ANALISIS KEBIJAKAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN DAN PERBAIKAN PERKERETAAPIAN UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEBIJAKAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN DAN PERBAIKAN PERKERETAAPIAN UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011"

Transkripsi

1 ANALISIS KEBIJAKAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN DAN PERBAIKAN PERKERETAAPIAN UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011 GALLANTINO F. DAN INAYATI Ilmu Administrasi Fiskal, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Analysis Of The Policy Of Customs Duties Borne By The Government On Import Of Goods And Materials For Train Manufacture And Repair For Fiscal Year 2011 Abstract. This research contains the evaluation of the policy of customs duties borne by the government on import of goods and materials for train manufacture and repair for fiscal year This descriptive research uses qualitative approach through field and literature study for data collection techniques. The result describes the policy implementation which was failed because of the obstacles were faced by implementor so that the realization of this policy is not entirely absorbed. Keyword: Customs Duties, Policy Implementation, Fiscal Policy 1. Pendahuluan Permintaan masyarakat yang tinggi terhadap transportasi darat dan tidak mendukungnya ruas jalan yang ada dengan pertumbuhan kendaraan, membuat kemacetan di daerah perkotaan sulit dihindari. Salah satu alternatif yang bisa digunakan masyarakat untuk menghindari kemacetan tersebut adalah dengan transportasi kereta api. Kereta api merupakan alat/sarana transportasi yang memiliki potensi untuk meningkatkan keefektivitasan mengangkut barang dan/atau jasa baik untuk jarak dekat maupun jauh. Pembangunan transportasi perkeretaapian nasional diharapkan mampu menjadi tulang punggung angkutan barang dan angkutan penumpang sehingga dapat menjadi salah satu penggerak utama perekonomian nasional ( 2012). Transportasi perkeretaapian mempunyai banyak keunggulan dibanding transportasi jalan antara lain: kapasitas angkut besar (massal), cepat, aman, hemat energi dan ramah lingkungan serta membutuhkan lahan yang lebih sedikit. Dengan semakin kuatnya isu lingkungan, maka keunggulan kereta api dapat dijadikan sebagai salah satu alasan yang kuat untuk membangun transportasi perkeretaapian sehingga terwujud transportasi yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Keberpihakan pada pengembangan transportasi perkeretaapian berarti ikut serta dalam program penghematan energi dan peningkatan kualitas lingkungan.

2 Menurut lintasan, jumlah penumpang angkutan kereta api di Jawa dan Sumatera ditunjukkan oleh tabel berikut Tabel 1.1 Jumlah Penumpang Angkutan Kereta Api di Jawa dan Sumatera Menurut Lintasan Uraian Satu -an Unit KA Utama Pnp KA Raya Lokal Pnp KA Jabodetabek Pnp Jumlah , Uraian Satu -an Unit Persentase Naik/Turun Pnp % - 0,08 0,11 0,04 0,02 Sumber: Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, Ditjen. Perkeretaapian, diolah oleh peneliti Dari tabel 1.1 dapat disimpulkan jumlah penumpang (Pnp) angkutan kereta api naik setiap tahunnya di Pulau Jawa dan Sumatera. Dari tahun 2006 ke 2007 menunjukkan persentasi penumpang naik sebesar 0,08%, kemudian dari 2007 ke 2008 naik 0,11%. Lalu naik sebesar 0,04% dari tahun 2007 ke 2008 dan kembali naik 0,02%. Kontribusi kenaikan jumlah penumpang paling besar diberikan oleh kereta api Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi), dengan kata lain transportasi umum massal perkotaan memiliki jumlah permintaan yang tinggi. Untuk beberapa tahun ke depan, diperkirakan jumlah permintaan kereta api oleh masyarakat perkotaan akan terus naik dan jika jumlah permintaan yang tinggi ini tidak diimbangi dengan jumlah kereta yang cukup maka menyebabkan penumpukkan penumpang di beberapa stasiun kereta api. Saat ini kereta api Jabodetabek yang sangat dibutuhkan adalah Kereta Rel Listrik (KRL) sekarang dikenal dengan nama Commuter Line, karena masyarakat cenderung memilih transportasi umum yang lebih nyaman dan sebagainya. Sekarang sudah ada sekitar 400 KRL

3 yang ditargetkan mengangkut 600 ribu penumpang setiap harinya, namun jumlah ini masih sangat kurang. Untuk meningkatkan daya angkut dengan target, yakni mencapai 1,2 juta penumpang per hari, diperlukan sekitar 1440 rangkaian KRL. Dengan posisi saat ini, berarti diperlukan tambahan 940 KRL dengan perkiraan kebutuhan investasi sekitar Rp. 1 triliun ( 2012) Seperti dalam jurnal BUMN tahun 2004 silam, PT KAI mengimpor 16 gerbong KRL bekas dari Jepang selama tahun 2004 dalam bentuk hibah. Pada tahun yang sama, Kementerian Perhubungan juga mengimpor 40 gerbong KRL dari Jerman. Pada tahun 2012, PT KAI telah mengimpor sebanyak 70 gerbong KRL yang didatangkan dari Jepang. Penambahan gerbong ini bagian dari peningkatan layanan kepada konsumen pengguna KRL di kawasan Jabodetabek.. Disebutkan pula, bahwa persentase pengadaan KRL, perbandingannya 40% dari lokal, dan 60% lainnya didatangkan secara impor ( 2012). Pemerintah melakukan impor kereta jadi dengan tarif bea masuk sebesar 0% (nol persen), sementara impor untuk barang dan bahan untuk pembuatan dan perbaikan perkeretaapian yang diberikan untuk industri perkeretaapian dikenakan tarif 5-15% sehingga menyebabkan disharmonisasi tarif. Impor kereta api jadi yang berkelanjutan dapat menghambat terwujudnya visi tersebut dan mengancam industri perkeretapian. Untuk menjamin kepentingan nasional dari perdagangan luar negeri yang tidak terhindarkan, maka terhadap perdagangan luar negeri diberlakukan fungsi kepabeanan yang meliputi segara urusan, kegiatan, dan tindakan yang harus dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan atas lalu lintas barang dan tugas pemungutan keuangan negara yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran barang (Sutedi, 2012: 7). Impor-impor terhadap kereta api tersebut tentunya terkait dengan kepabeanan. Salah satu fungsi kepabeanan yang terkait dengan impor kereta ini adalah sebagai pencegahan atau penegahan pemasukan atau pengeluaran bahan dan barang-barang yang tidak sesuai dengan kebijakan untuk melindungi pengembangan dan pertumbuhan industri dalam negeri (Sutedi, 2012: 9). Salah satu upaya Pemerintah untuk menjalankan fungsi kepabeanan sebagai bentuk dari masukan atau tuntutan masyarakat agar melindungi perdagangan dan industri dalam negeri, dikeluarkan kebijakan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP), agar biaya produksi atau pengeluaran menjadi lebih rendah dalam kegiatan produksi suatu industri. Fasilitas BMDTP merupakan bagian dari penerimaan pajak perdagangan internasional yang termasuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mulai diberikan pada tahun 2008 ( 2012)

