BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini perkembangan teknologi terus meningkat dengan pesat,

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan teknologi terus meningkat dengan pesat, menyebabkan semakin diperlukannya keahlian dalam menganalisis laporan keuangan. Dalam hal ini kinerja suatu perusahaan dapat diketahui dari hasil analisis laporan keuangan. Hasil analisis laporan keuangan tersebut digunakan sebagai dasar penentu kebijakan bagi Pemilik, Manajer dan Investor. Dimana Manajer keuangan mengemban tugas mengelola sumberdaya keuangan agar perusahaan tetap survive dan berkembang. Namun pada hakikatnya, hampir semua perusahaan mengalami masalah yang sama yaitu bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba maksimal untuk mempertahankan eksistensi perusahaan. Di Indonesia perkembangan industri property dan real estate tumbuh semakin pesat antara lain di sejumlah kota Jakarta, Surabaya, Bandung, Denpasar dll yang sudah diluar batas kewajaran dimana permintaan akan produk property seolah tak pernah habis sehingga bisnis ini dikatakan sebagai never ending business.beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain : pengadaan rumah selalu kurang dibandingkan dengan kebutuhan rumah masyarakat, tingkat suku bunga KPR relatif rendahdan cenderung tidak stabil. Selain itu, bisnis ini 1

2 2 didukung oleh perkembangan suatu daerah dan perkembangan ekonomi makro (Kompas,2010).Namun disisi lain pada kenyataannya potensi permintaan yang tinggi menjadi terhambat. Hal ini terkait langsung dengan : Pasang surut perekonomian makro suatu negara dan likuiditas perbankan khususnya untuk pendanaan yang bersifat jangka panjang. Perkembangan issue financial distress baik di tingkat global maupun di Indonesia dipicu oleh banyak kasus yang terjadi dalam dunia bisnis. Berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage default) pada tahun 2008 di Amerika Serikat menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kebangkrutan perusahaan sekelas Lehman Brother yang memiliki asset sebesar US $ 600 billion merupakan salah satu kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS. Krisis kemudian menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun menyebabkan efek domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara tersebut, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis kemudian menjalar ke belahan Asia terutama negara-negara seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand termasuk Indonesia yang sudah lama memiliki surat-surat berharga perusahaan-perusahaan tersebut. Di Indonesia sendiri krisis ekonomi global yang dipicu oleh krisis Eropa dan Amerika Serikat telah memberikan dampak yaitu menurunnya kinerja neraca pembayaran, tekanan pada nilai tukar rupiah, dan dorongan pada laju inflasi yang

3 3 menyebabkan beberapa perusahaan di Indonesia harus gulung tikar karena mengalami kebangkrutan dan hal tersebut dapat berdampak pada terhambatnya potensi permintaan konsumen akan produk property dan real estate. Kekhawatiran konsumen akan dampak krisis tersebut ditambah dengan adanya peringatan dari Bank Indonesia mengenai melambungnya harga property yang sudah melebihi pendapatan masyarakat & gelembung investasi di subsektor property nasional yang dianggap mulai membahayakan masa depan perekonomian. Meningkatnya harga property di Indonesia dikhawatirkan memicu terjadinya Fenomena Bubble property (gelembung properti), dimana 2014 ini merupakan tahun politik dengan adanya pemilihan umum (Suarapembaharuan.com,2014). Penurunan pertumbuhan yang menjadi salah satu penyebab anjloknya pasar property di sejumlah negara Asia seperti China, Hongkong dan Singapura dengan Implementasi LTV (Loan to value), kenaikan suku bunga atau kebijakan pendinginan lainnya dalam paket pengetatan moneter secara efektif yaang dapat mengerem laju pertumbuhan properti menuju kondisi wajar dan positif. (Propery.Frontroll.Com,2014). Terjadinya kasus-kasus yang berkaitan dengan investasi berupa property seperti yang telah disebutkan di atas, semakin memperjelas bahwa efek negatif dari penggelembungan properti ini akan berdampak langsung terhadap masalah keuangan / moneter. Apabila dampak negatif tersebut di analisa lebih lanjut dengan menggunakan indikator keuangan perusahaan maka akan dapat diketahui apakah perusahaan-perusahaan dalam industri properti mengalami kondisi

4 4 financial distress yang dapat mengarah pada terjadinya kebangkrutan perusahaan ataupun mengalami kondisi financial distress akan tetapi tidak mengarah kepada terjadinya kebangkrutan perusahaan. Menurut Etty dalam Rayenda (2007), analisis laporan keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk memprediksi kesulitan keuangan (Financial Distress). Laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio rasio keuangan yang ada. Maka melalui analisis laporan keuangan akan diperoleh rasio-rasio keuangan perusahaan yang menggambarkan tentang kondisi keuangan perusahaan, rasio-rasio keuangan inilah yang merupakan indikator yang digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress. Kegagalan dalam mengalokasikan sumberdana perusahaan akan berdampak pada kebangkrutan bisnis. Kondisi kesulitan keuangan (Financial Distress) adalah tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi (Widarjo dan Setiawan, 2009). Ketidaksiapan perusahaan dalam memprediksi financial distress merupakan salah satu penyebab kebangkrutan. Untuk mendeteksi kesulitan keuangan / financial distress suatu perusahaan dapat menggunakan analisis rasio keuangan sebagai parameternya. Secara umum rasio-rasio seperti likuidias, profitabilitas, dan aktivitas dalam memprediksi kesulitan keuangan maupun kebangkrutan.

5 5 Rasio Likuiditas pun dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress. Menurut Hendra (2009), rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Rasio likuiditas yang biasa dipakai dalam berbagai penelitian adalah rasio lancar (current ratio). Current Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Sementara itu rasio likuditas perusahaan yang mengalami financial distress umumnya berada di bawah 1, yang berarti asset lancar perusahaan tidak mampu menutupi utang lancar perusahaan. Rasio profitabilitas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress. Menurut Wahyu (2009), profitabilitas menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aset perusahaan karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan penggunaan aset. Dengan adanya efektivitas dari penggunaan aset perusahaan maka akan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, maka perusahaan akan memperoleh penghematan dan akan memiliki kecukupan dana untuk menjalankan usahanya. Dengan adanya kecukupan dana tersebut maka kemungkinan perusahaan mengalami financial distress di masa yang akan datang akan menjadi lebih kecil.

6 6 Rasio Aktivitas merupakan rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan (Ilham Fahmi : 2011). Rasio Aktivitas yang biasa dipakai dalam penelitian adalah Inventory Turnover (Perputaran Persediaan). Perputaran Persediaan dikatakan dalam kondisi yang seimbang yakni jika perputaran persediaan kecil maka akan terjadi pernumpukan barang dalam jumlah yang banyak di gudang, namun jika perputaran persediaan terlalu tinggi maka jumlah barang yang tersimpan di gudang akan kecil, sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kehilangan bahan/ barang di pasaran dalam kejadian yang diluar perhitungan seperti gagal panen, becana alam, kekacauan stabilitas politik dll. Maka kemungkinan perusahaan mengalami Financial Distress di masa yang akan datang dimana dalam kondisi tersebut menyebabkan perusahaan terganggu aktivitas produksinya dan lebih berpengaruh pada sisi penjualan serta perolehan keuntungan. Penelitian mengenai hubungan Rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Aktivitas terhadap Financial Distress telah banyak dilakukan, namun penelitian tersebut menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Rasio Likuiditas dalam hasil penelitian Wahyu widarjo dan Doddy S (2009) serta Orina Andre (2013) yakni Rasio likuiditas (rasio lancar) tidak memiliki pengaruh dalam memprediksi kondisi financial distress. Berbeda dengan hasil penelitian Made Sura Ambara dan Luh Mei (2013) hasil penelitian tersebut menunjukan perolehan nilai koefisien regresi sebesar -1,101 dan nilai signifikan

