SEKOLAH SENI DAN GALERI DENGAN KONSEP PENCAHAYAAN ALAMI DI BSD
|
|
- Iwan Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SEKOLAH SENI DAN GALERI DENGAN KONSEP PENCAHAYAAN ALAMI DI BSD Ardian Hindra.S, Riyadi Ismanto, Michael Djimantoro Unversitas Bina Nusantara. Jln K.H Syahdan 9, Kemanggisan, Palmerah, ardianhs13@gmail.com ABSTRACT Art School and Gallery is a building that provides facilities such as education, especially in the field of fine arts, in addition to the function of the gallery itself is to showcase the work of students from art schools as well as public facilities that can be accessed by the general public. Along with the issue of the concept of sustainable architecture, art school and gallery are made to respond to this issue is by utilizing sunlight instead of artificial lighting during the day so as to save power energy than the natural light can also be used as a decorative function for this building. Data was collected through literature studies as well as studies on the location of the projects that apply a similar concept in particular in terms of natural lighting. (AH) Keywords: Natural Lighting, Energy Efficiency, Art School and Gallery, Sustainable Architecture. ABSTRAK Sekolah seni dan galeri merupakan sebuah bangunan yang memberikan fasilitas berupa pendidikan khususnya dalam bidang seni murni,selain itu fungsi dari galeri itu sendiri yaitu untuk memamerkan hasil karya siswa dari sekolah seni dan juga sebagai fasilitas umum yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Seiring dengan isu konsep sustainable architecture, sekolah seni dan galeri ini dibuat untuk menanggapi isu tersebut yaitu dengan cara memanfaatkan cahaya matahari sebagai pengganti penerangan buatan pada siang hari sehingga dapat menghemat energi listrik selain itu cahaya alami juga dapat digunakan sebagai fungsi dekoratif untuk bangunan ini. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur serta studi lokasi pada proyek-proyek yang menerapkan konsep serupa khususnya dalam hal pencahayaan alami. (AH) Kata Kunci: Pencahayaan Alami, Efisiensi Energi, Sekolah Seni dan Galeri, Arsitektur Berkelanjutan. PENDAHULUAN Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung kegiatan, pendidikan dan bisnis. Perlu juga diketahui bahwa bangunan juga mempunyai pengaruh pada budaya dan lingkungan. Salah satu jenis bangunan yang diangkat yaitu sekolah seni dan galeri. Seperti yang diketahui bahwa Indonesia memiliki seni dan budaya yang beragam, namun sangat disayangkan bahwa dalam hal pendidikan, seni seringkali dikesampingkan dan dianggap tidak terlalu penting. Tetapi perlu diketahui bahwa seni dapat membuat para pelajar untuk dapat lebih berkreatifitas dalam kehidupan dari segi apapun. Alasan utama dipilihnya sekolah khusus seni murni karena seni murni merupakan seni dasar yang seringkali dilupakan. Banyak karya-karya seni murni yang dapat menunjukan ciri khas budaya Indonesia. 1
2 Maka dipilihlah sebuah proyek sekolah seni murni yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang dapat memecahkan masalah ini selain itu juga sebuah galeri yang nantinya akan digunakan untuk memamerkan hasil karya para siswa seni yang diharapkan dapat menjadi sebuah fasilitas bagi mereka untuk mengekspresikan hasil karya nya dan dapat untuk dinikmati semua orang selain itu juga dapat membuat bangunan yang dapat menunjukan nilai seni yang tinggi, namun perlu diketahui bahwa biaya untuk sebuah sekolah dan galeri cukup tinggi, maka kasus inilah yang akan diselesaikan dengan sebuah konsep desain yang low-cost energy dimana bangunan akan di desain dengan memaksimalkan pencahayaan alami sehingga dapat menjadi sebuah bangunan yang hemat energi. Sekolah seni merupakan sebuah jenis tempat pendidikan yang memberikan fasilitas pendidikan seperti sekolah pada umumnya dengan fasilitas yang lengkap dan luasan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari pengguna sekolah tersebut. Untuk peletakan ruang-ruang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna seperti adanya ruang kelas, ruang workshop, galeri, ataupun fasilitas penunjang lainnya seperti kantin, dll. Sekolah ini dikhususkan yaitu hanya untuk studi di bidang seni rupa seperti karya membuat lukisan dan patung atau ukiran yang nantinya karya-karya tersebut akan di pamerkan di sebuah galeri yang telah disediakan. Bangunan akan di desain sesuai dengan konsep hemat energi. Hemat energi dalam arsitektur adalah meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya. Secara lebih luas hemat energi harus dimulai dari masing-masing cara pengoperasian bangunan. Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, pemanas ruangan, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat dimodifikasi, sehingga iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi. Kebutuhan energi per kapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi. Diangkatnya topik pemanfaatan cahaya alami mempuyai latar belakang tersendiri, karena saat ini Indonesia banyak mengkonsumsi energi terlalu besar. Dikarenakan banyaknya penggunaan energi tidak terbarukan namun tanpa menutup kemungkinan adanya penggunaan energi dengan sumber daya tidak terbarukan maka dirancang pula penggunaan energi secara efisien dan terbatas. Bangunan-bangunan di Indonesia yang terus bermunculan akan menambah konsumsi energi. Kebanyakan dari gedung-gedung tersebut menggunakan energi penerangan berlebihan. Seperti yang kita ketahui energi listrik menggunakan pembakaran fosil yang menimbulkan efek tidak baik pada alam. Saat ini isu konsep sustainable development menjadi wawasan baru dalam pertimbangan perencanaan pembangunan. Salah satu hal yang di sorot adalah konsumsi energi untuk bangunan gedung yang cukup besar. Hal ini memacu dikembangkannya konsep arsitektur baru yang lebih sadar energi dengan merancang sebuah bangunan yang membutuhkan energi serendah mungkin, konsep ini juga sering disebut sebagai Green Building Karya arsitektur harus seminimal mungkin menggunakan sumber daya alam dan menimbulkan dampak negatif sekecil mungkin terhadap alam, terhadap lingkungan dimana manusia hidup. Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi kondisi termal luar yang tidak nyaman menjadi kondisi termal ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Pencahayaan alami yang menjadi fokus utama dalam pengembangan sekolah seni dan galeri ini dimana cahaya matahari menjadi topik utama bangunan ini. Memaksimalkan cahaya alami menjadi sangat penting karena terbatasnya sumber daya alam terutama bahan bakar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat terbatas. Kualitas penerangan yang disediakan dalam ruangan ditentukan oleh: 2
3 a. penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya pembebanan pada mata oleh aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan, dan b. lamanya waktu aktivitas dengan daya mata tinggi dan sifat aktivitasnya. Tabel 1 Penggolongan penggunaan ruang untuk kualitas penerangan alami. Kerja Halus Sekali Kerja Sedang Kerja Kasar Pekerjaan cermat terus menerus, antara lain: - menggambar detail kecil, - dan sebagainya. Pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari pelaku, antara lain: - pekerjaan kayu, - dan sebagainya. (Sumber : Prasasto Satwiko) Seperti pekerjaan pada: - gudang, - lorong lalu lintas orang, - dan sebagainya. Sebagai bahan pembanding, dapat mempelajari ukuran penerangan yang disyaratkan seperti pada tabel di bawah ini. (Prasasto Satwiko, 2008). Tabel 2 Kebutuhan Penerangan NO KERJA VISUAL PENERANGAN (LUX) 1 Penglihatan Biasa Kerja kasar dengan detail besar Kerja umum dengan detail wajar Kerja yang lumayan keras dengan detail