BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN"

Transkripsi

1 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teoritis Pengertian Berbicara Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain (Haryadi dan Zamzani, 1997:54). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isihati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh parapakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16), mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Menurut Bygate, (Tarigan,2008: 26) berpendapat bahwa dalam berbicara seseorang harus mempunyai pengetahuan keterampilan perspektif motorik dan keterampilan interaktif, maka agar dapat berbicara dengan baik, seseorang harus

2 8 kompetensi kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang menjadi syarat agar proses berbicaranya dapat lancar, baik dan benar Diantaranya adalah lafal, intonasi, ejaan, kosa kata dan sebagainya. Menurut Suharyanti (1996:5), berbicara adalah suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) yang dapat dilihat (visualble) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasangagasan yang dikomunikasikan. Chaney (Hayriye Kayi, 2009:1) mendefinisikan speaking is theprocessof building and sharing meaning throught the use of verbal and non verbalsymbols, in variety of contexts, yang artinya berbicara adalah proses menyampaikan berbagai maksud dan tujuan secara lisan dan tanpa memakai simbol simbol dalam berbagai hal. Menurut Hayriye Kayi pula bahwa speakingis a crucial part of second language learning and teaching yang artinya berbicara merupakan suatu bagian dari pembelajaran berbahasa dan kegiatan mengajar. Dari berbagai sumber yang mengemukakan pendapat mereka tentang berbicara, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam berbicara akan menimbulkan satu komunikasi dalam berbahasa yang baik sehingga dapat mengembangkan kemampuan dalam mengucapkan beberapa kaliamat serta keterampilan dalam mengolah informasi yang didengar untuk menyampaikan maksud dan tujuan dari apa yang menjadi bahan dalam berbicara Tujuan Berbicara Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan sesuatu hal pada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa, menjelaskan sesuatu

3 9 proses, menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal, memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa. Menurut Ochs dan Winkler (dalam Henry Guntur Tarigan 2008: 16-17), tujuan berbicara adalah sebagai alat sosial (social tool) ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional (bussines or professional tool), maka Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu memberitahukan, melaporkan (to inform), menjamu, menghibur (to entertain), dan membujuk, mendesak, mengajak, meyakinkan (to persuade). Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itu pun mungkin saja terjadi. Suatu pembicaraan misalnya, mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu, begitu pula mungkin sekaligus menghibur atau meyakinkan. Dari tujuan berbicara diatas, disimpulkan bahwa tujuan dari berbicara yakni untuk menyampaikan suatu informasi, atau yang bersifat pemberitahuan agar yang mendengarkan bisa jelas dalam menerima maksud dan tujuan dari apa yang dibicarakan Manfaat Berbicara berbicara salah satu keterampilan berbahasa menurut ( Tarigan, 2008:9) mempunyai lima peranan sebagai berikut : 1. Menghibur Berbicara untuk menghibur dilakukan dengan cara pembicaraan yang menarik perhatian pendengar dengan sebagai cara seperti humor,

4 10 spontanitas, menggairahkan dan suasana pembicaraan pun santai dan penuh canda. 2. Menginformasikan Berbicara untuk menginformasikan, melaporkan, dilaksanakna apabila seseorang ingin menjelaskan suatu proses, menguraikan atau menafsirkan sesuatu, menyebarkan pengetahuan, menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal atau peristiwa. 3. Mestimulasi Berbicara untuk menstimulasi yaitu berbicara berupaya untuk membangkitkan inspirasi, kemauan, atau minat pendengarnya untuk melaksanakan sesuatu. 4. Meyakinkan Berbicara untuk meyakinkan menuntut pembicara untuk terbiasa meyakinkan pendengar tentang sesuatu hal. Diharapkan sikap pendengar dapat berubah misalnya dari sikap menolak menjadi menerima atau sebaliknya. 5. Menggerakan Berbicara untuk menggerakan menuntut penyimak agar bisa berbuat, bertindak, atau berinteraksi seperti yang dikehendaki pembicara yang merupakan kelanjutan, pertumbuhan, atau perkembangan berbicara untuk meyakinkan.

5 Pengertian Drama Drama berasal dari bahasa yunani yang berarti perbuatan atau gerakan. Dalam perkembangan selanjutnya yang dimaksud drama adalah bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan perihal kehidupan manusia melalui gerak percakapan di atas panggung ataupun suatu karangan yang disusun dalam bentuk percakapan dan dapat dipentaskan. Oleh karena itu, dalam naskah drama selain percakapan pelaku berisi pula penjelasan mengenai gerak-gerik dan tindakan pelaku, peralatan yang dibutuhkan, penataan pentas atau panggung, music pengiring dan lain-lain. Ciri khas dari drama adalah, naskahnya berbentuk percakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog, pengarang harus memperhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari dan pantas untuk diucapkan di atas panggung. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis, melaiknkan bahasa tutur. Pilihan kata (diksi) pun dipilih sesuai dengan dramatic action dari plat out. Diksi berhubungan dengan irama lakon, artinya panjang pendeknya katakata dalam dialog berpengaruh terhadap konflik yang dibawakan lakon. Dialog dalam sebuah dramapun harus bersifat estetis atau memiliki keindahan bahasa. Namun nulai estetis tersebut tidak boleh mengganggu makna yang terkandung dalam naskah. Selain itu, dialog harus hidup. Artinya, dapat mewakili tokoh yang dibawakan.untuk itu observasi di lapangan perlu dilakukan untuk membantu menulis dialog drama agar realistis.

6 12 Menurut Faisal,dkk (2011:9-15) drama adalah suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang tujuannya bukan untuk dibaca melainkan untuk dipertunjukan oleh aktor diatas pentas. Sehubungan dengan drama sebagai slah satu karya sastra, drama memiliki unsur-unsur yakni tema, plot, latar, karakter, dialog, pembagian waktu, efek, dan retorika. Unsur-unsur tersebut saling mendukung dalam membentuk suatu sistem yang kompak. Pengertian drama dapat disimpulkan yakni suatu yang dirancang atau dibuat untuk dipentaskan dan memiliki unsur seni sastra dan budaya yang di dalamnya mempunyai karakter tersendiri dan disesuaikan dengan waktu dan kondisi untuk dijadikan sebagai patokan dalam proses pembuatannya Unsur-Unsur Drama Dalam Karya Sastra Drama dalam bentuk karya sastra yang melukiskan kehidupan manusia melaluilakuan atau dialog. Drama diproyeksikan di atas pentas sebagai seni pertunjukan. Hakikat drama adalah dialog dan konflik yang bersifat hakiki. Dialog adalah percakapan tokoh dengan tokoh lainnya. Adapun macam-macam drama adalah: a. Tragedi adalah drama yang diwarnai kesedihan. b. Komedi adalah drama yang diwarnai kegembiraan. c. Tragedi-komedi adalah drama gabungan antara drama tragedi dan komedi. d. 4.Pantonim adalah drama yang hanya menampilkan mimik dan gerak. Adapun unsur-unsur drama antara lain:

7 13 a. Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah drama di dalam dramaitu sendiri. Berikut adalah uraian unsur intrinsik drama: 1). Tokoh Tokoh adalah orang yang berperan dalam suatu drama. Dalam drama tokoh diperankan oleh seorang actor. Berdasarkan perannya terhadap jalan cerita. tokoh dibedakan menjadi tiga sebagai berikut: a. Tokoh protagonis Adalah tokoh yang membangun cerita, biasanya ada satu atau dua figure tokoh protagonist utamayang dibantu oleh tokohrokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita. b. Tokoh antagonis Adalah tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita beberapa figure pembantu yang ikut menentang cerita. c. Tokoh tritagonis Adalah tokoh pembantu, baikuntuk tokoh protagonist maupun untuk tokoh antagonis. Watak seorang tokoh dalam drama dapat dilihat dari ucapan-ucapan. Seorang tokoh dapat diketahui usia, latar belakang sosial, moral dan suasana kejiwaan 2). Alur/PlotAdalah rangkaian peristiwa dalam drama. Alur dalam drama dibagi dalam babak-babak dan adegan-adegan. 3). Amanat Adalah pesan penulis naskah drama kepada pemirsa d. Akting Adalah perilaku pemain di panggung

8 14 4). Latar atau Setting Adalah penjelasan tentang suasana tempat dan waktu yang ada dalam pertunjukan drama bila dipentaskan. Latar diwujudkan dalam:1) Tata panggung, 2) Tata sinar, 3) Tata bunyi. 5).Percakapan Percakapan dalam drama dibedakan atas:1) Prolog : percakapan awal sebagai pembuka pertunjukan drama, 2) Monolog : percakapan sendiri, 3) Dialog : percakapan dua orang atau lebih, 4) Epilog : percakapan akhir sebagai penutup pertunjukan 6). Gerak atau Action Gerak atau aksion dibedakan atas : 1). Mimik yakni gerak raut muka, 2). Pantomimik yakni gerak-gerik anggota tubuh, 3) Blocking yakni posisi aktor di atas pentas. 7). Tata Artistik Adalah setting panggung. 8). Konflik Adalah masalah dalam drama. 9). Tema adalah inti cerita. 10). Perwatakan Adalah watak tiap-tiap tokoh. b. Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur factor yang terjadi di luar drama, namun berkaitan dengancerita drama tersebut. Adapun unsur yang dimaksud adalahsosial budaya, Politik, Hankam, Agama, dan Ideologi. Dalam mementaskan atau bermain drama perlu memahami berbagai teknik. Menurut Rendra (dalam Faisal, dkk.2011:9-16) yang perlu diperhatikan dalam

9 15 mementaskan drama teknik tersebut dilihat secara jelas seperti teknik muncul, teknik memberi isi, teknik pengembangan teknik timing, dan teknik penonjolan. Sebelum bermain drama anak-anak, sedangkan Junaedi dan Ramelan (dalam Faisal,dkk.2011:19) mengemukakan beberapa dasar-dasar pementasan yang harus dikuasai dengan baik supaya dapat menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut : 1) Penguasaan vokal Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonandan vokal sesuai artikulasinya secara cepat dan sempurna. Disertai suara yang jelas dan keras. 2) Penguasaan miik-intonasi dasar Seorang calon pemain harus menguasai mimik dasar seperti mimik sedih, gembira, marah. 3) Penguasaan kelenturan tubuh Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga dalam memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku. 4) Penguasaan pemahaman watak peran Suatu peran menjadi hidup bila aktornya memiliki penguasaan pemahaman dan penghayatan watak peran yang tepat. 5) Penguasaan pemanggungan Penugasan pemanggungan sebagai suatu yang harus dimiliki oleh setiap pemain drama, antara lain berkaitan dengan :

10 16 1) teknik muncul pada saat pertama kali aktor tampil di panggung sesuai peran yang di mainkan pemunculan itu berfungsi memberi kesan simpati bagi penonton. 2) Blokin, yakni penguasaan masing-masing aktor tentang daerah gerakannya diatas panggung sehingga panggung kelihatan tak berat sebelah. 3) Penguasaan cahaya dan bunyi, yakni aktor perlu penguasaan menyesuaikan diri dengan perubahan cahaya dan bunyi (sound system) diatas panggung. Pementasan drama memelurkan tata artistik agar nampak memukau penonton. Tata artistik menurut Tjokroatmojo ( dalam Faisal,dkk.2011:21-22) yang perlu diperhatikan dalam pementasan drama ada lima macam. Kelima jenis tata artistik tersebut dapat dilihat secara utuh dan jelas yakni : 1). Tata artistik rias wajah merupakan satu bagian yang menunjang pemain dalam memerankan suatu peran. 2). Tata artistik busana merupakan tata busana yang relevan dengan peran yang dimainkan, secara tidak langsung mencerminkan karakter atau pribadi pemain bersangkutan, 3). Tata artistik musik yaitu iringan musik atau ilustrasi seni suara yang mengantar suatu adegan / babak sehingga peristiwa yang digambarkan semakin hidup, jelas dan menarik, 4). Tata artistik sinar cahaya yaitu suatu drama yang menggunakan tata artistik sinar yang berwarna warni akan memberikan efek estestik yang memukau dibanding drama tanpa penataan cahaya, 5). Tata artistik suara ( sound system) juga perlu persiapkan dengan cermat. Dengan seni artistik suara yang baik, suara musik, dialog atau menolong

11 17 pemain akan terdengar jernih, jelas, dan menarik, baik penonton yang berada didepan maupun yang ada di belakang. Menurut Tambojan ( dalam Faisal,dkk.2011:23) sutradara bertanggung jawab atas beberapa peran vital yang menentukan taraf keberhasilan suatu pementasan drama. Peran sutradara adalah sebagai berikut: 1. Memilih naskah bermutu, 2. Menetukan penafsiran naskah, 3. Memilih aktor, 4. Melatih aktor, 5. Bekerjasama dengan tim. Tujuan pembelajaran drama di sekolah dasar ini sudah jelas agar siswa dapat memerankan drama pendek dengan intonasi, lafal, dan ekspresi yang sesuai. Dalam tujuan ini terdapat pengembangan keterampilan berbiacara dan pengembangan kebahasaan, yaitu dengan berlatih dialog dengan lafal dan intonasi yang benar sebagai upaya berlatih menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dilingkungannya. Pengembangan berbicara melalui kegiatan drama mempunyai arti strategis dalam pengembangan kepribadian sosial ( Supriyadi,2006:123 ). Menurut Supriyadi (2006:123) strategi pembelajaran memerankan drama ini banyak, namun hanya akan diuraikan pada dua pembelajaran yaitu pembelajaran drama secara terpimpin dan pembelajaran drama bebas. Masing-masing pembelajaran tersebut diuraikan sebagai berikut: 1). Pembelajaran Drama Terpimpin Strategi pembelajaran drama terpimpin ini dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan memerankan peran sesuai dengan skenario yang telah disiapkan. Baik dialog maupun karakter/peran sangat tergantung pada acuan yang terdapat dalam skenario. Guru bertindak sebagai sutradara, sedangkan siswa

12 18 sebagai pemain. Teknik terpimpin sangat sesuai untuk siswa kelas rendah, karena siswa kelas rendah dimungkinkan akan kesulitan menghafal dialog. Oleh sebab itu kelas rendah yang dimaksud adalah kelas rendah yang sudah mempunyai keterampilan membaca atau kelas 2 sekolah dasar. Tujuan utama pembelajaran terpimpin ini agar siswa dapat mengembangakan keterampilan berbicara sesuai dengan naskah, di samping dapat memerankan sesuai dengan perannya. 2). Pembelajaran Drama Bebas Pembelajaran drama bebas yang dimaksud disini adalah pembelajaran drama yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih topik, menyusun skenario umum, dan lain-lain. Intinya para pemain tidak menggunakan dialog yang telah disiapkan, namun para pemain diberi kebebasan mengembangkan keterampilan berbicara melalui dialog antar pemain. Strategi ini sangat sesuai untuk siswa kelas tinggi dalam rangka pengembangan ketrampilan berbahasa lisannya. Pengembangan yang diharapkan sebenarnya bukan hanya bahasa lisannya, tetapi aspek yang lain, seperti kemampuan merespon dialog, kemampuan menghayati perannya, kemampuan berekspresi, dan kemampuan yang lain. Topik atau tema drama tidak hanya cerita fabel, legenda, dan mite, namun sudah berkisar pada kehidupan sehari-hari yang menarik. Dilihat penjelasan keseluruhan menurut parah ahli jadi kesimpulannya adalah bahwa drama adalah suatu cerita atau konflik tentang kehidupan manusia yang ditulis dalam bentuk dialog. Secara tekniis adapun unsur-unsur drama yakni yang pertama unsur intrinsik dan kedua unsur ekstrinsik yang didalamnya terbagi

13 19 atas judul, tema, plot/alur, tokoh,dialog, konflik, dan latar dan beberapa komponen yang terdapat dalam pementasan drama Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Djamarah (2002 : 84) metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapat tujuan yang diharapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Jadi,metode pembelajaran adalah cara cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan demikian pengetahuan mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, proses belajar mengajar, dan kegiatan belajar mengajar. Untuk memilih metode yang tepat dalam menyajikan suatu materi perlu mempertimbangkan berbagai faktor. Menurut Djamarah (2002 : 88) faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih metode adalah :

14 20 1. Anak didik Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan latar belakang kehidupan yang berlainan. Perbedaan individual anak didik baik dilihat dari aspek biologis, aspek intelektual, dan aspek psikologis dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam sekon yang relatif lama demi tercapinya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. 2. Tujuan yang hendak dicapai Tujuan adalah sasarn yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan intermedier (antara), yang paling langsung dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Situasi kelas, Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan, maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik secara berkelompok. Anak didik dibagi ke dalam beberapa kelompok belajar di bawah pengawasan dan bimbingan guru. Di sana semua anak didik dalam kelompok masing-masing diserahi tugas oleh guru untuk memecahkan suatu masalah. Dal hal ini tentu saja guru telah memilih

15 21 metode mengajar untuk membelajarkan anak didiknya yaitu metode pemecahan masalah (problem solving). Dengan demikian, situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. 4. Fasilitas Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. 5. Guru. Setiap guru mempunyai kepribadian, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Ketiga hal tersebut adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode. Inovasi metode metode pembelajaran sangat diperlukan dan sangat mendesak terutama dalam menghasilkan metode pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil belajar lebih baik, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan.

16 22 Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran. Ada berbagai metode yang dapat diterapkan dalam menanamkan konsep kepada siswa. Salah satu metode tersebut adalah metode bercerita. Dalam pengertian metode pembelajaran dapat disimpulkan bahwa setiap pembelajaran mempunyai strategi dan tujuan dalam pengajarannya, dan tentunya hal ini harus ada dukungan dari peserta didik, tujuan, situasi dari kelas yang menjadi objek pembelajaran, fasilitas yang ada, dan tentunya tenaga pengajar/guru, sehingganya proses dari pembelajaran itu bisa terarah dan mempunyai tujuan yang jelas Pengertian Metode Bercerita Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bacrtiar S Bachir:2005:10). Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau sesuatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang rekaan belaka. a. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Bercerita 1). Kelebihannya antara lain: a) Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak. b) Waktuyang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien. c) Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.

17 23 d) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah. e) Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya. 2). Kekurangannya antara lain: a) Anak didik pasif karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru. b) Kurang merangsang perkembangan kreatifitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapatnya. c) Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita. d) Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik. b. Unsur-unsur Metode Bercerita Berdasarkan definisi tersebut, cerita mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1) Tuturan, yaitu upaya yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian. 2) Karangan, yaitu upaya yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian, dan lain-lain, baik kisah nyata maupun rekaan. 3) Lakon yang mewujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup, sandirawa, wayang dan lain-lain. 4) Dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi atau cerita rekaan belaka

18 24 c. Tujuan Metode Bercerita Tujuan metode bercerita antara lain sebagai berikut: 1) Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial. 2) Anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain. 3) Anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya. 4) Anak dapat menjawab pertanyaan. 5) Anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya,sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain. Adapun tujuan bercerita sebagai program belajar SD adalah sebagai berikut. 1) Mengembangkan kemampuan dasar untuk pengembangan daya cipta, dalam pengertian membuat anak kreatif, yaitu lancar, fleksibel, dan orisinal dalam bertutur kata, berpikir, serta berolah tangan dan berolah tubuh sebagai latihan motorik halus maupun motorik kasar. 2) Pengembangan kemampuan dasar dalam pengembangan bahasa agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan. d. Manfaat Metode Bercerita Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran di SD mempunyai beberapa manfaat penting antara lain:

19 25 1) Untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah. 2) Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan. 3) Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. 4) Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat dan dan menimbulkan keasyikan tersendiri maka kegiatan bercerita memungkinkan mengembangkan dimensi perasaan anak. 5) Untuk memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang yang ada disekitarnya dengan bermacam pekerjaan. 6) Dapat membantu anak membangun bermacam yang mungkin dipilih anak dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat. 7) Kegiatan bercerita dalam kaitan kehidupan sosial anak dapat dipergunakan guru untuk menuturkan bermacam pekerjaan yang ada dalam masyarakat yang beraneka ragam yang dapat menimbulkan sikap pada diri anak menghargai bermacam-macam pekerjaan. 8) Melatih daya serap anak, artinya anak usia dini dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan

20 26 9) Melatih daya pikir anak, artinya anak dapat terlatih untuk memahami proses cerita, mempelajari hubungan sebab akibatnya termasuk hubunganhubungan dalam cerita 10) Melatih daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita Simpulan dari metode berbicara dapat dijelaskan bahwa dalam berbicara itu harus mengisahkan tentang perbuatan atau pengalaman dari suatu kejadian yang dialami realita yang di dukung dengan kelebihan dan kekurangannya, unsurunsur, tujuan dan manfaat dari metode bercerita Kemampuan Siswa Memerankan Tokoh Melalui Metode Bercerita a. Pembelajaran Tentang Drama di SD Di tingkat Sekolah Dasar, implementasi drama sebaiknya dilakukan secara spontan. Hal tersebut bertujuan untuk melatih empat aspek berbahasa, terutama berbicara. Jika drama sudah terskenario, maka kemampuan berbicara peserta didik menjadi kurang karena naskah dihafalkan, tidak diucapkan secara spontan. Oleh sebab itu, penerapan drama di SD sebaiknya dilakukan secara spontan. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai

21 27 pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas 3 hal, yaitu (1) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati, (2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain manusia, dan (3) sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu sendiri. Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Apresiasi berarti : (a) kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya; (b) penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu; dan (c) kenaikan nilai barang karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu bertambah. Sehubung dengan materi pembelajaran sastra anak ini, pengertian apresiasi yang kita maksudkan disini adalah pengertian pertama dan kedua, yaitu (a) kesadaran kita terhadap nila-nilai seni dan budaya (sastra anak), dan (b) penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu (sastra anak). Ada tiga batasan apresiasi sastra anak, yaitu (a) Apresiasi sastra anak adalah penghargaan (terhadap karya anak sastra) yang didasaarkan pada pemahaman; (b) Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilainilai yang terkandung dalam karya sastra anak: dan (c) Apresiasi sastra anak

22 28 adalah kegiatan menggaulin sipta sastra anak dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra anak. Dalam melaksanakan apresiasi sastra anak itu kita dapat melakukan beberapa kegiatan, antara lain (a) kegiatan apresiasi langsung, yaitu membaca sastra anak, mendengar sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan menonton pertunjukan sastra anak dipentaskan; (b) kegiatan apresiasi tidak langsung, yaitu mempelajari teori sastra, mempelajari kritik dan esai sastra, dan mepelajari sejarah sastra; (c) pendokumentasian sastra anak, dan (d) melatih kegiatan kreatif mencipta sastra atau rekreatif dengan mengungkapkan kembali karya sastra yang dibaca, didengar atau ditontonnya.ada tiga tingkatan atau langkah dalam apresiasi sastra anak, yaitu (a) seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam cipta sastra anak, ia terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif; (b) setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektual seseorang itu akan bekerja lebih giat menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya; dan (c) seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam. Setidaknya terdapat lima manfaat bagi kehidupan ketika mengapresiasi sastra anak, yaitu (a) manfaat estetis, (b) manfaat pendidikan, (c) manfaat kepekaan batin atau sosial, (d) manfaat menambah wawasan, dan (e). manfaat pengembangan kejiwaan atau kepribadian. Pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar meliputi tiga tahapan yang harus dilalui oleh seorang guru, yaitu (a) persiapan pembelajaran, (b) pelaksanaan pembelajaran, (c) evaluasi

23 29 pembelajaran. Tahapan persiapan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar begi seorang guru dapat menyangkut dengan dirinya, yaitu (a) persiapan fisik, dan (b) persiapan mental. Fisik seorang guru harus sehat jasmaninya, tidak sakit-sakitan. Mentalnya pun harus sehat jiwanya, tidak sakit ingatan. Sementara itu, hal-hal teknis yang perlu dipersiapkan adalah (a) memilih bahan ajaran, (b) menentukan metode pembelajaran, dan (c) menuliskan persiapan mengajar harian. Bahan ajar harus sesuai dengan anak didik sehingga pertimbangan usia anak didik menjadi pilihan utama. Keberagamaan tema, keberagaman pengarang, dan bobot atau mutu karya sastra yang akan dijadikan bahan ajar juga menjadi pertimbangan yang matang. Menentukan metode harus disesuaikan dengan keadaan siswa. Menuliskan persiapan mengajar harian merupakan salah satu bentuk keprofesionalan seorang guru. Penulisan PMH itu juga menunjukan bahwa guru harus siap secara lahir batin hendak menyampaikan pembelajaran apresiasi sastra anak disekolah dasar. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar dapat dimulai dari kegiatan pra-kbm (Kegiatan Belajar Mengajar) hingga KBM di kelas. Kegiatan pra-kbm dapat dilakukan dengan memberi salinan atau kopi teks sastra, diberi tugas membaca, menghafalkan, meringkas atau mencatat dan menemukan arti kata-kata sukar yang terdapat dalam teks sastra. KBM di kelas dapat dilakukan dengan memberi tugas membaca sajak, membaca cerita, berdeklamasi atau mendongeng di depan kelas, setelah itu baru diadakan tanya jawab, menuliskan pendapat, da berdiskusi bersama merumuskan isi, tema dan amanat. Evaluasi pembelajaran apresisasi

24 30 sastra itu hendaknya mengandung tiga komponen dasar evaluasi, yaitu (a) kognisi, (b) afeksi, dan (c) keterampilan. b. Aspek yang dinilai Menurut Safari (2006:134), apresisasi bahasa dan sastra indonesia adalah menyangkut kemampuan merasakan, menanggapi, dan menghayati bahasa dan sastra. Oleh karena itu tujuan (penekanan) ujian apresiasi bahasa dan sastra indonesia adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menanggapi atau mengapresiasi bahasa dan sastra indonesia. Di dalam kurikulum pokok bahasan yang termasuk di dalam pelajaran apresiasi sastra/bahasa adalah: puisi, prosa, drama, sejarah sastra, pokok dan tokoh, sastra terjemahan, kritik dan esai. 1) Pertanyaan-pertanyaan ujian apresisasi Bahasa Dan Sastra Indonesia a. Puisi, misalnya menanyakan: 1). Tema/pokok persoalan yang dikemukakan penyair, 2). Sikap terhadap pokok persoalan yang terdapat dalam puisi yang di sajikan, 3). Sikap penyair terhadap pembacanya, hal ini dapat dirasakan dari nada ciptaanya, apakah penyair bersifat rendah hati, angkuh, agresif, persuasip dll, 4). Amanat atau tujuan penyair menciptakan puisi yang disajikan, 5). Unsur-unsur puisi, misalnya diksi, daya bayang, gaya bahasa. 6). Saduran (mengungkapkan dalam bentuk tulisan) puisi ke dalam prosa. 7) maksud puisi/sajak, 8). Letak nilai estetik sajak yang disajikan, 9). Mengartikan dan menarik kesimpulan isi

25 31 puisi, 10). Menentukan dan mengartikan jenis pantun menurut bentuk dan isinya. Di samping hal-hal yang dapat ditanyakan di atas, masih ada hal khusus yang berhubungan dengan apresiasi puisi yang perlu diujikan, misalnya seperti berdeklamasi. Adapun hal/aspek yang dinilai di antaranya adalah: 1). Pemahaman isi/maksud puisi, 2). Peresapan dalam hati (seolah-olah milik si pendeklamasi sendiri), 3).ketepatan ekspresi yang meliputi daya hafal, pengucapan, irama, batas sintaksis (batas perhentian/bernapas), mimik (dibuat-buat, dipaksakan dll), dan gerak-gerik. b. Prosa, misalnya menanyakan: 1) Tema (persoalan utama) salah satu cerpen/roman/novel yang disajikan, misalnya: persoalan apa yang paling menonjol atau banyak menimbulkan konflik atau yang sering diungkapkan dalam cerita, membandingkan tema cerita angkatan balai pustaka dengan tema salah satu cerpen/roman/novel angkatan pujangga baru. 2) Amanat (pemecahan yang diberikan pengarang terhadap persoalan yang disajikan dalam cerita/salah satu cerpen/roman/ novel. 3) Tokoh dan penokohan suatu cerpen/roman/novel, misalnya: a. Tokoh : Tokoh yang paling terlibat dalam tema, Tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, Tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan b. Penokohan (teknik penampilan tokoh), hal ini dapat ditanyakan: ragam percakapannya, ragam tulisan-tulisan tokoh, ragam

26 32 pendapat tokoh lain terhadap seorang tokoh, ragam menolong, ragam perbuatan tokoh, ragam reaksi tokoh terhadap suatu kejadian atau reaksi tokoh lain terhadap seorang tokoh, ragam pelukisan latar untuk melukiskan tokoh, ragam pelukisan fisik. 4) Menanyakan alur dan pengaluran 5) Latar (waktu dan tempat kejadian) dan pelataran ( teknis menampilkan latar) suatu cerpen/roman/novel. 6) Pusat pengisahan (dari mana cerita itu dikisahkan). c. Drama, misalnya berupa: 1) Membedakan bentuk drama dengan bentuk karya sastra (prosa dan puisi) 2) Mengungkapkan dalam bentuk tulisan drama sederhana ke dalam bentuk prosa 3) Sinopsis 4) Mengartikan alur drama (pengenalan-konflik-komplikasi-penyelesaian) 5) Menarik kesimpulan isi cerita drama 6) Menyadur sebuah drama ke dalam bentuk prosa. d. Sejarah sastra, misalnya menanyakan: 1) Preodisasi sastra Indonesia dan membedakan ciri-cirinya. 2) Pola kesastraan Indonesia zaman Jepang dll 3) Perkembangan roman/novel Indonesia dewasa ini (novel anak-anak, remaja, orang tua) 4) Hasil karya sastra puncak setiap periode

27 33 e. Pokok dan Tokoh, misalnya menanyakan: 1) Tokoh sastra Indonesia dan Karyanya 2) Nilai-nilai moral, sosial budaya karya sastra Indonesia 3) Menemukan masalah-masalah sosial budaya yang dikemukakan pengarang f. Sastra terjemahan, misalnya menanyakan: 1) Karya sastra terjemahan dan saduran (daerah dan asing) baik prosa, puisi, maupun drama. 2) Nilai-nilai moral, etika, estetika, sosial budaya karya sastra terjemahan dan saduran. 3) Membandingkan karya sastra asing dan daerah dengan karya sastra Indonesia. g. Kritik dan esai, misalnya menanyakan: 1) Pengenalan terhadap tulisan bentuk sastra baik prosa, puisi, drama, maupun film. 2) Menyusun kritik sederhana mengenai prosa, puisi, drama film. 3) Pengenalan tulisan atau menyusun esai mengenai karya sastra baik prosa, puisi, drama, maupun film. 4) Perbedaan kritik dan esai. Berdasarkan penjelasan di atas dengan demikian hal-hal yang dapat dinilai dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi memerankan tokoh drama meliputi aspek berikut:

28 34 1) Penjiwaan pemain dalam memerankan karaktertokoh yang dimainkan. 2) Ekspresi yang digunakan pemain. 3) Gerak-gerik pemain. 4) Lafal dan Intonasi yang digunakan pemain. 5) Volume suara yang digunakan pemain. Untuk pengembangan siswa dalam memerankan tokoh melalui metode brecerita dapat disimpulkan dalam memerankan drama untuk diajarkan kepada siswa, hendaknya siswa diberiksn pengajaran tentang pembelajaran tentang drama di SD, serta harus memebrikan patokan dari aspek yang dinilai dalam memerankan dra yang akan dilakoni oleh siswa yang akan diajarkan. 2.2 Kajian Yang Relevan - Judul : Peningkatan Kemampuan MemerankanTokohDrama Melalui model Cooperative Script di kelas V SDN Karangsuko 02 Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Oleh Dwi Setiawan Agus Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah, Program Studi S1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Penelitian dengan menggunakan model Cooperative Script dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankantokohdrama. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah kelas V SDN Karangsuko 02 Kecamatan pagelaran Kabupaten Malang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan, observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.

29 35 - Judul : Penggunaan Movie Media Untuk Meningkatkan Kemampuan MemerankanTokohDrama Siswa Kelas5 SDN Genukwatu II Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang oleh Kiki Ratnaning Arimbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah menggunakan movie media, diketahui bahwa: 1) Rata-rata persentase nilai hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 72,27 dan siklus II mengalami peningkatan menjadi 83,63 dengan persentase peningkatan 15,72%, 2) sedangkan untuk aktivitas belajar siswa siklus I diperoleh rata-rata skor sebesar 71,45 dan pada siklus II meningkat sebesar 85,85 dengan persentase peningkatan aktivitas belajar sebesar 20,57%. - Jika dilihat dari kedua kajian yang relevan diatas maka yang menjadi perbedaan dengan penelitian ini hanya ada pada metode atau model yang digunakan. Metode yang digunakan pada penelitian ini yakni metode bercerita pada materi memerankan tokoh drama yang dilakukan dalam dua siklus. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan hal tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : "Jika digunakan metode bercerita, maka kemampuan siswa kelas V SDN 2 Tapa dalam memerankan tokoh drama dapat ditingkatkan 2.4 Indikator Keberhasilan Untuk mengukur tercapai tidaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan ditetapkan kriteria keberhasilan yaitu apabila 80% dari jumlah seluruh siswa sudah memperoleh hasil belajar 75 ke atas.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dan kata kerja Dran yang berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis naskah drama berdasarkan unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Drama Pendek a. Pengertian Drama Kata drama berasal dari kata Yunani draomai (Haryamawan, 1988, 1) yang berarti berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah, pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA R. ArnisFahmiasih 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kemampuan pembelajaran sastra dalam memerankan drama

Lebih terperinci

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama DRAMA A. Definisi Drama Kata drama berasal dari kata dramoi (Yunani), yang berarti menirukan. Aristoteles menjelaskan bahwa drama adalah tiruan manusia dalam gerak-gerik. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui Dialog Naskah Drama dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2.1.1 Standar Kompetensi Standar kompetensi mata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk konkret yang membangkitkan pesona

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik, NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN 2010-2011 Jenep Hanapiah Suwadi Abstrak: Salah satu tujuan Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Yayu M.Binol, Ali Karim, Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pembelajaran sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu: prosa fiksi, puisi dan drama. Drama dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode serta

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIIA SEMESTER II SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIIA SEMESTER II SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIIA SEMESTER II SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Marsini * Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk melakukan komunikasi dan bekerja sama dengan orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan didalam perkembangan

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami berbagai informasi dari sambutan/khotbah dan 1.1 Menemukan pokok-pokok isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

Sumber/Bahan/Alat (8) Tak Putus Dirundung. Alokasi (7) Waktu. Penilaian (6) Pembelajaran. Kegiatan (5) novel. Indikator (4) Mampu.

Sumber/Bahan/Alat (8) Tak Putus Dirundung. Alokasi (7) Waktu. Penilaian (6) Pembelajaran. Kegiatan (5) novel. Indikator (4) Mampu. Silabus Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : IX/2 Tema : Kepedulian Sosial Standar Kompetensi : 1. Mendengarkan Mamahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan pembacaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Prasiklus Kondisi prasiklus merupakan titik awal munculnya penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan pra tindakan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat penting. Kualitas kinerja atau mutu guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran. Bagi peserta didik yang sedang menuntut ilmu

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE STORY READING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK MELATI / ABA 005 PULAU BALAI

PENERAPAN METODE STORY READING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK MELATI / ABA 005 PULAU BALAI 143 PENERAPAN METODE STORY READING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK MELATI / ABA 005 PULAU BALAI 0852-6533-5335 TK Melati/ ABA 005 Pulau Balai ABSTRACT This study aims to

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang 89 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Sekolah : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang Kelas : V Semester : 2 Alokasi Waktu : 6 x pertemuan (12x35 menit) A. Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi ABSTRACT Artikel ini memberikan hasil penelitian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas : VII, VIII, IX Nama Guru : Dwi Agus Yunianto, S.Pd. NIP/NIK : 19650628

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran

Lebih terperinci