7 7 0,035 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh Current Ratio (CR) secara statistik berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress. Rasio Profitabilitas dalam hasil penelitian Amir Saleh dan Bambang Sudiyanto (2013), menunjukan perolehan nilai koefisien regresi sebesar -0,204 dan nilai signifikan 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh Return On Asset (ROA) secara statistik signifikan terhadap probabilitas kebangkrutan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi, (2003) yang menyatakan bahwa return on asset berpengaruh signifikan terhadap probabilitas kebangkrutan. Rasio Aktivitas dalam hasil penelitian Pasaribu (2008) Rasio ITO menunjukkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress. Sedangkan dalam hasil Atika dan Darminto (tanpa tahun), Prediksi Inventory Turnover terhadap Financial Distress. Dalam hasil penelitian menunjukan Variabel Inventory Turnover dengan tingkat signifikansi sebesar 0,758 yang lebih tinggi dari 0,05 maka Variabel Inventory Turnover tidak dapat digunakan untuk memprediksi adanya potensi Financial Distress pada Perusahaan Tekstil dan Garmen. Penelitian ini menggunakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Made Sura Ambara dan Luh Mei (2013) penelitian yang menguji pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Aktivitas terhadap kondisi financial distress perusahaan Industri pakaian jadi dan produk tekstil lainnya yang terdaftar di BEI. Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan Made Sura Ambara dan Luh Mei yaitu dengan tahun pegamatan tahun

8 8 sedangkan penelitian ini menggunakan tahun pengamatan pada sampel perusahaan property dan real estate. Perbedaan yang kedua adalah perusahaan yang digunakan sebagai subjek penelitan adalah Perusahaan Sub sector Property dan Real Estate. Alasan peneliti memilih subjek penelitian perusahaan Property dan Real Estate karena semakin ketatnya persaingan dalam bisnis Property dan Real Estate yang akan mengakibatkan perusahaan harus berani mengambil langkah yang tepat dalam persaingan tersebut. Masing masing berpacu meluncurkan produk terbaru, layanan pasca jual yang cepat dan terbaik, pemberian hadiah, bonus, bunga kredit yang murah dll. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini berjudul PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS DAN AKTIVITAS TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (Studi pada Perusahaan Sub sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Periode ) B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Apakah Rasio Likuiditas memiliki pengaruh signifikan terhadap Financial Distress pada perusahaan sub sektor property dan real estate selama empat tahun terakhir? 2. Apakah Rasio Profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Financial Distress pada perusahaan sub sektor property dan real estate selama empat tahun terakhir?

9 9 3. Apakah Rasio Aktivitas memiliki pengaruh signifikan terhadap Financial Distress pada perusahaan sub sektor property dan real estate selama empat tahun terakhir? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui dan menguji apakakah Rasio Likuiditas memiliki pengaruh signifikan terhadap Financial Distress pada perusahaan property dan real estate selama empat tahun terakhir. 2. Mengetahui dan menguji apakakah Rasio Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap Financial Distress pada perusahaan property dan real estate selama empat tahun terakhir. 3. Mengetahui dan menguji apakakah Rasio Aktivitas memiliki pengaruh signifikan terhadap Financial Distress pada perusahaan property dan real estate selama empat tahun terakhir 2. Kontribusi Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan untuk menggunakan rasio keuangan sebagai alat ukur kinerja keuangan terhadap financial distress perusahaan.

10 10 2. Bagi Peneliti Berguna sebagai bahan terapan dan pengembangan ilmu dengan meyediakan Informasi yang berkaitan dengan Rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Aktivitas dan Financial Distress yang dapat digunakan untuk penelitian para akademisi dan praktisi dibidang akuntansi di masa yang akan datang. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih mengenai hubungan antara pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Aktivitas terhadap Financial Distress.