kecil (studio gambar, mejahit) 5 Kerja keras, lama, detail (peradin barang halus, menjahit dengan tangan) (Sumber : Prasasto Satwiko) Dalam tulisan Basaria Talarosha (2005), Egan menyatakan intensitas cahaya matahari umumnya memberikan cahaya berlebih sehinga mengakibatkan panas matahari yang begitu tinggi dan silau, hal tersebut menyebabkan ketidak nyamanan secara fisik, visual. Keuntungan sun shading mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan, mengurangi masuknya cahaya matahari yang membuat silau (A. Bamban. Yuuwono, 2007). Tabel 3 Tabel Posisi Matahari Tahunan 3
4 Length of day Solar noon Date Sunrise Sunset This day Difference Time Altitude Distance (million km) 15 Jan :49 18:15 12h 26m 23s -11s 12: º Feb :58 18:16 12h 17m 52s -19s 12: º Mar :57 18:06 12h 08m 20s -20s 12: º Apr :54 17:52 11h 58m 07s -18s 11: º May :54 17:44 11h 50m 11s -12s 11: º Jun :00 17:46 11h 46m 07s -02s 11: º Jul :05 17:53 11h 47m 57s +08s 11: º Aug :00 17:55 11h 54m 29s +16s 11: º Sep :46 17:50 12h 03m 57s +19s 11: º Oct :32 17:46 12h 14m 04s +20s 11: º Nov :26 17:49 12h 23m 39s +15s 11: º Dec :33 18:02 12h 28m 45s +03s 11: º Sistem Perancangan Terkait Pencahayaan Kebutuhan utama yang dibutuhkan dalam sebuah ruang galeri yaitu cahaya dimana panjang gelombang, intensitas, dan durasi berkontribusi secara kolektif dengan laju degradasi material dalam pameran. Intensitas cahaya di layar ruang harus cukup rendah untuk menghindari kerusakan benda, tetapi cukup terang untuk dilihat. Sebuah toleransi pelindung pencahayaan tingkat rendah dapat dibantu dengan mengurangi tingkat cahaya ke tingkat lebih rendah dari yang jatuh di pameran. Spectrum optic tingkat harus dipelihara di antara 50 lux dan 100 lux tergantung pada kepekaan cahaya objek. Sebuah tingkat toleransi lukisan akan tergantung pada media lukis dan durasi waktu pameran. Waktu maksimum pameran harus ditentukan untuk setiap benda yang dipamerkan berdasarkan kepekaan cahaya, diantisipasi tingkat cahaya, dan diproyeksikan eksposur kumulatif pameran. Radiasi UV harus dihilangkan sejauh mungkin secara fisik, tetapi disarankan agar cahaya dengan panjang gelombang di bawah 400 nm (ultraviolet radiasi) dibatasi tidak lebih dari 75 microwatts per lumen pada lux. Karena sumber UV terbesar berasal dari paparan cahaya alami maka untuk mengurangi radiasi digunakan UV-filtering film dan UV-filtering panel di jendela atau lubang-lubang sumber cahaya. Fungsi dari material bangunan juga mempengaruhi efektifitas penggunaan energi, misalnya: Dinding kaca yang terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen keramik berfungsi mengurangi panas cahaya matahari tanpa mengorbankan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini mampu menurunkan suhu udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius. Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan. Langkah merancang bangunan hemat energi seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak 4
5 lagi dapat berfungsi. Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, penerangan, AC, pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. (sumber : TRI HARSO KARYONO Bekerja di Pusat pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi BPPT, Pengajar Arsitektur di Universitas Tarumanegara, Harian Kompas.) Sifat-Sifat Penerangan Menurut Suma mur (2009), sifat-sifat penerangan yang baik yaitu : 1) Pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan. 2) Pencegahan kesilauan. 3) Arah sinar. 4) Warna. 5) Panas penerangan terhadap kelelahan mata. METODE PENELITIAN Penelitian diawali dengan konteks permasalahan dan penentuan tujuan. Berdasarkan tujuan tersebut, direncanakan metode yang digunakan yaitu dengan cara pengumpulan data dan analisis data. a) Tahap Pengumpulan Data Studi dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada sebuah penelitian, namun melalui dokumen serta menjalankan penelitian yang sudah ditentukan. Tahap pengumpulan data yang akan di lakukan adalah: Studi Literatur: Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literatur, jurnal, browsing internet dan bacaan-bacaan yang ada kaitannya dengan topik yang diambil. Interview: Teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab atau konsultasi langsung dengan warga sekitar lokasi proyek. Observasi: Mengadakan pengamatan langsung ke lapangan. b) Tahap Analisa Tahap selanjutnya yaitu tahap analisa. Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan. Bentuk teknik dalam teknik analisa data sebagai berikut: Kualitatif: Analisa yang di lakukan yaitu pada data berupa kata-kata dan persepsi. Kuantitatif: Analisa yang di lakukan yaitu pada data berupa angka dan grafik. HASIL DAN BAHASAN Pencahayaan alami akan diterapkan kedalam design bangunan dengan cara membuat bukaan-bukaan jendela secara terdesign agar cahaya bisa masuk kedalam bangunan. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah pada gedung galeri yang sebagian besar barang-barang yang dipamerkan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung maka akan menjadi perhatian khusus dalam membuat bukaan pada bangunan ini. Sebagian besar cahaya yang masuk kedalam bangunan adalah cahaya hasil pantulan dan juga cahaya skylight dan bukan matahari langsung. Pada gedung galeri akan didesign secara aktif dan pasif. Perancangan pasif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat sebuah kulit bangunan yang pasif dan tidak mengikuti arah datangnya sinar matahari namun tetap diperhatikan intensitas cahaya yang masuk dan juga didesign agar cahaya yang terpantul dapat sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan aktif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat bukaan yang flexible pada titik-titik tertentu yang dapat menyesuaikan dengan arah datangnya cahaya matahari yang berubah-ubah setiap bulan nya. Pada gedung sekolah hanya diterapkan pencahayaan alami secara pasif yaitu sebuah bukaan jendela dan juga kulit bangunan secara pasif seperti pada gedung galeri. Analisa manusia 5
6 Analisa Pengguna Pengguna dibagi menjadi tiga kelompok besar dengan karakteristik dan kebutuhan berbeda : A. Siswa sekolah seni Siswa sekolah seni adalah pengguna utama dari bangunan ini dimana seluruh fasilitas yang ada digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan pagi pengguna. Untuk kegiatan yang dilakukan diperkirakan jam aktif dari pagi hari hingga sore hari dari jam B. Tamu Publik untuk Galeri Galeri ini didedikasikan kepada ruang publik yang bisa dipergunakan untuk umum (lingkungan sekitar), kehadiran galeri ini bertujuan untuk membantu dari sekolah seni tersebut. Diperkirakan untuk jam aktif dari jam C. Staf sekolah seni dan galeri (Administrasi) Staf yang bekerja dalam bagian administrasi, meliputi yang bekerja dalam ruang pengelola atau staff yang langsung terlibat dengan para pengunjung. D. Staf fasilitas penunjang (Service) Meliputi teknisi, perawatan bangunan, keamanan. Analisa Pelaku, kegiatan, lokasi, dan kebutuhan Kebutuhan ruang serta fasilitas fasilitas yang menunjang bagi pengguna tidak terlepas dari pola perilaku atau aktivitas/kegiatan mereka sebagai pelaku utama. Penerapan pada bangunan Pelaku kegiatan di dalam sekolah seni dan galeri ada empat, yaitu: - Siswa sekolah - Pengunjung galeri - Pemilik sekolah seni dan galeri - Pengelola gedung Alur Kegiatan Berdasarkan hasil survei lapangan, kegiatan utama siswa sekolah yang menjadi fokus adalah kegiatan studi. Kegiatan lain merupakan hasil sarana yang disediakan pihak sekolah. Berikut ini adalah data mengenai kegiatan harian siswa sekolah secara umum yang didapatkan berdasarkan hasil survei lapangan : Hal ini skema rutinitas dilakukan setiap hari = Belajar (tergantung dari shift kelas yang tersedia) = Istirahat (membaca buku, bersantai, makan, dll) Cahaya matahari dimanfaatkan pada siang hari untuk menerangi sebagian ruangan-ruangan dari gedung sekolah maupun galeri. Karena letak lokasi pada garis lintang 6º maka posisi matahari tidak tepat tegak lurus terhadap tapak. Oleh sebab itu posisi orientasi massa bangunan akan dibuat sesuai dengan jalur lintas matahari dan juga posisi matahari setiap bulan nya berbeda maka untuk bukaan pada titik-titik tertentu akan dibuat flexible mengikuti arah matahari khususnya pada gedung galeri yang akan memanfaatkan pencahayaan alami secara aktif dan pasif. Pencahayaan alami akan diterapkan kedalam design bangunan dengan cara membuat bukaan-bukaan jendela secara terdesign agar cahaya bisa masuk kedalam bangunan. Namun yang menjadi inti permasalahan adalah pada gedung galeri yang sebagian besar barang-barang yang dipamerkan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung maka akan menjadi perhatian khusus dalam membuat bukaan pada bangunan ini. Sebagian besar cahaya yang masuk kedalam bangunan adalah cahaya hasil pantulan dan juga cahaya skylight dan bukan matahari langsung. Pada gedung galeri akan didesign secara aktif dan pasif. Perancangan pasif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat sebuah kulit bangunan yang pasif dan tidak mengikuti arah datangnya sinar matahari namun tetap diperhatikan intensitas cahaya yang masuk dan juga didesign agar cahaya yang terpantul dapat sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan aktif pada gedung galeri ini diterapkan dengan cara membuat bukaan yang flexible pada titik-titik tertentu yang dapat menyesuaikan dengan arah datangnya cahaya matahari yang berubah-ubah setiap bulan nya. Pada gedung sekolah hanya diterapkan pencahayaan alami secara pasif yaitu sebuah bukaan jendela dan juga kulit bangunan secara pasif seperti pada gedung galeri. 6
7 Berdasarkan studi literlatur maka suhu optimal berada pada kisaran derajat celcius dan lux optimal sekitar 400 lux. Hal ini berarti terpaut 9 derajat dengan suhu sekitar tapak dan 1100 lux dalam ruangan semi outdoor. Untuk menurunkan suhu pada tapak bisa menggunakan pohon sebagai peneduh secara mikro. Gambar 1 Lux Analysis Arah Barat Sumber : Analisa Pribadi Gambar 2 Lux Analysis Arah Selatan Sumber : Analisa Pribadi 7
8 Gambar 3 Lux Analysis Arah Timur Sumber : Analisa Pribadi Gambar 4 : Lux Analysis Arah Utara Sumber : Analisa Pribadi Pada gambar terlihat bahwa penggunaan sun-shading cukup efektif untuk mengatur intensitass cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Ruangan mendapatkan cahaya yang optimal yaitu kisaran lux. 8
9 Analisa SunShading dengan perhitungan HSA dan VSA Berdasarkan analisa menggunakan bantuan software ecotect analysis dengan menggunakan data arah matahari tahunan sebagai acuan maka didapatkan HSA(Horizontal Shadow Angle) dan VSA(Vertical Shadow Angle) yang digunakan untuk menentukan sudut dan juga panjang dari sirip yang berfungsi sebagai sun-shading. Gambar 5 HSA dan VSA Analysis Dari hasil anaslisa tersebut diatas maka diperoleh lah hasil untuk panjang sunshading dan overhang dengan H sebagai tinggi bukaan dan y sebagai panjang overhang serta L sebagai panjang bukaan dan x sebagai panjang sirip horizontal. 9
10 Gambar 6 Gambar sunshading arah Timur Gambar 7 Gambar sunshading arah Barat 10
11 Gambar 8 Skylight Galeri Pada gedung galeri menggunakan skylight agar cahaya matahari dapat masuk kedalam bangunan untuk memberikan penerangan pada koridor dan area pameran. Gambar 9 Side Lighting Galeri Pada sisi gedung galeri terdapat bukaan pada bagian sisi atas tiap dinding perlantai dengan memanfaatkan pantulan cahaya untuk masuk kedalam gedung sehingga cahaya tidak masuk secara langsung kedalam bangunan karena dengan dipantulkannya cahaya dapat mengurangi sinar ultra violet. 11
12 Gambar 10 Kisi-kisi gedung Pada sisi bangunan utama material dominan kaca agar cahaya dapat masuk secara leluasa namun untuk mengurangi efek silau dan panas maka diperlukan sunshading berupa kisi-kisi agar intensitas masuknya cahaya dapat lebih terkontrol. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari analisa yang sudah dilakukan, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: Posisi matahari tidak melintas secara tetap setiap harinya dan selalu berubah Sistem sun-shading secara aktif diperlukan untuk menanggapi hal ini karena arah matahari yang berubah setiap harinya Bentuk bangunan yang dominan berbentuk lingkaran dapat menangkap sinar matahari dari segala arah Penggunaan skylight pada galeri diperlukan untuk menghindari sinar matahari secara langsung pada karya-karya yang dipamerkan Kesimpulan pada bab ini adalah masalah utama dalam pemanfaatan cahaya matahari adalah panas dan silau yang ditimbulkan dari cahaya matahari dan dengan beberapa analisa dapat mengurangi efek tersebut dan dapat menjadikannya sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan kedalam bangunan. Saran Cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap bangunan mulai dari arah orientasi bangunan dan juga jenis bukaan sekaligus juga mempengaruhi jumlah energy yang di konsumsi oleh bangunan tersebut. Namun apabila cahaya matahari tersebut dapat dimanfaatkan secara tepat maka dapat menjadi sebuah nilai positif yang dapat menjadi nilai tambah dari bangunan tersebut yang selama ini cahaya matahari selalu dihindari karena memiliki beberapa hal negatif seperti radiasi panas dan juga sinar ultraviolet. 12
13 REFERENSI Amin, Nurhani. (2011). Optimasi Sistem Pencahayaan Dengan Joseph De Chiare, John Hancock Callender, Time SaverStandard For Residential Development, McGraw-Hill, New York Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga Karyono, Tri Harso, 1999, Arsitektur : Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan Energi, Catur Libra Optima Lechner, Norbert., (2001). Heating, Cooling, Lighting : Design Methods for Architects. M.C.Lam, William, (1986). Sunlighting as Formgiver for Achitecture. New York : Van Nostrand Reinhold Company. Mary, Guzowski. (2000). Daylighting for Sustainable Design. Memanfaatkan Cahaya Alami. Mintorogo, Danny Santoso Strategi Daylighting Pada Bangunan Multi Lantai diatas dan dibawah Permukaan Tanah. N. Fachrizal Pemandu Cahaya Matahari Untuk Pencahayaan Alami di Bangunan. Priatman, Jimmy. Arsitektur Hemat Energi.205 Sassi, Paola Strategies for Sustainable Architecture. USA and Canada : Taylor & Francis Group Satwiko, Prasasto Fisika Bangunan 1 BAB 1 Iklim. Jakarta. SNI. No : Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami Pada Bangunan Gedung. Stephen Bailey, Architecture Data, Ernst Neufert:Office, jilid2 diakses pada tanggal 5 Mei 2013 RIWAYAT PENULIS Ardian Hindra Satria lahir di kota Kediri pada 2 September Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang ilmu Arsitektur pada tahun
HOTEL KAPSUL DI TANAH ABANG JAKARTA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI
HOTEL KAPSUL DI TANAH ABANG JAKARTA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI Harris Christanto, Albertus Galih Prawata, ST., M.Arch, Yanita Mila Ardiani, ST., MT Jurusan Arsitektur Binus University, Jalan KH Syahdan
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN
PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung
Lebih terperinciAPARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK
APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK Fahmy Desrizal Mahdy, Riva Tomasowa, Wiyantara Wizaka Unversitas Bina Nusantara, Jln K.H Syahdan no 9, Kemanggisan, Jakarta Barat
Lebih terperinciGEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan.
GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, Desember-Januari 2007 Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan protokol termewah
Lebih terperinciPengembangan RS Harum
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY
81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta
Lebih terperinciRUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI
RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI Muhammad, Nina Nurdiani, Widya Katarina Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Urban di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama terjadi pada kota-kota besar dan yang utama adalah Jakarta yang juga merupakan ibukota
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan
BAB 2 2.1 Teori tentang Matahari LANDASAN TEORI Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan titik pusat dari orbit bumi. Menurut Lechner (2001) orbit bumi berbentuk elips dan
Lebih terperinciSTUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING
STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK
Lebih terperinciOptimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)
Optimalisasi Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Fitri Rahmadiina 1, M. Satya Adhitama 2, Jusuf Thojib 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciPENGARUH ELEMEN PENEDUH TERHADAP PENERIMAAN KALOR PADA RUMAH SUSUN DI KOTA MALANG
Pengaruh Elemen Peneduh pada Rumah Susun Putri Herlia Pramitasari Suryo Tri Harjanto PENGARUH ELEMEN PENEDUH TERHADAP PENERIMAAN KALOR PADA RUMAH SUSUN DI KOTA MALANG Putri Herlia Pramitasari Dosen Arsitektur
Lebih terperinciDESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA
DESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA Kartika Kusuma W 1, Jusuf Thojib 2, Bambang Yatnawijaya 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur,
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang dipilih pada proyek adalah Efisiensi Energi karena tipologi dalam sumber dari daftar pustaka sebelumnya buku Metric Planing and Design Data (David Atler,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi kawasan superblok
Lebih terperinciAPARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA
APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel menjadi salah satu solusi tempat sementara seseorang/kelompok untuk menginap selama mereka pelakukan keperluannya di daerah/kota tersebut. Tidak heran di jaman
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi proyek hotel bisnis di Kuningan, Jakarta Selatan ini adalah kebutuhan akomodasi di kawasan bisnis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun
Lebih terperinciGambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)
ARSITEKTUR DAN ENERGI Tri Harso Karyono Harian Kompas, 21 September 1995, Jakarta, Indonesia. Pengamatan para akhli memperlihatkan konsumsi energi dunia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari
Lebih terperinciMODUL III INTENSITAS CAHAYA
MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di Jakarta,sehingga Pemerintah sekarang ini tidak mampu menyediakan hunian secara semuanya. Adanya
Lebih terperinciArsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.
BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciPerpustakaan Umum di Yogyakarta dengan Pendalaman Desain Pencahayaan
JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1 (2012) 1-5 1 Perpustakaan Umum di Yogyakarta dengan Pendalaman Desain Pencahayaan Daniel Adrianto Saputra, Esti Asih Nurdiah. Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Kristen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang
Lebih terperinciKata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya!
KonsepArsitekturEkologiPadaPendidikan PariwisataRedIslanddiBanyuwangi AgusMujahidAnshori 1,ChairilBudiartoAmiuza 2,WasiskaIyati 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya 2DosenJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek, baik itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Banyak sekali
Lebih terperinciUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP
42 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Perancangan desain interior pada suatu bangunan menjadi hal yang esensial untuk dapat melihat siapakah klien dan apa fungsi sesungguhnya dari suatu ruang atau satu kesatuan
Lebih terperinciOPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR)
158 OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) Maya Puspitasari, Nur Rahmawati Syamsiyah Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciCut Nuraini/Institut Teknologi Medan/
Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap
Lebih terperinciGaleri Kerajinan Kayu di Kota Batu Melalui Penerapan Pencahayaan Alami pada Bukaan Dinding dan Atap
Galeri Kerajinan Kayu di Kota Batu Melalui Penerapan Alami pada Bukaan Dinding dan Atap Puspita Ardi Nugroho 1, Heru Sufianto 2 dan Beta Suryokusumo Sudarmo 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Pengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Putri Nabila Zatibayani 1, Agung Murti Nugroho 2, Herry Santosa 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan
Lebih terperinciKAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG
KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai
Lebih terperinciaktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PERANCANGAN
BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prestasi atlet Indonesia merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Indonesia maupun daerahnya masing-masing. Pemerintah harus turut berpartisipasi dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya
Lebih terperinciPENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING
PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING John Victor Lewi S 1), Sri Nastiti N. Ekasiwi 2), dan Ima Defiana 3) 1)
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI
ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik
Lebih terperinciPengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal Studi Kasus: Campus Center Barat ITB Rizki Fitria Madina (1), Annisa Nurrizka (2), Dea Ratna
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR
LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi
Lebih terperincitetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Umum Perkembangan teknologi, khususnya di Indonesia, cukup mengalami kemajuan yang signifikan dari waktu ke waktu. Meskipun begitu, Indonesia
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.
SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : Di Susun Oleh : BAGAS BILAWA C. (0951110039) Dosen : HERU SUBIYANTORO
Lebih terperinciPenerangan Alami Dan Bukaan Bangunan
Penerangan Alami Dan Bukaan Bangunan BASARIA TALAROSHA Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara Pengantar Untuk menghemat energi, pemanfaatan cahaya alami pada bangunan sedapat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Desain Bukaan Ruang Terhadap Konsentrasi Belajar Mahasiswa, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa : 1. Intensitas
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsumsi energi listrik pada masyarakat sangat meningkat yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan bertambahnya
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )
SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.
SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. (0951010024) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan
BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan penduduk. Seiring dengan perkembangan waktu, semakin banyak orang yang datang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur proses pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD.
Lebih terperinciSri Kurniasih Teknologi Bangunan Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, Depok Abstrak
PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI SKYLIGHT DAN VENTILASI ATAP TERHADAP KENYAMANAN PADA PENGEMBANGAN RUMAH SEDERHANA TANPA BUKAAN SAMPING Studi Kasus : Perumahan Pamulang Permai II tipe 21 di Tangerang Sri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat dengan pesat sehingga jumlah kebutuhan akan hunian pun semakin tidak terkendali. Faktor keterbatasan
Lebih terperinciOPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR
OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Olahraga dapat menjadi batu loncatan sebagai pemersatu bangsa, daerah dan negara lainnya, baik di dalam skala nasional maupun internasional. Dalam setiap skala, negara-negara
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian
Lebih terperinciPendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi
ABSTRAK Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan nasional dewasa ini merupakan usaha terpadu yang diharapkan pemerintah dapat meningkatkan devisa negara setelah sector migas, disamping memperkenalkan
Lebih terperinciAPARTEMEN DENGAN PENERAPAN BUKAAN DAN BENTUK SPSM YANG OPTIMAL DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN
APARTEMEN DENGAN PENERAPAN BUKAAN DAN BENTUK SPSM YANG OPTIMAL DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN Bayu Adya Dwiputra, Riyadi Ismanto, Michael Isnaeni D. Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan,
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Pemilihan Tema arsitektur hemat enerji dianggap tepat oleh perancang dikarenakan perancang ingin menampilkan bangunan yang tanggap terhadap keadaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan
Lebih terperinciGALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.
BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai
Lebih terperinciPerancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciMENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA
MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA Tri Harso Karyono Desain Arsitektur, vol. 1, April, 2000, pp.7-8. Satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu program
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu program yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pelatihan sumber
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian dan Teori Dasar Cahaya 3.1.1. Pengertian Cahaya Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang dan membantu kita melihat benda di sekeliling kita. Sifat-sifat cahaya
Lebih terperinciMUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN
MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN Pengertian umumnya adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan lingkungan yang tropis Tetapi bukan berarti melupakan sisi estetika. Hanya disini hal yang paling utama
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan pekerja (Choi dkk, 2012). Pada saat pekerja merasa nyaman dalam bekerja maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap
Lebih terperinciAnalisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh Nova Purnama Lisa (1), Nurhaiza (2) novapurnamalisa@gmail.com (1) Perencanaan dan
Lebih terperinciPENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin
PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram
Lebih terperinciPERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE
PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciRESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan
Lebih terperinciAPARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang I.I.1 Latar Belakang Proyek Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya pada daerah Kota Jakarta meningkat pesat, Seiiring dengan itu permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. : Ilustrasi Bumi Yang Semakin Tua Dan Sakit-Sakitan.
I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gambar 1. : Ilustrasi Bumi Yang Semakin Tua Dan Sakit-Sakitan. RESPON PERANCANGAN BANGUNAN TERHADAP ISU PEMANASAN GLOBAL Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Judul Proyek Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas orang di desa maupun orang yang telah lama tinggal di Jakarta. Kian hari kian berkembang,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian kali ini dengan cara survey. Survey dilakukan untuk mendapat data mengenai: Keadaan tapak. Data lingkungan keadaan sekitar tapak. Banyaknya
Lebih terperinciSOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN
SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan di paparkan mengenai kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan mengenai kualitas dalam ruang pada kantor PT. RTC dari aspek termal dan pencahayan
Lebih terperinciPemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV
Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Nugraha Putra Hutama 1, Heru Sufianto 2, Ary Dedy Putranto 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan
Lebih terperinciKAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI
KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciJenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah
Lebih terperinci