BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka memuat informasi yang didapat dalam pustaka yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dan selanjutnya disajikan dengan sistematis. Pustaka ini mengambil dari buku-buku yang ada maupun penelitian sebelumnya. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada keterangan berikut ini Beton Istilah istilah beton menurut SNI diantaranya : Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau bahan tambahan membentuk masa padat. Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang diisyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama sama dalam menahan gaya yang bekerja. Kuat tekan yang diisyaratkan f c adalah kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencanaan struktur (benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), dipakai dalam perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam mega pascal (Mpa) 6

2 Kuat tarik leleh fy adalah kuat tarik leleh minimum yang diisyaratkan atau titik leleh dari tulangan dalam mega pascal (Mpa). Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m³ menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan Beton precast/pracetak Beton pracetak menurut SNI adalah elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan Menurut Triwiyono (2005) beton pracetak biasanya tersusun dari komponen komponen yang dibuat atau dicetak tidak pada posisi akhir, komponen komponen ini dipersiapkan di tempat lain untuk kemudian diangkat, diangkut dan dipasang pada posisi akhir untuk disatukan dengan komponen lain membentuk suatu bangunan utuh, jenis beton pracetak diantaranya balok, kolom, plat dan pondasi. Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa, yang menjadikanya berbeda adalah metode pabrikasinya, Pada umumnya penggunaan beton pracetak dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan pengecoran di tempat dengan alasan mengurangi biaya pemakaian bekisting,mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah pekerja relatif lebih sedikit, mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga overhead yang dikeluarkan menjadi lebih kecil. Selain itu bekerja di permukaan tanah jauh lebih mudah dan aman untuk 7

3 dilakukan, seperti persiapan cetakan,pengecoran,perapian permukaan,perawatan dan penggunaan bekisting yang dapat berulang kali. Sampai saat ini pro dan kontra penggunaan beton pracetak masih berlangsung, masing-masing pihak pendukung ataupun penentang metode ini mempunyai argumen tersendiri. Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) Pracetak dapat di artikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur/ arsitektural bangunan pada suatu tempat /lokasi yang berbeda dengan tempat/lokasi di mana elemen struktur/ arsitektural tersebut akan digunakan.teknologi pracetak ini dapat di terapkan pada berbagai jenis material, salah satunya adalah material beton. Beton pracetak sebenarnya tidak berbeda dengan beton sering dijumpai dalam bangunan pada umumnya. Yang membedakan hanyalah proses produksinya. Beton pracetak dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi di mana elemen akan digunakan. Lawan dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in place, dimana proses produksinya berlangsung di tempat elelmen tersebut akan ditempatkan. Sumber : Wulfram I. Ervianto (2006) Beton precast/pracetak Balok U Shell Balok Precast U shell merupakan pengembangan (inovasi) dari balok precast yang sering, bahkan sudah lama masuk di Indonesia yang mana biasanya balok precast biasa itu di buat sesuai balok konvensional dalam bentuk awal dan akhir yaitu persegi cor penuh, sehingga jika precast biasa setelah di install tidak perlu di cor lagi,akan tetapi Balok U shell di buat agak berbeda yaitu di buat berbentuk U dengan tulujuan utama adalah agar alat angkut Tower Crane bisa 8

4 mengangkat balok tersebut pada titik ujung karena berat precast tersebut hanya separuh dari berat balok konvensional, gambar potongan balok u shell bisa dilihat di bawah ini : PRINSIP PRINSIP U-SHELL U-sheel memiliki prinsip sebagai berikut : 1. Jumlah tulangan yang digunakan sama dengan prinsip balok konvensional. 2. Kualitas terhadap mutu beton sama dengan balok konvensional. 3. Metode pengerjaan U-shell dengan cara PRECAST dan CASH IN SITU. Plat lantai Sengkang Tebal selimut beton Dihitung sesuai kapasitas alat angkut min. 10 cm Gambar 1 : Potongan Balok U Shell Sumber : Juklak Proyek Tanggerang City PT PP 9

5 Dalam pengerjaan precast U-shell harus mengacu pada hal-hal berikut : 1. Jika keretakan yang terjadi 0-0,4 mm perbaikan keretakan akan menggunakan epoxy atau grouting SNI Pasal Jika Keretakkan > 0,4 mm dilakukan reject produk U-Shell. 2. SNI Pasal : Water cement ratio yang digunakan maksimum 0,50 Pasal : Panjang penyaluran untuk tulangan lentur adalah 40D Pasal : Panjang penyaluran tulangan tarik (gempa) untuk besi ulir adalah diameter < 19 mm adalah 35D, sedangkan untuk besi ulir diameter > 22 mm adalah 44D. Pasal : Panjang penyaluran tulangan tekan untuk besi ulir adalah 19D. Gambar 2 : Penyaluran Tulangan Tekan Pada Balok U shell Ke Kolom Sumber : BDE 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP 10

6 HOME SITE PLANNING PRECAST SYSTEM STRUCTURE WORKS FINISHING WORKS M/E WORKS DETAIL JOINT PRECAST BALOK & KOLOM THE UNIVERSITY OF IAIN SYARIF HIDAYATULLAH PROJECT BEAM BEAM BEAM BEAM COLUMN PRINCIPLE CONTACT OF BEAM ON COLUMN Gambar 3 : Detail sambungan Balok U shell Ke Kolom Sumber : BDE 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP 11

7 Tabel 1 : Tabel Peraturan Penyaluran Tulangan Sumber : SNI

8 Tabel 2 : Tabel Penyaluran Tulangan ANALISA TEKNIK Tabel Penyaluran Tulangan No. diameter fy (Mpa) fc' (Mpa) Penyaluran Tarik Penyaluran Tekan D 210 mm 11 D 190 mm D 252 mm 11 D 228 mm D 273 mm 11 D 247 mm D 560 mm 19 D 304 mm D 665 mm 19 D 361 mm D 946 mm 19 D 418 mm D 1075 mm 19 D 475 mm D 1376 mm 19 D 608 mm Sumber : SNI