4 Industri kereta api nasional (PT INKA) diberikan fasilitas BMDTP yang tertuang melalui Peraturan Menteri Keuangan No.108/PMK.011/2011 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan Guna Pembuatan dan Perbaikan Perkeretaapian Untuk Tahun Anggaran Uraian pemanfaatan BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian termasuk ke dalam rincian realisasi belanja subsidi Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi sampai dengan 31 Desember 2011 sebagaimana dijelaskan pada tabel 1.2 Tabel 1.2 Rincian Realisasi Belanja Subsidi Ditjen-IUBTT Uraian Realisasi (rupiah) Industri Pembuatan Bagian Tertentu Alat Besar dan/atau Perakitan Alat Besar oleh Industri Alat Besar Industri Pembuatan Boiler dan/atau Transformator untuk Pembangkit Tenaga Listrik 0 Industri Pembuatan Komponen Kendaraan Bermotor Industri Pembuatan dan Perbaikan Gerbong Barang, Kereta Penumpang, Kereta Rel Listrik/Diesel, Bogie, dan Komponen Kereta Api 0 Industri Pembuatan dan/atau Perbaikan Kapal Industri Pembuatan Komponen dan/atau Produk Elektronika Industri Kabel Serat Optik 0 Industri Pembuatan Peralatan Telekomunikasi Industri Pembuatan Tinta Khusus 0 Jumlah Sumber: LK-BUN 2011 (Ditjen Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI), diolah oleh peneliti Pada Tabel 1.1 ditunjukkan rincian realisasi pemanfaatan BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan gerbong barang, kereta penumpang, kereta rel listrik/diesel, bogie dalam pagu anggaran tahun Tidak terserap seluruhnya pemanfaatan fasilitas kebijakan BMDTP atas impor barang dan bahan untuk memproduksi barang dan/atau jasa guna kepentingan umum dan peningkatan daya saing industri sektor tertentu serta industri dengan basis teknologi ini melatarbelakangi permasalahan yang mengakibatkan kebijakan fiskal dalam melindungi industri dalam negeri tidak sesuai dengan fungsi kepabeanan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, perlu adanya evaluasi kebijakan bea masuk ditanggung pemerintah tersebut (PMK. No.108/PMK/011/2011). 2. Tinjauan Teoritis 2.1 Kebijakan Publik Kebijakan publik merupakan instrumen pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Parsons mengatakan bahwa kebijakan publik berhubungan dengan bidang-bidang sebagai berikut: kepentingan publik; opini publik; barang-barang publik; hukum publik; sektor publik; kesehatan publik; transportasi publik, pendidikan publik; siaran layanan publik; akuntabilitas publik; toilet publik; ketertiban umum; utang publik. Ide kebijakan publik mengandung

5 anggapan bahwa ada suatu ruang dalam kehidupan yang bukan privat atau murni milik individual, tetapi milik bersama atau umum (Parsons, 2005: 3). Ide kebijakan tersebut menjadi rumusan masalah dalam mengarahkan pemerintah untuk memformulasi kebijakan dan implementasinya sebagai proses. Sebagai output dari proses kebijakan dilakukan evaluasi terhadap kebijakan tersebut. Evaluasi kinerja kebijakan dilakukan untuk menilai apakah kebijakan tersebut sesuai dengan sasaran atau dengan kata lain berhasil menyelesaikan isu atau permasalahan publik yang dijelaskan dalam analisis kebijakan. 2.2 Implementasi Kebijakan Implementasi merupakan suatu tahap yang lebih penting jika dibandingkan dengan formulasi kebijakan. Suatu kebijakan hanya akan menjadi wacana atau rencana saja jika tidak diimplementasikan (Wahab, 1990). Menurut Edwards III (1980) ada empat variable yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor sumber daya, birokrasi, komunikasi, dan disposisi. Keempat faktor tersebut bekerja secara simultan karena adanya hubungan satu sama lain atau keterkaitan antar variabel. 2.3 Kebijakan Fiskal Pengertian dan tujuan kebijakan fiskal dalam arti luas menurut Mansury, kebijakan fiskal merupakan kebijakan untuk mempengaruhi produksi masyarakat, kesempatan kerja dan inflasi, dengan menggunakan instrumen pemungutan pajak dan pengeluaran belanja negara. Kebijakan fiskal dalam arti sempit yang biasa disebut kebijakan pajak, adalah kebijakan yang berhubungan dengan penentuan siapa-siapa yang akan dikenakan pajak, apa yang dijadikan dasar pengenaan pajak, bagaimana menghitung besarnya pajak yang harus dibayar dan bagaimana tata cara pembayaran pajak yang terhutang (Mansury, 1999: 1). 2.4 Kepabeanan Lalu lintas barang yang masuk dan keluar dalam perdagangan internasional perlu diawasi oleh masing-masing pihak dalam hal ini adalah Pemerintah. Kepabeanan mempunyai fungsi sebagai pengawas lalu lintas barang yang masuk dan keluar. Menurut Purwito, kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean dan pemungutan bea masuk (Purwito, 2010). 2.5 Bea Masuk

