PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO OLEH PELAKU USAHA KECIL MIKRO DI KELURAHAN PASIR MULYA KECAMATAN BOGOR BARAT KOTA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO OLEH PELAKU USAHA KECIL MIKRO DI KELURAHAN PASIR MULYA KECAMATAN BOGOR BARAT KOTA BOGOR"

Transkripsi

1 PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO OLEH PELAKU USAHA KECIL MIKRO DI KELURAHAN PASIR MULYA KECAMATAN BOGOR BARAT KOTA BOGOR Oleh : Diadji Kuntoro I DosenPembimbing : Dr. Ir. Ekawati S. Wahyuni, MS DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ABSTRACT DIADJI KUNTORO. Influence of Social Capital inacquisition Stages of Micro Credit in Village of Pasir Mulya, Western District of Bogor, Bogor Muncipility.Supervisedby EKAWATI SRI WAHYUNI This study was located in Pasir Mulya Village district of Bogor City, West Java Province. Since July 20 until August 18. The purpose of this study was to analized the influence of social capital on the acquisitionphasesof micro-credit. This study used a quantitative approach and qualitative approach as supported.quantitative data obtained through a questionnaire to 30small bussiness who were respondents in this study. While the qualitative approach was done through observation, depth interviews, and search related documents or literary study. Generally the problems faced by small businesses was difficulty in obtaining loans to Banks so that fromit comes the microfinance institutions. Microfinance institutions are financial institutions that facilitate financial service small busines issues. Cooperation that exist between small business and microfinance institutions show there are other things besides economic factors which affect social capital. Sicial capital has three components they are trust, sicial networks and norms. Based on research results of all three components of the only norm that has no influence on thephases of the acquisition stage of micro-credit. Although not all components of social capital have an inflience on the acquiition stage of micro credit but overall condition of the social capital of small businesses be said to be good Keywords : social capital, the acqustion stage credits, ketch businesses, institutions microfinance

3 RINGKASAN DIADJI KUNTORO.Pengaruh Modal Sosial Terhadap Tingkatan Perolehan Kredit Mikro Oleh Pelaku Usaha Kecil di Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Di bawahbimbinganekawati SRI WAHYUNI. Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh para pelaku UKM merupakan masalah yang paling banyak ditemui karena pada umumnya usaha kecil mikro merupakan usaha yang bersifat tertutup yang mengandalkan modal dari pemilik yang jumlahnya sangat terbatas. Berangkat dari hal itu maka munculah suatu lembaga keuangan yang khusus mengatasi masalah pendanaan pelaku usaha kecil yakni Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Kerjasama yang dibentukoleh pihaklkm dengan pelaku usaha kecil melalui pinjaman kredit yang diberikan kepada pelaku usaha tersebut menunjukan adanya suatu hal yang mempengaruhi pihak LKM bersedia meminjamkan kredit kepada pelaku usaha tanpa disertai jaminan atau angunan. Hal tersebut adalah modal sosial dimana kepercayaan, norma dan jaringan merupakan pilar-pilar utama dari modal sosial itu. Berdasarkan hal tersebut maka munculah beberapa pertanyaan di dalam penelitian ini yakni Apakah modal sosial (kepercayaan, jaringan, norma) yang terdapat antara pelaku usaha kecil mikro dan LKM berpengaruh terhadaptahapan perolehan kredit dan komponen modal sosial (kepercayaan, jaringan, norma) apa yang paling berpengaruh terhadap tingkatan perolehan kredit. Untuk menjawab kedua permasalahan tersebut digunakan metode penelitian kuantitatif dengan kuesioner didukung dengan data kualitatif melalui observasi, wawancara mendalam, dan penelusuran dokumen yang terkait dengan pembahasan. Pendekatan kuantitatif ditujukan bagi 30 responden yang diperoleh dengan metode simple random sampling dari 60 kerangka sampling yang merupakan pelaku usaha kecil di kelurahan Pasir Mulya khususnya di RW 02.Hasil di lapangan menunjukan bahwa dari ketiga komponen modal sosial yakni kepercayaan, jaringan dan norma hanya jaringan yang memiliki pengaruh yang paling besar diantara kedua komponen lainnya yakni kepercayaan dan norma hal ini dikarenakan sebagian bersar warga yang memperoleh kredit dari LKM Bina Usaha Mandiri merupakan tetangga dan teman dekat sehingga jaringan sosial sangat erat kaitannya di sini. Meskipun kepercayaan juga memilikki pengaruh

4 terhadap tahapan perolehan kredit mikro sebagian responden saja yang berhasil memperoleh kredit atas dasar kekerabatan, status posisi sosial dan keterampilan.

5 PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO OLEH PELAKU USAHA KECIL MIKRO DI KELURAHAN PASIR MULYA KECAMATAN BOGOR BARAT KOTA BOGOR Oleh : Diadji Kuntoro I SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Diadji Kuntoro Nomor Pokok : I Judul : Pengaruh Modal Sosial terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro oleh Pelaku Usaha Kecil Mikro di Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, DosenPembimbing Dr. Ir. Ekawati S. Wahyuni, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Dr.Ir. SoeryoAdiwibowo, MS NIP Tanggal pengesahan:

7 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPANPEROLEHAN KREDIT MIKRO OLEH PELAKU USAHA KECIL MIKRO DI KELURAHAN PASIR MULYA KECAMATAN BOGOR BARAT KOTA BOGOR BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH (SKRIPSI) PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI,SAYA.BUAT.DENGAN.SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERNYATAAN INI. Bogor, November 2011 Diadji Kuntoro I

8 RIWAYAT HIDUP Diadji Kuntoro lahir di Jakarta 24 Oktober Penulis merupakan anak kedua dari Ibu Azizah dan Bapak Eddy Suprianto dan memiliki satu kakak bernama Ardian Prihadi.Sejak kecil penulis bertempat tinggal di Jl. Kebon Nanas Selatan III Jatinegara Jakarta Timur. Penulis memulaipendidikannya di TK Al- Bahri pada tahun , kemudian melanjutkan sekolah di SD Negeri 02 Jakarta Timur pada tahun , SMP Negeri 62 Jakarta pada tahun , dan SMA Negeri 5 Bekasi pada tahun Penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dengan Jurusan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM), di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA). Selama duduk dibangku kuliah, penulis aktif dalam kegiatan organisasi.penulis tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Mayarakat (HIMASIERA) sebagai anggota Advertising and Multimedia pada tahun Penulis juga tergabung klub teater KPM yaitu Teater UP2Date dan Klub musik KPM yaitu VOC.

9 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah- Nyaserta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan sebaik-baiknya. Skripsi yang berjudul Pengaruh Modal Sosial Terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro oleh Pelaku Usaha Kecil Mikro di Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor) yang menganalisis mengenai pengaruh modal sosial yang terdapat di dalam masyarakat memudahkan dalam pengaksesan kredit mikro oleh pelaku usaha kecil mikro. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan. Semoga penulisan Skripsi Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, November 2011 Penulis

10 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT pengatur dan pelancar segala urusan. Atas rahmat dan ridho-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS, selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan serta kritik dan saran yang membangun hingga penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, MS, selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun bagi perbaikan skripsi penulis. 3. Dr. Ir. Anna Fatchiya, MSi selaku dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan saran agar penulis lebih cermat dalam menyusun skripsi ini 4. Kedua Orang Tua yakni Mamah (Azizah), Ayah (Eddy Supriyanto) dan Abang (Ardian Prihadi) sebagai keluarga yang penulis sangat cintai dan sayangi di dunia ini meskipun penulis tidak pernah menyatakan secara terang-terangan serta atas doa yang telah diberikan terus menerus untuk Penulis. 5. Keluarga besar Bapak Haji Mohamad Tharmun dan Bapak Sudiono yang terlah memberikan dukungannya selama ini. 6. Fera, Monic dan Tuty teman satu bimbingan yang selalu membantu dan memberikan semangat serta menjadi pendengar yang baik. 7. Sahabat-sahabat yang selalu memotivasi, menginspirasi dan kadang memalukan : Lukman, Haidar, Zaky, Rajib, Gian, Wira, Arsyad dan semua teman-teman KPM 44, 45, dan 46 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu 8. Teman-teman satu kontrakan yangtelah bersama selama tiga tahun lebih Adi, Akew, Farid, Galuh, Indra, Ridwan dan Teguh

11 9. Bumble Black yang telah menemani penulis dalam merasakan suka duka selama perjalanan Jakarta-Bogor atau Bogor-Jakarta dan telah mengantar penulis kemana saja penulis inginkan. 10. Seluruh pihak yang telah membantu hingga skripsi ini diterbitkan dan tidak bisa disebutkan satu persatu dalam sebaris kata. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi banyak pihak, bagi khasanah ilmu pengetahuan, serta tanah kelahiran, bangsa, dan negara. Amin. Penulis

12 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiiii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Keuangan Mikro Konsep Modal Sosial Pengertian Kredit Kerangka Pemikiran Hipotesis Definisi Operasional BAB III PENDEKATAN LAPANG Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengumpulan Data Metode Pengambilan Sampel Pengolahan dan Analisis Data BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Luas Wilayah Kondisi Sarana dan Prasarana Kondisi Demografi Lembaga Keuangan Mikro Bina Usaha Mandiri... 33

13 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN, KONDISI EKONOMI DAN MODAL SOSIAL Karakteristik Pelaku Usaha Kecil Usia/Umur Tingkat Pendidikan Kondisi Ekonomi Status Pekerjaan Jenis Usaha Tahapan Perolehan Kredit Mikro Modal Sosial Kepercayaan Jaringan Sosial Norma BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO Pengaruh Modal Sosial terhadap perolehan Kredit Mikro Pengaruh Kepercayaan Terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro Pengaruh Jaringan Sosial Terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro Pengaruh Norma Terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro BAB VII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 62

14 DAFTAR TABEL Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB)Tahun Tabel 2. Kriteria Kredit Mikro Tabel 3. Jumlah dan Persentase Rumah Penduduk Kelurahan Pasir Mulya Menurut Kondisi Bangunan Tahun Tabel 4. Jumlah dan Jenis Sarana Pendidikan Kelurahan Pasir Mulya Tahun Tabel 5. Jumlah Sarana Perdagangan yang Terdapat di Kelurahan Pasir Mulya Tahun Tabel 6. Jumlah Penduduk Kelurahan Pasir Mulya Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 7 Komposisi Penduduk Kelurahan Pasir Mulya Menurut Tingkat PendidikanTahun Tabel 8. Komposisi Penduduk Kelurahan Pasir Mulya Menurut Mata Pencaharian Utama Tahun Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kelompok Umur Tahun Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 11. Keadaan Penduduk Berdasarkan Status Pekerjaan Tahun Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Usaha Tahun Tabel 13. Jumlah, Persentase Responden dan Tahap Perolehan Kredit Tahun Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepercayaan Tahun Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jaringan Sosial Tahun Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Norma Tahun Tabel 17. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Pengaruh Modal Sosial Terhadap Perolehan Kredit Mikro Tabel 18. Pengaruh Kepercayaan Terhadap Tahapan Perolehan KreditMikro Tahun Tabel 19. Pengaruh Jaringan Sosial Terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro Tahun

15 Tabel 20. Pengaruh Norma Terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro Tahun

16 DAFTAR GAMBAR Gambar Kerangka Pemikiran Pengaruh Modal Sosial Terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro... 22

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Lampiran 2. Daftar Kerangka Sampling dan Responden Lampiran 3. Kuesioner Lampiran 4. Pedoman Wawancara Mendalam... 73

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian di Indonesia tidak lepas dari peranan para pelaku usaha kecil mikro. Pemberdayaan usaha kecil dipandang mampu menggerakan perekonomian pedesaan dan pada akhirnya juga bisa menggerakan perekonomian nasional. Hal ini tidak terlepas dari peranan usaha kecil yang strategis baik dilihat dari segi kualitasnya maupun kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Bank Indonesia (2001) dalam Ashari (2006) mencatat beberapa peran startegis dari dari usaha kecil tersebut, diantaranya (1) Jumlahnya yang besar dan terdapat pada sektor ekonomi, (2) Potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja karena setiap investasi pada usaha kecil lebih banyak menciptakan kesempatan kerja dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha yang berskala besar dan menengah, (3) Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat dengan harga terjangkau. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB)Tahun Indikator Satuan Tahun 2008 Tahun 2009 Perkembangan Jumlah Jumlah Jumlah Usaha Mikro (Unit) Usaha Kecil (UK) (Unit) Usaha Menengah(UM) (Unit) Usaha Besar (UB) (Unit) Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah di Tahun 2008 dan 2009 Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah di tahun 2008 dan 2009 terjadi peningkatan jumlah UMKM yang terdapat di Indonesia. Pada tahun 2008 jumlah total unit

19 UMKM yang terdiri dari usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah sebesar unit dan pada tahun 2009 jumlah itu berubah menjadi unit yang artinya terjadi peningkatan jumlah unit UMKM yang cukup besar yakni sebesar unit. Hal tersebut menunjukan bahwa UMKM sudah menjadi andalan dalam perekonomian nasional yang ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah unit UMKM pada tahun Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa UKM masih memiliki permasalahan. Menurut Ashari (2006) permasalahan-permasalahan yang biasanya dihadapi oleh UKM meliputi kurangnya permodalan, sumber daya manusia yang terbatas dan lemahnya jaringan. Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh para pelaku UKM merupakan masalah yang paling banyak ditemui karena pada umumnya usaha kecil mikro merupakan usaha yang bersifat tertutup yang mengandalakan modal dari pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan pinjaman modal dari lembaga keuangan konvensional atau perbankan sangat sulit untuk diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta Bank tidak dapat dipenuhi padahal modal finansial sendiri merupakan faktor yang diperlukan untuk menjalankan suatu unit usaha. Permasalahan perolehan kredit yang dihadapi oleh pelaku usaha kecil mikro terhadap lembaga keuangan konvensional memicu munculnya suatu lembaga yang sifatnya jauh lebih fleksibel dari lembaga keuangan konvensional yakni lembaga keuangan mikro (LKM). Munculnya LKM menjadi angin segar bagi para pelaku usaha berskala kecil dalam melakukan kegaiatan perekonomian. Hal itu ditandai dengan keberhasilan mereka dalam memperoleh kredit dari LKM walaupun jumlahnya tidak terlalu besar tetapi cukup bermanfaat bagi mereka. Kerjasama yang dibentuk oleh pihak LKM dengan pelaku usaha kecil melalui pinjaman kredit yang diberikan kepada pelaku usaha tersebut menunjukan adanya suatu hal yang mempengaruhi pihak LKM bersedia meminjamkan kredit kepada pelaku usaha tanpa disertai jaminan atau angunan seperti yang diberlakukan oleh perbankan dimana jaminan atau angunan tersebut dijadikan pegangan oleh pihak perbankan jika si peminjam belum atau tidak dapat mengembalikan kredit yang dipinjamkan. Hal tersebut adalah modal sosial dimana kepercayaan, norma dan jaringan merupakan pilar-pilar utama dari modal

20 sosial. Selain itu, sebagian besar LKM berlokasi dalam satu wilayah yang sama dengan para nasabahnya dalam hal ini adalah pelaku usaha kecil sehingga kedekatan dan kekerabatan diantara mereka dapat dikatakan sangat erat dan kekerabatan yang erat menunjukan adanya kepercayaan yang tinggi antar sesama, jaringan yang kuat dan norma-norma yang ada dijalani dengan baik secara bersama-sama. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa dalam perolehan kredit oleh para pelaku usaha kecil dan mikro terhadap LKM aspek sosial yang dalam hal ini adalah modal sosial tidak dapat dikesampingkan. Dengan demikian dalam memandang perolehan kredit oleh pelaku usaha kecil terhadap LKM ini modal sosial dianggap sebagai hal yang cukup berpengaruh. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh para pelaku usaha kecil dan mikro adalah sulitnya mereka dalam memperoleh kredit dari lembaga keuangan konvensional seperti perbankan. Hal itu disebabkan oleh persyaratan yang ditetapkan oleh pihak perbankan seperti adanya agunan/ jaminan dan prosedur yang begitu rumit dinilai terlalu memberatkan pihak pelaku usaha kecil karena pada dasarnya sebagian besar dari mereka tidak memiliki agunan dan tidak terlalu mengerti dan menyukai prosedur yang rumit. Namun hal tersebut berbeda dengan LKM, lembaga keuangan ini memberi kesempatan kepada pelaku usaha kecil mikro untuk dapat mengakses kredit tanpa disertai dengan adanya agunan dan keharusan untuk menjalani prosedur yang rumit. Segala bentuk kemudahan yang ditawarkan pihak LKM terhadap pelaku usaha kecil mikro mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi kesediaan memberikan kredit oleh LKM. Faktor tersebut adalah modal sosial. Kepercayaan, jaringan, dan norma merupakan pilar-pilar utama dari modal sosial tersebut. Modal sosial yang dimaksud adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi. Artinya kerjasama yang dibentuk oleh pelaku usaha kecil mikro dan lembaga keuangan mikro atas dasar kedekatan dan kekerabatan antar anggota masyarakat karena memang pada dasarnya mereka berada dalam satu masyarakat yang sama.