9 2.2.2 Beton precast Plat Half Slab Sedangkan plat half slab merupakan pracetak plat yang di cor separuh dari tebal plat konvensional, setelah di install half slab tersebut nantinya akan dicor kembali separuhnya yang di sebut cor toping, agar plat half slab menjadi satu kesatuan dengan balok u shell maka diatasnya dicor beton bertulang yang di sebut dengan topping, berikut gambar detail half slab dan cor topping ; SITE PLANNING PRECAST SYSTEM STRUCTURE WORKS FINISHING WORKS M/E WORKS COR TOPPING PRECAST HALF SLAB PRECAST U Shell THE UNIVERSITY OF IAIN SYARIF HIDAYATULLAH PROJECT Gambar 4 : Detail Sambungan Balok U Shell, Plat Half Slab,dan Cor Topping Sumber : Juklak Proyek UIN ( PT PP) 14

10 2.2.3 Keunggulan Beton Pracetak ( precast) Durasi Proyek Menjadi Lebih Singkat Dengan menerapkan teknologi beton pracetak,pekerjaan struktur yang masih harus dilaksanakan di lapangan adalah pekerjaan struktur bawah ( fondasi), dimana proses pelaksanaannya dapat bersamaan dengan kegiatan produksi beton pracetak. Pengaturan jadwal produksi elemen-elemen yang akan dipasang lebih awal dapat diproduksi lebih dahulu dan pada saatnya nanti elemen telah cukup umur, pada saat pekerjaan struktur bawah selesai maka elemen-elemen beton pracetak yang telah cukup umur tersebut dapat di erection dalam waktu yang relatif lebih singkat dibanding dengan proses konstruksi konvensional. Dengan kegiatan pekerjaan yang overlapping serta cyle time erection yang relatif singkat maka proyek akan selesai dalam waktu yang lebih singkat. Sumber :wulfram I. Ervianto (2006) Mereduksi Biaya Konstruksi Dengan durasi yang relatif lebih singkat maka dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek akan menjadi lebih kecil, satu hal yang jelas terlihat pengurangannya adalah biaya overhead proyek. Hal lain yang dapat mereduksi biaya adalah penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit yang akan menurunkan biaya upah, berkuranganya kebutuhan pendukung seperti schaffolding, penghematan material bekisting,serta penghematan material pembentuk beton bertulang. Sumber : Wulfram I.Ervianto ( 2006) 15

11 Kontinuitas Proses Konstruksi Dapat Terjaga Maksud dari kontinuitas adalah adalah kegiatan pelaksanaan pekerjaan tidak terhenti oleh karena pengaruh alam (cuaca). gambaran keadaan ini, misalnya untuk melaksanakan pekerjaan balok secara konvensional tentu akan lebih banyak dilakukan diluar ruangan atau pun jika di pasang tenda akan membuat pekerja tidak bisa leluasa dalam mengangakat material dengan menggunakan tower crane, mulai pemasangan tulangan,pemasangan bekisting,pengecoran,semua harus dilakukan diluar ruangan tanpa atap (tenda), berbeda dengan penggunaan beton pracetak,waktu yang dibutuhkan untuk melasanakan pekerjaan di luar ruangan relatif singkat sehingga kontinuitas pekerjaan dapat lebih terjaga. Sumber :Wulfram I. Ervianto (2006) Produksi Massal Salah satu pertimbangan jika hendak menggunakan teknologi pracetak adalah bahwa jika elemen struktur hendaknya tidak terlalu bervariasi sehingga setiap jenis elemen yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar. Hal ini dilakukan agar tingkat efisiensi dari pembuatan secara massal dan pabrikasi dapat dicapai. Efek lain dari proses pabrikasi adalah kebutuhan tenaga kerja relatif lebih sedikit karena sebagian besar proses produksinya didukung oleh alat berat, disamping itu produk yang dihasilkan mempunyai ketepatan dimensi yang lebih akurat apabila dibandingkan dengan menggunakan proses konvensional. Sumber : wulfram I. Evianto (2006) 16

12 Dihasilkan Kualitas Beton Yang Lebih Baik Bila dibandingkan dengan beton cast-in situ, beton pracetak mempunyai kualitas yang lebih baik. Hal ini karena hal-hal sebagai berikut a. Kondisi area pabrikasi relatif konstan. b. Pengawasan yang lebih cermat. c. Kondisi lingkungan kerja yang lebih baik ( tidak di bawah terik matahari langsung, tidak pada ketinggian ) secara psikologis seorang pekerja yang bekerja di ketinggian tertentu dalam usaha membangun sebuah gedung bertingkat akan terganggu tingkat produktivitasnya. Hal ini disebabkan karena ada kekhawatiran akan kemungkinan terjatuh, dengan demikian secara otomatis para pekerja akan berusaha untuk melaksanakan kegiatannya dan menjaga keseimbangannya supaya tidak terjatuh. Hal itu tentu akan mempengaruhi tingkat kecermatan dan ketelitian dalam pelaksanaan kegiatan. Sumber : Wulfram I.Evianto (2006) Kelemahan Beton Pracetak ( precast) Transportasi Setelah proses produksi beton pracetak yang dilaksanakan di pabrik selesai maka dilanjutkan dengan proses pemindahan hasil produksi ke lokasi pekerjaan. proses pemindahan elemen beton pracetak dari lokasi pabrik menuju lokasi proyek membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaan alat bantu yang digunakan untuk mengangkat elemen tersebut 17

