BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan masa

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak (Gordon & Browne, 1985:266). Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri-sendiri. Melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya daripada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu (Dworetsky, 1990: 395). Kegiatan bermain dilaksanakan tidak serius dan fleksibel. Menurut Dearden (Hetherington & Parke, 1979: 481) bermain merupakan kegiatan yang nonserius dan segalanya ada dalam kegiatan itu sendiri yang dapat memberikan kepuasaan bagi anak. Sedangkan menurut Hildebrand (1986: 54) bermain berarti berlatih, mengeksplorasi, merekayasa, mengulang latihan apa pun yang dapat dilakukan untuk mentransformasi secara imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa. Bermain merupakan hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa prasekolah. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan kepribadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar mengsisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan pada anak prasekolah mempunyai nilai

2 2 positif terhadap perkembangan kepribadiannya. Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan ia pikirkan. Dengan demikian, anak sebenarnya sedang mempraktekan keterampilan bermain dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat mengembangan kreativitas dan kognitifnya, yang ditandai dengan meningkatnya penalaran, memahami keberadaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, dan daya fantasi. Oleh karena itu, bermain itu berfungsi dan sangat penting dalam kehidupan anak, sehingga pembelajaran pada pendidikan anak usia dini menerapkan prinsip bermain. Salah satu fungsi penting bermain menurut Piaget ialah memberikan kesempatan kepada anak untuk mengasimilasi kenyataan terhadap dirinya dan dirinya terhadap kenyataan. Sebagai implikasi dari beberapa konsep tentang pentingnya bermain terhadap pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan anak dapat belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar secara efektif. Dengan bermain kemampuan dan potensi pada anak dapat berkembang secara optimal. Pentingnya bermain menurut Piaget dalam Riete de Vries (2002) merupakan wahana yang penting yang dibutuhkan untuk perkembangan berpikir anak. Belajar yang paling efektif untuk Pendidikan Anak Usia Dini/Taman Kanak-kanak adalah melalui suatu kegiatan yang kongkrit dan pendekatan yang berorientasi bermain. Bermain sebagai bentuk kegiatan belajar di Pendidikan Anak Usia Dini/ Taman Kanakkanak adalah bermain kreatif dan menyenangkan.

3 3 Froebel dalam Audrey Curtis (1998) mengemukakan bahwa melalui bermain kreatif anak dapat mengembangkan serta mengintegrasikan semua kemampuannya. Anak lebih banyak belajar melalui bermain dan melakukan eksplorasi terhadap objek-objek dan pengalamannya karena anak dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi sosial dengan orang dewasa pada saat mereka memahaminya dengan bahasa dan gerakan sehingga tumbuh menuju secara kognitif menuju berfikir verbal. Mendukung pendapat di atas, Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak. Frank dan Theresa Caplin (Hildebrand, 1986: 55-56) mengemukakan ada enam belas nilai bermain bagi anak. 1. Bermain membantu pertumbuhan anak. 2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela. 3. Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak. 4. Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai. 5. Bermain mempunyai unsur berpetualang di dalamnya. 6. Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa. 7. Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antarpribadi. 8. Bermain memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik. 9. Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian. 10. Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu. 11. Bermain merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa. 12. Bermain merupakan cara dinamis untuk relajar.

4 4 13. Bermain menjernihkan pertimbangan anak. 14. Bermain dapat distruktur secara akademis. 15. Bermain merupakan kekuatan hidup. 16. Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup manusia. Oleh karena begitu besar nilai bermain dalam kehidupan anak, maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksaan program kegiatan Taman Kanakkanak (TK) merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa diabaikan. Bagi anak TK belajar adalah bermain dan bermain sambil belajar. Belajar melalui bermain di antaranya dapat mengembangan kreativitas dan kognitif anak usia dini. Melalui kegiatan bermain agar tidak membuat anak kehilangan masa bermainnya. Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, bermain juga membantu anak mengenal dirinya, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat di mana ia hidup. Melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk berkreasi, bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaannya, dan dapat mengembangkan kreativitasnya. Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia, kreativitas diakui sebagai faktor utama yang dapat mendayakan fungsi manusia dengan mensintesis interaksi antara kekuatan intelektif, emotif, dan motivasional. Mengembangkan kreativitas dan kognitif anak usia dini melalui bermain dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakan dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan kreativitas, kognitif, sosial, emosional, dan afektif pada anak usia dini.

5 5 Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Perlu disadari bahwa masa-masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (eksplosif). Mengingat pentingnya masa ini, maka peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua, guru, pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada disekitar anak, sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya. Potensi yang dimaksud meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, kreativitas dan seni. Pendidikan anak usia dini diberikan pada awal kehidupan anak untuk dapat berkembang secara optimal. Supaya tercapai seluruh aspek perkembangan pada anak usia dini dengan menggunakan prinsip belajar melalui bermain dalam metode pembelajarannya. Hal ini sejalan dengan Rencaca Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang mencanangkan tekad untuk meningkatkan perluasan PAUD dalam rangka membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal agar memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, di antaranya dalam pengembangan kreativitas dan kognitif anak usia dini.

6 6 Untuk mengembangkan kreativitas dan kognisi anak usia dini perlu dukungan dari semua pihak; guru, orang tua, dan lingkungan masyarakat. Terkait dengan itu, orang tua dan guru perlu menyediakan lingkungan yang benar untuk membebaskan seluruh potensi kreatifnya. Di dalam pendidikan anak uisa dini, orang tua dan guru bukanlah pengajar, melainkan sebagai motivator, fasilitator. Orang tua dan guru diharapkan memberikan stimulus pada anak, sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak (student centered). Stimulasi dapat diberikan dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi kreatif. Biarkan anak dengan bebas melakukan, memegang, menggambar, membentuk, ataupun membuat dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Ketika anak mengembangkan keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu. Suatu cara yang mampu menyalakan percikan-percikan kreativitas anak usia dini adalah dengan membebaskan anak menuangkan pikirannya. ( Dengan membebaskan anak menuangkan pikirannya melalui kegiatan bermain yang menyenangkan diharapkan dikemudian hari anak akan melahirkan ide-ide yang luar biasa, bermanfaat bagi kehidupan manusia.

7 7 Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa: Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Meningkatkan kreativitas merupakan bagian integral dari kebanyakan program untuk anak berbakat. Jika kita tinjau program atau sasaran belajar siswa, kreativitas biasanya disebut sebagai prioritas, kreativitas memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia. Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian kreativitas sebagai sifat yang diturunkan / diwariskan oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius. Negara berkembang Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberikan kontribusi bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta kepada kesejahteraan bangsa pada umumnya. Sehubungan dengan ini, pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip bermain, agar dapat seluruh aspek perkembangan anak dapat berkembang secara optimal. Khususnya pada pengembangan kreativitas dan kognitif peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi, masyarakat, dan Negara. Kenyataan sekarang ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari telah terpasung di tengah kesibukan orang tua. Lebih jauh lagi, sistem pendidikan di Negara kita kebanyakan menerapkan sistem pendidikan satu arah yang mengutamakan IQ (Kecerdasan intelektual). Dengan sistem pendidikan seperti ini, tingkat kreativitas dan kecerdasan EQ (Kecerdasan emosional) seringkali diabaikan. Sesungguhnya setiap anak memiliki potensi kreatif.

8 8 Beberapa di antaranya memilikinya lebih dari pada yang lain. Tetapi tidak ada anak yang tidak kreatif sama sekali. Terutama pada anak-anak usia dini, mereka memiliki kreativitas alamiah yang sangat besar. Sayangnya, orang tua atau guru masih banyak yang kurang menyadari dan menghargai akan pentingnya kreativitas anak. Orang tua dan guru kurang dapat memahami arti kreativitas (yang meliputi aptitude dan non-aptitude) dan bagaimana mengembangkannya pada anak dalam lingkungan pendidikan di rumah, di sekolah. Selanjutnya, pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan intelegensi (kecerdasan) daripada pengembangan kreativitas, sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan dalam hidup. Terkait dengan itu, masih banyak kendala baik secara makro (masyarakat dan kebudayaan) maupun mikro (dalam keluarga, sekolah, dan pekerjaan) terhadap pengembangan kreativitas. Kreativitas bukanlah merupakan kebebasan untuk melakukan segala hal tanpa batas. Mendukung pernyataan di atas, beberapa penelitian, antara lain Getzels dan Jackson (1962) guru lebih menyukai siswa dengan kecerdasan tinggi daripada siswa yang kreatif, jika kepada guru ditanyakan siswa manakah yang lebih disenanginya di dalam kelas. Begitu pula studi dari Bachtold (1974) dan Utami Munandar (1977) menunjukkan bahwa persepsi guru mengenai murid yang ideal hanya sedikit persamaannya dengan prilaku yang ditemukan pada pribadi-pribadi yang kreatif. Lebih parah lagi, sistem pendidikan seperti itu diterapkan pada pendidikan anak usia dini. Banyak anak yang tertekan mengikuti kegiatan sekolah. Begitu

9 9 banyak tugas-tugas yang diberikan guru, termasuk pekerjaan rumah (PR) dan les. Pembelajaran anak usia dini banyak yang sangat terstruktur dan formal sehingga celah bagi anak untuk bermain sambil belajar semakin sempit. Anehnya, guru dan orang tua merasa bangga apabila anak didiknya sudah menguasai calistung (membaca, menulis, berhitung). Banyak guru dan orang tua yang keliru bahwa pembelajaran pada anak usia dini itu identik dengan membawa buku, belajar menulis, dan berhitung. Disisi lain, ada guru yang menyadari bahwa kecerdasan intelektual seperti calistung (membaca, menulis, dan berhitung) tidak termasuk pada tataran pembelajaran anak usia dini, namun dilain pihak tuntutan masyarakat yang menghendakinya. Kalau tidak demikian, maka seakan-akan eksistensi lembaga Pendidikan anak usia dini akan dianggap sebelah mata, dibanding lembaga sejenis. Jika dibiarkan terus siswa pendidikan anak usia dini akan menemui atau mengalami kejenuhan dalam belajar pada saatnya dia masuk sekolah dasar. Ketidaksesuian tersebut, ternyata bermuara pada kompetensi guru. Dalam kenyataannya mayoritas guru bukan berlatangbelakang sebagai guru TK/PAUD sesuai tuntutan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru harus memiliki kualifikasi melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat, khususnya untuk PAUD minimal S1 PAUD, dan atau S1 Psikologi. Pemahaman guru yang tidak komprehensif terhadap aspek-aspek pengajaran dan penilaian akan berdampak pada pelaksanaan pengajaran dan penilaian itu sendiri, yang salah satu prinsipnya adalah holistik

10 10 Dengan demikian, untuk menjawab permasalahan tersebut di atas, salah satunya dengan belajar melalui bermain untuk pengembangan kreativitas dan kognitif anak usia dini. Untuk mendukung penelitian ini yaitu dengan jenis/area permainan edukatif yang dapat mengembangkan/meningkatkan kreativitas dan kognisi anak usia dini. Salah satunya dengan permainan balok unit. Di samping itu ada beberapa permainan/jenis permainan yang dapat mengembangkan kreativitas dan kognisi anak uisa dini yaitu bermain di area pasir dan air, bermain rumah atau bermain drama, seni, area manipulatif, area membaca dan latihan menulis, area pertukangan kayu, area musik dan gerak, area matematika, area sains, area bermain di luar ruangan. Namun penulis lebih memfokuskan pada permainan balok unit sesuai dengan judul penelitian di atas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai Belajar Melalui Bermain untuk pengembangan kreativitas dan kognitif anak usia dini. Dalam hal ini Penerapan Bermain Balok Unit terhadap Siswa Taman Kanak-kanak Al Kautsar di Desa Haurpanggung Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat. Rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan dalam pertanyaanpertanyaan penelitian berikut. 1. Seberapa besar pengaruh permainan balok unit untuk pengembangkan kreativitas dan kognitif anak usia dini pada Siswa TK Al Kautsar di Desa Haurpanggung Kabupaten Garut?

11 11 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bermain melalui permainan balok unit terhadap pengembangan kreativitas dan kognitif anak usia dini pada siswa Taman Kanak-kanak Al Kautsar Kabupaten Garut? C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi pada beberapa aspek saja, mengenai seberapa besar pengarunya belajar melalui bermain balok unit terhadap pengembangan kreativitas dan kognitif anak usia dini dan bagaimana pelaksanaan pembelajarannya. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui besaran pengaruh penerapan belajar melalui bermain balok unit untuk pengembangan kreativitas dan kognitif anak usia dini pada siswa Taman Kanak-kanak Al Kautsar di Desa Haurpanggung Kabupaten Garut. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran bermain melalui permaianan balok unit terhadap pengembangan kreativitas dan kognitif siswa Taman Kanak-kanak Al Kautsar Kabupaten Garut. E. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis a. Bagi lingkungan akademik, tulisan ini mudah-mudahan dapat menambah khasanah keilmuan dan dapat dijadiakan sebagai salah satu literatur yang membahas pendidikan anak usia dini.

12 12 b. Bagi penulis, tulisan ini dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang belajar melalui bermain balok dapat mengembangkan/meningkatkan kreativitas terhadap siswa Taman Kanak-kanak Al Kautsar di Desa Haurpanggung Kabupaten Garut. Juga dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran pada Taman Kanak-kanak atau lembaga sejenis c. Bagi ilmu pengetahuan, memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang progresif dan inovatif khususnya berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi praktisi dan orang tua terhadap pelaksanaan pembelajaran di TK. b. Sebagai masukan bagi guru TK untuk lebih memperhatikan atau memilih metode/pendekatan pembelajaran bagi siswa TK. c. Bagi orang tua, dapat dijadikan sebagai masukan dalam melaksanakan perannya masing-masing sehingga dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada pendidikan PAUD. d. Bagi pengembang, perencana, penyelenggara, dan pelaksana lembaga pendidikan, tulisan ini dapat sebagai masukan dalam pengembangan, perencanaan, dan penyelenggaraan program pendidikan anak usia dini khususnya pada Taman Kanak-kanak. F. Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu permasalahan dalam penelitian. Ada empat kriteria dalam

13 13 merumuskan hipotesis. Menurut Mc Millan dan Schumacher (2001 : 89-90) yaitu: 1) hipotesis yang dirumuskan hendaklah merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih; 2) hipotesis yang dirumuskan harus dapat diuji; 3) hipotesis yang dirumuskan harus memberi isyarat penggunaan statistik; 4) hipotesis yang dirumuskan tidak boleh memberi makna ganda. Adapun hipotesis secara umum sebagai berikut: 1) H 1 : ada pengaruh yang positif dari belajar melalaui bermain balok unit terhadap pengembangan kreativitas anak usia dini pada siswa TK Al Kautsar Garut. 2) H 1 : ada pengaruh yang positif dari belajar melalui bermain balok unit terhadap pengembangan kognitif anak usia dini pada siswa TK Al Kautsar Garut. G. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah belajar melalui bermain balok (X). Sedangkan variabel terikatnya adalah pengembangan kreativitas anak usia dini (Y 1 ) dan pengembangan kognitif anak usia dini (Y 2 ) terhadap siswa TK Al Kautsar Garut. Hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini diperjelas dengan kerangka pikir sebagai berikut: X Belajar melalui bermain balok unit Y 1 Pengembagan Kreativitas Y 2 Pengembangan Kognitif