6 Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang yang dikenakan terhadap barang yang memasuki daerah pabean. bea masuk juga dapat diartikan sebagai pajak lalu lintas barang yang dipungut atas pemasukan barang dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean yang penghitungannya didasarkan besaran tarif atau secara spesifik yang dihitung berdasarkan satuan atau unit barang dengan nilai yang telah ditetapkan berkaitan dengan harga transaksi yaitu harga yang sebenarnya atau seharusnya dibayar (Purwito, 2010: 290). 2.6 Fasilitas Bea Masuk Pemerintah memberikan fasilitas dalam pemungutan bea masuk kepada pelaku impor dalam lingkup kepabeanan, fasilitas tersebut antara lain (Purwito, 2010): tidak dipungut bea masuk; pembebasan dan keringanan bea masuk, pengembalian bea masuk. Salah contoh dari fasilitas pembebasan dan keringanan bea masuk adalah fasilitas KITE. Selain itu pemerintah baru-baru ini memberikan fasilitas BMDTP yang konsepnya mengacu kepada peraturan perundang-undangan tentang APBN. 3. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan mendefinisikan penelitian dengan pendekatan kualitatif sebagai usaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif penelitian sendiri (Usman dan Akbar, 2006: 81). Penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptif, yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenasi suatu peristiwa atau fenomena. Peneliti berpendapat bahwa pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling tepat, karena peneliti ingin mengemukakan penjelasan yang lebih mendalam mengenai suatu proses yang terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti juga menganalisis apa yang menjadi latar belakang penetapan PMK No.108/PMK.01/2011 kemudian kendala yang mungkin muncul dalam penerapan peraturan tersebut akibat dampak yang timbul dalam penerapan peraturan tersebut. 4. Pembahasan dan Hasil Penelitian

7 4.1 Kebijakan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan Guna Pembuatan dan Perbaikan Perkeretaapian Kebijakan yang mengatur mengenai fasilitas pemberian bea masuk ditanggung pemerintah atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian dituangkan dalam PMK No.108/PMK.01/2011. Awal mulanya kebijakan ini diceritakan sebagai sebuah jalan keluar oleh pemerintah dalam melindungi sektor industri tertentu di dalam negeri. Melalui reformasi UU Kepabeanan, sektor-sektor yang dirasa masih membutuhkan bantuan atau insentif dalam bidang perpajakan yang ketentuannya tidak diatur dalam undang-undang tersebut diberikan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP). Salah satu sektor industri tersebut adalah industri kereta api nasional (PT INKA). Diharapkan dengan kebijakan BMDTP ini dapat tercapai rencana induk perkeretaapian nasional yang mandiri yang mampu mencapai tujuan-tujuan dengan kriteria sebagai berikut: Memenuhi penyediaan barang dan/atau jasa untuk kepentingan umum, dikonsumsi masyarakat luas, dan/atau melindungi kepentingan konsumen Meningkatkan daya saing Meningkatkan penyerapan tenaga kerja Meningkatkan pendapatan negara Tujuan-tujuan tadi menjad kriteria penilaian dalam pemberian fasilitas BMDTP dengan bobot yang berbeda seperti terlihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Kriteria Penilaian Pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah No Kriteria Bobot (%) 1 Kepentingan umum, dikonsumsi masyarakat luas, dan/atau melindungi kepentingan konsumen 40 2 Meningkatkan daya saing 30 3 Meningkatkan penyerapan tenaga kerja 20 4 Meningkatkan pendapatan negara 10 Total bobot seluruh kriteria 100 Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 261/PMK.011/2010 Adapun kriteria barang dan bahan yang bea masuknya ditanggung pemerintah adalah sebagai berikut: belum diproduksi di dalam negeri, sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan, atau sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri (PMK No.261/PMK.011/2010).

8 Kebijakan BMDTP melibatkan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam proses kebijakan mulai dari tahap perumusan sampai tahap penilaian. Pada tahap perumusan, pihakpihak yang terlibat dapat dilihat melalui variabel struktur birokrasi dalam sebuah konsep implementasi menurut Edward III (1980) dan bagaimana penyebaran tanggung jawabnya masing-masing. Standar Operasional Procedure (SOP) menjadi pedoman bagaimana pihakpihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan BMDTP untuk perkeretaapian ini. Pihak-pihak yang terlibat adalah: perusahaan (PT INKA) sebagai pihak yang melakukan impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (Ditjen-IUBTT) atas nama Kementerian Perindustrian sebagai Pembina Sektor dan Kuasa Pengguna Anggaran, yang memberikan penandasahan rencana impor barang dan bahan dan yang bertanggungjawab memberikan laporan atas realisasinya kepada Kementerian Keuangan. Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) atas nama Kementerian Keuangan sebagai fasilitator yang memberikan persetujuan akhir atas fasilitas impor barang dan bahan serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Kemudian Badan Kebijakan Fiskal (BKF) sebagai pembuat dan penerbit kebijakan ini serta yang melakukan evaluasi terhadap kebijakan BMDTP Alur dokumentasi dan alur pertanggungjawaban realisasi pemanfaatan BMDTP menjadi SOP dalam menjalankan kebijakan ini. Tugas dan perintah yang harus dijalankan oleh berbagai pihak terlihat dalam alur dokumentasi BMDTP, seperti tampak pada gambar 4.1 Gambar 4.1 Alur BMDTP Sumber: Diolah oleh peneliti

9 Langkah pertama, PT INKA mengajukan permohonan tertulis untuk pengajuan penandasahan dengan melampirkan Rencana Impor Barang (RIB) yang memuat barang barang apa saja yang akan diimpor menggunakan fasilitas BMDTP kepada Pembina Sektor, yaitu Kementerian Perindustrian (Ditjen-IUBTT). Kemudian RIB tersebut akan diverifikasi oleh Ditjen-IUBTT. Proses tersebut meliputi aspek administratif yaitu verifikasi nama badan usaha beserta alamat terdaftarnya, nomor induk kepegawaian, nomor pokok wajib pajak, angka pengenal impor dan izin usaha yang dilegalisir. Selain itu pada aspek teknis, verifikasi dilakukan terhadap barang dan bahan yang tercantum dalam RIB. Barang dan bahan tersebut harus memenuhi beberapa syarat yang tercantum pada PMK induk. Rencana Impor Barang yang telah mendapat pengesahan (pembubuhan tanda tangan, nomor, dan cap jabatan pada RIB) tersebut dikembalikan kepada PT INKA. Kemudian perusahaan (PT INKA) mengajukan permohonan BMDTP ke Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) untuk persetujuan terakhir. Jika menurut DJBC bahwa semua syarat administratif dan syarat teknis pengajuan BMDTP telah dipenuhi, maka DJBC akan mengeluarkan Surat Keterangan untuk persetujuan impor. Setelah semua pengajuan dan permohonan tersebut selesai, maka impor barang yang mendapat fasilitas BMDTP yang telah disetujui tadi dapat dilakukan oleh perusahaan. Ketika barang dan bahan telah diimpor dan sampai di daerah pabean, dalam hal ini pelabuhan, maka PT INKA harus menyampaikan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) agar barang tersebut bisa dikeluarkan dari kawasan pabean. Pemberitahuan Impor Barang diurus langsung di pelabuhan yang berisikan informasi dan data mengenai importir, letak pelabuhan muat, pelabuhan bongkarnya serta kurs yang dipakai. Pemerintah memberikan kebijakan BMDTP tentunya harus ada laporan pertanggungjawaban mengenai realisasi BMDTP tahun anggaran 2011 dari pelaksana kebijakan ini yang mengacu pada PMK No.63/PMK.05/2010 tentang Mekanisme Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban atas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah. Mekanisme mengenai pertanggungjawaban atas BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian dapat dilihat pada gambar 4.2:

