BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keberhasilan atau kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keberhasilan atau kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1.1 Tinjauan Teoretis Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (Signalling Theory) menjelaskan bagaimana seharusnya sinyalsinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik (principal). Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetri. Brigham dan Houston (2006:40) menyatakan bahwa isyarat (signal) adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada para investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen terhadap prospek perusahaan. Wolk et al., 2000 (dalam Sari dan Zuhrotun, 2006) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Salah satu berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk mengungkapkan informasi kepada pihak eksternal karena terjadi asimetri informasi antara manajemen dengan pihak eksternal. Oleh sebab itu, semua informasi perusahaan, baik itu informasi keuangan maupun non keuangan harus diungkapkan oleh perusahaan. Salah satu informasi tersebut adalah tentang aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan perusahaan, yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Perusahaan mengungkapkan 10

2 11 Corporate Social Responsibility (CSR) dengan harapan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Rustiarini, 2010). Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan berusaha meyakinkan kepada investor dengan menunjukkan laba perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat yang berarti kemakmuran perusahaan akan maksimum. Investor akan tertarik dan merespon positif sehingga meningkatkan harga saham perusahaan. Disamping itu peningkatan hutang dapat diartikan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa datang atau resiko tinggi sehingga memaksa manajer untuk lebih berhati-hati dengan sumber dana dari shareholder (Brigham dan Houston, 2006:41). Investor diharapkan dapat menangkap sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang sehingga semakin besar laba dan kecilnya rasio hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pinsip signalling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi bagi pengguna laporan keuangan dan untuk mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan dimasa akan datang laporan keuangan harus disajikan secara handal dan dapat dipercaya. Laporan keuangan mengenai kinerja perusahaan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan. Motivasi manajemen menyajikan informasi keuangan adalah dapat memberikan sinyal kemakmuran kepada pemilik saham dan publikasi laporan keuangan tahunan yang disajikan oleh perusahaan akan memberikan sinyal pertumbuhan deviden atau perkembang harga saham perusahaan.

3 Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Teori legitimasi menggunakan motivasi untuk mendapatkan pengesahan atau penerimaan dari masyarakat. Menurut Lako (2011:5) legitimacy theory perusahaan dan komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat karena keduanya terikat dalam suatu kontrak sosial. Ada kontrak sosial secara tidak langsung antara perusahaan dan masyarakat dimana masyarakat memberi cost dan benefits untuk keberlanjutan suatu korporasi, karena itu Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu kewajiban asasi perusahaan yang tidak bersifat sukarela. Menurut Hadi (2011:87) legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengkonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju. O Donovan, 2002 (dalam Hadi, 2011:87) menyatakan legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk mempertahankan hidup (going concern). Perusahaan dapat mengungkapkan informasi yang berhubungan dengan organisasi sosial, ekonomi dan lingkungan sekitar perusahaan. Informasi tersebut dapat diungkapkan dalam sustaibability report sebagai akuntabilitas terhadap publik yang bertujuan untuk mendapatkan legitimasi masyarakat dan menjelaskan

4 13 dampak sosial dan lingkungan akibat kegiatan operasional perusahaan. Menurut Wibowo (2014:5) teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjannya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan keberlanjutan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab sosial, agar diterima oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan pula. Teori legitimasi juga berpendapat bahwa perusahaan harus melakukan dan mengungkapkan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) semaksimal mungkin agar aktivitas perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Pengungkapan ini digunakan untuk legitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat, karena pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) akan menunjukkan tingkat kepatuhan suatu perusahaan (Branco dan Rodrigues, 2008 dalam Rosiana et al., 2013). Organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut keberadaaanya jika masyarakat terus menyadari bahwa organisasi atau perusahaan terus berjalan sesuai nilai yang sepadan dengan sistem masyarakat itu sendiri. Pengungkapan perusahaan melalui laporan keuangan tahunan merupakan usaha perusahaan untuk mengkomunikasikan aktivitas sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan. Sebagai contoh, kecenderungan umum bagi pengungkapan sosial perusahaan untuk menekankan pada poin positif bagi perilaku organisasi dibandingkan dengan elemen yang negatif. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk

5 14 meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. sehingga kelangsungan hidup perusahaan terjamin Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja keuangan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) dan Kasmir (2015) yaitu rasio dapat dikelompokkan berdasarkan ruang lingkupnya: 1. Rasio Profitabilitas Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Jenis rasio ini Return on Equity, Return on Investment, Profit Margin, Operating Return on Asset, Inventory Turnover dan Accounts Receivable Turnover. 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka panjang maupun jangka pendek apabila perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi. Rasio ini terdiri dari Debt Ratio (Debt to Asset Ratio), Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned, Debt Service Coverage. 3. Rasio Likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Jenis-jenis rasio ini Net Working Capital to Asset, current ratio, quick ratio.

6 15 4. Rasio Aktivitas Rasio ini mengukur seberapa optimal dalam menggunakan aktiva yang dimiliki seperti penjualan, penagihan piutang, pengelolaan persediaan, pengelolaan modal kerja dan pengelolaan dari seluruh aktiva. Berikut jenis rasio aktivitas receiveable turn over, days of receiveable, inventory turn over, days of inventory, working capital turn over, fixed assets turn over, assets turn over. 5. Rasio Pasar Rasio ini digunakan untuk melihat perkembangan nilai perusahaan secara relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio ini terbagi menjadi Price Earning Ratio dan Market to Book Value. Dari jenis rasio diatas yang digunakan dalam penelitian ini hanya Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas. Profitabilitas dengan indikator Return on Assets (ROA) dan rasio solvabilitas dengan indikator Debt to Asset Ratio (DAR). 1. Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi, penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perusahaan tersebut (Kasmir, 2015:196).

7 16 Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi (Weston dan Copeland, 2008:237). Profitabilitas meggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2004:304). Husnan dan Pudjiastuti (2004:72) menyatakan bahwa rasio profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan). Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan Return on asset (ROA) untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan jumlah asset yang dimiliki (Susilowati dan Turyanto, 2011). Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ROA = Laba Bersih Total Aset x100% Peneliti menggunakan rasio profitabilitas karena fokus utama penilaian prestasi perusahaan adalah kemampuan dalam menghasilkan laba, apabila tingkat profitabilitas yang baik maka stakeholder yang terdiri kreditur, supplier dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan menghasilkan laba yang merupakan elemen dalam meningkatkan nilai perusahaan. Profitabilitas yang tinggi akan menciptakan sinyal positif bagi investor dan mempunyai peran penting dalam mempertahankan kelangsungan perusahaan jangka panjang agar terjamin dan prospek dimasa yang akan datang. Return on asset (ROA) sebagai alat ukur profitabilitas karena rasio ini dapat mengukur sejauh mana perusahaan

8 17 menghasilkan laba bersih pada sejumlah asset tertentu seperti mesin-mesin yang digunakan untuk kegiatan pertambangan. 2. Solvabilitas Solvabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Prastowo dan Juliaty, 2008:89). Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi (Kasmir, 2015:151). Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana aset perusahaan dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik, untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah aset lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya, sehingga keputusan yang berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik dari dalam maupun dari luar sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sawir (2001:13) menyatakan bahwa debt ratio adalah suatu rasio yang menunjukkan antara proporsi kewajiban yang dimiliki dengan kekayaan yang dimiliki. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) debt to asset ratio (DAR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: DAR = Total Hutang x100% Total Aset

9 18 Peneliti menggunakan debt to asset ratio (DAR) untuk menunjukkan tingkat solvabilitas perusahaan dengan melihat seberapa besar total asset yang dibiayai oleh hutang. Debt to asset ratio (DAR) tinggi akan menjadi sorotan terutama dari debtholder, sehingga diprediksi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Apabila debt ratio semakin tinggi sedangkan total aktiva tidak berubah, maka utang yang dimiliki perusahaan semakin besar, dengan demikian rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Dan sebaliknya jika debt ratio semakin kecil maka hutang perusahaan juga semakin kecil, yang berarti resiko financial perusahaan untuk mengembalikan hutang juga semakin kecil. Hutang merupakan salah satu aspek yang mendasari penilaian bagi para investor untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan Nilai Perusahaan Kasmir (2015:6) meyatakan bahwa tujuan manajer keuangan dalam hal memaksimalkan nilai perusahaan. Menurut Keown et al. (2008:6) bagi para pemegang saham, harga pasar saham menggambarkan nilai perusahaan termasuk kompleksitas dan risiko dunia nyata. Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Gapenski, 2006:120). Nilai perusahaan merupakan kondisi yang telah dicapai suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan perusahaan, yaitu sejak perusahaan didirikan sampai dengan saat ini. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual (Husnan dan Pudjiastuti, 2004:6). Nilai