21 Dengan adanya rasa saling percaya, nilai-nilai yang menjadi dasar dan interaksi komunikasi antara pelaku usaha kecil mikro dan LKM apakah dapat berpengaruh terhadap keberhasilan para pelaku usaha kecil mikro dalam memperoleh tahapan kredit yang tinggi dari LKM. Secara spesifik penelitian ini akan memusatkan perhatian pada permasalahan yang disebutkan di bawah ini: 1. Apakah modal sosial (kepercayaan, jaringan, norma) yang terdapat antara pelaku usaha kecil mikro dan LKM berpengaruh terhadap tahapan perolehan kredit? 2. Komponen modal sosial (kepercayaan, jaringan, norma) apa yang paling berpengaruh terhadap perolehan kredit? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ialah: 1. Untuk menganalisis adanya pengaruh modal sosial (kepercayaan, jaringan, norma) terhadap tahapan perolehan kredit oleh pelaku usaha kecil mikro terhadap lembaga keuangan mikro 2. Untuk mengetahui komponen modal sosial (kepercayaan, jaringan, norma) apa yang paling berpengaruh terhadap perolehan kredit oleh pelaku usaha kecil mikro terhadap lembaga keuangan mikro 1.4 Kegunaan Penelitian Mengacu kepada tujuan penelitian, maka kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai kedua aktor di dalam sistem keuangan mikro yakni pelaku usaha kecil mikro dan LKM. Selain itu, penelitian ini berguna untuk menambah pengatahuan mengenai konsep modal sosial dalam memandang kerjasama antara pelaku usaha kecil mikro dan LKM dimana kepercayaan, jaringan, dan norma merupakan pilar-pilar dari modal sosial tersebut.

22 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Keuangan mikro Keuangan mikro merupakan alat yang cukup penting untuk mewujudkan pembangunan oleh Pemerintah Indonesia dalam tiga hal sekaligus, yaitu: menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengentaskan kemiskinan. Akses terhadap jasa keuangan yang berkelanjutan merupakan prasyarat bagi para pelaku usaha mikro untuk meningkatkan kemampuan usahanya dan keluarga miskin dalam mengurangi kerentanan hidup terhadap musibah dan permasalahan ekonomi, serta untuk meningkatkan penghasilan mereka. Keuangan mikro adalah alat yang penting dalam strategi pembangunan negara yang diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan ekonomi nasional. Walaupun Indonesia memiliki beraneka ragam penyedia jasa keuangan mikro, namun kesenjangan antara permintaan dan penawaran layanan keuangan mikro masih tetap ada. Sebagian besar keluarga di Indonesia tidak memiliki akses layanan jasa keuangan, dimana sebagian besar keluarga ini tinggal di wilayah pedesaan yang jumlah masyarakat miskinnya tercatat paling tinggi (Ashari, 2006). Selanjutnya menurut Setyarini (2008) keuangan mikro juga memiliki beberapa prinsip kunci. Adapun prinsip-prinsip tersebut sebagi berikut : 1. Masyarakat miskin membutuhkan aneka ragam jasa keuangan, tidak hanyapinjaman. 2. Keuangan mikro adalah instrumen yang berdaya guna untuk melawan kemiskinan. 3. Keuangan mikro artinya membangun sistem keuangan untuk melayani masyarakat miskin. 4. Keberlanjutan keuangan sangat diperlukan agar mampu menjangkau orang miskin dalam jumlah besar 5. Keuangan mikro itu mengenai pembangunan lembaga keuangan lokal yang permanen.

23 6. Kredit mikro tidak selau merupakan jawaban. Kredit mikro tidak sesuai bagi setiap orang atau setiap situasi. Prinsip- prinsip di atas menunjukan bahwa sebagaimana halnya dengan banyak orang lainnya, orang miskin juga membutuhkan berbagai macam jasa keuangan yang nyaman, fleksibel, dan penetapan harga yang wajar. Tergantung keadaan mereka orang miskin tidak saja membutuhkan kredit, tetapi juga tabungan, transfer uang, dan asuransi. Akses terhadap jasa keuangan berkelanjutan memungkinkan masyarakat miskin meningkatkan pendapatan, meningkatkan aset, dan mengurangi kerentanan mereka terhadap goncangan eksternal. Keuangan mikro memungkinkan rumah tangga berpendapatan rendah untuk beralih dari sekedar perjuangan untuk bertahan hidup dari hari ke hari menuju perencanaan masa depan, peningkatan kondisi kehidupan, serta peningkatan kesehatan dan pendidikan anak-anak. A. Lembaga Keuangan Mikro Menurut definisi yang dipakai dalam Microcredit Summit (1997) dalam Wijono (2004), kredit mikro adalah program pemberian kredit berjumlah kecil kepada warga miskin untuk membiayai kegiatan produktif yang dia kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan keluarganya. Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro ini umumnya disebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Menurut Asian Development Bank (ADB) dalam Ashari (2006), lembaga keuangan mikro (microfinance) adalah lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loans), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta money transfers yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil (insurance to poor and low-income households and their microenterprises). Selain itu, terdapat tiga hal yang penting dalam LKM, yang pertama adalah menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan. Keuangan mikro dalam pengalaman tradisional masyarakat Indonesia seperti lumbung desa, lumbung pitih nagari dan sebagainya menyediakan pelayanan keuangan yang beragam seperti tabungan, pinjaman, simpanan, deposito maupun asuransi. Kedua, melayani masyarakat miskin karena memang pada awalnya keuangan

24 mikro muncul dan berkembang akibat dari permasalahan mengenai sulitnya masyarakat kelas menengah kebawah untuk mengakses modal dari lembaga keuangan konvensional. Ketiga, menggunakan prosedur dan mekanisme yang fleksibel. Hal ini merupakan konsekuaensi dari masyarakat yang dilayani sehingga prosedur dan mekanisme yang dikembangkan oleh sistem keuangan mikro akan selalu kontekstual dan fleksibel. Selanjutnya, merujuk pada Prabowo (2001) dalam Ashari (2006) bentuk LKM dapat berupa: (1) lembaga formal misalnya bank desa dan koperasi, (2) lembaga semiformal misalnya organisasi non pemerintah, dan (3) sumber-sumber informal misalnya pelepas uang atau rentenir. Hal lain yang perlu diperhatikan dari LKM adalah LKM dikembangkan berdasarkan semangat untuk membantu dan memfasilitasi masyarakat miskin, baik untuk kegiatan konsumtif ataupun kegiatan yang produktif keluarga miskin tersebut. Berdasarkan fungsinya, maka jasa keuangan mikro yang dilaksanakan oleh LKM memeiliki ragam yang luas yaitu dalam bentuk kredit dan pembiayaan lainya. B. Usaha kecil Mikro dan Menengah Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 seperti yang dikutip oleh Ahlam (2005) mengenai UKM terdapat beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikannya yaitu usaha mikro, kecil dan menengah. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorang dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur oleh undang-undang. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah datau usaha besar yang memenihi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Pelaku usaha kecil dan mikro adalah individu atau kelompok yang melakukan kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Aktor-aktor yang terlibat dalam usaha ini mayoritas adalah masyarakat kelas menengah kebawah yang tidak memiliki modal yang cukup besar untuk mendirikan suatu usaha yang berskala besar. Adapun ciri- ciri UKM menurut Ashari (2006) yaitu : jenis barang/komoditi

25 usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti, tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat, belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha, sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai, tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah, umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank. Pembahasan usaha kecil mengenai pengelompokan jenis usaha yang meliputi usaha industri dan usaha perdagangan. Pengertian tentang usaha kecil dan menengah (UKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan. Mengenai pengertian atau definisi usaha kecil ternyata sangat bervariasi. Dalam definisi tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaiu aspak penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut. Mengacu Undang-undang Nomor 9 tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak dua ratus juta rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) 2. Memiliki hasil penjualan paling banyak satu miliar per tahun Definisi atau kriteria yang digunakan untuk usaha kecil dan usaha menengah di Indonesia sampai saat ini dirasakan sudah tidak sesuai dengan kondisi dunia usaha, serta kurang dapat digunakan sebagai acuan oleh instansi dan institusi lain, sehingga masing-masing institusi menggunakan definisi yang berbeda. C. Peranan UMKM dalam Bidang Sosial Menurut Clapham (1991), tujuan sosial dari UMKM sekurang-kurangnya untuk mencapai tingkat kesejahteraan minimum, yaitu menjamin kebuutuhan dasar rakyat. Sadoko (1995) juga menegaskan peranan usaha kecil tidak hanya menyediakan barang-barang dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah, tetapi juga bagi konsumen perkotaan lain yang berdaya beli lebih tinggi, selain itu

26 usaha kecil juga menyediakan bahan baku atau jasa bagi usaha menengah dan besar, termasuk pemerintah lokal. Karena itu, perlu ditekankan disini bahwa perusahaan besar membutuhkan perusahaan kecil, karena alasan-alasan ekonomi, sebagai pemasok misalnya, dan pembeli produk dan penyedia berbagai jasa. Peranan UMKM untuk kepentingan konsumen berpendapatan rendah penting untuk menjamin persediaan barang bermutu sederhana bersangkutan, dan pada harga yang terjangkau. Dapat dikatakan bahwa perusahaan kecil memberikan sumbangan yang sangat penting dalam bentuk turut menurunkan biaya hidup bagi kelompok-kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Umumnya, karena itu perusahaan kecil dan menengah memberikan sumbangan yang besar dari segi kedaulatan konsumen (Clapham, 1991). Selain berperan dalam kedaulatan konsumen, UMKM memiliki peranan yang sangat berarti dalam hal penciptaan lapangan kerja. Clapham (1991) menyebutkan bahwa lebih dari 75 persen lapangan kerja di luar sektor pertanian di negara sedang berkembang diciptakan oleh perusahaan kecil dan menengah di sektor industri pengolahan, perdagangan, dan selebihnya di sektor jasa. Mendukung pernyataan tersebut, Rahmana (2009) juga menyatakan bahwa hampir 90 persen daritotal usaha yang ada di dunia merupakan kontribusidari UKM. Kontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga kerja, baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia, mempunyai peranan yang signifikan dalam penanggulangan masalah pengangguran. Berdasarkan fakta tersebut, Tambunan (2001) menyebutkan bahwa UKM juga mampu mereduksi ketimpangan pendapatan terutama di negara-negara berkembang. Melihat peranan UKM yang sangat signifikan dalam penciptaan kesempatan kerja dan nilai tambah seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, mendukung pendapat bahwa UKM mampu memberikan manfaat sosial yaitu mereduksi ketimpangan pendapatan (Sulistyastuti, 2004). Karena itu, sektor perusahaan kecil dan menengah dipandang lembaga yang cocok untuk menghilangkan dualisme ekonomi dan sosial (Clapham, 1991).

27 D. Peranan UMKM dalam Bidang Ekonomi Berdasarkan tujuan ekonomi yang hendak dicapai, UMKM dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya nasional menurut prinsip-prinsip ekonomi. Karena itu, pengusaha dan negara mempunyai tugas pokok untuk memanfaatkan semua faktor produksi (tenaga kerja, modal, dan tanah) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang maksimum dan sesuai dengan kepentingan rakyat (Clapham, 1991). Sadoko (1995) juga mengungkapkan bahwa usaha kecil memberikan kontribusi yang tinggi sekitar 55 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di sektor-sektor perdagangan, transportasi, dan industri. Sektor ini juga mempunyai peranan cukup penting dalam penghasilan devisa negara melalui usaha pakaian jadi (garments), barang-barang kerajinan termasuk meubel dan pelayanan bagi turis. Rahmana (2009) menegaskan kembali bahwa UKM di Indonesia telah menunjukkan perannya dalam penciptaan atau pertumbuhan kesempatan kerja dan sebagai salah satu sumber penting bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Kementrian Negara Koperasi dan UKM menyatakan bahwa pada tahun kontribusi UKM dalam penciptaan nilai tambah nasional sebesar Rp 1.778,75 triliun atau sebesar 53,3 persen dari PDB nasional dengan laju pertumbuhan PDB tahun adalah sebesar 5,40 persen. Selain itu, UMKM turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non-migas. Selama periode , UKM menyumbangkan rata-rata 40 persen dari total ekspor. Sadoko (1995) juga mengungkapkan bahwa dalam hal perolehan devisa, industri kecil menyumbang sekitar 15 persen dari seluruh nilai ekspor industri yang ada Pengertian Modal Sosial Konsep modal sosial memiliki pengertian yang berbeda-beda dikalangan pakar ilmu ekonomi dan ilmu sosial. Masalah konsep kapital atau modal dalam modal sosial bersumber pada beberapa keterbatasan dan referensi. Konsep kapital dalam referensi ekonomi mempertimbangkan referensi bukan ekonomi yang sering kali terbatas, konsep kapital dalam referensi ilmu sosial terlalu sedikit mempertimbangkan referensi ekonomi, sehingga sulit untuk mencapai

28 keseragaman pengertian (Lawang 2004). Berikut adalah konsep modal sosial menurut beberapa ahli : A. Putnam Menurut (Putnam 1993 dalam Vipriyanti 2007) modal sosial juga dapat dilihat sebagi sekumpulan asosiasi di antara orang-orang yang mempengaruhi produktivitas komunitas yang mencakup jaringan dan norma secara empirik saling berhubungan dan saling memiliki konsekuensi ekonomi yang penting. Modal sosial berperan di dalam memfasilitasi kerjasama dan koordinasi untuk manfaat bersama bagi anggota-anggota asosiasi. Selanjutnya (Putnam, 2000 dalam Field 2003) memperkenalkan perbedaaan dua bentuk dasar modal sosial : menjembatani (bridging) dan mengikat (bonding). Modal sosial yang menjembatani cenderung bersifat menyatukan orang dari beragam ranah sosial yang berbeda sedangkan modal sosial yang mengikat cenderung mendorong identitas ekslusif dan mempertahankan homogenitas. Masing-masing bentuk tersebut membantu menyatukan kebutuhan yang berbeda modal sosial yang mengikat adalah sesuatu yang baik untuk menopang resipprositas spesifik dan memobilisasi solidaritas, sambil pada saat yang sama menjadi semacam perekat terkuat sosiologi dalam memelihara kesetiaan yang kuat di dalam kelompok dan memperkuat identitas-identitas spesifik. Sementara hubungan-hubungan yang menjembatani lebih baik dalam menghubungkan aset eksternal dan bagi persebaran informasi da menjadi katalis sosiologi yang dapat membangun identitas dan resiprositas yang lebih luas. B. Fukuyama Menurut Fukuyama (2007), menjelaskan modal sosial secara sederhana bisa didefinisikan sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Jika anggota kelompok tersebut mengharapkan para anggota kelompok berprilaku jujur dan terpercaya, maka mereka akan saling mempercayai. Menurut Fukuyama (2007) bahwa kepercayaan sangat bergantung dengan kekerabatan, kolektivitas, etnisitas dan keterampilan yang berkembang pada setiap individu di dalam masyarakat. Berikut

29 adalah penjelasan dari kekerabatan, kolektivitas, etnisitas dan keterampilan dalam konsep Trust (Fukuyama, 2007) : 1. Kekerabatan, terkait pada hubungan seseorang dengan seseorang yang berasal dari garis keturunan yang sama, terdapat hubungan keluarga. Seseorang akan memiliki kepercayaan yang lebih kepada anak, adik, kakak, bapak, ibu yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dibandingkan dengan seseorang non-kerabat. 2. Kolektivitas, terkait dengan nilai kebersamaan yang memiliki rasa solidaritas komunal yang tinggi dalam masyarakat cenderung memiliki kekuatan ketika dihadapi suatu tekanan. 3. Etnisitas, terkait dengan persebaran etnik tertentu dalam suatu wilayah. Dalam suatu wilayah dengan komunitas yang cenderung memiliki etnik homogen maka mendukung komunitas tersebut menghadapi tekanan. 4. Keterampilan, terkait dengan keahlian yang dikuasai secara mendalam oleh seseorang untuk membuat dan melakukan aktivitas yang tidak semua orang mampu melakukannya. Walaupun definisi modal sosial di kalangan para pakar ilmu ekonomi dan ilmu sosial berbeda-beda, akan tetapi secara umum modal sosial memiliki tiga unsur utama, yaitu ; (1) Kepercayaan,(2) jaringan dan (3) Norma. Ketiga unsur tersebut dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mengukut tingkat modal sosial di suatu wilayah. 1. Kepercayaan Dalam membangun ikatan sosialnya, modal sosial dilandasi oleh trust (kepercayaan) sehingga modal sosial akan menjadi infrastruktur komunitas yang dibentuk secara sengaja (Fukuyama, 2001 dalam Alfiasari, 2007). Kepercayaan adalah rasa percaya yang terdapat di antara dua orang atau lebih untuk saling berhubungan. Bagi sebagian analis sosial kepercayaan disebut sebagai bagian yang tak terpisahkan dari modal sosial dalam pembangunan dan juga menjadi nyawa dari modal sosial tersebut. Kepercayaan adalah sesuatu yang terbangun dari hubungan-hubungan sosial dimana terdapat peraturan yang dapat dirundingkan dalam arti terdapat ruang terbuka dari peraturan-peraturan tersebut untuk mencapai harapan-harapan yang ingin dicapainya (Seligman 2000 dalam