10 Gambar 4.2 Alur Pertanggungjawaban Realisasi BMDTP Sumber: Diolah oleh peneliti PT INKA yang memperoleh realisasi BMDTP harus memberikan dokumen sumber seperti Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), PIB, dokumen pelengkap pabean lainnya kepada DJBC dan Ditjen-IUBTT sebagai laporan realisasi. Ditjen-IUBTT sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) akan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) untuk mencairkan dana yang bersumber dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang kemudian diserahkan kepada Dirjen Perbendaharaan/Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Surat Perintah Membayar yang diterima oleh KPPN kemudian ditindaklanjuti dengan menerbitkan Surat Perintah Pencarian Dana (SP2D) yang akan diberikan kepada Ditjen-IUBTT untuk dmasukkan ke dalam Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA-BSBL) sebagai laporan akuntansi di tingkat Satuan Kerja. Kemudian laporan akuntansi tersebut akan direkonsiliasi oleh Ditjen-IUBTT dengan KPPN untuk dicocokkan dengan hasil laporan akuntansi yang dibuat oleh DJBC. Hasil rekonsiliasi tersebut akan dituangkan dalam bentuk Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) termasuk perbedaan pencatatan antar pihak. Jika sudah tidak ada perbedaan pencatatan maka Ditjen-IUBTT wajib membuat buku laporan audit keuangan atas realisasi BMDTP dan diserahkan kepada BKF yang akan dijadikan bahan evaluasi atas implementasi kebijakan BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian. Realisasi dari pemanfaatan BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian baru berdiri sendiri di tahun Untuk tahun-tahun sebelumnya belum ada BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan

11 perkeretaapian, yakni pada 2009 dan 2010 masih digolongkan ke dalam Realisasi Belanja Subsidi pada Kementerian Perindustrian yang terdapat pada Ditjen Industri Alat Transportasi dan Telematika yang realisasinya sebesar 21,05% dari anggaran (Subdit Konsolidasi dan Pelaporan Keuangan, 2010: 154). Kebijakan BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian telah terimplementasi dan realisasi dari pemanfaatannya untuk pagu anggaran tahun 2011 ditunjukkan dalam Tabel 4.1 Tabel 4.3 Rekapitulasi Realisasi BMDTP Per 31 Desember 2011 No Sektor Industri PMK Pagu Anggaran (rupiah) Realisasi BMDTP (rupiah) Sisa Pagu (rupiah) % Realisasi 1 Alat besar 103/PMK.011/ % 2 Listrik 104/PMK.011/ % 3 Ballpoint 105/PMK.011/ % 4 Karpet 106/PMK.011/ %. 5 Kendaraan Bermotor 107/PMK.011/ % 6 Perkeretaapian 108/PMK.011/ % 7 Kapal 109/PMK.011/ % 8 Elektronik 110/PMK.011/ % 9 Kabel Serat Optik 111/PMK.011/ % 10 Telekomunikasi 112/PMK.011/ % 11 Toner 113/PMK.011/ % 12 Plastik 114/PMK.011/ % 13 Resin 115/PMK.011/ % 14 Sorbitol 116/PMK.011/ % 15 Pesawat Terbang 117/PMK.011/ % Sumber: Direktorat Fasilitas Kepabeanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah oleh peneliti Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa anggaran untuk BMDTP untuk kereta api tidak terserap seluruhnya. Tidak tercapainya tujuan yang ingin dicapai pemerintah melalui kebijakan ini tentu disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor yang mempengaruhi dari pelaksana kebijakan maupun pembuat kebijakan. Kebijakan BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian akan melalui tahap evaluasi. Pemerintah akan melihat sejauh mana realisasi pemanfaatan penggunaan anggaran kebijakan tersebut. Apabila pemanfaatannya kurang dari pagu anggaran yang ditetapkan, akan ada pertimbangan untuk tahun berikutnya, nilai pagu anggaran mungkin akan dikurangi, atau bahkan tidak diberikan anggaran dengan kata lain BMDTP tidak diberikan kepada industri kereta api nasional.

12 4.2 Faktor Penghambat Pelaksanaan Kebijakan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Terlambat Terbitnya Waktu Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Tahap penyusunan kebijakan ternyata menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang BMDTP untuk kereta api ini terlambat terbit, yaitu pada tanggal 18 Juli Kebijakan BMDTP dalam peraturan induk dijelaskan sebagai sebuah kebijakan yang sifatnya diberikan untuk satu tahun. Jangka waktu yang diberikan untuk rencana produksi satu tahun terganggu, sehingga perusahaan terhambat dalam melaksanakan kebijakan BMDTP ini. Seperti yang dijelaskan oleh Pembina Sektor bahwa pelaksana kebijakan sangat menyayangkan keterlambatan penerbitan PMK ini, karena pada umumnya perusahaan memiliki siklus impor dan produksi barang di awal tahun. Dari kutipan diatas dapat dijelaskan industri kereta api yang akan mendapatkan kebijakan ini ternyata telah melakukan impor barang dan bahan pada awal tahun. Impor terhadap barang dan bahan tetap harus dilakukan berdasarkan pada rencana produksi PT INKA untuk tahun berjalan walaupun PMK belum terbit. Akibat dari terbitnya kebijakan di tengah tahun, impor yang dilakukan pada awal tahun sampai pertengahan tahun dilakukan tanpa adanya fasilitas BMDTP. Perusahaan mendapat kerugian akibat keterlambatan terbitnya sehingga dapat menimbulkan pandangan yang berbeda terhadap kebijakan BMDTP untuk kereta api ini. Perbedaan pandangan ini akan mempengaruhi disposisi dari perusahaan sehingga menghambat implementasi kebijakan BMDTP. Alasan pembuat kebijakan terlambat menerbitkan peraturan diakibatkan oleh perlunya banyak pertimbangan mengenai kepastian dan kejelasan dari isi pemberian fasilitas ini. Pertimbangan yang dilakukan oleh pembuat keputusan diakibatkan oleh pengalaman buruk yang pernah terjadi di lapangan untuk kebijakan BMDTP ini. Secara umum pernah terjadi implementasi yang tidak dijalankan secara benar oleh pelaksana kebijakannya pada tahun sebelumnya. Sebagai contoh, ada sebuah industri yang melakukan impor barang dan bahan dengan fasilitas BMDTP, tetapi barang dan bahan tersebut diperdagangkan kembali ke dalam negeri secara bebas. Pada tahap penilaian kebijakan, fasilitas BMDTP ini akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana insentif yang pemerintah berikan pada industri untuk mencapai target realisasinya. Melihat realisasi pada tahun yang berlalu, pertimbangan lain disebabkan karena anggaran dalam fasilitas BMDTP pada tahun-tahun sebelumnya masih belum terserap secara maksimal. Kementerian Keuangan masih ragu-ragu menerbitkan PMK tersebut karena BMDTP dikategorikan sebagai pengeluaran negara (Berita Industri Kemenperin, 2013).