10 19 perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham (Rika dan Islahudin, 2008). Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (signaling theory). Hal tersebut mendasari peneliti bahwa ada hubungan kinerja perusahaan dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan konsep yang sangat penting, karena sebagai indikator bagi pasar untuk menilai perusahaan secara keseluruhan. Sebuah perusahaan disebut memiliki nilai yang baik jika kinerja perusahaan tersebut baik, nilai perusahaan tersebut juga dapat tercermin dari harga sahamnya, jika harga saham tersebut tinggi dapat dikatakan kinerja perusahaan baik. Menurut Weston dan Copeland (2008:244) rasio pengukuran nilai perusahaan terdiri dari: 1. Price Earning Ratio Rasio ini digunakan untuk menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi resiko, semakin rendah PER. 2. Price to Book Value PER = Harga pasar per saham Laba per saham Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.

11 20 PBV = Harga pasar saham Nilai buku per saham 3. Rasio Tobin s Q Rasio Tobin s Q digunakan sebagai indikator penilaian nilai perusahaan yang dikembangkan oleh Profesor James Tobin s (1967). Tobin s Q yang merupakan salah satu rasio yang paling rasional dan rasio ini dinilai bisa memberikan informasi yang paling baik, karena rasio ini bisa menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan yang membandingkan nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar di pasar keuangan degan nilai penggantian aset. Tobin s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan (Sianturi, 2015). Variabel ini telah digunakan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2007) perhitungan menggunakan rumus: Tobin s Q = CP Jumlah Saham + TL + I CA TA Keterangan: CP : Closing Price TL : Total Liabilities I : Inventory CA : Current Assets TA : Total Assets

12 Corporate Social Reponsibility (CSR) Menurut The Wordl Business Council on Sustainable Development (WBCSD) dalam Sari (2012) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk melaksanakan etika keperilakuan (behavioural ethics) dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic development). Menurut Agustine (2014) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu pengembangan konsep yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun Yaitu The Triple Bottom Line. Dalam konsep tersebut dinyatakan bahwa agar perusahaan dapat mempertahankan keberlangsungannya maka perlu memperhatian 3P, yaitu tidak hanya profit, namum juga mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) serta ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Menurut Friedman dalam Solihin (2011:6) tanggung jawab sosial perusahaan adalah menjalankan bisnis sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan (owner), biasanya dalam bentuk menghasilkan uang sebanyak mungkin dengan senantiasa mengindahkan aturan dasar yang digariskan dalam suatu masyarakat sebagaimana diatur oleh hukum dan perundang-undangan. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki interpretasi yang beragam yaitu: Corporate Social Performance, Corporate Social Responsiveness, Business Ethics, Corporate Citizenship merupakan bentuk dari regulasi perusahaan yang diintegrasikan dalam bentuk model bisnis (Solihin, 2015:34). Menurut Kotler dan Lee, 2005 (dalam Solihin, 2015:32) menyebutkan manfaat yang dapat diperoleh perusahaan melalui pelaksanaan Corporate Social

13 22 Responsibility (CSR) yang bersifat strategis ini, seperti peningkatan penjualan dan market share, memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi, serta meningkatkna daya tarik perusahaan di mata investor dan analisis keuangan. Perusahaan yang mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial ini akan memiliki keunggulan yang kompetitif dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan. Lako (2011:8) menyatakan bahwa manfaat ekonomi dari pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu: 1. Sebagai investasi sosial yang menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi perusahaan dalam jangka panjang. 2. Memperkokoh profitabilitas dan kinerja keuangan perusahaan. 3. Meningkatnya akuntabilitas dan apresiasi positif dari komunitas investor, kreditor, pemasok, dan konsumen. 4. Meningkatnya komitmen, etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan. 5. Meningkatkan citra dan reputasi perusahaan. 6. Menurunnya kerentanan gejolak sosial dan resistensi dari komunitas sekitarnya karena diperhatikan serta dihargai perusahaan. 7. Meningkatnya reputasi, goodwill dan nilai perusahaan jangka panjang. Corporate Social Responsibility (CSR) dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder-nya. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihakpihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta

14 23 kemajuan yang mereka raih. Hal ini mengakibatkan para stakeholder senang dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan. Selanjutnya Corporate Social Responsibility (CSR) dalam arti luas juga harus mematuhi berbagai peraturan yang berlaku, memiliki prospek pertumbuhan yang cerah di masa depan, menjunjung tinggi etika bisnis, serta terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup komunitas dan lingkungan sekitarnya Pengungkapan Corporate Social Reponsibility (CSR) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjadi periode baru pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia. Keempat ayat dalam pasal 74 menyatakan bahwa: Perseroan yang menjalankan usahanya dan yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. Jika perseroan tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Perseroan terbatas juga diwajibkan untuk mengungkapkan aktivitas Corporate Social Reponsibility (CSR) dalam laporan tahunan. Dengan ketentuan tersebut, maka perusahaan tidak hanya wajib melaksanakan program Corporate Social Reponsibility (CSR) tetapi juga mempunyai kewajiban untuk melaporkan dan mengungkapkan program Corporate Social Reponsibility (CSR) yang telah dilaksanakan kepada seluruh

15 24 stakeholder (Sasongko et al., 2011). Pasal 66 ayat 2C UU 40 Tahun 2007 berbunyi Perseroan Terbatas wajib melaporankan pelaksanaan CSR dalam laporan tahunan (Agustine, 2014). Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainibility Reporting yaitu praktik pengukuran, pengungkapan, dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. Sustainibility Reporting harus menjadi dokumen strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainibility Reporting Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya (Rika dan Islahudin, 2008). Semakin banyak item Corporate Social Responsibility (CSR) yang diungkapkan perusahaan secara sukarela akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat memberikan transparansi atas dampak kegiatan operasional perusahaan maupun kontribusi yang telah diberikan kepada masyarakat dan stakeholder sehingga menunjukkan kepedulian dalam melegitimasi aktivitas perusahaan terhadap stakeholder. Untuk mengukur pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam penelitian ini mengacu pada indikator yang digunakan oleh Sembiring (2005) dengan melakukan checklist berdasarkan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam tujuh kategori yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tenaga kerja, produk keterlibatan masyarakat dan umum. Kriteria ini diadopsi dari peneltian Hackson dan Milne (1996), dimana

16 25 terdapat 90 item pengungkapan namun menurut peraturan BAPEPAM No VIII.G.2 hanya 78 item pengungkapan yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan cara tersebut sama halnya dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan konsep dari GRI (Global Reporting Initiative) sebagai acuan dalam penyusunan pelaporan CSR. Konsep ini merupakan konsep sustainability report yang muncul sebagai akibat adanya konsep sustainability development. Ruang lingkup Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan pengklasifikasian dari bidang-bidang utama perusahaan atas perbuatan sosial untuk memudahkan perusahaan dalam mengetahui item-item mana saja yang merupakan tanggungjawab sosialnya, Sembiring (2005) mengklasifikasi Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi tujuh kategori meliputi: 1. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi akibat kegiatan operasi, pecegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam dan pengungkapan lain yang berhubungan dengan lingkungan. 2. Energi, meliputi konservasi energi dan efisiensi energi. 3. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, meliputi pelaksanaan kondisi kerja yang mentaati standar kesehatan dan keselamatan kerja dan pengungkapan pelayanan kesehatan tenaga kerja. 4. Lain-lain tenaga kerja, meliputi praktik bisnis yang wajar meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan wanita serta sarana untuk meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menerapkan perilaku tanggung jawab sosial.

17 26 5. Produk, meliputi keamanan dan pengurangan polusi dari produk. 6. Keterlibatan masyarakat, meliputi aktifitas yang pada dasarnya menguntungkan masyarakat seperti pelayanan kesehatan, program pemberian makanan, serta perencanaan dan perbaikan masyarakat. 7. Umum, meliputi pengungkapan tujuan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat Penelitian Terdahulu 1. Putri dan Suwitho (2015) Meneliti Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Variabel Pemoderasi penelitian pada perusahaan BUMN non keuangan yang terdaftar di BEI periode Hasil menunjukkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) memoderasi pengaruh kinerja keuangan pada nilai perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian relevan adalah variabel independen yang sama yaitu return on assets (ROA), variabel dependen yaitu nilai perusahaan dan variabel pemoderasi yaitu Corporate Social Responsibility (CSR). Perbedaan penelitain ini yaitu menambahkan variabel independen yaitu rasio solvabilitas. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI dari tahun sedangkan Putri dan Suwitho (2015) menggunakan perusahaan BUMN non keuangan yang terdaftar di BEI dari tahun

18 27 2. Purwaningsih dan Wirajaya (2014) Meneliti Pengaruh Kinerja pada Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Variabel Pemoderasi. Hasil penelitian ini kinerja keuangan mempunyai pengaruh positif pada nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) tidak berpengaruh pada nilai perusahaan, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi pengaruh kinerja keuangan pada nilai perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian relevan adalah variabel independen yang sama yaitu return on assets (ROA), variabel dependen yaitu nilai perusahaan dan variabel pemoderasi yaitu Corporate Social Responsibility (CSR). Perbedaan penelitian ini yaitu menambahkan variabel independen yaitu rasio solvabilitas. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI dari tahun sedangkan Purwaningsih dan Wirajaya (2014) menggunakan perusahaanperusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun Hermawan dan Maf ulah (2014) Judul Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Variabel Pemoderasi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian adalah variabel kinerja keuangan (return on asset) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, selanjutnya variabel Corporate Social Responsibility (CSR) mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

19 28 Persamaan penelitian ini dengan penelitian relevan adalah variabel independen yang sama yaitu return on assets (ROA), variabel dependen yaitu nilai perusahaan dan variabel pemoderasi yaitu Corporate Social Responsibility (CSR). Perbedaan penelitain ini yaitu menambahkan variabel independen yaitu rasio solvabilitas. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI dari tahun sedangkan Hermawan dan Maf ulah (2014) menggunakan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dari tahun Gusti Ayu Made Rosiana, Gede Juliarsa dan Maria M. R Sari (2013) Berjudul Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas mampu memperkuat pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan. Persamaan variabel yang digunakan adalah profitabilitas, nilai perusahaan dan Corporate Social Responsibility (CSR). Perbedaannya dalam penelitian ini profitabilitas digunakan sebagai variabel independen dan menambahkan rasio solvabilitas, sedangkan Corporate Social Responsibility (CSR) digunakan sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI sedangkan Rosiana et al. (2013) menggunakan perusahaan manufaktur tahun yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan

20 29 sektor pertambangan yang terdaftar di BEI sedangkan Rosiana et al. (2013) menggunakan perusahaan manufaktur tahun yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5. Olivia Tjia dan Lulu Setiawati (2012) Memilih judul Effect of CSR Disclosure to Value of the Firm: Study for Banking Industry in Indonesia pada periode Variabel yang digunakan adalah Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel independen serta nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Tobin s Q sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan variabel Corporate Social Responsibility (CSR) dan variabel dependen menggunakan nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Tobin s Q. Perbedaanya adalah menambahkan profitabilitas dan solvabilitas sebagai variabel independen dan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderate. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI sedangkan Tjia dan Setiawati (2012) menggunakan perusahaan perbankan tahun yang terdaftar di BEI Rerangka Penelitian Dari landasan teori yang dibahas diatas dapat diketahui bahwa profitabilitas dan solvabilitas dapat mempengaruhi nilai perusahaan, maka dasar konseptualisasi tersebut dapat ditarik kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:

21 30 Perusahaan Laporan Keuangan Laporan Tahunan Kinerja Keuangan Teori Signalling Teori Legitimasi Informasi Sosial Profitabilitas Solvabilitas Aktivitas CSRD ROA DAR CSRDI Nilai Perusahaan Tobins Q Gambar 1 Rerangka Pemikiran Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut (Sukhemi, 2007). Dalam mencapai tujuannya untuk meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan harus memanfaatkan keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara terus menerus memperbaiki kelemahan kelemahan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon oleh investor melalui peningkatan harga saham yang secara otomatis akan meningkatakan nilai perusahaannya. Kiroyan, 2006 (dalam Yuniasih dan Wirakusuma, 2007) menyatakan bahwa perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang melalui

22 31 penerapan Corporate Social Responsibility (CSR). Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan jika perusahaan memperhatikan kinerja keuangan serta dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena berkelanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Oleh sebab itu, dengan adanya kinerja keuangan dan praktik Corporate Social Responsibility (CSR) yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor (Putri dan Suwitho, 2015). 1.2 Model Penelitian Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan diatas Corporate Social Responsibility (CSR) diduga ikut memperkuat atau memperlemah pengaruh profitabilitas dan solvabilitas terhadap nilai perusahaan. Maka model penelitian dapat disajikan pada gambar 2 sebagai berikut: Corporate Social Responsibility (CSR) H 3 Return on Asset (ROA) H 1 H 4 Nilai Perusahaan Debt to Asset Ratio (DAR) H 2 H 5 (Tobin s Q) Gambar 2 Model Penelitian

23 Perumusan Hipotesis Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dapat dicapai melalui peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dinilai dengan menggunakan rasio keuangan salah satunya rasio profitabilitas. Menurut Sianturi (2015) rasio profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Hal ini karena harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau kinerja perusahaan sendiri. menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan jumlah asset yang dimiliki (Susilowati dan Turyanto, 2011). Banyak penelitian yang dilakukan mengenai kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan yaitu Purwaningsih dan Wirajaya (2014) yang menyatakan bahwa ROA yang merupakan proksi dari kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Putri dan Suwitho (2015) menyatakan bahwa ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu Rinnaya et al. (2016) menyatakan bahwa profitabilitas yang diukur menggunakan indikator ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur menggunakan PBV. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H 1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

24 Pengaruh Solvabilitas terhadap Nilai Perusahaan Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Menurut Sianturi (2015) rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio solvabilitas menelaah mengenai struktur modal perusahaan termasuk sumber dana jangka panjang, semakin tinggi debt proporsi semakin tinggi risiko riil terhadap likuiditas perusahaannya. Rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan karena nantinya akan berpengaruh pada laba. Prastowo dan Juliaty (2008:90) menyatakan bahwa kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai angka debt to asset ratio yang kecil. Makin kecil angka rasio ini, berarti makin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan, dan makin besar penyangga risiko kreditor. Banyak penelitian solvabilitas terhadap nilai perusahaan yaitu Dewi et al. (2014) menyatakan bahwa debt asset ratio (DAR) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Selain itu hasil penelitian Cahyanto et al. (2014) menyatakan bahwa debt asset ratio (DAR) signifikan terhadap nilai perusahaan yang dihitung dengan rasio tobin s Q dikarenakan perusahaan yang memiliki tingkat utang yang tinggi akan menyebabkan beban bunga yang dibayarkan juga tinggi. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H 2 : Solvabilitas berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

25 Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Nilai Perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk masalah sosial dan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan, hal ini sejalan dengan signaling theory dimana perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaporannya dengan mengirimkan sinyal melalui laporan tahunan. Servaes dan Tamayo (2013) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) dan nilai perusahaan berhubungan positif untuk perusahaan dengan kesadaran pelanggan yang tinggi. Rosiana et al. (2013) CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan diproksi dengan Tobin s Q. Selain itu penelitian Juniarti dan Hudoyo (2015) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan rasio Tobin s Q. Perusahaan akan mengungkapkan informasi jika dapat meningkatkan nilai perusahaan seperti suatu informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pelaporan perusahaan akan berpengaruh positif terhadap kinerja dan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil-hasil kajian empiris tersebut, maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah: H 3 : Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

26 Kemampuan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Memoderasi Hubungan antara Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui harga saham yang mencerminkan suatu nilai perusahaan. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka muncul keraguan dari investor sehingga akan direspon negatif melalui penurunan harga saham. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk memperbaiki masalah sosial dan lingkungan akibat aktivitas operasional perusahaan, oleh sebab itu Corporate Social Responsibility (CSR) berperan meningkatkan nilai perusahaan. Dari penelitian yang menyatakan hasil sebaliknya, Hermawan dan Maf ulah (2014) menyatakan bahwa variabel kinerja keuangan (ROA) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut diduga ada variabel lain yang mempengaruhi hubungan profitabilitas dengan nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) yang sekarang menjadi mandatory dalam lingkungan bisnis terutama perusahaan dengan aktivitas terkait dengan sumber daya alam diduga mampu menjadi moderating antara kinerja keuangan profitabilitas dengan nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan uraian diatas, maka hipotesis keempat yang dapat dirumuskan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: H 4 : Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) mampu memoderasi hubungan antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

27 Kemampuan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Memoderasi Hubungan antara Solvabilitas terhadap Nilai Perusahaan Pelaporan dan pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan upaya atau strategi manajemen untuk memberikan sinyal kepada para stakeholder atau pelaku pasar bahwa perusahaan akuntabel, transparan, dan komitemen terhadap keberlanjutan bisnis yang ramah sosial dan lingkungan (Lako, 2011:188). Tambahan informasi yang lebih detail pada akhirnya perusahaan akan mendapat kemudahan dalam akses pendanaan dari para investor dan lembaga-lembaga kreditor sehingga meningkatkan nilai pasar sahamnya. Selain itu hasil yang berbeda penelitian Ogolmagai (2013) menyatakan bahwa DAR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu, Putra (2014) yang menyatakan bahwa debt ratio tidak berpengaruh pada nilai perusahaan, semakin tinggi atau rendahnya hutang tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan, karena dalam pasar Indonesia pergerakan harga saham dan penciptaan nilai tambah perusahaan disebabkan faktor psikologis pasar. Ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut diduga ada variabel lain yang mempengaruhi hubungan solvabilitas dengan nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) yang sekarang sedang banyak dilakukan oleh perusahaan yang diduga mampu menjadi moderating antara solvabilitas dengan nilai perusahaan. H 5 : Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) mampu memoderasi hubungan antara solvabilitas terhadap nilai perusahaan.

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan didirikan mempunyai tujuan yang jelas, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan (Sawir, 2001:2).

BAB 1 PENDAHULUAN. ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan (Sawir, 2001:2). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang dibutuhkan investor adalah informasi keuangan atau laporan tahunan. Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Signal (Signalling Theory) Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko perusahaan merupakan hal yang sangat krusial yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Ada beberapa macam risiko perusahaan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan dari perusahaan besar merupakan isu-isu yang semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan dari perusahaan besar merupakan isu-isu yang semakin menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade terakhir ini kesadaran publik terhadap peran perusahaan di masyarakat semakin meningkat. Perusahaan dianggap telah memberi kontribusi bagi kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi sangat maju dan dinamis, yang mengakibatkan persaingan di dunia bisnis juga semakin meningkat. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara normatif tujuan keberadaan setiap perusahaan adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Secara normatif tujuan keberadaan setiap perusahaan adalah memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara normatif tujuan keberadaan setiap perusahaan adalah memperoleh keuntungan atau laba ekonomis secara maksimal. Akan tetapi disamping memperoleh keuntungan, tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperkuat dan memperluas bisnis mereka. Terutama dalam era globalisasi ini, persaingan antar perusahaan menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 dikemukakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimasa yang akan datang. Signalling theory menjelaskan tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimasa yang akan datang. Signalling theory menjelaskan tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signalling Theory Informasi merupakan unsur yang penting bagi investor dan pelaku bisnis lainnya, karena pada dasarnya informasi menyajikan gambaran atau keterangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian dunia termasuk Indonesia, karena melalui pasar modal tersebut perusahaan dapat memperoleh sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: 1. Komang Adik dan I Made (2016) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan hubungan antara pihak manajemen sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini pertama kali dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dapat dikatakan mencapai kesuksesan dan berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang maksimal (Mahaputra, 2012). Di samping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1. Nilai Perusahaan Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002 : 7), Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laba Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), persaingan dunia usaha semakin kompetitif karena semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat perusahaan membutuhkan tambahan modal yang besar untuk menunjang kinerja operasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana alternative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan (Lusiyanti, 2014). Nilai perusahaan dapat diukur dengan Price to

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan (Lusiyanti, 2014). Nilai perusahaan dapat diukur dengan Price to BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau kekayaan, terutama bagi para pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya peningkatan atau memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal sebagai salah satu sarana penghimpun dana dari masyarakat sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang terhimpun digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan diikuti oleh perkembangan perusahaan-perusahaan yang melakukan operasi bisnis dalam negara tersebut. Perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas perusahaan sebagai variabel moderasi pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya muncul perusahaan pesaing yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya muncul perusahaan pesaing yang memiliki keunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya muncul perusahaan pesaing yang memiliki keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan adalah fondasi utama dalam dunia usaha dan perekonomian. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan didirikan mempunyai tujuan yang jelas, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil. Dimana melemahnya nilai investasi di Indonesia serta ketidakstabilan mata uang dollar

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 1.1 Landasan Teori Penelitian pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen terhadap membutuhkan kajian teori sebagai berikut: 2.1.1 Signalling Theory Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemilik perusahaan. Disamping itu, terdapat stakeholder yang dapat mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemilik perusahaan. Disamping itu, terdapat stakeholder yang dapat mempengaruhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal dengan meningkatkan nilai perusahaan dan untuk memakmurkan pemegang saham atau pemilik perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban terhadap pihak lain termasuk masyarakat. Menurut Suwaldiman (2000),

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban terhadap pihak lain termasuk masyarakat. Menurut Suwaldiman (2000), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu perusahaan mempunyai beberapa kewajiban yang harus senantiasa dipenuhi, kewajiban tersebut tidak hanya pada pemegang saham namun kewajiban terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Pengertian Aset Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholders Stakeholders merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, sebab tanpa stakeholders suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and beverages) mempunyai peran yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak sosial yang ditimbulkan perusahaan dari proses produksinya. Selain proses produksi yang digunakan perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha sangat dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi baik secara nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era persaingan

Lebih terperinci

Nim : Abstrak

Nim : Abstrak Judul Nama : Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Mediasi pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia : Dea Putri Ayu Nim :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka teori 1. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan tidak hanya bertujuan untuk memaksimalkan laba yang diperoleh. Namun dalam menjalankan perusahaannya diperlukan sebuah tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus

BAB I PENDAHULUAN. bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut rumusan pasal 1 huruf (b) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan,dijelaskan bahwa Perusahaan adalah setiap bentuk usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba,

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan menurut Brigham dan Houston (2009) adalah untuk memaksimalkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya atau kepada pemilik perusahaan (stakeholder).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi sebagai berikut : Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membuat persaingan dunia bisnis semakin kompetitif. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan adalah dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) Teori Stakeholder ini berfokus pada cara-cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Sawir (2008:67) kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktifitas perusahaan di bidang keuangan yang dilakukan secara berkala atas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Pengertian legitimasi teori dikemukakan oleh O Donovan (2002) dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu: Legitimacy theory as the idea that in order

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri yang semakin maju menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah efek negatif. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Mayora Tbk maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kinerja Likuiditas dilihat dari rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang tinggi tampa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran-ukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasaran teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan memberikan insentif bagi para pemegang saham, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan memberikan insentif bagi para pemegang saham, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu entitas ekonomi di suatu negara sudah seharusnya memiliki tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan utama perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat serta persaingan yang begitu ketat. Saat perusahaan semakin berkembang, maka tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Salah satu parameter kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan untuk meningkatkan aktivitas maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) Jama an (2008), mengungkapkan Signalling Theory menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan semua perusahaan menurut ahli keuangan tidak jauh berbeda satu sama lainnya, hanya saja cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Ada banyak jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis keuangan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Horne dan Wachowicz

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Pada umumnya kinerja merupakan sebagai hasil yang telah dicapai atas segala aktivitas yang telah digunakan dalam mendayagunakan

Lebih terperinci