14 14 Analisis terhadap hubungan antara varabel bebas dan terikat ini akan diuji melalui uji statistik. H. Definisi Operasional Variabel yang terdapat dalam judul penelitian ini adalah belajar malalui bermain balok, pengembangan kreativitas, dan pengembangan kognitif anak usia dinivariabel- variabel tersebut di atas penting untuk didefenisikan atau dijelaskan agar tidak terjadi pemahaman yang keliru dari maksud yang dikehendaki peneliti. 1. Belajar Melalui Permainan Balok Unit Belajar melalalui permainan balok dimaksudkan pembelajaran yang menggunakan alat permainan edukatif terbuat dari potongan kayu yang memiliki berbagai bentuk, dan cara memainkannya disusun/disambungkan sehingga membentuk suatu bangunan atau menyerupai benda-benda seperti rumahrumahan, jembatan, pagar, dan lain-lain. Indikator Belajar melalui Permainan Balok Unit 1) Persiapan bermain balok unit (pembukaan) 2) Bermain balok unit (kegiatan inti) 3) Menyambung/menyusun balok unit 4) Memberi nama bangunan 5) Menggunakan balok unit tanpa maksud membuat/menyusun bangunan 6) Menceritakan pengalaman ketika bermain balok unit (kegiatan penutup) 2. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Kreativitas diartikan dengan gagasan-gagasan original, titik pandang yang berbeda, atau cara baru dalam melihat suatu masalah. Pengembangan kreativitas

15 15 berarti perubahan progesif yang terjadi pada anak dalam mengeluarkan gagasan original yang diaktualisasikan dalam karya yang baru atau berbeda dengan yang sudah ada. Dalam hal ini, seorang anak yang sedang bermain dengan balok-balok kayu. Mereka menyusun, bertumpuk ke atas, menyambungkan menyerupai bentuk rumah-rumahan kemudian menyebutnya rumah, jembatan, pagar, dan mobilmobilan. Indikator Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini 1) Pemikiran yang kreatif 2) Tindakan yang kreatif 3) Produk yang kreatif 4) Sikap yang kreatif 3. Pengembangan kognitif Aspek kognisi diartikan sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreativitas, kemampuan berbahasa, serta daya ingat. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh anak usia dini melalui bermain. Anak usia dini diharapkan menguasai berbagai konsep. Seperti menguasai tentang warna, ukuran, bentuk, arah, dan besaran. Itu semua akan mejadi landasan untuk belajar menulis, bahasa, matematika, dan ilmu pengetahuan yang lain. Sebagaimana seorang anak sedang bermain balok-balok kayu mereka dapat menyebutkan warna balok, bentuk balok, dan menyebutkan bangunan balok yang dibuatnya sendiri. Indikator Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini 1) Pemahaman konsep membuat balok unit 2) Kemampuan berbahasa

16 16 3) Mengingat 4) Mengamati/melihat 5) Memberi penilaian 6) Berpikir konvergent 7) Berpikir divergent I. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen quasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjajaki peluang jenis pembelajaran melalui permain balok unit yang belum diterapkan di TK Al Kautsar Kabupaten Garut. Adapun jenis desain dalam penelitian ini berbentuk Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dipilih secara random, sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pre- test dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Sedangkan instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan perhitungan sebagai berikut: 1. Sangat Setuju (SS) = 4 2. Setuju (S) = 3 3. Tidak Setuju (TS) = 2 4. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipasif dan dokumentasi. Wawancara ditujukan kepada kepala dan guru TK Al Kautsar Kabupaten Garut. Dengan pedoman wawancara yang disediakan peneliti.

17 17 Sedangkan observasi partisipasif, peneliti langsung bersama dengan para guru dan anak-anak TK Al Kautsar Kabupaten Garut dengan instrumen peneliti. J. Lokasi dan Subyek Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di TK Al Kautsar Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Dan sebagai subyek penelitian ini adalah anak usia dini di TK Al Kautsar sebagai kelas eksperimen, dengan jumlah anak sebanyak 21 orang, sedangkan sebagai kelas kontrol adalah anak usia dini di TK Al Kautsar sebanyak 23 orang. Pemilihan lokasi penelitian tersebut dimaksudkan sebagai upaya penerapan permainan balok. Karena permainan balok dapat mengembangkan kreativitas anak usia dini. Dampak pararel dari kreativitas adalah munculnya pada aspek pengembangan kognitif anak usia dini, sehingga anak dapat mengkonstruk, menyusun, memproses, menghasilkan pengetahuan-pengetahuan atau pengalaman baru melalui interaksi dengan obyek, kelompoknya, dan masyarakat dengan melakukan adaptasi berupa asimilasi dan akomodasi.