13 4.2.2 Keterbatasan Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan BMDTP Sebaik apapun sebuah kebijakan dirancang dan dimplementasikan melalui komunikasi yang jelas dan pasti, tanpa sumber daya yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan hanyalah menjadi wacana saja.. Walaupun isi kebijakan sudah jelas dan konsisten dalam alur komunikasinya, tetapi jika pelaksana kebijakan kekurangan sumber daya untuk melaksanakannya, implementasi dapat berjalan tidak efektif (Edward III, 1980). Sumber daya menjadi salah satu faktor yang menghambat implementasi kebijakan BMDTP. Sumber daya berkenaan dengan ketersediaan sumber daya yang mendukung berjalannya kebijakan. Hambatan pertama disebabkan dari ketersediaan sumber daya finansial yang dibatasi oleh pemerintah. Dalam tahap penyusunan kebijakan, sumber daya finansial diajukan oleh perusahaan sebesar Rp ,- dengan perhitungan yang mengacu kontrak dengan konsumen yang dimiliki perusahaan dalam rencana pembuatan produk untuk tahun Setelah dirumuskan oleh pembuat kebijakan (Kementerian Keuangan) pada kenyataannya hanya memberikan anggaran sebesar Rp ,- untuk barang dan bahan yang akan diimpor dengan BMDTP. Kurangnya anggaran membuat PT INKA sebagai pelaksana kebijakan merasa dibatasi sehingga timbul hambatan dalam menjalankan kebijakan BDMTP ini. Perbedaan anggaran yang diajukan dengan anggaran yang diberikan menyebabkan perusahaan harus kembali menentukan barang dan bahan apa saja yang akan diimpor untuk memanfaatkan BMDTP. Perusahaan tentunya harus kembali menentukannya dengan menyesuaikan dengan rencana produksi untuk tahun Kedua, pada implementasi kebijakan BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia dalam tugas yang menangani BMDTP. Keterbatasan ini menyebabkan tidak ada pertanggungjawaban untuk menjalankan kebijakan ini di dalam PT INKA, sebagaimana dikutip dari hasil wawancara bahwa semua pekerjaan untuk BMDTP ini dikerjakan oleh satu individu dari divisi logistik. Kekurangan ini menyebabkan tugas perusahaan untuk menjalankan kebijakan BMDTP ini tidak selesai. Seperti ditambahkan dari wawancara dengan bagian logistik PT INKA, yaitu PIB yang tidak pernah selesai sehingga dibutuhkan unit khusus untuk BMDTP ini. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan bagian logistic dapat ditarik bahwa dalam internal perusahaan itu sendiri tidak ada unit khusus yaitu, sumber daya yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus, contohnya divisi kepabeanan. Unit yang ditugaskan mengerjakan yang bukan tugasnya sehingga menyebabkan timbulnya kelalaian perusahaan dalam menjalankan kewajibannya dalam alur dokumentasi BMDTP. Pemberitahuan Impor

14 Barang sebagai langkah terakhir dalam pemanfaatan BMDTP ini tidak pernah disampaikan kepada DJBC, karena perusahaan kekurangan sumber daya dalam menangani fasilitas BMDTP untuk perkeretaapian Pilihan Fasilitas Kepabean Selain BMDTP Kebijakan ini mengatur tentang BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian. Isi kebijakan ternyata menjadi permasalahan untuk perusahaan dalam menjalankan kebijakan ini sebagaimana dikutip dari wawancara dengan PT INKA bahwa terdapat isi peraturan yang melarang suatu perusahaan mendapat fasilitas ganda. Adanya permasalahan pada regulasi tersebut membuat perusahaan tidak dapat menikmati insentif yang diberikan pemerintah ini. Barang dan bahan yang diimpor sebelum peraturan ini terbit masih menggunakan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Setelah diterbitkan, implementasi harus didukung dari perusahaan dengan melepas fasilitas lain yang dimilikinya, yaitu KITE. Apabila perusahaan tidak mencabut KITE, maka implementasi tidak dapat dijalankan. Seperti ditambahkan oleh Dhaniarso dalam wawancara jika perusahaan tidak berkomitmen mengubah status fasilitas dari KITE ke tanpa fasilitas, maka BMDTP tidak dapat dimanfaatkan dan dibutuhkan pengawasan dari Pembina Sektor kembali. Implementasi kebijakan BMDTP atas impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian tidak dimanfaatkan oleh perusahaan. Adanya berbagai fasilitas perpajakan, khususnya fasilitas kepabeanan yang disediakan oleh pemerintah menjadi salah satu penghambatnya. Berdasarkan apa yang terjadi selama PT INKA menjalankan kebijakan ini menunjukkan bagaimana disposisinya terhadap implementasi kebijakan BMDTP. Pilihan dari berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi disposisi perusahaan dalam implementasi kebijakan ini. Terdapat perbedaan pandangan dari pelaksana dan pembuat kebijaka, seperti yang dijelaskan melalui wawancara dengan PT INKA bahwa BMDTP ini dirasakan kurang sesuai dengan nature business perusahaan yang berdasarkan job order base. Perbedaan pandangan dari PT INKA tersebut menyebabkan implementasi terhambat. Isi kebijakan tidak sesuai dengan proses produksi perusahaan. Sebelum peraturan mengenai kebijakan BMDTP ini terbit, proses produksi perusahaan menggunakan barang dan bahan yang diimpor dalam rangka memanfaatkan fasilitas KITE. Lalu ditambahkan pula oleh Pembina Sektor atau pihak Kementerian Perindustrian dari wawancara bahwa fasilitas BMDTP ini memiliki pencatatan laporan keuangan yang berbeda dengan fasilitas KITE dan hanya diberikan satu pilihan untuk fasilitas.

