Pra - Studi Kelayakan PLTMH Ponggutamba DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF...1 DAFTAR ISI...2 DAFTAR GAMBAR...4 DAFTAR TABEL...6 KATA PENGANTAR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pra - Studi Kelayakan PLTMH Ponggutamba DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF...1 DAFTAR ISI...2 DAFTAR GAMBAR...4 DAFTAR TABEL...6 KATA PENGANTAR..."

Transkripsi

1 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan ini menyampaikan dan membahas hasil Pra-Studi Kelayakan rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Ponggutamba, Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bagian pertama laporan ini menyampaikan hasil survey awal lapangan di lokasi calon bendung dan power house serta saluran pembawa untuk rencana pembangunan PLTMH di daerah aliran sungai Ponggutamba, Desa Sambali Loku, Kabupaten Sumba Tengah. Survey awal lapangan meliputi pengukuran koordinat GPS Geodetic untuk calon lokasi bendung, kolam penenang, powerhouse, pengukuran kecepatan arus sungai Ponggutamba dan pemetaan trase saluran pembawa. Disamping itu, juga disampaikan hasil inventarisasi data sekunder peta topografi, peta geologi / geohirologi dan data iklim (terutama curah hujan) yang diperlukan untuk melakukan analisa Pra - Studi Kelayakan Rencana Pembangunan PLTMH Ponggutamba. Data primer dan sekunder yang diperoleh digunakan untuk melakukan analisa hidrologi dan topografi lokasi calon PLTMH Ponggutamba, prakiraan awal kapasitas daya tersedia, prakiraan awal jenis turbin yang akan dipakai, prakiraan pola pengoperasian PLTMH, layout rencana lokasi PLTMH Ponggutamba dan dokumentasi lapangan serta desk study. Hasil pengolahan data sekunder dan data primer (survey awal lapangan) diperoleh potensi tinggi tekan (head) rencana PLTMH Ponggutamba sebesar 23,8 m. Desain debit sebesar 5,2 m 3 /det diperoleh dari Flow Duration Curve Bulanan Rata-rata selama perioda dengan probabilitas 50%. Dengan menggunakan formula empiris yang menggunakan asumsi effisiensi water to wire sebesar 70%, diperoleh potensi daya pembangkitan listrik mikro hidro sebesar P (kw) = 7 x 5,2 (m 3 /det) x 23,8 m = 866 kw.

2 DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF...1 DAFTAR ISI...2 DAFTAR GAMBAR...4 DAFTAR TABEL...6 KATA PENGANTAR...8 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup BAB II KONDISI UMUM DAERAH STUDI Gambaran Umum Lokasi Data Visual Geologi Hidrologi Demografi Kondisi Ekonomi Profil Daerah Kabupaten Sumba Tengah Kondisi Eksisting (Kondisi Kelistrikan) BAB III DATA DAN ANALISA Data Analisa Topografi Pengolahan data GPS Geodetic Rencana PLTMH Ponggutamba Topografi Rencana Lokasi PLTMH Ponggutamba Analisa Hidrologi Data Curah Hujan Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)

3 3.2.3 Penetapan Debit Andalan Perhitungan Debit Sesaat Aliran Sungai Ponggutamba Analisa Prakiraan Potensi PLTMH BAB IV KESIMPULAN DAN Rekomendasi Pra-Studi Kelayakan Kesimpulan Rekomendasi

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Lokasi Daerah Survey di Kabupaten Sumba Tengah Gambar 2.2 Akses ke Rencana Lokasi Pembangunan PLTMH Ponggutamba Gambar 2.3 Lokasi Pengukuran Arus Sungai di hulu Lokasi Bendung Gambar 2.4 Kondisi Daerah Aliran Sungai dan Tebing Gamping Curam Gambar 2.5 Kondisi lapangan Lokasi Power House Rencana Gambar 2.6 Kondisi Tepi Sungai Lokasi Power House Gambar 2.7 Kondisi Lapangan Rencana Lokasi Kolam/Bak Penenang Gambar 2.8 Peta Geologi daerah Sumba Tengah Gambar 2.9 Lokasi Pengukuran Kecepatan Arus Sungai Ponggutamba Gambar 2.10 Peta Kondisi Kelistrikan Provinsi Nusa Tenggara Timur Gambar 2.11 Jaringan Tegangan Menengah 20 kv Gambar 3.1 Diagram alir koreksi data pengukuran GPS Geodetic Gambar 3.2 Perhitungan Undulasi Gambar 3.3 Pendefinisian Titik Ikat Badan Informasi Geospasial (Bakosurtanal)34 Gambar 3.4 Pendefinisian Titik Pengamatan Lapangan Gambar 3.5 Hasil Pengolahan Data Koordinat GPS Geodetic Gambar 3.6 Overview Lokasi Bangunan PLTMH Ponggutamba Gambar 3.7 Lokasi Rencana Bendung PLTMH Ponggutamba Gambar 3.8 Lokasi Titik Tengah PLTMH Ponggutamba Gambar 3.9 Lokasi Rencana Power House (GPS 5 dan GPS 4) dan Kolam Penenang (GPS 7 dan GPS 8)

5 Gambar 3.10 Diagram Alir Pemrosesan Data Pengukuran Topografi Gambar 3.11 Topografi Rencana Lokasi Bendung s.d. Lokasi Power House Gambar 3.17 Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) Tipikal Gambar 3.18 Daerah Tangapan Air untuk Rencana Bendung PLTMH Ponggutamba Gambar 3.19 Formasi Geologi Daerah Tangkapan Air Rencana PLTMH Ponggutamba Gambar 3.20 Tata Guna Lahan Daerah Tangkapan Air Rencana PLTMH Ponggutamba Gambar 3.15 Segmen Penampang tipikal Pengukuran Kecepatan Arus Sungai Gambar 3.16 Metoda Mean Section untuk Perhitungan Debit Aliran Sungai Gambar 3.21 Proses konversi energi dalam pusat listrik tenaga air Gambar 3.25 Tipe Turbin untuk Debit Q=5,2 m 3 /det. dan Net head H=23,8 m

6 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pengukuran Kecepatan Aliran Sungai Ponggutamba di Lokasi Tabel 2.2 Pengukuran Kecepatan Anak Aliran Sungai di Lokasi Tabel 2.3 Jenis Tanaman Produksi di Sumba Tengah Tabel 2.4 Jumlah Ternak berdasakan Kecamatan Tabel 2.5 Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Ekonomi Tabel 2.6 Pendapatan Perkapita (Harga Berlaku) Tahun Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3.1 Hasil Pengukuran GPS Geodetic untuk Setiap Titik Bench Mark Rencana PLTMH Ponggutamba, Sumba Tengah Tabel 3.2 Koordinat UTM Zona 50 Selatan Titik Benchmark GPS PLTMH Ponggutamba Tabel 3.3 Data Curah Hujan Daerah Waingapu Tabel 3.4 Data Temperatur Rata - Rata Daerah Waingapu Tabel 3.5 Data Kelembaban Udara Rata Rata Waingapu Tabel 3.6 Data Penyinaran Matahari Rata Rata Waingapu Tabel 3.7 Data Kecepatan Angin Rata Rata Waingapu Tabel 3.8 Tabel Luas Tata Guna Lahan pada Cacthment Area Rencana Tabel 3.10 Flow Duration Curve Rencana PLTMH Ponggutamba Tabel 3.11 Desain Debit Aliran Rencana PLTMH Ponggutamba Tabel 3.12 Perhitungan Debit Sungai Ponggutamba (1), Sumba Tengah

