu dengan menggunakan Return On Assets (ROA) yang merupakan suatu ukuran menyeluruh dari prestasi perusahaan, rasio ini menunjukkan laba yang diperoleh atas seluruh dana yang telah diinvestasikan. Investor cenderung lebih menyukai perusahaan yang memiliki nilai ROA yang tinggi, karena perusahaan yang memiliki nilai ROA tinggi mampu menghasilkan tingkat keuntungan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ROA yang rendah. Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang digunakan perusahaan untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber yang dimilikinya dalam menghasilkan laba. Karena profitabilitas menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang, maka profitabilitas mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Nuringsih (2005) menyebutkan profitabilitas atau keuntungan

14 24 perusahaan merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas diukur menggunakan Return On Assets yang diperoleh dengan cara earnings after tax yang diperoleh perusahaan dibagi dengan total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Kondisi profitabilitas yang baik akan mendorong para investor untuk melakukan investasi ke dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian, investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono, 2001:122). Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham merupakan keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya seperti hutang beserta beban bunga dan pajak. Oleh karena itu, dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, sehingga keuntungan tersebutlah yang akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham. 3. Hutang Hutang merupakan sumber dana yang berasal dari kreditur dan merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang belum terpenuhi. Penggunaan hutang akan menimbulkan risiko bagi perusahaan apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang, sehingga akan mengakibatkan terancamnya likuiditas perusahaan, semakin tinggi penggunaan hutang maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya kebangkrutan (Munawir, 1979:18). Peningkatan hutang akan menimbulkan

15 25 pengaruh terhadap laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham. Jika laba bersih cenderung sedikit mengakibatkan pengaruh terhadap dividen yang akan diterima oleh para pemegang saham. Hal ini diakibatkan karena kewajiban untuk membayar hutang akan lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Pada penelitian ini peneliti menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai rasio yang digunakan untuk menilai utang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono, 2001:66). Menurut Kasmir (2012:157) rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Marlina dan Clara (2009), melakukan penelitian tentang analisis pengaruh cash position, debt to equity ratio, dan return on assets terhadap dividend payout ratio. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan yakni cash position, debt to equity ratio, dan return on assets, sedangkan variabel dependenya menggunakan dividend payout ratio. Penelitian ini menggunakan 24 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun yang menggunakan uji penelitian berupa regresi linear berganda. Hasil

16 26 penelitian ini menunjukkan bahwa variabel cash position, debt to equity ratio, dan return on assets secara simultan mempengaruhi dividend payout ratio. Berdasarkan hasil uji parsial cash position dan return on assets mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan variabel debt to equity ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio. Wijayanti dan Supatmi (2009), melakukan penelitian tentang pengaruh corporate governance terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini menggunakan variabel independen berupa prinsip-prinsip corporate governance yang diukur menggunakan indikator menurut Tristiarini dan Isgiyarta, sedangkan variabel dependen menggunakan kebijakan dividen, serta tingkat hutang, ukuran perusahaan, dan profitabilitas sebagai variabel kontrol yang diduga juga ikut mempengaruhi kebijakan dividen. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 47 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 yang menggunakan uji penelitian berupa multivariate regression analysis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama corporate governace, tingkat hutang, ukuran perusahaan, dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan. Berdasarkan uji parsial corporate governance berpengaruh terhadap kebijakan dividen, tingkat hutang dan profitabilitas terbukti sebagai variabel kontrol pada penelitian ini, sedangkan ukuran perusahaan tidak ditemukan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini.