30 Dharmawan 2002a, 2002b). Ada tiga hal utama yang saling terkait dalam kepercayaan, yaitu : (1) hubungan antara dua orang atau lebih. Termasuk dalam hubungan tersebut adalah institusi, yang dalam hal ini diwakili oleh orang. Seseorang percaya pada institusi tertentu untuk kepentingannya, karena orang dalam institusi tersebut bertindak. (2) Harapan yang terkandung dalam hubungan tersebut, yang jika direalisasikan salah satu dari kedua belah pihak tersebut. (3) Interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu terwujud. Dengan ketiga dasar tersebut kepercayaan dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial (Lawang, 2004). Rasa percaya akan mempermudah terbentuknya kerjasama. Semakin kuat rasa percaya kepada orang lain maka akan semakin kuat juga kerjasama yang terjalin antara mereka. Kepercayaan sosial muncul dari hubungan yang bersumber pada norma resiprositas dan jaringan kerja dari keterkaitan warga negara (Lawang,2004). Dengan adanya rasa saling percaya, tidak dibutuhkan aktivitas pengawasan terhadap prilaku orang lain agar orang tersebut berprilaku sesuai dengan keiinginan kita. Kepercayaan dapat dibangun, akan tetapi dapat juga hancur. Demikian juga kepercayaan tidak dapat ditimbuhkan oleh salah satu sumber saja, tetapi sering kali tumbuh berdasarkan pada hubungan teman atau keluarga (Williamson, 1987 dalam Viprianty, 2007). Rasa percaya ditentukan oleh homogenitas, komposisi, populasi dan tingkat keragaman. Ras percaya yang tinggi ditemukan pada wilayah dengan ras dan komposisi populasi yang homogen serta tingkat keberagaman rendah. Hasbullah (2006), menyatakan bahwa berbagai tindakan kolektif yang didasari atas rasa saling percaya yang tinggi akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai ragam bentuk dan dimensi terutama dalam konteks membangun kemajuan bersama.. 2. Jaringan Lawang (2004) menjelaskan, menjelaskan pengertian jaringan mengacu pada hubungan sosial yang teratur, konsisten dan berlangsung lama, hubungan tersebut bukan hanya melibatkan dua individu, melainkan banyak individu. Hubungan antar individu tersebut akan membentuk jaringan sosial yang sekaligus

31 merefleksikan terjadinya pengelompokan sosial dalam kehidupan masyarakat. Michel (1999) dalam Lenggono (2007) mengemukakan bahwa, jaringan sosial merupakan seperangkat hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk diantara kelompok orang, karekteristik hubungan tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan motif-motif prilaku sosial dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sementara Suparlan (1995) mengemukakan, bahwa jaringan sosial merupakan proses pengelompokan yang terdiri atas sejumlah orang yang masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan dihubungkan melalui hubungan sosial. Setiap individu tersebut dapat memasuki berbagai kelompok sosial yang terdapat di masyarakat dan menjalin ikatan sosial berdasarkan unsur kekerabatan, keteanggaan, dan pertemanan (Lenggono 2007). Ikatan sosial tersebut dapat berlangsung di antara mereka yang memiliki status sosial ekonomi. Setiap individu akan melihat dirinya sebagai pusat dari jaringan yang dimilikinya, ikatan sosial yang terbentuk merupakan sarana yang dapat menjembatani hubungan diantara anggota jaringan tersebut. Dalam jaringan yang terbentuk tersebut, hubungan sosial dan keanggotaanya dapat melampaui batas teritorial dan keberadaan masyarakat yang bersangkutan. Menurut Lawang (2004) jika individu mempunyai mobilitas diri yang tinggi untuk melakukan hubungan sosial yang lebih luas, ini berarti individu tersebut akan memasuki sejumlah pengelompokan dan kesatuan sosial yang sesuai dengan ruang, waktu, situasi dan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapainya kemudian Lawang (2004) menambahkan keanggotaan individu dalam suatu jaringan bersifat fleksibel dan dinamis, karena pada dasarnya setiap individu sebagai makhluk sosial akan selalu terkait dengan jaringan sosial yang kompleks. Bila sejumlah individu memasuki sejumlah jaringan sosial yang berbeda sesuai dengan fungsi dan konteksnya, ia akan merefleksikan struktur sosial yang berbeda pula. Struktur sosial bukan hanya pencerminan adanya keteraturan aturan dalam satu jaringan sosial, melainkan juga menjadi sarana untuk memahami batas-batas status peran, serta hal dan kewajiban individu yang terlibat dalam hubungan sosial tersebut. Berdasarkan tinjauan hubungan sosial yang membentuk jaringan sosial

32 dalam suatu masyarakat, maka jaringan sosial dapat dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut : 1. Jaringan kekuasaan, yakni hubungan sosial yang terbentuk bermuatan kepentingan kekuasaan 2. Jaringan kepentingan, yakni hubungan sosial yang membentiknya adalah hubungan sosial yang bermuatan kepentingan sosial 3. Jaringan perasaan, yakni jaringan sosial yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan peran 3. Norma Menurut (Dharmawan, 2002a; 2002b dalam Alfiasari, 2008) norma merupakan sebuah pertanda dalam mendukung keberadaan kepercayaan antar individu. Selain dibentuk oleh aturan-aturan tertulis misalnya dalam organisasi sosial, dalam menjalin kerjasama sebuah interaksi sosial juga terkait dengan nilainilai tradisional. Nilai-nilai yang dimaksud misalnya kejujuran, sikap menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban, dan ikatan timbal balik (Fukuyama, 2007). Hasbullah (2006), mengartikan norma sebagai sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti masyarakat pada entitas sosial tertentu. Normanorma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk prilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Norma-norma tersebut biasanya terinstitusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tetapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial. Lawang (2004), mengatakan norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Kalau struktur jaringan tersebut terbentuk karena pertukaran sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih, sifat norma kurang lebih sebagai berikut : 1. Norma itu muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan, artinya jika pertukaran tersebut hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran sosial yang selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Karena itu norma yang

33 muncul disini, bukan sekali jadi melalui satu pertukaran saja. Norma muncul karena beberapa kali pertukaran yang saling menguntungkan dan ini dipegang terus menjadi sebuah kewajiban sosial yang harus terpelihara. 2. Norma bersifat resiprokal, artinya isi norma manyangkut keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu. Orang yang melanggar norma ini yang berdampak pada berkurangnya keuntungan di kedua belah pihak, akan diberi sanksi negatif yang keras. 3. Jaringan yang terbina menjamin keuntungan kedua belah pihak secara merata, akan memunculkan norma keadilan, dan akan melanggar prinsip keadilan akan dikenakan sangsi yang keras juga Pengertian Kredit Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu, dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang dijanjikan itu dapat berupa uang, barang, atau jasa (Suyanto, 2007). Pengertian kredit menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah penyadiaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam-meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit juga dapat diartikan sebagai hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang yang sekarang (Kent dalam Ramadhini 2008). Berdasarkan beberap pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa unsur yang terkandung dalam kredit (Suyatno, 2007) adalah : 1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang di berikannya baik dalam bentuk uang, barang maupu jasa kan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. 2. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

34 3. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Adanya unsur resiko ini menyebabkan adanya jaminan dalam pemberian kredit. 4. Prestasi, yaitu objek kredit baik berupa uang, barang ataupun jasa. A. Tujuan dan Fungsi Kredit Pada dasarnya pemberian kredit dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang terwujud dalam bentuk bunga yang diterima. Namun, tujuan pemberian kredit disesuaikan juga dengan tujuan negara yaitu untyuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Pemberian kredit untuk usaha yang produktif diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi, pendapatan dan kesempatan kerja yang secara langsung dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat (Suyatno, 2007). Suyatno (2007) manyimpulkan fungsi kredit sebagai berikut : 1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang Pemilik uang dapat meminjamkan uangnya sebagai kredit kepada pengusaha atau menyimpan uangnya pada lembaga keuangan lalu uang tersebut diberikan diberikan sebagai kredit peinjaman kepada perusahaan yang digunakan untuk mengembangkan usahanya. Dengan cara ini berarti uang tersebut lebih berguna dari pada disimpan saja 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang Adanya transaksi penyaluran dan pembayaran kredit menyebabkan peredaran uang meningkat 3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang Pemberian kredit kepada pengusaha dapat meningkatkan kemampuan produksi sehingga daya guna barang makin menigkat. Selain itu, adanya penjualan dan pembelian barang secara kredit juga meningkatkan peredaran barang. 4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi Peran kredit dalam menjaga kestabilanekonomi terlihat dari penyaluran kredit pada sektor yang produktif umtuk meningkatkan produksi sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat dan ekspor

35 5. Kredit dapat meningkatkan gairah berusaha Bantuan kredit dapat mengatasi kendala modal yang dihadapi pengusaha sehingga pengusaha dapat meningkatkan usahanya. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. Penyaluran kredit kepada pengusaha memberi kesempatan untuk peningkatan skala usaha yang diikutu oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja. Selain itu, fungsi kredit dapat dilihat dari sudut pandang dunia usaha dan lembaga keuangan (Dendawijaya dalam Ramadhini 2008) yaitu : 1. Bagi dunia usaha (termasuk usaha kecil). Kredit berfungsi sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatka usahanya. Pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu yang diharapkan diperoleh dari keuntungan usahanya 2. Bagi lembaga keuangan (termasuk LKM). Kredit berfungsi untuk menyalurkan dana masyarakat kepada dunia usaha. B. Kredit Mikro Pengertian dari kredit mikro sangat terkait dengan pengertian usaha mikro. secara universal pengertian kredit mikro adalah definisi yang dicetuskan dalam pertemuan The World Summit in Microcredit di Washington pada tanggal 2-4 Februari 1997 yaitu program atau kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada masyarakat golongan kelas menengah ke bawah untuk kegiatan usaha meningkatkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus dirinya sendiri dan keluarganya (The World Summit in Microcredit, 2007 dalam Ramadhini, 2008). Usaha kredit mikro adalah suatu istilah lain dari micro credit. Ada banyak pihak yang mencoba mendefinisikan kredit mikro. Berikut ini beberapa di antaranya. Grameen Banking (2003) dalam Ramadhini (2008) mendefinisikan kredit mikro sebagai pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada pengusaha yang terlalu lemah kualifikasinya untuk dapat mengakses pada pinjaman dari bank tradisional. Calmeadow (1999) mengartikan kredit mikro sebagai arisan pinjaman modal untuk mendukung pengusaha kecil dalam beraktivitas, umumnya dengan alternatif jaminan kolateral dan sistem monitoring

36 pengembalian. Pinjaman diberikan untuk melayani modal kerja sehari-hari, sebagai modal awal untuk memulai usaha, atau sebagai modal investasi untuk membeli asset tidak bergerak. Pada umumnya, kredit mikro melayani area geografi tertentu atau masyarakat tertentu. Dana awalnya diberikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dari kelompok tertentu seperti wanita, pendatang baru, anak-anak, dan orang cacat. Kebanyakan usaha kredit mikro menawarkan beberapa bentuk dari bantuan teknis, seperti pelatihan usaha kecil, pertukaran pengalaman di antara anggota, dan peluang jejaring. Tabel 2. Kriteria Kredit Mikro Kriteria Besaran Ukuran Pinjaman kecil atau sangat kecil Kelompok sasaran Pengusaha kecil (sektor informal) Keluarga berpendatan rendah Penggunaan Meningkatkan pendapatan Pengembangan usaha Waktu dan persyaratan Kegaitan social Fleksibel Disesuaikan dengan kondisi persyaratan Sumber : Bank Indonesia, 2006 dalam Ramadhini (2008) Selanjutnya, Calmeadow menjelaskan bahwa struktur kepemilikan dana pinjaman kredit mikro amat bervariasi. Umumnya kredit mikro dimiliki secara campuran antara dana publik dengan investasi swasta. Kredit mikro juga dapat beroperasi secara independen, bagian integral dari program pengembangan masyarakat ekonomi, atau suatu program yang merupakan bagian dari bank komersial. Pada kenyataanya kredit mikro telah terbukti secara efektif dan popular dalam upaya mengatasi kemiskinan (Grameen Banking, 2003 dalam Ramadhini, 2008). Meskipun pada awalnya kredit mikro lahir sebagai suatu terobosan bagi penyediaan jasa keuangan kepada masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses ke system keuangan modern. Dalam perkembangannya, konsep pembiayaan mikro telah meluas tidak sekedar sebagai salah satu alternatif sumber

37 pembiayaan usaha kecil, tetapi lebih dari itu, sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan ekonomi (Sabirin, 2001). C. Tahapan Kredit Mikro Tahapan pemberian kredit pada dasarnya dikatagorikan menjadi tiga tahap yakni : rescue, recovery dan development (Wardoyo, 2006). Pengkatagorian tersebut didasarkan pada perkembangan usaha kecil mikro yang dilakukan oleh pelaku usaha. Pada saat tahap awal pendirian usaha, pelaku usaha kecil mikro membutuhkan jumlah dana yang tidak terlalu banyak dan dana tersebut digunakan sebagai dana pencetus atau sebagai modal awal untuk menjalankan suatu usaha. Tahap tersebut dinamakan dengan tahap rescue. Tahap rescue adalah tahap yang membutuhkan modal awal atau dana pencetus untuk memulai suatu usaha. Setelah melewati tahap rescue usaha yang dijalankan sudah mulai berjalan beberapa lama dan membutuhkan dana lain sebagai pelengkap atas kekurangankekurangan yang dialami selama tahap rescue. Tahap tersebut dinamakan dengan tahap recovery yakni tahap yang membutuhkan dana lain sebagai pelengkap atas kekurangan dalam menjalankan usaha selama tahap rescue Tahap yang terakhir adalah tahap development yakni tahap yang dilalui usaha untuk mulai melakukan pengembangan agar usaha tersebut dapat bertahan cukup lama dan pada tahap tersebut membutuhkan dana yang digunakan untuk pengembangan usaha dan biasanya jumlah dana pada tahap ini lebih besar dari tahap lainya.