15 PT INKA yang tetap bertahan di fasilitas KITE menjelaskan bagaimana disposisi dari pelaksana kebijakan yakni PT INKA yang tidak menjalankan dengan benar implementasi kebijakan BMDTP ini dikarenakan oleh ketidaksanggupan mengubah status fasilitasnya yang merupakan syarat BMDTP. Sikap dan kecakapan yang tidak mendukung dari pelaksana kebijakan ternyata membuat sasaran tidak tercapai dari kebijakan BMDTP tersebut. Telah disebutkan bahwa untuk mendapatkan fasilitas BMDTP ini perusahaan tidak boleh memiliki fasilitas lain seperti tertuang dalam isi kebijakan. PT INKA harus mengubah status fasilitas yang dimilikinya yaitu dari KITE menjadi BMDTP atau dengan kata lain melepas KITE. Pada umumnya sektor industri lebih tertarik dengan fasilitas KITE karena lebih menguntungkan secara ekonomis. Perusahaan diberikan kemudahan dalam impornya dengan diberikan pembebasan dan/atau keringanan bea masuk untuk barang dan bahan dalam proses produksinya. Dengan tujuan utama hasil produksinya digunakan untuk ekspor, perusahaan mendapatkan keuntungan dengan dikenakan Bea Keluar sebesar 0%. Pada fasilitas KITE tidak diberikan anggaran seperti yang terdapat pada fasilitas BMDTP. Pada kebijakan BMDTP anggaran tersebut dianggap sebagai hambatan dalam implementasinya. Selama PT INKA tidak melepas status fasilitas KITE yang dimilikinya, implementasi kebijakan ini akan mengalami kegagalan. Terdapat beberapa alasan mengapa implementasi kebijakan dapat gagal menurut Abidin (2002: 207): kebijakan tidak dilaksanakan dengan semestinya; implementasi kebijakan memang mengalami kegagalan dalam proses; dan implementasi dilaksanakan sebagaimana mestinya namun terdapat hambatan dalam prosesnya yang tidak dapat diatasi. Kebijakan BMDTP dalam implementasinya terdapat hambatan yang tidak dapat diatasi. Hambatan tersebut berupa komitmen perusahaan yang tetap memilih status fasilitas KITE. Selama perusahaan tetap bertahan di fasilitas KITE, implementasi kebijakan BMDTP tidak akan berjalan untuk ke depannya. 5. Kesimpulan Dalam melaksanakan kebijakan ini pelaksana kebijakan (PT INKA) melalui beberapa tahapan yang cukup panjang dan persyaratan cukup rumit tidak berhasil memanfaatkan BMDTP. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa proses implementasi kebijakan BMDTP pada tahun 2011 mengalami kegagalan. Kegagalan ini ditunjukkan dari tujuan pemerintah dalam melindungi industri perkeretaapian yang tidak tercapai. Pemerintah terlambat menerbitkan peraturan ini sehingga dalam implementasinya terdapat faktor yang menjadi hambatan dan tidak dapat diatasi. Status fasilitas KITE yang tetap dipertahankan oleh PT INKA (perusahaan) menjadi penyebab tidak tercapainya realisasi pemanfaatan BMDTP.

16 Perbedaan pandangan antara pemerintah dan perusahaan menyebabkan tidak terwujudnya rencana perkeretaapian. 6. Saran Kegagalan dalam proses implementasi kebijakan BMDTP pada tahun 2011 seharusnya menjadi masukan bagi pemerintah dalam memberikan insentif untuk industri kereta api nasional. Dalam merumuskan kebijakan BMDTP impor barang dan bahan guna pembuatan dan perbaikan perkeretaapian untuk tahun berikutnya seharusnya lebih mempertimbangkan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Pemerintah sebaiknya kembali mengidentifikasikan isi dan tujuan kebijakan dengan lebih menyesuaikan dengan pandangan dari perusahaan agar tercapai tujuan dari kebijakan yang dibuat dan tepat waktu Kepustakaan Abdul Wahab, Solichin. (1990). Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara Abidin, Said Zainal. (2002). Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah Mansury, R. (1999). Kebijakan Fiskal. Jakarta: Yayasan Pendidikan dan Pengkajian Perpajakan Parsons, Wayne. (2005). Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana Peraturan Menteri Keuangan Nomor 261/PMK.011/2010 tentang tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan untuk Memproduksi Barang dan/atau Jasa Guna Kepentingan Umum dan Peningkatan Daya Saing Industri Sektor Tertentu untuk Tahun Anggaran 2011 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 108/PMK.011/2011 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan Guna Pembuatan dan Perbaikan Gerbong Barang, Kereta Penumpang, Kereta Rel Listrik/Diesel, Bogie dan Komponen Kereta Api untuk Tahun Anggaran 2011 Purwito, A. (2010). Kepabeanan dan Cukai (Pajak Lalu Lintas Barang), Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Kajian Hukum Fiskal Subdit Konsolidasi dan Pelaporan Keuangan. (2010). Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara Jakarta: Kementerian Keuangan RI Undang-Undang No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan

17 Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. (2003). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara Menperin Desak Menkeu Keluarkan Revisi BM Non-pangan www. news.liputan6.com, Gerbong KRL dari Jepang Tiba di Tanjung Priok Potensi Jalur Kereta Api dan Pelabuhan Dalam Negeri. 2012

DUKUNGAN PEMERINTAH KEPADA INDUSTRI SEKTOR TERTENTU MELALUI KEBIJAKAN BMDTP TA 2012

DUKUNGAN PEMERINTAH KEPADA INDUSTRI SEKTOR TERTENTU MELALUI KEBIJAKAN BMDTP TA 2012 DUKUNGAN PEMERINTAH KEPADA INDUSTRI SEKTOR TERTENTU MELALUI KEBIJAKAN BMDTP TA 2012 GAMBARAN UMUM Salah satu pemberian insentif fiskal bea masuk telah diberikan melalui Undang Undang Kepabeanan pada pasal