17 27 Rahmawati, Ivonne, dan Paulina (2014), melakukan penelitian mengenai kinerja keuangan pengaruhnya terhadap kebijakan dividen pada perusahaan BUMN di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel independen berupa total asset turn over, net profit margin, return on investment dan debt to equity ratio, sedangkan variabel dependen yang digunakan yakni dividend payout ratio. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI sebanyak 20 perusahaan pada tahun 2014 dengan menggunakan penggunaan model analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh total asset turn over, net profit margin, return on investment, dan debt to equity ratio secara bersama-sama terhadap dividend payout ratio. Sedangkan berdasarkan uji parsial total asset turn over, net profit margin, dan debt to equity ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio, sedangkan return on investment tidak signifikan terhadap dividend payout ratio. Oemar (2014), melakukan penelitian mengenai pengaruh corporate governance dan keputusan pendanaan perusahaan terhadap kinerja profitabilitas dan implikasinya terhadap harga saham. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan BUMN yang listing di BEI tahun sebanyak 13 perusahaan dengan menggunakan teknik analisis data berupa statistic inferensial. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini disusun indikator yakni: komite audit, kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, struktur modal, dan kebijakan dividen, sedangkan variabel dependen berupa kinerja perusahaan yang diproksikan dengan return on equity.

18 28 Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara bersama-sama penerapan corporate governance, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen pada perusahaan BUMN berpengaruh terhadap kinerja profitabilitas, dan penerapan corporate governace, keputusan pendanaan, kebijakan dividen, dan kinerja profitabilitas juga berpengaruh terhadap harga saham. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa komite audit dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja profitabilitas, kepemilikan publik, komisaris independen, dan dividend payout ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja profitabilitas, sedangkan debt to equity ratio berpengaruh negatif namun tidak sigifikan terhadap kinerja profitabilitas. Variabel independen yang mempunyai pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap harga saham yakni: kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, dan dividend payout ratio, sedangkan variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham yakni variabel: komisaris independen, debt to equity ratio, dan return on asset, sedangkan variabel komite audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Sumanti dan Marjam (2015), melakukan penelitian mengenai analisis kepemilikan manajerial, kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan variabel independen berupa kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas dan kebijakan dividen, sedangkan untuk variabel dependen penelitian ini menggunakan kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data laporan keuangan

19 29 dari setiap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan diperoleh 13 perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan kebijakan hutang dan profitabilitas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan merupakan variabel profitabilitas, untuk kepemilikan manajerial, kebijakan hutang dan kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 2.2 Rerangka Pemikiran Berikut ini merupakan rerangka pemikiran pengaruh corporate governance, cash position, profitabilitas dan hutang terhadap kebijakan dividen dengan penjabaran: Perkembangan bisnis yang begitu pesat menjadikan suatu perusahaan berada dalam kondisi penuh dengan persaingan. Hal ini memaksa perusahaan untuk mempertahankan target dan rencana yang telah ditentukan, termasuk mengenai pembagian dividen. Dimana investor Indonesia cenderung tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan yang membagikan dividen tunai dalam jumlah yang tinggi. Karena investor lebih tertarik dengan dividen yang memiliki risiko lebih rendah dibadingkan capital gain dan dapat mempercayai perusahaan yang membagikan dividen tinggi, karena dengan pembagian dividen yang tinggi investor beranggapan bahwa perusahaan tersebut telah menjamin kesejahteraan para pemegang saham.

20 30 Namun laba yang diperoleh perusahaan tidak hanya dibagikan sebagai dividen tunai, melainkan digunakan sebagai laba ditahan untuk meningkatkan operasional perusahaan. Pada perusahaan BUMN yang sahamnya sebagian besar atau seluruhnya dimiliki oleh pemerintah, maka dalam kebijakan dividen pemerintah tidak membutuhkan pendapat dari pemegang saham minoritas mengenai seberapa besar laba yang digunakan sebagai laba ditahan dan dibagikan sebagai dividen tunai. Hal inilah yang mengakibatkan timbulnya teori keagenan, dimana jika pemerintah cenderung menggunakan laba tersebut untuk kepentingan pribadi berupa kekayaan perusahaan tanpa memberikan hak-hak pemegang saham minoritas untuk mendapatkan dividen tunai sebesar yang diinginkan. Untuk meminimalisasikan teori keagenan maka pemegang saham perlu memonitoring untuk dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mensejajarkan kepentingan tersebut yakni dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (corporate governance). Dengan diterapkannya corporate governance, maka terdapat hak-hak pemegang saham minoritas mengenai pembagian dividen yang tinggi sesuai dengan yang diinginkan oleh para pemegang saham minoritas. Dalam menentukan kebijakan dividen, faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen meliputi: cash position, profitabilitas, dan hutang.

21 31 Rerangka pemikiran pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Perusahaan BUMN Pemegang saham mayoritas/pemerintah Pemegang saham minoritas Teori Keagenan Corporate Governance: 1. Komitmen penerapan tata kelola perusahaan 2. Pemegang saham 3. Dewan komisaris 4. Direksi 5. Pengungkapan informasi Laporan Keuangan Faktor-faktor yang mempengaruhi: Cash Position Profitabilitas Hutang Kebijakan Dividen Gambar 1 Rerangka Pemikiran

22 32 Model penelitian pengaruh corporate governance, cash position, profitabilitas dan hutang terhadap kebijakan dividen adalah sebagai berikut: Komitmen Penerapan Tata Kelola Perusahaan (KTL) Pemegang Saham (PMS) Dewan Komisaris (DWK) Direksi (DIR) Kebijakan Dividen (DPR) Pengungkapan Informasi (PIT) Cash Position (CAP) Profitabilitas (ROA) Hutang (DER) Gambar 2 Model Penelitian

23 33 Dalam model penelitian tersebut variabel independen yang terdiri dari corporate governance dengan menggunakan indikator/parameter antara lain: komitmen penerapan tata kelola perusahaan, pemegang saham, dewan komisaris, direksi, pengungkapan informasi, serta cash position, profitabilitas, dan hutang akan memberikan pengaruh terhadap variabel dependennya yaitu kebijakan dividen. Jika variabel-variabel independen tersebut mempunyai hubungan positif dengan variabel dependennya, maka semakin tinggi corporate governance dengan indikator/parameter komitmen penerapan tata kelola perusahaan, pemegang saham, dewan komisaris, direksi, pengungkapan informasi, serta cash position, profitabilitas, dan hutang akan semakin tinggi pula kebijakan dividen. Demikian sebaliknya, jika variabel-variabel independen tersebut mempunyai hubungan negatif dengan variabel dependennya, maka semakin tinggi corporate governance dengan indikator/parameter: komitmen penerapan tata kelola perusahaan, pemegang saham, dewan komisaris, direksi, pengungkapan informasi, serta cash position, profitabilitas, dan hutang akan semakin rendah kebijakan dividen. 2.3 Perumusan Hipotesis Berikut ini adalah delapan hipotesis yang diduga kebenarannya oleh peneliti berdasarkan kesimpulan teoretis atas hasil penelitian terdahulu. Kedelapan hipotesis berikut ini akan diuji kebenarannya oleh peneliti berdasarkan sampel yang telah ditentukan.

24 Pengaruh Corporate Governance terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan yang telah berhasil menerapkan corporate governance akan lebih dipercayai kreditor maupun investor, hal ini dikarenakan mekanisme corporate governance dapat menunjukkan pertanggungjawaban manajer kepada stakeholder perusahaan. Manajer perusahaan selaku pengambil keputusan yang telah diberikan kepercayaan oleh para pemegang saham harus mampu memberikan pertanggungjawaban kepada pemegang saham atas segala keputusan yang telah ditetapkan oleh manajer. Salah satu pertanggungjawaban yang diberikan manajer kepada pemegang saham ialah mengenai pembagian laba berupa dividen. Banyak peneliti yang menyimpulkan bahwa dividen dapat memberikan signal kepada investor mengenai kondisi perusahaan. Mekanisme corporate governance merupakan mekanisme yang dikembangkan guna meningkatkan kinerja perusahaan dan perilaku pihak manajemen. Pembagian proporsi dividen yang lebih besar atas laba yang diperoleh lebih disukai para investor. Pembagian dividen yang besar dapat meningkatkan kepercayaan dan meningkatkan kekayaan para pemegang saham terhadap perusahaan atas investasi tersebut. Hal ini dapat terjadi apabila corporate governance perusahaan kuat, yang berarti ada perlindungan atas hak-hak para pemegang saham. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan Supatmi (2009) menyatakan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen yang diukur melalui dividend payout ratio. Penelitian ini membuktikan bahwa corporate governance semakin kuat maka semakin tinggi pula dividend payout ratio. Oleh karena itu, corporate

25 35 governance yang kuat akan dapat membagikan dividen lebih tinggi sesuai dengan harapan para investor. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini merupakan indikator atas penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada Badan Usaha Milik Negara yakni: 1. Pengaruh Komitmen Penerapan Tata Kelola Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Komitmen terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik merupakan perusahaan yang menerapkan corporate governance secara berkala. Direksi menunjuk seorang anggota direksi sebagai penanggung jawab dalam penerapan dan pemantauan tata kelola perusahaan yang baik dengan menggunakan pedoman yang ditandatangani oleh organ BUMN atau dikukuhkan RUPS. Perusahaan diharapkan mampu menciptakan situasi kondusif untuk melakukan corporate governance, serta mampu memberikan kebijakan atas segala ketentuan yang dapat dipertanggungjawabkan dan disampaikan kepada RUPS/Pemilik Modal dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas minimal sekali dalam setahun. Pemantauan tata kelola perusahaan yang baik seringkali di pantau oleh komite audit perusahaan. Komite audit ditugaskan untuk memberikan pengawasan pada auditor perusahaan internal dan eksternal, serta memastikan manajemen dalam melakukan tindakan korektif yang tepat secara berkala dan dapat mengontrol kelemahan, ketidaksesuaian dengan kebijakan, hukum dan regulasi. H 1 : Komitmen penerapan tata kelola perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

26 36 2. Pengaruh Pemegang Saham terhadap Kebijakan Dividen Pemegang Saham memiliki peran andil dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan pengangkatan dan pemberhentian direksi, yang dimulai dalam melaksanakan penilaian terhadap calon anggota direksi, pengangkatan anggota direksi, menetapkan pengaturan mengenai rangkap jabatan bagi anggota direksi bahkan hingga pemberhentian direksi sesuai dengan peraturan perundangundangan dan/atau anggaran dasar. Struktur kepemilikan pada BUMN dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu (1) kepemilikan pemerintah dan (2) kepemilikan non pemerintah yang terdiri dari kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi, kepemilikan asing dan kepemilikan publik. Menurut Oemar (2014) kepemilikan perusahaan oleh pihak luar mempunyai kekuatan besar dalam perusahaan, karena dapat mempengaruhi perusahaan melalui media masa baik berupa kritikan maupun komentar yang semuanya dianggap sebagai suara publik atau masyarakat. Shleifer dan Vishny (dalam Wulandari, 2006) kepemilikan dalam jumlah besar dapat mendahulukan kepentingan mereka sendiri yang mungkin sekali bertentangan dengan pemilik lainnya. H 2 : Pemegang saham berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen 3. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kebijakan Dividen Dewan Komisaris melaksanakan program pelatihan/pembelajaran secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kompetensi anggota dewan komisaris/dewan pengawas sesuai kebutuhan, sehingga dapat secara jelas melakukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam menetapkan

27 37 faktor-faktor yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan mekanisme pengambilan keputusan. Komisaris independen diharapkan dapat mendorong pencapaian tujuan dan sasaran bisnis organisasi sejalan dengan visi, misi, dan strategi perusahaan. Keberadaan komisaris independen dimaksudkan agar mekanisme pengawasan dapat berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Nugrahani dan Nugroho, 2010). Perusahaan yang melakukan kecurangan mempunyai jumlah komisaris independen yang rendah (Wedari, 2004). Tugas komisaris untuk menjaga supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan serta tujuan perusahaan dapat tercapai dengan mendorong penerapan praktek tata kelola yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan keadilan karena dalam good corporate governance memperhitungkan semua pemegang kepentingan. H 3 : Dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen 4. Pengaruh Direksi terhadap Kebijakan Dividen Direksi mempunyai tugas untuk menetapkan struktur/susunan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Direksi menetapkan segala kebijakankebijakan operasional dan standar operasional baku (SOP) dan menetapkan mekanisme pengambilan keputusan atas tindakan perusahaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. S. Beiner et al. (dalam Wulandari, 2006) menegaskan bahwa dewan direksi merupakan institusi ekonomi yang membantu memecahkan permasalahan agensi, yang melekat dalam perusahaan publik. Selain itu, mereka menegaskan bahwa dewan direktur merupakan mekanisme

28 38 governance yang penting, karena dewan direksi dapat memastikan bahwa manajer mengikuti kepentingan dewan. Mereka juga menyarankan bahwa dewan direktur yang jumlahnya besar kurang efektif daripada dewan yang jumlahnya kecil. H 4 : Direksi berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen 5. Pengaruh Pengungkapan Informasi terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan melakukan pengungkapan sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerjanya. Pengungkapan merupakan salah satu alat penting untuk mengatasi masalah keagenan antara manajemen dan pemilik karena pengungkapan dapat mengurangi ketidakseimbangan informasi yang terjadi. Perusahaan diharapkan mampu menyediakan akses atas informasi perusahaan kepada stakeholders, informasi yang diberikan harus relevan, memadai, dan dapat diandalkan secara tepat waktu dan berkala. Pengungkapan yang dilakukan perusahaan melalui laporan tahunan yang telah diatur oleh Bapepam baik pengungungkapan wajib (mandatory disclousure) maupun pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). H 5 : Pengungkapan informasi berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen Pengaruh Cash Position terhadap Kebijakan Dividen Cash position merupakan rasio kas akhir tahun dengan earning after tax. Oleh karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Dimana dapat dikatakan bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu

29 39 perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, makin tinggi dividend payout ratio nya (Riyanto 2011:267). Marlina dan Clara (2009) menyatakan bahwa pembayaran dividen tunai merupakan arus kas keluar yang memerlukan tersedianya kas yang cukup atau posisi likuiditas harus terjaga sehingga walaupun perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan beban hutang beserta bunga yang rendah namun jika tidak didukung posisi kas yang kuat maka kemampuan pembayaran dividen rendah. Oleh sebab itu pihak manajemen dituntut untuk tetap mengelola kasnya atau aktiva-aktiva yang setara dengan kas secara benar sehingga likuiditas perusahaan tidak terganggu. H 6 : Cash position berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan asset dan modal saham tertentu dapat disebut keuntungan perusahaan atau profitabilitas. Laba bersih yang diperoleh perusahaan dari keuntungan maka dapat dibagikan sebagai dividen, sehingga dapat dikatakan profitabilitas berpengaruh terhadap dividen. Oleh karena itu, dividen dari laba bersih (setelah dikurangi pajak) akan mempengaruhi dividend payout ratio, maka semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat dividen yang akan dibagikan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Marlina dan Clara (2009) yang menunjukkan profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap dividend payout ratio. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian Sumanti dan Marjam (2015) yang

30 40 menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, hal ini terjadi akibat pada tingkat profitabilitas rendah perusahaan tetap membayar dividen untuk menjaga reputasi dimata investor. Sebaliknya, pada perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung akan membayarkan dividen rendah untuk mengalokasikannya pada laba yang ditahan untuk kepentingan dimasa yang akan datang. Profitabilitas di-proxy-kan dengan Return On Asset (ROA) H 7 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen Pengaruh Hutang terhadap Kebijakan Dividen Semakin tinggi hutang perusahaan maka menunjukkan ketergantungan permodalan perusahaan kepada pihak eksternal, semakin tinggi tingkat resiko keuangan yang ada pada perusahaan sebagai akibat dari semakin tingginya hutang perusahaan. Perusahaan yang beresiko akan membayar dividen rendah dengan maksud untuk mengurangi pendanaan secara eksternal. Pembayaran dividen yang rendah juga menjadi salah satu akibat dari besarnya tingkat hutang perusahaan, karena perusahaan akan mampu membagikan dividen ketika perusahaan tersebut telah melunasi semua kewajibannya. Hal inilah yang menjadikan tingkat hutang mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen, karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar hutang yang dimiliki oleh perusahaan, semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati, Ivonne, dan Paulina (2014) yang menyatakan bahwa hutang berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio. Artinya makin rendah nilai hutang maka dividen perusahaan akan semakin tinggi, dengan

31 41 penurunan hutang maka perusahaan lebih memilih untuk melunasi hutang terlebih dahulu daripada membayarkan dividen. Hutang di-proxy-kan dengan Debt to Equity Ratio (DER), semakin besar pendanaan perusahaan berasal dari hutang maka semakin kecil laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham, sehingga semakin kecil pula dividen yang akan diterima. H 8 : Hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang maupun badan dengan memberikan modal usaha dalam bentuk saham yang digunakan untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori ini menyatakan bahwa hubungan keagenan timbul salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dividen Dividen menurut Riyanto (2008:265) adalah aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal pada negara tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan dapat menghasilkan laba dan juga mengalami kerugian dalam aktivitasnya. Laba yang diperoleh perusahaan ada dalam dua bentuk yaitu diinvestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur salah satunya dengan cara mengetahui tingkat perkembangan berbagai jenis industri pada negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Kinerja keuangan diukur dengan profitabilitas, menurut Warsono (2003) Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh principal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Agency Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditur maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu daya tarik berinvestasi bagi investor dalam pasar primer maupun pasar sekunder adalah dividen. Dividen merupakan salah satu faktor yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Dividen 1. Pengertian Dividen Sebagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam operasinya akan didistribusikan kepada pemegang saham dan sebagaian lagi akan ditahan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus selaras dan serasi dengan tujuan maksimalisasi keuntungan yang merupakan tujuan utama dari perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan yang menyangkut pembelanjaan internal perusahaan sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : 2.1.1 Rizka Putri

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Agensi Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer sebagai agent. Teori agensi menggambarkan bahwa agent memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan bidang keuangan yang harus selaras dan serasi dengan memaksimalisasi keuntungan suatu perusahaan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui kebijakan dividen tunai yang matang (Ronosulistyo, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui kebijakan dividen tunai yang matang (Ronosulistyo, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu dari kebijakan keuangan perusahaan adalah pembayaran dividen kepada investor yang telah menginvestasikan dana mereka pada perusahaan berupa saham.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur 1 ANALISIS CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya sebagai berikut: 1. Novi Anggraini (2015)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memerlukan berbagai kekayaan untuk menjalankan kegiatan operasinya. Kegiatan operasi tersebut membutuhkan sumber dana. Perolehan sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan deviden merupakan kebijakan suatu perusahaan mengenai pembagian kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, 2002 532). Kebijakan dividen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi negara Indonesia telah berkembang, hal tersebut ditandai dengan tumbuhnya industri-industri sekuritas di pasar modal. Pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik good corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik good corporate BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Good corporate governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji oleh pelaku bisnis, akademisi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Terdapat perusahaan yang terdaftar di pemerintah dan ada pula

Lebih terperinci

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA Shella Febri Priatama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124). BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pasar modal memiliki peranan penting dalam memfasilitasi kegiatan perekonomian suatu negara. Pasar modal memberikan sarana utama dalam mempertemukan investor sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan, perkembangan industri yang pesar membawa implikasi pada persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan maupun pengaruh dari good corporate governance dan kinerja keuangan terhadap kebijakan dividen, diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan perusahaan dapat didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan perusahaan dapat didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagian besar masyarakat beransumsi bahwa untuk mengukur keberhasilan perusahaan dapat didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang besar

Lebih terperinci

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan tempat yang didirikan untuk melakukan proses produksi barang atau jasa. Perusahaan yang telah berkembang secara baik, umumnya memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dilakukan untuk menentukan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dilakukan untuk menentukan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dilakukan untuk menentukan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Dividen adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu memiliki nilai jual yang berbeda, yang biasa disebut dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976) 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. keuntungan yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. keuntungan yang dihasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dengan pasti memiliki harapan dan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. keuntungan yang dihasilkan perusahaan selanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan struktur modal, good corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laba, mengusahakan pertumbuhan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. laba, mengusahakan pertumbuhan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu perusahaan didirikan dengan tujuan utama untuk memaksimalkan laba, mengusahakan pertumbuhan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Mekling (1976) dalam Hanifah (2013) menggambarkan hubungan keagenan (agency

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Salah satu dasar teori yang dapat digunakan untuk memahami konsep tentang corporate governance adalah teori keagenan, karena pada dasarnya teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa depan karena pertumbuhan ekonomi Negara yang semakin baik dan industri manufaktur juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), laba dalam jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian dividen. Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian dividen. Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, maka setiap perusahaan haruslah selalu meningkatkan kinerja agar bisnisnya dapat bertahan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori. Penelitian ini dilandasi oleh teori-teori yang berkaitan dengan pengungkapan sukarela, teori tersebut meliputi: teori keagenan (agency theory), teori sinyal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan iklim di dunia bisnis yang pesat dewasa ini, kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam. Kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pecking Order Theory Pecking order theory adalah teori struktur modal yang di rumuskan oleh Myes dan Majluf 1984. Disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sub bab ini, menjelaskan tentang penelitian-penelitian terdahulu yang telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan penelitian ini, yaitu : 1. Kadek dan Luh (2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Kebijakan Dividen Menurut preferensi investor ada tiga teori yang mendasari kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : 1. Teori Dividen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian suatu negara tidak dapat terpisahkan dari dunia investasi yang dapat diukur dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan semakin sengitnya persaingan antar perusahaan, kini perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang besar, hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara didunia pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dituntut untuk menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang berbasis prinsip tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit diprediksikan oleh para investor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tidak dapat disangsikan lagi merupakan salah satu negara yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Penerapan corporate governance pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. harga saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama perusahaan berdiri adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Bila harga saham meningkat berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam meningkatkan serta memperlancar bisnis, perusahaan akan berupaya untuk mengembangkan usahanya dan melakukan kegiatan guna medapatkan dana agar bisnis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling, 1976 (dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007) hubungan keagenan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Penelitian mengenai kebijakan dividen sudah pernah dilakukan sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2013) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kebijakan Hutang Pada dasarnya kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak negara, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Struktur Modal a. Agency Theory Pearce dan Robinson (2009), mendefinisikan bahwa teori keagenan merupakan sekelompok gagasan mengenai pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam perusahaan yang menentukan antara arah dan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Teori 2.1.1 Pengertian Dividen Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industriindustri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun berjalan. Laporan keuangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi (Harnanto,1984).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan dikemudian hari mampu menunjukkan eksistensinya pada masyarakat dunia. Namun untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia memiliki peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi perusahaan publik persaingan tidak hanya terjadi dalam satu sektor industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi perusahaan publik persaingan tidak hanya terjadi dalam satu sektor industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia sudah memasuki era pasar bebas atau globalisasi seperti saat ini. Persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin ketat. Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi tren global dan ketatnya persaingan bisnis sekarang ini, para pimpinan dan manajer dituntut untuk lebih lagi memperhatikan aspek dimensi sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Dividen Menurut Baridwan (2004) Dividen merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen merupakan pendapatan yang diperoleh perusahaan

Lebih terperinci