13 ked an dari metode transportasi yang akan dipakai sebagai alat angkut. Proses ini harus direncanakan di awal proses perencanaan bentuk dan disain beton pracetak agar komponen tersebut dapat dipindahkan ke lokasi pekerjaan. Faktor penting yang dipertimbangkan adalah dimensi dan berat setiap komponen yang harus sesuai dengan ketersediaan alat angkat dan alat angkut. Data mengenai ketersediaan alat angkat dan angkut ini akan sangat membantu perencanaan komponen untuk mengahasilkan disain yang layak angkat dan angkut. Model transportasi yang digunakan pada umumnya adalah truk bak terbuka. Dimensi dan berat dari elemen beton pracetak dipengaruhi oleh kemampuan alat angkut serta kemudahan transportasinya. Erection Penggunaan teknologi beton pracetak selalu melewati proses yang disebut erection, yaitu tahap penyatuan elemen beton pracetak menjadi satau-kesatuan yang utuh sehingga membentuk suatu bangunan. Pada proses ini pihak pelaksana proyek dituntut untuk menyediakan alat bantu instalasi, misalnya sebuah crane yang mampu mengangkat dan memindahakan elemen beton pracetak sehingga terpasang pada posisi yang seharusnya. Penyediaan alat bantu ini membutuhkan biaya yang relatif besar sehingga jika teknologi ini akan diterapkan pada sebuah bangunan maka harus dikaji efisiensi biayanya,antara penyediaan alat 18

14 bantu dengan nilai proyek itu sendiri. Kajian yang detail tentang volume pekerjaan beton pracetak dengan biaya pengadaan alat bantu instalasi dapat digunakan sebagai bahan untuk memutuskan metode yang akan digunakan. Apabila volume pekerjaan kurang memadai maka akan mengakibatkan biaya konstruksi menjadi mahal. Connection Dalam usaha menyatukan elemen elemen beton pracetak dibutuhkan suatu konstruksi tambahan yang mampu meneruskan semua gayagaya yang bekerja dalam setiap elemen. Yang dimaksudkan penyatuan di sini adalah penyatuan material beton segar dengan material beton pracetak yang menjadi bagian utama dari struktur beton bertulang. Kendala yang timbul adalah bagaimana menentukan jenis sambungan yang mampu mengantisipasi semua gaya yang terjadi sehingga perilaku struktur dapat menyerupai struktur beton bertulang dengan proses konstruksi konvensional. Untuk mengaplikasikan alat sambung yang betul-betul sempurna dibutuhkan biaya yang relatif mahal. Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) Pembuatan Beton Pracetak ( precast) Proses produksi / pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu : 19

15 Tahap Desain Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya Tahap Produksi Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi : a. Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk b. Mutu dari bahan baku c. Mutu dari cetakan d. Mutu atau kekuatan beton e. Penempatan dan pemadatan beton f. Ukuran produk g. Posisi pemasangan h. Perawatan beton i. Pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk j. Pencatatan ( record keeping ) Tahap produksi terdiri dari : a. Persiapan b. Pabrikasi tulangan dan cetakan c. Penakaran dan pencampuran beton d. Penuangan dan pengecoran beton e. Transportasi beton segar 20

16 f. Pemadatan beton g. Finishing / repairing beton h. Curing beton Tahap Pasca produksi Terdiri dari tahap penanganan (handling), penyimpanan (storage), penumpukan (stocking), pengiriman (transport) dan tahap pemasangan di lapangan (site erection) Yang perlu diperhatikan dalam sistem transportasi adalah : Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maksimal, dimensi elemen Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah jembatan, perijinan dari instansi yang berwenang. Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : Macam komponennya : linier atau plat Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang akan dibangun Berat komponen : berdasarkan beban maksimum Kondisi local : pencapaian lokasi dan topografi Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu : a. Dicor di tempat disebut (Cast In Situ) b. Dicor di pabrik Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu : a. Beton pracetak biasa b. Beton prategang pracetak 21

17 2.3 Cetakan (bekisting) Cetakan (bekisting) adalah pekerjaan strukur pendukung,menurut SNI cetakan ( bekisting) harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang diisyaratkan pada gambar rencana dan spesifikasi, cetakan harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar, cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi dan bentuknya, cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya. Perencanaan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor- faktor berikut : 1. Kecepatan dan metode pengecoran beton. 2. Beban selama konstruksi,termasuk beban beban vertikal,horizontal dan tumbukan. 3. Persyaratan persyaratan cetakan khusus untuk konstrusksi cangkang, plat lipat, kubah beton arsitektural, atau elemen-elemen sejenis Cetakan untuk elemen struktur beton prategang harus dirancang dan dibuat sedemikian hingga elemen struktur dapat bergerak tanpa menimbulkan kerusakan pada saat gaya prategang diaplikasikan. Jenis bahan cetakan pada umumnya terbuat dari bahan dasar kayu yang di tebang dari hutan dan di bentuk balok kayu sebagai rangka cetakan dan plywood sebagai landasan cetakan beton. 22

18 Pada pembangunan struktur untuk cetakan beton dikenal 2 (dua) metode pembangunan yang umum dilakukan, yaitu sistem konvensional, sistem formwork. Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork sudah melangkah lebih maju dari sistem konversional dengan digunakannya sistem formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain sistem PERI DOKA yang di aplikatorkan oleh PT Pola Beton Perkasa, dan ada lagi sistim PCH dari Australia, akan tetapi formwork import tersebut cenderung lebih mahal di banding produk dalam negeri. Gambar 5 : Denah bekisting balok dan lantai konvensional dengan bahan hory beam dan pinol film Sumber : BDE 6 Divsi Riset dan Teknologi PT PP 23

19 Gambar 6: Detail sambungan bekisting balok dengan bekisting lantai Gambar 7 : Tampak dari samping komposisi perancah bekisting konvensional 24

20 Gambar 8 : Pemasangan suri-suri bekisting balok Konvensional Sumber : BDE 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP Gambar 9 : Pemasangan hory beam dan bekisting balok konvensional. Sumber : Bank Data Engineering edisi 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP (persero) 25

21 Gambar 10 : Pemasangan plywood bekisting plat Konvensional Sumber : BDE 6 DVRT PT PP ( persero) 2.4 Pembongkaran Cetakan (bekisting) Pembongkaran cetakan: cetakan harus dibongkar dengan cara-cara yang tidak mengurangi keamanan dan kemampuan layan struktur beton yang akan dipengaruhi oleh pembongkaran cetakan harus memiliki kekuatan cukup sehingga tidak akan rusak oleh operasi pembongkaran. Pembongkaran penopang dan penopangan kembali : sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi di mulai kontraktor harus membuat prosedur dan jadwal untuk pembongkaran penopang dan pemasangan kembali penopang dan untuk penghitungan beben-beban yang disalurkan ke struktur selama pelaksanaan pembongkaran tersebut. 26

22 1. Analisa struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam perencanaan dan pembongkaran cetakan dan penopang harus diserahkan oleh kontraktor kepada pengawas lapangan apabila diminta (SNI ) 2. Tidak boleh ada beban konstruksi yang tertumpu pada, juga tidak boleh ada penopang dibongkar dari suatu bagian struktur yang sedang dibangun kecuali apabila bagian dari struktur tersebut bersama-sama dengan cetakan dan penopang yang tersisa memiliki kekuatan yang memadai untuk menopang berat sendirinya dan beban yang ditumpukan kepadanya. 3. Kekuatan yang memadai tersebut harus ditunjukkan melalui analisis struktur dengan memperhatikan beban yang di usulkan, kekuatan sistem cetakan dan penopang, serta data kekuatan beton. Toping ( Cor in situ ) Slab Floor Precast U-Shell Precast Gambar 11 : Potongan balok konvensional( kiri )dan precast u shell dan half slab dengan cor topping (kanan) 27

23 2.5 Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sumber : Iman Suharto (2001) Karakteristik pekerja yang bekerja dalam lingkungan pabrik berbeda dengan mereka yang bekerja pada kondisi lingkungan kerja di lapangan terbuka. Kondisi ini akan mempengaruhi produkifitas pekerja sehingga kontinuitas hasil produksi tidak dapat diprediksi dengan tepat. Dalam lingkungan pabrik, pekerjaan yang dilakukan merupakan suatu pengulangan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan yang disebabkan oleh pekerja. Keberhasilan produk dari hasil produksi industri konstruksi sangat tergantung pada kejelian dan kemampuan manajer konstruksi dalam membuat perencanaan serta penggunaan metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) Jumlah Tenaga kerja Sedang jumlah tenaga kerja yang akan dibutuhkan tergantung dengan luasan proyek yang akan dikerjakan dan berapa lama waktu pelaksanaan proyek sehingga akan lebih mudah untuk perencanaan sumber daya manusia. secara teoritis keperluan rata-rata tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam - orang atau bulan orang dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan. 28

24 2.5.2 Faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas Variabel variabel yang mempengaruhi produtivitas tenaga kerja lapangan dapat dikelompokkan menjadi Kondisi fisik lapangan dan sarana Bantu Supervisi perencanaan,dan koordinasi Komposisi kelompok kerja Kerja lembur Ukuran besar proyek Pekerja langsung versus subkontraktor Kepadatan tenaga kerja Uraian berikut akan menyajikan penjelasan lebih jauh 1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu : Kondisi fisik geografis lokasi tempat penampungan tenaga kerja yang terawat, serta sarana bantu berupa peralatan konstruksi, amat berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja, kondisi fisik ini dapat berupa Iklim, musim, atau keadaan cuaca. Keadaan fisik lapangan. Sarana alat bantu. 2. Kepenyeliaan,,perencanaan dan koordinasi Yang dimaksud dengan penyelia di sini adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan pengelolaan para tenaga kerja, memimpin para pekerja dalam pelaksanaan tugas,termasuk menjabarkan perencanaan dan 29

25 pengendalian menjadi langkah langkah pelaksanaan jangka pendek, serta mengkoordinasikan dengan rekan atau penyelia lain yang terkait tugas menjabarkan perencanaan ini memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan derajat ketrampilan tenaga kerja yang akan melaksanakannya. Penyelia yang baik ikut berpartisipasi secara efektif dengan memberikan pendapat dan pengalaman dalam meletakkan dasar dasar perencanaan pekerjaan di lapangan dengan demikian akan menghasilkan perencanaan yang realistis. ( Iman Suharto, 2001) 2.6 Aspek Ekonomis Faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton pracetak adalah sebagai berikut : 1.Faktor biaya, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan rencana bangunan tersebut. 2.Faktor waktu, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelaksanaan konstruksi bangunan sampai dengan bengunan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan rencana penggunaannya. 3.Faktor mutu, yaitu hasil yang dicapai dari proses pelaksanaan konstruksi.sumber : Wulfram I. Ervianto (2006) 30

26 2.6.1 Faktor Biaya Pengendalian biaya merupakan lengkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi biaya adalah proses pengendalian biaya agar biaya yang di keluarkan lebih kecil dari anggaran biaya yang telah di tentukan. Menurut (Peter S. McAdam 1993) ketika mencari-cari pembangunan yang terbaik ada empat komponen biaya struktur yang harus di pertimbangkan adalah (Beton,Tulangan,Bekisting, dan waktu). Faktor faktor yang mempengaruhi ekonomis tidaknya aplikasi teknologi beton pracetak dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Kebutuhan material untuk seluruh bangunan 2. Biaya produksi, yang ditentukan oleh waktu pelaksanaan serta investasi peralatan yang diperlukan. 3. Biaya yang dibutuhkan untuk transportasi. 4. Biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan. 5. Biaya untuk penyelesaian. Sumber : Wulfram I.Ervianto (2006) 31