Lebih terperinci

108/PMK.011/2011 BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN DAN PER

108/PMK.011/2011 BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN DAN PER 108/PMK.011/2011 BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN DAN PER Contributed by Administrator Monday, 18 July 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BMDTP TAHUN 2014 UNTUK SEKTOR INDUSTRI

BMDTP TAHUN 2014 UNTUK SEKTOR INDUSTRI BMDTP TAHUN 2014 UNTUK SEKTOR INDUSTRI Pusat Pengkajian Kebijakan Dan Iklim Usaha Industri BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI K E M E N T E R I A N P E R I N D U S T R I A N 2 7 A g u

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104/PMK.011/2011 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN BOILER DAN/ATAU TRANSFORMATOR UNTUK PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK UNTUK

Lebih terperinci

BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2014

BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2014 LOGO DIREKTORAT FASILITAS KEPABEANAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2014 Kenali Kebijakannya, Pelajari Persyaratannya,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 107/PMK.011/2011 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KOMPONEN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 261/PMK.011/2010 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK MEMPRODUKSI BARANG DAN/ATAU JASA GUNA KEPENTINGAN UMUM DAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 51/PMK.011/2010

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 51/PMK.011/2010 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 51/PMK.011/2010 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA UNTUK

Lebih terperinci

113/PMK.011/2011 BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN TINTA K

113/PMK.011/2011 BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN TINTA K 113/PMK.011/2011 BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN TINTA K Contributed by Administrator Monday, 18 July 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/PMK.05/2009 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117/PMK.011/2011 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG UNTUK TAHUN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 248/PMK.011/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 248/PMK.011/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 248/PMK.011/2014 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK MEMPRODUKSI BARANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/PMK. 011/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/PMK. 011/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/PMK. 011/2012 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN ALAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/PMK.011/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/PMK.011/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/PMK.011/2012 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN TINTA

Lebih terperinci

2011, No Daya Saing lndustri Sektor Tertentu Untuk Tahun Anggaran 2011; c. bahwa dalam rangka pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas imp

2011, No Daya Saing lndustri Sektor Tertentu Untuk Tahun Anggaran 2011; c. bahwa dalam rangka pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas imp BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.423, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah. Impor. Barang dan Bahan. Toner. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156,2012 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PMK.011/2012 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK MEMPRODUKSI BARANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Bea Masuk. Ditanggung Pemerintah. Industri Sektor Tertentu. TA.2013. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.011/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Sorbitol.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Sorbitol. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Sorbitol. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PMK.011/2010 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

Lebih terperinci

P - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA

P - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA P - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA Contributed by Administrator Tuesday, 09 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Prosedur. No.139, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Lebih terperinci

SALINAN MENTERI NOMOR DENGAN. Pembuatan. elektronika. barang. terhadap. impor. c. bahwa. telah memenuhi. Komponen. dan bahan. Bea Masuk.

SALINAN MENTERI NOMOR DENGAN. Pembuatan. elektronika. barang. terhadap. impor. c. bahwa. telah memenuhi. Komponen. dan bahan. Bea Masuk. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/PMK. 011/2013 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KOMPONEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Bea Masuk. Ditanggung Pemerintah. Kemasan. Obat Infus. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/PMK. 011/2013 TENTANG BEA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/PMK.011/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/PMK.011/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/PMK.011/2014 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KOMPONEN

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.05/ 2010 tentang Mekanisme Pelaksan

2011, No Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.05/ 2010 tentang Mekanisme Pelaksan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.897, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/PMK.05/2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR TENTANG. Menimbang umum, dan/atau. konsumen, melindungii. Negara. Tahun menetapkan. Menteri. Barang 2013; Mengingat. Nomor.

SALINAN NOMOR TENTANG. Menimbang umum, dan/atau. konsumen, melindungii. Negara. Tahun menetapkan. Menteri. Barang 2013; Mengingat. Nomor. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.011/ 2013 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNGG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK MEMPRODUKSI BARANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PMK.011/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PMK.011/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PMK.011/2014 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK MEMPRODUKSI BARANG DAN/ATAU JASA GUNA KEPENTINGAN UMUM DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK NDONESIA NOMOR 118/PMK.011/2011 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KEMASAN INFUS UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2013, No bejana tekan dan tangki dari logam, serta pembuatan mesin pertanian dan kehutanan telah memenuhi kriteria penilaian dan ketentuan baran

2013, No bejana tekan dan tangki dari logam, serta pembuatan mesin pertanian dan kehutanan telah memenuhi kriteria penilaian dan ketentuan baran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.395, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Bea Masuk. Ditanggung Pemerintah. Komponen dan Peralatan. Industri Berat. Pertanian. Kehutanan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.814, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Impor. Bahan Smart Card. Bea Masuk PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131/PMK.011/2014 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS

Lebih terperinci

SALINAN 7/PMK.011/ TENTANG

SALINAN 7/PMK.011/ TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PMK.011/ /2013 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNGG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN PUPUK

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PMK.010/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PMK.010/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PMK.010/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 248/PMK.011/2014 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/PMK.05/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/PMK.05/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/PMK.05/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-19/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-10/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.011/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.011/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.011/2012 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN DAN/ATAU

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/PMK.05/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/PMK.05/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/PMK.05/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-03/BC/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-29/BC/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-29/BC/2008 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-29/BC/2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.443, 2009 Departemen Keuangan. Bea Masuk. Impor. Kemasan Plastik,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.443, 2009 Departemen Keuangan. Bea Masuk. Impor. Kemasan Plastik, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.443, 2009 Departemen Keuangan. Bea Masuk. Impor. Kemasan Plastik, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.011/2009 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG PENGEMBALIAN BEA MASUK, BEA KELUAR, SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, DAN/ATAU BUNGA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.746, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Hibah. Millenium Challenge Corporation. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/PMK.05/2012 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 178/PMK.011/2007 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2097, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea Masuk. Bea Keluar. Sanksi Administrasi. Denda. Bunga. Kepabeanan. Pengembalian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN YANG AKAN DIRAKIT MENJADI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TUJUAN EKSPOR MENTERI KEUANGAN,

TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN YANG AKAN DIRAKIT MENJADI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TUJUAN EKSPOR MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.011/2008 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN YANG AKAN DIRAKIT MENJADI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TUJUAN EKSPOR MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

2011, No Umum dan Peningkatan Daya Saing lndustri Sektor Tertentu Untuk Tahun Anggaran 2011; c. bahwa dalam rangka pemberian Bea Masuk Ditanggun

2011, No Umum dan Peningkatan Daya Saing lndustri Sektor Tertentu Untuk Tahun Anggaran 2011; c. bahwa dalam rangka pemberian Bea Masuk Ditanggun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.426, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah. Barang dan Bahan. Pembuatan Sorbitol. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/PMK.011/2011

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN TERTENTU DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

NOMOR GUNA MENTERI. barang. industri. Pemerintah. diberikan. tentang Jasa Guna. dan/atau. Anggaran. dalam. untuk. Masuk. pemberian 2013; ketentuan

NOMOR GUNA MENTERI. barang. industri. Pemerintah. diberikan. tentang Jasa Guna. dan/atau. Anggaran. dalam. untuk. Masuk. pemberian 2013; ketentuan MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 011/2013 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN PERALATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

KPA Pendapatan BM-DTP

KPA Pendapatan BM-DTP LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN... 1 of 2 http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2010/63~pmk.05~... LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 580/KMK.04/2003 TANGGAL 31 DESEMBER 2003 TENTANG TATALAKSANA KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN EKSPOR DAN PENGAWASANNYA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU PADA SEKTOR-SEKTOR TERTENTU

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-11/BC/2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

P - 03/BC/2009 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 03/BC/2009 TENTANG TATA CARA

P - 03/BC/2009 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 03/BC/2009 TENTANG TATA CARA P - 03/BC/2009 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 03/BC/2009 TENTANG TATA CARA Contributed by Administrator Wednesday, 11 February 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 6 /BC/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 6 /BC/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 6 /BC/2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA 142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA Contributed by Administrator Thursday, 25 August 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA

Lebih terperinci

2015, No Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Tata Cara Pelaksanaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan Terte

2015, No Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Tata Cara Pelaksanaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan Terte No.1430, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Bea Masuk. Ditanggung Pemerintah. Impor Barang. Bahan Tertentu. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 580 / KMK.04 / 2003 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 580 / KMK.04 / 2003 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 580 / KMK.04 / 2003 TENTANG TATALAKSANA KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN EKSPOR DAN PENGAWASANNYA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -15 /BC/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -15 /BC/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -15 /BC/2012 TENTANG TATALAKSANA PENGEMBALIAN BEA MASUK YANG TELAH DIBAYAR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG PEMBEBASAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK. 011/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK. 011/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK. 011/2012 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KEMASAN

Lebih terperinci

2011, No Daya Saing lndustri Sektor Tertentu Untuk Tahun Anggaran 2011; c. bahwa dalam rangka pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas imp

2011, No Daya Saing lndustri Sektor Tertentu Untuk Tahun Anggaran 2011; c. bahwa dalam rangka pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas imp BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.421, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah. Impor. Barang dan Bahan.Kabel Serat Optik. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. Mengingat : 1. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG PEMBEBASAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132/PMK.011/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132/PMK.011/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132/PMK.011/2014 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN PERALATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan L

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan L No.942, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengembalian Bea Masuk. Impor Barang. Tujuan Ekspor. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.04/2011 TENTANG PENGEMBALIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1551 2015 KEMENDAG. Impor. Tekstil. Produk Tekstil. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR BARANG YANG MENGALAMI KERUSAKAN, PENURUNAN MUTU, KEMUSNAHAN, ATAU PENYUSUTAN VOLUME DAN/ATAU BERAT,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.17, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Kepentingan Umum.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.17, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Kepentingan Umum. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.17, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Kepentingan Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PMK.011/2010 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA UMUM NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.04/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.04/2011 TENTANG PENGEMBALIAN BEA MASUK YANG TELAH DIBAYAR ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK DIOLAH,

Lebih terperinci

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me No.1922, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMDAG. Besi. Baja Paduan. Produk Turunan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/M-DAG/PER/12/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

NOMOR : KEP-03/BC/2003 NOMOR : 01/DAGLU/KP/I/2003 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI IMPORTIR

NOMOR : KEP-03/BC/2003 NOMOR : 01/DAGLU/KP/I/2003 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI IMPORTIR KEPUTUSAN BERSAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Importir (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1516); 3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/10/2015 tenta

2017, No Importir (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1516); 3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/10/2015 tenta No.1206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor Tekstil dan Produk Tekstil. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/M-DAG/PER/8/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TIDAK DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 42/PMK.011/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 42/PMK.011/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 42/PMK.011/2010 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN OLEH INDUSTRI PEMBUATAN SORBITOL UNTUK TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.229,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.887, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Angkutan Kereta Api. Prosedur Penggunaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.02/2012 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 118 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERETA API RINGAN TERINTEGRASI DI WILAYAH JAKARTA, BOGOR, DEPOK,

Lebih terperinci

SALINAN DAN KARTU PLASTIK

SALINAN DAN KARTU PLASTIK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.011/2013 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN SMART

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH 228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH Contributed by Administrator Monday, 20 December 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M No.1538, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Alat Angkut Tertentu. Fasilitas Tidak Dipungut PPN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193 /PMK.03/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 261/PMK.Oll/2010

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 261/PMK.Oll/2010 REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 261/PMK.Oll/2010 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK MEMPRODUKSI BARANG DAN/ATAU JASA GUNA KEPENTINGAN

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR TENTANG ALKYD. phthalate, resin, amino. resin. Ditanggung. Pemerintah. pembuatan. unsaturated. solution. dan bahan. pigment.

SALINAN NOMOR TENTANG ALKYD. phthalate, resin, amino. resin. Ditanggung. Pemerintah. pembuatan. unsaturated. solution. dan bahan. pigment. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PMK.011/ /2013 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN RESIN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEBIJAKAN FASILITAS KEPABEANAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEBIJAKAN FASILITAS KEPABEANAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEBIJAKAN FASILITAS KEPABEANAN Juni 2014 FASILITASI KEPABEANAN PILAR & KONSEPSI DASAR KEPASTIAN INVESTASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KEPABEANAN DI BIDANG

Lebih terperinci

NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

148/PMK.04/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KE

148/PMK.04/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KE 148/PMK.04/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KE Contributed by Administrator Wednesday, 07 September 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci