TINJAUAN PUSTAKA. Bio-ekologi Siamang Sumatera

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Bio-ekologi Siamang Sumatera"

Transkripsi

1 8 TINJAUAN PUSTAKA Bio-ekologi Siamang Sumatera Sistematika Famili Hylobatidae dikelompokkan dalam tiga marga berdasarkan jumlah kromosomnya, yaitu marga Hylobates yang memiliki 44 kromosom, marga Symphalangus dengan 50 kromosom dan marga Nomascus dengan 52 kromosom (Lekagul dan McNeely 1977). Marga Hylobates dibagi lagi menjadi tiga submarga dengan tujuh spesies yaitu submarga Hylobates dengan spesies H. lar (Miller 1903), H. agilis (Cuvier 1821), H. moloch (Audebert 1798), H. muelleri (Martin 1841) dan H. pileatus (Gray 1861); submarga Bunopithecus dengan spesies H. hoolock (Harlan 1834) dan submarga Brachitanytes dengan spesies H. klossii (Miller 1903). Marga Symphalangus hanya memiliki satu spesies yaitu H. syndactilus (Raffles 1821) dan marga Nomascus yang juga hanya memiliki satu spesies yaitu H. concolor (Harlan 1826). Terdapat 8 spesies famili Hylobatidae di Paparan Sunda yaitu H. syndactilus, H. agilis, H. lar di Pulau Sumatera, H. klosii yang endemik di Kepulauan Mentawai dan H. moloch dijumpai di Pulau Jawa, serta H. agilis dan H. muelleri dijumpai di Pulau Kalimantan. H. syndactilus terdiri dari 2 subspesies yaitu H. syndactylus continentis (Thomas 1908) yang terdapat di Semenanjung Malaya dan H. syndactylus syndactylus terdapat di hutan-hutan sepanjang Bukit Barisan dan Sumatera bagian timur (Chivers 1977). Penyebaran siamang sumatera lebih lanjut ditunjukkan pada Gambar 2. Siamang sumatera secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam dunia Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mamalia, ordo Primata, famili Hylobatidae, genus Symphalangus, spesies Hylobates syndactylus Raffles, 1821 dan subspesies H. syndactylus syndactylus Raffles, Morfologi Siamang merupakan jenis primata tak berekor dan mempunyai ukuran tubuh terbesar dibandingkan dengan jenis lain dari famili Hylobatidae. Individu jantan dewasa memiliki berat badan kg sedangkan betina sedikit lebih kecil.

2 9 Siamang mempunyai panjang badan mencapai 90 cm dengan warna rambut hitam polos seperti lutung tetapi tidak berjambul dikepalanya. Siamang mempunyai kantong suara ditenggorokan yang berukuran sebesar kepalanya sendiri (PPA 1978). Kantong suara (laryngeal sac) yang dimiliki siamang sangat berguna untuk membantu memperkeras suaranya (Chivers 1977). Penyebaran H. syndactylus Gambar 2 Peta penyebaran H. syndactylus syndactylus (Groves 1970; Chivers 1974; Marshall dan Marshall 1975; Wilson dan Wilson 1978). Secara umum siamang dikenal juga sebagai gibbon, berbeda tetapi serupa dalam bentuk tubuh. Siamang mempunyai kulit yang tebal, berambut kasar dan semua berwarna hitam pekat kecuali disekitar mulut dan dagu yang berwarna lebih muda. Rambut lengan bawah tumbuh menuju siku seperti pada ape besar dan manusia. Mata berwarna gelap, mempunyai kemampuan membedakan warna dan kurang dalam earlobes. Siamang juga mempunyai bantalan duduk (ischial callosities) yang umumnya ditemukan di monyet bukan pada ape. Jantan mempunyai garis preputal yang mencolok berupa rambut-rambut hitam sepanjang 15 cm (Napier dan Napier 1967). Siamang diketahui juga mempunyai kemampuan untuk merubah (berbalik) arah ketika berada di udara. Selanjutnya Napier dan Napier (1967) menuliskan bahwa panjang badan siamang jantan dari kepala hingga badan berkisar antara 46,8 84,6 cm dengan berat berkisar 9,5 12,7 kg, sedangkan panjang badan siamang betina dari kepala

3 10 hingga badan berkisar pada cm dengan berat berkisar 9 11,6 kg. Tangan mempunyai formula dijital yaitu Susunan gigi siamang adalah 2/2 1/1 2/2 3/3 = 32. Kapasitas kepala 125 cc atau berkisar antara cc. Berat otak siamang dewasa adalah 121,7 gram (Harvey et al. 1987). Selanjutnya Napier dan Napier (1986) menyatakan bahwa terdapat sedikit perbedaan pada ukuran tubuh (dimorphism) antara jantan dan betina pada famili Hylobatidae. Siamang mempunyai lengan yang panjang dengan rata-rata % dari panjang tubuhnya. Tangan siamang juga panjang dengan telapak yang kurang luas dibandingkan ape, begitu juga dengan kakinya yang panjang dengan jari kaki pertama lebih panjang dan kuat. Tangan digunakan untuk berpegangan pada waktu berayun di dahan atau berpindah dari dahan ke dahan. Kakinya dipakai untuk memegang ranting dan makanan sambil berayun. Ciri khas lain dari siamang adalah jari-jari tangan kedua dan ketiga dipertautkan oleh selaput seolaholah keduanya bersatu (Chivers 1977). Indeks intermembral adalah 147, indeks ini merupakan perbandingan dari panjang kaki dengan panjang tangan (Myers dan Sheffield 1996). Habitat dan Perilaku Habitat utama siamang adalah hutan hujan tropika dan hutan pegunungan di bawah m di atas permukaan laut, tetapi lebih umum dijumpai pada hutan dataran rendah (Napier dan Napier 1967). Siamang termasuk ke dalam primata arboreal, sebagian besar hidupnya tergantung pada tajuk yang tinggi dan saling bersambungan. Tajuk pohon yang saling bersatu membantu siamang untuk berpindah dalam mencari makanan dan sebagai tempat berlindung dari pemangsa. Siamang hidup dalam kelompok-kelompok sosial terkecil, terdiri dari jantan dan betina dewasa dengan 1-4 ekor anaknya. Pada tempat yang alami, ukuran kelompok siamang rata-rata 4 ekor (Gittin dan Raemaekers 1980). Pasangan siamang merupakan pasangan monogami dan hidup dengan pola kelompok dengan sistem kekerabatan yang menggunakan daerah teritori spesifik dimana home range seluas ha (Chivers 1977). Matang seksual dicapai siamang di alam pada umur 7-8 tahun baik jantan maupun betina (Napier dan Napier 1986), sedangkan menurut Geissmann (1986)

4 11 dalam Nowak (1999) matang seksual di alam pada umur 8-9 tahun dan di penangkaran pada umur 4-6 tahun baik jantan maupun betina. Periode gestation (kehamilan) adalah hari dengan berat anak saat lahir sekitar 6 ons. Betina biasanya melahirkan setiap 2 3 tahun sekali dengan satu anak, tetapi kelahiran kembar mungkin terjadi. Betina jarang melahirkan lebih dari 10 kali selama hidupnya (Preuschoft 1990). Masa hidup siamang antara tahun (Napier dan Napier 1986), sedangkan menurut Chiver (1977) sepasang siamang yang hidup di alam liar diketahui berumur sekitar 25 tahun. Di penangkaran spesimen siamang diketahui sampai berumur 40 tahun (Marvin 1995 dalam Nowak 1999). Siamang termasuk hewan omnivora dengan komposisi pakan 43% daun (38% daun muda dan 5% daun tua), 36% buah (22% Ficus sp. dan 14% lainnya), 6% bunga, 15% serangga dan binatang kecil lainnya (Gittin dan Reamakers 1980). Siamang sumatera merupakan primata frugivorous dibandingkan saudaranya di semenanjung malaya. Chivers (1977) melaporkan bahwa siamang menghabiskan waktu 5,5 jam untuk kegiatan makan atau kira-kira 52% dari waktu efektifnya. Perkembangan Metode Pendugaan Umur Pendugaan umur mamalia dapat dilakukan dengan berbagai teknik, salah satu dari beberapa teknik dapat diaplikasikan untuk menduga umur spesies yang diteliti. Tanda-tanda untuk menduga umur satwaliar dapat terlihat dari pertumbuhan gigi geligi, hilangnya gigi geligi, ukuran tubuh, pengelompokkan frekuensi ukuran, derajat penyatuan epifiseal, berat lensa mata, pertumbuhan tahunan lingkar cakar, tanduk, gigi dan tulang serta jumlah placental atau goresangoresan ovarian pada betina (Caughley 1977). Selanjutnya menurut Caughley (1977), indikator penduga umur dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Tanda-tanda individu (misalnya: pemberian tanda pengenal pada hewan muda yang diketahui datanya). b. Indikasi morfologikal. - Karakter yang berubah terus-menerus sesuai umur (misalnya: berat lensa mata dan hilangnya gigi geligi).

5 12 - Karakter yang berubah sesuai lompatan tahun. 1) Anual quanta (misalnya: pertumbuhan lingkar pada tanduk, gigi dan sisik). 2) Non anual quanta (misalnya: fase-fase plumage dan pertumbuhan gigi geligi). Literatur yang membahas pendugaan umur siamang sumatera masih terbatas, hal ini terlihat dari sulitnya memperoleh literatur sesuai pokok bahasan. Pendugaan umur siamang sumatera di lapangan dapat dilakukan melalui pendekatan- pendekatan sebagai berikut: Pendugaan Umur Melalui Gigi Geligi Penggunaan parameter gigi telah banyak dilakukan dalam pendugaan umur. Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang paling aktif dipakai, perubahan bentuk permukaan gigi dapat mengindikasikan kualitas pakan yang dikonsumsi serta umur satwa tersebut. Gigi juga mengalami fase pertumbuhan awal, lewat gigi susunya yang akan lepas saat memasuki umur tertentu dan digantikan dengan gigi tetap, sehingga dapat menjadi indikator dari telah dewasanya anggota tubuh. Peralihan gigi susu ke gigi permanen dan tinggi relatif mahkota gigi (crown heights; sebagai indikator tingkat keausan) dapat dipakai sebagai indikator umur pada kelompok kelelawar, karnivora, ungulata dan rodensia (Semiadi dan Nugraha 2005). Sosroamidjojo (1975) dalam Mukhtar (1996) mengungkapkan bahwa pada satwa ruminansia, umur dapat diketahui dengan mengamati pergantian gigi seri yang terdapat hanya pada rahang bawah, seperti disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 3. Tabel 1 Daftar pergantian gigi seri kambing Umur (Tahun) Gigi Seri yang Berganti 1-1,5 Gigi seri dalam (I 1 ) berganti 1,5-2 Gigi seri tengah dalam (I 2 ) berganti 2,5-3 Gigi seri tengah luar (I 3 ) berganti 3-4 Gigi seri luar (I 4 ) berganti Sumber: Sosroamidjojo (1975) dalam Mukhtar (1996)

6 13 9bulan tahun tahun 2-3 tahun 3-4tahun tua Gambar 3 Bagan gigi seri kambing dan ruminansia lainnya (Sumber: Sumoprastowo 1994 dan Sosroamidjojo 1975 dalam Mukhtar 1996). Selanjutnya menurut Semiadi dan Nugraha (2005), tingkat keausan gigi sangat spesifik terhadap habitat dan jenis mamalia sehingga generalisasi pola keausan gigi kurang tepat diterapkan. Indentifikasi umur dengan mengamati pola keausan gigi dapat dilakukan pada satwa hidup lewat pembiusan terlebih dahulu. Gigi kemudian dicermati pola keausannya atau ditempeli dengan pasta cetakan yang akan mengeras setelah waktu tertentu. Pola keausan yang terbentuk dalam pasta gel yang akan mengeras kemudian diukur atau dikaji dan dibandingkan dengan standar yang ada. Pendugaan umur satwaliar secara lebih akurat berbasiskan pada gigi harus dilakukan secara destructive (merusak) dengan cara mencabut gigi geraham (molar) guna menghitung lapisan garis tahunan gigi. Biasanya dentin dan

7 14 cementum terakumulasi di bagian bawah badan gigi yang disebut annuli, membentuk suatu baris garis yang diasumsikan terbentuk setiap tahun. Pada mamalia daerah tropika, diindikasikan terbentuknya annuli ini berkaitan erat dengan musim penghujan, dimana kaya dengan hijauan pakan. Apabila terdapat periode dimana musim kemarau panjang, maka jarak lapisan annuli cenderung melebar. Mengingat prosedur indentifikasi lapisan annuli mengharuskan gigi dicabut, maka pekerjaan ini hanya dilakukan pada satwa mati yang tidak terpakai lagi (Semiadi dan Nugraha 2005). Gambar 4 Barisan anuli pada gigi rusa yang menandakan perkiraan umur. Tanda panah menunjukkan lapisan tahunan, dimulai dari paling atas. Dalam foto ini rusa diperkirakan berumur 11 tahun (sumber: Anonimous dalam Semiadi dan Nugraha 2005). Pendugaan Umur Melalui Struktur Fisiologi Pendugaan umur melalui struktur fisiologi didasarkan pada penampakan kasat mata oleh peneliti karena mamalia mempunyai kekhasan dalam fase pertumbuhannya. Pendugaan umur ini dilakukan dalam kelompok-kelompok umur yang disebut kelas umur. Menurut Gittins dan Raemaekers (1980), berdasarkan fase pertumbuhannya siamang dapat dikelompokkan dalam lima kelas umur yaitu: 1. Bayi (infant), mulai lahir sampai berumur 2-3 tahun dengan ukuran tubuh yang sangat kecil. Pada tahun pertama digendong dan dibawa oleh induknya, sedangkan pada tahun kedua digendong dan dibawa induk jantan.

8 15 2. Anak (juvenile-1), berumur kira-kira 2-4 tahun, badannya kecil dan melakukan perjalanan sendiri, tetapi cenderung untuk selalu dekat dengan induknya. 3. Muda atau remaja (juvenile-2), berumur kira-kira 4-6 tahun, ukuran badannya sedang dan sering melakukan perjalanan sendiri dan mencari makan sendiri. 4. Sub dewasa (sub-adult), yaitu mulai dari umur 6 tahun. Ukuran badannya hampir sama dengan ukuran dewasa dan tetap tinggal di dalam kelompok, tetapi sering memisahkan diri dan belum matang secara seksual. 5. Dewasa (adult), yaitu mempunyai ukuran badan yang maksimal dengan selalu hidup berpasang-pasangan serta selalu dekat dengan anaknya. Pendugaan Umur Melalui Ukuran Tubuh Semua benda hidup disusun oleh satuan terkecil yang disebut sel, apabila terjadi peningkatan jumlah sel maka akan mengalami satu atau lebih kekhususan fungsi. Istilah anatomi digunakan untuk menunjukkan ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur semua organisme makhluk hidup. Pengertian mengenai struktur organisme makhluk hidup biasanya disertai dengan fungsinya, sedangkan ilmu yang mempelajari fungsi tubuh secara lengkap dan fungsi semua bagianbagian tubuhnya seperti sistem, organ, jaringan, sel dan komponen sel disebut fisiologi (Frandson 1992). Kelompok sel yang berkembang mengalami fungsi khusus disebut jaringan. Bermacam-macam jaringan bergabung membentuk kelompok dan mempunyai fungsi tertentu, yang disebut organ. Sekelompok organ yang berperan dalam suatu kegiatan tertentu akan membentuk suatu sistem (Giles 1981). Selanjutnya menurut Giles (1981), masuknya sel dalam sistem berkaitan dengan perwujudan fungsi kehidupan. Fungsi tersebut mencakup pertumbuhan (peningkatan ukuran), metabolisme (pemanfaatan makanan), respon terhadap stimulus, kontraksi (pemendekan ke satu arah) dan reproduksi (pembentukan individu baru dari spesies yang sama). Proses perkembangan sel menjadi jaringan tertentu memerlukan waktu. Pembelahan sel baik melalui mitosis atau miosis mengalami suatu interfase dan panjangnya bervariasi. Pada satu masa tertentu pembentukan jaringan ini akan terhenti dan terbentuk satu jaringan khusus.

9 16 Menurut Frandson (1992), skeleton hewan yang dibentuk oleh tulang merupakan suatu struktur yang hidup. Tulang mempunyai vasa darah, vasa limfatik dan nervus; dapat menjadi sasaran penyakit, mampu memperbaiki diri terhadap perubahan dengan adanya suatu stres. Kira-kira sepertiga berat tulang terdiri dari atas kerangka organik yang berupa jaringan fibrosa dan sel-sel. Senyawa organik terutama adalah kollogen dan polisakarid yang disebut glikosaminaglikan (GAGS), yang mengandung khodroitin sulfat. Bahan tersebut menyebabkan sifat elastis dan keras pada tulang, sedang dua pertiganya terdiri dari komponen anorganik (garam kalsium dan fosfat) yang terdeposit pada kerangka organik. Selanjutnya menurut Frandson (1992), bahwa pengetahuan tentang tulang yang membentuk kerangka atau skeleton tubuh disebut osteologi. Tulang merupakan salah satu jaringan pengikat yang terbentuk dari sel pembentuk tulang (osteoblast) yang tampilannya mudah dilihat. Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk pada spesies dalam populasi khususnya polimorfolisme (Campbell dan Lack 1985), sedangkan morfometri adalah pengukuran bentuk tubuh yang dilakukan pada spesies. Pengukuran panjang tulang-tulang mempunyai ketelitian yang lebih baik dalam pendugaan umur dibandingkan dengan pengukuran terhadap bobot badan. Pertambahan panjang dari ukuran-ukuran tubuh bisa dijadikan dasar untuk pendugaan umur lebih lanjut (Caughley 1977). Keragaman ukuran tubuh hewan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan (Mansjoer et al. 1989). Parameter Morfometrik yang Berkaitan dengan Umur Siamang Sumatera Ukuran morfologikal merupakan pertumbuhan panjang hewan yang mudah dilihat dengan mata (Giles 1981). Parameter morfometrik yang digunakan merupakan bagian-bagian tubuh yang mudah terlihat dan mudah diukur, morfometrik ini mengikuti bentuk kerangka siamang. Sesuai dengan pendapat Frandson (1992) bahwa tulang-tulang merupakan pembentuk kerangka tubuh sehingga dapat memberikan kekerasan dan bentuk tubuh. Berikut dijelaskan bagian-bagian tubuh yang diukur karena diduga mempunyai hubungan erat dengan umur, sebagai berikut:

10 17 1. Badan dan Kepala Siamang tergolong dalam vertebrata karena mempunyai kolom vertebral. Struktur ini tersusun atas tulang-tulang yang tidak berpasangan dan ireguler (vertebrae) terletak pada bidang median dan hanya satu struktur yang tampak. Perkembangan kolom vertebral tidak dipengaruhi oleh ukuran-ukuran lainnya (Fradson 1992). Kepala menjadi penting karena merupakan tempat beradanya otak, dimana otak menjadi tempat mengolah informasi yang berasal dari inderaindera primata. Salah satu kemajuan dari primata dari hewan lain adalah ukuran otak yang lebih besar. Perbandingan antara ukuran tubuh dengan berat otak memungkinkan untuk membedakan antara primata (Myers dan Sheffield 1996). 2. Dada dan Bahu Kebiasaan melakukan brachiation berpengaruh pada seluruh kerangka tubuh famili Hylobatidae (Young 1981). Spesialisasi dalam brachiation mempengaruhi rongga dada famili hylobatidae yang lebih besar dari kera-kera lain, dimana rongga dada yang lebar dan tulang belikat (skapula) di belakang membuat pusat gaya berat lebih ke tengah tubuh apabila hewan ini berdiri tegak dan memberi keleluasaan gerak bagi lengan (Hoeve 1992). 3. Lengan dan Tangan Lengan merupakan salah satu pembentuk anggota badan yang tersusun dari beberapa tulang yang merupakan bagian anggota tulang depan (ekstremitas pektoralis). Ekstremitas pektoralis terdiri dari tulang belikat (scapula), tulang lengan atas (humerus), dua tulang lengan bawah (radius dan ulna), tulang carpus, tulang metacarpus dan tulang-tulang jari (digiti). Humerus merupakan tulang panjang yang ujung atasnya bersendi dengan scapula membentuk persendian bahu, dimana tonjolan yang terbentuk disebut titik atau kedudukan bahu. Radius dan ulna merupakan tulang yang besar pada lengan bawah dan ulna yang kecil. Radius merupakan tulang panjang yang terletak di sisi medial lengan bawah yang dapat langsung diraba di bawah kulit. Tulang radius kemudian dilanjutkan tulang carpus, tulang metacarpus dan tulang-tulang jari (digiti).

11 18 Pada semua spesies, perkembangan radius sangat baik sedangkan ulna mempunyai perkembangan yang bervariasi tergantung pada spesies hewan (Fradson 1992). Berdasarkan hal di atas maka radius lebih dapat dijadikan parameter ukuran tubuh daripada ulna. Parameter pendugaan umur adalah panjang humerus, radius dan panjang telapak tangan yang apabila digabungkan maka dapat menjadi parameter panjang tangan. Panjang telapak tangan merupakan gabungan antara tulang carpus, tulang metacarpus dan digiti yang terpanjang. Pengetahuan tentang perbandingan panjang lengan primata akan sangat penting untuk mengetahui tipe pergerakan dan prilaku primata. Tipe-tipe pergerakan yang digunakan primata akan menunjukkan jenis-jenis habitat yang mendukung hidupnya. Telapak tangan siamang yang lebih sempit dibandingkan dari famili Pongidae dan Hominidae dikarenakan penyesuaian dalam melakukan brachiation, sesuai dengan pendapat Hoeve (1992) bahwa tangan siamang sangat panjang dan langsing dengan jari-jari yang panjang dan agak melengkung seperti kait 4. Kaki dan Telapak Kaki Selain tangan, kaki merupakan salah satu pembentuk anggota badan, dimana tangan tersusun dari beberapa tulang yang merupakan bagian anggota tulang depan (ekstremitas pelvikalis). Ekstremitas pelvikalis terdiri dari tulang pinggul (ilium), tulang paha (femur), dua tulang kaki bawah (tibia dan fibula), astralagus, metacarpus dan digiti. Femur merupakan tulang yang bulat, berpangkal pada persendian pinggul dan memanjang sampai persendian lutut. Tibia dan fibula, setara dengan radius dan ulna pada ekstremitas anterior. Tibia merupakan tulang yang besar dan terletak di sebelah medial, mempunyai ujung proksimal yang melekat pada persendian lutut. Metacarpus dan digiti sama dengan ekstremitas anterior. Parameter morfometrik untuk menduga umur adalah panjang femur dan tibia yang apabila digabungkan menjadi parameter panjang kaki. Panjang telapak tangan merupakan gabungan antara tulang carpus, tulang metacarpus dan digiti yang terpanjang. Sedangkan indeks intermembral merupakan

12 19 perbandingan dari panjang kaki dengan panjang tangan, informasi ini sangat bermanfaat untuk mengindentifikasi sistem lokomosi primata (Myers dan Sheffield 1996). Karakteristik Lokasi Penelitian Penelitian pengukuran morfometrik siamang dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Pusat Rehabilitasi Siamang dan Owa Yayasan Kalaweit Program Sumatera (KPS) dan Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC). Pusat Rehabilitasi Siamang dan Owa Yayasan Kalaweit Program Sumatera KPS merupakan kegiatan konservasi eksitu yang bertujuan untuk mendukung konservasi insitu yang bekerjasama Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) Departemen Kehutanan, dimana dalam implementasinya dilapangan selalu berkoordinasi dengan BKSDA Sumatera Barat sebagai unit pelaksana teknis Ditjen PHKA di daerah. Tujuan utama dari KPS adalah untuk menyelamatkan, merehabilitasi, mensejahterakan dan mengembalikan kembali owa dan siamang yang berasal dari Sumatera ke habitatnya. KPS berada di Pulau Marak dengan luas sekitar ha, sebuah pulau di Kanagarian Sungai Pinang, Kecamatan Batang Terusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. KPS dapat dijangkau dari Kota Padang dengan speed boat bertenaga 40 daya kuda sekitar 1 jam atau perjalanan melalui darat dapat ditempuh sekitar 30 km melalui Nagari Sungai Pinang, tetapi jalan yang masih belum bagus, berkelok-kelok dan mendaki serta belum tersedianya transportasi umum menyebabkan perjalanan lebih lama dan kurang nyaman. Pada awal berdirinya bulan Juli tahun 2003, KPS telah merehabilitasi sebanyak 122 ekor gibbon (H. agilis dan H. syndactylus). Selain jenis-jenis dari gibbon, KSP dapat juga merawat beberapa primata lain seperti beruk endemik dari Mentawai (Macaca pagaensis). Fasilitas pendukung yang tersedia yaitu 55 unit kandang (rehabilitasi, karantina, sosialisasi dan sanctuary), klinik satwa, asrama, gudang buah dan sarana transportasi. Pada bulan Juli 2007 KPS telah mendapat hak siar Radio Kalaweit pada gelombang 87.6 FM. Pelaksana di KPS terdiri dari

13 20 1 orang manajer, 1 orang administrasi, 2 orang tenaga medis, 8 orang animal keeper, 1 orang dokter hewan, 1 orang bidang volunteer dan ditambah 2 orang counterpart dari BKSDA. Gambar 5 Siamang sumatera di KSP Pulau Marak dan PPSC Sukabumi. Kandang-kandang satwa terbuat dari kawat besi dengan tiang dari kayu, bentuk kandang segitiga dengan ukuran 6m x 6m x 6m. Di dalam kandang terdapat sejumlah kayu panjang dan ban bekas mobil yang digantung sebagai tempat bergelayutan (mainan) satwa. Kandang-kandang terdiri dari: a. Kandang karantina. Di kandang ini dilakukan proses untuk mengindentifikasi dan mengobati penyakit yang di derita siamang. Pemeriksaan dilakukan baik kondisi fisik dan non fisik, pemeriksaan darah (Hepatitis A, B dan C; Tuberculosis/TBC; Herpes simplex), meminimalkan stres, mengadaptasi makanan dan pemeriksaan parasit. b. Sanctuary. Satwa yang tidak dimungkinkan untuk lepasliarkan ke alam akan ditempatkan dalam kandang-kandang ini, misalnya siamang yang bentuk fisiknya abnormal (tangan atau kaki yang patah adan buntung) serta siamang yang terkena penyakit Herpes maupun TBC. Kandang sanctuary bertujuan untuk mensejahterakan siamang-siamang tersebut. c. Sosialisasi. Siamang yang telah dinyatakan sehat akan ditempatkan di kandang sosialisasi. Dalam kandang ini, siamang ditempatkan untuk mendapatkan pasangan masing-masing dan selalu dipantau setiap perkembangan dan tingkah lakunya. Siamang yang betul-betul bebas dari penyakit dan siamang yang telah remaja ditempatkan dalam satu kandang,

14 21 dimana beberapa kandang dihubungkan dengan terowongan sehingga siamang bisa berkontak visual dan fisik. Pengamatan dilakukan dengan intensif, apabila siamang telah menemukan pasangan maka dipindahkan ke kandang rehabilitasi. d. Rehabilitasi. Kandang ini ditujukan untuk proses utama yaitu meliarkan siamang, di kandang ini kontak antar siamang dihindarkan begitu juga kontak dengan manusia diminimalkan. Pemberian makanan dilakukan dua kali sehari yaitu sekitar pukul 7.30 dan WIB. Kombinasi makanan adalah pisang, wortel, buncis, tomat dan mentimun, sedangkan telur sebagai sumber protein diberikan seminggu sekali. Siamang yang sakit diberikan makanan yang lebih eksklusif seperti apel, sawo, pir dan multivitamin dengan tujuan mengembalikan vitalitas tubuh dan mempercepat kesembuhan. Pembersihan kandang dilakukan satu kali seminggu dan sebulan sekali dilakukan penyemprotan desifektan. Pengawasan terhadap kesehatan siamang dilakukan tenaga medis sedangkan siamang yang sakit diperiksa oleh dokter hewan yang bekerjasama dengan Balai Vertereiner Departemen Peternakan. Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga PPSC didirikan oleh Yayasan Gibbon yang merupakan lembaga swadaya masyarakat yang menyalurkan dana dari para donatur internasional untuk program konservasi di Indonesia, khususnya dalam penyelamatan satwaliar. Yayasan Gibbon bekerjasama dengan PHKA untuk membangun PPS dalam rangka penyelamatan satwa-satwa yang dilindungi, sebagai salah satu bentuk peran keanggotaan Indonesia dalam konvensi internasional perlindungan hewan dan tumbuhan (Convention on Internasional Trade for Endanger Spesies/CITES). Terdapat tujuh PPS yang beroperasi di Indonesia yaitu di Tegal Alur di Jakarta yang sudah berhenti beroperasi, Cikananga di Sukabumi, Gadog di Ciawi-Bogor, Petung Sewu di Malang, Bali, Yogyakarta dan Tasikoki di Sulawesi. PPSC diresmikan pada tanggal 1 Nopember 2003 pada lahan seluas 14,9 ha terletak 36 km di selatan Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, tepatnya di Kampung Cikananga, Desa Cisitu Kecamatan Nyalindung. Fasilitas PPSC

15 22 terbilang lengkap, karena memiliki gedung perkantoran, laboratorium, klinik hewan dan tempat penginapan. Sejak 2001 hingga 2005 hewan yang diselamatkan oleh PPSC mencapai ekor, tapi sekarang tinggal ekor karena telah di translokasi ataupun dilepasliarkan. Pertengahan bulan April 2006 Departemen Kehutanan dalam hal ini Ditjen PHKA memutus hubungan kerjasama dengan Yayasan Gibbon dan pelarangan yayasan ini melakukan kegiatan apapun yang terkait konservasi sumberdaya alam di Indonesia. Hal ini berdampak pada upaya penyelamatan satwaliar Indonesia yang saat ini berada di PPSC, dengan pendanaan yang terbatas satwa menjadi kurang terurus dan suplai makanan terbatas.

PENGGUNAAN PARAMETER MORFOMETRIK UNTUK PENDUGAAN UMUR SIAMANG SUMATERA (Hylobates syndactylus syndactylus Raffles, 1821) FIFIN NOPIANSYAH

PENGGUNAAN PARAMETER MORFOMETRIK UNTUK PENDUGAAN UMUR SIAMANG SUMATERA (Hylobates syndactylus syndactylus Raffles, 1821) FIFIN NOPIANSYAH PENGGUNAAN PARAMETER MORFOMETRIK UNTUK PENDUGAAN UMUR SIAMANG SUMATERA (Hylobates syndactylus syndactylus Raffles, 1821) FIFIN NOPIANSYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke dalam keluarga Hylobatidae. Klasifikasi siamang pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Hylobates syndactylus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di Malaysia (Semenanjung Malaya) H. syndactylus continensis (Gittin dan Raemaerkers, 1980; Muhammad,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-ekologi Ungko (Hylobates agilis) dan Siamang (Symphalangus syndactylus) 2.1.1 Klasifikasi Ungko (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus) merupakan jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bio-ekologi 1. Taksonomi Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and Napier, 1986). Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-Ekologi Owa Jawa 2.1.1 Taksonomi Klasifikasi owa jawa berdasarkan warna rambut, ukuran tubuh, suara, dan beberapa perbedaan penting lainnya menuru Napier dan Napier (1985)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ungko (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke dalam keluarga Hylobatidae. Klasifikasi ungko dan siamang

Lebih terperinci

Fakultas Kehutanan IPB, Kampus IPB Darmaga, Kotak Pos 168 Bogor Indonesia, Telp/Fax ,

Fakultas Kehutanan IPB, Kampus IPB Darmaga, Kotak Pos 168 Bogor Indonesia, Telp/Fax , PENGGUNAAN PARAMETER MORFOMETRIK UNTUK PENDUGAAN UMUR SIAMANG SUMATERA (Symphalagus syndactylus Raffles, 1821) (Application of Morphometric Parameters to Estimate the Age of Siamang Sumatra (Symphalagus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Parameter yang Diukur Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Parameter yang Diukur Pengambilan Data 23 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Rehabilitasi Siamang dan Owa Kalaweit Program Sumatera, Pulau Marak, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat dan Pusat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kelas : Mamalia Ordo : Primates Subordo : Anthropoidea Infraordo :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 02-6730.2-2002 Standar Nasional Indonesia Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok disusun

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Morfologi Umum Primata

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Morfologi Umum Primata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Morfologi Umum Primata Secara keseluruhan primata sudah mengalami spesialisasi untuk hidup di pohon. Menurut J.R. Napier dan P.H. Napier (1967), klasifikasi ilmiah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia. Rusa di Indonesia terdiri dari empat spesies rusa endemik yaitu: rusa sambar (Cervus unicolor),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi lutung Jawa Klasifikasi lutung Jawa menurut Groves (2001) dalam Febriyanti (2008) adalah sebagai berikut : Kingdom Class Ordo Sub ordo Famili Sub famili Genus : Animalia

Lebih terperinci

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP. 21 BAB V HASIL 5.1 Distribusi 5.1.1 Kondisi Habitat Area penelitian merupakan hutan hujan tropis pegunungan bawah dengan ketinggian 900-1200 m dpl. Kawasan ini terdiri dari beberapa tipe habitat hutan

Lebih terperinci

KONSERVASI Habitat dan Kalawet

KONSERVASI Habitat dan Kalawet 113 KONSERVASI Habitat dan Kalawet Kawasan hutan Kalimantan merupakan habitat bagi dua spesies Hylobates, yaitu kalawet (Hylobates agilis albibarbis), dan Hylobates muelleri. Kedua spesies tersebut adalah

Lebih terperinci

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus) Lutung (Trachypithecus auratus cristatus) Oleh: Muhammad Faisyal MY, SP PEH Pelaksana Lanjutan Resort Kembang Kuning, SPTN Wilayah II, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Trachypithecus auratus cristatus)

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Napier dan Napier (1967), klasifikasi ilmiah simpai sebagai berikut :

2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Napier dan Napier (1967), klasifikasi ilmiah simpai sebagai berikut : 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-ekologi 2.1.1 Taksonomi Menurut Napier dan Napier (1967), klasifikasi ilmiah simpai sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Sub-ordo Famili Sub-famili Genus : Animalia :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Di seluruh dunia, terdapat 20 jenis spesies Macaca yang tersebar di Afrika bagian utara, Eropa, Rusia bagian tenggara, dan Asia (Nowak, 1999). Dari 20 spesies tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Orangutan Orangutan merupakan hewan vertebrata dari kelompok kera besar yang termasuk ke dalam Kelas Mamalia, Ordo Primata, Famili Homonidae dan Genus Pongo, dengan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA) Disusun Oleh : Kelompok 9 Dita Swafitriani 200110140030 Hartiwi Andayani 200110140176 Fathi Hadad 200110140242

Lebih terperinci

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian 2015 LUWAK Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian LUWAK A. Biologi Luwak Luwak merupakan nama lokal dari jenis musang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. frugivora lebih dominan memakan buah dan folivora lebih dominan memakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. frugivora lebih dominan memakan buah dan folivora lebih dominan memakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Kokah Menurut jumlah dan jenis makanannya, primata digolongkan pada dua tipe, yaitu frugivora lebih dominan memakan buah dan folivora lebih dominan memakan daun. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan kawasan yang terdiri atas komponen biotik maupun abiotik yang dipergunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiak satwa liar. Setiap jenis satwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; subfilum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia Bovidae; sub-familia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Owa Jawa atau Javan gibbon (Hylobates moloch) merupakan jenis primata endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999). Dalam daftar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tailed macaque) (Lekagul dan Mcneely, 1977). Macaca fascicularis dapat ditemui di

I. PENDAHULUAN. tailed macaque) (Lekagul dan Mcneely, 1977). Macaca fascicularis dapat ditemui di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Macaca fascicularis Raffles merupakan salah satu jenis primata dari famili Cercopithecidae yang dikenal dengan nama monyet atau monyet ekor panjang (long tailed macaque)

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa juta tahun yang lalu, jauh sebelum keberadaan manusia di daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup nenek moyang kera besar

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Ternak Kambing Kambing (Capra hircus) merupakan salah satu jenis ternak yang pertama dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging, susu, kulit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING S. SOPIYANA, A.R. SETIOKO, dan M.E. YUSNANDAR Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM. Edy Hendras Wahyono

MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM. Edy Hendras Wahyono MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM Edy Hendras Wahyono Penerbitan ini didukung oleh : 2 MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI ACEH Naskah oleh : Edy Hendras Wahyono Illustrasi : Ishak

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) 2.1.1. Klasifikasi Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut (Napier dan Napier, 1967): Filum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Siamang (Hylobathes syndactilus) Hylobatidae. Yang memiliki nama ilmiah Hylobathes syndactilus.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Siamang (Hylobathes syndactilus) Hylobatidae. Yang memiliki nama ilmiah Hylobathes syndactilus. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi dan Morfologi Siamang (Hylobathes syndactilus) Siamang merupakan satwa liar yang termasuk dalam ordo Primata dari famili Hylobatidae. Yang memiliki nama ilmiah Hylobathes

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PARAMETER MORFOMETRIK UNTUK PENDUGAAN UMUR SIAMANG SUMATERA (Hylobates syndactylus syndactylus Raffles, 1821) FIFIN NOPIANSYAH

PENGGUNAAN PARAMETER MORFOMETRIK UNTUK PENDUGAAN UMUR SIAMANG SUMATERA (Hylobates syndactylus syndactylus Raffles, 1821) FIFIN NOPIANSYAH PENGGUNAAN PARAMETER MORFOMETRIK UNTUK PENDUGAAN UMUR SIAMANG SUMATERA (Hylobates syndactylus syndactylus Raffles, 1821) FIFIN NOPIANSYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman hayati yang terkandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Menurut Napier and Napier (1967), klasifikasi monyet ekor panjang adalah sebagai berikut: Phyllum Sub Phyllum Class Ordo Sub

Lebih terperinci

Burung Kakaktua. Kakatua

Burung Kakaktua. Kakatua Burung Kakaktua Kakatua Kakak tua putih Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae G.R. Gray, 1840 Subfamily Microglossinae Calyptorhynchinae

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi 9 BAB III MATERI DAN METODE aaaaaapenelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dari tanggal 19 September 2013 sampai 5 Januari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi pengamatan

Lebih terperinci

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN WAFIATININGSIH 1, IMAM SULISTYONO 1, dan RATNA AYU SAPTATI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Geografis 2.1.1. Pengertian dan Konsep Dasar Prahasta (2001) menyebutkan bahwa pengembangan sistem-sistem khusus yang dibuat untuk menangani masalah informasi

Lebih terperinci

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran Satwaliar Kelompok Mamalia Kawasan Gunung Parakasak memiliki luas mencapai 1.252 ha, namun areal yang berhutan hanya tersisa < 1%. Areal hutan di Gunung

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung Kesatuan Pengelola Hutan Lindung (KPHL) Model Gunung Rajabasa Kabupaten

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ilmiah Pengklasifikasian primata berdasarkan 3 (tiga) tingkatan taksonomi, yaitu (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan secara terang-terangan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani (MT) Farm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pancoran Mas Depok dan Balai Penyuluhan dan Peternakan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1). III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1). 1.2. Materi Materi penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Artiodactyla, Anak Bangsa (Subordo) Ruminansia dan Suku (Family)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Artiodactyla, Anak Bangsa (Subordo) Ruminansia dan Suku (Family) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Rusa Rusa merupakan salah satu jenis satwa yang termasuk dalam Bangsa (Ordo) Artiodactyla, Anak Bangsa (Subordo) Ruminansia dan Suku (Family) Cervidae. Suku Cervidae terbagi

Lebih terperinci

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 01 TAHUN 2017 ISSN : 25483129 1 Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas Aisyah Nurmi Dosen Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total 15 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total luas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER Disusun oleh : Nama NIM : Mohammad Farhan Arfiansyah : 13/346668/GE/07490 Hari, tanggal : Rabu, 4 November 2014

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di III.METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 3.2 Materi Materi penelitian adalah ternak domba

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. binatang atau fauna) adalah makhluk hidup yang paling beragam di planet.

BAB I PENDAHULUAN. binatang atau fauna) adalah makhluk hidup yang paling beragam di planet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hewan membentuk kerajaan (kingdom) terbesar dari lima kerajaan alami di dunia. Karakteristik yang membuat hewan mencapai keberhasilan besar diantaranya adalah kemampuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi TINJAUAN PUSTAKA Sapi Sapi diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan yang memiliki tulang belakang), kelas Mammalia (hewan menyusui), ordo Artiodactile (hewan berkuku atau berteracak genap), sub-ordo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beruang madu (H. malayanus) merupakan jenis beruang terkecil yang tersebar di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beruang madu (H. malayanus) merupakan jenis beruang terkecil yang tersebar di 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beruang Madu (Helarctos malayanus) Beruang madu (H. malayanus) merupakan jenis beruang terkecil yang tersebar di beberapa negara bagian Asia Tenggara dan Asia Selatan, yaitu Thailand,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar PEMBAHASAN Lokomosi pada MEP ditandai dengan perpindahan dari satu posisi ke posisi lainnya. Saat melakukan perpindahan, MEP mampu melakukan perpindahan baik secara quadrupedalism maupun bipedalism (Napier

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang membentang di wilayah 10 Kabupaten dan 2 Provinsi tentu memiliki potensi wisata alam yang

Lebih terperinci

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KALITOPO, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KALITOPO, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KALITOPO, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 I.

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Orangutan dan Klasifikasi Istilah orangutan diambil dari bahasa Melayu, yang berarti manusia (orang) hutan. Dalam pemberian nama ini para ahli anthropologi fisik mengalami kesulitan

Lebih terperinci

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Zoologis Sapi Menurut blakely dan bade, (1998) Secara umum klasifikasi Zoologis ternak sapi adalah sebagai berikut Kingdom Phylum Sub Pylum Class Sub Class Ordo Sub

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Sapi Bali Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar 1.519 ekor (Unit Pelaksana Teknis Daerah, 2012). Sistem pemeliharaan sapi bali di Kecamatan Benai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam (Supriatna dan Wahyono, 2000), dan Sumatera merupakan daerah penyebaran primata tertinggi, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) yang mempunyai kekhasan tertentu bila dibandingkan dengan sapi-sapi lainnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Ayam Kampung

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Ayam Kampung TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Ayam di dunia berasal dari daerah Selatan India, pegunungan Himalaya, Assam, Burma, Ceylon dan beberapa daerah di pulau Sumatra dan Jawa. Ditemukan empat spesies ayam liar yang

Lebih terperinci

6 Hewan dan tumbuhan langka di dunia dan keterangannya diantaranya sbb:

6 Hewan dan tumbuhan langka di dunia dan keterangannya diantaranya sbb: 6 Hewan dan tumbuhan langka di dunia dan keterangannya diantaranya sbb: 1. Hainan Gibbon Hainan Gibbon Hainan owa hitam jambul atau Gibbon Hainan (Nomascus hainanus), adalah spesies siamang yang hanya

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Rambon Ternak unggas yang dapat dikatakan potensial sebagai penghasil telur selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, melihat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa liar yang tinggi,dan tersebar di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 33 pertalian genetik yang relatif dekat akan kurang memberikan laju pertumbuhan anaknya dengan baik. Sifat morfolgis ternak seperti ukuran tubuh dan pola warna dapat digunakan untuk menganalisis estimasi

Lebih terperinci

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak? Belajar IPA itu asyik, misalnya saat mempelajari tentang astronomi dan benda-benda langit, kita bisa mengenal lebih dekat tentang planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya. Pelajaran seperti ini

Lebih terperinci