27 2.6.2 Faktor Mutu Dalam industri manufaktur, masalah pengendalian kualitas produk yang dihasilkan dapat terpantau dengan jelas. Dengan metode statistik dan teknik pengendalian yang tepat akan diperoleh informasi dini tentang produk yang dihasilkan. Jika terjadi penyimpangan kualitas dari produk maka manajemen dengan segera dapat melakukan tindakan tertentu sehingga kualitas produk dapat sesuai dengan standar yang diisyaratkan. Produk yang dihasilkan mempunyai akurasi dimensi yang tinggi sehingga dalam pelaksanaannya di lapangan menjadi relatif lebih mudah serta mempunyai kenampakan yang lebih baik. Kelayakan dalam penerapan teknologi beton pracetak harus dipandang dari berbagai aspek. Baik yang bersifat teknik maupun ekonomis, keduanya harus dipenuhi. Tinjauan aspek ekonomis lebih ditentukan oleh pencapaian tujuan utama dari proyek, yaitu tepat biaya,tepat mutu, dan tepat waktu. Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006). TQM adalah pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistimatika dan perbaikan terus-menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Seperti di gambarkan pada diagram di bawah ini proses (TQM) bermula dari pelanggan dan berakhir pada pelanggan pula. Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan ) menstransformasikan (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi barang dan jasa yang pada giliranya 32

28 memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). (modul 1 Sistim Management Mutu Konstruksi) Difinsi Mutu: dalam arti luas, mutu atau kualitas bersifat subyektif, suatu barang yang amat bermutu bagi seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh karena itu dunia usaha dan industri khususnya industri konstruksi memberikan batasan yang dapat diterima oleh kalangan yang berkepentingan. (Iman Suharto, 2001) Faktor Waktu Dari segi waktu pelaksanaan konstruksi, penggunaan teknologi beton pracetak lebih singkat dibandingkan dengan pelaksanaan konstruksi secara konvensional. Gambaran tahapan penggunaan teknologi beton pracetak dibandingkan dengan proses konstruksi konvensional dapat dilihat pada gambar 13. pada gambar tersebut terlihat selisih waktu yang didapatkan dari penggunaan beton pracetak. meskipun demikian perlu diperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan kolom, pemasangan balok, dan pemasangan plat lantai. Bila 33

29 waktu pemasangan dari setiap item pekerjaan tersebut dapat dimunculkan maka akan dapat diketahui dengan pasti berapa banyak waktu yang dapat dihemat /dipercepat. Sumber : Wulfram I. Ervianto (2006) Proses Konstruksi Konvensional persiapan Sloof balok pondasi Kolom plat WAKTU Proses Konstruksi Pracetak Persiapan Sloof Erection bakok topping pondasi Kolom Erection plat Pabrikasi di pabrik transportasi Overhead Gambar 12 : Proses Konstruksi konvensional dan Pracetak Sumber : Hasil Analisis 34

30 2.7 Aspek Manajemen Faktor faktor manajemen yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton pracetak adalah sebagai berikut : 1. Faktor Produksi 2. Faktor Transportasi 3. Faktor Installasi (Erection) 4. Faktor Connection 5. Faktor Struktur 6. Faktor Sumber Daya Manusia 7. Faktor Teknologi 8. Faktor Material Berdasarkan kajian tentang penggunaan komponen beton pracetak serta kondisi sesungguhnya yang ada di Indonesia saat ini, maka dapat digambarkan seperti dalam tabel 3. tabel tersebut dapat memberikan gambaran bagi pihak pihak yang akan mengaplikasikan teknologi beton pracetak, baik tentang permasalahan yang mungkin dihadapi pada saat perencanaan maupun pada pelaksanaan pekerjaan. Dalam tabel 3 sampai dengan tabel 11 menggambarkan hubungan atara faktor terpengaruh dengan fektor pengaruh bersivat bivariat. Tabel tersebut merupakan gembaran sederhana hubungan antara faktor terpengaruh dengan faktor pengaruh, namun demikian tidak menutup kemungkinan terjadinya hubunngan multivariat dalam kasus tertentu misal ( untuk memproduksi komponen pracetak dipengaruhi oleh transportasi dan connection ) sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006). 35

31 Tabel 3 : Faktor Terpengaruh Produksi No Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan 1 Transportasi - Bentuk Komponen - Komponen beton pracetak harus dapat di -Ukuran Komponen transportasikan ke lokasi proyek. -Berat Komponen 2 Pemasangan (Erection) -Bentuk Komponen - Komponen harus dapat dipasang pada -Ukuran Komponen tempatnya dengan crane yang tersedia -Berat komponen 3 Sambungan (Connection) -Sistim Sambungan -Komponen diproduksi sesuai dengan jenis -Jenis Alat Sambung dan alat sambung serta sistim sambungan 4 Sistim Struktur -Kolom menerus -Komponen diproduksi sesuai dengan sistem -Kolom sambungan yang digunakan -unit portal 5 Sumber Daya Manusia -Pengendalian mutu -Pabrikasi harus didukung pekerja agar dihasilkan produk yang sesuai 6 Teknologi -Teknik produksi -Komponen hasil produksi sangat dipengaruhi -Mesin produksi oleh teknologi 7 Material -Sumber material -Mutu komponen beton pracetak tergantung -Komposisi material dari material Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) 36

32 Tabel 4 : Faktor Terpengaruh Transportasi No Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan 1 Produksi - Bentuk Komponen - Produksi harus disesuaikan -Ukuran Komponen agar komponen dapat ditransportasikan -Berat Komponen 2 Pemasangan (Erection) -Jadwal pengiriman - Komponen harus dapat dipasang pada tempatnya dengan crane yang tersedia 3 Sambungan (Connection) 4 Sistim Struktur - Bentuk komponen -Komponen beton pracetak harus didesain -Ukuran komponen agar layak ditransportasikan - Berat komponen 5 Sumber Daya Manusia -Pengalaman -Pekerja harus memahami perilaku komponen - Pengetahuan pada saat ditransportasikan 6 Teknologi -sistim transportasi -Cara mentransportasikan komponen agar aman sampai tujuan 7 Material -Jenis komponen -Hal ini akan mempengaruhi kemampuan (berat yang berbeda) transportasi komponen ke lokasi Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) 37

33 Tabel 5 : Faktor Terpengaruh Pemasangan (erection) No Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan 1 Produksi - Bentuk Komponen - Dapat/ tidaknya pelaksanaan pemsangan -Ukuran Komponen tergantung dari produksi. -Berat Komponen 2 Transportasi -Jadwal pengiriman - Pemasangan dapat dilaksanakan jika komponen telah ditransportasikan 3 Sambungan (Connection) - Jenis alat sambung - Pemakaian alat sambung sangat - Sistim connection menentukan metode pemasangan - Metode komponen beton pracetak pemasangan 4 Sistim Struktur - Jenis komponen - Jenis komponen pracetak sangat pracetak menentukan metode pemasangan tepat 5 Sumber Daya Manusia - Ketrampilan - Ketrampilan seseorang berpengaruh - Pengetahuan terhadap durasi pelaksanaan. tentang beton pracetak - Teknik penyimpanan - Teknik penganggkatan 6 Teknologi - Peningkatan - Pemasangan komponen sangat tergantung kapasitas alat dari kemampuan crane angkat 7 Material -Jenis bahan alat sambung Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) 38

34 Tabel 6 : Faktor Terpengaruh Sambungan (connection) No Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan 1 Produksi - Ketepatan ukuran - Jika digunakan alat sambung beton segar atau dimensi maka ketepatan ukuran sangat berarti untuk mencegah bocornya air semen 2 Transportasi 3 Sambungan (Connection) - Metode - Sistim sambungan sangat dipengaruhi pemasangan oleh metode pemasangan 4 Sistim Struktur - Letak titik sambung - Posisi sambungan menentukan jenis connection yang tepat 5 Sumber Daya Manusia - Pengalaman - Dengan pekerja yang berpengalaman tingkat kesulitan dapat direduksi 6 Teknologi -Murah - Alat sambung yang memenuhi persyaratan -Mudah laksanakan dan kemudahan pelaksanaan sangat -Kuat mempengaruhi biaya serta waktu -Cepat dilaksanakan pelaksanaan konstruksi 7 Material -murah - Dengan material alat sambung yang mudah - Kuat didapat, murah, dan kuat maka mendukung -mudah di dapat keandalan komponen beton pracetak Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) 39

35 Tabel 7 : Faktor Terpengaruh Sistim struktur No 1 Produksi Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan - Kemampuan - Sistim struktur dapat diaplikasikan jika produksi produsen mampu memproduksi 2 Transportasi - Kemampuan - Sistim struktur sangat tergantung transportasi transportasi 3 Sambungan ( Connection) - jenis alat sambung - kemampuan alat sambung mempengaruhi sistim struktur 4 Pemasan gan (erection) - Kemampuan - Kapasitas angkat crane sangat dominan crane 5 Sumber Daya Manusia - Pengalaman - Sumber daya manusia sangat berpengaruh memproduksi terhadap jenis sistim struktur. - Pengalaman mentransportasi - Pengalaman memasang 6 Teknologi -Riset - Pengembangan teknologi pracetak 7 Material -Jenis material - Mempengaruhi pengembangan sistim - Kuat struktur Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) 40

36 Tabel 8 : Faktor Terpengaruh Sumber Daya Manusia No 1 Produksi Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan - Teknik produksi - Kemampuan sumberdaya manusia dalam melaksanakan proses produksi 2 Transportasi - Cara - cara Transportasi - Pengetahuan serta pengalaman dalam mentransportasikan komponen beton pracetak 3 Sambungan ( Connection) - Sistim sambungan - Kesiapan sumberdaya manusia dalam menyatukan komponen beton pracetak 4 Pemasangan (erection) - Metode konstruksi - Kesiapan sumberdaya manusia dalam memasang komponen beton pracetak 5 Sistim struktur 6 Teknologi 7 Material - Jenis struktur - Dituntut pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai sistim yang ada - Penelitian dan - Peningkatan dan pengembangan komponen pengembangan beton pracetak -Penelitian tentang - Peningkatan teknologi pracetak material pracetak Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) 41

37 Tabel 9 : Faktor Terpengaruh Teknologi No 1 Produksi Peng aruh Item Pertimbangan Keterangan - Jenis komponen - Kebutuhan komponen baru akan memacu - Bentuk komponen teknik/ cara produksi 2 Transportasi - Jenis komponen - Penemuan komponen baru memacu baru menemukan teknik transportasi yang baik 3 Sambungan (C onnection) - Sistim sambungan - sistim ini masih harus dikaji lebih lanjut 4 Pemasangan (erection) - Metode - Teknologi pemasangan yang efisien dan pemasangan tepat 5 Sistim struktur - Pengembangan - Diharapkan dihasilkan sistim yang benar jenis sistim benar efisien struktur 6 Sumberdaya ma nusia - Kesiapan dan - Perkembangan teknologi menuntut kesiapan kemampuan melak sumberdaya manusia kukan inovasi 7 Material -Jenis dan - Dapat meningkatkan teknologi pracetak komposisi yang lebih baik Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) 42

38 Tabel 10 : Faktor Terpengaruh Material No 1 Produksi Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan - Berat komponen - Penemuan jenis material baru 2 Transportasi - sistim baru - Pemilihan jenis material 3 Sambungan (Conne ction) - Sistim sambungan - Penemuan material alat sambung yang baru 4 Pemasangan (erection) - Kapasitas crane - Pemilihan jenis material 5 Sistim struktur - Kekuatan - pemilihan jenis material 6 Sumberdaya manusia - Riset - Penelitian material alternatif 7 Teknologi - Riset - Penemuan jenis material yang lebih sesuai Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) 43

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut. BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Manajemen Konstruksi Dalam sebuah proyek konstruksi, terdapat sangat banyak perilaku dan fenomena kegiatan proyek yang mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi perilaku

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan Umum Metode pelaksanaan yang dilakukan pada setiap proyek konstruksi memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan proyek lainnya. Metode pelaksanaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Menurut Ervianto (2006), beton konvensional adalah suatu komponen struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom dirancang untuk bisa

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN 8.1 Umum Dalam bab pelaksanaan ini akan diuraikan mengenai itemitem pekerjaan konstruksi dan pembahasan mengenai pelaksanaan yang berkaitan dengan penggunaan material-material

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak terkecuali pada bangunan rumah tinggal sederhana. Balok merupakan bagian struktur yang fungsinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 4 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Beton Pracetak Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan yaitu dengan menyiapkan data berupa denah dan detil rusunawa Universitas Lampung

Lebih terperinci

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN PLAT PRECAST DENGAN PLAT CAST IN SITU DITINJAU DARI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DAN AKADEMI KEBIDANAN SIDOARJO Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP. 3107

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA Oleh : M.DICKY FIRMANSYAH NRP. 3108 030 064 HERI ISTIONO NRP.

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. ANALISIS PENGGUNAAN METODE HALF SLAB TERHADAP NILAI BIAYA DAN WAKTU DALAM PEMBANGUNAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS : PROYEK M-GOLD TOWER BEKASI JAWA BARAT) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RC

TUGAS AKHIR RC TUGAS AKHIR RC09-1380 MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SRPMM PADA GEDUNG BP2IP MENURUT SNI 03-1726-2010 Hari Ramadhan 310 710 052 DOSEN KONSULTASI : Ir. Iman Wimbadi,

Lebih terperinci

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M) KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M) Hazairin 1, Bernardinus Herbudiman 2 dan Mukhammad Abduh Arrasyid 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas), Jl. PHH. Mustofa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN 4.1. Pekerjaan Struktur Pekerjaan struktur adalah satu pekerjaan tetapi dalam kenyataannya merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Lebih terperinci

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, BAB I PENDAHULUAN I. Umum Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, pembangunan konstruksi sipil juga semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan konstruksi beton pracetak di Indonesia berkembang pesat, hal ini terkait dengan biaya konstruksi yang terus meningkat. Bila dibandingkan dengan biaya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi konstruksi pada saat ini mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern terutama

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan-perkembangan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. struktur ini memiliki keunggulan dibanding dengan struktur dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. struktur ini memiliki keunggulan dibanding dengan struktur dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Struktur beton pracetak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sistem struktur ini memiliki keunggulan dibanding dengan struktur dengan sistem konvensional.

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beton pracetak adalah struktur beton yang dibuat dengan metode percetakan sub elemen struktur (sub assemblage) secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU.

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU. PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU Nama Mahasiswa : Bagus Darmawan NRP : 3109.106.003 Jurusan : Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Dalam perancangan struktur gedung perkantoran dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System)

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Dalam perancangan struktur gedung perkantoran dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di era sekarang ini, kian marak perkembangan teknologi konstruksi yang menawarkan beberapa keuntungan, baik dari segi kemudahan pelaksanaan maupun segi ekonomis. Salah

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beton Pracetak Aplikasi teknologi prafabrikasi (pracetak) sudah mulai banyak dimanfaatkan karena produk yang dihasilkan melalui produk masal dan sifatnya berulang. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Di Indonesia hampir seluruh

Lebih terperinci

Kata kunci : metode bekisting table form

Kata kunci : metode bekisting table form 1 Perbandingan Waktu dan Biaya Konstruksi Pekerjaan Bekisting Menggunakan Metode Semi Sistem Dengan Metode Table Form (Studi Kasus: Proyek FMipa Tower ITS Surabaya) Muhammad Fandi, Yusroniya Eka Putri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan

Lebih terperinci

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : MIRANA

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan Proyek Aeropolis Lucent Tower BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1 Tinjauan Umum Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan ketinggian 8 lantai pada lahan seluas 3500 m 2. Struktur

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Metode pelaksanaan proyek konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam mencapai sasaran pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Flow Chart Metodologi Metodologi Penelitian dengan menggunakan flow chart sebagai berikut : START MASALAH (di PT PP) Bagaimana Meningkatkan Efisiensi Biaya dan Waktu

Lebih terperinci

APLIKASI SNI PRACETAK

APLIKASI SNI PRACETAK APLIKASI SNI PRACETAK SNI 7832-2012 2012 (Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Pracetak untuk Konstruksi Bangunan Gedung) Dr. Ir. Dwi Dinariana, MT SNI 7832-2012 (Tata Cara Perhitungan Harga

Lebih terperinci

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 PELATIHAN : DAFTAR MODUL Mandor Pembesian / Penulangan Beton NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 21 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di abad 21 ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat, seperti bermunculannya teori teori baru (memperbaiki teori yang sebelumnya) dan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam pelaksanaan kerja praktik yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan (terhitung sejak 1 Maret s/d 30 April 2017) dan penulisan laporan akhir yang membutuhkan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum wr.wb

Assalamu alaikum wr.wb Assalamu alaikum wr.wb PROYEK AKHIR RC09 0342 Surabaya, 2 Juli 2014 PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU PENJADWALAN (TIME SCHEDULE) PADA GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN CAST IN SITU DENGAN PRACETAK TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK DIAN REGENCY APARTEMEN

ANALISA PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN CAST IN SITU DENGAN PRACETAK TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK DIAN REGENCY APARTEMEN ANALISA PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN CAST IN SITU DENGAN PRACETAK TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK DIAN REGENCY APARTEMEN OLEH : Farizal Fani 3110105029 DOSEN PEMBIMBING : I P utu Artama Wiguna,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Struktur beton merupakan struktur yang paling sering digunakan untuk proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih dibandingkan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan Plat untuk di teruskan ke Pondasi. Tujuan penggunaan kolom yaitu : Gambar 5.1 : Pekerjaan

Lebih terperinci

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai. Analisa Perbandingan Metode Halfslab dan Plat Pekerjaan Struktur Plat Lantai Proyek Pembangunan Apartement De Papilio Tamansari Surabaya Rininta Fastaria dan Yusroniya Eka Putri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Andy Kurniawan Budiono, I Gusti Putu Raka Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN Apartemen Casa de Parco BSD BabV Pelaksanaan Pekerjaan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin

Lebih terperinci

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG Capaian Pembelajaran: Setelah mempelajari sub bab 1 Pengenalan Beton bertulang diharapkan mahasiswa dapat memahami definisi beton bertulang, sifat bahan, keuntungan dan

Lebih terperinci

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE Beton Pracetak adalah beton yang dibuat dibawah pengawasan pabrik/factory, dan dipasang /install kelapangan/site setelah beton cukup umur. Beton pracetak dapat diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia pendidikan yang dari masa ke masa berkembang semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu prasarana yang mendukung

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Hollow Core Slab ( HCS ) Suatu terobosan baru dalam konstruksi lantai beton untuk bangunan bertingkat telah hadir di Indonesia, yaitu plat beton berongga prategang pracetak (precast

Lebih terperinci

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI Jessica Nathalie Handoko Davy Sukamta ABSTRAK Kesuksesan pengembangan sebuah gedung super-tinggi sangat ditentukan oleh kecepatan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bekisting Bekisting atau cetakan beton adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk mencetak beton sesuai ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang dikehendaki.

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

BAB III DATA TEKNIS BETON PRACETAK PAESA-PSA SYSTEM

BAB III DATA TEKNIS BETON PRACETAK PAESA-PSA SYSTEM BAB III DATA TEKNIS BETON PRACETAK PAESA-PSA SYSTEM 3.1 Spesifikasi Material Sistem Struktur Pracetak PAESA PSA 3.1.1 Material Struktur Spesifikasi bahan struktur pracetak PAESA-PSA telah disesuaikan dengan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BETON PRACETAK PADA STRUKTUR TUNNEL FEEDER Antonius Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sultan Agung Jl. Raya Kaligawe Km.4, Semarang 50012 Email: antoni67a@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran BAB IV Tinjauan Bahan Bangunan Dan Alat - Alat BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah B. Latar Belakang Pada pembangunan sebuah gedung, elemen pelat merupakan bagian dari struktur atas. Gedung adalah wujud fisik dari hasil pekerjaan kostruksi yang menyatu dengantempat

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG GEDUNG RUSUNAWA MAHASISWA UNAIR SURABAYA MENGGUNAKAN PELAT PRACETAK TUGAS AKHIR.

MODIFIKASI STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG GEDUNG RUSUNAWA MAHASISWA UNAIR SURABAYA MENGGUNAKAN PELAT PRACETAK TUGAS AKHIR. MODIFIKASI STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG GEDUNG RUSUNAWA MAHASISWA UNAIR SURABAYA MENGGUNAKAN PELAT PRACETAK TUGAS AKHIR Disusun oleh : FATHUL MUJIB RUSDI 0 9 5 3 0 1 0 0 0 7 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL 7.1. Uraian umum. Pada setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Di Indonesia hampir seluruh konstruksi bangunan menggunakan beton sebagai bahan bangunan, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Beton bertulang telah dikenal luas dalam penggunaan material struktur bangunan, dengan pertimbangan pemanfaatan kelebihan perilaku yang dimiliki masing-masing komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kali kita membahas tentang konstruksi bangunan, tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kali kita membahas tentang konstruksi bangunan, tidak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setiap kali kita membahas tentang konstruksi bangunan, tidak lepas dari keberadaan struktur beton atau bahan konstruksi yang berasal dari beton bertulang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ),

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan gedung bertingkat saat ini semakin pesat dan dalam pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ), sehingga dalam pengerjaan

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB) BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB) 6.1 Uraian Umum Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL. biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung bertingkat.

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL. biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung bertingkat. BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini terjadi dengan sangat cepat tanpa terkecuali di bidang konstruksi. Bangunan gedung mulai dibuat

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi BAB V METODE PELAKSANAAN 5.1 Uraian Umum Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) SESUAI SNI 03-2847- 2002 DAN SNI 03-1726- 201X

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Fungsi Kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) LATAR BELAKANG Perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-41 Analisa Perbandingan Metode Halfslab dan Plat Pekerjaan Struktur Plat Lantai Proyek Pembangunan Apartement De Papilio Tamansari

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON 7.1 Uraian Umum Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton banyak mengalami perkembangan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BETON PRACETAK PADA STRUKTUR TUNNEL FEEDER

METODE PELAKSANAAN BETON PRACETAK PADA STRUKTUR TUNNEL FEEDER METODE PELAKSANAAN BETON PRACETAK PADA STRUKTUR TUNNEL FEEDER Antonius Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sultan Agung Jl. Raya Kaligawe Km.4, Semarang 50012 Email: antoni67a@yahoo.com

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP PROYEK AKHIR RC 090342 PERBANDINGAN WAKTU DAN BIAYA ANTARA PELAT KONVENSIONAL DENGAN PANEL LANTAI CITICON PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG A SDN SIDOTOPO WETAN IV SURABAYA Angga Sukma W NRP 3111030082 Bekti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak nomor empat di dunia dengan jumlah penduduk 255 juta orang. Jumlah penduduk yang banyak mempengaruhi fasilitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS TUGAS AKHIR PS-180 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) EKO PRASETYO DARIYO NRP

Lebih terperinci

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-19 Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak Trie Sony Kusumowibowo dan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya.

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-6 1 PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK Whisnu Dwi Wiranata, I Gusti Putu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin berkembang pesat dewasa ini, namun dewasa ini, lahan yang tersisa semakin minim sementara kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari struktur suatu bangunan. Fungsi kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu teknologi dalam bidang teknik sipil mengalami perkembangan dengan cepat. Beton merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan pada saat

Lebih terperinci

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST 0 STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST DENGAN METODE KONVENSIONAL DILIHAT DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA (Study kasus proyek Asrama Balai Sungai Surakarta Teknologi n- panel

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN BAB V METODE PELAKSANAAN 5.1 Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak - pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan didalmnya, maka makin banyak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini merupakan suatu studi kasus pekerjaan perbaikan struktur kantilever balok beton bertulang yang diakibatkan overloading/ beban yang berlebihan. Tujuan dari

Lebih terperinci