38 2.2 Kerangka Pemikiran Dalam memandang permasalahan keuangan mikro aspek sosial tidak bisa kesampingkan begitu saja karena aspek sosial juga memiliki peranan yang cukup penting. Aspek sosial yang dimaksud di sini adalah modal sosial. Berdasarkan hal tersebut maka hal yang layak untuk diangkat adalah masalah perolehankredit atau modal finansial oleh pelaku usaha kecil terhadap Lembaga Keuangan Mikro. Seperti yang telah diketahui bahwa modal sosial yang terdiri dari tiga pilar utama diantaranya kepercayaan, norma dan jaringan. Kepercayaan disini ditandai dengan adanya posisi dan status sosial seseorang karena seseorang akan memiliki peran dan pengaruh yang besar jika dia memiliki posisi dan status yang tinggi dalam suatu masyarakat dan jika orang tersebur memiliki peran dan pengaruh yang besar maka anggota masyarakat lain akan cenderung memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap orang tersebut. Selain itu, kepercayaan ditandai juga dengan adanya keterampilan. Artinya seseorang yang memiliki keterampilan yang lebih akan cenderung dipercaya oleh orang lain. Komponen lain dari modal sosial adalah jaringan. Kepercayaan juga ditandai dengan kekerabatan karena seseorang akan lebih mempercayai anggota kerabatnya dibandingkan dengan orang lain. Jaringan ditandai dengan basis jaringan dan tingkat interaksi. Basis jaringan disini bisa dikatakan seperti hubungan pertemanan atau pun pertetanggaan. Selain itu jaringan ditandai dengan adanya tingkat interaksi. Suatu jaringan sosial di dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh tingkat interaksi dari masyarakat tersebut artinya jaringan sosial tidak akan muncul jika tidak ada interaksi dari masing-masing anggota masyarakat. Komponen yang terakhir dari modal sosial adalah norma. Norma ditandai dengan ketaatan terhadap aturan tertulis maupun yang tidak tertulis karena jika seseorang menjadi orang yang taat kepada aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat baik itu aturan yang tertulis ataupun yang tidak tertulis maka orang tersebut akan menjadi lebih dipercaya oleh anggota masyarakat lain. Ketiga pilar tersebut memiliki hubungan pengaruh terhadap tahapan perolehan kredit mikro yang terdiri dari rescue, recovery dan development. Masing masing dari tingkatan tersebut memiliki porsi kredit yang berbeda. Rescue merupakan tingkatan yang terendah, recovery merupakan tahapan yang berada

39 pada taraf menengah dan development merupakan tahapan yang berada pada taraf yang tinggi. MODAL SOSIAL Kepercayaan Kekerabatan Posisi dan Status Sosial Keterampilan Jaringan Basis jaringan Tingkat interaksi Tingkatan perolehan kredit mikro 1. Rescue 2. Recovery 3. Development Norma Ketaatan terhadap norma Aturan Tertulis Aturan Tidak Tertulis Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Modal Sosial Terhadap Perolehan Kredit Mikro Keterangan : Hubungan pengaruh

40 2.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Diduga semakin kuat modal sosial ( kepercayaan, jaringan, norma) maka tahapan kredit yang diperoleh semakin tinggi. 2. Diduga kepercayaan memiliki pengaruh yang paling besar di antara kedua komponen modal sosial lainnya dalam tahapan perolehan kredit 2.4 Definisi Operasional 1. Kepercayaan adalah ada atau tidak adanya perasaan yakin bahwa orang lain akan memberikan respon sebagaimana yang diharapkan dan akan saling mendukung atau setidaknya orang lain tidak akan bernaksud merugikan. Pengukuran kepercayaan dilihat melalui pernyataan yang berhubungan dengan kekerabatan, status dan posisi sosial, keterampilan. a) Kekerabatan adalah hubungan sosial yang memiliki unsur kekeluargaan seperti ayah, Ibu, anak, adik, kakak dan saudara. Penilaian kekerabatan menggunakan skor yakni : Jika pihak pelaku usaha memiliki hubungan kekerabatan dengan LKM Bina Usaha Mandiri (skor = 1) Jika pihak pelaku usaha tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan LKM Bina Usaha Mandiri (skor = 0) b) Status dan posisi sosial dilihat dari peran dan pengaruh yang dimiliki oleh pelaku usaha kecil dan dipandang penting bagi warga sekitar seperti jabatan yang bersifat formal maupun informal. Penilaian status dan posisi sosial menggunakan skor yakni : Jika pihak pelaku usaha memiliki status dan posisi sosial yang tinggi ( skor = 1) Jika pihak pelaku usaha tidak memiliki status dan posisi sosial yang rendah (skor = 0)

41 c) Keterampilan yakni kemampuan yang dimiliki pelaku usaha kecil dalam menjalankan usaha kemampuan tersbut diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman dalam menjalankan usaha. Ketetarpulan diukur berdasarkan 2 kategori yaitu : Tinggi : skor 5-8 Rendah : skor Jaringan adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Pengukuran jaringan sosial dilihat melalui pernyataan yang berhubungan dengan basis jaringan dan tingkat interaksi responden. a) Basis jaringan adalah latar belakang penyeban terbentuknya jaringan sosial bisa disebkan oleh hubungan pertetangaan dan hubungan pertemanan. Penilaian skor basis jaringan menggunakan skor yakni : Jika pihak pelaku usaha kecil bisa mendapatkan kredit atas dasar pertetanggaan dan pertemanan (skor = 1) Jika pihak pelaku usaha kecil bisa mendapatkan kredit bukan atas dasar pertetanggaan dan pertemanan (skor = 0) b) Interaksi adalah bisa dilihat melalui interaksi yang bersifat langsung seperti intetnsitas berkomunikasi. Penilaian interaksi dibagi menjadi 2 katagori yakni : Tinggi : skor 4-6 Rendah : skor Norma adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Pengukuran norma sosial dilihat melalui pernyataan yang berhubungan dengan ketaatan responden terhadap norma yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. a) Ketaatan terhadap aturan tertulis yaitu ketaatan responden terhadap aturan atau kesepakatan yang telah dibuat secara

42 bersama-sama dan dan bersifat tertulis. Penilaian ketaatan terhadap aturan tertulis dibagi menjadi 2 katagori yakni : Tinggi : skor 4-6 Rendah : skor 0-3 b). Ketaatan terhadap aturan tidak tertulis yaitu ketaatan responden dalan menjalankan nilai-nilai tradisional yang bersifat tidak tertulis. Penilaian ketaatan terhadap aturan tidak tertulis dibagi menjadi 2 katagori yakni : Tinggi : skor 4-6 Rendah : skor Tahapan perolehan kredit mikro adalah tahapan-tahapan yang terdapat pada proses pengajuan dana atau kredit oleh pihak pelaku usaha kecil dengan pihak lembaga keuangan mikro yang bersangkutan. Adapaun tahapantahapan tersebut dinilai dari kisaran jumlah dana yang dapat diperoleh yakni sebagai berikut : a) Rescue > Rp 200 ribu (skor 1) b) Recovery Rp 200 ribu - < Rp 500 ribu (skor 2) c) Development Rp 500 ribu (skor 3)

43 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pelaku usaha kecil mikro di Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Waktu penelitian dimulai sejak tanggal 10 Juli sampai dengan 15 Agustus Penelitian yang dimaksud mencakup waktu sejak peneliti di daerah peneltian di luar pengumpulan dan pengolahan data, hingga penyusunan draft skripsi. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan di Kelurahan Pasir Mulya terdapat Lembaga Keuangan Mikro Bina Usaha Mandiri yang memayungi sebagian besar pelaku usaha kecil mikro di Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner yang disebarkan kepada responden. Selain itu dilengkapi dengan wawancara mendalam dengan sejumlah responden dan informan. Data sekunder diperoleh dari dokumendokumen dan pustaka berbagai sumber yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah dokumen tentang profil Kelurahan Pasirmulya, khususnya RW 02 yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Pasirmulya serta dokumen-dokumen dan pustaka yang berasal dari berbagai sumber yang berhubungan dan menunjang penelitian. 3.3 Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah warga Kelurahan Pasirmulya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang menjadi pelaku usaha berskala kecil dan mikro. Unit analisis pada penelitian ini adalah individu. Penelitian ini akan difokuskan pada RW 02, yaitu RW yang sebagian besar pelaku usaha kecil berada di wilayah tersebut. Setelah didapatkan jumlah populasi pelaku usaha kecil, maka

44 penentuan jumlah responden akan dilakukan dengan menggunakan batasan minimal jumlah responden yakni sebesar 30 responden sampel (Singarimbun 2006). Selanjutnya, untuk menentukan responden terpilih dilakukan simple random sampling yakni sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun 2006). Kerangka sampling dalam penelitian ini dibentuk berdasarkan jumlah pelaku usaha kecil yang memperoleh dana dari LKM Bina Usaha Mandiri yakni sebanyak 60 orang 3.4 Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dikumpulkan dan dibuat kategori, kemudian dilakukan pengkodean (coding). Data hasil kuisioner terhadap responden diolah dengan menggunakan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS version 16.0) dan Microsoft Excel Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk naratif dan deskriptif. Datadata lain yang diperoleh dalam bentuk arsip, dokumen hasil wawancara, dan literatur lainnya direduksi sesuai kebutuhan penelitian. Tahap selanjutnya ialah interpretasi yang dilakukan secara induktif, yaitu berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. Analisis data kuantitaftif dilakukan dengan cara membuatnya menjadi tabulasi silang dan tabel frekuensi. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten serta informasi-informasi penting lainnya yang datang dari responden maupun informan

45 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah 42,99 Ha. Jarak Kelurahan Pasir Mulya dari pusat Pemerintahan Kecamatan adalah 9 Km Jarak Kelurahan Pasir Mulya dari pusat Pemerintahan Kota adalah 5 Km Jarak Kelurahan Pasir Mulya dari ibu kota negara adalah 60 Km. Berdasarkan letak administratif, Kelurahan Pasir Mulya berbatasan dengan Kelurahan Pasir Jaya di sebelah utara, Kelurahan Ciomas Rahayu di sebelah selatan, Kelurahan Gunung Batu di sebelah barat dan Kelurahan Pasir Kuda di sebelah timur. Kondisi topografi Kelurahan Pasir Mulya secara umum adalah berupa dataran rendah. Kelurahan Pasir Mulya memiliki tingkat curah hujan yang cukup tinggi yaitu sekitar mm/tahun dengan suhu udara rata-rata sekitar 36 0 C C 4.2 Kondisi Sarana dan Prasarana Dilihat dari jumlah sarana dan prasarana, Kelurahan Pasir Mulya memiliki sarana yang memadai. Hal ini dikarenakan letak Kelurahan yang cukup dekat dengan pusat pemerintahan kota,. sehingga sarana kesehatan, pendidikan dan ekonomi dapat dengan mudah didapat masyarakat. Bangunan rumah penduduk Kelurahan Pasir Mulya seluruhnya berjumlah 983 buah. Kondisi rumah penduduk dapat dilihat pada Tabel 3. Adapun jenis rumahnya yaitu rumah permanen, semi permanen dan non permanen. Rumah permanen adalah rumah yang bersifat tahan lama, rumah semi permanen adalah rumah yang bersifat tidak terlalu tahan lama dan rumah non permanen adalah rumah yang tidak tahan lama Sebagian rumah yang terdapat di Kelurahan Pasir Mulya merupakan rumah permanen.

46 29 Tabel 3 Jumlah dan Persentase Rumah Penduduk Kelurahan Pasir Mulya Menurut Kondisi Bangunan Tahun 2010 No Jenis Bangunan Jumlah (Unit) (%) 1 Rumah Permanen ,35 2 Rumah Semi Permanen ,78 3 Rumah Non Permanen 38 3,87 Total ,00 Sumber : Data Monografi Kelurahan Pasir Mulya (2010) Kelurahan Pasir Mulya juga memiliki sarana pendidikan yang cukup baik, mulai dari TK sampai tingkat SMP sementara untuk tingkat pendidikan SMA Kelurahan Pasir Mulya belum memiliki, sehingga jika orang tua ingin menyekolahkan anaknya ke tingkat SMA harus ke pusat kota akan tetapi jarak antara Kelurahan Pasir Mulya dengan SMA terdekat hanya sekitar 1 km sampai 3 km dimana jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh. Untuk melihat jumlah dan jenis sekolah yang terdapat di Kelurahan Pasir Mulya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan Jenis Sarana Pendidikan Kelurahan Pasir Mulya Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2010 Jenis Sarana Pendidikan Jumlah TK 3 SD/MI 3 SMP/MTS 2 SMA 0 Total 9 Sumber : Data Monografi Kelurahan Pasir Mulya (2010) Untuk memelihara kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan balita, terdapat 6 posyandu madya yang mengadakan pemeriksaan sebulan sekali, dan untuk menjaga kesehatan para lansia juga terdapat 2 posyandu lansia. Selin itu, untuk memelihara kesehatan para penduduk di Kelurahan Pasir Mulya juga terdapat satu Puskesmas dengan tenaga dokter sebanyak dua orang, tenaga perawat empat orang dan tenaga bidan dua orang. Di Kelurahan Pasir Mulya juga terdapat praktek dokter dua orang yang terdiri dari satu orang dokter umum dan satu orang

47 30 dokter gigi. Sementara untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat sebagian telah menggunakan sarana air bersih yang berasal dari PDAM yaitu sebanyak 576 rumah, sedangkan yang menggunakan sumur gali sebanyak 36 rumah. Selain itu di Kelurahan Pasir Mulya juga terdapat tiga buah mata air dan jamban umum/mck yang dapat digunakan oleh masyarakat sebanyak tiga buah. Tabel 5 Jumlah Sarana Perdagangan yang Terdapat di Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2010 Jenis Sarana Perdagangan Jumlah Pasar 0 Toko Modern 3 Toko 13 Warung 38 Kaki Lima 4 Rumah Makan/Restoran 2 Warung Makan 2 Katering 1 Total 63 Sumber : Data Monografi Kelurahan Pasir Mulya (2010) Kelurahan Pasir Mulya belum mempunyai sarana belanja berupa pasar. Akan tetapi hal ini bukan merupakan suatu kendala untuk melakukan perdagangan darang dan jasa karena masyarakat dapat dengan mudah melakukan kegiatan tersebut di warung dan toko yang banyak tersedia di sekitar lingkungan mereka, selain itu masyarakat juga menggunakan pasar yang terdapat di Kelurahan tetangga ataupun dapat dengan mudah membeli segala macam keperluan seharihari di supermarket yang letaknya tidak jauh dari Kelurahan Pasir Mulya. Adapun jumlah sarana yang terdapat di Kelurahan Pasir Mulya dapat dilihat pada Tabel 5. Sarana transportasi yang dapat digunakan oleh masyarakat Kelurahan Pasir Mulya adalah transportasi darat, seperti mobil pribadi, angkutan umum, sepeda motor, becak dan sepeda. Selain sarana dan prasarana yang telah disebutkan di atas, Kelurahan Pasir Mulya juga memiliki sarana-sarana pendukung lainya, seperti di bidang olahraga terdapat lapangan basket, lapangan volley, lapangan bulu tangkis dan lapangan tenis. Bidang industri Kelurahan

48 31 Pasir Mulya memiliki tiga buah industri sedang, dua buah industri kecil dan 20 industri rumah tangga. Sementara di bidang keagamaan Kelurahan Pasir Mulya telam memiliki sarana yang memadai hal ini dapat dilihat dari jumlah masjid yang terdapat di Kelurahan Pasir Mulya yaitu berjumlah 6 masjid, 7 mushallah, 7 majelis ta lim dan satu pondok pesantren. 4.3 Kondisi Demografi Pada tahum 2010 jumlah penduduk di Kelurahan Pasir Mulya sebanyak jiwa terdiri dari kepala keluarga dengan jumlah penduduk laki-laki sebnyak jiwa dan perempuan berjumlah jiwa. Jumlah penduduk di Kelurahan Pasir Mulya berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah Penduduk Kelurahan Pasir Mulya pada Tahun 2010 Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) (%) Laki-laki ,24 Perempuan ,76 Total ,00 Sumber : Data Monografi Kelurahan Pasir Mulya (2010) Kondisi tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Pasir Mulya sudah baik, ini ditunjukan dengan komposisi pendidikan penduduk yang sebgaian besar merupakan penduduk yang berpendidikan tamatan SMA/sederajat. Selain itu di Kelurahan Pasir Mulya sudah tidak ada lagi penduduk yang buta aksara. Untuk melihat lebih jelas komposisi penduduk Kelurahan Pasir Mulya berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7. Sebanyak 497 orang mengecap pendidikan SD/MI lalu sebanyak 634 orang mengecap pendidikan pada tahhap SMP/SLTP/MTs lalu sebanyak 1621 orang mengecap pendidikan pada tahap SMA/Aliyah dan sebanyak 343 orang mengecap pendidikan pada tahap Akademi/D1-D3 dan Sarjana hanya sebanyak 217 orang.

49 32 Tabel 7 Komposisi Penduduk Kelurahan Pasir Mulya Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) (%) Taman Kanak-kanak 0 00,00 Sekolah Dasar/ MI ,01 SMP/SLTP/MTs ,15 SMA/Aliyah ,94 Akademi/D1-D ,35 Sarjana (S1-S3) 217 6,55 Total ,00 Sumber : Data Monografi Kelurahan Pasir Mulya (2010) Penduduk Kelurahan Pasir Mulya sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta/bumn/bumd, yaitu sebesar 358 jiwa (14,28 persen), yang lainnya adalah pensiunan (19,24 persen), pertukan ( 17,35 persen), pegawai negeri sipil (14,28 persen), wiraswasta/pedagang (13,80 persen) dan sisanya sebesar tiga per sen adalah TNI, POLRI dan lain-lain. Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Komposisi Penduduk Kelurahan Pasir Mulya Menurut Mata Pencaharian Utama Tahun 2010 Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) (%) PNS ,28 TNI 5 0,45 POLRI 2 0,18 Swasta/BUMN/BUMD ,34 Wiraswasta ,80 Tani 0 0,00 Pertukangan ,35 Buruh Tani 0 0,00 Pensiunan ,24 Jasa/ lain-lain 26 2,35 Total ,00 Sumber : Data Monografi Kelurahan Pasir Mulya (2010)

50 Lembaga Keuangan Mikro Bina Usaha Mandiri Lembaga Keuangan Mikro Bina Mandiri Sejahtera merupakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM ) yang modalnya berasal dari warga RW 02 Kelurahan Pasir Mulya baik dari anggota masyarakat dan para tokoh masyarakat. kegiatan operasional LKM Bina Mandiri Sejahtera dimulai sejak bulan Agustus Pada dasarnya LKM Bina Mandiri Sejahtera bertujuan untuk membantu warga yang kekurangan modal usaha, yakni bagi warga yang mampu ikut dalam penyimpanan dan warga yang tidak mampu melakukan penyimpanan dan juga melakukan pinjaman. Sistem peminjaman dilakukan secara bergulir artinya warga yang melakukan peminjaman diberi tenggang waktu peminjaman yang telah ditentukan oleh penguruh LKM Bina Mandiri Sejahtera yakni selama 3 bulan. Sistem bergulir dilakukan dalam LKM Bina Mandiri Sejahtera karena keterbatasan dana yang tersedia. Bagi warga yang melakukan peminjaman diberikan kartu putih sebagai bukti penyetoran piutang dan bagi warga yang melakukan penyimpanan diberikan kartu kuning. Keberadaan LKM Bina Mandiri Sejahtera memberikan dampak yang positif bagi warga RW 02 Kelurahan Pasir Mulya. Banyak warga yang mencoba melakukan kegiatan wirausaha kecil-kecilan misalnya membuka toko kelontong, warung jajan, penjual makanan dan minuman keliling, usaha kerajinan dan lain-lain. Selain itu keberadaan LKM Bina Mandiri Sejahtera juga dapat meminimalisasikan warga untuk tidak meminjam dana pada Bank keliling atau rentenir yang marak baik di desa maupun di pinggiran kota.

51 34 BAB V KARATERISTIK RESPONDEN, KODISI EKONOMI DAN MODAL SOSIAL 5.1 Karakteristik Pelaku Usaha Kecil Usia/Umur Pada umumnya tingkat produkfitas kerja seseorang ditentukan oleh usia orang tersebut. Seseorang yang berumur terlalu tua meskipun dinilai memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak tidak akan bisa mengimbangi produktifitas orang yang lebih muda karena dipengaruhi oleh kodisi fisik yang sudah tidak prima lagi. Begitu pun dengan orang yang terlalu muda tidak akan bisa mengimbangi produktifitas kerja orang yang lebih tua karena dipengaruhi oleh faktor pengalaman dalam bekerja. Artinya seseorang yang terlalu tua dan terlalu muda akan sangat sulit mencapai tingkat produktifitas kerja yang maksimal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Rusli (1995) bahwa penduduk usia kerja didefinisikan sebagai peduduk yang berumur antara tahun artinya untuk seseorang yang berumur di bawah 10 tahun belum layak untuk bekerja dan untuk seseorang yang berumur di atas 64 sudah tidak layak untuk bekerja. Berkaitan dengan dengan hal tersebut pengelompokan umur responden yang dalam hal ini adalah pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya dibagi menjadi tiga kelompok yakni kelompok umur tahun, kelompok umur tahun dan kelompok umur tahun. Pengelompokan itu didasarkan pada data primer di lapangan yang menunjukkan bahwa umur pelaku usaha kecil yang memperoleh dana dari LKM Bina Usaha Mandiri beragam mulai dari 27 hingga 55 tahun atau dengan kata lain pengelompokan tersebut didasarkan pada umur terkecil dan terbesar dari responden. Klasifikasi responden berdasarkan umur tersaji dalam Tabel 9. Hasil di Tabel 9 menunjukan sebanyak 46 persen responden dengan jumlah orang sebanyak 14 orang tergolong dalam kelompok umur tahun lalu sebesar 40 persen responden dengan jumlah orang sebanyak 12 orang tergolong dalam kelompok umur tahun dan yang terakhir sebesar 14 persen

52 35 responden dengan jumlah orang sebanyak empat orang tergolong dalam kelompok umur tahun. Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kelompok Umur Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2011 No Kelompok Umur Jumlah Orang (%) Th Th Th 4 14 Total Umur minimal responden yang menjadi sampel ada penelitian ini adalah 27 tahun sedangkan umur maksimal responden yang menjadi sampel penelitian ini adalah 56 tahun. Meskipun penyebaran umur responden dalam penelitian ini tidak seimbang yakni satu kelompok umur tertentu memiliki persentase yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok umur lain, namun jika merujuk pada pendapat Rusli (1995) responden dalam penelitian ini 100 persen tergolong dalam penduduk angkatan kerja yang aktif secara ekonomi (economically active population) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden yang dimaksud dalam penelitian ini diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti. Kategori tingkat pendidikan responden di Kelurahan Pasir Mulya terbagi menjadi lima kelompok yaitu: tidak bersekolah, SD, SMP, SMA, dan responden yang berpendidikan sampai pada tahap Universitas (D1,D2,D3,S1 dan lainnya).data lengkap tentang tingkat pendidikan petani responden disajikan dalam Tabel 10. Mayoritas responden yang berprofesi sebagai pelaku usaha kecil adalah mereka yang mengenyam pendidikan rata-rata hingga sekolah menengah atas yakni sebanyak 11 orang responden dengan persentase sebesar 36 persen lalu terdapat 7 orang responden dengan persentase sebesar 24 persen dapat mengecap pendidikan sampai pada tahap sekolah dasar (SD). Sebanyak 9 orang responden dengan persentase sebesar 30 persen dapat mengecap pendidikan sampai pada

53 36 tahap sekolah menengah pertama (SMP) dan sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 10 persen dapat mengecap pendidikan sampai tahap Universitas lalu sebanyak 0 per sen responden yang tidak bersekolah artinya tidak ada responden yang tidak mengenyam pendidikan sedikitpun Tabel 10 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang (%) 1 Tidak Bersekolah SD SMP SMA Universitas 3 10 Total Ketidakadaan responden yang tidak bersekolah dikarenakan pada saat mereka berada pada usia sekolah fasilitas pendidikan di wilayah mereka sudah cukup menunjang, banyak sekolah-sekolah yang sudah berdiri sehingga kesempatan untuk memperoleh pendidikan menjadi lebih terbuka dan banyak dari responden yang mengaku tidak mengalami kesulitan jika mereka ingin memperoleh dan memanfaatkan fasilitas pendidikan formal. Namun begitu, profesi sebagai pelaku usaha kecil tidak memandang pendidikan sebagai faktor penentu dalam menjalankan usaha dan dalam hal ini usaha berskala kecil karena pada dasarnya usaha-usaha berskala kecil adalah usaha yang bersifat mandiri dan non formal artinya usaha tersebut tidak memandang ijazah pendidikan formal sebagai suatu hal yang sangat penting karena yang dibutuhkan hanyalah keterampilan dalam menjalankan usaha dan hal tersebut jarang ditemukan dalam pendidikan formal karena keterampilan dalam menjalankan usaha ditentukan oleh pengalaman pelaku usaha itu dalam menjalankan usahanya. Selain itu usaha kecil lingkup pelaksanaannya hanya sebatas satu individu atau pun keluarga karena usaha ini memiliki skala yang kecil sehingga tidak membutuhkan jumlah pekerja yang banyak artinya usaha tersebut bersifat mandiri dalam hal pelaksanaan usahanya.

54 Kondisi Ekonomi Status Pekerjaan Potensi masyarakat berhubungan dengan mata pencaharian penduduknya maka dapat dibagi menjadi dua yaitu bekerja dan tidak bekerja. Jumlah responden yang bekerja sebesar 30 orang dan tidak ada responden yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan oleh seluruh responden merupakan pelaku usaha kecil sehingga dengan begitu dapat dikatakan seluruh responden memeliki pekerjaan meskipun penghasilan dari pekerjaan tersebut tidak pasti jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain seperti pegawai ataupun karyawan. Data lengkap tentang jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2011 Status Pekerjaan Jumlahh Orang (%) Bekerja Tidak Bekerja 0 0 Total Jenis Usaha Katagori jenis usaha yang dijalankan oleh responden dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yakni non jasa dan jasa. Jenis usaha yang bersifat non jasa adalah jenis usaha yang menjual produknya dalam bentuk yang nyata yakni produk tersebut ada wujudnya. Sedangkan jenis usaha yang bersifat jasa adalah jenis usaha yang menjual produknya dalam bentuk jasa artinya yang dijual adalah keterampilan dari pelaku usaha tersebut. Data lengkap tentang jenis usaha responden disajikan dalam Tabel 12. Hasil data Tabel 12 di atas menunjukan sebagian besar responden memiliki usaha yang bersifat non jasa yakni sebanyak 76,7 persen dengan jumlah responden sebanyak 23 orang sementara hanya tujuh orang atau hanya 23,3 persen responden yang memiliki usaha yang bersifat jasa. Banyaknya responden yang memiliki usaha yang bersifat non jasa adalah karena usaha jenis ini tidak membutuhkan keahlian khusus seperti yang

55 38 dibutuhkan pada usaha yang bersifat jasa sehingga setiap orang bisa menjalankan usaha jenis ini. Tabel 12 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Usaha Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2011 No Jenis Usaha Jumlah Orang (%) 1 Non Jasa 23 76,7 2 Jasa 7 23,3 Total ,0 Lain halnya dengan usaha yang bersifat jasa, keahlian-keahlian yang dimiliki oleh pelaku usaha ini tidak diperoleh dalam waktu yang singkat artinya dibutuhkan proses yang cukup lama untuk memperoleh keahlian tersebut dan diharapkan keahlian tersebut dapat memiliki nilai jual. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak YD (41 tahun) salah seorang responden yang berprofesi sebagai tukang service barang elektronik. Beliau mengaku bahwa keahlian yang dimiliki olehnya sekarang merupakan hasil dari pengalaman dan pembelajaranya selama ini dalam melakukan perbaikan barang-barang elektronik meskipun dia belajar secara otodidak. Oleh karena itu para pelaku usaha yang tidak memiliki keahlian khusus lebih cenderung memilih usaha yang bersifat non jasa Tahapan Perolehan Kredit Merujuk pada Wardoyo (2006) tahapan perolehan kredit menjadi tiga yakni rescue, recovery, dan development. Masing-masing tahapan tersebut memiliki jumlah yang berbeda. Pada tahap rescue dana yang dapat diperoleh oleh nasabah berkisar Rp 100 ribu rupiah sampai Rp 200 ribu rupiah, lalu pada tahap recovery dana yang dapat diperoleh oleh nasabah berkisar 200 ribu rupiah keatas sampai 500 ribu rupiah, dan pada tahap development dana yang dapat diperoleh oleh nasabah sebesar 500 ribu rupiah keatas. Data lengkap mengenai tahap kredit yang dapat diperoleh responden disajikan pada Tabel 13. Hasil dari Tabel 13 menunjukan bahwa sebagian besar responden dapat memperoleh kredit pada tahap development yakni sebanyak 13 orang responden dengan persentase sebesar 43 persen lalu sebanyak 10 orang responden dapat

56 39 memperoleh kredit pada tahap recovery dengan persentase sebesar 34 persen dan sebanyak tujuh orang respponden dengan persentase sebesar 23 persen memperoleh kredit pada tahap rescue. Banyaknya responden yang memperoleh kredit pada tahap development. Tabel 13 Jumlah, Persentase Responden dan Tahap Perolehan Kredit Tahun 2011 No Tahap Perolehan Kredit Jumlah Orang (%) 1 Rescue Recovery Development Total Pada dasarnya dana yang tersedia di LKM Bina Usaha Mandiri juga terbatas dan tidak berlimpah mengingat lembaga keuangan ini adalah lembaga keuangan mikro yakni lembaga yang diperuntukan bagi para pelaku usaha kecil sehingga skalanya keuangannya tidak sebesar lembaga keuangan formal seperti perbankan. Pada saat kondisi dana di LKM Bina Usaha Mandiri sedang tersedia karena sudah disalurkan kepada beberapa nasabah maka nasabah lain yang juga ingin memperoleh pinjaman dari LKM harus menunggu dan mengantri sampai beberapa atau salah seorang dari nasabah yang sebelumnya memperoleh pinjaman mengembalikan pinjamannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu HN (31 tahun) yang merupakan pengurus dari LKM Bina Usaha Mandiri. Ibu HN mengungkapkan bahwa dana di LKM Bina Usaha Mandiri tidak selalu tersedia untuk para nasabah ada saat dimana dana yang tersedia habis karena sudah disalurkan kepada para nasabah lain yang terlebih dulu meminjam jadi jika ada salah seorang nasabah yang ingin meminjam dana pada saat dana di LKM sedang tidak ada maka dia harus mengantri dan menunggu sampai nasabah lain yang meminjam dana sebelumnya mengembalikan pinjamannya. Ibu HN juga menambahkan bahwa waktu pengembalian pinjaman biasanya paling lama hanya dua bulan walaupun Ibu HN tidak menetapkan waktu pengembaliannya. Mengenai pengembalian yang dinilai cepat yakni hanya sekitar satu sampai dua bulan menurut beliau hal itu merupakan hal yang wajar dan biasa saja karena dana

57 40 yang dipinjamkan kepada para nasabah hanya bernilai ratusan ribu saja tidak bernilai jutaan sehingga wajar jika sebagian besar nasabah dapat mengembalikan pinjaman dalam tempo waktu yang singkat. 5.3 Modal Sosial Kepercayaan Dalam memandang hubungan sosial antar individu ataupun kelompok keberadaan kepercayaan sebagai salah satu komponen dari modal sosial tidak dapat dikesampingkan, karena dengan adanya rasa saling percaya antara individu ataupun kelompok, hubungan sosial yang terjalin akan berlangsung dengan baik sehingga permasalahan-permasalahan sosial yang ditandai dengan munculnya krisis kepercayaan seperti rasa saling curiga akan semakin menghilang. Selain itu dengan adanya rasa saling percaya, tidak dibutuhkan lagi aktivitas pengawasan terhadap prilaku orang lain agar orang tersebut berprilaku sesuai dengan keiinginan kita Menurut Lawang (2004) dalam Lenggono (2007) ada tiga hal utama yang saling terkait dalam kepercayaan, yaitu : (1) hubungan antara dua orang atau lebih. Termasuk dalam hubungan tersebut adalah institusi, yang dalam hal ini diwakili oleh orang. Seseorang percaya pada institusi tertentu untuk kepentingannya, karena orang dalam institusi tersebut bertindak. (2) Harapan yang terkandung dalam hubungan tersebut, yang jika direalisasikan salah satu dari kedua belah pihak tersebut. (3) Interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu terwujud. Dengan ketiga dasar tersebut kepercayaan dapat diartikan sebagi hubungan antara dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial. Rasa percaya akan mempermudah terbentuknya kerjasama. Semakin kuat rasa percaya kepada orang lain maka akan semakin kuat juga kerjasama yang terjalin antara mereka. Bagi para pelaku usaha kecil yang berada di Kelurahan Pasir Mulya keberadaaan rasa saling percaya antar sesama pelaku usaha atau pun antar sesama warga Kelurahan Pasir Mulya merupakan modal yang berperan dalam menjalankan hubungan sosial yang menuju ke arah yang baik. Dengan adanya

58 41 rasa saling percaya maka kerjasama yang baik akan dapat terbentuk. Data lengkap mengenai tingkat kepercayaan pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya disajikan pada Tabel 14. Hasil dari Tabel 14 menunjukan bahwa sebanyak 16 responden (53 persen) memiliki kepercayaan yang bersumber dari kekerabatan lalu sebanyak 5 responden (17 persen) memiliki kerpercayaan yang bersumber pada posisi dan status sosial dan sebanyak 9 responden (30 persen) memiliki kepercayaan yang bersumber dari keterampilan. Berdasarkan data hasil tersebut dapat dilihat bahwa kepercayaan sebagian besar responden bersumber dari ikatan kekerabatan yang dimiliki oleh responden. Tabel 14 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepercayaan Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2011 No Kepercayaan Jumlah Orang (%) 1 Kekerabatan Posisi dan Status Sosial Ketarampilan 9 30 Total Besarnya jumlah responden yang memiliki kepercayaan yang bersumber dari kekerabatan sebagian besar responden yang dalam hal ini adalah pelaku usaha kecil memang sudah berada dalam satu wilayah yang sama dan hal itu diturunkan dari orang tua mereka. Banyak dari responden yang mangatakan bahwa sebagian besar atau beberapa kerabat keluarga mereka berada dan tinggal satu wilayah yang sama dengan meraka yakni di Kelurahan Pasir Mulya sehingga rasa percaya yang terbangun semakin menjadi kuat hingga pada saat ini. Hal tersebut menunjukan bahwa jenis modal sosial yang mengikat (bonding) seperti yang diungkapkan oleh Putnam (2000) dalam Field (2003) sangat terlihat disini yaitu dari hubungan kekerabatan yang masih sangat kental di wilayah ini. Selain itu sebagaimana yang diungkapkan oleh Williamson (1999) dalam Viprianty (2007) kepercayaan dapat dibangun, akan tetapi dapat juga hancur demikian juga kepercayaan tidak dapat ditimbuhkan oleh salah satu sumber saja, tetapi sering kali tumbuh berdasarkan pada hubungan teman atau keluarga. Kekerabatan merupakan faktor yang paling

59 42 penting dalam memandang kepercayaan (Fukuyama, 2007). Seseorang akan lebih percaya kepada keluarganya jika dibandingkan dengan orang lain Jaringan Sosial Sebagai makluk sosial manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat menjalani kelangsungan hidupnya karena tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Perilaku saling membantu dan saling membutuhkan tersebut melahirkan suatu bentuk kerjasama. Kerjasama tidak dapat terbentuk jika hanya melibatkan satu individu akan tetapi kerjasama baru akan terbentuk jika melibatkan banyak individu. Keterlibatan banyak individu tersebut pada akhirnya melahirkan suatu jaringan. Lawang (2004) mengemukakan bahwa, jaringan sosial merupakan seperangkat hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk diantara kelompok orang, karekteristik hubungan tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan motif-motif prilaku sosial dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Jaringan tersebut memfasilitasi komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Bagi para pelaku usaha kecil yang berada di Kelurahan Pasir Mulya jaringan sosial merupakan komponen yang penting dalan menjalani perannya baik sebagai pelaku usaha ataupun sebagai warga masyarakat Kelurahan Pasir Mulya. Dengan adanya rasa saling percaya maka kerjasama yang baik akan dapat terbentuk karena masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan sosial yang kokoh. Data lengkap mengenai jaringan sosial pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya disajikan pada Tabel 15. Hasil dari Tabel 15 menunjukan bahwa sebanyak 18 responden (60 persen) memiliki jaringan sosial yang bersumber dari basis jaringan seperti pertetangaan dan pertemanan lalu sebanyak 12 responden (40 persen) memiliki jaringan sosial yang bersumber dari interaksi. Berdasarkan data hasil tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki jaringan sosial yang bersumber dari basis jaringan seperti pertemanan dan pertetangaan. Hal terasebut disebabakan oleh karena sifat kebersamaan dan kolektivitas masih sangat kental di Kelurahan ini karena memang sebagian besar masyarakat sudah menjalin

60 43 hubungan pertemanan dan pertetangaan sejak lama sehingga sifat individual sangat jauh dari kehidupan bermasyarakat di Kelurahan Pasir Mulya. Ikatan pertemanan dan ikatan pertetangaan yang masih erat dan kental di Kelurahan Pasir Mulya menunjukan bahwa modal sosial terikat (bonding) masih sangat kental terdapat di wilayah ini hal tersebut dapat dilihat dari hubungan pertetangaan dan pertemanan yang terjalin. Selain itu hal tersebut menjadi basis jaringan utama dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menjalankan usaha. Tabel 15 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jaringan Sosial Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2011 No Jaringan Sosial Jumlah Orang (%) 1 Basis Jaringan Interaksi Total Seorang individu yang memiliki jaringan sosial yang lebih luas akan cenderung lebih mampu untuk memperoleh dan mengakses segala macam hal dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki jaringan yang luas. Sebagai contoh dalam hal informasi, seseorang akan lebih banyak dan lebih cepat memperoleh suatu informasi jika orang tersebut memiliki jaringan yang luas karena dengan begitu pihak-pihak yang termasuk ke dalam jaringan orang itu akan menjadi sumber dan menjadi pengantar informasi artinya semakin luas jaringan seseorang maka sumber informasi yang dia miliki akan semakin banyak dan juga dia akan lebih cepat mendapatkan informasi karena dia memiliki pengantar informasi yang lebih banyak. Sumber dan pengantar informasi di sini adalah teman ataupun tetangga dari mereka salah seorang anggota masyarakat di Kelurahan Pasir Mulya yang mendapatkan berbagai macam informasi. Sumber dan pengantar informasi di sini jika di kaitkan dengan pendapat Putnam (2000) dalam Field (2003) dapat dikatakan merupakan bentuk dari modal sosial yang menjembatani (bridging). Sebagai contoh ketika sedang ada pembagian kompor gas gratis dari pemerintah pihak aparat pemerintah seperti ketua RT hanya memberitahu beberapa warga saja namun dari warga tersebut informasi mengenai pembagian kompor gas gratis bisa menyebar keseluruh warga. Hal tersebut

61 44 menunjukan bahwa jaringan sosial yang berdasarkan basis jaringan masih sangat kental di Kelurahan Pasir Mulya Norma Kehidupan yang harmonis di suatu masyarakat akan terwujud jika masingmasing anggota masyarakat tersebut mau dan mampu mematuhi segala macam aturan yang berlaku di masyarakat tersebut. Aturan-aturan itulah yang merupakan bentuk dari sebuah norma. Hasbullah (2006), mengartikan norma sebagai sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti masyarakat pada entitas sosial tertentu. Hasbullah (2006) juga menambahkan norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk prilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Norma-norma tersebut biasanya terinstitusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tetapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial. Bagi para pelaku usaha kecil yang berada di Kelurahan Pasir Mulya norma sosial merupakan komponen yang penting dalan menjalani perannya baik sebagai pelaku usaha ataupun sebagai warga masyarakat kelurahan Pasir Mulya karena dengan adanya norma kerjasama yang terbentuk antar pelaku usaha kecil atau masyarakat berjalan sesuai dengan koridor aturan dan etika yang berlaku sehingga bentuk-bentuk perilaku yang merugikan diri sendiri ataupun orang lain dapat dicegah atau mungkin dihilangkan. Data lengkap mengenai norma sosial pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Norma Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2011 No Norma Jumlah Orang (%) 1 Ketaatan terhadap aturan tertulis Ketaatan terhadap aturan tidak tertulis Total

62 45 Hasil dari Tabel 16 menunjukan bahwa sebanyak 16 responden (57 persen) memiliki ketaatan terhadap norma sosial yang tertulis lalu sebanyak 13 responden (43 persen) memiliki ketaatan terhadap yang tidak tertulis seperti kejujuran, menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban dan timbal balik. Banyaknya responden yang lebih cenderung taat kepada norma yang bersifat tertulis karena di dalam norma ini terdapat sangsi yang tegas dan disepakati bersama dan sebagian besar responden masih terpaku terhadap aturanaturan yang memiliki sangsi hukum yang tegas dan masih belum menyadari sepernuhnya bahwa bentuk norma yang tidak tertulis seperti kejujuran, menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban dan timbal balik merupakan hal yang penting dalam menjalankan hubungan sosial, padahal jika hal tersebut dilaksanakan akan dapat menjadi pendorong tindakan-tindakan kerjasama dalam memudahkan pekerjaan guna mencapai keuntungan kolektif yang dirasakan bersama.

63 46 BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro Modal sosial merupakan hal yang penting dalam membentuk suatu kerjasama, baik itu kerjasama dalam aspek ekonomi, sosial, politik maupun aspek-aspek lainnya. Dalam kasus ini kerjasama yang terbentuk dilihat dari aspek ekonomi yakni pemberian kredit yang dilakukan LKM Bina Usaha Mandiri kepada pelaku usaha kecil mikro di Kelurahan Pasir Mulya. Pemberian kredit yang dilakukan oleh LKM Bina Usaha Mandiri bukan semata-mata merupakan pemberian yang dilakukan tanpa sebab, akan tetapi ada suatu hal yang menyebabkan pihak LKM Bina Usaha Mandiri bersedia memberikan pinjaman atau kredit kepada warga sekitar. Dalam hal ini faktor pertimbangan tersebut dilihat dari modal sosial yang terdapat di masyarakat yang tinggal dalam satu wilayah yang sama dengan LKM Bina Usaha Mandiri berada. Data mengenai pengaruh modal sosial terhadap perolehan kredit mikro Kelurahan Pasir Mulya bisa dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 menunjukan sebanyak 10 responden (33 persen) memperoleh kredit atas dasar kepercayaan seperti adanya hubungan kekerabatan, status dan posisi sosial, keterampilan. Sebanyak 14 responden ( 47 persen) memperoleh kredit atas dasar jaringan sosial yang dimiliki melalui basis jaringan seperti hubungan pertetangaan dan pertemanan dan juga interaksi yang terbentuk dari pihak-pihak yang bersangkutan. Sebanyak 6 responden (20 persen) memperoleh kredit atas dasar norma yakni ketaatan terhadap norma yang tertulis ataupun yang tidak tertulis. Besarnya jumlah responden yang memperoleh kredit atas dasar jaringan sosial dikarenakan sebagian besar penerima dana merupakan tetangga dan teman dekat karena mereka tinggal dalam satu wilayah yang sama dalam hal ini di RW 02 tepatnya di RT 02 dan RT 03. Hal tersebut menunjukan bahwa modal sosial terikat (bonding) memiliki pengaruh terhadap perolehan kredit mikro karena hubungan-hubungan seperti kerabat, tetangga, teman merupakan bentuk dari

64 47 modal sosial yang terikat (bonding) ( Putnam, 2000 dalam Field, 2003). Hasil wawancara terhadap pengelola LKM Bina Usaha Mandiri yakni Ibu HN (31 tahun) mengatakan bahwa sebagian besar penerima dana adalah warga sekitar saja yakni di RT 02 dan RT 03 meskipun LKM Bina Usaha Mandiri didirikan agar bisa mencakup semua RT di RW 02 namun untuk warga RT yang lain kurang begitu tertarik dengan adanya LKM Bina Usaha Mandiri karena memang selain letak geografisnya yang tidak dekat dengan LKM dan jarang sekali warga dari RT lain mengenal warga dari RT 02 dan RT 02. Hal tersebut menunjukan bahwa jaringan sosial memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dua komponen modal sosial lainnya yakni kepercayaan dan norma. Tabel 17 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2011 Modal Sosial Jumlah Total (%) Kepercayaan Jaringan Sosial Norma Kekerabatan 3 Status dan Posisi Sosial 5 Keterampilan 2 Basis Jaringan 9 Interaksi 5 Ketaatan terhadap aturan tertulis Ketaatan terhadap aturan tertulis Total Kepercayaan yang dilihat melalui hubungan kekerabatan, status posisi sosial dan keterampilan meskipun juga berpengaruh terhadap perolehan kredit namun tingkat pengaruhnya tidak setinggi jaringan sosial. Hal itu disebabkan karena tidak semua warga yang memperoleh kredit mempunyai hubungan kerabat dengan pihak LKM dan juga tidak semua penerima dana memiliki status dan posisi sosial yang dipandang di wilayah itu dan juga tidak semua warga memiliki keterampilan yang menunjang untuk dijadikan pertimbangan bagi pihak LKM Bina Usaha Mandiri untuk memberikan dana.

65 Pengaruh Kepercayaan terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro Kepercayaan merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjalani hubungan sosial tanpa adanya kepercayaan antar masyarakat mustahil hubungan sosial yang harmonis akan tercipta. Suatu individu atau kelompok jika memiliki rasa saling percaya yang rendah atau mengalami krisis kepercayaan terhadap individu atau kelompok lain maka yang akan timbul adalah rasa saling curiga dan rasa saling curiga yang berlebihan akan menciptakan berbagai macam masalah-masalah sosial. Oleh karena itu, dibutuhkanlah rasa saling percaya antar masyarakat dalam menjalani hubungan sosial agar tidak terjadi masalah-masalah sosial tersebut. Dalam hal perolehan kredit mikro kepercayaan juga memiliki peranan yang cukup penting. Seorang nasabah yang ingin memperoleh pinjaman dari suatu lembaga keuangan mikro tidak bisa langsung mendapatkan pinjaman apalagi menentukan besarnya pinjaman yang ingin diperoleh. Selain ada persyaratanpersyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah tersebut ada juga faktor lain yakni rasa saling percaya yang dimiliki oleh kedua pihak tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengaruh salah satu komponen modal sosial yakni kepercayaan dalam pengaruhnya terhadap tahapan perolehan kredit mikro. Data pengaruh antara kepercayaandengantahapan perolehan kredit mikro secara ringkas disajikan pada Tabel 18. Sebanyak 10 orang responden yang memperoleh kredit dari LKM Bina Usaha Mandiri atas dasar faktor kepercayaan sebanyak 4 orang responden dengan kepercayaan yang bersumber dari kekerabatan yang memperoleh kredit pada tahap development lalu tidak ada responden yang memperoleh kredit pada tahap recovery dan tidak ada responden yang memperoleh kredit pada tahap rescue. Selanjutnya, pada kepercayaan yang bersumber dari status dan posisi sosial terdapat 1 orang responden yang memperoleh kredit pada tahap development lalu sebanyak 3 orang yang memperoleh kredit pada tahap recovery dan tidak ada responden yang memperoleh kredit pada tahap rescue. Pada responden yang memiliki kepercayaan berdasarkan keterampilan sebanyak 1 orang memperoleh kredit pada tahap rescue hanya ada 1 orang responden yang memperoleh kredit pada tahap recovery dan tidak ada responden yang memeperoleh kredit pada tahap development.

66 49 Tabel 18 Pengaruh antara Kepercayaan dengan Tahapan Perolehan Kredit Mikro Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2011 Kepercayaan Tahapan Perolehan Kredit Mikro Rescue Recovery Development Total Kekerabatan Posisi dan Status Sosial Keterampilan Total Kepercayaan yang bersumber dari hubungan kekerabatan antara pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya dengan Lembaga Keuangan Mikro Bina Mandiri memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tahapan kredit yang dapat diperoleh oleh pelaku usaha kecil, karena memang pada dasarnya kekerabatan merupakan tonggak utama dalam membangun kepercayaan. Menurut Putnam (2000) dalam Field (2003) Modal sosial yang bertumpu pada hubungan kekerabatan tersebut dinamakan dengan modal sosial yang terikat (bonding). Karena ikatan-ikatan seperti itu merupakan ikatan yang sangat kuat bersifat bonding dan sangat mengutamakan homogenitas. Kepercayaan juga merupakan hal yang utama dalam menjalankan suatu kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan berbagai bidang lainnya. Menurut Lawang (2004) rasa percaya akan mempermudah terbentuknya kerjasama. Selanjutnya, Lawang (2004) menambahkan bahwa semakin kuat rasa percaya kepada orang lain maka akan semakin kuat juga kerjasama yang terjalin antara mereka. Sebagai contoh jika ada dua pihak yang ingin melakukan kerjasama namun kedua pihak tersebut mengalami krisis kepercayaan maka dapat dikatakan kerjasama itu pun tidak akan dapat berjalan dengan baik malah yang akan muncul adalah rasa saling curiga. Kerjasama yang terdapat dalam kasus ini adalah kerjasama dalam bidang ekonomi atau yang lebih khususnya dalam pemberian kredit kepada pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya oleh Lembaga Keuangan Mikro Bina Mandiri. Hasil wawancara di lapangan menunjukan bahwa para pelaku usaha kecil yang memperoleh pinjaman yang besar pada saat pertama kali melakukan peminjaman dari LKM Bina Mandiri mengaku memiliki hubungan yang cukup

67 50 dekat dengan pengurus LKM Bina Mandiri. Seperti yang dikatakan oleh Ibu YN (36 tahun) yang merupakan salah satu pelaku usaha kecil yang mengaku sebagai kerabat dari Pengurus LKM dan mendapatkan pinjaman sebesar Rp yang berarti tergolong dalam tahapan development atau termasuk dalam katagori tahapan yang tinggi. Ibu YN menceritakan bahwa pada saat pertama kali meminjam uang, pihak LKM tidak langsung menetapkan pinjaman yang dapat diperoleh oleh Ibu YN asalkan pinjaman yang diajukan tidak berlebihan dan sesuai dengan jumlah pinjaman yang masih tersedia. Pada saat itu Ibu YN mengajukan pinjaman sebesar Rp namun pada saat pinjaman tersebut diberikan kepada Ibu YN jumlah pinjaman tersebut bertambah menjadi sebesar Rp , ketika ditanya oleh Ibu YN mengapa demikian, pihak LKM menjawab kebetulan masih terdapat dana pinjaman sisa di LKM jadi Ibu YN mendapatkan jumlah pinjaman yang sedikit lebih banyak. Selain itu, Ibu YN juga menambahkan ketika pinjaman tersebut ingin diberikan kepada Ibu YN pihak LKM bertanya kepada beliau mengenai persetujuan apakah Ibu YN setuju jika pinjaman tersebut ditambahkan jumlahnya atau dengan jumlah yang seperti diajukan sebelumnya. Artinya pihak LKM juga tidak ingin menambahkan atau mengurangi jumlah pinjaman yang akan dipinjamkan kepada nasabahnya tanpa persetujuan dari Ibu YN. Sementara itu, hasil wawancara yang berbeda diperoleh oleh Ibu MR (29 tahun) yang merupakan salah satu responden yang juga merupakan salah satu pelaku usaha kecil yang memperoleh pinjaman dari LKM. Pinjaman yang diperoleh oleh Ibu MR tidak sebesar Ibu YN yang sebesar Rp Ibu MR hanya memperoleh dan sebesar Rp yang berarti tergolong dalam tahapan rescue atau termasuk dalam katagori tahapan yang rendah. Ibu MR mengatakan bahwa hubungan yang terjalin antara beliau dengan pihak LKM tidak terlalu dekat hanya sebatas pelaku usaha dan LKM saja karena memang beliau tinggal di RT yang berbeda dengan pihak LKM sehingga sulit untuk mengenal lebih dekat satu sama lain. Berdasarkan keterangan dari Ibu MR pada saat meminjam uang kepada LKM, Ibu MR juga tidak berani untuk meminjam dalam jumlah yang besar karena takut tidak bisa mengembalikan tepat waktu sehingga pada akhirnya mengakibatkan hal yang buruk terhadapnya karena

68 51 memang pada dasarnya beliau baru mengenal pihak LKM. Sementara itu, pihak LKM juga menjelaskan bahwa dia tidak berani meminjamkan pinjaman dalam jumlah yang besar kepada warga yang belum dikenal dengan baik karena khawatir nantinya akan menimbulkan masalah-masalah yang tidak diinginkan sehingga bagi nasabah baru yang ingin meminjam pinjaman kepada LKM Bina Mandiri hanya diberikan pinjaman pada tahapan rescue yakni berkisar Rp Rp Pihak LKM juga menambahkan bahwa jika si nasabah tersebut melakukan pembayaran dengan teratur dan bersifat lebih terbuka tidak menutup kemungkinan pada peminjaman yang selanjutnya akan memperoleh pinjaman yang lebih besar. Penjelasan di atas menunjukan bahwa besar kecil pinjaman yang dapat diperoleh oleh pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya sangat ditentukan oleh kepercayaan yang terdapat antara pelaku usaha kecil dan Lembaga Keuangan Mikro Bina Mandiri melalui hubungan kekerabatan. Terbukti dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu YN dan Ibu MR bahwa Ibu YN dapat memperoleh pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan Ibu MR karena memang beliau adalah kerabat dekat sementara Ibu MR bukan tetangga dekat karena beliau tinggal di RT yang berbeda dengan LKM Bina Mandiri sehingga intensitas pertemuan antara beliau dengan pihak LKM Bina Mandiri tidak setinggi Ibu YN dan pada akhirnya kesempatan untuk lebih mengenal satu sama lain menjadi lebih kecil dan rasa saling percaya yang dapat dibangun menjadi lebih sulit. Hal tersebut menunjukan bahwa modal sosial yang terikat (bonding) sangat erat kaitannya dalam memandang pengaruh kepercayaan terhadap tahapan perolehan kredit mikro karena terdapat gejala-gejala hubungan kekerabatan dimana hubungan kekerabatan merupakan salah satu indikator dalam modal sosial yang bersifat yang terikat (bonding) (Putnam, 2000 dalam Field, 2003). Selain itu, sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Williamson dalam Viprianty (2007). Dengan adanya rasa saling percaya, tidak dibutuhkan aktivitas pengawasan terhadap prilaku orang lain agar orang tersebut berprilaku sesuai dengan keiinginan kita. Kepercayaan dapat dibangun, akan tetapi dapat juga hancur. Demikian juga kepercayaan tidak dapat ditimbuhkan oleh salah satu sumber saja, tetapi sering kali tumbuh berdasarkan pada hubungan teman atau keluarga.

69 Pengaruh Jaringan Sosial terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro Komponen modal sosial yang kedua adalah jaringan sosial. Menurut Suparlan (1995) bahwa jaringan sosial merupakan proses pengelompokan yang terdiri atas sejumlah orang yang masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan dihubungnkan melalui hubungan sosial. Artinya jaringan sosial tidak melibatkan satu individu tetapi melibatkan banyak individu dan dari banyak individu tersebut berlangsung hubungan sosial yang pada akhirnya akan membentuk jaringan sosial (Lawang, 2004). Hal tersebut sangat sesuai dengan pendapat mengenai manusia adalah sebagai makhluk sosial yang berarti manusia tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan manusia lain untuk membantunya dalam menjalani kehidupannya. Sebagai salah satu komponen modal sosial, jaringan sosial dipandang memiliki peranan yang cukup penting dalam persoalan perolehan kredit mikro oleh pelaku usaha kecil terhadap LKM. Oleh karena itu, pada bagian ini akan menjelaskan mengenai pengaruh jaringan sosial terhadap tahap perolehan kredit mikro. Data pengaruh antara jaringan dengan tahapan perolehan kredit mikro secara ringkas disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Pengaruh antara Jaringan terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2011 Jaringan Sosial Tahapan Perolehan Kredit Mikro Rescue Recovery Development Total Basis Jaringan Interaksi Total Sebanyak 14 orang responden yang memperoleh kredit dari LKM Bina Usaha Mandiri atas dasar faktor jaringan sosial terdapat 6 orang responden yang memiliki jaringan sosial yang bersumber dari basis jaringan seperti pertetangaan dan pertemanan yang memperoleh kredit pada tahap development lalu sebanyak 3 orang responden yang memperoleh kredit pada tahap recovery dan tidak ada responden yang memperoleh kredit pada tahap rescue. Selanjutnya, pada jaringan sosial yang bersumber dari tingkat interaksi hanya terdapat 1 orang responden

70 53 yang memperoleh kredit pada tahap recovery lalu tidak ada responden yang memperoleh kredit pada tahap development. Pada umumnya pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya yang memperoleh pinjaman dari LKM Bina Mandiri merupakan masyarakat yang berada dalam satu wilayah yang sama yakni di RW 02 atau lebih khususnya di RT 02 dan 03 karena memang LKM Bina Mandiri juga berlokasi di RW 02 dan lebih tepatnya di RT 02 sehingga jaringan sosial disini hanya mencakup sebagian besar warga RT 02 dan sebagian RT 03 di Kelurahan Pasir Mulya dari hal itu dapat dikatakan bahwa basis jaringan sosial melalui hubungan pertetangaan dan pertemanan sangat kental di wilayah ini. Berdasarkan hasil di lapangan para responden yang memperoleh kredit jumlah yang besar memiliki jaringan sosial yang melalui hubungan pertetangaan dan pertemanan sehingga responden tersebut banyak mengenal dan dikenali dekat oleh sebagian besar warga masyarakat di wilayah mereka sehingga dengan begitu kontrol dan pengawasan terhadap diri mereka menjadi lebih mudah. Sebagaimana yang diungkapkan Bapak AD (39 tahun), Bapak AD merupakan salah satu responden yang memperoleh pinjaman yang besar dari pihak LKM Bina Mandiri. Beliau mengungkapkan walaupun hubungan Bapak AD dengan pihak LKM Bina Mandiri tidak dekat, akan tetapi beliau banyak mengenali dan dikenali warga RT 02 lainnya sehingga menurut Bapak AD hal tersebut merupakan faktor penyebab beliau berhasil memperoleh dana dalam jumlah yang besar. Hal yang sama juga diungkapkan oleh pihak LKM Bina Mandiri bahwa menurutnya memang ada beberapa warga yang hubungannya tidak dekat hanya sekedar hubungan antar warga saja. Namun mereka dapat memperoleh pinjaman dengan jumlah besar. Pihak LKM menganggap walaupun tidak mengenal dekat dengan nasabah akan tetapi banyak anggota masyarakat lain yang mengenalnya dengan dekat, hal itu sudah cukup untuk dijadikan faktor penilaian apakah si nasabah tersebut bisa memperoleh dana sesuai dengan kebutuhannya karena identitas kepribadian mengenai dirinya sudah dikenal dan dimengerti oleh anggota masyarakat lainnya. Responden lain yakni Ibu SP ( 30 tahun) yang mengaku tidak memiliki hubungan yang dekat dengan pihak LKM Bina Mandiri tetapi beliau memperoleh pinjaman dengan jumlah yang besar. Namun berbeda dengan responden yang

71 54 sebelumnya Ibu SP bukan merupakan warga RT 02 tapi beliau mengaku mengenal dekat beberapa warga RT 02 yang juga memperoleh pinjaman dari LKM Bina Mandiri. Beliau mengaku keberhasilan beliau memperoleh pinjaman yang besar dari LKM Bina Mandiri disebabkan oleh pertolongan saudaranya yang meminta kepada pihak LKM Bina Mandiri untuk memberikan beliau pinjaman, karena kebetulan saudara beliau adalah tetangga dekat pihak LKM Bina Mandiri yang juga memperoleh dana dari LKM Bina Mandiri. Pada awalnya Ibu SP ragu untuk meminjam dana dari LKM Bina Mandiri tapi karena beliau melihat saudaranya yang sudah lebih dulu meminjam dana dan selama itu tidak mengalami masalah maka Ibu percaya dan berminat untuk meminjam dana ke LKM Bina Mandiri. Beberapa responden lain yang tidak mendapatkan dana dalam jumlah yang besar mengaku memang belum banyak warga masyarakat yang mereka kenal karena memang sebagian dari mereka adalah warga pendatang baru sehingga jaringan sosial yang dibentuk belum terlalu luas. Mengenai hal ini pihak LKM Bina Mandiri menjelaskan bahwa pihak LKM belum berani memberikan dana dalam jumlah yang besar kepada nasabah yang merupakan warga baru dan belum banyak masyarakat yang kenal dekat dengan mereka. Penjelasan di atas menunjukan bahwa jaringan sosial memiliki pengaruh terhadap tahapan kredit yang dapat diperoleh oleh nasabah. Pada dasarnya kepercayaan pihak LKM Bina Mandiri terhadap nasabah juga lahir dari jaringan sosial nasabah tersebut. Jaringan sosial dalam kasus ini sangat berkaitan erat dengan pihak ke tiga baik itu yang berbasis individu maupun berkelompok yang dalam hal ini adalah tetangga dan teman. Peran pihak ke tiga sangat menentukan jumlah dana yang dapat diperoleh oleh nasabah terhadap LKM Bina Mandiri. Pihak ke tiga yang dimaksud disini adalah individu atau kelompok yang menjadi penghubung antara kedua belah pihak yakni LKM Bina Mandiri dan nasabah. Beberapa contoh pihak ke tiga yang sesuai dengan kasus ini adalah tetangga dan teman yang dimiliki oleh nasabah. Walaupun si nasabah tidak mengenal dekat pihak LKM namun ia memiliki teman. Tetangga dan teman yang mengenal baik pihak LKM maka kemungkinan nasabah itu bisa mendapatkan jumlah dana seperti yang ia harapkan. Berdasarkan keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk modal sosial yang bersifat menjembatani (bridging) sangat jelas terlihat

72 55 dari kedua contoh di atas karena terdapat proses penyatuan antara dua belah pihak yang sebelumnya tidak saling mengenal dan terdapat pihak ketiga yang bersifat sebagai jembatan bagi kedua belah pihak. Hal itu sesuai dengan konsep dari modal sosial yang bersifat menjembatani (bridging) yakni lebih cenderung menyatukan orang dari ranah yang berbeda (Putnam, 2000 dalam Field, 2003). Selain itu dapat disimpulkan bahwa nasabah yang memiliki jaringan sosial yang baik maka kesempatan memperoleh dana dalam jumlah yang besar menjadi terbuka akan tetapi jika si nasabah tidak memiliki jaringan sosial yang kurang baik maka akan sulit untuk mendapatkan dana dalam jumlah yang besar Pengaruh Norma terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro Hasbullah (2006), mengartikan norma sebagai sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti masyarakat pada entitas sosial tertentu. Normanorma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk prilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Norma tersebut biasanya terinstitusionalisasidan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial. Oleh karena itu, sebagai salah satu komponen dari modal sosial norma dianggap memiliki peranan dalam hal perolehan kredit mikro seperti halnya kepercayaan dan jaringan. Data pengaruh antara norma dengantahapan perolehan kredit mikro secara ringkas disajikan pada Tabel 20. Hasil dari Tabel 20 menunjukan sebanyak 6 orang responden yang mendapatkan kredit atas dasar norma sosial hanya terdapat 1 orang responden yang taat kepada norma tertulis memperoleh kredit pada tingkat development lalu sebanyak 1 orang responden memperoleh kredit pada tingkat recovery dan sebanyak 2 orang responden memperoleh kredit pada tingkat rescue. Selanjutnya, pada aspek ketaatan terhadap aturan yang tidak tertulis hanya terdapat 1 orang responden yang memperoleh kredit pada tingkat recovery lalu sebanyak 2 orang memperoleh kredit pada tingkat development dan tidak ada responden yang memperoleh kredit pada tingkat.

73 56 Tabel 20 Pengaruh antara Norma terhadap Tahapan Perolehan Kredit Mikro Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2011 Norma Tahapan Perolehan Kredit Rescue Recovery Development Total Ketaatan Terhadap Aturan Tertulis Ketaatan Terhadap Aturan Tidak Tertulis Total Pada dasarnya aturan yang dianut oleh masyarakat Kelurahan Pasir Mulya merupakan aturan yang bersifat tertulis yakni aturan yang memiliki hukum yang tegas atau memiliki nilai pidana. Sementara aturan yang tidak bersifat tertulis seperti nilai-nilai kejujuran, menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban dan timbal balik (Fukuyama, 2001) hanya dipahami sendiri oleh masing-masing individu tanpa melihat ukuran kejujuran, menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban dan timbal balik menurut orang lain artinya dari hal tersebut terdapat perbedaan ukuran nilai-nilai tersebut. Sebagai contoh, salah seorang responden merasa bahwa dirinya jujur akan tetapi menurut orang lain orang tersebut tidak jujur, berdasarkan contoh tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan ukuran nilainilai kejujuran yang dianut oleh masing-masing individu. Dalam kasus di penelitian ini nilai-nilai yang seperti itulah yang justru dapat berpengaruh dalam proses perolehan kredit karena pada dasarnya pihak LKM Bina Usaha Mandiri menganggap bahwa mereka akan lebih tertarik memberikan pinjaman jika orang yang akan dipinjami juga memiliki prilaku yang baik dan perilaku yang baik sangat tergantung dari seberapa taatkah orang tersebut menjalani norma yang ada. Seorang pelaku usaha kecil belum tentu bisa langsung memperoleh kredit pada tahap development walaupun pelaku usaha itu sudah merasa menjalankan norma-norma yang ada namun menurut pihak LKM ternyata orang tersebut belum menjalankan norma yang ada.

74 57 BAB VII PENUTUP 7.1 Simpulan Secara keseluruhan kondisi modal sosial yang terdapat pada pelaku usaha kecil di RW 02 kelurahan Pasir Mulya terbilang cukup baik. Pada aspek kepercayaan unsur-unsur seperti hubungan kekerabatan, posisi dan status sosial masih menjadi hal yang penting dalam melihat aspek kepercayaan di wilayah ini. Sementara pada aspek jaringan sosial dapat dilihat dari masih kentalnya hubungan pertetanggaan dan pertemanan yang terjalin antar masing-masing warga dan pada aspek norma yakni aturan-aturan yang bersifat tertulis ataupun tidak tertulis warga Kelurahan Pasir Mulya masih menaati kedua macam aturan tersebut. Kesemua hal tersebut ditandai dengan berhasilnya warga masyarakat dalam mendapatkan keredit dari Lembaga Keuangan mikro Bina Usaha Mandiri. Hubungan seperti kekerabatan, pertetangaan, pertemanan, posisi dan status sosial menjadi dasar bagi warga agar dapat mendapatkan kredit dari pihak LKM sehingga modal sosial terikat (bonding) dan modal sosial menjembatani (bridging) sangat jelas terlihat di penelitian ini. Namun dari ketiga komponen modal sosial yakni kepercayaan, jaringan sosial dan norma ternyata jaringan sosila yang memiliki pengaruh yang paling besar hal tersebut dapat dilihat dari jumlah responden sebanyak 47 persen sementara untuk kepercayaan dan norma secara berurutan memiliki persentase sebesar 33 persen dan 20 persen. Besarnya jumlah responden yang mendapatkan kredit atas dasar jaringan sosial dikarenakan sebagian besar warga merupakan tetangga dekat dan teman dekat dari pihak LKM Bina Usaha Mandiri karena hubungan pertetanggaan dan pertemanan sangat erat kaitannya dengan jaringan sosial. Sementara mengenai pengaruh modal sosial terhadap tahapan perolehan kredit dari masing-masing komponen modal sosial jaringan sosial memiliki jumlah responden yang paling banyal memperoleh kredit pada tahap development yaitu sebanyak 6 orang responden, kepercayaan memiliki jumlah responden sebanyak 5 orang dan norma memiliki responden sebanyak 3 orang. Hal tersebut menandakan bahwa jaringan

75 58 sosial selain paling berpengaruh terhadap perolehan kredit ternyata juga berpengaryh terhadap tahapan perolehan kredit Saran 1. Bagi para pelaku usaha kecil agar meningkatkan kualitas kerjasama kepada LKM Bina Usaha Mandiri dengan membangun modal sosial yang skuat seperti memperluas jaringan sosial, menaati norma-norma yang berlaku baik itu norma tertulis ataupun yang tidak tertulis sehingga dari kedua hal tersebut akan memupuk rasa saling percaya yang tinggi dan pada akhirnya akan kembali kepada terbentuknya kerjasama yang kokoh antara pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya dan LKM Bina Usaha Mandiri. 2. Bagi Lembaga Keuangan Mikro Bina Usaha Mandiri agar lebih memperluas cakupan sasaran pelaku usaha kecilnya, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada RW 02 namun dapat mencakup ke RW lainnya karena pada dasarnya LKM Bina Usaha Mandiri terbentuk atas nama Kelurahan Pasir Mulya bukan hanya pada RW 02 saja artinya semua RW yang termasuk kedalam kelurahan itu berhak untuk memperoleh dana dari LKM Bina Usaha Mandiri. Selain itu LKM Bina Usaha Mandiri agar dapat menambah jumlah pengurus karena saat ini dinilai sangat minim sekali sehingga pengurus saat ini menjadi sedikit kesulitan dalam melayani pengajuan dana dari masyarakat. 3. Bagi aparat pemerintah agar lebih mencurahkan perhatian kepada program pemberian kredit ini karena saat ini pihak LKM Bina Mandiri masih kekurangan dalam masalah pendanaan, dari hal itu diharapkan para aparat pemerintah bisa membantu dalam permasalahan dana dan peningkatan softskill sehingga para pelaku usaha kecil di Kelurahan Pasir Mulya dapat bersaing dengan pelaku usaha kecil dari wilayah lain.

76 59 DAFTAR PUSTAKA Ahlam.2005.Studi Komparatif Sistem Pengelolaan Kredit antar Lembaga Keuangan Mikro Upaya mencari sistem Lembaga Keuangan Mikro yang Efisien. Tesis. Bogor. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Alfiasari.2007 Analisis Modal Sosial dalam Pemberdayaan ekonomi Keluarga Miskin di Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor.Tesis. Bogor. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Anggana Kabupaten Kutai Kertanegara [tesis]. Bogor. Sekolah Ashari Potensi Lembaga Keuangan Mikro dalam Pembagunan Ekonomi Pedesaan dan Kebijakan Pengembangannya. Jurnal. Pusat kebijakan Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jakarta Calmeadow Community Micro-loan Funds in Canada. Dalam Sorce of Finance. E/so03061e.html Clapham, R.1991, Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara, Penerjemah Masri Maris, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta Dharmawan,AH. 2002a, Kemiskinan Kepercayaan (The Poverty of Trust), Stok Modal Sosial dan Disintergrasi Sosial, Makalah Seminar dan Kongres Nasional IV Ikatan Sosiologi Indonesia 2002 disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana Institut pertanian Bogor. Field, J Modal Sosial, Penerjemah Nurhadi. Kreasi Kencana, Bantul Fukuyama, F Trust (Kebijakan dan Penciptaan Kemakmuran). (Kebijakan dan Penciptaan Kemakmuran). Yogyakarta : Qalam Hasbullah J Social Capital : Menuju Keunggulan Budaya Manusia Hasil Penelitian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.[Internet] ektif+pembangunan+pdf.html Hendayana,R dan Bustaman,S Fenomena Lembaga Keuangan Mikro dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Indonesia. MR-United Press Jakarta. Jakarta Komunitas Petambak di Desa Muara Pantuan Kecamatan Kristi,RA Strategi Meningkatkan Peranan Lembaga Keuangan Mikro dalam Menopang Ekonomi Pedesaaan (kasus Koperasi Kerja Usaha Bersama Kramat Jaya, Desa Pabuaran Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: Program Sarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Kurnia,W Analisis Sosial Capital terhadap Repayment Rate pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor). Skripsi. Bogor: Program Sarjana Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

77 60 Lawang RMZ Kapital Sosial dalam Perspaktif Sosiologik suatu Pengantar. Lenggono PS Modal Sosial dalam Pengelolaan Tambak :Studi Kasus pada Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Rahmana, A. 2009, Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi2009,ISSN: , Resnawaty,R.(2007) Penguatan Hubungan Kemitraan Pengrajin Kayu Ukir dan Hias (Studi Kasus di Desa Cipancing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat).Tesis.Bogor. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Rusli, Said Pengantar Ilmu Kependudukan Edisi Revisi (cetakan ketujuh). Jakarta: LP3ES. Sabirin, S Pemanfaatan Kredit Mikro untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Rakyat didalam Era Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah Lustrum IX UniversitasAndalas, Padang, 13September Sadoko, I, dkk 1995, Pengembangan Usaha Kecil: Pemihakan Setengah Hati, Yayasan Akatiga, Bandung Setyarini,DP Evaluasi Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Swamitra Mina dengan Pendekatan Balanced Score Card (Studi Kasus di Kabupeten Bantul, Yogyakarta).Tesis. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Singarimbun MES Metode penelitian survai. Jakarta [ID]: LP3ES Sitorus,MTF. Sutarto,E. Lubis,PD. Agusta,I. Pambudy,R Agribisnis Berbasis Komunitas Sinergi Modal Ekonomi dan Modal Sosial, PT. Sang Hyang Seri (Persero) Jakarta dan Pusat Kajian Agraria, Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Suharto, E (2005), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan dan Pekerjaan Sosial, Bandung : Refika Aditama Sulistyastuti, DR. 2004, Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia , Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 9, Nomor 2 Desember 2004, Halaman , Suyatno, T Dasar-dasar Perkreditan.Edisi keempat. Gramedia Pustaka Tambunan, Tulus T.H. 2009, UMKM di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Vipriyanti NU Analisis Keterkaitan Modal Sosial dan Pembangunan Wardana,R Penerapan Sistem Manajemen Mutu dalam Meningkatan Kinerja Usaha UKM( Kasus Di PT Sapukurata Kharisma). Tesis. Bogor. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

78 Wardoyo Pengembangan Lembaga Keuangan Non Bank untuk Pembrdayaan UKM. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 2 [internet] diunduh pada tanggal 1 November 2010). Wijono,WW Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional : Upaya Kongkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan.Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan[internet] 61

79 LAMPIRAN 63

80 64 Lampiran 1. Peta lokasi kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor.

81 65 Lampiran 2. Daftar Kerangka Sampling dan Responden No Nama Kelurahan RW RT 1 NR Pasir Mulya IN Pasir Mulya AS Pasir Mulya HN Pasir Mulya EL Pasir Mulya TT Pasir Mulya YS Pasir Mulya ST Pasir Mulya DN Pasir Mulya DF Pasir Mulya ND Pasir Mulya YD Pasir Mulya NS Pasir Mulya SP Pasir Mulya IS Pasir Mulya AS Pasir Mulya TT Pasir Mulya NN Pasir Mulya NN Pasir Mulya HF Pasir Mulya UP Pasir Mulya IN Pasir Mulya RN Pasir Mulya MR Pasir Mulya NG Pasir Mulya PC Pasir Mulya YN Pasir Mulya AD Pasir Mulya ES Pasir Mulya US Pasir Mulya EP Pasir Mulya SN Pasir Mulya NV Pasir Mulya NG Pasir Mulya EN Pasir Mulya NN Pasir Mulya KH Pasir Mulya DN Pasir Mulya DS Pasir Mulya TT Pasir Mulya JN Pasir Mulya ST Pasir Mulya HT Pasir Mulya EN Pasir Mulya HF Pasir Mulya DH Pasir Mulya OJ Pasir Mulya NH Pasir Mulya AH Pasir Mulya ID Pasir Mulya NP Pasir Mulya PP Pasir Mulya SL Pasir Mulya 02 03

82 54 YL Pasir Mulya IP Pasir Mulya ET Pasir Mulya NN Pasir Mulya ST Pasir Mulya EN Pasir Mulya NN Pasir Mulya

83 67 Lampiran 4. Kuesioner No Responden : Tanggal wawancara : KUISIONER PENELITIAN PENGARUH MODAL SOSIAL DALAM PEROLEHAN KREDIT MIKRO Saya Diadji Kuntoro, mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, sedang akan menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan studi. Saya mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi kuisioner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban anda dijamin kerhasiaannya dan sematamata hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih. I. Keterangan Individu 1. Nama : 2. Umur : 3. Alamat : 4. Jenis kelamin : Laki-laki ( ) / Perempuan ( ) 5. Status Pernikahan : Belum Menikah ( ) menikah ( ) Janda/Duda( ) 6. Pendidikan terakhir : a. SD b. SMP c.sma d.d3/s1/s2/s3 e.tidak sekolah 7. Ijazah pendidikan formal yang anda miliki : a. SD b. SMP c. SMA d. D3/S1/S2/S3 e. Tidak ada 8. Pendidikan Non Formal : a. Kursus b.pelatihan c.tidak Ada II. Keterangan Usaha 9. Jenis Usaha : Jasa ( ) Non Jasa ( ) 10. Jumlah pekerja :... orang 11. Nama Usaha :...

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Keuangan mikro Keuangan mikro merupakan alat yang cukup penting untuk mewujudkan pembangunan oleh Pemerintah Indonesia dalam tiga hal sekaligus, yaitu:

Lebih terperinci

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro 46 BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro Modal sosial merupakan hal yang penting dalam membentuk suatu kerjasama,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Bank Plecit Bank plecit merupakan koperasi simpan pinjam yang memberikan tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengakui bahwa usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) memainkan peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara

Lebih terperinci

Oleh: Riza Primahendra 1

Oleh: Riza Primahendra 1 BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 13230 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 SEKTOR MIK IKRO DAN KEUANGAN N MIKRO PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasca krisis tahun 1997 dan krisis ekonomi global tahun 2008 di Indonesia, UMKM mampu membuktikan bahwa sektor ini mampu menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Pemerintah

Lebih terperinci

ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA).

ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA). URGENSI UNDANG-UNDANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BAGI PENGUATAN USAHA MENENGAH, KECIL DAN MIKRO DI INDONESIA H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Kongres Nasional Baitul Mall wa-tamwil (BMT)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dibentuk terutama untuk melayani kebutuhan pelayanan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat ekonomi lemah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia secara nasional menunjukkan bahwa kegiatan usaha mikro merupakan salah satu bidang usaha yang konsisten dan berkembang. Bahkan sejarah telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tujuan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian pembangunan pada seluruh aspek kehidupan manusia yang berkesinambungan, yaitu meliputi kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undangundang Perbankan 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undangundang Perbankan Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Liberalisme dan kemiskinan serta ketergantungan merupakan fenomena yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan dan ketergantungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pilar perekonomian suatu negara tidak lepas dari bagaimana Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjalankan perannya demi meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan bank sebagai lembaga keuangan dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi semakin meningkat kebutuhannya. Semua sektor kegiatan yang meliputi industri,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi, baik di sektor pertanian/usahatani maupun di luar sektor pertanian. Tanpa salah satu faktor produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung dengan pesat. Hal ini juga ditunjukkan dengan semakin banyaknya bank yang bermunculan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, lembaga keuangan berperan aktif dalam membantu pertumbuhan ekonomi. Salah satu hal yang menunjukkan bahwa sebuah Negara telah memiliki kemajuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh 1 ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh WAWAN KURNIA H14103116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : Irma Dianita /FE/EA. Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2011

SKRIPSI. Diajukan oleh : Irma Dianita /FE/EA. Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2011 STUDI PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA USAHA MIKRO DAN KECIL (UMK) (Studi Kasus pada Usaha Mikro dan Kecil Pengrajin Sepatu dan Sandal Wanita di Wilayah Surabaya Utara dan Barat) SKRIPSI Diajukan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap Perekonomian di Indonesia 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia UMKM merupakan bagian penting dari perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi ekonomi secara terus menerus kearah yang lebih baik dengan harapan terwujudnya pemerataan pendapatan, kemakmuran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Hingga tahun 2011, tercatat sekitar 99,99 persen usaha di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perspektif dunia, sudah diakui bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah lama memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak permasalahan yang terkait dengan hal ekonomi dan pembangunan. Hal ini diakibatkan oleh dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peranan UMKM di Indonesia sangat penting sebagai penggerak ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran inbal jasa penjaminan oleh Pemerintah. ini dapat tercermin dari eksistens UMKM yang cukup dominan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran inbal jasa penjaminan oleh Pemerintah. ini dapat tercermin dari eksistens UMKM yang cukup dominan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya menjembatani kemudahan akses para pelaku usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dalam memperoleh fasilitas kredit perbankan yang fleksibel namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Usaha mikro dan usaha kecil di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional khususnya dalam penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998, pemerintah baru tersadar bahwa usaha besar yang dibangga-banggakan justru sebagian besar mengalami kebangkrutan

Lebih terperinci

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu negara, dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu negara mengalami kemajuan atau kemunduran. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak terjadinya krisis tahun 1998, perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih kembali. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 8% sebelum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tahun keuangan mikro (international microfinance year 2005), dimana lembaga

I. PENDAHULUAN. tahun keuangan mikro (international microfinance year 2005), dimana lembaga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mencanangkan tahun keuangan mikro (international microfinance year 2005), dimana lembaga keuangan mikro juga telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian bank Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK DI KOTA PADANGSIDIMPUAN OLEH

SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK DI KOTA PADANGSIDIMPUAN OLEH SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK DI KOTA PADANGSIDIMPUAN OLEH INDAH KOMALA SARI SIREGAR 080523012 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian atau perkembangan suatu kegiatan usaha dari suatu perusahaan, maka akan dirasakan

Lebih terperinci

KREDIT TANPA JAMINAN

KREDIT TANPA JAMINAN KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2005:5) prosedur ialah urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia konstitusi negara memberikan landasan bagi penyusunan dan pengelolaan ekonomi nasional dalam rangka memberikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai salah satu lembaga keuangan, selain berfungsi sebagai penampung dana masyarakat, juga berfungsi sebagai penyalur dana dalam bentuk kredit yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pada perkembangan perekonomian saat ini bank banyak dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatanya tidak terlepas dari transaksi keuangan. Sebagian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT A. SEJARAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berakar sejak jaman penjajahan Belanda, Perkreditan Rakyat di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi merupakan sesuatu yang melekat erat keberadannya pada sistem perekonomian suatu negara. Adapun penyebab terjadinya krisis ekonomi tersebut,secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memelihara kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, Pembangunan ekonomi merupakan hal yang sangat peting bagi negara. Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertengahan tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan perekonomian Indonesia terpuruk. Fenomena yang menggambarkan hal ini yaitu tingginya tingkat inflasi,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H14053267 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi yang membantu kelancaran sistem pembayaran dan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. tersebut. Mengingat besarnya pengaruh bank terhadap perekonomian

BAB II TELAAH PUSTAKA. tersebut. Mengingat besarnya pengaruh bank terhadap perekonomian 14 BAB II TELAAH PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Bank Bank merupakan jantung perekonomian suatu negara. Kemajuan perekonomian suatu negara dapat diukur dari kemajuan bank di negara tersebut. Mengingat besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang telah menorehkan catatan khusus bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Ketika krisis ekonomi

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari seorang penulis yang didasarkan atas pengetahuan, teori, dan dalil dalam upaya menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA KECIL MIKRO DITINJAU DARI PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN KARANGANYAR PADA TAHUN 2014

PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA KECIL MIKRO DITINJAU DARI PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN KARANGANYAR PADA TAHUN 2014 PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA KECIL MIKRO DITINJAU DARI PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN KARANGANYAR PADA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjadi seiring dengan perkembangan UKM serta masih banyaknya hambatan UKM dalam mengakses sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam pembangunan ekonomi adalah mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi yaitu salah satunya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perseorangan atau

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diakui bahwa usaha kecil dan menengah mempunyai peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang mutlak yang

Lebih terperinci