7 Tabel 3.13 Perhitungan Debit Sungai Ponggutamba (2), Sumba Tengah Tabel 3.14 Nilai Debit Sesaat (Medio Mei 2014) S. Ponggutamba

8 KATA PENGANTAR Laporan akhir ini merupakan kelanjutan dari laporan tahap I, yaitu tentang analisa data hasil survey lapangan dan data sekunder Pra-Studi Kelayakan Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Ponggutamba ini dibuat sesuai dengan kontrak antara BPPT Enjiniring dengan PUSHARLIS PLN. Laporan ini menyampaikan hasil analisa data survey awal lapangan di lokasi calon bendung dan power house serta saluran pembawa untuk rencana pembangunan PLTMH di daerah aliran sungai Ponggutamba, Desa Sambali Loku, Kabupaten Sumba Tengah. Disamping itu, juga disampaikan hasil analisa dan perhitungan debit sungai berdasarkan kondisi hidrologi daerah catchment area, perhitungan debit sungai berdasarkan pengukuran kecepatan arus sungai dan analisa kondisi geologi yang diperlukan untuk melakukan Pra - Studi Kelayakan Rencana Pembangunan PLTMH Ponggutamba. Pada bagian akhir laporan Pra-Studi Kelayakan ini disampaikan rekomendasi dari hasil analisa data survey lapangan dan data sekunder untuk langkah kegiatan pengujian calon lokasi lebih lanjut dalam rangka mendukung tahapan Studi Kelayakan (Feasibility Study) dan Perencanaan Detail untuk pembangunan sistem PLTMH Ponggutamba PT PLN (Persero) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN (PUSHARLIS) 8

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi Energi Baru Terbarukan, terutama di pulau Sumba yang merupakan Iconic Island. Potensi daerah tersebut dapat dimanfaatkan untuk membangun PLTMH. Hal ini juga didukung oleh PT PLN (Persero) Sistem NTT yang mencanangkan program kelistrikan non-fossil fuel. Pulau yang terletak di bagian Timur Kepulauan Indonesia tersebut merupakan pulau yang sebagian besar masyarakatnya masih belum memiliki akses terhadap energi modern. Rasio elektrifikasinya pada tahun 2011 baru mencapai 30%, jauh dibawah rata-rata nasional yang telah mencapai 72%. Saat ini, sebagian besar kebutuhan energi listrik masyarakat Sumba dipenuhi dengan bahan bakar minyak yang harganya sangat mahal, karena harus dipasok dari tempat lain dengan biaya transportasi yang cukup mahal. Padahal Sumba memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, seperti energi air, energi surya, energi angin, biomassa, biogas, dan energi samudera. Berbagai pertimbangan tersebut kemudian mendasari pengembangan Sumba sebagai Pulau Ikonis Energi Terbarukan. Beberapa potensi energi air diantaranya PLTMH Kulunggawa 2 x 2000 kw, PLTMH Piduhunga 1 x 850 kw, PLTMH Kadahang 2 x 1000 kw, PLTMH Ponggutamba 2 x 1600 kw. Sesuai penugasan dari Wilayah NTT, maka PLN PUSHARLIS mengirim tim untuk melakukan survey potensi ke PLTMH Ponggutamba untuk mengetahui layak tidaknya pembangunan PLTMH tersebut. 1.2 Maksud dan Tujuan Survey dimaksudkan untuk menginventarisasi data primer dan sekunder dalam rangka mengkaji potensi pembangkitan tenaga listrik mikrohidro di sungai Ponggutamba. Tujuan pra studi kelayakan PLTMH Ponggutamba : a. Melakukan pra studi PLTMH dan menentukan kelayakan teknis. b. Membuat desain dasar perencanaan PLTMH Ponggutamba. 9

10 c. Dengan desain dasar yang sesuai dengan kondisi lapangan sebagai hasil studi perencanaan ini dapat menjadi masukan pada perancangan Low Head Mikro Hidro. 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan studi potensi pembangunan PLTMH Ponggutamba antara lain: (a) Inventarisasi data sekunder untuk Feasibilty Study rencana pembangunan PLTMH Ponggutamba. (b) Survey awal di lapangan yang ditujukan untuk melakukan konfirmasi rencana lokasi dan tata letak PLTMH (calon lokasi Bendung, saluran pembawa dan Power House) di daerah aliran sungai Ponggutamba. (c) Mendapatkan data terbaru mengenai ketersediaan Head (H) dengan GPS Geodetik dan debit air sesaat (Q). (d) Mendapatkan data terbaru mengenai ketersediaan jalan akses masuk ke rencana lokasi pekerjaan. (e) Mendapatkan data terbaru mengenai ketersediaan dan jarak Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kv di rencana lokasi pekerjaan. (f) Melengkapi/mendapatkan data dan informasi sekunder yang dibutuhkan. Target output dari Pra - Feasibility Study ini adalah memberikan rekomendasi teknis terkait kelayakan pembangunan PLTMH Ponggutamba. Adapun kriteria kriteria ideal yang dibutuhkan sebagai acuan layak tidaknya dibangunnya suatu PLTMH antara lain: (a) Panjang jaringan distribusi dari lokasi pembangkit terhadap penerima daya (beban) untuk tegangan menengah 20 kv maksimal radius 5 kms. (b) Adanya calon konsumen yang berada disekitar pembangkit. (c) Potensi daya listrik terbangkit mencukupi sesuai standar mikro hidro dengan daya bisa sampai mencapai maksimal 10 MW. (d) Ketersediaan aliran air sungai sepanjang tahun maksimal 3-4 bulan kering dalam 1 (satu) tahun dan bulan-bulan lainnya dalam keadaan basah. Bulan kering adalah musim kemarau yang sangat sedikit curah hujan. Bulan basah adalah musim penghujan yang memiliki curah hujan tinngi atau terdapat hujan 10

11 (e) (f) lebat pada bulan tersebut yang akan sangat menentukan besarnya aliran sungai (debit) yang sangat menentukan Kelayakan Hidrologi Pembangunan PLTMH. Jalan akses menuju lokasi dapat ditempuh dengan transportasi yang tidak mahal. Lokasi pembangkit tidak merusak lingkungan dan atau berada di kawasan cagar alam atau budaya sesuai dengan ketentuan Lingkungan Hidup yang berlaku. 11

12 BAB II KONDISI UMUM DAERAH STUDI 2.1 Gambaran Umum Lokasi Lokasi daerah yang disurvei berada di Daerah Aliran Sungai Ponggutamba, yang masuk dalam wilayah Desa Sambali Loku, Kecamatan Mamboro, Kabupaten Sumba Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Lokasi Daerah Survey di Kabupaten Sumba Tengah Akses menuju lokasi survey dapat ditempuh dari bandara Tambolaka sampai desa terdekat (desa Sambali Loku) sejauh 84 kilometer selama 2,5 jam dengan kendaraan roda empat atau mobil yang kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki sejauh 4,5 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam menuju lokasi survey. 12

13 Rute akses Gambar 2.2 Akses ke Rencana Lokasi Pembangunan PLTMH Ponggutamba 2.2 Data Visual Data visualisasi tentang rencana lokasi PLTMH di daerah aliran sungai Ponggutamba, Sumba Tengah yang di-survey meliputi : (a) Lokasi Bendung (b) Lokasi Power House (c) Lokasi Kolam/Bak Penenang (d) Lokasi Daerah Aliran Sungai dari Bendung ke Power House Hasil survey lapangan beberapa lokasi di daerah aliran sungai Ponggutamba disampaikan pada data visualisasi berikut ini. 13

14 Gambar 2.3 Lokasi Pengukuran Arus Sungai di hulu Lokasi Bendung 14

15 Laporan Akhir Gambar 2.4 Kondisi Daerah Aliran Sungai dan Tebing Gamping Curam 15

16 Laporan Akhir Gambar 2.5 Kondisi lapangan Lokasi Power House Rencana 16

17 Laporan Akhir Gambar 2.6 Kondisi Tepi Sungai Lokasi Power House Gambar 2.7 Kondisi Lapangan Rencana Lokasi Kolam/Bak Penenang 17

18 2.3 Geologi Peta kondsi geologi regional Sumba Tengah dapat dilihat pada Gambar 2.8 Batuan tertua yang terdapat di Pulau Sumba adalah Formasi Praikajelu (Kp) yang terdiri dari batu pasir greywake berselingan dengan serpih, batu lempung, batu napal lanauan, batupasir lempungan dan konglomeratan yang berumur Kapur. Di bagian atas berupa batuan gunungapi berupa lava, breksi gunung api dan tuf sebagai Formasi Masu (Tpm) yang berkomposisi andesit, basal, unakit, dan riolit. Kedua formasi ini diterobos oleh Batuan Terobosan (Tp) berupa sienit, diorit, granodiorit, granit dan gabro pada kala Paleosen. Gambar 2.8 Peta Geologi daerah Sumba Tengah Kemudian di bagian atas berturut-turut diendapkan batugamping dari Formasi Watopata (Tew), dan selang-seling greywake, batupasir gampingan dengan sisipan batu lanau dan batulempung dari Formasi Tanah Roong (Tet) yang berumur Eosen. 18

19 Di atasnya diendapkan Formasi Paumbapa (Top) yang terdiri dari batu gamping berlapis dan sebagian batu gamping terumbu dengan lingkungan pengendapan laut dangkal dan berumur Oligosen. Diikuti dengan kegiatan gunung api pada awal Neogen berupa lava dan piroklastik andesitik dan breksi gunungapi serta di beberapa tempat ditemukan kayu terkersikan dari Formasi Jawila (Tmj). Selanjutnya diendapkan Formasi Pamalar (Tmp) yang terdiri dari batu gamping dan batu lempung pada bagian bawahnya yang berumur Miosen Awal yang menjemari dengan Formasi Tanadaro (Tmc) yang terdiri dari batu lempung. Di atasnya diendapkan Formasi Kananggar (Tmpk) berupa batupasir napalan, batu pasir tufan, tuf, napal pasiran, dan sisipan batu gamping yang menjemari dengan Formasi Waikabubak (Tmpw) berupa batugamping, batu gamping lempungan, sisipan napal pasiran, napal tufan, yang berumur Miosen Akhir hingga Pliosen. Selanjutnya adalah diendapkan di atasnya Formasi Kaliangga (Qpk) yang terdiri dari batu gamping terumbu dan batu lempung berumur Pleistosen. Paling atas adalah satuan aluvium (Qal) berupa endapan teras sungai seperti lempung, lanau, pasir, dan kerikil yang berumur Pleistosen Tengah hingga Pleistosen Akhir. 2.4 Hidrologi Pengukuran kecepatan aliran sungai Ponggutamba dilakukan pada 2(dua) lokasi dapat dilihat pada Gambar 2.9 dimana Lokasi 1 (diberi tanda Debit No.1) merupakan lokasi dihulu Bendung No.1 sedangkan Lokasi 2 (diberi tanda Debit No.2) adalah lokasi anak sungai yang masuk sungai Ponggutamba dan terletak di hilir dari rencana lokasi Power House. 19

20 Gambar 2.9 Lokasi Pengukuran Kecepatan Arus Sungai Ponggutamba Data hasil pengukuran kecepatan arus sungai Ponggutamba, Sumba Tengah dengan menggunakan alat current meter untuk Lokasi 1 dan Lokasi 2, masingmasing dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel

21 Tabel 2.1 Pengukuran Kecepatan Aliran Sungai Ponggutamba di Lokasi 1 LOKASI PENGUKURAN DEBIT SUNGAI PONGGUTAMBA Koordinat : S 09 o 28' 21.8" dan E 119 o 35' 21.1" Letak : Bagian Hulu Sungai (Sebelum Rencana Bendung) No Pengukuran D_dalam L_lebar V_kecepatan (m) (m) (m/det) 0 Ujung Timur Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik

22 Titik Titik Titik Titik Titik Titik Ujung Barat Total Lebar Sungai 19.2 m 22

23 Tabel 2.2 Pengukuran Kecepatan Anak Aliran Sungai di Lokasi 2 LOKASI PENGUKURAN DEBIT SUNGAI PONGGULAMBA Koordinat : S 09 o 26' 53.8" dan E 119 o 35' 47.4" Letak : Percabangan Sungai dekat Power House No Pengukuran D_dalam L_lebar V_kecepatan (m) (m) (m/det) 0 Ujung Barat Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Ujung Timur Total Lebar Sungai 8.2 m 2.5 Demografi Kondisi Ekonomi Potensi unggulan Kabupaten Sumba Tengah yang terbesar yaitu dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata sebagaimana tersebut di bawah ini: Pertanian Sebagian besar pertanian di Sumba Tengah adalah tanaman padi dengan produksi pertahun mencapai 18,529 ton, kemudian jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau (Sumber : Sumba Tengah dalam Angka 2008). 23

24 Kehutanan Total kawasan hutan di wilayah Sumba Tengah adalah seluas Ha terdiri dari: Hutan Konservasi : ,09 Ha Hutan Produksi Tetap : 277,00 Ha Hutan Produksi Terbatas : ,00 Ha Hutan konservasi dimaksud adalah kawasan Taman Nasional Manupewu Tana Daru yang juga melingkupi wilayah-wilayah dalam cakupan Kabupaten Sumba Barat yaitu Kecamatan Loli dan Kecamatan Wanokaka. (Sumber : Sumba Tengah Dalam Angka Tahun 2008). Perkebunan Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman di Wilayah Kabupaten Sumba Tengah. Tabel 2.3 Jenis Tanaman Produksi di Sumba Tengah NO JENIS TANAMAN LUAS LAHAN (Ha) JUMLAH PRODUKSI (Ton) 1 Jambu Mete ,5 2 Kelapa Kopi Coklat / Kakao 97 2,5 5 Vanili 4 0,6 6 Cengkeh 15 1,5 7 Pinang Sirih ,1 9 Jarak Pagar ,5 TOTAL ,7 Sumber : Sumba Tengah Dalam Angka Tahun

25 Peternakan Tabel 2.4 Jumlah Ternak berdasakan Kecamatan TERNAK BESAR TERNAK KECIL KECAMATAN AYAM ITIK/ITIK SAPI KERBAU KUDA BABI KAMBING BURAS MANILA Mamboro Katiku Tana U.R.Ng Barat U.R. Nggay Sumba Tengah Sumber : Sumba Tengah dalam Angka 2008 Pertambangan Potensi pertambangan yang selama ini dikelola masih terbatas bahan galian golongan C sedangkan lainnya belum dapat dikelola. Wilayah Sumba Tengah memiliki potensi pertambangan berupa pasir besi dengan kadar Fe di atas 75 % dengan lokasi palung laut pantai utar wilayah Kecamatan Mamboro. Perkiraan potensi deposit pasir besi sesuai data Direktorat Sumber Daya Miniral (hasil peninjauan PT. Napindo Prima Mesin) Jakarta adalah sebesar 100 juta ton. Potensi lainnya berupa emas berada di wilayah kecamatan Umbu Ratu Nggay, Umbu Ratu Nggay Barat dan Kecamatan Katiku Tana Selatan dan telah dilakukan observasi pada 16 desa oleh PT. Phati Resources Jakarta. Sumber Daya Energi Sumber daya energi yang melayani masyarakat di wilayah sumba tengah bersumber dari PLTD ranting Waikabubak (Kabupaten Sumba Barat/Induk) dan sejumlah energi terbarukan berupa PLTS yang tersebar pada 16 wilayah desa sebanya 148 unit. Sumber daya energi terbarukan lainnya berupa sumber daya angin dan aliran/terjunan air sangat potensial dikembangkan di wilayah Sumba Tengah. 25

26 Untuk energi angin berpotensial dikembangkan diwilayah kecamatan mamboro dan kecamatan Umbu Ratu Nggay serta beberapa lokasi di kecamatan Katiku tana, katikutana selatan dan kecamatan Umbu ratu Nggay Barat. Aliran/terjunan air yang dapat dikelola sebagai sumber energi seperti PLTMH atau PLTA tersebar merata pada seluruh kecamatan se wilayah Sumba Tengah. Kelautan dan Perikanan Sesuai dengan letak Sumba Tengah, potensi kelautan hanya pada 3 dari 5 kecamatan yaitu kecamatan Mamboro, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, dan Kecamatan Katikutana Selatan dengan panjang garis pantai bagian utara sepanjang 55,62 Km dan bagian selatan sepanjang 48,52 Km sehingga total panjang garis pantai adalah 104,14 Km. Jumlah rumah tangga yang berusaha dibidang perikanan sebanyak (16,87% dari total RT sebesar ) yang terdiri dari usaha perikan laut 81,47% (1.899 RT) dan sisanya perikanan darat 18,53% (232 RT). Selebihnya sebesar RT bergerak di sektor lain. Armada perikanan laut yang ada berupa perahu tanpa motor/jukung 688 unit, Motor tempel 58 unit dan kapal motor 14 unit. Khusus jenis ikan teri, mungkin saja banyak dikenal namun jenis ikan teri yang ada di pantai selatan Sumba Tengah memiliki aroma yang khas yang membedakannya dengan jenis ikan teri di wilayah lain sehingga jenis ikan ini menjadi potensi unggulan daerah. Pariwisata Potensi pariwisata di wilayah Sumba Tengah berupa wisata budaya, wisata alam, dan wisata bahari. Sampai saat sekarang baru berupa wisata budaya dalam bentuk kampung adat beserta rumah adat dan batu kubur, sedangkan wisata alam berupa Taman Nasional Tana Daru Manupeiwu, air terjun matayangu belum dikelola sebagai obyek. Wisata bahari belum dikembangkan dengan potensi di wilayah utara dan selatan. Khusus wisata budaya dirangkai dengan tari-tarian dan salah satu tarian yang telah masuk nominasi nasional melaui pekan tari rakyat yang 26

27 diselenggarakan oleh pemerintah pusat adalah Tari Kataga atau tarian perang. Pertumbuhan Ekonomi/PDRB Tabel 2.5 Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Ekonomi NO Lapangan Usaha Pertanian 62,28 63,90 62,53 2 Pertambangan dan Penggalian 2,66 2,59 2,30 3 Industri Pengolahan 0,79 0,81 0,86 4 Listrik, Gas dan Air Minum 0,05 0,05 0,05 5 Bangunan/Konstruksi 6,79 6,86 6,21 6 Perdagangan, Restoran, Hotel 6,09 6,51 7,43 7 Pengangkutan dan Komunikasi 0,70 0,71 0,75 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Persuhaan 1,08 1,05 1,02 9 Jasa-jasa 17,55 17,52 18,84 Sumber: Sumba Tengah dalam Angka Tahun 2008 Produk domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator yang menggambarkan keadaan perekonomian penduduk disuatu wilayah/daerah. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar Rp Sumbangan terbesar dalam PDRB tahun 2007 berasal dari sektor pertanian yaitu sekitar 62,54% (Rp ). Sedangkan sumbangan terendah dari sektor listrik, gas dan air bersih yakni hanya 0,05% (Rp ). Keseluruhan sektor ekonomi pada PDRB, pada tahun 2007 mencatat pertumbuhan yang positif. Bila diurutkan pertumbuhan PDRB menurut sektor ekonomi yang tertinggi ke terendah, maka pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 62,54%; jasa-jasa 18,84%; Perdagangan, hotel dan restoran sebesar 7,43% diikuti oleh sektor bangunan/konstruksi sebesar 6,21%; sektor pertambangan dan penggalian 2,30%; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1,02%; sektor industri pengolahan sebesar 0,86%; 27

28 Sektor pengangkutan dan komunikasi 0,75%; sektor listrik, gas, dan air bersih 0,05%. (sumber: Sumba Tengah Dalam Angka 2008). Tabel 2.6 Pendapatan Perkapita (Harga Berlaku) Tahun TAHUN PENDAPATAN PERKAPITA KENAIKAN (Rp) Rp. % ,54 Sumber: Sumba Tengah dalam Angka Tahun 2008 Dari kedua tabel tersebut di atas yaitu tabel dan tabel dapat dilihat terjadi kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari 7% pada Tahun 2006 menjadi 7.54% pada Tahun 2007 untuk pendapatan per kapita berdasarkan harga berlaku dan 0,86% pada Tahun 2006 menjadi 1,10% pada Tahun 2007 untuk pendapatan per kapita berdasarkan harga konstan. Jikalau kecenderungan menaik ini dapat terus dipertahankan bahkan dikembangkan dengan menggenjot berbagai sektor ekonomi maka konstruksi perekonomian di Kabupaten Sumba Tengah pada tahun-tahun mendatang akan menjadi cukup signifikan Profil Daerah Kabupaten Sumba Tengah Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Jumlah Pria (jiwa) Jumlah Wanita (jiwa) Total (jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Kepadatan Penduduk (jiwa/km²)

29 2.6 Kondisi Eksisting (Kondisi Kelistrikan) Pasokan listrik di daerah Sumba secara keseluruhan ditangani oleh PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur di mana saat ini PLN telah membagi sistem jaringan interkoneksi kedalam 3 (tiga) Sistem Jaringan dan Penyulang masing-masing adalah (a) Sistem Waitabula, (b) Sistem Waikabubak yang keduanya melayani kebutuhan listrik di wilayah Sumba Barat Daya dan (c) sistem Waingapu melayani kebutuhan listrik pada wilayah Sumba Tengah dan Sumba Timur. Wilayah sebagian besar sistem kelistrikan saat ini terinterkoneksi dengan Jaringan Tegangan Menegah 20 kv dengan Pusat beban terbesar dari wilayah Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Sumba Timur, seperti terlihat pada peta Gambar Gambar 2.10 Peta Kondisi Kelistrikan Provinsi Nusa Tenggara Timur (Sumber : Master Plan Pembangunan Ketenagalistrikan Kementrian ESDM) Pada saat ini, jaringan transmisi tegangan tinggi belum ada di Sumba. Sistem jaringan distribusi Sumba menggunakan Jaring Distribusi Tegangan Menengah 20 kv, dan 400 V untuk jaringan distribusi Jarigan Tegangan Rendah. Sejalan dengan pertumbuhan beban dan pelanggan yang tersebar luas, maka untuk 29

30 memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat tersebut, maka dibutuhkan penambahan jaringan tenaga listrik, jaringan distribusi tegangan menengah (Distribusi JTM), maupun jaringan distribusi tegangan rendah (Distribusi JTR). Sebagian pelanggan yang akan menggunakan listrik berada PLTMH dimana PLN saat ini menggunakan sistem distribusi 20 kv dimana fasilitasnya nya sudah mencukupi untuk dimanfaatkan PLTMH di kemudian hari. Untuk menuju jalur distribusi dari rencana lokasi Power House PLTMH, diperlukan waktu tempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 2 jam, dimana di sekitar wilayah Ponggutamba sudah tersedia Gardu Induk 20 kv. Jarak dari rencana Lokasi Power House ke distribusi Jaringan Tegangan Menengah (JTM) ± 14,0 km, seperti dapat dilihat pada Gambar Gambar 2.11 Jaringan Tegangan Menengah 20 kv 30

31 BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Analisa Topografi Pengolahan data GPS Geodetic Rencana PLTMH Ponggutamba Pada pengukuran GPS hasil yang disajikan pada Laporan Survey Lapangan adalah hasil raw data yang merupakan output data dari alat secara langsung, sedangkan dalam pengukuran GPS, dalam tahap pengolahan harus diikatkan terhadap titik ikat milik Badan Informasi Geospasi (BIG dahulu dikenal dengan Bakosurtanal). Kemudian pada tahap pengolahan ada proses yang dilakukan seperti Define Control Point, Baseline Processing, Adjusment Network, Loop Closure. Jika dalam pengukuran GPS tidak dilakukan proses pengolahan data yang telah disebutkan maka pengukuran tersebut tidak bisa dikatakan pengukuran yang akurasi dan presisi. Sebaliknya jika dilakukan proses pengolahan yang disebutkan diatas dilakukan sesuai prosedur maka pengukuran GPS yang dilakukan memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Diagram alir koreksi data mentah GPS Geodetic, dapat dilihat pada Gambar 3.1. GPS Geodetic Raw Data GPS Geodetic Data Processing Benchmarking terhadap titik ikat milik Badan Informasi Geospasial (BIG dahulu Bakosurtanal) Pengolahan data : - Define Control Point - Baseline Processing - Adjusment Network - Loop Closure Koordinat GPS Geodetic dg tingkat akurasi & presisi yang tinggi Gambar 3.1 Diagram alir koreksi data pengukuran GPS Geodetic Pengukuran GPS dilakukan dengan menggunakan metode statik diferensial, yaitu dengan cara melakukan pengukuran GPS dengan waktu pengamatan yang cukup 31

32 lama di titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya, kemudian dihitung koreksinya menggunakan hasil pengukuran GPS yang dilakukan bersamaan di suatu titik yang telah diketahui koordinatnya dengan benar. Titik kontrol utama yang di lapangan menggunakan BM Badan Informasi Geospasial (BIG, dahulu dikenal Bakosurtanal yang melakukan pengukuran GPS secara kontinu selama 24 jam. Lama pengukuran titik kontrol yang dilakukan pada setiap alternatif adalah 1-2 jam dengan interval perekaman data setiap 1 detik. Pengamatan dimulai pada pagi hari sekitar jam 7 pagi. Lama pengamatan dalam pengukuran GPS adalah salah satu faktor yang berpengaruh pada tingkat ketelitian koordinat yang didapat, selain itu tingkat ketelitian juga dipengaruhi oleh metode pengolahan data, gometri satelit, sarta lokasi pengamatan. Kemudian hasil pengamatan GPS yang berupa raw data diolah pada perangkat lunak GPS yaitu Trimble Bussines Center yang merupakan perangkat lunak pengolahan GPS. Kemudian pada elevation (tinggi geoid) milik BAKOSURTANAL harus dicari menggunakan perhitungan terlebih dahulu, dikarenakan tidak ada nilai elevation-nya. Untuk mencari elevation (tinggi geoid) menggunakan rumus yang terlampir pada bab sebelumnya, yaitu: dimana : H = Tinggi Ellipsoid h = Tinggi Geoid N = Undulasi H = h N 32

33 Gambar 3.2 Perhitungan Undulasi Pada tahap pengolahan GPS dilakukan beberapa prosedur untuk mendapatkan hasil hasil posisi koordinat X,Y dan Z yaitu: (a) Mendefinisikan titik ikat sebagai acuan dari titik pengamatan dilapangan dengan memakai titik ikat milik Badan Informasi Geospasial (BIG). (b) Melakukan proses baseline dari masing masing titik pengamatan dilapangan. (c) Melakukan perhitungan jaring perataan (Network Adjustment) untuk menguji konsistensi baseline terhadap jaringan serta menguji konsistensi titik pengamatan terhadap jaring titik ikat. (d) Loop Securing untuk menguji konsistensi titik yang diukur terhadap jaringan secara keseluruhan. Perataan Jaring akan memberikan informasi sebagai berikut : (a) Hasil test Chi-Square atau Variance Ratio yang harus memenuhi tingkat kepercayaan (confidence level) 95%; (b) Daftar koordinat hasil perataan jaring; (c) Daftar baseline hasil perataan yang meliputi koreksi dari baseline hasil pengamatan; (d) Analisis statistik tentang residual baseline jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence interval yang digunakan; (e) Ellips kesalahan titik untuk setiap stasiun; (f) Ellips kesalahan garis. 33

34 Gambar 3.3 Pendefinisian Titik Ikat Badan Informasi Geospasial (Bakosurtanal) Gambar 3.4 Pendefinisian Titik Pengamatan Lapangan Hasil pengolahan pada perangkat lunak GNSS Solution dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini : 34

35 Tabel 3.1 Hasil Pengukuran GPS Geodetic untuk Setiap Titik Bench Mark Rencana PLTMH Ponggutamba, Sumba Tengah No Koordinat Geografis Elevasi Undulasi Ketinggian Beda Lokasi Geoid Tinggi Keterangan LONGITUDE LATITUDE H-Ellipsoid H-Orthometric Potensi height (Δh) ' 14.20" E 9 27' 27.89" S 113, , ,25800 GPS 1 Bendung ' 14.97" E 9 27' 27.45" S 111, , , ,53900 GPS 2 Bendung ' 36.52" E 9 27' 22.73" S 106, , ,02500 GPS 3 Titik Tengah ' 37.67" E 9 27' 21.75" S 106, , , ,14300 GPS 4 Titik Tengah ' 45.90" E 9 26' 54.80" S 88, , ,32500 GPS 5 Power House ' 45.50" E 9 26' 54.28" S 87, , , ,53000 GPS 6 Power House ' 48.52" E 9 26' 57.24" S 112, , ,17900 GPS 7 Bak Penenang ' 48.90" E 9 26' 57.27" S 112, , , ,29000 GPS 8 Bak Penenang Koordinat UTM Zona 50 Selatan untuk setiap Titik Benchmark GPS PLTMH Ponggutamba, dapat dilihat pada Tabel

36 Tabel 3.2 Koordinat UTM Zona 50 Selatan Titik Benchmark GPS PLTMH Ponggutamba No Koordinat UTM Zona 50 Selatan Elevasi Undulasi Ketinggian Beda Tinggi Lokasi Geoid Keterangan X-UTM Y-UTM H-Ellipsoid H-Orthometric (Δh) Potensi height , , , , ,25800 GPS 1 Bendung , , , , , ,53900 GPS 2 Bendung , , , , ,02500 GPS 3 Titik Tengah , , , , , ,14300 GPS 4 Titik Tengah , , , , ,32500 GPS 5 Power House , , , , , ,53000 GPS 6 Power House , , , , ,17900 GPS 7 Bak Penenang , , , , , ,29000 GPS 8 Bak Penenang 36

37 Hasil pengolahan data koordinat GPS Geodetic untuk titik-titik Benchmark rencana lokasi Bendung sampai dengan rencana Power House dapat dilihat pada Gambar 3.5 dibawah ini. Gambar 3.5 Hasil Pengolahan Data Koordinat GPS Geodetic Plotting hasil pengolahan data rencana lokasi rencana bendung, rencana lokasi titik tengah dan rencana lokasi power house PLTMH Ponggutamba dapat dilihat pada Gambar 3.6 Untuk mendapatkan gambaran global pada daerah aliran sungai Ponggutamba yang disurvei, hasil pengolahan data GPS geodetic untuk rencana lokasi bendung (GPS 1 dan GPS 2), power house (GPS 5 dan GPS 6) dan kolam penenang (GPS 7 dan GPS 8), dilakukan plotting titik-titik rencana lokasi GPS tersebut pada Gambar 3.7. Dalam hal ini, tinggi tekan (head, H) terendah dapat dihitung dengan adanya perbedaan elevasi Kolam Penenang GPS 7 (+73,17900 m) dengan elevasi Power House (+49,32500 m), yaitu: H = ( 73, ,32500 ) m = 23,854 m 37

38 Gambar 3.6 Overview Lokasi Bangunan PLTMH Ponggutamba Gambar 3.7 Lokasi Rencana Bendung PLTMH Ponggutamba 38

39 Gambar 3.8 Lokasi Titik Tengah PLTMH Ponggutamba Gambar 3.9 Lokasi Rencana Power House (GPS 5 dan GPS 4) dan Kolam Penenang (GPS 7 dan GPS 8) 39

40 3.1.2 Topografi Rencana Lokasi PLTMH Ponggutamba Pemrosesan data hasil pengukuran dengan menggunakan perangkat Total Station dilakukan dengan menggunakan metoda Bowditch, dimana kesalahan penutup sudut dibagi secara merata kesetiap titik yang diukur. Rincian proses pemrosesan data topografi dapat dilihat pada Gambar 3.10 Topographic Total Station P Pengolahan Data Total Station Metoda yang akan digunakan untuk pengolahan data poligon yaitu dengan menggunakan metoda Bowditch, dimana kesalahan penutup sudut akan dibagi secara merata kesetiap titik yang diukur, sedangkan kesalahan penutup jarak akan dikoreksikan ke setiap absis dan ordinat. Tahapan pengolahan data poligon adalah sebagai berikut : 1. Penentuan Azimuth awal pada Poligon terikat 2. Pengolahan Data Poligon a) Koreksi sudut (k), pada : b) Hitungan absis (DX) dan ordinat (DY) c) Hitungan kesalahan absis (kx) dan ordinat (ky) d) Salah Penutup Linier e) Hitungan koreksi absis (dxi) dan ordinat (dyi) f) Hitungan koordinat ( X, Y) Koordinat & Elevasi Titik-titik Pengukuran Gambar 3.10 Diagram Alir Pemrosesan Data Pengukuran Topografi Hasil pengolahan data pengukuran topografi dengan menggunakan perangkat Total Station pada jalur rencana lokasi bendung sampai dengan rencana lokasi power house dan lokasi rencana lokasi penenang dapat dilihat pada Gambar

41 Gambar 3.11 Topografi Rencana Lokasi Bendung s.d. Lokasi Power House 41

42 3.2 Analisa Hidrologi Data Curah Hujan Data curah hujan digunakan adalah curah hujan efektif bulanan yang berada dalam DPS. Stasiun curah hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan didaerah tersebut. Tabel 3.3 Data Curah Hujan Daerah Waingapu No BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MAU HAU WAINGAPU Alamat : Bandar Udara Umbu Mehang Kunda Jl. Adi Sucipto No. 3 Waingapu-NTT (85114) B U L A N DATA CURAH HUJAN TAHUN 2011 S/D 2013 STASIUN METEOROLOGI MAU HAU WAINGAPU THN THN THN Jumlah Hari Jumlah Curah Jumlah Hari Jumlah Curah Jumlah Curah Jumlah Hari Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan (mm) (hh) (mm) (hh) (mm) (hh) JANUARI PEBRUARI MARET APRIL M E I JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER J U M L A H

43 Tabel 3.4 Data Temperatur Rata - Rata Daerah Waingapu BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MAU HAU WAINGAPU Alamat : Bandar Udara Umbu Mehang Kunda Jl. Adi Sucipto No. 3 Waingapu-NTT (85114) DATA TEMPERATUR RATA-RATA TAHUN 2011 S/D 2013 STASIUN METEOROLOGI MAU HAU WAINGAPU NO. BULAN THN THN THN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

44 Tabel 3.5 Data Kelembaban Udara Rata Rata Waingapu BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MAU HAU WAINGAPU Alamat : Bandar Udara Umbu Mehang Kunda Jl. Adi Sucipto No. 3 Waingapu-NTT (85114) DATA KELEMBABAN UDARA RATA-RATA TAHUN 2011 S/D 2013 STASIUN METEOROLOGI MAU HAU WAINGAPU NO. BULAN THN THN THN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

45 Tabel 3.6 Data Penyinaran Matahari Rata Rata Waingapu BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MAU HAU WAINGAPU Alamat : Bandar Udara Umbu Mehang Kunda Jl. Adi Sucipto No. 3 Waingapu-NTT (85114) DATA PENYINARAN MATAHARI RATA-RATA TAHUN 2011 S/D 2013 STASIUN METEOROLOGI MAU HAU WAINGAPU NO. BULAN THN (%) THN (%) THN (%) JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

46 Tabel 3.7 Data Kecepatan Angin Rata Rata Waingapu BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MAU HAU WAINGAPU Alamat : Bandar Udara Umbu Mehang Kunda Jl. Adi Sucipto No. 3 Waingapu-NTT (85114) DATA KECEPATAN ANGIN RATA-RATA TAHUN 2011 S/D 2013 STASIUN METEOROLOGI MAU HAU WAINGAPU NO. BULAN THN THN THN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area) Untuk memprediksi dan menghitung debit air pada titik bendung perlu dilakukan evaluasi luas daerah tangkapan air (catchment area), sesuai dengan kondisi lapangan. Daerah tangkapan air (catchment area atau watershed) adalah suatu daerah pada tanah dengan elevasi yang tinggi, yang merupakan batas (boundary) dari basin drainase. Secara tipikal daerah tangkapan air dapat dilihat pada Gambar 3.17 Curah hujan yang jatuh dalam batas basin drainase, maka akan mengalir kedalam sungai yang ada didalam batas daerah tangkapan air tersebut. 46

47 Gambar 3.17 Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) Tipikal Daerah tangkapan air (catchment area) untuk rencana lokasi bendung PLTMH Ponggutamba dapat dilihat pada Gambar

48 Laporan Akhir Gambar 3.18 Daerah Tangapan Air untuk Rencana Bendung PLTMH Ponggutamba Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.18 diatas bentuk daerah tangkapan air untuk rencana bendung bergantung kepada geometri jaringan sungai Ponggutamba beserta anak sungainya, lokasi bendung dan kondisi kontur ketinggian tanah di 48

49 lapangan. Luas yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak berbasis GIS adalah ,383 Ha = ,0 m 2 = 226,56383 km 2. Formasi geologi pada catchment area rencana PLTMH Ponggutamba dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.19 Formasi Geologi Daerah Tangkapan Air Rencana PLTMH Ponggutamba 49

50 Kondisi tata guna lahan dari daerah aliran sungai Ponggutamba dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.20 Tata Guna Lahan Daerah Tangkapan Air Rencana PLTMH Ponggutamba 50

51 Luas masing-masing jenis/unsur tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 3.9 Tabel 3.8 Tabel Luas Tata Guna Lahan pada Cacthment Area Rencana Lokasi Pengukuran PLTMH Ponggutamba No Nama Unsur Tata Guna Lahan Luas (Dalam Ha) 1 Belukar/Semak 3.848,904 2 Hutan 3.588,897 3 Pemukiman 12,216 4 Perairan 29,937 5 Perkebunan 295,959 6 Rumput/Tanah Kosong ,351 7 Sawah Irigasi 27,364 8 Sawah Tadah Hujan 647,340 9 Tegalan/Ladang 289,415 Total ,383 Seperti dapat dilihat pada Tabel 3.9, jenis tutupan lahan pada daerah tangkapan air (catchment area) hampir mencapai 80% - 85% terdiri dari tegalan/ladang rumput, sawah irigasi, perkebunan, permukiman dan semak belukar. Tutupan lahan yang berupa hutan hanya sebagian kecil saja diperkirakan 15% - 20% dari daerah tangkapan air untuk rencana lokasi PLTMH Ponggutamba Penetapan Debit Andalan Debit adalah merupakan debit minimum sungai kemungkinan debit dapat dipenuhi ditetapkan 80%, sehingga kemingkinan debit sungai lebih rendah dari debit andalan sebesar 20%. Untuk mendapatkan debit andalan sungai, maka nilai debit, yang dianalisis adalah dengan Metode MOCK, menurut tahun pengamatan yang diperoleh, harus diurut dari yang terbesar sampai yang terkecil. Hasil analisis menunjukkan besaran angka debit rata-rata bulanan berkisar antara m 3 /detik seperti dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini : 51

52 Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Debit pada Catchment Area Rencana PLTMH Ponggutamba dengan metode MOCK Periode Debit Ketersediaan Air Bulanan ( ) DAS Ponggutamba Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rerata Maks Rata-rata Min Kemudian dihitung tingkat keandalan debit tersebut dapat terjadi, berdasarkan probabilitas kejadian mengikuti rumus Weibull (Soemarto, 1995). dimana : P : Probabilitas terjadinya kumpulan nilai yang diharapkan selama periode pengamatan (%) m n : Nomor urut kejadian, dengan urutan variasi dari besar ke kecil : jumlah data Dengan demikian pengertian debit andalan 80% adalah berdasarkan pada nilai debit yang mendekati atau sama dengan nilai probabilitas (P) 80%. Analisa pontensi/debit pada DAS Ponggutamba yaitu menggunakan Metode Mock berdasarkan transformasi data curah hujan rata-rata bulanan dari stasiun curah hujan Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur selama 23 tahun ( ) dan data klimatologi dari stasiun Klimatologi Waingapu, 52

53 Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur selama 23 tahun ( ), seperti kelembaban udara relatif rata-rata bulanan (RH), kecepatan angin rata-rata bulanan yang diukur pada ketinggian 2 meter di atas permukaan tanah (U2), temperatur udara rata-rata bulanan (T), penyinaran matahari rata-rata bulanan Selanjutnya hasil perhitungan debit dari Metode Mock ini dibuatkan grafik Flow Duration Curve (FDC) yaitu garfik hubungan antara probabilitas (%) dan debit (m 3 /detik). Berdasarkan grafik tersebut dengan melakukan plotting pada probabilitas 80% di tarik vertikal berpotongan dengan grafik FDC dan ditarik sejajar dengan garis probabilitas sampai memotong sumbu vertikal yang merupakan besarnya debit dengan demikian diperoleh debit potensi 80% dari grafik FDC. Dalam hal ini unuk melihat potensi pembangkitan rencana PLTMH Ponggutamba, Flow Duration Curve dibuat dengan mengambil nilai curah hujan rata-rata bulanan sepanjang perioda waktu tahun Flow Duration Curve untuk catchment area rencana PLTMH Ponggutamba yang diperoleh dari analisa dengan metoda Mock ini dapat dilihat pada Gambar Dengan menghubungkan prosentase faktor kapasitas dengan tingkat probabilitas pada Flow Duration Curve tersebut, maka diperoleh desain debit aliran sungai untuk rencana PLTMH Ponggutamba, seperti dapat dilihat pada Tabel

54 Tabel 3.10 Flow Duration Curve Rencana PLTMH Ponggutamba Tabel 3.11 Desain Debit Aliran Rencana PLTMH Ponggutamba Desain Aliran Faktor Kapasitas Q0 (m 3 /det) Qrata-rata 40% Qrata-rata 50% Qrata-rata 60% Qrata-rata 70% 2.0 Dari tabel desain debit aliran rencana PLTMH Ponggutamba, maka dipilih debit dengan faktor kapasitas yaitu 5.2 m 3 /det Perhitungan Debit Sesaat Aliran Sungai Ponggutamba Perhitungan debit sesaat aliran sungai Ponggutamba dilakukan dengan mengukur di lapangan kecepatan arus per segmen penampang sungai yang telah ditetapkan. Nilai dbit sesaat ini ditujukan untuk melihat potensi pembangkitan listrik mikro hidro dari debit yang tersedia pada saat survey lapangan dilakukan yaitu pada pertengahan bulan Mei

55 Pengolahan data pengukuran arus sungai Ponggutamba, dilakukan dengan menjumlahkan perhitungan debit yang dihitung untuk setiap segmen penampang sungai, seperti dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut: Gambar 3.15 Segmen Penampang tipikal Pengukuran Kecepatan Arus Sungai Diagram alir untuk menghitung debit sungai berdasarkan metoda Mean Section dapat dilihat pada Gambar Pemrosesan Data Kecepatan Arus Sungai pada Berbagai Koordinat & Elevasi Titik-titik Pengukuran dengan presisi Q GPS Geodetic Raw Data d n d n 1 a n b n 1 2 n q n v n v n an 2 Debit Aliran q 1 q 2 q q n Debit Sungai Gambar 3.16 Metoda Mean Section untuk Perhitungan Debit Aliran Sungai 55

56 Data pengukuran arus kecepatan sungai dan hasil perhitungan dengan menggunakan metoda Mean Section di lokasi beberapa meter sebelum rencana bendung dan di lokasi yang letaknya kurang lebih diantara rencana lokasi bendung dan power house, masing-masing dapat dilihat pada Tabel 3.12 dan Tabel Tabel 3.12 Perhitungan Debit Sungai Ponggutamba (1), Sumba Tengah Koordinat : S 09 o 28' 21.8" dan E 119 o 35' 21.1" Letak : Bagian Hulu Sungai (Sebelum Rencana Bendung) Kecepatan (V) D_dalam L_lebar A_luas No Pengukuran V_ukur V_rata2 V_Segmen Debit (m) (m) (m 2 ) (m/dt) (m/dt) (m/dt) (m 3 /dt) Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Total PENGUKURAN DENGAN PERALATAN CURRENTMETER - 1 LOKASI PENGUKURAN DEBIT SUNGAI PONGGULAMBA Luas Penampang Debit

57 Tabel 3.13 Perhitungan Debit Sungai Ponggutamba (2), Sumba Tengah Koordinat : S 09 o 28' 21.8" dan E 119 o 35' 21.1" Letak : Bagian Hulu Sungai (Sebelum Rencana Bendung) Kecepatan (V) D_dalam L_lebar A_luas No Pengukuran V_ukur V_rata2 V_Segmen Debit (m) (m) (m 2 ) (m/dt) (m/dt) (m/dt) (m 3 /dt) Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen Total PENGUKURAN DENGAN PERALATAN CURRENTMETER - 2 LOKASI PENGUKURAN DEBIT SUNGAI PONGGULAMBA Luas Penampang Debit

58 Apabila debit sungai yang diperhitungkan adalah nilai rata-rata dari kedua lokasi pengukuran kecepatan arus tersebut dan berbagai nilai prosentasi dari nilai debit rata-rata dihitung, maka nilai rata-rata debit dan nilai prosentasi debit rata-rata (10 % sampai dengan 90% dari nilai debit rata-rata) masing-masing dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.14 Nilai Debit Sesaat (Medio Mei 2014) S. Ponggutamba. Debit Rata-rata Prosentase Debit (%) (m/dt) Analisa Prakiraan Potensi PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Air adalah pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) di mana listrik yang dihasilkan adalah dari pemanfaatan energi potensial dari satu aliran air yang dijatuhkan pada satu daerah yang memiliki perbedaan ketinggian untuk kemudian energinya dikonversikan menjadi energi mekanik yang dapat menghasilkan tenaga listrik. Adapun prinsip pemanfaatan tersebut secara sederhana dapat dijelaskan pada Gambar 3.21, gambaran skematisnya adalah potensi tenaga air dalam bentuk jumlah aliran air (debit) dijatuhkan pada satu daerah yang mempunyai perbedaan ketinggian (head) menghasilkan satu energi potensial yang dapat dipakai untuk memutar turbin air. Kemudian turbin air memutar generator untuk membangkitkan tenaga listrik. 58

59 Gambar 3.21 Proses konversi energi dalam pusat listrik tenaga air Daya yang dibangkitkan generator yang diputar oleh turbin air adalah: P = η.ρair.g.h.q = 0.80 x 0.99 kg/m 3 x 9.81 m/s 2 x 23.8 m x 5.2 m 3 /s = kw di mana: P = daya [kw] η = efisiensi turbin bersama generator ρ = massa jenis air [kg/m 3 ] H = tinggi terjun air [meter] Q = debit air [m 3 /detik] 59

60 ` Gambar 3.25 Tipe Turbin untuk Debit Q=5,2 m 3 /det. dan Net head H=23,8 m Dengan menggunakan grafik tersebut, untuk nilai debit 5,20 m 3 /det dan tinggi tekan bersih (net head) yang tersedia sebesar 23,80 m, diperoleh prakiraan tipe turbin yang diperlukan adalah dari jenis Turbin Francis ataupun jenis Turbin Kaplan, seperti dapat dilihat pada Gambar

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRA-FEASIBILITY STUDY

LAPORAN PRA-FEASIBILITY STUDY LAPORAN PRA-FEASIBILITY STUDY HASIL SURVEY POTENSI PLTM/H SIKKA FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR Oleh, Tim Survey PLN PUSHARLIS OKTOBER, 2013 kajian teknis potensi energi & daya pltmh KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI 2016 SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI PT PLN (PERSERO) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN 2016 Halaman : 2 dari 16 Kegiatan : Pelaksanaan Pekerjaan Survey Potensi PLTM Kananggar & Nggongi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan sektor pertanian yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya melaksanakan

Lebih terperinci

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro I. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama dalam pemuatan PLTMH yaitu air (sebagai sumber energi), turbin, dan generator. Air yang mengalir

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat kaya, mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 lalu, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 5 mengenai Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI. 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR. 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI. 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR. 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI 1962 4. Batas Wilayah : 1. Utara berbatasan dengan Kec. Kahaungu Eti 2. Timur berbatasan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL SUMBER DAYA ALAM

BAB IV PROFIL SUMBER DAYA ALAM BAB IV PROFIL SUMBER DAYA ALAM Sebagai daerah yang bersifat agraris, Kabupaten Sumba Barat didominasi oleh sektor pertanian sekaligus sebagai potensi unggulan daerah Kabupaten Sumba Barat, sedangkan potensi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

Nama Kecamatan : Haharu Jumlah Desa / Kelurahan : 7 Desa Nama Desa atau kelurahan yang sekretarisnya PNS: Rambangaru,kadahang,Wunga,Napu

Nama Kecamatan : Haharu Jumlah Desa / Kelurahan : 7 Desa Nama Desa atau kelurahan yang sekretarisnya PNS: Rambangaru,kadahang,Wunga,Napu Sedang dalam pengembangan :) PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN PANDAWAI 2. Ibu Kota Kecamatan : KAWANGU 3. Tahun Berdiri : 20 Agustus 1992 4. Batas Wilayah : Timur=Kecamatan Kanatang,Barat= Kec. Umbu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat (pedon AM1 s/d AM8), dan Kabupaten Serang Propinsi Banten (pedon AM9 dan AM10)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK UNTUK PLTM...... X... MW PROVINSI... LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK DAFTAR ISI 1. Definisi 2. Informasi Umum Pembangkit 3. Informasi Finansial Proyek 4. Titik Interkoneksi 1. Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN. a) Adminitrasi Pemerintahan :

PROFIL KECAMATAN. a) Adminitrasi Pemerintahan : PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN KOTA WAINGAPU 2. Ibu Kota Kecamatan : WAINGAPU 3. Tahun Berdiri : 1970 4. Batas Wilayah : Utara=Selat Sumba,Selatan=Kec,Kambera,Timur= Kec, Nggoa,Barat= Nggoa dan Kanatang

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Letak geografis Negara Indonesia berada pada daerah tropis yang terdiri dari kepulauan yang tersebar dan memiliki sumber daya alam yang sangat menguntungkan, antara

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai Sardi Salim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo sardi@ung.ac.id Abstrak Pembangkit listrik mikrohidro adalah

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan :

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan : PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan : Nama Kecamatan : Karera Jumlah Desa / Kelurahan : 70 Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk 11 KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi Desa Lamajang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 1474 ha dengan batas desa

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Oleh : A. Sanusi Halim, Iwan A. Harahap dan Sukmawan SubDit Mineral Non Logam S A R I Daerah penyelidikan yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah 2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) secara geografi terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada 119º27-119º55 BT dan 09º29`-09º54` LS sedangkan secara administratif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 10 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah 2.1.1 Lokasi Lokasi penelitian Tugas Akhir dilakukan pada tambang quarry andesit di PT Gunung Sampurna Makmur. Secara geografis, terletak pada koordinat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Penelitian dilaksanakan atas dasar untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan. Tujuan melakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data

Lebih terperinci

PERENCANAAN PUSAT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO PERKEBUNAN ZEELANDIA PTPN XII JEMBER DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN KALI SUKO

PERENCANAAN PUSAT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO PERKEBUNAN ZEELANDIA PTPN XII JEMBER DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN KALI SUKO TUGAS AKHIR RC 09 1380 PERENCANAAN PUSAT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO PERKEBUNAN ZEELANDIA PTPN XII JEMBER DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN KALI SUKO Taufan Andrian Putra NRP 3109 100 078 Dosen Pembimbing: Prof.

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Armin Tampubolon Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Secara regional, Pulau Sumba disusun oleh litologi yang berdasar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. BAB III METODA ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bekasi dengan luas 127.388 Ha terbagi menjadi 23 kecamatan dengan 187 desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. Sungai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Paparan Sunda 2. Zona Dataran Rendah dan Berbukit 3. Zona Pegunungan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BAHAN GALIAN INDUSTRI DI DAERAH WAINGAPU, KABUPATEN SUMBA TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BAHAN GALIAN INDUSTRI DI DAERAH WAINGAPU, KABUPATEN SUMBA TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BAHAN GALIAN INDUSTRI DI DAERAH WAINGAPU, KABUPATEN SUMBA TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : Zulfikar, A. Fatah Yusuf, Nazly Bahar, Nur Amin Latif, Ratih Sukmawardany,

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Letak geografis Negara Indonesia berada pada daerah tropis yang terdiri dari kepulauan yang tersebar dan memiliki sumber daya alam yang sangat menguntungkan, antara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci