pala dan pengolahannya
|
|
- Sri Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 pala dan pengolahannya DEPARTEMEN PERTANIAN BAGIAN PROYEK INFORMASI PERTANIAN IRIAN JAYA 1986
2 Kata Pengantar Brosur ini disusun dengan maksud membantu para Petani dalam mengelola Usahatani Pala. Penyusunan Brosur ini penulis menggunakan beberapa bahan sumber untuk kelengkapannya. Semoga Brosur yang sederhana ini dapat digunakan sebagai pegangan dan dapat menambah khasanah tulisan mengenai Pala. Akhirnya diucapkan terima kasih kami sampaikan pada Dinas Perkebunan Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya atas bantuannya. Bagian Proyek Informasi Pertanian Irian Jaya
3 Daftar Isi HAL I. PENDAHULUAN.. 1 II. MENGENAL TANAMAN PALA.. 3 III. SYARAT-SYARAT TUMBUH.. 7 IV. PERBANYAKAN TANAMAN PALA 11 V. CARA MENANAM Persiapan lahan Lubang dan jarak tanam 15 - Bibit Pemeliharaan Hama dan penyakit. 17 VI. PANEN VII. PENGOLAHAN.. 25
4 I PENDAHULUAN Pala [Myristica fragrans Houtt] merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian ekonomis lainnya. Menurut pendapat para ahli, pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari MALAISE ARCHIPEL yaitu gugusan kepulauan Banda dan Maluku. Kemudian menyebar dan berkembang ke pulau-pulau lain yang berada di sekitarnya, bahkan sekarang telah mencapai Aceh, Sulawesi Utara dan Irian Jaya. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15 % minyak etheris dan % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7-18 % minyak etheris dan % lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji). Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan atau asinan, biji dan fulinya bermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng, pengawetan ikan dan lain-lainnya. Disamping itu minyak pala hasil penyulingan, dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri sabun, parfum, obat-obatan dan sebagainya. Sementara itu permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat, dan tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia. Dalam rangka ikut serta meningkatkan devisa negara melalui export non migas, memperluas lapangan kerja dan melihat prospek pala yang menjanjikan harapan baik tersebut, maka sudah waktunya tanaman pala perlu mendapatkan perhatian dan penanganan untuk dikembangkan secara luas di Propinsi Irian Jaya. Pala Indonesia lebih disukai oleh pasar dunia, karena mempunyai beberapa kelebihan di banding pala dari negara lain, kelebihannya antara lain rendemen minyaknya yang tinggi dan memiliki aroma yang khas. II MENGENAL TANAMAN PALA Pala ( Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropic yang memiliki 200 species, dan seluruhnya tersebar di daerah tropis. Dalam keadaan pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota yang rindang, dengan tinggi batang m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bahagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat. Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5-15 cm, lebar 3-7 cm dengan panjang tangkai daun 0,7-1,5 cm.
5 Tanaman pala termasuk golongan tanaman berjenis kelamin tunggal, meskipun terdapat pula tanaman berjenis kelamin ganda. Berumah dua, yang memiliki perbedaan yang jelas antara pohon betina dan pohon jantan. Tanaman pala betina di tandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal (mendatar), sedangkan tanaman pala jantan di tandai dengan cabang-cabangnya yang mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya. Keterangan: A = Pohon pala betina, yang ditandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal (mendatar). B = Pohon pala jantan, ditandai dengan cabang-cabangnya yang mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya. Di samping tanaman pala jantan dan betina, terdapat pula yang campuran dimana tanaman jantan akan dapat menghasilkan bunga betina, tetapi jarang terjadi tanaman betina berbunga jantan. Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuningan buah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3-9 cm, daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai bulat, panjangnya berkisar antara 1,5-4,5 cm dengan lebar 1-2,5 cm. Kulit biji berwarna coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputih-putihan sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang putih kekuningkuningan dan membungkus biji menyerupai jala. Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, dan Myristica fattua Houtt, adalah jenis-jenis pala yang dianggap penting karena bernilai ekonomis, sehingga jenis-jenis inilah yang banyak diusahakan. Jenis-jenis pala lainnya yang kurang/tidak bernilai ekonomis sehingga jarang diusahakan, antara lain : Myristica malabarica Lam, Myristica specioca Ware, Myristica sucedona 81 dan lainlainnya. a. Myristica fragrans Houtt. Para petani pala kebanyakan menyebutnya sebagai pala asli, jenis ini merupakan jenis umum yang diusahakan di Indonesia. Penyebarannya yang merata ini disebabkan karena pala yang dihasilkan baik dalam bentuk biji maupun fuli, memiliki mutu yang tinggi, karenanya jenis inilah yang paling banyak diminta pasar dunia. Dari jenis ini dikenal pula jenis- jenis pala daerah antara lain: - Pala Raja, fulinya cukup tebal dengan biji kecil. - Pala Meraya, buahnya merangkai-rangkai, tetapi jenis ini sudah sangat langka. - Pala Bui, bentuk bijinya bulat panjang, berasal dari pohon campuran. - Pala Pencuri, kulit biji tidak rata dan fulinya tidak menutup buah.
6 - Pala Holland, dikenal pula dengan nama pala putih karena warna fulinya putih. Fuli ini akan berubah warnanya menjadi kuning setelah di jemur. b. Myristica argentea Ware. Jenis pala ini banyak dijumpai di Irian Jaya, tinggi pohonnya mencapai 15 m dan dapat tumbuh pada ketinggian daerah 700 m di atas permukaan laut. Selain Irian Jaya, pala jenis ini juga terdapat di Seram dan beberapa daerah di sekitarnya. Fuli dari jenis ini disebut fuli liar, karena kualitasnya yang berbeda serta aroma kurang halus dibandingkan dengan pala jenis Myristica fragrans Houtt. Kandungan minyak etheris dari fulinya hanya 6,5%. Pala jenis ini terutama dihasilkan menjadi NUT MEG BUTTER. Pala jenis ini termasuk yang mendapat pasaran dalam perdagangan. c. Myristica fattua Houtt. Jenis pala ini di Maluku disebut pala jantan atau pala utan, di Pulau Jawa buahnya sering dipakai sebagai ramuan bahan jamu. d. Myristica specioga Ware. Banyak dijumpai di pulau Bacan, tidak ekonomis, karenanya tidak banyak diusahakan. e. Myristica sucedona BL. Pala jenis ini sering pula disebut pala Halmahera, tergolong pala eksport. f. Myristica malabarica LAM. Pala jenis ini berasal dari Malabar, bijinya lonjong, tidak memiliki aroma, karenanya tidak diperdagangkan. III SYARAT-SYARAT TUMBUH TINGGI TEMPAT Tanaman pala, dapat tumbuh baik pada ketinggian meter di atas permukaan laut. TANAH Untuk dapat tumbuh baik, memerlukan : - Lapisan atas top soil cukup dalam. - Cukup tersedia unsur hara. - Drainasenya baik. - Udara dalam tanah cukup tersedia.
7 Tanaman pala juga akan tumbuh baik pada tanah yang berstruktur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organik tinggi. Pada tanah-tanah yang miskin, tanaman Pala juga dapat tumbuh baik apabila di imbangi dengan pemupukan dan perawatan yang baik. IKLIM a. Suhu Daerah-daerah penyebaran tanaman pala memiliki suhu yang tidak sama, yakni berkisar antara 18º C -34º C. Tanaman pala akan berkembang dengan baik di daerah tropis, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi ±20º C sampai 30º C. b. Curah hujan Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi, tanpa adanya masa kering yang nyata. Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan tajam dan curah hujan tinggi, perlu dibuat teras-teras untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya. Curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala ±2175 mm sampai 3550 mm/tahun. c. Angin Tanaman pala peka terhadap angin kencang, karenanya tidak sesuai diusahakan pada areal yang terbuka tanpa tanaman pelindung. Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan tanaman terganggu, malahan buah dan pucuk-pucuk tanaman akan jatuh berguguran. Untuk daerah-daerah yang tiupan anginnya sering keras, penanaman pohon penahan angin ditepi kebun sangat dianjurkan. Namun tanaman pelindung yang ditanam terlalu rapat, dapat menghambat pertumbuhan tanaman pala, karena adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara. KETERSEDIAAN AIR Tanaman pala peka terhadap genangan air, oleh karena itu sebaiknya pada areal pertanaman pala dibuat saluran pembuangan air yang baik. Walaupun demikian, untuk bulan-bulan kering, tanaman pala memerlukan air yang cukup, untuk itu tanah harus mempunyai ketersediaan air (water holding capacity) yang cukup. Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung, dapat membantu mengatasi ketersediaan air. Terjadinya genangan air pada pertanaman pala, akan berakibat pertumbuhannya terhambat, bahkan tanaman akan mudah terserang penyakit busuk akar yang dapat memusnahkan tanaman.
8 POHON PELINDUNG Dalam pengusahaan tanaman pala, tanaman pelindung angin harus mendapatkan perhatian. Kegunaan lain pohon pelindung adalah untuk melindungi tanaman dari sinar matahari yang berlebihan, terutama pada saat tanaman masih muda. Yang perlu diperhatikan, pada waktu tanaman sudah berumur 4-5 tahun, tanaman pala sudah memerlukan sinar matahari yang banyak untuk dapat berproduksi. Oleh karenanya penjarangan pohon pelindung harus dilakukan, hal ini juga penting untuk mencegah pertumbuhan yang tidak normal yaitu memanjang ke atas, dan mencegah terjadinya persaingan di dalam menyerap unsur hara di antara tanaman pala dan tanaman pelindung. Pohon pelindung yang baik adalah pohon yang daunnya tidak terlalu rimbun serta tahan terhadap hempasan angin seperti pohon kelapa, duku, rambutan dan jenis pohon buah-buahan lainnya.
9 IV PERBANYAKAN TANAMAN PALA Umumnya tanaman pala dapat diperbanyak dengan mudah melalui tiga cara: - Perbanyakan dengan biji. - Perbanyakan dengan cangkokan - Perbanyakan dengan okulasi. A. PERBANYAKAN DENGAN BIJI. Perbanyakan cara ini sebenarnya kurang menguntungkan, karena tanaman baru yang dihasilkan jarang memiliki sifat-sifat persis sama dengan induknya. Umumnya perbanyakan pala dengan biji akan menghasilkan rata-rata pohon betina 55%, jantan 40% dan campuran 5%. Komposisi seperti ini jelas tidak akan dapat memberikan keuntungan, karenanya dalam pengusahaan pala, tanaman jantan dan campuran harus dikurangi. Caranya dengan mengetahui ciri dari pohon jantan, betina maupun campuran. Ciri pohon betina cabangnya tumbuh mendatar/ horizontal, sedang pohon jantan cabangnya membentuk sudut lancip terhadap batangnya, sedang pohon campuran adalah pohon jantan yang dapat menghasilkan bunga betina. Apabila terpaksa memperbanyak tanaman pala dengan biji, biji-biji pala yang akan dipergunakan sebagai benih harus berasal dari pohon induk yang baik, dari buah yang telah masak penuh dan segera setelah pemetikan (selambatlambatnya 24 jam penyimpanan) harus disemaikan. Biji pala tersebut harus cukup besarnya, berbentuk agak bulat dan simetris. Pengalaman di pulau Banda menunjukkan, bahwa hasil seleksi biji yang besar dari sekumpulan buah yang telah dipanen untuk dijadikan bibit, diambil dari pohon induk yang letaknya berdekatan dengan pohon yang berbunga jantan, dapat memberikan hasil yang memuaskan. B. PERBANYAKAN DENGAN CANGKOKAN. Prinsipnya sama seperti mencangkok tanaman-tanaman lainnya, tanaman baru hasil cangkokan akan memiliki sifat-sifat seperti induknya. Pelaksanaannya mudah sekali, sekaligus memanfaatkan cabang-cabang tanaman yang kurang produktif tetapi memungkinkan untuk di cangkok. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih cabang yang akan dicangkok - Harus berasal dari pohon induk yang pertumbuhannya baik, rimbun, bebas dari hama dan penyakit, serta produktif. - Umur pohon berkisar antara th. - Cabang harus yang sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua atau muda. Mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim hujan, akan tetapi musim kemarau tidaklah merupakan hambatan, asalkan dilakukan penyiraman yang teratur. Cara
10 lain untuk mengatasinya adalah dengan meletakan kaleng bekas yang diberi lubang halus, kemudian diisi air dan diikat/digantungkan tepat di atas cangkokan. Akar hasil cangkokan akan muncul setelah satu bulan, mula-mula berwarna putih kemudian akan berubah warna menjadi coklat tua pertanda akarnya sudah kuat dan siap dipindahkan ke pertanaman. Apabila pencangkokan dilakukan dengan baik, maka tanaman hasil cangkokan akan cepat tumbuhnya dan tahan terhadap perubahan lingkungan setelah dipindahkan ke kebun. C. PERBANYAKAN DENGAN OKULASI. Perbanyakan cara ini bukan saja akan mempercepat masa produksi, tetapi dapat pula mengurangi persentase pohon jantan yang muncul. Untuk batang bawah digunakan jenis pala Myristica sucedona BL, sedangkan untuk cabang entrys (mata tunas) diambil dari cabang pohon yang berproduksi tinggi misalnya Myristica fragrans Houtt. Syarat-syarat okulasi: - Besar calon batang atas dan batang bawah (under stump) jangan jauh berbeda. - Umur batang bawah minimal 1 tahun. - Mata tunas (entrys) diambil dari cabang yang lurus, dari pohon yang telah berproduksi. - Satu atau dua minggu sebelum pengambilan cabang entrys, sebagian daunnya dipangkas untuk merangsang pertumbuhan mata tunas. - Pisau okulasi harus tajam dan bersih. V CARA MENANAM Untuk tanah-tanah yang belum pernah ditanami, pembabatan semak belukar dan penebangan pohon-pohon sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, hal ini untuk mencegah cepatnya tumbuh kembali semak belukar. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, menciptakan areal yang beraerasi (peredaran udaranya) baik serta membersihkan akar dan sisa-sisa tanaman. Untuk areal yang miring, harus dibuat teras-terus untuk mencegah terjadinya erosi.
11 LUBANG DAN JARAK TANAM Lubang tanam harus sudah dipersiapkan 1 bulan sebelum tanam, minimal dengan ukuran 60 X 60 X 60 cm, untuk tanah-tanah yang unsur liatnya banyak, ukuran lubang tanam boleh dibuat lebih besar lagi misal 1 X 1 meter. Dalam menggali lubang, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan lapisan tanah bagian bawah, karena keduanya mempunyai kandungan unsur yang berbeda. Setelah 1-2 minggu kemudian tanah galian tadi dimasukkan kembali ke dalam lubang. Lapisan tanah bagian bawah dimasukkan terlebih dahulu, baru kemudian lapisan tanah bagian atas yang sudah diberi pupuk kandang/kompos 1-2 kaleng. Dua atau tiga minggu kemudian, penanaman bibit dapat dilakukan. Jarak antara lubang tanam, pada tanah datar dianjurkan 9 X 10 m dan pada tanah berbukit 9 X 9 m. BIBIT Bibit yang ditanam adalah yang telah berumur 1-2 tahun (bila bibit dari biji/okulasi), bibit yang berasal dari cangkokan segera bisa ditanam setelah akarnya dipandang cukup kuat untuk dipindahkan ke pertanaman. PEMELIHARAAN Untuk mencapai hasil yang maksimal dari tanaman yang diusahakan, maka pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan, antara lain dalam hal: - Pohon pelindung, tanaman muda umumnya kurang tahan terhadap panas sinar matahari. Oleh karena itu untuk menghindari kerusakan tanaman, perlu dipersiapkan pohon pelindung yang cukup. Setelah tanaman bertambah besar, pohon pelindung dapat diperpanjang. - Penyulaman, bibit yang mati atau tidak normal pertumbuhannya harus segera diganti. - Penyiangan, ini harus dilakukan secara teratur, untuk menghindari persaingan dalam pengambilan unsur hara antara tanaman pala dengan rumput atau tumbuhan pengganggu lainnya. Penyiangan ini bisa dimulai 2-3 bulan setelah penanaman, pucuk dan daun-daun baru telah mulai tumbuh (ini berarti pertumbuhan tanaman telah cukup kuat). - Pemupukan, penambahan unsur hara yang habis terserap oleh tanaman mutlak diperlukan. Hal ini untuk menjamin agar tanaman tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Pupuk yang diberikan bisa pupuk organik (kompos, pupuk kandang) dan atau pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, KCL, NPK dll). Jenis dan dosisnya disesuaikan dengan kondisi tanaman atau mintalah petunjuk pada PPL setempat. Cara pemupukannya dibenamkan dalam parit sedalam 2-10 cm, melingkari batang tanaman (selebar kanopi).
12 - Pengendalian tanaman pengganggu/gulma, hampir disetiap kebun ada gulma yang jika dibiarkan sangat merugikan. Oleh karenanya pertumbuhannya harus dikendalikan. Penggunaan herbisida bisa di lakukan, namun efisiensinya perlu diperhitungkan. Karena rekomendasi penggunaan herbisida (jenis dan dosisnya) di setiap daerah mungkin berbeda, maka untuk lebih jelasnya hubungi petugas PPL setempat. HAMA DAN PENYAKIT a. Hama-Hama 1. Penggerek batang [Batocera hercules] Tanda-tanda serangan berupa terdapatnya lubang gerekan pada batang, dengan diameter 1,5-2,0 cm, dari lubang ini keluar serbuk-serbuk kayu. Akibatnya dapat mematikan tanaman pala. Cara pemberantasannya : dengan menginjeksi pestisida sistemik ke dalam batang tanaman (Dimicron 100 EC atau Tamaron 50 EC). Cara lainnya dengan menakik lubang gerekan kemudian membunuh hamanya atau menutup lubang gerakan dengan kayu. 2. Kumbang Areoceum foriculatus Berukuran kecil menyerang buah pala yang telah jatuh, imago menggerek buah kemudian meletakkan telur di dalamnya, yang selanjutnya akan berkembang menjadi lundi yang dapat menggerek buah secara keseluruhan. Cara pencegahannya, buah yang telah dipetik harus segera dikeringkan. 3. Rayap Serangannya dimulai dari akar, kemudian pangkal batang dan seterusnya mengikuti batang bagian dalam, sehingga seluruh bagian batang dapat terserang. Tanda khusus yang dapat dilihat, adalah terjadinya bercak hitam pada permukaan batang. Bila bercak hitam itu dikupas, maka akan kelihatan sarang serta saluran yang dibuat oleh rayap di dalamnya. Serangan rayap ini, banyak dijumpai pada kebun-kebun yang kurang bersih dari semak dan tanggul-tanggul pohon. Cara pencegahannya, dengan menyemprotkan pestisida pada tanah dan pangkal batang untuk mencegah naiknya rayap ke batang pohon. Cara lainnya adalah dengan menyemprotkan pestisida ke bercak hitam yang telah dibuka, sehingga pestisida akan merembes ke dalam sarang dan saluran-saluran yang dibuat rayap. b. Penyakit Penyakit pecah buah atau terbelah putih, penyakit ini disebabkan oleh cendawan Coryneum myristicae yang menyebabkan buah terbelah karena pertumbuhan daging buah terhambat, sehingga tidak dapat mengimbangi pertumbuhan fuli dan biji, yang akhirnya akan jatuh sebelum tua.
13 Tanda-tandanya : pada bagian luar daging buah yang berumur 5-6 bulan, terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklatan. Bercak-bercak ini akan bertambah besar dan kemungkinan berubah menjadi hitam. Cara pencegahannya; dengan membuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik atau melakukan pengasapan belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram belerang/pohon. Buah-buah yang terserang segera dibuang dan ditanam dalam tanah. Melakukan penyemprotan dengan fungisida.
14
15 VI PANEN Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 tahun, dan pada umur 10 tahun sudah berproduksi secara menguntungkan. Produksinya akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Hal ini berlangsung terus sampai tanaman berumur tahun. Dalam setahun tanaman pala dapat di petik dua kali, yang setiap daerah biasanya waktunya tidak sama. Umumnya buah pala dipanen setelah cukup tua, yang di tandai dengan merekahnya buah, umurnya + 6 bulan sejak berbunga. Cara pemetikannya bisa dengan galah yang ujungnya diberi keranjang, atau langsung memanjat pohon untuk memungut dan memilih buah yang betul-betul tua. Buah yang telah dipetik, segera diperlakukan sesuai keperluannya, hal ini untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Dalam setiap tahun, panen pala dilakukan 2 periode, dimana setiap daerah waktu pemetikannya tidak sama. Di daerah Fak-Fak misalnya, mengenal 3 musim pemetikan yaitu musim barat, musim matahari (kemarau) dan musim Timur. a. Musim Barat : dimulai pada daerah pantai ( + bulan Oktober), dua bulan kemudian didaerah pegunungan. Biasanya buah-buah yang dipetik pada musim barat ini Kualitasnya baik. b. Musim Timur : didaerah pantai dimulai bulan Maret, sedang didaerah pegunungan dimulai bulan Juni. Buah yang dipanen pada musim ini kwalitas pala dan fulinya lebih rendah, dibandingkan yang di panen pada musim barat. c. Musim Matahari : adalah musim pemetikan tambahan yang dilakukan di luar musim barat dan musim timur.
16 VII PENGOLAHAN Agar diperoleh mutu hasil yang baik, maka perlu dipetik buah yang benar-benar tua/telah membelah. Buah pala yang telah jatuh ke tanah atau bekas dimakan burung, umumnya merupakan buah yang tua juga, tetapi hasil fulinya tidak dapat diharapkan. Urut-urutan bagian buah pala dari luar ke dalam terdiri atas: - Kulit buah. - Daging buah. - Fuli (arillus). - Kulit biji (cangkang). - Biji. PENGOLAHAN PALA DAN FULI 1. Pemisahan biji dari daging buah. 2. Pelepasan fuli dari bijinya yang dilakukan dengan hati-hati, dari ujung ke arah pangkal, agar diperoleh fuli yang utuh sehingga bermutu tinggi. 3. Pengeringan antara pala dan fuli dilakukan secara terpisah. - Pengeringan biji tidak boleh melebihi suhu 45ºC, karena akan diperoleh biji pala yang berkualitas rendah disebabkan mencairnya kandungan lemak, biji keriput dan berbentuk remah dan aroma biji akan banyak berkurang. - Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran atau pengasapan. - Pengasapan dilakukan dirumah asap, pada suhu ruangan 35º - 40º C, dilakukan terus menerus selama hari sampai kadar air biji menjadi 8-10% - Pengeringan fuli lebih sederhana, full disebar di atas tampi/nyiru dan di jemur dibawah sinar matahari sampai kadar airnya menjadi 10-12% 4. Pemisahan biji pala dari cangkangnya. Penyimpanan biji pala kering biasanya masih bercangkang (untuk melindungi dari hama dan penyakit). Cangkang ini dapat dipecah dengan mesin pemecah pala atau dipukul dengan pemukul kayu, luka pada biji akan menurunkan Kualitasnya. 5. Fumigasi (pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan gas racun). Untuk biji pala dilakukan 2 kali, yaitu setelah biji dipisahkan dari cangkangnya dan setelah pengepakan dalam karung menjelang dieksport. Untuk fuli juga difumigasi 2 kali, yaitu sebelum dilakukan sortasi dan setelah pengepakan menjelang dieksport.
17 6. Sortasi. Sortasi biji pala dilakukan menurut: ukuran, warna, keriput/tidak, pecan-basah-lubang/tidak. Pada garis besarnya dibedakan 3 kwalitas biji pala, yang masing-masing dapat dipisahkan atas beberapa sub kualitas. Kualitas I terkenal dengan kualitas ABCD, berasal dari buah petik yang cukup tua dan permukaan biji licin. Kualitas II atau rimple atau SS, permukaan bijinya berkeriput karena berasal dari buah yang belum cukup tua atau karena mengalami pemanasan lebih dari 45º C. Kualitas III atau BWP (Broken, Warmy, Punky) berasal dari buah yang kurang tua yang dipungut dari tanah, buah yang kurang tua atau buah yang mengalami kerusakan dalam pengolahan. Kualitas ABCD masih dapat dipisahkan atas sub kualitas A, B, C dan D dengan menggunakan saringan kayu yang mempunyai lubang dengan diameter tertentu. Kualitas rimple/ss, berdasarkan besar kecilnya masih dapat dipisahkan atas sub kualitas R/A dan R/E. Sedang kualitas BWP dapat dibagi atas sub kualitas BWP I dan BWP II. Sortaso biji pala ini dilakukan dengan tangan, dan untuk memperbaiki kualitas umumnya dilakukan berulang kali. Sortasi fuli, dilakukan dengan menggunakan ayakan kawat dan pemilihan dengan tangan. Setelah fuli dijemur dan mengalami proses fumigasi I, kemudian disortir menjadi 2 kualitas yakni Gruis I dan Gruis II. Ke dua kualitas ini kemudian disortir lagi sesuai permintaan pasar internasional menjadi sub kualitas Gruis I/Amerika, Gruis II/Amerika, Gruis I/Eropa dan Gruis II/Eropa. Selanjutnya masing-masing sub kualitas dimasukkan dalam mesin pemotong mekanis, yang nantinya akan dihasilkan fuli remah (broken). Proses selanjutnya adalah membersihkan, menapis, mengajak, menghembus full pada waktu jatuh dari ayakan sehingga diperoleh fuli siap untuk di bungkus. PENGOLAHAN MINYAK PALA Biji pala mengandung minyak lemak (fixed oil) sebanyak % minyak lemak ini dapat diperoleh dengan cara menggiling dan memeras biji pala tersebut. Apabila minyak lemak tidak dikeluarkan lebih dahulu, pada penyulingan akan ikut tersuling dan akan sulit di pisahkan dari minyak palanya. Setelah biji pala digiling kemudian dimasukkan bejana, dan dilakukan penyulingan selama jam. Setelah disaring, minyak ditampung ke dalam botol penampung yang digunakan untuk memisahkan air dari minyak, rendemen minyak yang diperoleh berkisar antara 7-16 %. Minyak pala berupa cairan yang hampir tidak berwarna/kuning muda, dengan bau khas pala, apabila disimpan akan menyerap oksigen dan menjadi kental. Minyak pala ini dieksport ke Singapura, Perancis, Inggris, Nederland dan Amerika Serikat.
18 Standar mutu minyak pala: - Deskripsi : minyak pala adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan biji-biji buah tanaman Myristica fragrans Houtt. - Jenis mutu : minyak pala digolongkan dalam satu jenis mutu. - Syarat mutu Karakteristik Syarat - Bobot jenis pada 25ºC 0,847-0,919 - Index bias pada 25ºC 1,474-1,497 - Putaran optik pada 25º C +10º - 30º - Kelarutan dalam etanol 90% 1-1 jernih, seterusnya jernih. suhu 25º - 30º C - Sisa penguapan contoh 4,8 gr 2,5% sampai 5,2 gr, maks. - Zat-zat asing a. Minyak pelikan negatif b. Minyak terpentin negatif c. Minyak lemak negatif d. Alkohol tambahan negatif PENGOLAHAN PALA DESTILASI (destining nutmeg) Pengolahan pala destilasi sangat sederhana sekali, yakni buah pala yang masih muda (berumur 2-5 bulan) dipetik, dilepaskan daging buahnya, kemudian bijinya dijemur dipanas matahari selama 2-3 hari, kemudian disortir menurut mutunya. Cars lainnya adalah dikeringkan di atas tungku api (diasap) selama +2 hari. Di pasaran dunia terdapat 2 mutu pala destilasi yaitu : - Mutu I kode AZWI. - Mutu II kode ETEZ. Spesifikasi: - Deskripsi : pala destilasi adalah biji pala yang berasal dari buah tanaman Myristice fragrans Houtt yang dipetik muda. - Jenis mutu : ada 2 jenis mutu yaitu, Mutu I (AZWI), buah pala tanpa batok yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2-2,5 bulan. Mutu II (ETEZ), buah pala yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2-5 bulan.
19 - Syarat mutu Karakteristik Mutu I Syarat Mutu II - Kadar air, % (bobot/bobot) males. 14,0 14,0 - Kadar minyak atsiri, (bobot/bobot) min.% 7,5 4 - Kadar minyak non atsiri, (bobot/bobot) males.% Benda asing, % (bobot/bobot) maks. 0,5 0,5 Sumber : DINAS PERKEBUNAN PROPINSI TINGKAT I IRIAN JAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pala (Myristica fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli Indonesia, karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Pala Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt) dapat tumbuh baik di daerahdaerah yang mempunyai ketinggian 500-700 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini membutuhkan
Lebih terperinciMANFAAT TANAMAN SYARAT TUMBUH
MANFAAT TANAMAN Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Kulit batang dan daun.
Lebih terperinciBUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )
BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis
Lebih terperinciPemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.
PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan
Lebih terperinciBUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO
BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperinciBUDIDAYA SUKUN 1. Benih
BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal
Lebih terperinciTeknik Budidaya Tanaman Durian
Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang
Lebih terperinciSYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN MANGGA
BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang sangat potensi sebagai komoditas perdagangan di dalam dan luar negri (ekspor).
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah
Lebih terperinciTeknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat
Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :
Lebih terperinciBUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU
BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciTATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di
III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji merupakan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,
Lebih terperinciBUDIDAYA KELAPA SAWIT
KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan
Lebih terperinciSumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May
10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.
III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan
Lebih terperinciPanduan Budidaya Salak Pondoh yang Baik
Panduan Budidaya Salak Pondoh yang Baik Salak pondoh adalah salah satu buah khas dari Indonesia, terutama wilayah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Buah ini cukup digamri oleh banyak orang. Bahkan produk
Lebih terperinciAgroteknologi Tanaman Rempah dan Obat
Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada
Lebih terperinciCara Menanam Tomat Dalam Polybag
Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,
Lebih terperinciPENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015
PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai
Lebih terperinciTEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU
TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan
Lebih terperinciIII.TATA CARA PENELITIAN
III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN DURIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah
Lebih terperinciKELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat
Lebih terperinciTUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI
TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.
Lebih terperinciMenurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili
Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas
Lebih terperinciE U C A L Y P T U S A.
E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,
Lebih terperinciUPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda
UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia
Lebih terperinciBudidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir
Budidaya Tanaman Obat Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat untuk Murid Sekolah Dasar Pengarang: Elvira Syamsir ilustrator: yanu indaryanto Penerbit: Seafast Center IPB DISCLAIMER This publication is made
Lebih terperinciHercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh
Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh I. Latar Belakang Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI
BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah
Lebih terperinciCara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag
Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas
Lebih terperinciPERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra
Lebih terperinciTeknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB
Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB 1/7 Pepaya merupakan tanaman buah-buahan yang dapat tumbuh di berbagai belahan dunia dan merupakan kelompok tanaman hortikultura
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di
TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai
Lebih terperinciTeknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk
Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciAgro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat
Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,
Lebih terperinciBUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN
BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Nabati Minyak nabati adalah senyawa minyak yang terbuat dari tumbuhan yang diperoleh melaui proses ekstraksi dan pengepressan mekanik. digunakan dalam makanan dan untuk
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh
3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.
Lebih terperinciPemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.
Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan disain
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya
Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciTEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH
TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH Oleh: Dr. Desi Hernita BPTP Jambi Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji. Rasa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.
19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang
Lebih terperinciBudi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut
Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN
BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam
4 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Tanaman nilam termasuk famili Labiatae (Santoso 1990). Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth atau Nilam Aceh, Pogostemon
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae
Lebih terperinciTeknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam
iptek hortikultura Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam Buah pepaya telah menjadi buah trend setter sejak beredarnya beberapa varietas
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciPERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK
PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan
Lebih terperinci